BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI
2.1.4. Kondisi Demografi
tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Juni. Kekuatan gempa tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan kekuatan mencapai 7,9 Skala Richter. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 3 Januari 2009 pada kedalaman 15 km di bawah laut. Ditinjau dari kekuatan gempa rerata, kekuatan gempa yang terjadi di Kabupaten Tambrauw memiliki kecenderungan menurun, kekuatan gempa rerata tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu 4,49 Skala Richter dan terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu 3,25 Skala Richter dengan kedalaman gempa rerata 16 km sampai 25 km.
Dengan sebagian besar wilayah yang berupa kawasan hutan, maka kelas risiko bencana kebakaran lahan dan hutan di Kabupaten Tambrauw termasuk ke dalam kategori tinggi dengan skor sebesar 17. Bencana kebakaran lahan dan hutan juga dapat terjadi dikarenakan oleh kegiatan budidaya yang dilakukan manusia. Pembukaan lahan hutan untuk kegiatan pertanian juga menjadi salah satu penyebab bencana karena pembukaan tersebut dilakukan dengan pembakaran untuk meminimalisasi biaya dan hasilnya sangat cepat. Bencana lain yang termasuk dalam kelas risiko tinggi adalah tanah longsor dengan skor sebesar 17.
Wilayah Kabupaten Tambrauw sebagian besar termasuk wilayah yang rawan tanah longsor karena sebagian besar wilayahnya meliputi wilayah perbukitan dengan kemiringan lereng yang cukup terjal. Daerah yang terbuka akibat pertambangan ditunjang dengan kemiringan lereng yang cukup terjal apabila terjadi hujan yang lebat maka butiran tanah yang lepas-lepas akan cepat longsor. Tanah Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang mempengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh.
2.1.4. Kondisi Demografi
Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Besaran, komposisi, dan distribusi penduduk akan mempengaruhi struktur ruang dan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Seluruh aspek pembangunan memiliki korelasi dan interaksi dengan kondisi kependudukan yang ada, sehingga informasi tentang demografi memiliki posisi strategis dalam penentuan kebijakan. Penduduk dibagi atas kelompok–kelompok tertentu, atau dapat dikatakan atas komposisi penduduk tertentu. Susunan penduduk tersebut menggambarkan pengelompokan penduduk menurut karateristik yang sama seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian.
Jumlah penduduk Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebanyak 13.497 jiwa. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tambrauw selama periode 2012-2014 adalah sebesar 0,84 persen per tahun. Selama periode tersebut,
28
laju pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,34 persen, sedangkan pertumbuhan penduduk terendah terjadi pada tahun 2012 yang hanya sebesar 0,27 persen. Dengan luas wilayah sebesar 11.529,19 km2, maka kepadatan penduduk di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebesar 1,17 jiwa per km2.
Masih rendahnya tingkat pertumbuhan penduduk dalam hal ini disebabkan oleh stabilnya tingkat kelahiran penduduk serta belum banyaknya migrasi penduduk yang biasanya didorong oleh perkembangan kegiatan perekonomian wilayah. Meskipun jumlah penduduk di Kabupaten Tambrauw masih sedikit, laju pertumbuhan penduduk yang tinggi perlu ditekan. Kondisi Kabupaten Tambrauw dengan infrastruktur yang masih terbatas akan menyulitkan jika jumlah penduduk meningkat pesat dimana dikhawatirkan kebutuhan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan penunjang kehidupan lainnya tidak mencukupi kebutuhan penduduk. Hal ini pada gilirannya akan mempersulit kehidupan masyarakat Kabupaten Tambrauw sendiri. Untuk itu, diperlukan pendidikan keluarga berencana kepada masyarakat Kabupaten Tambrauw dengan harapan menekan laju pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang rendah merupakan langkah jangka panjang untuk membentuk SDM yang berkualitas sehingga mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dengan penduduk yang masih sedikit dan bertambah tidak terlalu pesat, program peningkatan kualitas SDM dapat dilaksanakan secara lebih optimal.
Gambar 2.10 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tambrauw, 2011-2014
Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)
Distrik yang memiliki jumlah penduduk tertinggi di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah Distrik Sausapor yaitu sebanyak 2.764 jiwa (20,48 persen), diikuti Distrik Kebar sebanyak 2.031 jiwa (15,05 persen), Distrik Amberbaken sebanyak 1.887 jiwa (13,98 persen), Distrik Moraid sebanyak 1.796 jiwa (13,31 persen), dan Distrik Yembun sebanyak 1.000 jiwa (7,41 persen). Dari 29 distrik yang ada di Kabupaten Tambrauw, hanya 5 distrik tersebut yang memiliki jumlah
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 12,900 13,000 13,100 13,200 13,300 13,400 13,500 13,600 2011 2012 2013 2014
29
penduduk lebih dari 1.000 jiwa. Hal tersebut menunjukkan bahwa persebaran penduduk di Kabupaten Tambrauw dapat dikatakan tidak merata karena sebagian besar (70,22 persen penduduk) cenderung terpusat di 5 wilayah tersebut. Sementara itu, tiga distrik yang memiliki jumlah penduduk terendah adalah Distrik Syujak yaitu sebanyak 214 jiwa (1,59 persen), Miyah sebanyak 364 jiwa (2,70 persen), dan Fef sebanyak 436 jiwa (3,23 persen).
Tingginya jumlah penduduk di Distrik Sausapor disebabkan Distrik Sausapor memiliki sarana transportasi yang memadai, infrastruktur yang cukup bagus, memiliki aktivitas yang cukup tinggi, keadaan sosial ekonomi yang lebih baik dibanding distrik yang lain, dan pusat pemerintahan yang untuk sementara diletakkan di Distrik Sausapor. Dengan penetapan ibukota kabupaten di Distrik Fef, hal tersebut dapat menjadi sebuah sarana untuk memeratakan persebaran penduduk di Kabupaten Tambrauw melalui adanya ketersediaan fasilitas yang mendukung aktivitas penduduk. Jika dilihat dari kepadatan penduduk, distrik yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Distrik Sausapor yaitu sebesar 4,36 jiwa per km2, disusul oleh Distrik Mubrani sebesar 3,16 jiwa per km2, dan Distrik Amberbaken sebesar 2,18 jiwa per km2. Sedangkan distrik yang memiliki kepadatan penduduk terendah adalah Distrik Senopi yaitu sebesar 0,30 jiwa per km2, Distrik Kwoor sebesar 0,67 jiwa per km2, dan Distrik Abun sebesar 0,74 jiwa per km2. Dengan kepadatan penduduk yang masih rendah, hal tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak wilayah di Kabupaten Tambrauw yang dapat dikembangkan untuk kegiatan yang mendukung aktivitas penduduk terutama berkaitan dengan aspek ekonomi.
Tabel 2.6 Jumlah dan Kepadatan Penduduk per km2 Menurut Distrik, 2014
No. Distrik Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa
per km2) Persentase (persen)
1. Fef 436 0,77 3,23 2. Syujak 214 0,87 1,59 3. Abun 617 0,74 4,57 4. Miyah 364 0,88 2,70 5. Kwoor 956 0,67 7,08 6. Sausapor 2.764 4,36 20,48 7. Yembun 1.000 0,94 7,41 8. Kebar 2.031 1,09 15,05 9. Senopi 759 0,30 5,62 10. Amberbaken 1.887 2,18 13,98 11. Mubrani 673 3,16 4,99 12. Moraid 1.796 2,06 13,31 13. Bikar* - - - 14. Bamus Bama* - - - 15. Ases* - - - 16. Miyah Selatan* - - - 17. Ireres* - - - 18. Tobouw* - - - 19. Wilhem Roumbouts* - - - 20. Kwesefo* - - -
30
No. Distrik Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa
per km2) Persentase (persen)
21. Tinggouw* - - - 22. Mawabuan* - - - 23. Kebar Timur* - - - 24. Kebar Selatan* - - - 25. Manekar* - - - 26. Mpur* - - - 27. Ambarbaken Barat* - - - 28. Kasi* - - - 29. Selemkai* - - - Jumlah 13.497 1,17 100,00
Keterangan: * = Data belum tersedia
Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)
Karakteristik penduduk yang penting adalah struktur umur dan jenis kelamin. Karakteristik penduduk tersebut berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki di Kabupaten Tambrauw pada tahun 2014 adalah sebanyak 6.986 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan sebanyak 6.511 jiwa. Rasio jenis kelamin di Kabupaten Tambrauw adalah sebesar 107,30 yang berarti bahwa dalam 100 penduduk perempuan di Kabupaten Tambrauw terdapat 107 penduduk laki-laki. Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk Kabupaten Tambrauw paling banyak berada pada kelompok umur 0- 4 tahun yaitu sebanyak 1.882 jiwa, diikuti kelompok umur 5-9 tahun sebanyak 1.779 jiwa, dan kelompok umur 10-14 tahun sebanyak 1.683 jiwa.
Terkait dengan struktur penduduk, piramida penduduk Kabupaten Tambrauw termasuk dalam kategori expansive dimana sebagian besar penduduknya berada dalam kelompok umur muda. Dasar piramida yang cukup lebar menunjukkan penduduk Kabupaten Tambrauw memiliki angka rasio ketergantungan penduduk muda yang cukup tinggi, sementara puncak piramida yang menciut tajam menunjukkan rendahnya angka rasio ketergantungan penduduk tua.
31
Gambar 2.11 Piramida Penduduk Kabupaten Tambrauw, 2014
Sumber: BPS Kabupaten Tambrauw, 2015 (diolah)
Implikasi dari struktur penduduk muda adalah besarnya persentase penduduk yang bersiap memasuki batas penduduk usia kerja (economically active population) dan besarnya rasio ketergantungan (dependency ratio). Batas bawah usia kerja di Indonesia adalah umur 15 tahun. Setelah memasuki usia tersebut maka mereka disebut sebagai penduduk usia kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga dan melakukan kegiatan lainnya). Bila penduduk usia kerja tidak melakukan salah satu aktivitas dalam kelompok bukan angkatan kerja maka termasuk ke dalam kriteria angkatan kerja. Dan bila dalam angkatan kerja tidak melakukan aktivitas kerja maka kelompok ini termasuk ke dalam kriteria pengangguran (unemployment). Dengan jumlah penduduk muda yang besar tentu potensi jumlah penduduk yang akan terjun ke dalam angkatan kerja juga besar, untuk itu pemerintah harus bersiap untuk menyediakan lapangan kerja untuk menampung jumlah angkatan kerja yang besar ini. Hal yang akan terjadi bila permintaan akan tenaga kerja lebih kecil dari jumlah pencari kerja adalah terciptanya pengangguran.
Tingkat pendidikan merupakan indikator kualitas sumber daya manusia yang penting di suatu wilayah. Berdasarkan data dari BPS Provinsi Papua Barat, pada tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Tambrauw yang tidak pernah atau belum pernah sekolah mencapai 24,11 persen atau sebanyak 3.225 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang sekolah SD/ MI sekitar 13,93 persen atau 1.863 jiwa, SMP sebanyak 7,27 persen atau 972 jiwa, SMA sebesar 2,60 persen atau 348 jiwa, perguruan tinggi 0,05 persen atau 7 jiwa, dan tidak bersekolah lagi sebesar 52,05 persen atau 6.961 jiwa. Salah satu kendala pemerintah dalam upaya membangun sektor pendidikan di Kabupaten Tambrauw adalah terbatasnya infrastruktur transportasi untuk
1,500 1,000 500 0 500 1,000 1,500 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 + Perempuan Laki-laki
32
menjangkau daerah pedalaman yang mengakibatkan sebagian besar penduduknya masih berpendidikan rendah.