• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

Selama periode 2010-2014, PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Tambrauw selalu mengalami peningkatan setiap tahun dari Rp 90,17 miliar pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 141,42 miliar pada tahun 2014. Hal yang sama juga terjadi pada perhitungan PDRB atas dasar harga konstan yang mengalami peningkatan setiap tahun.

Gambar 2.12 Perkembangan Nilai PDRB dan Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw, 2010-2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Jika dirinci menurut lapangan usaha selama periode 2011-2014, dari ke 16 sektor yang ada di Kabupaten Tambrauw, semua sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang positif setiap tahunnya. Sektor yang memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi selama periode tersebut adalah sektor jasa keuangan dan asuransi yang tumbuh sangat signifikan yaitu sebesar 39,96 persen per tahun, diikuti oleh sektor pengadaan listrik dan gas sebesar 9,58 persen per tahun, dan sektor

1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 20,000.00 40,000.00 60,000.00 80,000.00 100,000.00 120,000.00 140,000.00 160,000.00 2010 2011 2012 2013 2014

33

konstruksi sebesar 9,28 persen per tahun. Hanya ketiga sektor tersebut di Kabupaten Tambrauw yang memiliki rata-rata pertumbuhan di atas 9 persen per tahun.

Tabel 2.4 Pertumbuhan PDRB AHK Kabupaten Tambrauw Menurut Lapangan Usaha, 2011-2014 (persen)

Kode Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,86 2,73 3,07 3,80 2,62 B Pertambangan dan Penggalian 3,72 4,71 5,26 5,36 4,76 C Industri Pengolahan 3,20 3,52 3,97 4,26 3,74 D Pengadaan Listrik dan Gas 8,53 9,35 9,84 10,58 9,58 E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

2,16 2,27 2,38 2,50 2,33

F Konstruksi 8,23 8,73 9,42 10,72 9,28 G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

4,29 5,04 6,30 6,78 5,60

H Transportasi dan Pergudangan 6,61 7,30 7,94 7,92 7,44 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,74 5,32 5,42 5,58 5,27 J Informasi dan Komunikasi 4,01 4,21 4,42 4,64 4,32 K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,56 75,44 31,72 49,13 39,96 L Real Estat 4,38 5,42 6,00 6,59 5,60 M, N Jasa Perusahaan - - - - -

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

8,52 10,36 8,48 7,46 8,71

P Jasa Pendidikan 2,98 4,47 4,86 5,88 4,55 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3,18 4,66 5,69 6,41 4,99 R, S, T, U Jasa lainnya 3,92 4,11 4,32 4,53 4,22

PDRB 4,36 6,10 5,93 6,27 5,67

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015

Sektor lain yang memiliki rata-rata pertumbuhan di atas pertumbuhan PDRB selama periode 2011-2014 adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib yaitu sebesar 8,71 persen dan sektor transportasi dan pergudangan sebesar 7,44 persen per tahun. Sementara itu, tiga sektor yang memiliki rata-rata pertumbuhan terendah diurutkan dari yang terkecil adalah sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang yang hanya tumbuh sebesar 2,33 persen per tahun, disusul sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 2,62 persen per tahun, dan sektor industri pengolahan sebesar 3,74 persen per tahun.

34

2.2.1.2. Struktur Ekonomi

Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah adalah distribusi persentase sektoral. Distribusi persentase PDRB secara sektoral menunjukan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Tingkat kontribusi terhadap pembentukan PDRB dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi pemicu pertumbuhan.

Tabel 2.5 Kontribusi PDRB AHB Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tambrauw, 2011-2014 (persen)

Kode Lapangan Usaha 2011 2011 2012 2013 2014

Rata-rata A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 44,91 42,35 39,70 38,22 37,58 40,55

B Pertambangan dan

Penggalian 2,11 2,03 1,91 1,81 1,82 1,94

C Industri Pengolahan 1,01 0,95 0,89 0,84 0,81 0,90

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,08 0,07 0,08 0,07 0,08 0,08

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,04

F Konstruksi 12,34 13,02 13,80 14,88 15,41 13,89

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

1,09 1,04 0,99 0,98 1,00 1,02

H Transportasi dan

Pergudangan 1,43 1,46 1,52 1,60 1,64 1,53

I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

J Informasi dan Komunikasi 0,20 0,19 0,18 0,16 0,16 0,18

K Jasa Keuangan dan Asuransi 0,06 0,06 0,18 0,24 0,35 0,18

L Real Estat 1,14 1,09 1,06 1,09 1,12 1,10

M, N Jasa Perusahaan - - - - - -

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

28,44 30,91 33,30 33,86 33,72 32,05

P Jasa Pendidikan 6,20 5,86 5,48 5,36 5,41 5,66

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 0,86 0,84 0,80 0,78 0,79 0,81

R, S, T, U Jasa lainnya 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,04

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015

Selama periode 2010-2014, sektor ekonomi yang mendominasi perekonomian Kabupaten Tambrauw tidak mengalami perubahan yang signifikan dengan sektor

35

ekonomi yang dominan adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, dan sektor konstruksi. Selama periode tersebut rata-rata kontribusi ketiga sektor tersebut dalam perekonomian Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 86,49 persen per tahun.

Gambar 2.13 Struktur Perekonomian Kabupaten Tambrauw, 2014 (persen)

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Walaupun kontribusinya terhadap perekonomian mengalami penurunan setiap tahun, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tetap merupakan sektor yang paling dominan di Kabupaten Tambrauw. Dominasi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terhadap perekonomian dikarenakan tingginya kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Tambrauw untuk ketiga sub-sektor tersebut. Pada tahun 2010, sumbangan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terhadap perekonomian Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 44,91 persen, kemudian mengalami penurunan setiap tahun hingga hanya menjadi sebesar 37,58 persen pada tahun 2014. Sektor dominan selajutnya di Kabupaten Tambrauw adalah sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib dengan rata-rata kontribusi sektor tersebut terhadap perekonomian adalah sebesar 32,05 persen per tahun. Pada tahun 2014, kontribusi sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib adalah sebesar 33,72 persen. Sektor konstruksi merupakan salah satu sektor dengan kontribusi yang selalu meningkat setiap tahun dari 12,34 persen pada tahun 2010 menjadi sebesar 15,41 persen pada tahun 2014. Tingginya kontribusi sektor konstruksi diakibatkan oleh gencarnya pembangunan jalan-jalan dan jembatan untuk menunjang perekonomian dan meningkatkan pembangunan.

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan , 37.58 Pertambangan dan Penggalian, 1.82 Industri Pengolahan, 0.81 Pengadaan Listrik dan

Gas, 0.08 Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang, 0.03 Konstruksi, 15.41 Perdagangan Besar

dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor, 1.00 Transportasi dan Pergudangan, 1.64 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 0.05 Informasi dan Komunikasi , 0.16 Jasa Keuangan dan

Asuransi , 0.35 Real Estate, 1.12 Jasa Perusahaan, -Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib,

33.72

Jasa Pendidikan, 5.41 Jasa Kesehatan dan

36

Gambar 2.14 Struktur Perekonomian Kabupaten Tambrauw Menurut Lapangan Usaha Primer, Sekunder, dan Tersier, 2010-2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Gambar 2.14 menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran struktur perekonomian di Kabupaten Tambrauw selama periode 2014. Pada tahun 2010-2011, sektor primer mendominasi perekonomian Kabupaten Tambrauw, namun pada periode 2012-2014, posisi sektor primer digeser oleh sektor tersier menjadi sektor yang paling dominan terhadap perekonomian. Pergeseran tersebut disebabkan terus menurunnya kontribusi sektor primer setiap tahun dari sebesar 47,02 persen pada tahun 2010 menjadi hanya sebesar 39,40 persen pada tahun 2014. Sedangkan sektor tersier justru mengalami peningkatan kontribusi setiap tahunnya dari 39,51 persen pada tahun 2010 menjadi sebesar 44,27 persen pada tahun 2014.

2.2.1.3. Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara. Sesuai dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tambrauw, pendataan terhadap inflasi tidak dilakukan di Kabupaten Tambrauw sehingga pengukuran inflasi Kabupaten Tambrauw mengacu pada perkembangan inflasi daerah terdekat yang diukur angka inflasinya yaitu Kabupaten Manokwari. Gambaran inflasi Kabupaten Manokwari inilah yang kemudian diasumsikan dapat mewakili inflasi di Kabupaten Tambrauw karena karakteristik wilayah kedua daerah tersebut memiliki persamaan dan berbatasan langsung. Tabel 2.9 menunjukkan bagaimana dinamisnya inflasi bulan di Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, dan Provinsi Papua Barat. Jika yang diacu sebagai inflasi Kabupaten Tambrauw adalah Kabupaten Manokwari, maka besaran inflasi tahunan untuk tahun 2012 adalah

5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00 2010 2011 2012 2013 2014

37

sebesar 4,81 persen, kemudian turun menjadi 4,63 persen pada tahun 2013, dan pada tahun 2014 tingkat inflasinya meningkat menjadi sebesar 5,58 persen.

Tabel 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan di Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, dan Provinis Papua Barat, 2012-2014 (persen)

Periode Manokwari Kota Sorong Papua Barat

2012 2013 2014 2012 2013 2014 2012 2013 2014 Januari (0,31) (0,75) (0,07) (0,38) (0,98) (0,17) (0,37) (0,93) (0,15) Februari (0,76) 0,56 0,29 (0,38) 1,09 0,63 (0,45) 0,98 0,54 Maret (0,18) 1,06 (0,35) 0,09 1,73 (0,02) 0,04 1,60 (0,10) April 1,01 0,39 (0,09) 1,62 0,49 0,39 1,50 0,47 0,27 Mei 0,55 0,49 0,69 0,57 0,29 0,60 0,57 0,33 0,62 Juni 2,05 1,01 0,36 1,51 1,17 (0,26) 1,62 1,14 (0,11) Juli 1,19 2,11 0,91 1,20 5,09 2,00 1,20 4,50 1,73 Agustus 0,45 1,56 1,82 1,43 6,47 1,92 1,24 5,53 1,89 September (1,09) (2,97) (0,22) (0,27) (4,28) 0,85 (0,43) (4,04) 0,59 Oktober 0,97 (0,20) 0,41 (0,43) (2,68) (1,08) (0,16) (2,22) (0,72) November (0,96) 1,07 0,07 (0,53) (1,29) 0,09 (0,62) (0,84) 0,08 Desember 1,89 0,30 1,76 0,61 1,06 1,74 0,86 0,91 1,74 Tahunan 4,81 4,63 5,58 5,04 8,16 6,69 5,00 7,43 6,38

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2015

2.2.1.4. PDRB Per Kapita

Suatu indikator yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro adalah pendapatan perkapita atau percapita income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah, maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik. Angka ini diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk. PDRB per kapita di Kabupaten Tambrauw menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan peningkatan setiap tahunnya dari tahun 2011-2014. Pada tahun 2011, PDRB per kapita di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar Rp 7,58 juta kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi Rp 8,47 juta. Pada tahun 2013, nilai PDRB per kapita kembali meningkat menjadi Rp 9,35 juta dan pada tahun 2014, PDRB per kapita Kabupaten Tambrauw meningkat menjadi Rp 10,48 juta.

38

Tabel 2.7 PDRB Per Kapita Menurut Lapangan Usaha, 2011-2014

Kode Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3.209.857,18 3.362.626,71 3.573.447,22 3.937.572,79 B Pertambangan dan

Penggalian 153.702,04 162.020,61 168.850,18 190.592,72 C Industri Pengolahan 72.283,67 75.580,73 78.200,51 84.625,47 D Pengadaan Listrik dan Gas 5.447,85 6.509,58 6.589,41 7.955,10 E Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

3.145,18 3.226,00 3.273,77 3.490,41

F Konstruksi 986.494,72 1.168.657,47 1.390.835,83 1.614.233,53 G Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

78.618,10 83.827,56 91.378,59 104.721,05

H Transportasi dan

Pergudangan 110.306,16 128.663,54 149.329,40 171.700,38 I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 3.540,23 4.057,13 4.606,01 5.223,38 J Informasi dan Komunikasi 14.278,66 14.864,76 15.283,34 16.430,32 K Jasa Keuangan dan Asuransi 4.777,79 14.981,44 22.049,19 37.038,60 L Real Estate 82.664,29 89.858,32 101.999,85 117.417,94 M, N Jasa Perusahaan - - - -

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2.342.982,60 2.821.154,63 3.166.033,19 3.532.743,57

P Jasa Pendidikan 444.429,08 464.168,50 500.899,37 567.320,89 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 63.608,60 67.550,57 73.231,16 82.613,17 R, S,

T, U Jasa lainnya 2.933,98 3.160,85 3.370,22 3.511,89 PDRB 7.579.070,12 8.470.908,40 9.349.377,24 9.349.377,24 Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

2.2.1.4. Penduduk Miskin

Salah satu indikator sosial ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk adalah perkembangan penduduk miskin. Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di daerah tergantung dua faktor. Pertama, tingkat pendapatan daerah rata-rata. Kedua, lebar sempitnya kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang diperoleh dari perbandingan angka persentase penduduk dan pendapatan rill tahunan. Kemiskinan menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi tidak hanya di Kabupaten Tambrauw, namun telah menjadi permasalahan dunia. Penduduk dikatakan termasuk dalam kategori miskin jika pengeluaran per bulannya di bawah garis kemiskinan. Selama periode 2010-2014, garis kemiskinan di Kabupaten Tambrauw mengalami kenaikan setiap tahun dari Rp245.060/kapita/ bulan pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp287.577/kapita/bulan pada tahun 2014.

39

Gambar 2.15 Perkembangan Garis Kemiskinan di Kabupaten Tambrauw, 2010-2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Tambrauw menunjukkan hasil yang menggembirakan dilihat dari terus menurunnya persentase penduduk miskin selama periode 2010-2014. Hal ini tentunya seiring dengan pembangunan yang terus dilaksanakan dan memberikan hasil bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tambrauw. Pada tahun 2010, persentase penduduk miskin di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 44,71 persen, kemudian selama 2 tahun mengalami penurunan menjadi sebesar 38,68 persen pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 persentasenya kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 38,35 persen.

Perlu diingat, walaupun terjadi penurunan persentase penduduk miskin di Kabupaten Tambrauw, namun angka tersebut masih terglong sangat tinggi dibandingkan persentase penduduk miskin di tingkat nasional yang berada pada kisaran 10-11 persen. Selain itu, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tambrauw akan mengalami peningkatan lagi jika banyak penduduk Kabupaten Tambrauw masuk dalam golongan rawan miskin (vulnerable). Golongan vulnerable merupakan penduduk yang pengeluarannya berada persis di atas garis kemiskinan namun jaraknya tidak terlalu jauh. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena adanya guncangan misalnya kenaikan harga BBM yang mengakibatkan harga-harga kebutuhan pokok naik dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap penduduk miskin. 245,060 258,938 269,975 281,586 287,577 220,000 230,000 240,000 250,000 260,000 270,000 280,000 290,000 300,000 2010 2011 2012 2013 2014

40

Gambar 2.16 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Tambrauw, 2010-2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Sebagai kabupaten pemekaran yang masih relatif baru, perlu diupayakan percepatan pembangunan di segala sektor yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat sehingga dapat mengejar ketertinggalan dengan kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Papua Barat. Jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten/kota lain di Provinsi Papua Barat, maka persentase penduduk miskin di Kabupaten Tambrauw menempati angka tertinggi setelah Kabupaten Bintuni. Sedangkan Kabupaten Kaimana, Kota Sorong dan Kabupaten Sorong Selatan merupakan wilayah dengan persentase penduduk miskin yang terendah di Provinsi Papua Barat, dengan persentase penduduk miskin di bawah 20 persen. Secara umum, persentase penduduk miskin di Provinsi Papua Barat sebanyak 27,04 persen.