POLA PEMUKIMAN TRADISIONAL MINANGKABAU DI JORONG ANDALEH NAGARI ANDALEH BARUH BUKIK KABUPATEN
TANAH DATAR SUMATERA BARAT
ARTIKEL
RITA SUNELFIA DEWI NPM. 091008322032
Program Studi Arsitektur
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
POLA PEMUKIMAN TRADISIONAL MINANGKABAU DI JORONG ANDALEH NAGARI ANDALEH BARUH BUKIK KABUPATEN
TANAH DATAR SUMATERA BARAT
Rita Sunelfia Dewi1, Sudirman Is¹, Joni Wongso¹
¹Program Studi Magister Arsitektur, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta
Email: ritasunelfiadewi@yahoo.com
ABSTRACT
Nagari in the history of Minangkabau culture is made up of union settlements form Taratak, Hamlet, and Koto. Nagari community settlement can be considered as typical or a reflection of the Minangkabau community settlement patterns in ancient times and now. One of the settlements that exist in the Minangkabau nagari is settlements that are Jorong Andaleh Nagari Andaleh Bukik lowland sub Sungayang Tanah Datar. Nagari is formed by the tribes who lived, who lived among other tribes; Kutianyia, Koto, Piliang, Bodi Caniago, Sumpadang, and Payobadar. Based on the study was intended to see the Jorong Andaleh settlement patterns and form factor of Jorong Such settlements. The purpose and objectives of the research are settlement patterns in Jorong Andaleh Minangkabau nagari Andaleh Bukik lowland sub Sungayang Tanah Datar, which in this study wanted to see: (1) the pattern of settlement in Jorong Andaleh, (2) factors that shape the settlement pattern. This research is a case study of Traditional Settlement Patterns Minangkabau naturalistic qualitative approach in Jorong Andaleh Nagari're the lowland Bukik. The research method used is descriptive, because the results of the study were taken by drawing conclusions from all the data obtained through the framework and a logical hypothesis. The data are drawn based on observations in the field are then analyzed according to the intention of the research. The findings of the study indicate that factors in forming patterns of settlement are Jorong Andaleh: Tower House, Tribal, Various Customs, State Nature (location), Tribes Settlement, Stempel, Society, Population, The Baths, Office of Government and Education. Settlement patterns shaped pouch in which settlements grew in Jorong Andaleh like sac formed by roads memagarnya.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelompok permukiman secara makro dan mikro di Minangkabau
memberikan pemahaman bahwa
keberadaan Nagari adalah sangat penting dalam khasanah sejarah dan budaya Minangkabau atau Propinsi Sumatera Barat secara umum. Nagari dalam sejarah budaya Minangkabau terbentuk dari kesatuan permukiman berupa Taratak, Dusun, dan Koto. Permukiman masyarakat di Nagari, dapat dikatakan sebagai tipikal atau cerminan dari pola permukiman masyarakat Minangkabau dahulu dan sekarang.
Salah satu permukiman yang masih mencerminkan kebudayaan masa lalu alam Minagkabau adalah Permukiman Jorong Andaleh Nagari
Andaleh Baruh Bukik, dimana
permukiman ini berada sepanjang
jalan perkampungan, dibelakang
permukiman tersebut terdapat sawah
yang digarab untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Dilokasi permukiman ini juga
terdapat beberapa makam (pandam) masyarakat yang dibagi menurut suku setempat, makam ini terletak pada pinggir perkampungan dataran tinggi di tepi persawahan, sedangkan pemandian umum ada dibeberapa lokasi, bahkan tempat pemandian ini dipakai untuk kegiatan mandi, cuci, dan kakus.
1.2.
Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan Latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian antara lain:
1 . Seperti apakah pola permukiman
di Jorong Andaleh Nagari
Andaleh Baruh Bukik?
2 . Faktor-faktor apakah yang
membentuk pola tersebut?
1 . 3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai
pada penelitian ini adalah
mendapatkan gambaran secara
deskriptif Pola Permukiman
Tradisional Minangkabau di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh
Bukik Kecamatan Sungayang
Kabupaten Tanah Datar. Pola
permukiman yang diteliti yaitu: kelompok tempat tinggal/kediaman berupa rumah-rumah, sarana dan
prasarana lingkungan, fasilitas
umum, fasilitas sosial sertai fasilitas
penunjang lainnya, serta mata
pencaharian penduduknya yang
mendukung terjadinya pola
permukiman itu sendiri.
1.4. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang
ditinjau tidak terlalu luas, sesuai dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai, maka yang menjadi batasan masalah dan fokus penelitian adalah:
1 . Untuk mengetahui pola
permukiman di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik.
2 . Untuk mengetahui Faktor-faktor
1 . 5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
Bagi Pemerintah Daerah,
sebagai bahan pemikiran dalam
menentukan kebijakan untuk
melakukan pembenahan lingkungan
permukiman yang ada untuk
dilestarikan (preservasi/konservasi)
berdasarkan karakteristik
permukiman yang bersangkutan.
2. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan untuk
kepentingan perencanaan dan
Penataan Permukiman Tradisional
Minangkabau serta memperkaya
hasil penelitian yang sudah ada
I I . STUDI LITERATUR 1. Permukiman
Permukiman dapat diartikan
sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat,
untuk mempertahankan,
melangsungkan dan mengembangkan hidupnya (Altman & Chemers, 1980:65-66).
2. Pola Permukiman
Pola permukiman adalah bentuk permukiman atau kawasan yang terjadi karena hasil proses budaya manusia dalam menciptakan ruang kehidupannya, sesuai kondisi site, geografis, dan terus berkembang
menurut proses sejarah yang
mengikutinya. Menurut Kostof
(dalam Putra, 2006) peran dan perkembangan masyarakat sangat berpengaruh dalam suatu proses pembentukan permukiman. Sehingga terbentuknya pola permukiman akan terus berkembang sebagai
proses yang dinamis dan
berkesinambungan tanpa suatu
awal dan akhir yang jelas.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Permukiman
Kalau diperhatikan, ternyata bentuk atau pola permukiman antara daerah satu dengan daerah lain mempunyai perbedaan. Perbedaan
tersebut terjadi, karena faktor
geografi yang berbeda. Secara umum adanya perbedaan pola permukiman penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1) Relief; seperti
pergunungan, dataran rendah,
perbukitan dan daerah pantai, (2) kesuburan tanah; tingkat kesuburan tanah, dimana lahan yang subur merupakan sumber penghidupan, (3) keadaan iklim; seperti curah hujan, intensitas radiasi Matahari dan suhu di setiap tempat berbeda-beda, (4) Manusia dan Budaya; Aktifitas kebudayaan berfungsi untuk memenuhi komplek kebutuhan naluri manusia (Malinowski, dalam
Koentjaraningrat, 2006).
Kebudayaan merupakan dimensi
hidup dalam manusia. berkaitan dengan persepsi manusia dengan lingkungannya serta masyarakatnya,
Perilaku manusia pada hakekatnya
dapat disesuaikan dengan
lingkungan fisik maupun sosial
disekitarnya secara bertahap dan dinamis. Perilaku dapat juga
dijabarkan sebagai proses
interaksi antara kepribadian dan
lingkungan. Demikian pula
sebaliknya, lingkungan akan
mempengaruhi manusia.
4. Permukiman
Tradisional
Permukiman Tradisional
sering direpresentasikan sebagai
tempat yang masih memegang
nilai-nilai adat dan budaya yang
berhubungan dengan nilai
kepercayaan atau agama yang
bersifat khusus atau unik pada suatu masyarakat tertentu yang berakar dari tempat tertentu pula di luar determinasi sejarah (Sasongko 2005). Dwi Ari & Antariksa (2005) juga menyatakan bahwa permukiman Tradisional memiliki pola-pola yang membicarakan sifat dari persebaran permukiman, sebagai suatu susunan dari sifat yang berbeda dalam hubungan antara faktor-faktor yang menentukan persebaran permukiman. Pola permukiman Tradisional dapat
dikategorikan berdasarkan
bentuknya, yang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: (1) Pola
permukiman bentuk memanjang
terdiri dari memanjang sungai, jalan,
dan garis pantai, (2) Pola
permukiman bentuk melingkar, (3) Pola permukiman bentuk persegi
panjang, (4) Pola permukiman
bentuk kubus.
5. Sejarah Permukiman Minangkabau
Permukiman Tradisional
Minangkabau masih memegang
nilai-nilai adat dan budaya yang
berhubungan dengan nilai
kepercayaan atau agama yang
bersifat khusus atau unik pada suatu masyarakat tertentu yang berakar dari tempat tertentu pula diluar determinas sejarah (Sasongko, 2005). Beberapa periode dalam perjalanan
sejarah Minangkabau memberi
warna tersendiri terhadap tatanan kehidupan masyarakat Minangkabau.
6. Sejarah Terbentuk Nagari di Minangkabau
Sejarah terbentuknya Nagari
dalam adat asal Nagari menurut
pertumbuhannya dikatakan: Taratak
mulo dibuek, Sudah taratak manjadi dusun, Sudah dusun manjadi koto,
Sudah koto jadi Nagari (taratak mula
dibuat, sudah taratak menjadi dusun, sudah dusun menjadi koto, sudah koto menjadi Nagari). Dari ketentuan tersebut maka tempat yang mula-mula didiami oleh nenek moyang orang Minangkabau adalah taratak.
Taratak asal kata dari “tatak” yang
berarti membuat. Pengertian
7. Pola Permukiman Tradional Minangkabau
Pola permukiman terjadi akibat dari penataan kegiatan sehari-hari yang tersusun dari
kegitan-kegiatan sosial budaya yang
dilaksanakan dengan lingkungan
masyarakat itu sendiri, dimana
mereka harus menempatkan sarana
perumahan, tempat melakukan
ibadah, tempat mandi cuci dan kakus, tempat memenuhi kebutuhan
hidup seperti bercocok tanam,
pandam pekuburan (tempat
mengebumikan bagi masyarakatnya yang meninggal), tempat mereka melaksanakan acara adat.
8. Proses Terbentuknya Pola Permukiman Tradional Minangkabau di Jorong Andaleh
Awal terbentuk permukiman tradisional di Minangkabau karena adanya mata pencaharian untuk kehidupan manusia, biasanya dimulai dari membuka lahan untuk bercocok tanam, kemudian mereka membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan keturunan dan suku.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah
Penelitian Pola Permukiman
Tradisional Minangkabau dengan pendekatan kualitatif di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik. Untuk mencapai tujuan
penelitian Pola Permukiman
Tradisional Minangkabau di Jorong
Andaleh tersebut, maka analisis
yang diambil adalah
mendeskripsikan sasaran studi.
Sasaran studi tersebut adalah melihat elemen-elemen pembentuk terjadinya pola permukiman di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik.
Menurut konsep Miles dan Huberman (1992), metode Penelitian
kualitatif mengacu kepada
serangkaian proses, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Data-data yang digunakan untuk
mendukung penelitian ini
dikumpulkan melalui studi literatur, browsing di internet, pengumpulan dokumen (peta-peta atau foto-foto), penggambaran, observasi lapangan dan wawancara.
3.2. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik Tahun 2011 yang terletak di kecamatan Sungayang yang berbatasan dengan: (1) Sebelah
Utara dengan Kecamatan
Salimpaung, (2) sebelah Selatan dengan Tanjung Emas, (3) sebelah Timur dengan kecamatan Sungai Tarap, (4) sebelah Barat dengan kecamatan Lintau Buo Utara.
3.3. Informan Penelitian
Dalam penelitian Pola
permukiman tradisional
Minangkabau di Jorong Andaleh
Nagari Andaleh Baruh Bukik
terkait (Wali Nagari, Dinas
Pariwisata Tanah Datar), dan
masyarakat setempat.
3.4. Teknik Analisis data
Teknik analisis data yang
digunakan pada penelitian ini
mengacu pada model interaktif yang dikemukakan Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (1994: 16) bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: 1) reduksi data, 2)
penyajian data, 3) penarikan
kesimpulan/verifikasi.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Fakta Fisik 1. Rumah Gadang
Analisa dilakukan terhadap kondisi perletakan bangunan rumah gadang kaum di Jorong Andaleh pada awalnya terjadi karena faktor alam atau relief.
2. Surau
Bentuk surau di Jorong
Andaleh dahulunya berbentuk segi empat yang dindingnya terbuat dari
tadie (anyaman bambu). Surau kaum
di Jorong Andaleh pada umumnya terletak dekat dengan sumber air,
dengan alasan masyarakat
mengambil air untuk keperluan wudhuk dekat dengan surau tersebut.
3. Tempat Pemandian
Tempat pemandian umum kaum yang ada di Jorong Andaleh biasanya terletak dekat dengan aliran air sungai, tempat pemandian kaum ini sejalan dengan kegiatan mandi, cuci dan kakus.
4. Balai Adat Bapaneh
Jorong Andaleh terbagi atas tiga banjar yaitu: (1) Banjar Kulano, (2) Banjar Baliak, (3) Banjar Guguak Panjang. Balai adat kaum yang ada di Jorong Andaleh pada masa dahulu yang ada hanya balai adat nan
bapaneh, terletak dipinggiran
kampuang yang dapat dimanfaatkan oleh semua kaum yang ada di Jorong Andaleh.
4.1.2. Fakta Non Fisik 1. Keadaan Alam
Bentuk alam di Jorong Andaleh ini berupa; tanah lereng (miring)
untuk tanami tabu, tanah
tunggang (curam) tanami batuang (bambu) tanah gurun jadikan parak (kebun), tanah data (datar)
jadikan perumahan, tanah
munggu (perbukitan) jadikan
pandam (perkuburan), tanah
gauang ( berlubuk) jadikan tabek atau kolam ikan, tanah padang jadikan tampek gubalo (gembala) tanah lancah ( berlumpur) jadikan kubangan kerbau, tanah rawang (rawa) jadikan ranangan itiak ( tempat itik berenang).
Kaum yang masuk di Jorong Andaleh berkembang dan sesuai dengan kehidupan sehari-harinya. Pada awalnya Kaum di Jorong
Piliang dan Kaum Kutianyia.
3. Adat Istiadat
Acara–acara adat yang ada di
Jorong Andaleh terbagi atas: Acara adat nan sabana adat, acara adat nan di adatkan, acara adat dan teradat serta adat istiadat
4. Sosial Penduduk
Jorong Andaleh Nagari
Andaleh Baruh Bukik membagi daerah tempat kediaman berdasarkan Kaum kaum dan datuak yang mengepalai Kaum tersebut, Andaleh dengan Kaum awal terbagi atas
empat Kaum, tidak hanya
pembangunan tempat kediaman saja yang mereka bagi wilayahnya akan tetapi tempat bercocok tanam dan pandam pekuburan juga dibagi menurut Kaum.
5. Agama dan Budaya
Penduduk Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik seratus persen beragama islam, disini masih banyak penganut Islam tarekat yang menganut mistis, seperti budaya debus yang sampai sekarang masih ada diturunkan kepada kaum muda,
walaupun sudah banyak berkurang dari masa dulu, debus ini tidak dapat diturunkan kesembarangan orang
karna tradisi ini membutuhkan
ketelitian dan minat yang tinggi. Masih banyak budaya yang lain seperti simuntut yang diadakan setiap siap lebaran idul fitri.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pola Sebaran Permukiman Kaum-Kaum di Jorong Andaleh
Penyebaran permukiman
kaum dan pengelompokan kaum dapat dibagi dalam enam kelompok yaitu: 1) kelompok kaum Kutianyia, 2) kelompok kaum Piliang, 3) kelompok kaum Koto, 4) kelompok kaum Bodi Caniago, 5) kelompok kaum Sumpadang, 6) dan kelompok kaum Payobadar.
1. Kelompok Kaum Kutianyia
Pola sebaran Permukiman Kaum Kutianyia di Jorong Andaleh ada tiga kelompok, dimana Kaum Kutianyia ini pada awalnya berasal
dari satu Niniak yang masuk dari
Gbr.1.Kelompok Permukiman Kaum
dari Utara. Berdasarkan Pola
permukiman menurut Kaum Piliang I ini terdapat: 8 buah Rumah Gadang dan 3 buah surau. Halaman depan Rumah Gadang di jadikan parak,
sedangkan dibagian belakang
permukiman Kaum Kutianyia I terdapat tiga surau, sawah, ladang dan pandam pakuburan.
Gbr.2.Kelompok Permukiman Kaum Piliang
3. Kelompok Kaum Koto
Kaum Koto berasal dari satu Niniak (satu Nenek) yang masuk dari Selatan. Kaum Koto di Jorong Andaleh merupakan permukiman yang padat penduduk. Berdasarkan. Pola Pengelompokan permukiman
menurut Kaum Koto ini terdapat 7 buah Rumah Gadang.
Gbr.3. Kelompok permukiman Kaum Koto
4. Kaum Bodi Caniago I dan II
Kaum Bodi Caniago berasal dari dua Niniak (dua Nenek) yang masuk dari Utara dan Selatan Jorong Andaleh. Jumlah penduduk Kaum Bodi Caniago termasuk Kaum paling awal di Jorong Andaleh. Pada permukiman Kaum Bodi Caniago terdapat 11 buah Rumah Gadang dan 2 rumah biasa.
Surau
Tempat Bercocok Tanam
Pandam Perkuburan
Kolam Ikan Warung Kecil ( Kedai )
Gbr.4.Kelompok Permukiman Kaum Bodi Caniago
5. Kaum Sumpadang
Kaum Sumpadang berasal paling belakang Jorong Andaleh.
Melihat Pola Pengelompokkan
permukiman Kaum Sumpadang
dapat dikatakan bahwa Kaum
Sumpadang ini adalah Kaum yang paling terakhir masuk ke Jorong Andaleh
Gbr.5.Kelompok Permukiman Kaum Sumpadang
6. Kaum Payobadar
Kaum Payobadar berasal dari pecahan Kaum Sumpadang mereka berasal dari satu Niniak (satu Nenek) yang masuk dari arah
Utara. Permukiman masyarakat
Kaum Payobadar di Jorong Andaleh
termasuk yang kurang padat.
permukimannya Kaum Payobadar terdapat 8 buah Rumah Gadang, dimana Rumah Gadang ini sudah ada yang rusak dan hancur.
Gbr.6.Kelompok Permukiman Kaum Payo Badar
4.3.Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis didapat temuan bahwa pola aktivitas masyarakat serta pola permukiman tradisional di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik Kecamatan Sungayang sebagai berikut:
a. Pola Aktivitas Masyarakat
Masyarakat Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik
banyak melakukan aktifitas
disawah dan hutan enau,
disamping itu ada yang menebang kayu karna daerah ini masih
banyak hutannya, sedangkan
daerah bersama yang mereka
miliki hanya diwarung –warung,
tempat MCK dan mesjid.
Masyarakat disini mempunyai kebiasaan pada saat pagi hari minum pagi diwarung-warung begitu pula saat sore hari.
b. Pola Permukiman Masyarakat Jorong Andaleh
Masyarakat Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik membangun rumah berdasarkan bentuk tanah (relief), sehingga posisi rumah yang dibangun berbeda-beda sesuai kondisi alam
setempat, sehingga susunan
rumah yang ada sekarang ada
yang mengarah menghadap
kearah jalan, menyamping ke
jalan, sedangkan rumah–rumah
yang dibangun baru, dan
membelakang ke jalan.
Pola permukiman yang
terlihat di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik dapat dijelaskan bahwa pada dahulunya pola permukiman yang terjadi berbentuk linier, dimana rumah gadang dibangun berderet secara linier, yang kemudian apabila terjadi penambahan rumah gadang
maka penambahan dibangun
kesebelah kiri maupun kanan rumah yang sudah ada
4.4.Faktor Penghambat Penelitian
Menyadari akan kekurangan dan keterbatasan yang tidak dapat dihindari, maka dalam penelitian ini terdapat kelemahan-kelemahan. Pada
umumnya sumber utama yang
menghambat penelitian ini adalah menggali kembali asal pertama dari
permukiman itu sendiri lewat
wawancara dan disesuaikan dengan
literatur sebagai sumber Data
penelitian. Hal inilah yang menjadi titik tolak untuk mengidentifikasi
kelemahan dan keterbatasan
penelitian ini.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan
penelitian melalui wawancara,
observasi dan studi dokumentasi dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa Pola Permukiman Tradisional Minangkabau di Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik adalah:
1. Faktor-faktor pembentuk pola
permukiman di Jorong Andaleh
adalah faktor fisik berupa;
Rumah gadang, surau, balai adat, tempat pemandian, dan faktor non fisik berupa; Suku, keadaan alam, adat istiadat, dan sosial Budaya.
2. Pola permukiman berbentuk
linier dimana permukiman yang tumbuh di Jorong Andaleh ini berjejer mengikuti arah rumah gadang yang sudah ada.
6.2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, maka dapat dikemukakan saran pada
Pola Permukiman Tradisional
1. Jorong Andaleh Nagari Andaleh Baruh Bukik adalah nagari yang masih terjaga keaslianya, akan tetapi pada saat sekarang ini telah dicampuri dengan penempelan
bangunan baru pada rumah
gadang yang sudah ada,
berdasarkan hal tersebut
disarankan untuk membuka lahan
baru untuk pengembangan
permukiman agar terjaga keaslian
dari permukiman Tradisional
Jorong Andaleh ini.
2. Menata tempat yang mempunyai keindahan asli daerah ini dengan
menata permukiman untuk
dijadikan objek wisata, karena daerah pendukung dari Jorong Andaleh Nagari Andaleh baruh Bukik ini adalah Puncak Pato yang merupakan salah satu objek
wisata yang masih dipakai,
dimana wilayahnya masih
berdekatan dengan Jorong
Andaleh Nagari Andaleh baruh Bukik dan termasuk kecamatan sungayang.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Arlius Putra. (2006). Pola
Permukiman Melayu Jambi.
Studi Kasus Kawasan
Tanjung Sekoja. Thesis
Magister. Magister Teknik
Arsitektur Universitas
Dipenogoro. Semarang.
http://google.com. 31 Januari 2011.
Dwi A. & Antariksa. 2005. Studi
Karakteristik Pola
Permukiman Di Kecamatan
Labang Madura. Jurnal ASPI.
Irwin Altman and Martin Chemers.
(1980). Culture and
Environment, Cambridge
University Press.
Koentjaraningrat. (2006). Bunga
Rampai Kebudayaan,
Mentaltas dan
Pembangunan. Jakarta: PT
Gramedia.
Krisna, R., Antariksa & Dwi Ari, I.R.
2005. Studi Pelestarian
Kawasan Wisata Budaya di
Dusun Sade Kabupaten
Lombok Tengah. Jurnal
Plannit. 3
Miles dan Huberman.(1992).
Qualitative and Analysis
(Second Edition). Thausand
Oaks: Sage Puplication
Sasongko, I. 2005. Pembentukan
Struktur Ruang
Permukiman Berbasis
Budaya (Studi Kasus: Desa Puyung - Lombok Tengah).
Jurnal Dimensi Teknik
Arsitektur.
Batuah, A. Dt. & Madjoindo, A. Dt.,
(1959), Tambo
Minangkabau dan Adatnya,