• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Kesejahteraan Masyarakat

BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2.2.1. Fokus Kesejahteraan Masyarakat

2.2.2.1. Pendidikan Angka Melek Huruf

Salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam pembangunan pendidikan adalah berkurangnya penduduk yang buta huruf. Angka melek huruf (literacy rate) adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Angka melek huruf dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media dan menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Angka melek huruf Kabupaten Tambrauw tahun 2014 adalah sebesar 76,68 persen. Hal tersebut berarti masih ada sekitar 23,32 persen penduduk Kabupaten Tambrauw umur 15 tahun ke atas yang belum/ tidak dapat membaca dan menulis.

44.71 43.77 38.68 38.68 38.35 34.00 36.00 38.00 40.00 42.00 44.00 46.00 2010 2011 2012 2013 2014

41

Jika dirinci menurut kelompok umur, angka melek huruf tertinggi berada pada kelompok umur 15-24 tahun dengan persentase mencapai 93,83 persen. Sementara itu, persentase angka melek huruf terendah berada pada kelompok umur 45-54 dengan persentase sebesar 61,12 persen, diikuti kelompok umur 55 tahun ke atas dengan persentase sebesar 62,23 persen. Data tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak penduduk di Kabupaten Tambrauw yang buta huruf. Lambatnya laju kenaikan angka melek huruf diduga karena didominasi oleh kelompok tersulit dalam masyarakat untuk diberikan pelayanan pendidikan keaksaraan. Kelompok tersulit tersebut antara lain adalah penduduk usia tua (45 tahun ke atas), penduduk yang tinggal di daerah terpencil, komunitas-komunitas khusus, dan penyandang cacat. Kelompok penduduk ini sulit untuk dijangkau pelayanan pendidikan disebabkan baik oleh faktor internal seperti kemampuan dan keinginan belajar yang sudah menurun dan faktor eksternal seperti terbatasnya ketersediaan pelayanan pendidikan keaksaraan bagi mereka.

Gambar 2.17 Angka Melek dan Buta Huruf Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Tambrauw, 2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Angka Rata-rata Lama Sekolah

Salah satu indikator pendidikan yang digunakan sebagai alat ukur keberhasilan pembangunan manusia di bidang pendidikan adalah rata-rata lama sekolah (RLS). RLS pada metode lama menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk umur 15 tahun ke atas. Pada penghitungan metode baru menurut BPS, RLS adalah rata-rata jumlah yang dihabiskan oleh penduduk berumur 25 tahun atau lebih untuk menempuh suatu jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. RLS dihitung untuk usia 25 tahun ke atas dengan asumsi bahwa pada umur 25 tahun proses pendidikan

93.83 6.17 78.37 21.63 74.8 25.2 61.12 38.88 62.23 37.77 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf 15-24 25-34 35-44 45-54 55 +

42

sudah berakhir. Selama periode 2011-2014, RLS Kabupaten Tambrauw mengalami peningkatan setiap tahun walaupun tidak signifikan. RLS Kabupaten Tambrauw pada tahun 2011 adalah sebesar 4,15, kemudian meningkat menjadi 4,27 pada tahun 2012, dan meningkat kembali menjadi 4,40 pada tahun 2013. Pada tahun 2014, RLS Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 4,53 yang berarti bahwa rata-rata penduduk di Kabupaten Tambrauw baru mampu menempuh pendidikan hingga kelas 4 SD atau putus sekolah pada kelas 5 SD. Keadaan ini diharapkan bisa menjadi early warning bagi pemerintah dalam mendorong kemajuan pendidikan di Kabupaten Tambrauw. Angka RLS Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 lebih rendah jika dibandingkan dengan Provinsi Papua Barat yang mencapai 6,96. Dengan adanya gap yang cukup tinggi antara angka RLS Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Tambrauw, maka Pemerintah Kabupaten Tambrauw harus menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai bagi masyarakatnya dan terus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat pendidikan formal.

Gambar 2.18 Angka Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Tambrauw, 2011-2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Misal APK SD sama dengan jumlah siswa yang duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Partisipasi sekolah menggambarkan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih sekolah, sehingga terkait dengan pengentasan program wajib belajar. Peningkatan APK menunjukkan adanya keberhasilan dalam memperluas jangkauan

4.15 4.27 4.40 4.53 3.90 4.00 4.10 4.20 4.30 4.40 4.50 4.60 2011 2012 2013 2014 TAHU N

43

layanan pendidikan. Ada dua aspek yang mempengaruhi tingginya tingkat partisipasi sekolah yaitu pemerintah dan masyarakat. Pemerintah sebagai penyedia sarana pendidikan yang memadai, serta masyarakat yang dituntut pengertian dan kesadarannya akan arti pentingnya pendidikan. Peningkatan partisipasi tersebut mengindikasikan bahwa penduduk di Kabupaten Tambrauw telah menyadari pentingnya arti pendidikan.

Gambar 2.19 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

APK untuk jenjang pendidikan SD pada tahun 2014 adalah sebesar 108,74 persen. hal tersebut berarti terdapat penduduk di luar usia sekolah SD (7-12 tahun) yang masih bersekolah SD dimana terlihat dari angka APK SD yang nilainya lebih besar dari 100 persen. Untuk jenjang pendidikan SMP, APK pada tahun 2014 adalah sebesar 86,81 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa persentase penduduk yang sedang bersekolah di SMP berapapun usianya di antara penduduk berumur 13-15 tahun hanya sebesar 86,81 persen. APK untuk jenjang pendidikan SMA adalah sebesar 57 persen yang artinya persentase penduduk yang sedang bersekolah di SMA berapapun usianya di antara penduduk berumur 16 - 18 tahun sebesar 57 persen. Pada jenjang pendidikan SMA terlihat jelas jurang perbedaan yang cukup besar antara APK laki-laki dan perempuan dimana APK lak-laki-laki pada pendidikan SMA sebesar 69,96 persen, sedangkan APK perempuan hanya sebesar 34,06 persen.

Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah indikator pendidikan yang digunakan untuk mendeteksi partisipasi penduduk yang bersekolah tepat pada waktunya. APM adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM di suatu jenjang

110.87 106.99 108.74 92.69 80.71 86.81 69.96 34.06 57.00 1.58 - 0.71 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Laki-laki Perempua n Total Laki-laki Perempua n Total Laki-laki Perempua n Total Laki-laki Perempua n Total

44

pendidikan didapat dengan cara membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Misal APM SD merupakan jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang sedang bersekolah di tingkat SD dibagi dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun.

Gambar 2.20 Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

APM jenjang pendidikan SD di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebesar 94,36 persen. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dari 100 orang yang berusia 7-12 tahun, terdapat sekitar 94 orang bersekolah pada jenjang pendidikan SD. APM jenjang pendidikan SMP pada tahun 2014 adalah sebesar 64,36 persen dimana hal tersebut berarti bahwa dari 100 orang yang berusia 13-15 tahun, terdapat sekitar 64 orang bersekolah pada jenjang pendidikan SMP. Sedangkan APM jenjang pendidikan SMA pada tahun 2014 adalah sebesar 29,65 persen, yang berarti bahwa setiap 100 orang yang berusia 16-18 tahun, terdapat sekitar 30 orang bersekolah pada jenjang pendikan SMA. APM laki-laki pada jenjang pendidikan SMA adalah sebesar 38,15 persen, sedangkan APM perempuan sebesar 14,60 persen. Pola pada jenjang pendidikan SMA tersebut berbeda dengan jenjang pendidikan SMP dimana APM perempuan lebih tinggi dibandingkan APM laki-laki.

Angka Harapan Lama Sekolah

Kemampuan bertahan seorang anak dalam dunia pendidikan dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan pendidikan di suatu wilayah. Semakin lama seorang anak mampu bertahan untuk terus bersekolah, maka sistem

110.87 106.99 108.74 92.69 80.71 86.81 69.96 34.06 57.00

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

45

pendidikan yang terbangun di daerah tersebut akan semakin baik. Angka harapan lama sekolah diharapkan mampu memotret fenomena terebut pada tiap wilayah. Sesuai dengan publikasi terbaru BPS, angka melek huruf (AMH) yang biasanya digunakan sebagai salah satu komponen dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dianggap sudah tidak relevan sehingga indikator untuk menghitung dimensi pendidikan penduduk salah satunya menggunakan angka harapan lama Sekolah (HLS). HLS didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang, dengan asumsi kemungkinan anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan rasio penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini. Tujuan penghitungan HLS adalah untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak.

Gambar 2.21 Perkembangan Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Tambrauw (tahun), 2011-2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Angka HLS Kabupaten Tambrauw selama periode 2011-2014 selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2011, angka HLS Kabupaten Tambrauw hanya sebesar 9,93, kemudian meningkat menjadi 10,02 pada tahun 2012. Angka tersebut mengalami peningkatan kembali sehingga menjadi 10,73 pada tahun 2014. HLS sebesar 10,73 pada tahun 2014 berarti bahwa lamanya sekolah yang akan dicapai oleh anak umur tertentu di masa yang akan datang adalah 10,73 tahun atau telah mencapai pendidikan di kelas 1 SMA. Angka HLS Kabupaten Tambrauw lebih rendah dibandingkan HLS Provinsi Papua Barat pada tahun 2014 yang mencapai 11,87 tahun. Di Provinsi Papua Barat sendiri, angka HLS tertinggi ditempati Kota Sorong yaitu sebesar 13,95 tahun. HLS di Kabupaten Tambrauw masih berada jauh di bawah HLS ideal yaitu sebesar 18 tahun sehingga pemerintah Kabupaten Tambrauw harus

9.93 10.02 10.46 10.73 9.40 9.60 9.80 10.00 10.20 10.40 10.60 10.80 2011 2012 2013 2014

46

memberikan prioritas dan pemantauan secara terus menerus terhadap program pembangunan pendidikan serta perbaikan sistem pendidikan di Kabupaten Tambrauw.

Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan

Gambaran mengenai peningkatan sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas tingkat pendidikan penduduk usia 10 tahun ke atas. Kualitas pendidikan penduduk diketahui dari tingkat pendidikan yang ditamatkan dengan diidentifikasi melalui ijazah/ STTB tertinggi yang dimiliki. Indikator ini dapat pula digunakan untuk melihat perkembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengetahui level tertinggi pendidikan antar waktu dan antar wilayah. Semakin tinggi tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan maka menggambarkan semakin baik pula kualitas pendidikan manusianya. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya persentase penduduk yang berpendidikan tinggi (SMA keatas). Biasanya terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan maka semakin kecil persentase penduduk yang lulus pada level pendidikan tersebut.

Berdasarkan tingkat pendidikannya, masyarakat di Kabupaten Tambrauw dapat dikatakan memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Hal tersebut didasarkan fakta bahwa penduduk Kabupaten Tambrauw yang mengenyam pendidikan diploma/sarjana hanya sebesar 2,62 persen pada tahun 2014, sedangkan penduduk yang tidak memiliki ijazah mencapai 44,70 persen. Penduduk yang memiliki ijazah SD/MI di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 28,52 persen, SMP/MTS sebesar 12,32 persen, dan SMA/SMK sebesar 11,84 persen. Dengan masih minimnya tingkat pendidikan di Kabupaten Tambrauw, maka pemerintah kabupaten harus meningkatkan kualitas SDM melalui peningkatan ilmu pengetahuan dan pendidikan lanjut di perguruan tinggi. Jumlah lulusan perguruan tinggi yang ada sekarang dirasakan belum memadai mengingat Kabupaten Tambrauw memiliki sumberdaya alam yang tinggi. Sebagai wilayah pemekaran baru, Kabupaten Tambrauw membutuhkan kualitas sumberdaya manusia yang baik, sehingga ke depannya, penduduk yang memiliki ijazah pendidikan tinggi diharapkan mampu menjadi tulang punggung pembangunan Kabupaten Tambrauw.

47

Gambar 2.22 Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

2.2.2.2. Kesehatan Angka Kematian Bayi

Indikator penting terkait dengan kesehatan adalah angka kematian bayi. Angka kematian bayi berpengaruh kepada penghitungan angka harapan hidup waktu lahir (e0) yang digunakan dalam salah satu dimensi pada indeks komposit penyusun indeks pembangunan manusia ditilik dari sisi kesehatan. Angka kematian bayi dapat didekati dari data jumlah anak yang lahir hidup dengan jumlah anak yang masih hidup. Berdasarkan data BPS Kabupaten Tambrauw (2015) tentang data rata-rata anak lahir hidup dengan rata-rata anak masih hidup, terlihat bahwa angka kematian anak tertinggi berada pada kelompok usia wanita antara umur 35-39 tahun. Hal tersebut dilihat dari selisih rata-rata anak lahir hidup dengan rata-rata anak masih hidup dari wanita kelompok umur 35-39 tahun mempunyai selisih terbesar di antara kelompok umur lainnya yaitu sebesar 0,69 poin.

Tidak Mempunyai Ijazah, 44.70 SD/MI, 28.52 SMP/MTS, 12.32 SMA/SMK/MA, 11.84 Diploma/Sarjana, 2.62

48

Gambar 2.23 Rata-rata Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup Menurut Kelompok Umur Wanita Pernah Kawin di Kabupaten Tambrauw, 2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Angka Harapan Hidup

Angka harapan hidup adalah perkiraan banyaknya tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selam hidup (secara rata-rata). Indikator ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal kesejahteraan masyarakat di bidang kesehatan. Semainkin tinggi AHH, memberikan indikasi bahwa semakin tinggi kualitas fisik penduduk suatu daerah. Angka harapan hidup (AHH) Kabupaten Tambrauw juga mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2011, AHH di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 58,35 tahun, kemudian meningkat menjadi sebesar 58,39 tahun pada tahun 2012, pada tahun 2013 menjadi 58,48 tahun, dan pada tahun 2014 kembali mengalami peningkatan menjadi sebesar 58,72 tahun. AHH sebesar 58,72 tahun berarti bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Tambrawu dapat menjaani hidup selama 59 tahun. Perkembangan AHH setiap tahun di Kabupaten Tambrauw tercatat tidak melebihi satu dalam satu periode jangka waktu satu tahun. Hal tersebut berarti bahwa kondisi angka kematian bayi (infant mortality rate) di Kabupaten Tambrauw termasuk dalam kategori hardrock yang artinya dalam waktu satu tahun penurunan angka kematian bayi yang tajam sulit terjadi. Implikasinya adalah bahwa AHH yang dihitung berdasarkan harapan hidup waktu lahir menjadi lambat untuk kemajuan. Kondisi tersebut juga terjadi untuk tingkat nasional dimana penurunan angka kematian bayi terjadi secara gradual bahkan mengarah melambat. Angka AHH Kabupaten Tambrauw lebih rendah dibandingkan AHH Provinsi Papua Barat pada tahun 2014 yang mencapai 65,14 tahun. Di Provinsi Papua Barat sendiri, AHH tertinggi ditempati Kota Sorong dengan AHH mencapai 69,02 tahun.

0.39 1.35 1.91 3.11 4.17 3.54 3.22 0.39 1.26 1.82 2.85 3.48 2.89 3.17 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

49

Gambar 2.24 Perkembangan AHH Kabupaten Tambrauw (tahun), 2011-2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Penolong Kelahiran

Kesehatan balita merupakan salah satu indikator kesejahteraan bangsa. Artinya bahwa, suatu bangsa akan dikatakan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik apabila tingkat kesehatan balita memiliki angka yang baik pula. Kesehatan balita selain dipengaruhi oleh kesehatan ibu, juga dipengaruhi oleh faktor lain di antaranya adalah penolong kelahiran. Data penolong kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu indikator kesehatan terutama dalam hubunganya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak serta pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak, persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter dan bidan dianggap lebih baik dibandingkan yang ditolong oleh dukun, keluarga atau lainnya Penolong kelahiran tidak hanya terkait dengan angka kematian bayi saja, namun juga angka kematian ibu sebagai risiko proses kelahiran. Dalam proses kelahiran bayi tidak dapat dipisahkan antara kemungkinan keselamatan ibu atau anak yang dilahirkan. Keduanya harus diselamatkan dalam risiko besar sebuah kelahiran.

58.35 58.39 58.48 58.72 58.10 58.20 58.30 58.40 58.50 58.60 58.70 58.80 2011 2012 2013 2014

50

Gambar 2.25 Persentase Kelahiran Bayi Menurut Penolong Kelahiran di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Pada tahun 2014, sebagian besar persalinan yang dilakukan di Kabupaten Tambrauw masih menggunakan jasa non medis dimana penolong kelahiran dengan menggunakan jasa dukun bersalin sebesar 43,24 persen dan dibantu keluarga sebesar 30,55 persen. Persentase persalinan yang dibantu oleh dokter adalah sebesar 2,81 persen, bidan sebesar 15,85 persen, dan tenaga medis lain sebesar 0,91 persen. Data tersebut menunjukkan bahwa peran tenaga medis dalam melakukan bantuan persalinan bayi masih rendah walaupun persentasenya mengalami kenaikan. Jika persentase tenaga non medis dalam proses persalinan semakin besar, maka hal tersebut bisa meningkatkan kasus kematian ibu dan bayi. Upaya yang mungkin untuk meningkatkan angka persalinan oleh tenaga medis adalah dengan meningkatkan jumlah bidan dan menempatkan mereka di puskesmas/pustu di distrik/kampung-kampung. Alternatif lainnya adalah dengan melatih tenaga-tenaga dukun bersalin agar lebih terampil menolong persalinan dengan menggunakan peralatan yang lebih bersih dan higienis. Dengan pelatihan ini diharapkan tingkat kematian ibu dan anak dalam proses persalinan dapat diminimalisir.

Imunisasi Balita

Indikator imunisasi balita digunakan untuk menggambarkan tingkat pelayanan imunisasi lengkap terhadap balita. Pemberian imunisasi pada balita sangat perlu dalam menjaga kekebalan pada tubuh balita dari berbagai macam penyakit. Imunisasi yang diberikan pada balita di antaranya adalah imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Persentase balita yang mendapatkan imunisasi masih rendah untuk semua jenis imunisasi. Pada tahun 2014, persentase balita yang mendapatkan imunisasi BCG, DPT, dan polio masing-masing sebesar 36,50 persen, campak/morbili sebesar 33,40 persen, dan hepatitis B sebesar 30,86 persen.

Dokter, 2.81

Bidan, 15.85

Tenaga Medis Lain, 0.91

Dukun, 43.24 Keluarga, 30.55

51

Gambar 2.26 Persentase Balita yang Mendapatkan Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten Tambrauw (persen), 2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

2.2.2.3. Indeks Pembangunan Manusia

Peningkatan kesejahteraan masyarakat merupakan inti dan tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara umum. Secara praktikal, pembangunan manusia dapat diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM terdiri atas empat komponen indikator, yaitu angka harapan hidup, angka harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan kemampuan daya beli/purchasing

power parity (PPP). Sebagai Indeks komposit, IPM merupakan gambaran

komprehensif mengenai tingkat pencapaian pembangunan manusia di suatu daerah, sebagai dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan di daerah tersebut. Perkembangan angka IPM memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia pada suatu daerah pada kurun waktu tertentu.

Selama periode 2011-2014, perkembangan IPM Kabupaten Tambrauw menunjukkan tren yang positif yaitu selalu mengalami kenaikan setiap tahun. Akan tetapi kenaikan tersebut tidak terlalu signifikan sehingga angka IPM Kabupaten Tambrauw masih tergolong dalam kategori rendah. Pada tahun 2011, IPM Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 45,97, kemudian meningkat menjadi 47,18 pada tahun 2012, meningkat kembali menjadi 48,69 pada tahun 2013, dan kinerja IPM pada tahun 2014 adalah sebesar 49,40. 28.00 29.00 30.00 31.00 32.00 33.00 34.00 35.00 36.00 37.00 BCG DPT Polio Campak Hepatitis B

52

Gambar 2.27 Perkembangan IPM Kabupaten Tambrauw, 2011-2014

Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)

Seperti telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa komponen penyusun IPM adalah angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan kemampuan daya beli/purchasing power parity. Pada tahun 2014, angka harapan hidup di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 58,72 tahun, harapan lama sekolah sebesar 10,73 tahun, rata-rata lama sekolah sebesar 4,53 tahun dan pengeluaran riil yang disesuaikan sebesar Rp 4,41 juta. IPM Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebesar 49,40 dan lebih rendah jika dibandingkan IPM Provinsi Papua Barat yang nilainya sebesar 61,28. Angka IPM tersebut berasal dari angka harapan hidup sebesar 65,14 tahun, harapan lama sekolah sebesar 11,87 tahun, rata-rata lama sekolah sebesar 6,96 tahun, dan pengeluaran riil yang disesuaikan sebesar Rp 6,94 juta

Tabel 2.8 Komponen IPM Kabupaten Tambrauw dan Provinsi Papua Barat, 2014

No. Komponen IPM Kabupaten Tambrauw Provinsi Papua Barat

1. Usia harapan hidup (tahun) 58,72 65,14 2. Harapan lama sekolah (tahun) 10,73 11,87 3. Rata-rata lama sekolah (tahun) 4,53 6,96 4. Pengeluaran per kapita (Rp 000) 4,41 6,94 5. IPM 49,40 61,28 Sumber: BPS Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Tambrauw, 2015

Di tingkat Provinsi Papua Barat, IPM Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 berada pada posisi terakhir dari 13 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua Barat. Dengan posisi yang paling rendah, maka Pemerintah Kabupaten Tambrauw harus bekerja keras untuk meningkatkan nilai IPM tersebut melalui berbagai kebijakan

45.97 47.18 48.69 49.4 44 45 46 47 48 49 50 2011 2012 2013 2014

53

pembangunan baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun sektor ekonomi lainnya agar masyarakat dapat merasakan manfaat yang maksimal melalui peningkatan kesejahteraan. Di Provinsi Papua Barat sendiri, posisi pertama ditempati oleh Kota Sorong dengan nilai sebesar 75,78 dan merupakan satu-satunya wilayah di Provinsi Papua Barat yang memiliki IPM dalam kategoti tinggi. Posisi Kabupaten Tambrauw sendiri tergabung dalam kategori IPM rendah bersama dengan Kabupaten Sorong Selatan, Teluk Wondama, Maybrat, Manokwari Selatan, Pegunungan Arfak.

Gambar 2.28 Peringkat IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat, 2014

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat, 2015 (diolah)

2.2.2.4. Ketenagakerjaan Penduduk Usia Kerja

Penduduk dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Menurut Indonesia dalam memberikan batasan umur pada penduduk usia kerja, menggunakan batas bawah usia kerja (economically active

population) 15 tahun. Berdasarkan data BPS Kabupaten Tambrauw (2015), Jumlah

penduduk usia kerja adalah sebanyak 8.153 jiwa yang terdiri atas 4.214 laki-laki dan 3.939 perempuan. Jika diklasifikasikan menurut kelompok umur, jumlah penduduk usia kerja terbanyak di Kabupaten Tambrauw berada pada kelompok umur 15-19 tahun dengan jumlah sebanyak 1.206 jiwa, diikuti kelompok umur 30-34 tahun sebanyak 1.091 jiwa, dan kelompok umur 25-29 tahun sebanyak 1.066 jiwa.

Porsi penduduk usia 15-19 tahun merupakan yang paling tinggi menyumbang untuk penduduk usia kerja dan umumnya mereka masih berada pada usia sekolah. Penduduk yang lebih banyak terdistribusi pada umur-umur muda memaksa pemerintah daerah Kabupaten Tambrauw harus bersiap untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Dalam gambar terlihat bahwa komposisi jumlah penduduk usia kerja terkonsentrasi pada kelompok umur muda. Kondisi ini

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

54

memungkinkan banyak terdapat angkatan kerja baru yang siap bersaing di pasar