• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN TAMBRAUW 

RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)

KABUPATEN TAMBRAUW TAHUN 2005 – 2025

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN TAMBRAUW

(2)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.LATAR BELAKANG ... 1

1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN RPJPD ... 3

1.3. HUBUNGAN RPJPD DENGAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN LAINNYA ... 6

1.3.1. Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan RPJP Nasional Tahun 2005 -2025 ... 7

1.3.2. Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan Rencana Tata Ruang Nasional... 7

1.3.3. Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan RPJP Daerah Papua Barat ... 8

1.3.4. Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan RTRW Provinsi Papua Barat ... 8

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN ... 8

1.5. MAKSUD DAN TUJUAN ... 9

1.5.1. Maksud ... 9

1.5.2. Tujuan ... 10

BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ... 11

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI ... 11

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah ... 11

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah ... 22

2.1.3. Kondisi Kebencanaan ... 25

(3)

ii

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ... 32

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi ... 32

2.2.1. Fokus Kesejahteraan Masyarakat ... 40

2.2.3. Fokus Seni Budaya Dan Olahraga ... 59

2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM ... 61

2.3.1. Fokus Layanan Wajib ... 61

2.3.2. Fokus Layanan Pilihan ... 76

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH ... 89

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah ... 90

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur ... 92

2.4.3. Iklim Berinvestasi ... 94

2.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia ... 94

BAB 3 ANALISIS ISU STRATEGIS ... 97

4.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH ... 97

4.1.1. Urusan Wajib Pelayanan Dasar... 97

4.1.2. Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar ... 99

4.1.3. Urusan Pilihan ... 102

4.1.4. Urusan Pemerintahan Penunjang ... 104

4.2. ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH ... 105

BAB 4 VISI DAN MISI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

KABUPATEN TAMBARAUW ... 110

4.1. Visi ... 110

4.2. Misi ... 111

BAB 5 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG

DAERAH KABUPATEN TAMBARAUW ... 115

5.1. SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN ... 115

5.2. Tahapan dan Prioritas ... 130

(4)

iii

RPJM Daerah Tahap II (2017 – 2022) ... 131

RPJM Daerah Tahap III (2023 – 2027) ... 132

BAB 6 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN ... 134

6.1. PEDOMAN TRANSISI ... 134

(5)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Tambrauw

Menurut Distrik, 2014 ... 14

Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Tambrauw ... 18

Tabel 2.3 Indeks Risiko Bencana di Kabupaten Tambrauw... 25

Tabel 2.6 Jumlah dan Kepadatan Penduduk per km2 Menurut Distrik, 2014 ... 29

Tabel 2.4 Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw Menurut Lapangan Usaha, 2011-2014 (persen) ... 33

Tabel 2.5 Kontribusi PDRB AHB Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tambrauw, 2011-2014 (persen) ... 34

Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan di Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, dan Provinis Papua Barat, 2012-2014 (persen) ... 37

Tabel 2.7 PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha, 2011-2014 ... 38

Tabel 2.8 Komponen IPM Kabupaten Tambrauw dan Provinsi Papua Barat, 2014 .... 52

Tabel 2.9 Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan dan Distrik, 2014 ... 63

Tabel 2.10 Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan Menurut Distrik, 2014 ... 64

Tabel 2.11 Jumlah dan Jenis Tenaga Kesehatan Menurut Distrik, 2014 ... 65

Tabel 2.12. Luas Area dan Produksi Tanaman Perkebunan Utama di Kabupaten Tambrauw, 2011 ... 81

Tabel 2.13 Populasi Ternak Menurut Distrik dan Jenis, 2013 ... 82

Tabel 2.14 Jumlah Armada Perikanan Tangkap Menurut Distrik, 2013 ... 86

Tabel 2.15 Jumlah Pelanggan Listrik PLN dan non PLN di Kabupaten Tambrauw Menurut Distrik, 2014 ... 87

Tabel 2.16 Potensi Mineral Logam dan Non Logam di Kabupaten Tambrauw ... 88

Tabel 2.17 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tambrauw Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2010-2014 ... 92

Tabel 5.1 Misi, Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Tambrauw ... 116

(6)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hubungan Antar Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah Kabupaten Tambrauw Tahun 2005 – 2025 ... 7

Gambar 2.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Tambrauw ... 13

Gambar 2.2 Persentase Wilayah Menurut Kondisi Topografi ... 15

Gambar 2.3 Persentase Wilayah Menurut Kondisi Kelerengan ... 16

Gambar 2.4 Suhu Udara Minimum, Maksimum, dan Rerata di Kabupaten Tambrauw (ºC), 2014 ... 19

Gambar 2.5 Tekanan Udara di Kabupaten Tambrauw (mbps), 2014 ... 20

Gambar 2.6 Kelembaban Udara di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 20

Gambar 2.7 Kecepatan Angin di Kabupaten Tambrauw (knot), 2014 ... 21

Gambar 2.8 Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Tambrauw (mm), 2014 ... 21

Gambar 2.9 Persentase Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan, 2014 ... 22

Gambar 2.10 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tambrauw, 2011-2014 ... 28

Gambar 2.11 Piramida Penduduk Kabupaten Tambrauw, 2014 ... 31

Gambar 2.12 Perkembangan Nilai PDRB dan Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw, 2010-2014 ... 32

Gambar 2.13 Struktur Perekonomian Kabupaten Tambrauw, 2014 (persen) ... 35

Gambar 2.14 Struktur Perekonomian Kabupaten Tambrauw Menurut Lapangan Usaha Primer, Sekunder, dan Tersier, 2010-2014 ... 36

Gambar 2.15 Perkembangan Garis Kemiskinan di Kabupaten Tambrauw, 2010-2014 ... 39

Gambar 2.16 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Tambrauw, 2010-2014 ... 40

Gambar 2.17 Angka Melek dan Buta Huruf Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Tambrauw, 2014 ... 41

Gambar 2.18 Angka Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Tambrauw, 2011-2014 . 42 Gambar 2.19 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 43

Gambar 2.20 Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 44

(7)

vi

Gambar 2.21 Perkembangan Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Tambrauw

(tahun), 2011-2014 ... 45

Gambar 2.22 Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 47

Gambar 2.23 Rata-rata Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup Menurut Kelompok Umur Wanita Pernah Kawin di Kabupaten Tambrauw, 2014 ... 48

Gambar 2.24 Perkembangan AHH Kabupaten Tambrauw (tahun), 2011-2014 ... 49

Gambar 2.25 Persentase Kelahiran Bayi Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 50

Gambar 2.26 Persentase Balita yang Mendapatkan Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 51

Gambar 2.27 Perkembangan IPM Kabupaten Tambrauw, 2011-2014 ... 52

Gambar 2.28 Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, 2014 ... 53

Gambar 2.29 Penduduk Usia Kerja Menurut Kelompok Umur, 2014 ... 54

Gambar 2.30 Persentase Penduduk Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan (persen), 2014 ... 55

Gambar 2.31 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jenis Kelamin, 2014 ... 56

Gambar 2.32 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Kelompok Umur (jiwa), 2014 ... 56

Gambar 2.33 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Sektor Usaha Utama (persen), 2014 ... 57

Gambar 2.34 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama (persen), 2014 ... 58

Gambar 2.35 Persentase Penduduk Bukan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kegiatan Utama (persen), 2014 ... 59

Gambar 2.36 Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Menurut Jenjang Pendidikan, 2013 . 62 Gambar 2.37 Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Menurut Jumlah Hari Sakit di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014 ... 67

Gambar 2.38 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Keluhan Kesehatan (persen), 2014 ... 68

Gambar 2.39 Panjang Jaringan Jalan Menurut Jenis Jalan (km), 2014 ... 69

Gambar 2.40 Persentase Jalan Menurut Jenis Permukaan, 2014 ... 70

Gambar 2.41 Persentase Jalan Menurut Kondisi Jalan, 2014 ... 70

Gambar 2.42 Jumlah dan Penumpang Kapal di Kabupaten Tambrauw, 2010-2013 .. 71

Gambar 2.43 Persentase Bongkar Barang Antar Pulau pada Pelabuhan yang Diusahakan Menurut Kelompok Komoditi, 2014 ... 72

(8)

vii

Gambar 2.44 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Tambrauw, 2014 ... 74

Gambar 2.45 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Tambrauw, 2014 ... 75

Gambar 2.46 Tingkat Kesempatan Kerja Kabupaten Tambrauw, 2014 ... 76

Gambar 2.47 Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Pangan, 2013 ... 78

Gambar 2.48 Persentase Produksi Sayur Menurut Jenis, 2014 ... 79

Gambar 2.49 Persentase Produksi Buah Menurut Jenis, 2014 ... 80

Gambar 2.50 Persentase Luas Hutan Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan di Kabupaten Tambrauw, 2012 ... 83

Gambar 2.51 Peta Tingkat Eksploitasi Sumberdaya Ikan di WPP RI ... 84

Gambar 2.52 Produksi Perikanan Laut, Darat, dan Perairan Umum di Kabupaten Tambrauw, 2010-2013 ... 85

Gambar 2.53 Persentase Produksi Menurut Jenis Ikan, 2013 ... 86

Gambar 2.54 Persentase Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Rumah Tangga di Kabupaten Tambrauw (persen), 2011-2013 ... 90

Gambar 2.55 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Per Bulan Kabupaten Tambrauw (Rp per bulan), 2011-2013 ... 91

(9)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Bagian ini memberikan gambaran tentang latar belakang,

dasar hukum penyusunan RPJPD,Keterkaitan hubungan RPJPD dengan dokumen perencanaann lainnya, sistematika penulisan RPJPD serta maksud dan tujuan penyusunan RPJPD Kabupaten Tambrauw Tahun 2005-2025

1.1.

LATAR BELAKANG

Kabupaten Tambrauw merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Papua Barat yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat, hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong.

Sesuai dengan cita-cita dan harapan pembentukannya, keberadaan Kabupaten Tambrauw diharapkan dapat menjadi satu simpul baru pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan yang dapat menjangkau konsentrasi penduduk sampai ke distrik dan kampung-kampung, disamping pemberdayaan potensi daerah dan penciptaan daya saing daerah secara optimal guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Cita-cita dan harapan tersebut selayaknya tidak berhenti pada pernyataan pernyataan jargon politis yang seringkali tak realistis, akan tetapi harus diimplementasikan serta dirumuskan dalam suatu konsepsi perencanaan pembangunan yang rasional serta sistematis sesuai dengan arahan peraturan perundang undanganan yang berlaku. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mendefinisikan bahwa perencanaan pembangunan daerah adalah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.

Lebih jauh UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional juga mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk menyusun rencana pembangunan yang sistematis, terarah, terpadu dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan keunggulan komparatif wilayah dan kemampuan sumberdaya keuangan daerah. Berbagai dokumen perencanaan yang diamanatkan dalam Undang-undang tersebut untuk segera disusun adalah: Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah, Rencana

(10)

2

Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD), Rencana Pembangunan Tahunan Daerah atau disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah atau disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD).

Keberadaan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) penting artinya dalam mengembangkan suatu skenario penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah dalam jangka waktu 25 tahun. RPJPD mengantisipasi dinamika faktor eksternal dan internal daerah, serta mencoba memproyeksikan arah perjalanan pembangunan daerah dalam jangka panjang dan merumuskan arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah untuk memanfaatkan peluang seoptimal mungkin dan mengatasi kendala dan ketidak pastian seefektif mungkin.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 mengamanatkan bahwa RPJP Nasional menjadi

acuan dalam penyusunan RPJP Daerah yang memuat visi, misi, dan arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan secara jelas menyatakan bahwa Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 – 2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJP

Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.

Maksud dari RPJP Daerah mengacu kepada RPJP Nasional bukan untuk membatasi kewenangan daerah, tetapi agar terdapat acuan yang jelas, sinergi, dan keterkaitan dari setiap perencanaan pembangunan di tingkat daerah berdasarkan kewenangan otonomi yang dimilikinya berdasarkan platform RPJP Nasional. RPJP Daerah dijabarkan lebih lanjut oleh Kepala Daerah berdasarkan visi dan misi dirinya yang diformulasikan dalam bentuk RPJM Daerah.

Dalam penjelasan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005 – 2025 disebutkan

bahwa kurun waktu RPJP Daerah sesuai dengan kurun waktu RPJP Nasional.

Sedangkan periodisasi RPJM Daerah tidak dapat mengikuti periodisasi RPJM Nasional dikarenakan pemilihan Kepala Daerah tidak dilaksanakan secara bersamaan waktunya.

Dalam penjelasan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 juga menyatakan

bahwa :

1. Untuk mengakomodasi RPJP Daerah yang telah ada, dan mengingat RPJP

Daerah harus mengacu pada RPJP Nasional, maka RPJP Daerah baik substansi dan jangka waktunya perlu disesuaikan dengan RPJP Nasional.

2. Untuk mengakomodasi RPJM Daerah yang telah ada agar sesuai dengan RPJP

Daerah yang telah disesuaikan dengan RPJP Nasional, maka RPJM Daerah substansinya perlu disesuaikan dengan RPJP Daerah tanpa harus menyesuaikan kurun waktu RPJM Daerah dengan RPJP Daerah maupun RPJM

(11)

3

Nasional. Hal ini dikarenakan waktu pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang berbeda-beda tiap daerah.

Terkait dengan hal tersebut, Perubahan RPJPD Kabupaten Tambrauw Tahun 2005-2025 disusun untuk memenuhi ketentuan dan kriteria yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional tahun 2005 – 2025, disamping beberapa permasalahan berikut ini;

a. Saat penyusunan dan penetapan Perda RPJPD Kabupaten Tambrauw Nomor tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Tambrauw Tahun 2008-2025, belum mengacu pada ketentuan Permendagri

No. 54 Tahun 2010, baik dari aspek tahapan, tatacara penyusunan, maupun substansi. Hal ini disebabkan oleh masih dipedomaninya aturan yang berlaku pada tahun 2008 dalam penyusunan RPJPD.

b. Adanya perubahan pada kebijakan nasional yang menuntut daerah wajib melakukan penyelarasan kebijakan dalam dokumen perencanaan jangka panjang. Salah satu bentuk penyelarasan adalah adanya kewenangan konkuren antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2014, sehingga visi, misi, tujuan, sasaran dan arah kebijakan sampai dengan tahun 2025, wajib mengacu dan bersinergi dengan kebijakan nasional.

c. Adanya dinamika pembangunan dan dinamika masyarakat, serta kondisi kekinian yang terjadi di Kabupaten Tambrauw, mengharuskan Pemerintah Kabupaten Tambrauw melakukan penyesuaian terhadap target daerah dan tuntutan masyarakat. Salah satu diantaranya adalah perlunya penataan daerah sesuai ketentuan.

1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN RPJPD

Dasar hukum penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw Tahun 2005-2025 adalah:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi

Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884);

(12)

4

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Kabupaten Tambrauw dalam Provinsi Papua Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4940);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

10.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

11.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

12.Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

13.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

14.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839, Tambahan Lembaran

(13)

5

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224);

15.Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5495);

16.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

17.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan

dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

18.Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan

dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

19.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian

dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

20.Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat;

21.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

22.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

23.Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

24.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21);

(14)

6

25.Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 114);

26.Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025;

27.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310);

28.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517);

29.Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat Nomor 18 Tahun 2012 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2025;

30.Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat Nomor 4 Tahun 2013 tentang Rencana

Tata Ruang dan Wilayah Provinsi Papua Barat.

1.3.

HUBUNGAN

RPJPD

DENGAN

DOKUMEN

RENCANA

PEMBANGUNAN LAINNYA

Penyusunan Perubahan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw Tahun 2005–

2025 senantiasa mengedepankan keterkaitan dan konsistensi dengan dokumen perencanaan lainnya, baik di tingkat lokal maupun pusat. Di tingkat lokal, RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw berpedoman dan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tambrauw, Rencana Tata Ruang Provinsi Papua Barat dan RPJP Daerah Provinsi Papua Barat. Sedangkan keterkaitan dengan level pemerintah pusat adalah RPJP Daerah Tambrauw ini berpedoman pada Rencana Tata Ruang Nasional dan RPJP Nasional. Keterkaitan dengan dokumen perencanaan lainnya dimaksudkan agar dapat meningkatkan keterpaduan dan harmonisasi baik dalam aspek sektoral maupun aspek kewilayahannya. Dengan demikian, diharapkan dalam pelaksanaannya dapat berhasil guna dan tepat serta terarah.

(15)

7

Gambar 1.1 Hubungan Antar Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tambrauw Tahun 2005 – 2025

1.3.1. Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan RPJP Nasional Tahun 2005 -2025

Visi pembangunan nasional Tahun 2005–2025 adalah: INDONESIA YANG

MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025

tersebut mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Visi pembangunan nasional haruslah terukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai. Dengan

demikian, RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw tahun 2005 – 20205 secara secara

substantif diarahkan untuk mendukung visi pembangunan nasional tersebut dengan tetap berdasarkan pada potensi dan sumber daya yang ada.

1.3.2. Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan Rencana Tata Ruang Nasional

RPJP daerah Kabupaten Tambrauw memiliki keterakitan erat dalam penetapan Propinsi Papua Barat sebagai salah satu sistem perkotaan nasional dengan wilayah Sorong sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan wilayah Fak-Fak, Manokwari dan

(16)

8

Ayamaru sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Walaupun Kabupaten Tambrauw sendiri tidak secara spesfik ditetapkan sebagai PKN maupun PKW dalam RPJP nasional akan tetapi interelasi daerah dalam satu propinsi secara otomatis akan menopang terwujudnya penataan ruang yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan.

1.3.3. Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan RPJP Provinsi Papua Barat

Provinsi Papua Barat memiliki dinamika historis pembentukan pemerintahan yang unik dan khas. Oleh karena itu, Povinsi Papua Barat berupaya mengkontruksi perencanaan pembangunan secara jangka panjang yang sesuai dengan kondisi sosial budaya ekonomi dan politik masyarakat setempat. Visi mewujudkan Provinsi Papua Barat yang Mandiri, Berdaya Saing, Sejahtera, Adil dan Lestari menjadi harapan dan cita-cita yang ingin diwujudkan secara bersama oleh seluruh elemen masyarakat pemerintah dan swasta, termasuk oleh masing-masing pemerintah Kabupaten/Kota se Provinsi Papua Barat. Tantangan ini ditangkap oleh Pemerintah Kabupaten Tambrauw untuk menopang perwujudan visi, misi dan arah pembangunan Provinsi Papua Barat melalui penyusunan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw tahun 2005 -2025 yang terpadu, terarah dan sinergis.

1.3.4. Hubungan RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw dengan RTRW Provinsi Papua Barat

RTRW Provinsi Papua Barat menetapkan bahwa Kabupaten Tambrauw bersama Kabupaten Sorong, Kota Sorong dan Kabupaten Sorong Selatan sebagai Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) 2. SWP 2 berpusat di Kota Sorong dengan menekankan pada pengembangan industri pertambangan & penggalian, perkebunan, kehutanan, pertanian, industri perikanan, perdagangan & jasa. Dengan demikian, RPJP Daerah Kabupaten Tambrauw berfokus pada upaya mendukung pengembangan sektor-sektor terkait.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tamrauw Tahun 2005-2025 mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, terdiri dari 6 (enam) bab, sebagai berikut:

(17)

9

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang, maksud dan tujuan serta landasan normatif penyusunan RPJP Daerah. Disamping itu pada Bab ini juga diuraikan secara diagramatis hubungan antara dokumen RPJP Daerah dengan dokumen RPJP Nasional.

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Menguraikan secara logis dasar-dasar analisis, gambaran umum kondisi daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi serta indikator kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah yang berisi: (1) Aspek Geografi dan Demografi yang mencakup (a) Karakteristik Lokasi dan Wilayah; (b) Potensi Pengembangan Wilayah; (c) Wilayah Rawan Bencana; dan (d) Demografi; (2) Aspek Kesejahteraan Masyarakat; (3) Aspek Pelayanan Umum dan (4) Aspek Daya Saing Daerah.

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Menguraikan isu-isu strategis pembangunan daerah dengan memperhatikan tantangan 20 tahun kedepan serta peluang-peluang yang dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang daerah.

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH KABUPATEN TAMBRAUW TAHUN 2005-2025

Menguraikan Visi dan Misi pembangunan daerah yang memuat rumusan keadaan yang diinginkan untuk rentang waktu 20 tahun kedepan, serta rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk

mewujudkan visi daerah.

BAB V SASARAN, ARAH DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

Menguraikan sasaran, arah/tindakan dan prioritas pembangunan daerah yang perlu diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai

tujuan pembangunan jangka panjang daerah yang telah ditetapkan.

BAB VI PENUTUP

1.5. MAKSUD DAN TUJUAN

1.5.1. Maksud

Penyusunan RPJP Kabupaten Tambrauw dimaksudkan untuk memberikan arah bagi Pemerintah Daerah, masyarakat, dan dunia usaha serta untuk menjamin terjadinya keterpaduan dan kesinambungan pembangunan yang berkelanjutan sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan

(18)

10

sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama. Dengan demikian seluruh upaya yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan akomodatif, serta melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak

1.5.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan RPJP Kabupaten Tambrauw adalah sebagai berikut:

1. memberikan arah dan acuan bagi para calon Kepala Daerah dalam menyusun

program kerja yang akan disampaikan pada masa pemilihan Kepala Daerah.

2. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan daerah; menjamin

terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarwaktu, antarfungsi pemerintah daerah dan pusat; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; menjamin tercapainya penggunaan sumber daya yang efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan; serta menjaga kesinambungan pembangunan daerah yang dilaksanakan dalam waktu lima tahunan.

3. Menyediakan satu pedoman resmi bagi seluruh jajaran Pemerintahan Daerah

dalam menentukan prioritas program dan kegiatan yang akan dituangkan dalam RPJM Daerah.

4. Menyediakan satu pedoman berwawasan jauh untuk menentukan arah

pembangunan daerah dengan mendasarkan diri pada kondisi riil dan proyeksi ke depan.

5. Memudahkan seluruh jajaran Pemerintahan Daerah untuk memahami dan

(19)

11

BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI

DAERAH

Bagian ini memberikan gambaran tentang Aspek Geografi

dan Demografi, Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum dan Aspek Daya Saing Daerah sebagai Dasar Pengembangan Rencana Pembangunan Jangka Panjag Daerah

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

2.1.1.1. Letak Geografis, Luas, dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Tambrauw merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Papua Barat yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat, hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong. Pembentukan Kabupaten Tambrauw sebagai daerah otonom dimaksudkan untuk memperpendek rentang kendali pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat. Selain itu, hal tersebut juga dilakukan untuk mempercepat proses pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Tambrauw terletak di bagian timur Provinsi Papua Barat dengan ibukota kabupaten berada di Distrik Fef. Secara geografis, Kabupaten Tambrauw terletak di antara 1º08’00” - 8º 18’00” Lintang Selatan dan 131º56’00” - 133º05’00” Bujur Timur.

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tambrauw di Provinsi Papua Barat, wilayah Kabupaten Tambrauw pada awalnya hanya terdiri dari 6 distrik, yaitu: Distrik Fef, Abun, Kwoor, Sausapor, Miyah, dan Yembun. Terkait dengan dikabulkannya tuntutan tokoh adat untuk menguji materi UU No. 56/2008, Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Pasal 3 ayat (1) UU No. 56/2008 harus memasukan Distrik Amberbaken, Distrik Kebar, Distrik Senopi, Distrik Mubrani (berasal dari Kabupaten Manokwari) dan Distrik Moraid (berasal dari Kabupten Sorong) ke dalam wilayah Kabupaten Tambrauw.

Dengan berlakunya putusan tersebut, berarti Kabupaten Tambrauw memiliki pertambahan wilayah hingga pada saat ini menjadi 29 distrik, yaitu: Distrik Fef, Sausapor, Yembun, Syujak, Kwoor, Miyah, Abun, Moraid, Kebar, Ambarbaken, Senopi, Mubrani, Bikar, Barmus Bama, Ases, Miyah Selatan, Ireres, Tobouw, Wilhem Roumbouts, Kwesefo, Tinggouw, Mawabuan, Kebar Timur, Kebar Selatan, Manekar, Mpur, Ambarbaken Barat, Kasi, dan Selemkai.

(20)

12

Luas wilayah Kabupaten Tambrauw adalah seluas 11.529,180 km². Distrik yang memiliki wilayah terluas di Kabupaten Tambrauw adalah Distrik Senopi, yaitu seluas 1.230,763 km² (10,68 persen). Distrik yang memiliki wilayah terluas kedua adalah Distrik Kebar Selatan, yaitu seluas 1.058,699 km² (9,18 persen), diikuti Distrik Abun seluas 845,914 km² (7,34 persen), sedangkan distrik dengan luas wilayah terkecil adalah Distrik Kasi, yaitu seluas 70.828 km² (0,61 persen). Batas wilayah administrasi Kabupaten Tambrauw adalah sebagai berikut:

 Sebelah utara : Samudera Pasifik;

 Sebelah selatan : Kabupaten Sorong Selatan;

 Sebelah barat : Kabupaten Sorong; dan

(21)

13

Gambar 2.1 Peta Wilayah Administratif Kabupaten Tambrauw

(22)

14

Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Tambrauw Menurut Distrik, 2014

No. Distrik Luas Wilayah

(km2)

Persentase

(%) Kampung Jumlah Ibu Kota Distrik

1. Fef 365,987 3,17 10 Fef 2. Sausapor 457,469 3,97 10 Sausapor 3. Yembun 590,630 5,12 6 Metnayam 4. Syujak 356,529 3,09 4 Syujak 5. Kwoor 212,140 1,84 6 Kwoor 6. Miyah 194,305 1,69 8 Siakwa 7. Abun 845,914 7,34 7 Waibem 8. Moraid 499,012 4,33 9 Mega 9. Kebar 174,415 1,51 10 Anjai 10. Ambarbaken 281,337 2,44 10 Saukorem 11. Senopi 1.230,763 10,68 7 Senopi 12. Mubrani 173,319 1,50 5 Arfu 13. Bikar 171,510 1,49 9 Bikar 14. Bamus Bama 348,960 3,03 6 Bamus Bama 15. Ases 275,781 2,39 4 Ases

16. Miyah Selatan 455,060 3,95 6 - 17. Ireres 422,462 3,66 6 - 18. Tobouw 569,593 4,94 5 - 19. Wilhem Roumbouts 185,011 1,60 4 Tabamsere 20. Kwesefo 379,540 3,29 7 Kwesefo 21. Tinggouw 226,278 1,96 4 Tinggouw 22. Mawabuan 431,501 3,74 7 - 23. Kebar Timur 420,928 3,65 13 - 24. Kebar Selatan 1.058,699 9,18 10 Ajami 25. Manekar 173,747 1,51 10 - 26. Mpur 223,223 1,94 5 Arupi 27. Ambarbaken Barat 362,195 3,14 5 - 28. Kasi 70,828 0,61 7 - 29. Selemkai 372,043 3,23 5 - Jumlah 11.529,179 100,00 205

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031

Pemerintahan Kabupaten Tambrauw pada tahun 2015 mempunyai 29 distrik yang terdiri atas 205 kampung. Berdasarkan RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031, dari 29 distrik yang ada, hanya 20 distrik yang telah memiliki pusat pemerintahan. Distrik yang belum memiliki pusat pemerintahan adalah Distrik Miyah Selatan, Ireres, Tobouw, Mawabuan, Kebar Timur, Manekar, Ambarbaken Barat, Kasi, dan Selemkai. Dilihat dari komposisi jumlah kampung, distrik dengan jumlah kampung terbanyak terbanyak adalah Distrik Kebar Timur yaitu sebanyak 13 kampung.

2.1.1.2. Kondisi Topografi

Secara topografi dan morfologi, Kabupaten Tambrauw mencakup wilayah

(23)

15

antara 0 – 60 persen. Dataran rendah dan berawa dengan ketinggian 0 – 100 meter

dpl terdapat di bagian barat dan selatan, daerah yang bergelombang hingga

pegunungan dengan ketinggian 100 – 2.500 meter dpl terdapat di bagian utara dan

timur.

Gambar 2.2 Persentase Wilayah Menurut Kondisi Topografi

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

Sebagian besar wilayah Kabupaten Tambrauw merupakan wilayah perbukitan dan pegunungan dengan total luas wilayah mencapai 10.826,35 km² yang terdiri atas wilayah perbukitan (100-1.000 mdpl) seluas 6.707,52 km² dan wilayah pegunungan (>1.000 mdpl) seluas 4.118,83 km². Sementara itu, luas wilayah dataran rendah di Kabupaten Tambrauw (0-100 mdpl) hanya seluas 703,33 km².

Ditinjau dari segi kelerengan, sebagian besar wilayah Kabupaten Tambrauw memiliki kelas lereng >60 peren. Kondisi tersebut merupakan kendala utama bagi pemanfaatan lahan baik untuk pengembangan sarana dan prasarana fisik, sistem transportasi darat maupun bagi pengembangan budidaya pertanian khususnya untuk tanaman pangan. Luas wilayah dengan kondisi kelerengan >60 persen (bergunung sangat curam) adalah seluas 8.455,75 km² (73,34 persen). Wilayah yang memiliki kondisi kelerengan 40-60 persen (bergunung curam) adalah seluas 1.611,97 km² (13,98 persen), sedangkan wilayah dengan kondisi datar seluas 967,15 km² (8,39 persen). Dataran rendah (0-100 mdpl) 6.10% Perbukitan (100-1.000 mdpl) 58.18% Pegunungan (> 1.000 mdpl) 35.72%

(24)

16

Gambar 2.3 Persentase Wilayah Menurut Kondisi Kelerengan

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

2.1.1.3. Kondisi Geologi

Berdasarkan data sekunder yang tersedia dari Peta Geologi Lembar Mar, sekala 1:250.000 yang disusun oleh U. Hartono, CH. Amri dan P.E. Pieterss (1989), wilayah Kabupaten Tambrauw terbentuk dari beberapa satuan batuan dan formasi yang diantaranya terdiri dari endapan sluvium (Qa), endapan danau (Ql), aluvium dan endapan undak litoral (Qt), formasi opmorai (TQo), bancuh tak terpisahkan di dalam Sistem Sesar Sorong (SFx), batu gamping di dalam Sistem Sesar Sorong (SFl), batu pasir di dalam Sistem Sesar Sorong (SFs), kalsilutit di dalam Sistem Sesar Sorong (SFc), batuan gunung api dalam Sistem Sesar Sorong (SFv), formasi klasafet (Tmk), batuan gunung api Moon (Tmm), formasi koor (Tmko), batu gamping kais (Tmka), formasi sirga (Toms), batuan gunung api mandi (Temm), batu pasir amiri (Kua), formasi tamrau (JKt), formasi tipuma (TRjt), granodiorit wariki (Rw), komplek terobosan netoni (Rn) dan batu lumpur aifat (Pla).

Selanjutnya Struktur geologi yang berkembang di Kabupaten Tambrauw seperti sesar normal, sesar geser, sesar naik, antiklin dan sinklin, wilayah bahasannya dari utara ke selatan dapat dibagi dalam 4 (empat) blok atau sistem yaitu Blok Tosem, Blok Tamrau, Sistem Sesar Sorong dan Blok Kemum.

2.1.1.4. Kondisi Hidrogeologi Umum

Berdasarkan data yang diperoleh dari Peta Hidrogeologi Indonesia sekala 1:1.000.000 yang disusun oleh Hendri Setiadi dan Ucu T, kondisi hidrogeologi wilayah di Kabupaten Tambrauw terdiri dari 3 (tiga) wilayah akuifer (Gb 2) yang diantaranya

Datar 8.39% Bergelombang 0.65% Berbukit 0.42% Bergunung 3.22% Bergunung curam 13.98% Bergunung sangat curam 73.34%

(25)

17

adalah wilayah akuifer dengan produktivitas sedang, wilayah akuifer produktif secara setempat dan akuifer dengan produktivitas rendah.

1. Wilayah akuifer produktivitas sedang

Wilayah akuifer produktivitas sedang di Kabupaten Tambrauw menempati sebagian kecil dari luas wilayah (± 10 persen) yaitu terdapat di sebelah barat atau termasuk wilayah distrik Sausapor dan Distrik Yembun yang terbentuk oleh Satuan Batuan Sedimen lepas atau setengah padu, dimana umumnya berukuran lempung hingga kerakal yang mempunyai nilai keterusan (transmisivity) sedang. Wilayah akuifer pruduktivitas sedang mempunyai kedalaman muka air tanah yang relatif dalam dan mempunyai debit mata air beragam, umumnya kurang dari 5 liter/detik.

2. Wilayah akuifer setempat produktif (locally productive aquifers)

Wilayah akuifer setempat produktif mempunyai nilai keterusan sedang dan muka air tanah pada umumnya dalam, dimana setempat dapat dijumpai mata air dengan debit relatif kecil. Wilayah akuifer ini terdapat secara terpisah yaitu di sebelah utara, tengah dan barat daya lembar peta yang menempati areal ± 35 persen dari luas wilayah. Wilayah akuifer di bagian utara umumnya terdapat di sekitar pantai yang merupakan Endapan Aluvium sungai dan pantai yang terdiri dari material lepas atau setengah padu, umumnya berukuran lempung, pasir hingga kerakal yang menempati sebagian kecil wilayah. Wilayah akuifer setempat produktif yang terletak di bagian tengah dengan arah penyebaran barat-timur, terdapat di sekitar Pegunungan Tambrauw, dimana batuannya adalah merupakan batuan sedimen padu dan gunungapi tua, terdiri dari breksi, konglomerat, napal, batupasir, breksi vulkanik, aglomerat dan lava yang telah mengalami perlipatan, umumnya mempunyai kelulusan rendah dan setempat mempunyai kelulusan sedang. Selain batuan sedimen padu dan gunung api tua tersebut, wilayah akuifer ini di bagian selatannya terdapat dalam batu gamping dan dolomit dengan nilai kelulusan yang beragam, tergantung pada tingkat karsifikasinya. Wilayah akuifer setempat produktif yang terdapat di sebelah barat daya terdiri dari batuan sedimen padu dan gunung api tua yang disertai dengan batuan sedimen lepas atau setengah padu, umumnya berukuran lempung hingga kerakal dengan nilai kelulusan (permeability) antara rendah sampai sedang, sedangkan pada material kasar mempunyai nilai kelulusan tinggi.

3. Wilayah akuifer langka atau tak berarti

Wilayah akuifer langka di Kabupaten Tambrauw terdapat di bagian utara, tengah dan selatan dengan arah penyebaran relatif barat-timur yang menempati areal paling luas atau sekitar 55 persen dari luas wilayah. Wilayah akuifer langka yang terdapat di bagian utara lembar peta batuannya terdiri dari batuan sedimen padu dan gunung api tua serta batuan beku atau malihan yang terdiri dari granit, diorit, gabro, sekis, batusabak dan kuarsit yang mempunyai nilai kelulusan rendah. Sedangkan di bagian tengah dan selatan wilayah akuifer

(26)

18

langka ini terjadi pada batuan beku dan malihan yang padu dengan nilai kelulusan rendah.

2.1.1.5. Kondisi Hidrologi

Kabupaten Tambrauw memiliki banyak sungai yang terdiri dari sungai-sungai kecil dan besar. Sungai-sungai besar tersebut merupakan induk dari beberapa sungai kecil. Kapasitas air di sungai-sungai besar di Kabupaten Tambrauw relatif terjaga sehingga tidak mengalami kekeringan pada saat musim kemarau. Secara umum, apabila ditinjau dari kondisi fisik, sungai yang terdapat di Kabupaten Tambrauw masih menunjukkan kondisi fisik air sungai yang alami. Kondisi ini sangat ditunjang dengan adanya vegetasi yang tumbuh di sepanjang aliran sungai sebagai daerah tangkapan air hujan. Daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Tambrauw berjumlah

sebanyak 21 DAS yang berada pada wilayah Sungai Kamundan – Sebyar. DAS tersebut

selain melewati wilayah Kabupaten Tambrauw juga melewati beberapa kabupaten/kota di sekitar wilayah Kabupaten Tambrauw. DAS yang melewati batas kabupaten diantaranya adalah DAS Andai, Gajah Besar, Karabra, Kamundan, Kasi, Mega, Sebyar, Wariagar, dan Warsamson. DAS terpanjang yang berada di Kabupaten Tambrauw adalah DAS Sebyar yaitu sepanjang 6.487,81 km yang melewati Kabupaten Tambrauw, Pegunungan Arfak, Maybrat, dan Tambrauw, diikuti DAS Kamundan sepanjang 5.865,79 km yang melewati, Kabupaten Tambrauw, Maybrat, Sorong Selatan, dan Tambrauw, dan DAS Karabra sepanjang 4.393,32 km yang melewati Kabupaten Tambrauw, Maybrat, Sorong, dan Sorong Selatan. Gambaran rinci mengenai DAS yang ada Kabupaten Tambrauw ditampilkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Tambrauw

No. DAS Panjang (Km) Wilayah Adminitrasi Wilayah Sungai

1. Andai 257,65 Tambrauw, Manokwari Kamundan - Sebyar 2. Arupi 114,00 Tambrauw Kamundan - Sebyar 3. Gajah Besar 120,79 Tambrauw, Sorong Kamundan - Sebyar 4. Karabra 4.393,32 Tambrauw, Maybrat, Sorong,

Sorong Selatan Kamundan - Sebyar 5. Kamundan 5.865,79 Tambrauw, Maybrat, Sorong

Selatan, Tambrauw Kamundan - Sebyar 6. Kasi 979,74 Tambrauw, Pegunungan

Arfak, Manokwari Kamundan - Sebyar 7. Kwoor 1.460,59 Tambrauw Kamundan - Sebyar 8. Mandi 353,67 Tambrauw Kamundan - Sebyar 9. Manggeni 212,08 Tambrauw Kamundan - Sebyar 10. Maon 401,45 Tambrauw Kamundan - Sebyar 11. Mar 110,50 Tambrauw Kamundan - Sebyar 12. Mega 352,50 Tambrauw, Sorong Kamundan - Sebyar 13. Sausapor 166,10 Tambrauw Kamundan - Sebyar 14. Sebyar 6.487,81 Tambrauw, Pegunungan

Arfak, Maybrat, Tambrauw Kamundan - Sebyar 15. Wariagar 3.873,27 Tambrauw, Pegunungan

(27)

19

No. DAS Panjang (Km) Wilayah Adminitrasi Wilayah Sungai

16. Warsamson 1.595,11 Tambrauw, Kota Sorong,

Sorong Kamundan - Sebyar 17. Wekareng 124,68 Tambrauw Kamundan - Sebyar 18. Wepei 168,82 Tambrauw Kamundan - Sebyar 19. Wesan 205,86 Tambrauw Kamundan - Sebyar 20. Wesauni 284,61 Tambrauw Kamundan - Sebyar 21. Wowey 128,87 Tambrauw Kamundan - Sebyar Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031

2.1.1.6. Kondisi Klimatologi

Iklim tropis lembab dan panas merupakan kondisi iklim yang ada di Kabupaten Tambrauw. Berdasarkan data dari stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Sorong, selama periode 1996-2014, suhu udara di Kabupaten Tambrauw cenderung stabil dan pada umumnya suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan suhu udara terendah terjadi pada bulan Juli. Pada tahun 2014, suhu udara rerata tertinggi terjadi pada bulan April yaitu sebesar 27,92ºC, sedangkan suhu udara rerata terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 26,10ºC. Suhu udara minimum tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 23,61ºC, sedangkan suhu minimum tertinggi terjadi pada bulan April yaitu sebesar 24,56ºC. sementara itu, suhu maksimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaotu sebesar 32,33ºC dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada bulan Agustus, yaitu sebesar 30,34ºC.

Gambar 2.4 Suhu Udara Minimum, Maksimum, dan Rerata di Kabupaten Tambrauw (ºC), 2014

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

24.00 23.88 24.45 24.56 24.46 24.29 23.83 23.64 23.61 24.02 24.21 24.41 30.61 30.42 31.19 31.40 31.08 31.12 30.38 30.34 31.03 32.33 31.66 31.62 27.38 27.40 27.88 27.92 27.37 27.09 26.70 26.10 26.63 27.54 27.30 27.45 20.00 22.00 24.00 26.00 28.00 30.00 32.00 34.00

(28)

20

Kondisi tekanan udara di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 dapat dikatakan relatif stabil. Tekanan udara tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 1.010,5 mbps, sedangkan tekanan udara terendah terjadi pada bulan Januari dan Desember yang masing-masing sebesar 1.008,1 mbps.

Gambar 2.5 Tekanan Udara di Kabupaten Tambrauw (mbps), 2014

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

Kelembaban udara di Kabupaten Tambrauw memiliki kecenderungan stabil dan pada umumnya kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Juli dan terendah pada bulan Maret. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2014 dimana kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 93,70 persen dan kelembaban terendah terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 92,10 persen.

Gambar 2.6 Kelembaban Udara di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

1,008.10 1,008.50 1,009.40 1,008.70 1,009.20 1,008.80 1,010.00 1,010.50 1,010.40 1,009.40 1,008.70 1,008.10 1,005.00 1,006.00 1,007.00 1,008.00 1,009.00 1,010.00 1,011.00 92.30 92.60 92.10 93.30 93.20 93.50 93.70 92.60 92.70 92.70 92.80 92.40 91.00 91.50 92.00 92.50 93.00 93.50 94.00

(29)

21

Kecepatan angin rerata di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 cenderung fluktuatif. Kecepatan angin rerata tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 5,14 knot dan terendah terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 3,08 knot. Sementara itu, kecepatan angin maksimum tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 10,26 knot dan terendah terjadi pada bulan Mei dan November yaitu masing-masing sebesar 7,60 knot.

Gambar 2.7 Kecepatan Angin di Kabupaten Tambrauw (knot), 2014

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

Pada tahun 2014, intensitas curah hujan yang tercatat hanya pada periode bulan Mei hingga Desember. Dari periode waktu tersebut, curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 424 mm, sedangkan curah hujan bulanan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 43,94 mm.

Gambar 2.8 Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Tambrauw (mm), 2014

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

8.06 8.51 8.38 8.05 7.60 8.22 10.02 8.50 10.26 9.78 7.60 9.01 3.49 4.45 4.07 3.32 3.08 3.59 5.14 4.35 5.02 4.65 3.16 3.10 -2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

Kecepatan Maksimum Kecepatan Rerata

-50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00

(30)

22

2.1.1.7. Penggunaan Lahan

Berdasarkan penggunaan lahan, sebagian besar wilayah Kabupaten Tambrauw

merupakan wilayah hutan dengan luas keseluruhan mencapai 10.819 km2. Wilayah

hutan tersebut terdiri atas hutan lahan kering primer seluas 8.184,83 km2 (71,39

persen) dan hutan lahan kering sekunder seluas 2.635,16 km2 (22,99 persen). Luas

lahan yang digunakan untuk budidaya pertanian terdiri atas ladang seluas 38,47 km2

(0,34 persen) dan lahan tanaman campuran seluas 81,73 km2 (0,71 persen).

Sementara itu, lahan yang digunakan untuk permukiman penduduk masih sangat kecil

yaitu hanya seluas 7,45 km2 (0,06 persen).

Gambar 2.9 Persentase Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan, 2014

Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Tambrauw 2011-2031 (diolah)

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

2.1.2.1. Potensi Sektor Pertanian

Kabupaten Tambrauw memiliki potensi pengembangan sektor pertanian yang tinggi mengingat adanya ketersediaan lahan yang besar. Akan tetapi, mengingat teknologi pertanian yang digunakan oleh masyarakat masih tradisional dan belum bersifat komersial, maka sektor pertanian di Kabupaten Tambrauw dapat dikatakan masih belum berkembang. Ditilik dari pengunaan lahan, dari lahan seluas 11.529,18

km2, sebagian besar lahan di Kabupaten Tambrauw merupakan hutan dimana lahan

yang dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan masih relatif kecil (kurang dari 1 persen). Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling dominan dalam perekonomian Kabupaten Tambrauw diukur dari kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sektor ini menjadi tumpuan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk, akan tetapi sejauh ini pengelolaannya belum berkembang secara optimal baik pada tahap proses produksi, pengolahan hasil maupun pemasaran.

Hutan lahan kering primer 70.99% Hutan lahan kering

sekunder 22.86% Ladang 0.33% Tanaman campuran 0.71% Permukiman 0.06%

Semak dan belukar 4.48% Lahan terbuka 0.48% Beting pantai 0.09%

(31)

23

Pada tahap produksi, sebagian besar kegiatan pertanian masih bersandar pada ketersediaan sumber daya alam. Masukan teknologi dan manajemen hampir tidak ada untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk. Pada tahap pengolahan hasil-hasil pertanian, hanya sedikit saja jenis komoditi yang mengalami proses pengolahan. Demikian pula, rantai proses pengolahan tidak begitu panjang, sehingga nilai tambah yang diberikan ke dalam hasil pertanian tidak terlalu banyak. Pada tahap pemasaran, potensi pasar yang tersedia relatif terbatas karena masih minimnya jumlah penduduk. Di lain pihak, pemasaran ke luar wilayah Kabupaten Tambrauw dihadapkan pada biaya transportasi yang mahal, yang pada akhirnya menekan pendapatan petani ke tingkat yang rendah.

2.1.2.2. Potensi Kemaritiman

Kabupaten Tambrauw mempunyai wilayah perairan laut yang luas di sebelah utara. Dengan keadaan wilayah yang demikian, maka sebagian besar masyarakat memiliki ketergantungan hidup yang tinggi di sektor kelautan dan perikanan. Selain itu, posisi kabupaten ini yang langsung berhadapan dengan Samudera Pasifik mengakibatkan tersedianya potensi perikanan tangkap yang cukup melimpah karena dilewati oleh jalur ruaya berbagai jenis ikan terutama jenis ikan pelagis besar (tuna dan cakalang). Di lain pihak, dengan hamparan hutan bakau dan terumbu karang yang cukup luas, memungkinkan terciptanya peluang pengembangan, penangkapan dan budidaya ikan demersal serta jenis pelagis kecil yang cukup menjanjikan. Kondisi ini menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai salah satu sektor unggulan yang diharapkan dapat menyumbangkan pendapatan bagi daerah, di samping meningkatkan pendapatan masyarakat terutama nelayan yang pada akhirnya akan mendorong taraf hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih tinggi.

Potensi wisata bahari yang ada di Kabupaten Tambrauw banyak yang belum tersentuh, sehingga potensi alam yang masih sangat alami ini dapat dimanfaatkan para investor dan dunia wisata lainnya bagi pengembangan kegiatan ekonomi dan pendapatan daerah di masa mendatang. Keberadaan potensi wisata bahari berupa pulau-pulau dan pantai yang indah dengan taman laut serta keanekaragaman jenis ikan hias, merupakan potensi utama dalam rangka mengembangkan wisata bahari.

2.1.2.3. Potensi Pariwisata

Pada dasarnya sektor pariwisata memegang peranan sangat penting dalam menunjang peningkatan perekonomian daerah. Penunjang pengembangan sektor pariwisata adalah peningkatan sarana dan prasarana, bimbingan dan penyuluhan sadar wisata, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), pelibatan secara bertahap partisipasi swasta dan masyarakat. Potensi wisata di Kabupaten Tambrauw meliputi wisata alam dan budaya. Obyek wisata di Kabupaten Tambrauw terdiri dari objek wisata alam dan bahari. Obyek wisata tersebut meliputi:

(32)

24

o Wisata Alam Pantai Jamursba Medi, terletak di Kampung Saubeba, Distrik

Sausapor, dengan panorama pantai dan air laut yang jernih, dan penyu belimbing.

o Obyek wisata alam air terjun, terletak di akses Distrik Fef menuju Miyah yang

tepatnya terletak di Kampung Tabamsere, Distrik Miyah, dengan panorama hutan yang lebat dan beraneka ragam jenis tumbuhan tropis serta jenis burung di lokasi tersebut.

Untuk wisata budaya dan sosial, yang ditonjolkan adalah keunikan budaya masyarakat yang ada di Kabupaten Tambrauw. Dengan mengapresiasi latar belakang perkembangan wilayah Kabupaten Tambrauw khususnya, dan bersama-sama dengan Kota Sorong umumnya, dapat diindikasikan karakter kutural/budaya yang ada.

o Masyarakat yang ada di Kabupaten Sorong terdiri atas masyarakat asli (Papua)

dan masyarakat pendatang (transmigran dan pendatang lainnya).

o Masyarakat asli Papua cenderung tersebar pada permukiman-permukiman

baik di bagian barat maupun di bagian timur/utara. Khusus untuk masyarakat di bagian timur/utara ini ada kecenderungan interaksi dengan masyarakat di Kabupaten Manokwari, baik di pesisir maupun di Dataran Tinggi Kebar; dan interaksi dengan masyarakat di bagian utara Kabupaten Sorong Selatan. Kedua bagian wilayah tersebut memang mempunyai jarak yang lebih dekat jika dibandingkan dengan bagian barat Kabupaten Sorong.

o Pendatang transmigran cenderung dominan di bagian barat, begitu juga

kemudian pendatang lainnya yang bukan transmigran.

o Atas dasar itu, maka interaksi kuat antar kultur/budaya dominan terjadi di

bagian barat wilayah ini. Dengan interaksi dan heterogenitas demikian ini akan menjadi pendorong perkembangan sosial-ekonomi di masa datang. Sementara di bagian timur/utara interaksi demikian ini relatif lebih kecil, dengan kata lain akan sangat kuat konsep pengembangan wilayah yang khusus, dengan memperkenalkan interaksi yang lebih luas melalui pembangunan infrastruktur perhubungan/transportasi yang memberikan akses baik internal maupun eksternal wilayah.

Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan secara umum bahwa arah perkembangan kultur/budaya melalui interaksinya akan bermula di bagian barat (Kota Sorong serta Aimas dan sekitarnya) yang kemudian dapat dijalarkan ke arat timur/utara tersebut, selain ada juga interaksi bagian wilayah timur/utara ini dengan wilayah Kabupaten Manokwari dan Sorong Selatan. Objek wisata di Kabupaten Tambrauw yang fokus pada alam dan budaya merupakan langkah yang tepat mengingat kondisi alam yang masih belum banyak terpengaruh budaya luar. Jika objek wisata ini dapat dipasarkan secara menarik, akan banyak wisatawan yang akan berkunjung ke Kabupaten Tambrauw. Namun demikian, perlu diperhatikan sarana pendukung pariwisata seperti transportasi dan penginapan.

(33)

25

2.1.2.4. Potensi Sumberdaya Mineral

Kabupaten Tambrauw sangat kaya dengan potensi sumberdaya mineral, antara lain nikel, talk, magnesit, pasir besi, kromit, emas, semen, minyak bumi dan batu gamping. Berdasarkan data geologi dan anomali geokimia yang ada, sumber daya mineral yang terdapat di Kabupaten Tambrauw adalah endapan mineral bijih emas (Au), tembaga (Cu), seng (Zn), timah hitam (Pb) dan timah putih (Sn). Berdasarkan data geologi yang ada bahwa bahan galian non logam di Kabupaten Tambrauw seperti potensi batubara dan hidrokarbon akan sulit ditemukan seperti di Daerah Papua lainnya. Endapan emas, tembaga, seng, timah hitam dan timah putih sebagian besar terjadi pada Satuan Batuan Gunung api Moon (Tmm) yang terdiri dari tufa, aglomerat, lava dan breksi lava yang terletak di Pegunungan Tamrau. Kecuali seng (Zn) yang terdapat di dalam Formasi Tambrauw (JKt) yang terdiri dari serpih sampai batu sabak, batu lanau, batu pasir dan kalsilutit.

2.1.3. Kondisi Kebencanaan

Menurut Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) yang diterbitkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada tahun 2013, Kabupaten Tambrauw termasuk kabupaten yang memiliki kelas risiko bencana multi ancaman dalam kategori sedang dengan skor secara keseluruhan sebesar 118. Jika dirinci menurut jenis bencana, kelas risiko bencana yang tinggi di Kabupaten Tambrauw adalah untuk bencana gempa bumi, tanah longsor, gelombang ekstrim dan abrasi, dan kebakaran lahan dan hutan. Kelas risiko bencana dalam kategori sedang adalah untuk bencana banjir, tsunami, dan kekeringan, sedangkan kelasa risiko bencana dalam kategori rendah adalah untuk bencana cuaca ekstrim.

Tabel 2.3 Indeks Risiko Bencana di Kabupaten Tambrauw

No. Jenis Bencana Skor Kelas Risiko

1. Banjir 14 Sedang

2. Gempa bumi 22 Tinggi 3. Tsunami 14 Sedang 4. Tanah longsor 17 Tinggi 5. Gelombang ekstrim dan abrasi 20 Tinggi 6. Kebakaran lahan dan hutan 17 Tinggi 7. Cuaca ekstrim 4 Rendah 8. Kekeringan 10 Sedang Sumber: BNPB, 2013

Potensi kebencanaan di Kabupaten Tambrauw ini dapat diklasifikasikan berdasarkan Peta Zona Gempa Indonesia melalui persamaan rayapan gelombang gempa Fukushima dan Tanaka 1990. Berdasarkan peta zona gempa ini bahwa Wilayah Kabupaten Tambrauw dan sekitarnya termasuk dalam Zona D, E dan F yang

mempunyai koefisien zona gempa berturut-turut yaitu antara 0,9-1,2; 1,2–1,4 dan 1,4–

(34)

26

Zona F yang mempunyai nilai koefisien zona gempa antara 1,4–1,6 ini

merupakan zona yang mempunyai nilai tertinggi sehingga mempunyai nilai potensi kebencanaan yang sangat tinggi, dimana zona ini terdapat di ujung timur Kabupaten Tambrauw atau termasuk Kabupaten Manokwari. Pada zona ini percepatan gempa permukan untuk perioda ulang antara 10 tahun sampai 10.000 tahun yang dihitung dengan faktor koreksi pada batuan mempunyai nilai percepatan antara 0,1524-0,4620

cm/detik2. Sedangkan apabila dihitung dengan faktor koreksi pada Endapan Aluvium

dengan perioda ulang yang sama adalah mempunyai nilai percepatan gempa

permukaan tanah antara 0,2095-0,6352 cm/detik2. Perhitungan percepatan gempa

permukaan tanah pada endapan Aluvium Lunak antara perioda ulang 10–10.000

tahun adalah 0,2286-0,693 cm/detik2.

Zona E yang mempunyai nilai koefisien zona gempa antara 1,20-1,40 yang terletak di bagian tengah atau terletak antara Kabupaten Tambrauw dan Manokwari dapat diklasifikasikan mempunyai nilai potensi kebencanaan tinggi. Berdasarkan perhitungan percepatan gempa permukaan tanah terkoreksi bahwa Zona E dengan perioda ulang antara 10-10.000 tahun pada formasi batuan adalah antara

0,1320-0,4004 cm/detik2. Perhitungan pada Endapan Aluvium adalah antara 0,1816

cm/detik2 dan pada Endapan Aluvium Lunak adalah antara 0,1981 0,6006

cm/detik2.

Zona D yang mempunyai nilai koeisien zona gempa antara 0,90 – 1,20, terletak

di bagian barat Daerah Tambrauw atau antara Daerah Sorong dan Daerah Tambrauw

yang dapat diklasifikasikan dalam potensi gempa antara sedang – tinggi, dimana

penyebaran zona gempa ini berarah barat laut-tenggara. Berdasarkan hasil perhitungan percepatan gempa permukaan tanah terkoreksi pada batuan dengan

perioda ulang 10 tahun adalah 0,1066 cm/detik2, sedangkan pada batuan dengan

perioda ulang 10.000 tahun adalah 0,3234 cm/detik2. Sehingga percepatan gempa

permukaan tanah terkoreksi antara perioda ulang 10 s/d 10.000 tahun adalah antara

0,1066–0,3234 cm/detik2. Hasil perhitungan percepatan gempa permukaan

terkoreksi pada Aluvium dengan perioda ulang 10 tahun adalah 0,1466 cm/detik2,

sedangkan dengan perioda ulang 10.000 tahun adalah 0,4446 cm/detik2, sehingga

hasil perhitungan percepatan gempa permukaan terkoreksi pada Endapan Aluvium

dengan perioda ulang antara 10 s/d 10.000 tahun adalah antara 0,1466 – 0,4446

cm/detik2. Hasil perhitungan percepatan gempa permukaan pada Endapan Aluvium

Lunak dengan perioda ulang 10 tahun adalah 0,1600 cm/detik2, sedangkan pada

perioda ulang 10.000 tahun adalah 0,4851 cm/detik2, sehingga percepatan gempa

permukaan terkoreksi pada Endapan Aluvium Lunak dengan perioda ulang antara 10

s/d 10.000 tahun adalah antara 0,1600 – 0,4851 cm/detik2.

Sepanjang tahun 2014, Kabupaten Tambrauw mengalami kejadian gempa tektonik sebanyak 18 kali dengan kejadian gempa terbanyak terjadi pada bulan Juni yaitu 7 kejadian dengan kekuatan gempa tertinggi 4,80 SR pada bulan Oktober. Pada kurun waktu tahun 2009 hingga 2014, jumlah kejadian gempa tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 269 kejadian dan terendah terjadi pada tahun 2013 dan 2014 yaitu masing-masing sebanyak 18 kejadian. Pada umumnya kejadian gempa

(35)

27

tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Juni. Kekuatan gempa tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan kekuatan mencapai 7,9 Skala Richter. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 3 Januari 2009 pada kedalaman 15 km di bawah laut. Ditinjau dari kekuatan gempa rerata, kekuatan gempa yang terjadi di Kabupaten Tambrauw memiliki kecenderungan menurun, kekuatan gempa rerata tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu 4,49 Skala Richter dan terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu 3,25 Skala Richter dengan kedalaman gempa rerata 16 km sampai 25 km.

Dengan sebagian besar wilayah yang berupa kawasan hutan, maka kelas risiko bencana kebakaran lahan dan hutan di Kabupaten Tambrauw termasuk ke dalam kategori tinggi dengan skor sebesar 17. Bencana kebakaran lahan dan hutan juga dapat terjadi dikarenakan oleh kegiatan budidaya yang dilakukan manusia. Pembukaan lahan hutan untuk kegiatan pertanian juga menjadi salah satu penyebab bencana karena pembukaan tersebut dilakukan dengan pembakaran untuk meminimalisasi biaya dan hasilnya sangat cepat. Bencana lain yang termasuk dalam kelas risiko tinggi adalah tanah longsor dengan skor sebesar 17.

Wilayah Kabupaten Tambrauw sebagian besar termasuk wilayah yang rawan tanah longsor karena sebagian besar wilayahnya meliputi wilayah perbukitan dengan kemiringan lereng yang cukup terjal. Daerah yang terbuka akibat pertambangan ditunjang dengan kemiringan lereng yang cukup terjal apabila terjadi hujan yang lebat maka butiran tanah yang lepas-lepas akan cepat longsor. Tanah Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang mempengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh.

2.1.4. Kondisi Demografi

Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Besaran, komposisi, dan distribusi penduduk akan mempengaruhi struktur ruang dan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Seluruh aspek pembangunan memiliki korelasi dan interaksi dengan kondisi kependudukan yang ada, sehingga informasi tentang demografi memiliki posisi strategis dalam penentuan kebijakan. Penduduk

dibagi atas kelompok–kelompok tertentu, atau dapat dikatakan atas komposisi

penduduk tertentu. Susunan penduduk tersebut menggambarkan pengelompokan penduduk menurut karateristik yang sama seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian.

Jumlah penduduk Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebanyak 13.497 jiwa. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tambrauw selama periode 2012-2014 adalah sebesar 0,84 persen per tahun. Selama periode tersebut,

(36)

28

laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,34 persen, sedangkan pertumbuhan penduduk terendah terjadi pada tahun 2012 yang

hanya sebesar 0,27 persen. Dengan luas wilayah sebesar 11.529,19 km2, maka

kepadatan penduduk di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebesar 1,17 jiwa per km2.

Masih rendahnya tingkat pertumbuhan penduduk dalam hal ini disebabkan oleh stabilnya tingkat kelahiran penduduk serta belum banyaknya migrasi penduduk yang biasanya didorong oleh perkembangan kegiatan perekonomian wilayah. Meskipun jumlah penduduk di Kabupaten Tambrauw masih sedikit, laju pertumbuhan penduduk yang tinggi perlu ditekan. Kondisi Kabupaten Tambrauw dengan infrastruktur yang masih terbatas akan menyulitkan jika jumlah penduduk meningkat pesat dimana dikhawatirkan kebutuhan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan penunjang kehidupan lainnya tidak mencukupi kebutuhan penduduk. Hal ini pada gilirannya akan mempersulit kehidupan masyarakat Kabupaten Tambrauw sendiri. Untuk itu, diperlukan pendidikan keluarga berencana kepada masyarakat Kabupaten Tambrauw dengan harapan menekan laju pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang rendah merupakan langkah jangka panjang untuk membentuk SDM yang berkualitas sehingga mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dengan penduduk yang masih sedikit dan bertambah tidak terlalu pesat, program peningkatan kualitas SDM dapat dilaksanakan secara lebih optimal.

Gambar 2.10 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tambrauw, 2011-2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Distrik yang memiliki jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah Distrik Sausapor yaitu sebanyak 2.764 jiwa (20,48 persen), diikuti Distrik Kebar sebanyak 2.031 jiwa (15,05 persen), Distrik Amberbaken sebanyak 1.887 jiwa (13,98 persen), Distrik Moraid sebanyak 1.796 jiwa (13,31 persen), dan Distrik Yembun sebanyak 1.000 jiwa (7,41 persen). Dari 29 distrik yang ada di Kabupaten Tambrauw, hanya 5 distrik tersebut yang memiliki jumlah

0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 12,900 13,000 13,100 13,200 13,300 13,400 13,500 13,600 2011 2012 2013 2014

Gambar

Tabel 2.6 Jumlah dan Kepadatan Penduduk per km 2  Menurut Distrik, 2014  No.  Distrik  Penduduk (jiwa)  Kepadatan (jiwa
Gambar 2.12 Perkembangan Nilai PDRB dan Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw,  2010-2014
Tabel 2.4 Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw Menurut Lapangan Usaha,  2011-2014 (persen)
Tabel 2.5 Kontribusi PDRB AHB Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tambrauw,  2011-2014 (persen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Makna RPJPD ini bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Blitar adalah salah satu dokumen perencanaan pembangunan yang disusun dengan maksud untuk menghasilkan acuan umum bagi

RPJPD Kabupaten Banyuwangi 2005-2025 sebagai dokumen perencanaan pembangunan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dimaksudkan untuk memberikan arah sekaligus menjadi acuan

bahwa pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Merujuk pada ketentuan mengenai pengertian RPJP tersebut di atas, maka Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Banten Tahun 2005-2025 didefinisikan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Buru Selatan Tahun 2009-2029 yang selanjutnya disingkat RPJPD Kabupaten Buru Selatan adalah dokumen perencanaan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2005 – 2025 yang selanjutnya disebut RPJP Provinsi adalah Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun

RPJPD Kabupaten Polewali Mandar merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, yang penyusunannya berpedoman pada