• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI PENGUATAN BRANDING WISATA DESA PEGUNUNGAN LAWU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI PENGUATAN BRANDING WISATA DESA PEGUNUNGAN LAWU"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI PENGUATAN BRANDING

WISATA DESA PEGUNUNGAN LAWU

(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi BUMDes Berjo dalam Memperkuat Branding Telaga Madirda, Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah)

Adipriyo Argo Prabowo Deniawan Tommy Chandra W

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

This research was conducted to determine the communication strategy of BUMDes Berjo in strengthening the branding of the Madirda lake tourist attraction. BUMDes Berjo and Berjo Village Government are managers of the Madirda Lake tourist attraction. The Madirda lake tourism object itself began to be commercialized approximately one year ago during the pandemic, during which time it was able to get high income and have a considerable influence on the surrounding community.The research was conducted using a qualitative method using the process of collecting data through library research, field observations and interviews with related parties. Researchers use the theory of AIDDA (Attention Interest, Desire, Decision, Action) according to Kotler in analyzing. The concept of AIDDA describes a psychological process that occurs in the audience (communication) in receiving communication messages.This Madirda Lake began to be widely known as a nature tourism after BUMDes and the Berjo Village Government carried out promotions and publications with various media, both online and offline. As well as researching the supporting and inhibiting factors faced by BUMDes Berjo in strengthening the branding of Telaga Madirda with the communication strategy used. Supporting factors were found, such as unspoiled natural beauty, as well as various facilities and rides. The inhibiting factors found were incompetent human resources, and unpredictable mountainous weather. In the future, the Village Government and BUMDes will continue to improve and develop strategies for managing the Madirda Lake tourism object.

Keywords: Communication Strategy, Branding Strategy, AIDDA Communication, Tourism

(2)

Pendahuluan

Saat ini Pariwisata berkembang begitu pesat. Tiap-tiap daerah berusaha mengembangkan dan menggali potensi industri pariwisata. Pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari suatu tempat ke tempat lain karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kepergian yang menghasilkan uang (Suwantoro, 2001:164). Pariwisata diartikan sebagai perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorang maupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu (Spillane, 1987:21). Karena di dalamnya terdapat barbagai aktivitas yang bisa menghasilakn produk berupa barang dan jasa maka Pariwisata bisa dikatakan sebagai industri. Akan tetapi industri pariwisata tidak seperti pengertian industri pada umumnya, sehingga industri pariwisata disebut industri tanpa asap.

Setiap desa mempunyai potensi yang pastinya menjadi unggulan di wilayahnya. Potensi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu potensi fisik dan non fisik. Untuk potensi fisik sendiri adalah berupa air, lingkungan geografis, iklim, binatang ternak dan sumber daya manusia. Sedangkan potensi non fisik yaitu masyarakat dengan corak dan karakteristiknya, lembaga sosial, lembaga pendidikan, organisasi desa, serta aparatur dan pamong desa.

Salah satu sumber yang dapat meningkatkan perekonomian dan menjadi sumber pendapatan masyarakat desa ialah potensi-potensi yang ada di desa tersebut. Potensi desa memiliki banyak peranan penting baik dari masyarakat desa maupun dari pihak lain. Desa juga mempunyai peranan pokok di bidang ekonomi karena menjadi daerah produksi pangan dan komoditas ekspor, oleh sebab itu peran penting desa dalam produksi pangan berpengaruh pada ketahanan pangan nasional.

Dalam rangka mewujudkan kemandirian desa serta kesejahteraan masyarakat, setiap desa yang ada di Indonesia bisa mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya secara mandiri sesuai kebutuhan masing-masing. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa.Desa wisata adalah sebuah wilayah pedesaaan yang memiliki karakteristik khusus yang menjadikan daerah tujuan wisata. Pemandangan-pemandangan alam yang masih asri, menjadi salah satu daya pikat utama dari berbagai tempat pariwisata yang terkenal salah satunya Desa Berjo yang berada di Kabupaten Karanganyar.

Karanganyar adalah salah satu wilayah tujuan wisata di Jawa Tengah yang terletak di lereng Gunung Lawu. Kabupaten Karanganyar sendiri memiliki beragam potensi wisata yang lebih banyak dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Tengah, mulai dari wisata alam, budaya, buatan sampai wisata minat khusus,

(3)

Karena itulah banyak wisata lokal ataupun mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Karanganyar.

Telaga Madirda adalah salah satu dari wisata alam yang terdapat di Kecamatan Ngargoyoso. Telaga Madirda merupakan sebuah telaga alami yang berada di kaki gunung Lawu, Karanganyar. Telaga dan panorama sekitar yang asri merupakan daya tarik yang ditawarkan oleh Telaga Madirda.

Telaga Madirda berada di Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Telaga Madirda dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Berjo, pengelola yang sama dengan wisata Air Terjun Jumog dan baru dikomersilkan dengan serius sekitar setahun belakangan ini. Sedangkan wisata yang lainya seperti Candi Sukuh, Taman Hutan Rakyat dan Santai ria dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Karangayar. Keindahan alam dan fasilitas wisata yang semakin beragam serta pengelolaan yang baik, telaga Madirda pun berulangkali diliput berbagai media, seperti, Kompas, Tribunnews, dan portal berita travel. Objek wisata Telaga Madirda Sendiri cukup dikenal dan ramai di kunjungi masyarakat, baik kalangan muda sampai orang tua. Pada bulan-bulan awal setelah peresmiannya objek wisata Telaga Madirda mampu meraup keuntungan yang besar, terhitung mencapai sekitar 200 juta rupiah lebih hanya dari penjualan tiket masuk tiap bulannya, lalu wahana yang ditawarkan mampu mendominasi wahana serupa di sekitar objek wisata Telaga Madirda. Keunikan objek wisata Telaga Madirda yakni mengangkat dua branding sekaligus, yakni sebagai wisata alam dan sebagai wisata religi, dimana keduanya mampu jalan beriringan sampai saat ini. Selain itu, objek wisata Telaga Madirda juga sempat digunakan sebagai pulau Karantina diawal masa pandemi.

Untuk meningkatkan suatu komunikasi agar lebih efektif diperlukan strategi komunikasi. Strategi komunikasi merupakan langkah-langkah yang perlu diambil untuk meningkatkan efektifitas sebuah komunikasi (Littlemore ,2003: 1). Strategi komunikasi yang tepat dan optimal akan mempercepat tujuan organisasi dapat tercapai. Strategi komunikasi merupakan keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang dipergunakan untuk melancarkan komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses komuunikasi.

Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi komunikasi memperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor pendukung atau penghambat pada setiap komponen, diantaranya faktor kerangka referensi, faktor situasi dan kondisi, pemilihan media komunikasi, tujuan pesan komunikasi, dan peranan komunikator dalam komunikasi (Zainal Abidin, 2011 : 116).

(4)

Hal diatas yang mendasari penulis untuk mengangkat judul “Strategi Komunikasi Penguatan Branding Wisata Desa Pegunungan Lawu (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi BUMDes Berjo dalam Memperkuat Branding Telaga Madirda, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah)”.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana Strategi Komunikasi BUMDes Berjo dalam Memperkuat Branding Telaga Madirda?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat BUMDes Berjo dalam memperkuat branding Telaga Madirda?

Tinjauan Pustaka 1. Strategi Komunikasi

1.1. Definisi Komunikasi

Untuk melanjutkan hidupnya manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan berbagai macam, baik itu sandang, pangan, maupun papan. Bersosialisasi dengan sesama manusia merupakan kebutuhan yang sangat penting, entah itu pria maupun wanita, disamping kebutuhan materilnya. “Komunikasi” merupakan cara yang dilakukan untuk bersosialisasi. Secara harfiah Cherry (Stuart, 1983) menyebutkan bahwa Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi (Cangara 2002:18).

Lasswell membuat definisi singkat mengenai cara yang tepat untuk menerangkan suatu Tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan "siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya".

Dikutip Moekijat (1993:2), Hariold Koonyz mengatakan bahwa: "communication as the transfer of information from the sender to receiver with the information being understood by the receiver", yang berarti komunikasi sebagai penyampaian informasi dari pengirim kepada penerima dan informasi itu dimengerti oleh yang menerimanya.

Paradigma Laswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dan pertanyaan yang diajukan, yaitu:

1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)

2. Pesan (mengatakan apa?)

3. Media (melalui saluran/channel/media apa?)

(5)

5. Efek (dengan dampak/efek apa?)

Unsur-unsur komunikasi diatas merupakan satu kesatuan proses komunikasi, dimana antara satu dengan yang lain saling berkaitan. Dengan adanya komunikator, dimana pihak yang mempunyai kemampuan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan, sehingga komunikan menjadi tahu atau bahkan berubah sikap, pendapat, atau perilakunya. Pesan adalah dimana penyajian informasi yang disediakan oleh komunikator terhadap komunikan. Komunikator harus mempunyai kesesuaiaan isi pesan yang akan disampaikan kepada komunikan, untuk memuat efektifitas pada pesan tersebut.

Dapat disimpulkan komunikasi ialah penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari komunikastor kepada komunikan melalui media tertentu dan menghasilkan dampak-dampak tertentu. Jadi, pada akhirnya proses penyampaian pesan akan memberikan dampak pada kedua belah pihak antara komunikan dan komunikator. Apabila seseorang berbicara dan temannya tidak mendengarkan dia, maka di sini tidak ada pembagian dan tidak ada komunikasi. Pada dasarnya komunikasi merupakan suatu proses dua arah. Komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan saja. Komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran, fakta, dan pendapat.

1.2. Definisi Strategi Komunikasi

Littlemore (2003: 1) dalam buku The Communicative Effectiveness of Diferent Types of Communication Strategy berkata “strategi komunikasi merupakan langkah-langkah yang perlu diambil untuk meningkatkan efektifitas sebuah komunikasi.”

Rogers dalam Cangara mengatakan jika strategi komunikasi merupakan suatu rancangan yang dibuat guna untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala besar melalui menstransfer ide-ide baru (Cangara, 2013: 61). Middleton dalam Cangara juga mengatakan, bahwa strategi komunikasi merupakan kombinasi terbaik dari semua elemen komunikasi yang ada mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima, dan pengaruh (efek) yang mana itu semua telah dirancang untuk mencapai tujuan yang optimal (Cangara, 2013: 61).

Strategi komunikasi yang tepat dan optimal akan mempercepat tujuan organisasi dapat tercapai. Strategi komunikasi merupakan keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang dipergunakan untuk melancarkan komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses komuunikasi. Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi komunikasi memperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor pendukung atau penghambat pada setiap komponen,

(6)

diantaranya faktor kerangka referensi, faktor situasi dan kondisi, pemilihan media komunikasi, tujuan pesan komunikasi, dan peranan komunikator dalam komunikasi (Zainal Abidin, 2011 : 116).

2. Branding/Brand Image

Branding adalah kegiatan membagun sebuah brand atau merk,

mengkomunikasikan sebuah merek untuk memperoleh brand positioning yang kuat di pasar.

Branding juga dapat diartikam proses menginteraksi simbol-simbol yang diwujudkan ke dalam bentuk bahasa, suara (intonasi), gesture, dan visualisasi untuk mengkontruksi sebuah makna yang kemudian menjadi identitas atau ciri khas sebuah obyek baik itu individu, produk, atau institusi. (Novri Susan, 2014).

Branding memiliki tujuan untuk memunculkan makna yang mana berupa produk atau jasa. Tidak hanya melihat pengemasan dari luarnya saja, branding juga manghadirkan dalam benak konsumen tentang produk dan bagaimana konsumen tersebut dapat mengenal sebuah merek.

2.1. Brand Strategy

Brand Strategy merupakan suatu pilihan strategi pemasaran dalam membangun identitas atau karakter untuk bisa terlihat unggul dan berbedaa dengan wisata lainya. Brand strategy adalah menejemen suatu brand dimana terdapat kegiatan untuk mengatur kegiatan semua elemen dengan tujuan untuk membentuk suatu brand yang kuat (D.E., Schults & Barnes, strategi brand communication campaign (USA;NTC business book, 1999).

Untuk menciptakan dan mempertahankan produk sangat diperlukan Brand management, sehingga langkah awal dalam pembuatan brand adalah perencanaan brand, lalu dengan melakukan riset dan analisis costumer, analisis pesaing dan analisis diri sendiri guna menentukan brand yang tepat dengan analisis brand. Selanjutnya brand management startegi branding yang dipaparkan Gelder, meliputi beberapa komponen diantaranya, Brand positioning, Brand, personality, Brand identity (Masruroh, 2018 :13-14)

3. Citra

Citra diartikan sebagai cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan seseorang, suatu komite, atau suatu aktifitas. Seluruh perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang melihatnya. Citra perusahaan dapat datang dari dari bebrbagai sumber seperti, pelanggan perusahaan, pelanggan potesial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang dan gerakan oelanggan sector pedagang yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan sebagaiman jjuga dalam perngertian komunikasi menutur ahli.

(7)

Frank Jefkins, dikutip oleh Soemirat dan Elvinaro (2002:177) menggolongkan citra menjadi empat jenis:

1. The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) management terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaanya. 2. The current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada

publik eksternal yang berdasarkan pada pengalaman publik eksternal. citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image.

3.The wish image (citra yang diinginkan), yaitu managemnt menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh informasi secara lengkap. 4.The multiple image (citra yang berlapis) yaitu sejumlah individu, kantor

cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra tertentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan. 4. Media Massa

Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas, anonim dan heterogeny, kelebihan media massa disbanding dengan jenis komunikasi lah adalah ia bisa megatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas, (Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. H.12).

Dapat diarik kesimpulan bahwa media massa merupakan media yang digunakan untuk komunikasi massa, yang dapat menyebarkan pesan secara serempak kepada khalayak luas.

Ada empat macam motif yang berkaitan dengan kebutuhan khalayak dalam menggunakan media massa (Liliweri, Alo. Memahami Peran Media Massa dalam Masyarakat. Bandung:Citra Aditya Bhakti, 1993), yakni:

1) Motif informasi

2) Dalam motif ini didasari kebutuhan informasi oleh khalayak, yang mana khalayak menggunakan media massa karena butuh informasi.

3) Motif identitas personal

4) Motif ini ada karena kebutuhan khkalayak dalam memperkuat sesuatu yang penting dalam kehidupanya.

5) Motif integrasi

6) Motif ini tercipta karena didasari kebutuhan khalayak akan kelangsungan hubungan dengan masyarakat atau interaksinya dengan orang lain.

7) Motif hiburan

8) Motif ini sangat berkaitan dengan kebutuhan khalayak akan hiburan dari masalah atau kebosanan

(8)

Jenis-jenis media massa sendiri terbagi menjadi tiga yakni, Media cetak, Media Elektronik, dan Media Lainya

4.1. Media Baru

New media (media baru) dapat diartikan sebagai media yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Pedoman Pemberitaan Media Siber (PPMS) yang dikeluarkan Dewan Pers mengartikan media siber sebagai “segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers (Syamsul, Asep. Jurnalistik Online. (Bandung, Nuansa Cendikia. 2012). h.30)

Media online sering dikatakan sebagai media generasi ketiga setelah media cetak, koran tabloid, majalah, buku-buku dan media elektronik. Didefinisikan sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet”, media online merupakan produk dari jurnalistik online.

Dalam perspektif studi media atau komunikasi massa, media online menjadi objek kajian teori “media baru” (new media), yaitu istilah yang mengacu pada permintaan akses ke konten (isi/informasi) kapan saja, di mana saja, pada setiap perangkat digital serta umpan balik pengguna interaktif, partisipasi kreatif, dan pembentukan komunitas sekitar konten media, juga aspek generasi “real-time.

Dengan media massa manusia memenuhi kebutuhannya akan berbagai hal. Salah satunya dengan media online yang tergolong media paling baru. Media massa online tidak pernah menghilangkan media massa lama tetapi mensubtitusinya. Media online merupakan tipe baru jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur dan karakteristik dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan-kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita (Santana K, Septiawan, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.h.137)

Media online memiliki beberapa karakteristik yang juga menjadi keunggulan dibandingkan media konvensional yang identik dengan karakteristik jurnalistik online (M. Romli Asep Syamsul.Jurnalistik Online. Bandung: Nuansa Cendikia, 2012. h.331) yakni: a) Multimedia, b) Aktualitas c) Cepat d) Update e) Kapasiata luas f) Fleksibilitas g) Luas h) Interaktif i) Terdokumentasi

(9)

j) Hyperlinked

Dari hal ini juga yang membuat para pembaca lebih tertarik dan memilih dalam mengakses media oneline dibandingkan media lainya, media ini juga memberikan berita lengkap dan menarik sesuai kebutuhan dan keinginan khalayak. Dalam perkembanganya kemampuan menyajikan berita kian cepat dan mudah diakses serta menjangkau selutuh kalangan masyarakat.

5. Pariwisata

Menurut, dalam (Albana, 2017), pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentinganlain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun belajar.

Pariwisata adalah kegiatan yang memiliki tujuan untuk menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usahalain yang terkait dengan pariwisata tersebut (Utama, 2017:2). Usaha yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang mengasilkan barang atau jasa sehingga mampu menjadi pendukung daya tarik dari tempat wisata tersebut. dari usaha tersebut sehingga mampu membuka lapangan pekerjaan dan mampu menumbuhkan perekonomian warga.

5.1. Pariwisata Desa

Menurut Nurhayati dan Wiendu dalam jumal Puspita Dini Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Desa wisata biasanya meliki kecenderungan kawasan pedesaan yang memiliki kekhasan dan daya tarik sebagai tujuan wisata (2016:4).

Menurut Syamsu, faktor-faktor agar dapat dikatakan sebagai desa wisata (Prakoso, 2008:25) adalah sebagai berikut:

1. Faktor kelangkaan merupakan sifat dari wisata yang tidak dijumpai di lokasi lain.

2. Faktor kealamian yaitu sifat dari objek wisata yang belum mengalami perubahan dan campur tangan manusia.

3. Keunikan, adalah sifat yang memiliki keunggulan tertentu dibanding objek wisata lain.

(10)

4. Faktor pemberdayaan masyarakat yang mampu menghimbau agar masyarakat ikut serta dan diberdayakan dalam pengelolaan objek wisata di daerahnya.

6. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Definisi BUMDes menurut Maryunani (2008:35), adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan membangun kerekatan sosial masyarakat yang dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Jadi BUMDes adalah suatu lembaga usaha yang artinya memiliki fungsi untuk melakukan usaha dalam rangka mendapatkan suatu hasil seperti keuntungan atau laba.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan sebuah lembaga yang dibentuk dan dirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat. BUMDes merupakan pilar perekonomian desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution) yang berpihak pada kepentingan masyarakat serta mencari keuntungan. Selain dari pada itu Badan Usaha Milik Desa merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh suatu desa untuk menghasilkan suatu produksi yang dapat meningkatkan keuangan desa.

Definisi yang disematkan pada BUMDes dalam UU Desa yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara lansung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Menurut Pasal 213 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwasanya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan sebuah lembaga yang dibentuk dan didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa.

7. Teori AIDDA

Dikutip dari buku Kotler (2008:568) Model AIDDA digunakan dalam penelitian ini. Menurut Kotler dan Keller (2009:179) menjelaskan Teori AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision and Action) merupakan suatu pesan yang

(11)

harus mendapatkan perhatian, menjadi ketertarikan, menjadi minat, dan mengambil Tindakan. Teori ini menampaikan akan kualitas pesan yang baik. Menurut Indroyo efektivitas promosi dengan menggunakan konsep AIDDA yaitu: Attention (perhatian), Interest (ketertarikan), Desire (Keinginan), Decision (Keputusan) and Action (Tindakan).

Onong Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi (2000:304), menyebut bahwa para ahli komunikasi cenderung berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan apa yang disebut A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. A-A Procedure ini yang mana merupakan penyederhanaan dari proses yang disingkat AIDDA. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berarti menggunakan metodologi kualitatif , penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Penelitian deskriptif kualitatif berusaha menggali informasi yang sesuai dengan kondisi, objek atau fenomena sosial saat dilakukan penelitian. Hasil penelitian ditekankan untuk memberikan gambaran objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti (Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2002). Dalam penelitian kualitatif, sikap kritis dan terbuka dari peneliti sebagai pengumpul data sangatlah penting (Sutopo, 2002:36).

Dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa cara melakukan wawancara kepada beberapa informan, yakni Direktur BUMDes Berjo, Kepala Desa Berjo dan Pengunjung, serta melakukan observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. untuk mengetahui validitas data maka dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara pada setiap informan. Kemudian ditambahkan dengan hasil observasi dan hasil dokumentasi sehingga didapatkan data yang valid untuk disajikan.

Temuan dan Analisis Data

Data yang diperoleh ditemukan beberapa faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi proses memperkuat branding sesuai dengan rumusan masalah. Faktor pendukung

Dalam melaksanakan Strategi komunikasi Secara keseluruhan objek wisata air menyajikan wahana wahana permainan yang berada di air, seperti dapat berenang, penyediaan kapal dan wahana wahana air lainya. Adapun kelebihan dan pendukung yang dimiliki oleh objek wisata Telaga Madirda, yaitu menawarkan keindahan Telaga dan alam yang masih asri, sejuk dan nyaman, serta pengelola pun menyediakan berbagai wahana seperti Duckboat, Kano dan fasilitas pendukung

(12)

seperti gazebo yang nantinya dapat digunakan pengunjung, dan membuat ketertarikan pengunjung untuk berkunjung kembali. Ketersediaan fasilitas dan wahana yang beragam memberikan kenyamanan dan ketertarikan wisatawan. Selain dibangunnya wahana dan fasilitas juga dibangun infrastruktur guna mempermudah waisatawan untuk berkunjung, serta penyediaan lahan parkir dan mushola. Untuk pengembangan kedepanya sendiri selain kolam renang yang telah disebutkan diatas juga akan dibangun tempat Camping gorund bagi mereka yang ingin menginap yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung. Selain camping ground rencana kedepanya sendiri sudah dipikirkan oleh Pemerintah Desa dan BUMDes. Pembuatan Icon merupakan rencana terdekat dari objek wisata Telaga Madirda. Icon Hanoman dipilih karena dirasa merepresentasikan cerita asal usul Telaga Madirda, serta merupakan tokoh yang cukup banyak dikenal masyarakat.

Faktor Penghambat

Selain kelebihan peneliti juga mendapati kekurangan dan kelemahan dari wisata Telaga Madirda yang menjadi faktor penghambat dalam upaya awal mempromosikan dan mem-branding. Beberapa kekurangan dan kelemahan terdapat pada SDM yang belum berkompeten, serta untuk kondisi alam gunung yang memiliki cuaca susah ditebak. Kurangnya sumber daya manusia yang belum berkompeten untuk membantu mengurus bukan satu satunya hambatan yang dihadapi oleh Pemerintah Desa dan BUMDes Berjo. Pengaruh cuaca di pegungungan yang tidak tentu juga menjadi hambatan.

Akibatnya BUMDes Berjo pada bulan Februari tidak melakukan promosi dikarenakan imbas yang kurang maksimal. Hal tersebut diketahui melalui banyaknya komentar di media sosial Telaga Madirda yang menyebutkan terkendala datang karena cuaca. Dari penuturan beliau dalam proses promosi Telaga Madirda ditemukan masalah yang cukup mempengaruhi yakni cuaca di daerah pegunungan yang tidak menentu sehingga sempat berhenti melancarkan promosi dikarenakan imbasnya yang kurang maksimal.

Selain itu beberapa hambatan, seperti SDM yang kurang berkompeten. Dari penuturan diatas, cuaca merupakan kendala yang jelas. Pihak pengelola sebisa mungkin mengatasi kendala yang ada meskipun tidak bisa mengatur sepenuhnya akan tetapi tetap ada upaya untuk mengurangi dampaknya.

Pemerintah Desa dan BUMDes menggunakan jasa konsultan dalam mempromosikan objek wisata Telaga Madirda sebagai bentuk mengatasi SDM yang belum siap seluruhnya. Selain itu, sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas SDM, Pemerintah Desa sendiri berniat untuk membeasiswai untuk bersekolah bagi masyarakatnya yang memiliki potensi, dengan diharapkan

(13)

dapat kembali dan membantu pembangunan desa. Sedangkan untuk cuaca yang kurang bersahabat dan berganti dengan cepat, pengelola membangun gazebo serta Shelter yang dilengkapi tempat duduk untuk pengunjung berlindung dari hujan.

Beliau menambahkan bahwa kunjungan wisatawan saat ini belum maksimal, dan menjelang lebaran akan lebih maksimal, akan ada pengembangan lainya di lokasi wahana. Ia juga mengingatkan bahwa terlepas dari sisi finansial, mengaturnya membutuhkan energi yang banyak dan perlu dilakukan pemikiran yang matang sehingga disusunlah Rencana Anggaran Kerja (RAK) tahun 2021, guna mengatur dan merencanakan gerakan kedepanya.

Analisis AIDDA Terhadap Strategi Komunikasi BUMDes Berjo dalam Memperkuat Branding Objek Wisata Telaga Madirda

Kotler dan Keller (2009:179) menjelaskan Teori AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision and Action) merupakan suatu pesan yang harus mendapatkan perhatian, menjadi ketertarikan, menjadi minat, dan mengambil Tindakan. Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti akan menganalisa konsep AIDDA yang tentunya disesuaikan dengan temuan-temuan di lapangan.

1. Attention (Perhatian)

Dari hasil yang didapat Telaga Madirda melakukan promosi melalui berbagai media guna manarik perhatian calon wisatawan salah satu usahanya ialah dengan mengundang lebih dari 30 awak media untuk meliput Telaga Madirda. Dalam menarik perhatian wisatawan, BUMDes menyuguhkan kelebihan dan pendukung yang dimiliki oleh objek wisata Telaga Madirda, yaitu menawarkan keindahan Telaga dan alam yang masih asri, sejuk dan nyaman, serta pengelola pun menyediakan berbagai wahana seperti Duckboat, Kano dan fasilitas pendukung seperti gazebo yang nantinya dapat digunakan pengunjung, dan membuat ketertarikan pengunjung untuk berkunjung kembali. Selain dibangunnya wahana dan fasilitas juga dibangun infrastruktur guna mempermudah waisatawan untuk berkunjung, serta penyediaan lahan parkir dan mushola. Untuk pengembangan kedepanya sendiri selain kolam renang yang telah disebutkan diatas juga akan dibangun tempat Camping gorund bagi mereka yang ingin

menginap yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung. Pesan yang

disampaikan mengenai keunggulan objek wisata Telaga Madirda dengan menampilkan berbagai fasilitas dan wahana terbukti dapat menarik perhatian dari wisatawan karena dinilai dapat memberikan kenyaman dan ketertarika wisatawan. Selain itu dalam menarik perhatian calon wisatawan untuk berkunjung, Telaga Madirda juga menyertakan keunikan atau pembeda dari wisata lainya dengan mem-branding dimana Telaga Madirda merupakan tempat sakral untuk melaksanakan kegiatan upacara agama tertentu sebagai strategi dalam menarik

(14)

perhatian untuk berkunjung. Diangkat pula cerita dibalik terbentuknya Telaga ini, yang terbentuk dari tutup cupu manik Astagina yang terpisah dan jatuh ke tanah dan menjadi sebuah telaga, dari cerita tersebut sampai saat ini Telaga Madirda masih dipercaya banyak orang sebagai tempat yang sakral. Masyarakat percaya bahwa telaga ini memiliki mata air yang suci yang digunakan untuk membersikan diri dalam upacara melasti. Dari hal tersebut BUMDes memanfaatkan image objek wisata Telaga Madirda yang sebelumnya dalam menarik wisatawan. Hal ini sesuai dengan brand strategi yang dikemukakan oleh Gelder dimana brand positioning merupakan menjadi tahap yang sangat penting, karena brand positioning adalah strategi pemasaran yang bertujuan menciptakan pembeda, keuntungan serta manfaat bagi konsumen untuk mengingat suatu brand, sebuah produk atau tempat (Masruroh, 2018 :13-14).

2. Interest (Ketertarikan)

Dalam penelitian ini setelah tahap awal tadi dimulai dengan perhatian terhadap bentuk promosi baik dalam ketertarikan atas isi pesan Wisata Telaga Madirda. Dari beberapa jenis media yang ada, BUMDes selaku pengelola dalam menyampaikan pesan yang dimiliki menggunakan media konvensional dan media baru. Media konvensional digunakan BUMDes dengan mengundang awak media untuk meliput saat Telaga Madirda digunakan sebagai tempat karantina selama pandemi. Selain media konvensional, BUMDes berjo juga mengoptimalkan pemasaran secara online di berbagai platform sosial media. Dari media online sendiri objek wisata telaga Madirda menggunakan Media sosial Instagram dan Facebook. Dengan keefektifan media sosial saat ini BUMDes Berjo pun mempertimbangkan hal tersebut. Promosi yang dilakukan di media sosial dengan mengunggah foto-foto keindahan objek wisata Telaga Madirda merupakan upaya meningkatkan ketertarikan masyarakat, dan terbukti mampu menarik minat wisatawan untuk mengetahui lebih lanjut. Dengan menggunakan media sosial Instagram pengelola objek wisata Telaga Madirda sengaja mengunggah keindahan Telaga Madirda.

Ketersediaan fasilitas dan wahana yang beragam memberikan

kenyamanan dan ketertarikan wisatawan serta upaya pembentukan karateristik Telaga Madirda sendiri. Selain menyuguhkan potret keindahan alam dan kesakralan objek wisata Telaga Madirda sebagai wisata alam dan wisata religi, dalam unggahan Instagram Telaga Madirda juga menyertakan caption yang berupa ajakan dan juga edukasi dalam menjaga alam.

3. Desire (Keinginan)

Dalam upaya mendorong keinginan calon wisatawan pengelola Telaga Madirda menggunkan cara memaparkan apa yang akan pengunjung dapat seperti

(15)

fasilitas dan pemandangan yang indah serta pengalam-pengalaman lainya dari produk yang ditawarkan membuat konsumen semakin ingin membeli produk, dalam kasus ini wisatawan ingin mengunjungi Telaga Madirda.

Dalam Instagram resmi yang dikelola oleh BUMDes Berjo, memuat foto-foto yang menjelaskan tentang keadaan Telaga Madirda serta paket-paket wisata yang ditawarkan. Lalu dalam pesannya tersebut pula calon wisatawan seolah dijabarkan atau dijelaskan hal-hal yang akan didapat dari berkunjung ke Telaga Madirda.

4. Decision (Keputusan)

Disini keputusan yang diambil oleh komunikan setelah melihat ataupun mendapatkan informasi yang ada dalam promosi yang dilakukan Telaga Madirda akan menimbulkan pengaruh yang berarti terhadap pendekatan AIDDA. Dalam penelitian ini dimana pengelola objek wisata Telaga Madirda memutuskan untuk mengundang 30 awak media serta menggunakan media sosial untuk melakukan branding dan promosi dengan menawarkan keindahan, fasilitas serta wahana yang dimiliki serta keunikan sebagai pembeda dari tempat wisata lain, khusunya disekitar pegunungan Lawu. Pelayanan yang sesuai dengan apa yang telah dipromosikan mengenai keindahan, fasilitas serta wahana, membuat calon wisatawan memutuskan akan mengunjungi mengunjungi kembali objek wisata yang telah dipromosikan tadi,

5. Action (Tindakan)

Dalam mendorong wisatawan untuk mengambil tindakan berkunjung, Pengelola Objek Wisata Telaga Madirda menggunakan teks persuasife dan foto yang bagus dalam unggahan dimedia sosial Instagram resminya, yang berupa ajakan kepada calon wisatawan untuk mengunjungi Telaga Madirda. Hal tersebut juga dibenarkan oleh M. Romli Asep Syamsul dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Online, bahwa media online memiliki karakteristik yang menjadi keunggulan dibandingakan media konvensional seperti karateristiknya yaitu multimedia dimana dapat menyajikan berita dalam bentuk teks, audio, video, grafis dan gambar secara bersamaan. Lalu juga karakteristiknya yang cepat membuat langsung bisa diakses semua orang stetlah diupload.

Dalam promosinya dinilai berhasil dalam menarik wisatawan untuk datang ke Telaga Madirda, hal ini dibuktikan dengan melonjak tingginya pendapatan wisata Telaga Madirda pada bulan Agustus yang mencapai 200 juta rupiah dalam sebulan hanya dari tiket masuk. Salah satu wahana yang diadakan yakni Camping Ground pada bulan Sepetember sampai Oktober sukses mendominasi wisata kamping di wilayah Karanganyar. Selain itu menurut Informan 1, imbas dari adanya Objek wisata Telaga Madirda dapat memberikan efek positif bagi wisata-wisata di Karanganyar. Lalu dibuktikan pula dengan meningkatnya

(16)

pendapatan pada penginapan-penginapan, dan pelaku bisnis lainya disekitar, imbas dari tingginya kunjungan wisatawan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi, wawancara serta dokumentasi, peneliti akan menyimpulkan inti dari uraian yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini ialah sebagai berikut

1. Strategi komunikasi BUMDes Berjo dalam Memperkuat Branding Telaga Madirda berdasarkan teori AIDDA, yakni:

1) Attention (Perhatian) BUMDes Berjo menyuguhkan keindahan alam , wahana dan fasilitas yang serta menawarkan keunikan yang membedakan dari wisata lain yaknni menganggkat cerita terbentuknya telaga madirda dimiliki oleh objek wisata Telaga Madirda sebagai cara menarik perhatian.

2) Interest (Ketertarikan) BUMDes Berjo menggunakan berbagai media sebagai saluran promosi serta penarik minat wisatawan. Media yang digunakan diantaranya media konvensional dan media baru.

3) Desire (Keinginan) BUMDes Berjo menggunakan cara memaparkan apa yang akan pengunjung dapatkan seperti fasilitas dan pemandangan yang indah serta pengalaman-pengalaman lainya dari produk yang ditawarkan 4) Decision (Keputusan) BUMDes Berjo memutukan untuk memaksimalkan

media yang digunakan, serta strategi promosi yang terapkan.

5) Action (Aksi) BUMDes Berjo menggunakan teks persuasife dan foto yang bagus dalam unggahan dimedia sosial Instagram resminya, yang berupa ajakan kepada calon wisatawan untuk mengunjungi Telaga Madirda. Selain itu BUMDes dengan mengundang awak media untuk meliput saat Telaga Madirda digunakan sebagai tempat karantina COVID-19,

2. Dalam pelaksanaan strategi komunikasi yang digunakan ditemukan faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung diantaranya, pertama, faktor alam yang masih asri dan indah. Kedua ialah fasilitas dan wahana yang bervariasi menimbulkan daya tarik serta kenyamanan bagi wisatawan. Faktor penghambat, Pertama, faktor cuaca di pegunungan yang gampang berubah-ubah. Kedua, Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum sepenuhnya berkompeten sehingga masih kurang maksimal jika pengelolaan sepenuhnya dipercayakan kepada SDM setempat.

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, peneliti menyatakan BUMDes dan Pemerintah Desa Berjo berperan penting dalam memperkuat branding objek wisata Telaga Madirda. Hal ini dibuktikan pula dengan tingginya jumlah

(17)

kunjungan wisatawan ke objek wisata Telaga Madirda dari hasil promosi yang dilakukan, serta meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar Telaga Madirda.

Daftar Pustaka

Abidin, Zainal. 2011. 530 Hadits Sahih Bukhari-Muslim. Jakarta: PT Rineka Cipta

Aprilia, Tryas. eJournal Ilmu Komunikasi, Volume 5, Nomor 1, 2017 (1): 13-23

Arifin, A. 1984. Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Penerbit Armico.

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Walisongo : Semarang

Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti

Fiske, John. 2013. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Fajrianthi, Zatul Farrah. 2005: Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen. 283-284

Gamal, Suwantoro, 2002. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi

Liliweri, Alo. Memahami Peran Media Massa dalam Masyarakat. Bandung:Citra Aditya Bhakti, 1993

Littlemore, J 2003, The Communicative Effectiveness of Different Types of Communication Strategy' System, Vol. 31, No. 3, Pp. 331-347. https://doi.org/10.1016/S0346-251X(03)00046-0.

Masruroh. 2018. Analisis Branding Dalam Upaya Pengembangan Destinasi Wisata Religi Sunan Derajat.

Moekijat. 1993. Teori Komunikasi. Bandung : Mandar Maju

Mulyana, Deddy. (Eds). (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengarang. Bandung: PT Remja Rosdakarya

Nurhayati Wiendu (1993). Concept, persfektive and challanges, gadjah Mada University

Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. H.12

Santana K, Septiawan, Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.h.137

Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2003. Dasar-Dasar Publik Relation. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sutopo H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret.Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS PRESS.

Terrence, S. 2004. Periklanan Promosi Jilid II, Terjemahan Dwi Kartika. Jakarta: Erlangga.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Pemasangan Dinding Bata Ringan Tebal 10 cm dengan Mortar Siap Pakai... (3x20)cm Kayu klas I

persiapan bahan dan peralatan ekstraksi oleoresin, penelitian dan analisa pendahuluan (analisa kadar air dan kadar abu terhadap bahan baku), penelitian lanjutan (proses ekstraksi

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan prototipe 1 berupa panduan layanan bimbingan untuk meningkatkan perilaku beribadah dengan teknik Self monitoring

CATATAN: Jika partisi telah tersedia dengan ukuran yang sesuai pada perangkat penyimpanan USB yang dipilih (misalnya, partisi yang telah digunakan sebagai partisi pencadangan),

Pendeta dengan model preoccupied attachment to God, saat menghadapi kesulitan ketika menjalani tanggung jawabnya ia akan berusaha untuk terus menjalin hubungan yang

Metode Kauny Quantum Memori dapat menjadi ragam baru bagi pengembangan metode menghafal dalam dunia pendidikan, yang dapat menjadi alternatif bagi guru dalam

Hasil uji viskositas dianalisis dengan metode anova dua arah sedangkan uji daya sebar, daya lekat, dan daya antibakteri dianalisis dengan metode anova satu arah