• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN 2. MEDIA DAN BAHAN AJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAGIAN 2. MEDIA DAN BAHAN AJAR"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAGIAN 2. MEDIA DAN BAHAN AJAR

PENGEMBANGAN LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI GUNA MENUNJANG KOMPETENSI CALON GURU EKONOMI

Leny Noviani & Sri Wahyuni FKIP-Universitas Sebelas Maret

[email protected] Abstrak

Laboratorium diperlukan semua program studi untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Laboratorium menjadi tempat untuk mendalami konsep, mengembangkan metode pembelajaran, memperkaya pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran berbasis laboratorium membantu dalam memudahkan dosen maupun mahasiswa dalam menjelaskan konsep, memudahkan memahami hal-hal yang dikemukakan dosen, memantapkan mengkonstruksi konsep yang dipelajari, dan mengembangkan keterampilan berpikir. Peranan Laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah sebagai sumber belajar, metode pembelajaran dan prasarana pendidikan.

Kata Kunci: Laboratorium Pendidikan Ekonomi, sumber belajar, prasarana pendidikan

PENDAHULUAN

Peningkatan mutu masih merupakan prioritas pembangunan pendidikan di Indonesia. Sasarannya adalah perbaikan mutu proses belajar mengajar di kelas dengan berorientasi pada setiap aspek perkembangan mahasiswa. Secara naluriah, mahasiswa menginginkan pengalaman belajar yang konkret, menyenangkan, dan mencakup semua aspek perkembangan dirinya.

Sesuai dengan Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi bagian IV yaitu pembelajaran di perguruan tinggi harus bersifat interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa. Tuntutan pembelajaran tidak mungkin dapat terpenuhi apabila tidak didukung oleh kemampuan dosen dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang mendorong keaktifan mahasiswa. Selain kemampuan dosen, keberhasilan pembelajaran yang dimaksud juga memerlukan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk laboratorium. Pada Permendikbud No. 49 Tahun 2014 pasal 31, prasarana minimal yang harus dimiliki dalam menunjang pembelajaran di perguruan tinggi adalah laboratorium. Dengan demikian, dosen dapat memfasilitasi kegiatan pembelajaran berbasis laboratorium.

Saat ini, ketika membicarakan tentang laboratorium selalu identik dengan laboratorium IPA yang lengkap dengan sarana praktikum dan laboran. Laboratorium tidak semata-mata diperlukan di bidang studi eksakta (sain dan teknologi) melainkan juga pada bidang studi ilmu pengetahuan sosial (IPS), termasuk bidang Pendidikan

(2)

Ekonomi. Laboratorium sebenarnya diperlukan semua program studi untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Adapun yang dimaksud dengan laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah pusat kegiatan belajar-mengajar bidang studi Ekonomi, baik dilakukan oleh pengajar maupun peserta didik, dan di mana miniatur kegiatan Ekonomi dapat terlihat. Laboratorium di Program Studi Pendidikan Ekonomi pada Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) sebagian besar meliputi laboratorium untuk praktik bisnis yang berupa toko, bank, pajak, mini office, dan bursa efek. Namun, tidak semua program studi memiliki beberapa laboratorium tersebut. Sedangkan laboratorium untuk praktikum yang terkait dengan konsep-konsep ilmu ekonomi belum ada.

Richardson (1957: 70) menyatakan bahwa laboratorium mempunyai beberapa fungsi yaitu: 1) dapat melahirkan berbagai macam masalah untuk dipecahkan, 2) tempat yang baik bagi siswa untuk melakukan eksperimen, latihan, demonstrasi atau metode yang lain, 3) dapat menyebabkan timbulnya pengertian dan kesadaran siswa akan peranan ilmuwan, 4) dapat menyebabkan timbulnya pengertian dan kesadaran siswa akan fakta, prinsip, konsep dan generalisasinya, 5) memberikan peluang kepada mahasiswa untuk bekerja dengan alat dan bahan tertentu, bekerja sama dengan teman, termotivasi untuk mengungkapkan dan menemukan dan kepuasan atas hasil yang dicapai, 6) merintis perkembangan sikap, kebiasaan yang baik dan keterampilan yang bermanfaat.

Berdasarkan pendapat di atas, laboratorium menjadi tempat untuk mendalami konsep, mengembangkan metode pembelajaran, memperkaya pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, laboratorium juga sebagai tempat bagi mahasiswa untuk belajar memahami konsep ekonomi melalui optimalisasi keterampilan proses serta mengembangkan sikap ilmiah.

Peralatan di laboratorium dapat dimanfaatkan sebagai media atau sarana baik di laboratorium, kelas maupun dibawa keluar kelas/lingkungan, untuk meningkatkan keterampilan proses. Dengan demikian, mahasiswa bukan hanya menjadi lebih terampil tetapi juga mempengaruhi pembentukan sikap ilmiah dan juga pencapaian hasil pengetahuannya (Freedman, 1997: 353). Jadi laboratorium sangat diperlukan dalam pembentukan sikap ilmiah mahasiswa.

Terdapat empat alasan mengenai pentingnya praktikum (Woolnough dan Allsop; 1985). Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar. Melalui kegiatan laboratorium, mahasiswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum di mana mahasiswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Melakukan eksperimen merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh para ilmuwan. Untuk melakukan eksperimen ini diperlukan beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, menganalisis dan mengkomunikasikan hasil praktikum untuk memahami konsep-konsep ekonomi. Dengan kegiatan praktikum, mahasiswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen

(3)

dengan melatih kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan sekaligus mempraktikkan dan mengobservasi dengan cermat, dan menginterprestasikan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Di dalam kegiatan praktikum, mahasiswa bagaikan seorang scientist yang sedang melakukan eksperimen, mereka dituntut untuk merumuskan masalah, merancang eksperimen, menginterpretasi data perolehan, serta mengkomunikasikannya melalui laporan yang harus dibuatnya. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman mahasiswa terhadap materi pelajaran, khususnya konsep-konsep ekonomi yang abstrak.

Kegiatan praktikum dalam laboratorium dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan pemahaman konsep dan memperbaiki miskonsepsi pada siswa (Roth, 1992). Dengan demikian keberadaan laboratorium dapat digunakan sebagai sarana dalam melaksanakan praktikum yang terkait dengan miniatur kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan memperbaiki miskonsepsi pada mahasiswa. Mengingat pentingnya laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar maka penting untuk mewujudkan laboratorium pendidikan ekonomi yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran ekonomi. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan laboratorium Pendidikan Ekonomi pada LPTK, khususnya prodi Pendidikan Ekonomi dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan yang profesional.

PENTINGNYA LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI

Ketersediaan sarana prasarana dalam penyelenggaraan pendidikan menjadi penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri. Salah satu sarana prasarana yang penting adalah laboratorium. Widyarti (2005:1) menyatakan bahwa laboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap. Pengertian laboratorium juga dapat diartikan dalam bermacam-macam sudut pandang.

Menurut Ikhwan Insan Cita (2012), jenis-jenis laboratorium ditinjau dari tujuan dan fungsinya dapat dibagi menjadi:

1. Laboratorium dasar. Laboratorium dasar merupakan tempat yang dapat digunakan mahasiswa untuk memperkenalkan dan memahami konsep dasar yang menjadi tuntutan untuk mengembangkan pengetahuan lanjut.

2. Laboratorium pengembangan. Laboratorium pengembangan mengembang tugas khusus, sesuai dengan spesialisasi bidang ilmu yang digeluti oleh personil-personil yang ada di laboratorium tersebut.

3. Laboratorium metodologi pengajaran. Laboratorium metodologi pengajaran di mempunyai kedudukan yang sangat khusus, karena mewarnai penampilan (performance) dosen dalam tugasnya. Jadi, laboratorium metodologi pengajaran merupakan wahana dan tempat pengembangan kompetensi pedagogis (keguruan) bagi calon guru.

(4)

4. Laboratorium penelitian. Laboratorium penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai wahana atau tempat melakukan penelitian bidang ilmu yang ditekuni. Dengan demikian, laboratorium penelitian dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ilmiah dalam penemuan konsep, prinsip, teori, azas, aturan, atau hukum-hukum dalam bidang ilmu yang digelutinya atau disebut sebagai produk ilmiah.

Laboratorium ialah tempat untuk melatih mahasiswa dalam hal keterampilan melakukan praktek, demonstrasi, percobaan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Laboratorium yang dimaksud di sini tidak hanya berarti ruangan atau bangunan yang dipergunakan untuk percobaan ilmiah, misalnya dalam bidang sains (science), biologi, kimia, fisika, teknik, dan sebagainya, melainkan juga termasuk tempat aktivitas ilmiahnya sendiri baik berupa percobaan/eksperimen, penelitian/riset, observasi, demonstrasi yang terkait dalam kegiatan belajar-mengajar termasuk pembelajaran ekonomi. Dengan kata lain laboratorium adalah kegiatan ilmiah dalam suatu tempat yang dilakukan oleh mahasiswa atau dosen atau pihak lain, baik berupa praktikum, observasi, penelitian, demonstrasi dan pengembangan model-model pembelajaran yang dilakukan dalam rangka kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, pengertian laboratorium tidak hanya termasuk di dalamnya gedung atau ruang dan peralatannya, seperti misalnya laboratorium kimia, fisika, teknik, dan sebagainya. Akan tetapi pengertian laboratorium termasuk juga sekolah/kelas dan bahkan masyarakat sendiri. Organisasi, lembaga/instansi, alam sekitar juga merupakan laboratorium yang merupakan sumber belajar dan media dalam proses belajar-mengajar yang tidak akan habis.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, termasuk pembelajaran ekonomi hendaknya tidak hanya menyampaikan teori saja, namun juga menghubungkan antara teori dan praktek. Prinsip-prinsip akan dikaji dalam praktek sedangkan yang terdapat dalam pengalaman praktik dicari dasar-dasarnya dalam teori. Hubungan antara teori dan praktek bersifat integratif, di mana teori dan praktek secara bergantian dan bertahap saling mengisi dan saling mengkaji. Hubungan antara teori dan praktek inilah yang menjadi alasan logis mengapa laboratorium dan fasilitas lain dalam proses pembelajaran menjadi penting.

Dengan demikian, laboratorium diperlukan semua program studi untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Namun, Laboratorium di Program Studi Pendidikan Ekonomi pada Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) sebagian besar meliputi laboratorium untuk praktik bisnis yang berupa toko, bank, pajak, mini office, dan bursa efek. Namun, tidak semua program studi memiliki beberapa laboratorium tersebut. Sedangkan laboratorium untuk praktikum yang terkait dengan konsep-konsep ilmu ekonomi sekaligus untuk praktik pembelajaran ekonomi belum ada. Laboratorium pendidikan ekonomi merupakan sumber belajar bagi peserta didik, seperti di berbagai universitas di negara-negara maju mempunyai laboratorium pendidikan ekonomi. Misalnya di Department of Economics and Related

(5)

Studies University of York, Heslington mempunyai laboratorium ekonomi yang bernama EXEC laboratory (center for economics experimental) yang digunakan untuk melakukan percobaan terkait dengan ilmu ekonomi. Laboratorium ini merupakan laboratorium terbaik di dunia.

La Jolla (2008), laboratorium ekonomi digunakan untuk mempelajari pengambilan keputusan ekonomi strategis. Dengan mengembangkan kombinasi teori ekonomi, teori permainan, ekonomi perilaku, percobaan laboratorium, dan penelitian survei. Pemanfaatan Laboratorium Pendidikan Ekonomi untuk lebih memahami interaksi manusia atas keputusan-keputusan ekonomi. Dengan demikian yang dimaksud dengan laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah pusat kegiatan belajar-mengajar bidang studi ekonomi, baik dilakukan oleh pengajar maupun peserta didik, dan di mana miniatur kegiatan ekonomi dapat terlihat.

Kedudukan Laboratorium Pendidikan Ekonomi beserta alat yang ada di dalamnya termasuk sarana dan prasarana pendidikan. Laboratorium beserta alat yang ada di dalamnya merupakan sarana dan prasarana yang diperlukan secara langsung oleh dosen maupun mahasiswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peralatan dalam laboratorium pendidikan ekonomi mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: a) menjelaskan konsep, sehingga mahasiswa memperoleh kemudahan dalam memahami hal-hal yang dikemukakan dosen; b) memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan yang dipelajari; dan c) mengembangkan keterampilan berpikir.

Di samping peranannya yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar, laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar; metode pendidikan; dan prasarana pendidikan. Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar berarti merupakan tempat kegiatan penyelidikan, mengungkapkan dan memecahkan masalah atau melakukan percobaan-percobaan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai metode pendidikan, berarti kegiatan laboratorium pendidikan ekonomi memandang posisinya sebagai observation method dan experimental method. Sedangkan sebagai prasarana pendidikan, laboratorium pendidikan ekonomi merupakan wadah proses belajar mengajar yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam kondisi yang dapat dikendalikan.

Peranan dan fungsi laboratorium pendidikan ekonomi cukup besar terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sebagai tempat melakukan sesuatu kegiatan percobaan dan penyelidikan, laboratorium pendidikan ekonomi memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari atau disampaikan dosen. Sedangkan bagi dosen, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di laboratorium justru memberikan kemudahan dalam menyampaikan konsep-konsep yang kurang dikuasai mahasiswa, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya verbalism pada mahasiswa, dan menjadikan pengajaran menjadi lebih menarik, tidak membosankan, yang pada akhirnya dapat mengembangkan keterampilan dan keberhasilan pengajaran ekonomi itu sendiri.

(6)

FUNGSI LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI

Kertiasa (2006), fasilitas laboratorium adalah sarana fisik laboratorium seperti fasilitas ruangan, instalasi listrik, air dan gas. Laboratorium sebagai tempat sekelompok orang yang melakukan berbagai macam kegiatan penelitian, pengamatan, pelatihan, dan pengujian ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik Decaprio (2013). Laboratorium saat ini bukan saja dipakai oleh ilmu pengetahuan alam tetapi juga digunakan ilmu pengetahuan sosial. Laboratorium sosial dapat berupa lingkungan yang menjadi objek suatu pengamatan dan percobaan. Dengan demikian, laboratorium pendidikan ekonomi dapat diartikan sebagai sarana atau tempat yang mendukung proses pembelajaran yang di dalamnya terkait dengan pengembangan pemahaman, keterampilan, dan inovasi di bidang ekonomi. Laboratorium pendidikan ekonomi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sebuah ruangan, di mana dosen dan mahasiswa dapat melakukan praktik yang terkait dengan ilmu ekonomi maupun metodologi pembelajaran ekonomi.

Secara umum laboratorium memiliki beberapa fungsi, seperti yang diungkapkan oleh Decaprio (2013) sebagai berikut:

1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori dan praktik.

2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan mahasiswa, dosen ataupun peneliti lainnya.

3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.

4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan alat media yang tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan menentukan kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai macam riset atau pun eksperimentasi yang akan dilakukan.

5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam keilmuan sehingga akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan mencari kebenaran ilmiah dengan cara penelitian, uji coba maupun eksperimentasi.

6. Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti dalam keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat dalam proses kegiatan kerja di laboratorium.

7. Laboratorium dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan berbagai masalah melalui kegiatan praktik, baik itu masalah dalam pembelajaran, masalah akademi, maupun masalah yang terjadi di tengah masyarakat yang membutuhkan penanganan. 8. Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para mahasiswa, dosen, aktivis, peneliti dan lain-lain untuk memahami ilmu pengetahuan yang masih bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu yang bersifat konkret dan nyata.

(7)

Berdasarkan fungsi laboratorium yang telah diungkapkan di atas, maka fungsi laboratorium pendidikan ekonomi antara lain:

1. Laboratorium sebagai sumber belajar Ekonomi

Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber untuk memecahkan masalah atau melakukan percobaan yang berkaitan dengan kompetensi dalam mata pelajaran ekonomi. Misalnya pojok bursa dapat digunakan sebagai sumber belajar untuk menggali mengenai informasi dan data tentang pasar modal dan melakukan simulasi yang terkait dengan perdagangan surat-surat berharga. Contoh lain misalnya laboratorium ekspor impor, yang dapat digunakan sebagai sumber belajar mengenai prosedur ekspor dan impor beserta perangkatnya.

2. Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai prasarana pembelajaran ekonomi

Laboratorium pendidikan ekonomi merupakan prasarana pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Laboratorium ini terdiri dari ruang tertutup maupun ruang terbuka. Ruang tertutup dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan didesain dalam berbagai situasi yang dapat dikendalikan, khususnya peralatan dan perlengkapan untuk melakukan simulasi kegiatan ekonomi. Ruang terbuka, merupakan kondisi nyata yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dan sarana pendidikan, misalnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar mahasiswa. Dosen dan mahasiswa dapat memanfaatkan laboratorium dalam mengaplikasikan metode percobaan/simulasi dan metode pengamatan.

Dosen yang profesional akan selalu di tuntut kreativitasnya dalam membuat alat-alat sederhana, media pembelajaran yang inovatif untuk menjelaskan teori dan konsep ilmu ekonomi agar mudah dipahami oleh mahasiswa. Dalam kegiatan pembelajaran diperlukan alat peraga yang dapat digunakan oleh dosen dalam proses pembelajaran ekonomi. Alat peraga ada ada yang sederhana yaitu dapat dibuat oleh dosen maupun mahasiswa dan alat peraga yang tidak dapat dibuat sendiri karena keterbatasan biaya dan kemampuan misalnya layar, LCD, Laptop/komputer, cash register dan lainnya. Alat-alat peraga ini menjadi hal yang penting dalam laboratorium pendidikan ekonomi.

Dalam tulisan ini, laboratorium pendidikan ekonomi yang ingin dikembangkan adalah ruangan, di mana terdapat berbagai media pembelajaran, peralatan, data-data maupun buku-buku ekonomi yang dapat digunakan oleh dosen dan mahasiswa dalam memperdalam konsep ekonomi. Dengan demikian akan ada transfer knowledge yang terkait dengan aplikasi model pembelajaran yang inovatif yang berguna bagi lulusan LPTK, khususnya prodi Pendidikan Ekonomi. Laboratorium pendidikan ekonomi dapat digunakan sebagai laboratorium simulasi untuk mengaplikasikan kompetensi-kompetensi ekonomi guna menunjang proses pembelajaran ekonomi. Beberapa bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam laboratorium Pendidikan Ekonomi antara lain: 1) Simulasi Kelangkaan dan Pilihan, 2) Simulasi produksi “Block Note”, 3) Simulasi lelang, 4) Simulasi pasar “apel” (kompetensi permintaan dan penawaran), 5) Pojok bursa, 6) Pojok perpajakan, 7) Pojok ekspor-impor, 8) Pojok perbankan, dan sebagainya.

(8)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN EKONOMI DI LABORATORIUM PENDIDIKAN EKONOMI

Prosedur dalam praktikum pembelajaran ekonomi sebagai implementasi penggunaan laboratorium Pendidikan Ekonomi dapat dicontohkan sebagai berikut: 1. Simulasi Kelangkaan dan Pilihan dalam Konteks Ekonomi Indonesia

Dalam kegiatan ini, mahasiswa diminta berpartisipasi sebagai produsen dari dua barang, sehingga mereka dapat mendalami masalah kelangkaan. Mereka membuat pilihan tentang penggunaan sumber daya yang langka untuk memproduksi dua barang atau satu dari dua barang. Selanjutnya mereka membuat kurva kemungkinan produksi, memasukkan biaya oportunitas dan menyimpulkan bahwa: kelangkaan mengharuskan pilihan dan setiap pilihan memiliki biaya oportunitas. Pada awal pembelajaran, dosen menjelaskan bahwa mahasiswa akan berperan menjadi produsen. Membentuk kelas menjadi kelompok kecil antara 2-3 orang per kelompok. Setiap kelompok di berikan media berupa potongan gambar dan gunting. Setiap kelompok memiliki sumber yang sama untuk memproduksi beberapa segi empat atau segitiga. Dosen memberikan waktu beberapa menit pada mahasiswa untuk membuat segi empat dan atau segitiga. Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, mahasiswa membuat tabel dan menggambar kurva kemungkinan produksi dalam grafik. Mahasiswa diminta mengidentifikasi dan menjelaskan temuannya berdasarkan eksperimen mengenai: kelangkaan yang dihadapi kelompok, sumber daya yang digunakan dalam memproduksi segitiga dan persegi, menjelaskan biaya oportunitas, dan menjelaskan kurva kemungkinan produksi. Pada akhir pembelajaran dosen memberikan konfirmasi mengenai konsep yang telah dipelajari melalui eksperimen produksi segitiga dan persegi (Liudmila Guinkel (Rusia) dari Old Mac Donald to Uncle Sam, 2002, Dewan Pendidikan Ekonomi, New York).

2. Simulasi Produksi “Block Note”

Melalui sebuah simulasi produksi ini, mahasiswa belajar tentang apa produktivitas, mengapa produktivitas penting bagi pertumbuhan ekonomi, dan bagaimana meningkatkannya. Tujuan kegiatan praktik produksi ini, adalah mahasiswa dapat: menyebutkan keunggulan dan kelemahan produksi berdasarkan sistem borongan dan spesialisasi, mendefinisikan produktivitas pekerja sebagai output per pekerja, mengidentifikasi efek dari teknologi baru terhadap produktivitas pekerja, dan menganalisis bagaimana produktivitas dapat meningkat melalui spesialisasi, pelatihan dan pendidikan, investasi modal, dan peningkatan teknologi. Dalam kegiatan ini, dapat menggunakan alat atau bahan dari kertas bekas sebagai bahan baku dalam pembuatan block note, gunting, penggaris, spidol dan klip. Pada awal pembelajaran, dosen membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Satu kelompok besar sebagai kelompok spesialisasi dan yang lain sebagai kelompok borongan. Masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 anggota. Setiap kelompok kecil harus memproduksi block note dengan sumber daya yang telah disediakan dengan teknik sesuai kelompok besar. Apabila kelompok kecil merupakan

(9)

anggota kelompok spesialisasi, maka kelompok tersebut harus memproduksi dengan menggunakan metode spesialisasi dan sebaliknya. Dosen mengatur jalannya waktu produksi hingga 3 putaran/3 kali proses produksi. Dosen memberikan alat produksi sebagai temuan teknologi untuk meningkatkan produktivitas kepada kelompok yang dapat memproduksi paling banyak produk. Setelah kegiatan praktik produksi selesai, mahasiswa mendiskusikan: kelemahan dan kelebihan masing-masing metode produksi, upaya untuk meningkatkan produktivitas pekerja, dampak temuan teknologi dalam kegiatan produksi. Pada akhir pembelajaran, dosen memberikan penjelasan mengenai konsep yang dipelajari melalui kegiatan praktik dan mengkaitkan dengan konsep pertumbuhan ekonomi. (Elaine C. Coulson dan Sarapage McCorkle. 1994)

SIMPULAN

Sebuah laboratorium diperlukan semua program studi untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk program studi Pendidikan Ekonomi. Namun, laboratorium untuk praktikum yang terkait dengan konsep-konsep ilmu ekonomi sekaligus untuk praktik pembelajaran ekonomi di berbagai LPTK di Indonesia belum ada. Laboratorium pendidikan ekonomi merupakan sumber belajar bagi peserta didik, yang digunakan untuk melakukan percobaan terkait dengan ilmu ekonomi. Laboratorium ekonomi juga digunakan untuk mempelajari pengambilan keputusan ekonomi strategis.

Pembelajaran berbasis laboratorium membantu dalam memudahkan dosen maupun mahasiswa dalam menjelaskan konsep, memudahkan memahami hal-hal yang dikemukakan dosen, memantapkan penguasaan materi yang ada hubungannya dengan bahan yang dipelajari, dan mengembangkan keterampilan berpikir. Peranan Laboratorium Pendidikan Ekonomi adalah sebagai sumber belajar; metode pendidikan; dan prasarana pendidikan. Laboratorium pendidikan ekonomi sebagai sumber belajar berarti merupakan tempat kegiatan penyelidikan, mengungkapkan dan memecahkan masalah atau melakukan percobaan-percobaan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai metode pendidikan, sebagai observation method dan experimental method. Sedangkan sebagai prasarana pendidikan, merupakan wadah proses belajar mengajar yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan dengan bermacam kondisi yang dapat dikendalikan.

Peranan dan fungsi laboratorium pendidikan ekonomi cukup besar terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Sebagai tempat melakukan sesuatu kegiatan percobaan dan penyelidikan, laboratorium pendidikan ekonomi memberikan kemudahan bagi mahasiswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari atau disampaikan dosen. Sedangkan bagi dosen, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di laboratorium justru memberikan kemudahan dalam menyampaikan konsep-konsep yang kurang dikuasai mahasiswa, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya verbalism pada mahasiswa, dan menjadikan pengajaran menjadi lebih menarik, tidak membosankan, yang pada akhirnya dapat mengembangkan keterampilan

(10)

dan keberhasilan pengajaran ekonomi itu sendiri. Pembelajaran dengan berbasis laboratorium akan memunculkan transfer knowledge yang terkait dengan aplikasi model pembelajaran yang inovatif yang berguna bagi lulusan LPTK, khususnya prodi Pendidikan Ekonomi. Selain itu juga dapat digunakan sebagai laboratorium simulasi untuk

mengaplikasikan kompetensi-kompetensi ekonomi guna menunjang proses

pembelajaran ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Decaprio, Richard. (2013). Tips Mengelola Laboratorium Sekolah, IPA, Bahasa, Komputer

dan Kimia. Jogyakarta: Diva Press.

Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktorat P2TK dan KPT. (2006). Peningkatan Kualitas

Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktorat P2TK dan KPT

Elaine C. Coulson dan Sarapage McCorkle. (1994). Master Curriculum Guide in Economics,

Teaching Strategies 5-6. New York: Council on Economic Education

Freedman, M. P. (1997). Relationship among laboratory instruction, attitude toward sciense, and achievement in science knowledge. Journal of Research in Science

Teaching (vol: 34). New York: John Willey & Sons.

Insan Cita, Ikhwan. (2012). Pengenalan Laboratorium. Diakses dari

http://ikhwaninsancita.blogspot.com/2012/12/lab/html. Pada tanggal 2 April 2015 Liudmila Guinkel. (2002). Teaching Strategies. Old Mac Donald to Uncle Sam. New York:

Council on Economic Education

Muslim, Much. Azis. Pengelolaan Laboratorium. Di Akses dari http://unnes.info. Pada tanggal 20 Januari 2013.

Permendikbud No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Ramdhan, Bilyardi. (2009). Manajemen Laboratorium. Diakses dari http:

//ummi.bilyardi.ac.id. Pada tanggal 21 Januari 2013.

Richardson, J. S. (1957). Science teaching in secondary schools. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Robbins, Stephen. P & Coulter, Mary. 2007. Manajemen. Alih bahasa Harry Slamet. Edisi ke delapan, Jilid I. Jakarta: PT Indeks

Roth, K.J. (1992). Science Education: It’s Not Enough to Do or Relate. Relevant Research Vol II. The National Science Teachers Association.

Suyanta. (2010). Manajemen Operasional Laboratorium. Diakses dari

http://uny.suyanta.ac.id. Pada tanggal 20 Januari 2013.

Syahza, Almasdi. (2011). Manajemen Laboratorium. Diakses dari

(11)

MEMANFAATKAN EDMODO

SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN AKUNTANSI Laksmi Mahendrati Dwiharja

Universitas Negeri Surabaya [email protected] Abstrak

Seiring dengan pesatnya e-learning sebagai salah satu media pendukung pembelajaran, Edmodo menyediakan kemudahan bagi guru dan siswa untuk meminimalisir hambatan belajar di kelas dan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Edmodo menjadikan hambatan ruang dan waktu dapat diminimalisir dengan network berbasis lingkungan sekolah. Pembelajaran akuntansi kerap dipandang kurang menarik, maka guru didorong untuk lebih kreatif dalam mengoperasikan e-learning Edmodo dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam cyber class seperti pemberian tugas mandiri, games, maupun diskusi. Beberapa hambatan pemanfaatan Edmodo dapat diminimalisir dengan beberapa solusi yang membutuhkan kerjasama antara guru dan siswa. Dengan Edmodo, siswa diharapkan lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran akuntansi dan tujuan belajar dapat tercapai sekalipun siswa dan guru tidak berada dalam satu ruangan. Pemanfaatan Edmodo secara luas juga diharapkan mampu meningkatkan kompetensi siswa agar lebih siap menghadapi MEA.

Kata kunci: e-learning, Edmodo, pembelajaran akuntansi

PENDAHULUAN

Pendidikan dianggap sebagai kelembagaan pokok dalam mengembangkan keahlian dan pengetahuan, serta sebagai salah satu bentuk investasi. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan memiliki andil yang sangat besar untuk mencetak pemikir dan pelaku bangsa agar mampu memberikan kontribusi positif dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sistem pendidikan Indonesia mengalami perkembangan seiring meningkatnya kebutuhan akan pendidikan yang berkualitas, terutama saat ini Indonesia tengah dihadapkan oleh arus Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga berbagai metode dan strategi pembelajaran mengalami perbaikan berkelanjutan untuk memenuhi tuntutan global. Berbagai upaya dan alternatif pembelajaran diimplementasikan guna meningkatkan mutu pendidikan dari segala aspek, yang merubah sistem konvensional menjadi lebih relevan dengan kebutuhan yang makin kompetitif. Indonesia perlu mengenalkan dan mengimplementasikan konsep edukasi yang berputar di aktivitas yang beragam, program-program yang bervariasi untuk menciptakan sebuah suasana pengembangan murid yang baik (Sastroprawiro, 2011).

(12)

Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang secara umum dinilai cukup sulit oleh para siswa. Dalam mempelajari akuntansi yang bersifat prosedural, tentunya memerlukan perhatian dari guru agar siswa tertarik dan mampu mencapai target yang telah ditentukan. Secara umum dilihat dari perspektif siswa, akuntansi merupakan ilmu yang melulu soal angka, kurang fun, dan kaku. Namun bukan berarti tidak ada kesempatan untuk memberikan “warna” dalam pembelajaran akuntansi, karena dengan kreativitas dan menggunakan aplikasi yang tersedia, pendidik mampu meningkatkan minat belajar akuntansi peserta didik. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran adalah Edmodo. Edmodo merupakan media sosial yang mendukung pembelajaran, dengan tampilan hampir serupa facebook

Sebagian besar pembelajaran akuntansi dilakukan dengan metode tradisional dengan sistem teacher centered. Hal ini telah lumrah dilakukan di manapun karena akuntansi merupakan ilmu prosedural yang telah memiliki konsep baku secara nasional maupun internasional. Seringkali pula durasi yang diberikan dalam kelas tatap muka dirasa kurang, sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif. Memanfaatkan media

e-learning seperti Edmodo sebagai sarana pendukung pembelajaran akuntansi dengan

menerapkan beberapa strategi pembelajaran yang menarik, diharapkan dapat meminimalisir hambatan berupa waktu, jarak, dan meningkatkan minat siswa terhadap akuntansi.

PEMBAHASAN

Pembelajaran Akuntansi

Belajar merupakan kegiatan yang membutuhkan proses, yang dapat didukung dengan berbagai metode, sarana-prasarana, dan pengkondisian. Metode, sarana dan kondisi yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar diset sedemikian rupa untuk mendukung belajar siswa. Guru mengimplementasikan dan mengembangkan metode sesuai dengan materi ajar yang akan dilaksanakan. Selanjutnya, bentuk pengajaran dan digunakan oleh pendidik dapat disesuaikan dengan materi, kebutuhan siswa, dan target yang akan dicapai. Rooijakkers (1993), menguraikan bahwa pengajar hendaknya bekerja dengan cara seperti tersebut di bawah ini, agar dapat memilih bentuk pengajaran secara tepat:

1. Memilih bentuk pengajaran yang akan meningkatkan proses belajar sebesar-besarnya. Untuk itu pengajar perlu mengetahui secara mendalam tujuan apa yang ingin ia capai, dan bagaimana tiap langkah dari proses belajar harus dipenuhi.

2. Meneliti faktor-faktor apa yang mungkin bisa menghambat. Kalau ada hambatan, maka hambatan apa saja yang dapat diatasi dan hambatan mana yang sama sekali tidak dapat diatasi.

Keahlian guru dalam penyelenggaraan dan mengolah pembelajaran berkontribusi dalam professional development. Widayati (2013) menguraikan aspek-aspek profesionalitas guru yang dapat dilihat dari; (1) Peningkatan kualitas pembelajaran dengan memberdayakan berbagai aspek sehingga guru meningkat kreativitas dan

(13)

produktivitasnya. Kreativitas dan produktivitas menjangkau berbagai aspek pendukung pembelajaran dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran, metode, media, evaluasi, dan tindak lanjut; (2) Penguasaan, penerapan, dan produk ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti menulis buku, karya ilmiah, penelitian, membuat alat peraga, penerapan aspek teknologi dalam pembelajaran seperti media baik yang dihasilkan dalam bentuk software maupun hardware. Dengan cara demikian, dapat dikembangkan unit produksi yang memberikan kontribusi pada sekolah, mengembangkan jiwa kewirausahaan, kerjasama, dan sebagainya; (3) Kontribusi guru dalam karya yang dapat dimanfaatkan orang lain juga dapat dijadikan tolok ukur profesionalitas guru. Guru-guru dapat menyebarluaskan temuannya ke berbagai media sehingga para stakeholder dapat turut merunut dan memanfaatkan karya guru; (4) Penerapan strategi atau teknologi baru dalam pembelajaran seperti e-learning, lesson study, quantum learning, konstruktivisme; (5) Memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana pembelajaran seperti internet dan (6) Motivasi terus berkembang untuk maju dan berkualitas dalam pembelajaran, administrasi, pengembangan diri, yang mengarah pada perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran.

Setelah melakukan pengidentifikasian dan menyusun bahan ajar, selanjutnya, guru mulai merancang strategi belajar manakah yang akan diimplementasikan, yang mampu mendukung kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran terdiri dari rangkaian materi dan prosedur untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa secara efektif dan efisien. Salah satu tuntutan bagi guru adalah meningkatkan kompetensi siswa dengan strategi maupun metode belajar yang merangsang dan meningkatkan kognitif peserta didik. Guru memberikan pembelajaran, tetapi tetap membuka adanya reaksi, respons, dan uneg-uneg dari siswa (Mulyoto, 2013).

Guru berperan mengarahkan pemikiran siswa untuk menggali pola pikir peserta didik dengan instrumen strategi aktivitas belajar yang tepat, sehingga merangsang siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Partisipasi siswa sangatlah penting untuk mengetahui sejauh mana level berpikir siswa telah tercapai. Partisipasi juga bisa dijadikan salah satu acuan untuk evaluasi pembelajaran berikutnya, sehingga proses dan hasil belajar akan terus berkembang.

Pembelajaran akuntansi dapat didefinisikan sebagai serangkaian prosedur belajar yang bertujuan agar peserta didik mampu menerapkan metode-metode akuntansi berdasarkan kaidah keilmuannya. Peserta didik diharapkan mampu memahami pentingnya akuntansi sebagai bahasa bisnis dalam membuat keputusan demi keberlangsungan suatu entitas, dan membuat pelaporan keuangan sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Pembelajaran akuntansi dilakukan dengan menerapkan strategi belajar pendukung agar aktivitas belajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

(14)

Edmodo

Ketiadaan jarak sebagai dampak dari internet dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pembelajaran. Daryanto (2013) menjelaskan bahwa karena sifat internet yang dapat dihubungi setiap saat, artinya siswa dapat memanfaatkan program-program pendidikan yang disediakan di jaringan internet kapan saja sesuai dengan waktu luang mereka sehingga kendala ruang dan waktu yang mereka hadapi untuk mencari sumber belajar dapat teratasi. Dengan perkembangan pesat di bidang teknologi komunikasi, multimedia, dan informasi; mendengarkan ceramah, mencatat di atas kertas sudah tentu ketinggalan zaman.

Kemudahan akses internet menjangkau seluruh belahan dunia memungkinkan berbagai inovasi dalam bidang pendidikan, yakni mempermudah koneksi peserta didik dengan pendidik, salah satunya dengan memanfaatkan Edmodo. Edmodo merupakan social network berbasis lingkungan sekolah (school based environment) yang dikembangkan oleh Nicolas Borg and Jeff O'Hara, dengan fitur-fitur pendukung proses belajar mengajar. Edmodo dapat diakses bebas di www.edmodo.com oleh guru, siswa, maupun orang tua siswa. Edmodo telah banyak digunakan sebagai Professional

Development Tools oleh banyak praktisi pendidikan di U.S, seperti Lia Nielsen dan

Marianthe Williams (www.techlearning.com, November 2014).

Edmodo berpengaruh cukup besar dalam inovasi pembelajaran menggunakan teknologi jaringan internet. “It is estimated that more than twenty-nine million teachers

and students around the world are using Edmodo on daily basis

(http://www.edmodo.com/about). Edmodo was also recognized by the American

Association of School Librarians in 2011 as one of the top 25 websites that foster the qualities of information, creativity, active participation, and collaboration in the category entitled ‘Social Networking and Communication’” (Kongchan, 2012 dalam

Al-Kathiri,2014).

Bila dibandingkan dengan media sosial Learning Management System lainnya, Edmodo memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: (1) Mirip facebook, mudah digunakan, (2) Closed group collaboration, hanya yang memiliki group code yang dapat mengikuti kelas, (3) Free, diakses online, dan tersedia untuk perangkat smartphone , android dan iphone, (4) Tidak memerlukan server di sekolah, (5) Dapat diakses dimanapun dan kapanpun, (6) Edmodo selalu diupdate oleh pengembang, (7) Edmodo dapat diaplikasikan dalam satu kelas, satu sekolah, antar sekolah dalam satu kota atau kabupaten, (8) Edmodo dapat digunakan bagi siswa, guru, dan orang tua, (9) Edmodo digunakan untuk berkomunikasi dengan menggunakan model sosial media, learning material, dan evaluasi, (10) Edmodo mendukung model team teaching, co-teacher, dan co-teacher, (11) Terdapat notifikasi, (12) Fitur badge dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan motivasi siswa (Priowirjanto,2013)

Sedangkan Menurut Rusman (2013), e-learning dalam kegiatan pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut, (1) Tersedianya fasilitas e-moderating di mana dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah

(15)

melalui teknologi internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. (2) Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstuktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya saling mengetahui sampai seberapa jauh bahan ajar dipelajari, (3) Siswa dapat belajar atau mengulang bahan pelajaran yang sudah dipelajari setiap saat di mana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. (4) Bila peserta didik memerlukan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan (5) Baik guru dan siswa dapat melakukan diskusi terhadap masalah pembelajaran melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang lebih banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan wawasan yang lebih luas, (6) Berubahnya peran siswa menjadi aktif dan lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran, (7) Relatif lebih efisien bagi siswa yang bertempat tinggal jauh karena siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran melalui e-learning

Bullen dan Beam dalam Rusman (2013) juga menguraikan kelemahan e-learning dalam kegiatan pembelajaran antara lain; (1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar sesama siswa itu sendiri dalam kegiatan pembelajaran. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam kegiatan pembelajaran, (2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dengan memanfaatkan

e-learning sehingga muncul aspek bisnis, (3) Kegiatan pembelajarannya cenderung ke arah

pelatihan pada siswa daripada pendidikan, (4) Berubahnya guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran yang berpusat pada guru, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan komputer dan internet, (5) Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet secara gratis sehingga dibutuhkan biaya untuk menggunakan fasilitas internet di tempat lain (7) Kurangnya

tenaga yang mengetahui, memahami dan mempunyai ketrampilan untuk

mengoperasikan internet dan (8) Kurangnya tenaga ahli yang bisa dalam hal penugasan bahasa pemrograman komputer.

Edmodo yang memberikan kontribusi positif dan solusi terhadap hambatan pembelajaran, seperti waktu yang terbatas, adanya kegiatan yang tidak memungkinkan untuk menghadiri tatap muka di kelas, maupun jarak. Edmodo mendorong peserta didik untuk lebih bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya, mempermudah akses orang tua dalam mengawasi jalannya proses belajar anak-anaknya, serta memberikan wadah bagi pendidik untuk mengembangkan profesionalitas dengan memanfaatkan layanan kelas virtual Edmodo. Dengan pesatnya teknologi informasi saat ini dan besarnya pemanfaatan internet secara global, seharusnya seluruh kelemahan e-learning telah ditekan seminimal mungkin. Adapun terkait tenaga ahli, sesungguhnya, penggunaan Edmodo yang berupa sosial media terkait kemudahan aksesnya bahkan melalui mobile

phone sekalipun, satu-satunya tenaga ahli yang diperlukan hanyalah kemampuan guru

(16)

Pemanfaatan Edmodo dalam Pembelajaran Akuntansi

E-learning, dalam hal ini Edmodo, merupakan pembelajaran yang dapat

berlangsung kapanpun dan di manapun sehingga tidak diharuskan berada dalam satu dimensi waktu dan ruang. Pembelajaran akuntansi kerap kali dilakukan secara behavioristik, dikarenakan akuntansi memang ilmu pengetahuan mengenai pencatatan finansial yang bersifat prosedural dengan aturan yang telah ditetapkan. Siklus akuntansi, ayat jurnal, hingga pelaporan keuangan telah diatur dalam konsep baku dan sistematis. Seringkali pula karena keterbatasan waktu atau karakteristik individual siswa, siswa tidak mengajukan pertanyaan apabila terdapat pertanyaan yang tidak dipahami. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya pencapaian kompetensi untuk beberapa siswa.

Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya bergantung dari satu atau lebih tiga model dasar dialog atau komunikasi sebagai berikut (Boettcher,1999 dalam Daryanto, 2013) ; (1) Komunikasi antara guru dengan siswa;(2) Komunikasi antara siswa dengan sumber belajar;(3) Komunikasi siswa dengan siswa. Edmodo dalam pembelajaran akuntansi dapat diterapkan sebagai media blended e-learning, sebagaimana yang umumnya masih diterapkan di Indonesia. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dapat ditunjang dengan menggunakan e-learning Edmodo. Media pembelajaran yang diterapkan dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kemudahan memperoleh informasi, keterampilan guru mengoperasikan media, durasi, dan yang paling penting adalah sesuai kemampuan berpikir siswa. Selanjutnya berdasarkan tiga model dasar dialog atau komunikasi di atas, maka dapat diuraikan beberapa teknik belajar yang dapat diimplementasikan dengan dukungan Edmodo:

Tugas Mandiri

Johnson (2009), menguraikan bahwa menugaskan murid mengerjakan tugas mandiri memiliki banyak keuntungan. Pertama, anda bebas memanaskan kelas dan dapat bertindak sebagai pemberi informasi daripada pemimpin kelas. Kedua, murid-murid akan belajar bertanggung jawab atas pendidikan mereka; mereka memiliki kesempatan untuk melatih kemampuan penting seperti menentukan prioritas dan mengelola waktu; dan mereka dapat belajar sesuai pola yang mereka kehendaki. Ketiga dan mungkin yang terpenting, dengan memberi tanggungjawab lebih di pundak murid-murid anda, anda menunjukkan bahwa anda percaya pada kepandaian dan kemampuan belajar mereka. Tugas mandiri akuntansi dapat berupa latihan soal, pemecahan kasus informasi keuangan perusahaan yang membantu siswa untuk berpikir lebih kritis, maupun berupa penelitian mandiri. Menurut Yamin (2008), belajar mandiri memiliki manfaat yaitu: (1) memupuk tanggung jawab, (2) meningkatkan ketrampilan,(3) memecahkan masalah, (4) mengambil keputusan, (5) berpikir kreatif, (6) berpikir kritis, (7) percaya diri yang kuat, serta (8) menjadi guru bagi dirinya sendiri.

(17)

Tugas mandiri yang biasa diterapkan dalam pembelajaran akuntansi adalah pemberian modul bagi siswa untuk dikerjakan secara individual. Modul yang diberikan pada siswa dapat disesuaikan terhadap kompetensi apa yang harus dicapai oleh siswa. Parkinson & Chew (2011) menggunakan modul akuntansi konvensional berbasis

e-learning bernama Moodle, hampir serupa dengan fasilitas pada Edmodo. Gomez dan

Berrocoso (2012) juga menggunakan Moodle sebagai e-learning platform untuk aktivitas pembelajaran dan menilai kompetensi akuntansi siswa. “The uses of Moodle range from its

role as a storage and distribution location for materials such as slides and coursework assignments, to a forum for discussion between staff/students and students/students”

(Parkinson & Chew,2011). Selanjutnya dalam pemanfaatan Moodle, Gomez dan Berrocoso (2012) menyebutkan bahwa “In the module we used two tools: an overall

activity table and an activity sheet. With the former we list all the activities devised, with the following information for each line: activity reference and description, competencies, sub-competencies and indicators to be developed and assessed, and timeframe. Moodle

dianggap praktis, mudah diakses dan dapat dijangkau kapanpun di manapun bagi siswa. Kemudahan akses pembelajaran memang sangatlah penting baik bagi guru maupun siswa.

Karena kurang lebih fungsi, manfaat, tujuan dan operasional Moodle hampir sama dengan Edmodo, maka dapat diterapkan penggunaan yang sama pula. Sebagai contoh, pemberian modul laporan keuangan perusahaan sederhana yang mencakup jurnal, buku besar, neraca saldo, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi keuangan, cashflow, hingga jurnal penyesuaian. Guru dapat membuat latihan soal dan kriteria penilaian kemudian meng-upload di Edmodo. Guru dapat menguraikan terlebih dahulu dalam video yang diupload via Edmodo berupa tutorial singkat teknis tugas dan mengumumkannya pada seluruh siswa. Selanjutnya guru menetapkan batas waktu due date pengumpulan tugas.

Untuk beberapa sekolah, terutama pada masa prakerin siswa SMK, guru memberikan modul manual bagi siswa untuk dikerjakan selama prakerin, dan dikumpulkan pada waktu yang ditentukan. Teknik ini memang unggul dalam kepraktisan, efisiensi waktu dan tenaga, serta penilaian yang mudah. Namun juga memiliki kelemahan, antara lain kembali lagi pada masalah proses belajar pada umumnya, guru dapat langsung menjatuhkan penilaian bahwa level kognitif yang dicapai setiap siswa adalah sama, yakni terselesaikannya modul tersebut. Sekalipun dalam masa prakerin, untuk beberapa sekolah dilangsungkan seminggu sekali, proses belajar mengajar tetap dilakukan untuk memenuhi mata pelajaran yang telah ditetapkan, tentunya kontrol guru tetaplah sangat terbatas dikarenakan durasi mengajar.

Hal tersebut dapat diminimalisir dengan memanfaatkan Edmodo. Sebagai gambaran, misalnya, setelah guru memberikan modul baik manual maupun via Edmodo, guru tetap dapat memberikan perhatian lebih di luar kelas. Guru dapat menghimbau siswanya untuk bertanya apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan modul, ataupun ada instruksi yang tidak dipahami siswa, baik secara private message maupun

(18)

sharing pada teman-temannya. Di sini, guru dapat mengontrol dan membantu siswa

sembari memberikan penilaian dan evaluasi baik secara subjektif maupun objektif. Subjektif untuk mengetahui bagaimana dan sejauh mana siswa telah belajar, dan objektif terhadap hasil tugas siswa. Selanjutnya, guru dapat mengindentifikasi permasalahan apa yang selanjutnya akan dibahas dalam pertemuan selanjutnya, untuk memastikan seluruh siswa mencapai hasil belajar yang ditentukan, berdasarkan informasi kesulitan siswa yang disampaikan pada guru via Edmodo.

Games

Guru dapat memanfaatkan Edmodo untuk menciptakan kompetisi ringan berupa

games yang menyenangkan. Topik games dapat disesuaikan dengan materi pelajaran,

dilakukan secara berkala seusai pemberian materi, dan diambil dari peristiwa ekonomi atau sosial. Salah satu contoh materi akuntansi yang dapat dijadikan kuis maupun games singkat adalah introduction, dengan contoh topik adalah kasus keuangan sehari-hari. Dapat pula mengajak siswa untuk berargumentasi sejauh mana peran informasi keuangan berguna dalam sebuah usaha, bagaimana cara pencatatan yang baik dan prosedur pencatatan yang seharusnya berdasarkan perspektif mereka. Siswa dapat dibimbing untuk mengembangkan wawasan mereka berdasarkan permasalahan informasi keuangan yang mereka pahami dalam kehidupan sehari-hari ataupun dari media, lalu dikembangkan sesuai daya nalar masing-masing. Seiring dengan kompleksitas pemahaman yang meningkat, maka guru juga dapat meningkatkan level games atau kuis sembari mengontrol daya serap dan pemahaman siswa untuk dilakukan evaluasi secara kontinyu.

Pembelajaran menggunakan Edmodo telah beberapa kali dilakukan dan memberikan hasil yang cukup signifikan. Dalam salah satu penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Al-Kathiri (2014) terhadap 42 siswa dengan pembelajaran menggunakan metode tradisional dikolaborasikan dengan Edmodo, menghasilkan pencapaian yang signifikan secara positif. Selanjutnya dalam pembelajaran akuntansi, peletakan dasar-dasar pengetahuan akuntansi sangatlah diperlukan untuk menapaki level selanjutnya, sebagaimana setiap ilmu pasti memiliki dasar yang harus dipahami terlebih dahulu. Dalam meletakkan dasar-dasar akuntansi baik persamaan, tujuan, maupun prosedur akuntansi, guru dapat memanfaatkan pengetahuan awal siswa tentang subjek materi untuk digali lebih dalam dengan bantuan Edmodo, yakni kuis maupun game kilat.

Diskusi

Dolvin dan Pyles (2011) menekankan bahwa telah ditunjukkan pada siswa ,metode instruksi “chalk and talk” masih menjadi metode yang paling populer dalam pelajaran keuangan (e.g Saunders, 2001, Farooqi Saunders, 2004; Iqbal. Farooqi & Saunders, 2006) sebagaimana disiplin lainnya yang serupa seperti ekonomi (Becker & Watts, 1996; Becker & Watts, 2001). Karena sifatnya yang memang membutuhkan banyak latihan soal, pelajaran akuntansi dirasa kurang merangsang antusiasme siswa

(19)

untuk bertanya, berargumen, dan mengetahui lebih dalam ilmu akuntansi. Di samping latihan soal, tentunya kita dapat memberikan nuansa pembelajaran yang berbeda, misalnya merangsang partisipasi aktif siswa untuk mendiskusikan isu-isu akuntansi, kesalahan-kesalahan dalam pencatatan laporan keuangan serta implikasinya bagi perusahaan.

Sardiman (2009) dalam Anisa dan Ratnasari (2013) mengemukakan bahwa mengetahui apa yang dipelajari adalah awal yang baik untuk belajar. Dengan mengakses materi terlebih dahulu, siswa mengetahui apa yang akan mereka pelajari sehingga mereka lebih siap untuk belajar. Kesiapan akan meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa mengkonstruksikan berbagai pengetahuan dan pengalamannya untuk menguraikan, menganalisis dan menjawab persoalan yang diberikan oleh guru sesuai cara mereka masing-masing. Dengan kreativitas guru dalam mengontrol alur diskusi, guru harus dapat terus-menerus merangsang keingintahuan, pertanyaan-pertanyaan, argumen-argumen dan seluruh bentuk respon dari perspektif siswa. Mengkonstruksikan pengetahuan untuk mendalami materi terbukti lebih efektif hasilnya dibandingkan metode tradisional. Fowler (2006) pun mendukung metode pembelajaran aktif, dan menjelaskan bahwa lebih sering berpikir berdasarkan pengalaman, maka hasilnya akan lebih baik. Penelitian Fowler pun menunjukkan bahwa kelas aktif terbukti dapat memahami konsep dengan lebih baik.

Sharing Antar Guru

Edmodo tidak hanya menjadi media komunikasi antara guru dengan murid, akan tetapi dapat menjadi wadah sharing dengan guru-guru pengampu akuntansi lainnya untuk mengembangkan metode pembelajaran akuntansi. Dengan berbagi permasalahan, pengalaman dan pendapat, maka metode pembelajaran akuntansi dapat berkembang, baik dalam strategi pembelajaran, solusi kesulitan-kesulitan siswa, kelamahan dan kelebihan penerapan berbagai metode pembelajaran akuntansi, bahkan dapat melakukan kolaborasi pembelajaran secara online. Sebagaimana dikutip dari Kruger & Bester (2014), yang menyatakan bahwa Edmodo was chosen for several reasons. Lecturers can

(and should) invite students to join the classrooms that they create. Edmodo can be used to communicate with their students, share information, post assignments and perform assessments. Other lecturers can also join as “observing teachers” and can therefore benefit not only by means of their own participation but also by observing that of other lecturers. Lecturers (“Teachers” on Edmodo) can join communities.

Meningkatkan Pembelajaran Menggunakan Edmodo

Chyun dan Mark (2005), mendeskripsikan alasan kepuasan dan ketidakpuasan penggunaan e-learning sebagai berikut:

(20)

Gambar 1. Profil Faktor Kepuasan dan Ketidakpuasan dalam Konteks e-Learning Berdasarkan gambar tersebut, maka dalam penerapan Edmodo, guru dapat merencanakan dan melaksanakan tindakan defensif untuk meminimalisir hambatan akibat ketidakpuasan siswa terhadap e-learning Edmodo. Kalimat yang tidak di-bold menunjukkan sebab-sebab ketidakpuasan dalam pembelajaran e-learning. Maka dari itu, guru wajib memiliki solusi konkret guna meningkatkan kepuasan siswa sehingga berdampak positif pada kesuksesan belajar. Untuk meningkatkan kepuasan e-learning siswa, Chyun dan Mark (2005) mengemukakan proses sistematis untuk mengurangi masalah e-learning, yang dikonsepkan dalam five step SIEME process; (1) Separate

unhealthy attrition from healthy attrition;(2)Investigate satisfying and dissatisfying factors;(3) Eliminate or reduce dissatisfying factors;(4)Maintain and/or add satisfying factors, and; (5) Evaluate attrition in e-learning continuously.

Edmodo menyediakan fitur serupa direct message antara siswa dengan guru, namun tidak antar siswa. Dengan tools tersebut, siswa dapat berkonsultasi secara langsung dengan guru bila menemui kesulitan dalam belajar akuntansi. Karena sifatnya yang private message, siswa tidak akan malu untuk menanyakan hambatan yang

(21)

dihadapi dan guru dapat memberikan arahan yang tepat secara personal pada siswa. Edmodo memiliki kelebihan berupa tidak terikat dimensi ruang dan waktu, sehingga siswa dan guru dapat mengakses 24/7. Siswa yang kurang memahami materi akuntansi, dapat dengan mudah berkomunikasi dengan guru tanpa perlu menghadiri tatap muka di kelas. Al-Kathiri (2014) menjelaskan bahwa “the chat features of Edmodo allows students

to broaden both the type and amount of their communication offering them opportunities to increase their confidence and motivation”. Fitur dalam Edmodo mampu memotivasi dan

mendukung proses belajar siswa, karena sifatnya yang mampu menghubungkan langsung kedua pihak. Hal ini dapat membantu mengurangi kecenderungan guru yang senantiasa memukul rata level kognitif siswa sebagaimana yang sering terjadi di dalam kelas. Diharapkan dengan Edmodo, hambatan-hambatan belajar yang dialami oleh guru maupun siswa dapat diminimalisir.

SIMPULAN

Ilmu akuntansi yang bersifat prosedural memang biasa disajikan dalam kelas kovensional yang berpusat pada guru. Namun dengan kreativitas, banyak peristiwa dalam ranah akuntansi yang bisa menjadi topik menarik untuk didiskusikan bahkan dalam forum edmodo, sehingga siswa juga bisa mengasah kognitif mereka untuk menyelami fenomena akuntansi sederhana hingga tingkat kompleksitas yang mampu mereka terima. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji sejauh mana

e-learning mampu memberikan kontribusi dalam pembelajaran. Sebagaimana penelitian

eksperimental Al-Kathiri (2014) mengenai pembelajaran menggunakan metode tradisional dikolaborasikan dengan Edmodo, yang menghasilkan pencapaian yang signifikan secara positif, penggunaan e-learning dalam blended learning oleh Anisa dan Ratnasari (2013) juga terbukti meningkatkan kesiapan, partisipasi, antusiasme dan korelasi. Beberapa strategi belajar akuntansi yang dapat diterapkan dengan Edmodo yakni tugas mandiri, diskusi, dan games. Untuk penilaiannya, dapat dibuat indikator penilaian aktivitas dan kompetensi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga aspek penilaian tercakup lebih luas.

Implikasi lebih jauh dalam pemanfaatan Edmodo adalah, selain meningkatkan efisiensi, juga meratakan tembok keterbatasan ruang dan waktu. Beberapa kelemahan dari Edmodo adalah merupakan kelebihan dari pembelajaran face-to face, yakni komunikasi antar siswa dengan guru dan pengawasan guru secara langsung dalam kelas. Akan tetapi pengkombinasian keduanya akan meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi mengingat segala kemudahan yang ditawarkan oleh Edmodo bagi guru dan siswa. Penggunaan Edmodo yang telah dimanfaatkan secara luas untuk meningkatkan profesionalisme guru, tak lepas dari kreativitas guru untuk dalam mengelola pembelajaran secara virtual yang efektif dan efisien. Diharapkan dengan e-learning Edmodo, kompetensi peserta didik akuntansi siap bersaing menghadapi arus MEA mendatang.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Kathiri, F. (2015). Beyond the Classroom Walls: Edmodo in Saudi Secondary School EFL Instruction, Attitudes and Challenges. English Language Teaching. 8(1), 189-198.

Anisa, A.A., & Ratnasari, A. (2013). Blended Learning: Improving Motivation in Learning Accounting Case of SMKN 1 Bantul 2012/2013. Jurnal Pendidikan Akuntansi

Indonesia. 6 (1).155-159

Chyung, S.Y & Mark, V. (2005). An Investigation of the Profiles of Satisfying and Dissatisfying Factors in E-Learning. Performance Improvement Quarterly. 18 (2). 108-110

Daryanto. (2013). Media Pembelajaran, Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai

Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Dolvin, S.D. & Pyles, M.K. (2011). The Influence of Simulation Performance on Student Interest. Journal of Economic Education Research.13 (3), 35.

Gomez, A.C & Berrocoso, J.V. (2012). Design of A Competency-Based Assessment Model In The Field of Accounting. Contemporary Issues In Educational Research-Special

Edition. 5 (5), 346.

Johnson, L. (2009). Pengajaran yang Kreatif dan Menarik: Cara Membangkitkan Minat

Siswa Melalui Pemikiran. Jakarta: Indeks.

Kruger, M. & Bester, R. (2014). Mobile Learning: A Kaleidoscope. Electronic Journal of

e-Learning. 12 Issue 1, 61.

Lou, F. (2006). Active Learning: An Empirical Study of The Use of Simulation Games In The Introductory Financial Accounting Class. Academy of Educational Leadership

Journal.10 (3). 94-100.

Mulyoto. (2013). Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka Parkinson, A. & Chew, L. (2011). Student Perception of E-learning Components Within an

Undergraduate Accounting Module: A Pilot Study. Annual International Conference

on Education & e-Learning. 3

Priowirjanto, G. (2013). Southeast Asian Ministers Of Education Organization Regional

Open Learning Centre.

Rooijakkers, A. (1993). Mengajar Dengan Sukses, Petunjuk Untuk Merencanakan dan

Menyampaikan Pengajaran. Jakarta: Grasindo

Rusman. (2013). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sastroprawiro, W.N. (2011). The Missing Abundance Mentality in Our Curriculum dalam

Seri Pemikiran Mahasiswa: Ekonomi Indonesia di Mata Anak Muda UI. FEUI:

Baduose Media

Techlearning (2014) How To Improve Professional Learning. Diakses dari

www.techlearning.com pada tanggal 10 April 2015

Widayati, A. (2013). Studi Tentang Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran Akuntansi Dalam Meningkatkan Profesionalitas Guru Akuntansi SMK di DIY. Jurnal

(23)

Yamin, M. (2008). Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gsung Persada Press.

(24)

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PENGELOLAAN USAHA BERBASIS KNOWLEDGE MANAGEMENT UMKM DI KEDIRI

Rr. Forijati

Universitas Nusantara PGRI Kediri [email protected] Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis Knowledge management UMKM. Prosedur pengembangan dalam penelitian ini adalah 1) Studi pendahuluan yaitu mengeksplorasi kebutuhan UMKM dan mengeksplorasi knowledge management UMKM 2) pembuatan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha Berbasis

Knowledge Management UMKM 3) validasi dari expert: ahli rancangan

pembelajaran, ahli isi bidang ilmu, ahli media pembelajaran 4) pelaksanaan kegiatan pengembangan (uji coba prototype) 5) evaluasi kegiatan dengan model CIPP (Context, Input, Process dan Product). Hasil pengembangan, secara konseptual menurut tanggapan/penilaian ahli rancangan, ahli isi bidang ilmu dan ahli media pembelajaran menunjukkan produk pengembangan yang dihasilkan dinyatakan tepat dan layak untuk dimanfaatkan sebagai modul pembelajaran. Secara teknis operasional dari hasil uji coba kelompok kecil dan ujicoba lapangan menunjukkan bahwa produk pengembangan yang diujicobakan menghasilkan perolehan belajar yang positif bagi subjek uji coba (pebelajar). Hal ini ditandai dengan nilai hasil uji validitas berada dalam skala 80% - 100% atau masuk kualifikasi sangat baik. Dari dua puluh lima orang subjek uji coba lapangan diperoleh hasil rerata nilai test akhir sebesar 79,68, sedangkan rerata nilai tes awal sebesar 52,76. Dengan menggunakan Paired Samples Test, didapatkan nilai t-value -11,486 pada tingkat signifikansi .000. Hal ini berarti terdapat peningkatan yang signifikan hasil tes akhir dari tes awal.

Kata Kunci: Pengembangan Modul Pengelolaan Usaha, Knowledge Management UMKM

PENDAHULUAN

Pengalaman berbagai negara, baik negara maju maupun berkembang menunjukkan bahwa UMKM mempunyai peran yang penting dalam pengembangan ekonominya. Di seluruh dunia, pemerintah juga mengakui kontribusi UMKM terhadap lapangan kerja dan pembangunan ekonomi juga mempunyai peran potensial dalam proses penetapan kebijakan publik (Storey, 2005). Peran UMKM dalam perekonomian negara sangat penting dan strategis karena telah terbukti menjadi penyelamat perekonomian pasca krisis dan menjadi penyedia lapangan tenaga kerja terbesar. Selain itu, tersedianya lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan akan menekan angka kemiskinan, untuk itulah memberdayakan UMKM identik dengan menggerakkan ekonomi rakyat (Siswoyo, 2009). Usaha mikro kecil menengah, dengan karakteristik skalanya yang serba terbatas, memiliki segala kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dimaksud terletak pada kemampuan melakukan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai tantangan lingkungan. Di antara sejumlah kekuatan yang ada pada usaha kecil adalah fleksibilitas untuk berkreasi, kemampuan untuk melakukan inovasi dan kemampuan

(25)

melakukan tindakan yang tidak mungkin dilakukan oleh usaha berskala besar, dan juga yang terutama karena daya tahan terhadap krisis. Di samping kekuatan, berbagai kelemahan masih dimiliki oleh UMKM antara lain: a) kurangnya pemodalan, b) minimnya pengetahuan dalam hal pengelolaan usaha, c) kesulitan dalam hal pemasaran, d) persaingan usaha yang ketat, e) kendala bahan baku (Hadiyati Ernani, 2010). Dengan segala kelemahan dan keterbatasan yang dimiliki oleh UMKM, maka diperlukan pendampingan dan pemberdayaan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge

management UMKM dan juga mengevaluasi keefektifan penggunaan modul tersebut

dengan evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) dari Stufflebeam

Knowledge management atau sering disingkat KM sendiri sejatinya dapat diartikan

sebagai sebuah tindakan sistematis untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan mendistribusikan segenap jejak pengetahuan yang relevan kepada setiap anggota organisasi tersebut (Widayana, 2005). Knowledge Management merupakan suatu paradigma pengelolaan informasi yang berasal dari pemikiran bahwa pengetahuan yang murni sebenarnya tertanam dalam benak dan pikiran setiap individu atau manusia sehingga harus ditemukan mekanisme penyebarannya (information and experience

sharing) agar terjadi peningkatan pengetahuan dari masing-masing pelaku kegiatan di

dalam perusahaan. Oleh karena itulah dalam implementasinya yang terjadi adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mencari, membentuk, dan menyebarkan berbagai ide, gagasan, pengetahuan, dan pengalaman dari satu atau sekelompok orang ke satu atau sekelompok orang lainnya di dalam sebuah perusahaan. Ilmu pengetahuan yang diciptakan dari pengetahuan perorangan yang harus dikelola menjadi pengetahuan organisasi. Knowledge merupakan pengalaman, informasi tekstual dan pendapat para pakar di bidangnya. Knowledge Management dibangun dengan landasan adanya budaya knowledge sharing (Anantatmula, 2005). Oleh sebab itu dengan adanya sharing pengetahuan antar UMKM terutama dalam satu sentra usaha akan terjadi transfer ilmu yang akan memperkaya strategi dan pengetahuan dalam pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah. Dengan adanya transfer pengetahuan dan ketrampilan antar UMKM terutama dari satu sentra, akan mengatasi beberapa permasalahan seperti:

Pertama, tidak dimilikinya aset produksi yang memadai, ditambah lagi

terbatasnya akses terhadap sumber-sumber permodalan sehingga sering menyebabkan produktivitas dan pendapatan pengusaha kecil menjadi rendah. Pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pokok, sehingga kecil kemungkinan mereka bisa menabung dan memiliki modal yang cukup untuk meningkatkan atau membuka usaha baru. Kedua, karena nilai tukar hasil produksi pengusaha kecil acapkali tertinggal dengan hasil produksi dari usaha berskala besar, khususnya yang berasal dari sektor industri modern. Di sisi lain, akses pengusaha kecil ke pusat-pusat pemasaran umumnya juga cenderung rendah karena dalam banyak hal kelembagaan usaha rakyat belum berperan maksimal dalam menfasilitasi kegiatan ekonomi rakyat. Di berbagai wilayah pedesaan kegiatan ekonomi pasar relatif sepi, dan

(26)

kalau pun ada umumnya lebih sebagai ajang bagi pengusaha dari luar desa untuk menyerap produk-produk masyarakat desa dengan harga yang kurang adil. Ketiga, karena sebagian besar pengusaha kecil umumnya tidak atau belum memiliki produk unggulan yang bisa diandalkan dalam arti produk itu memiliki prospek pemasaran yang cerah di pasaran dan hasil yang menguntungkan. Kalau pun ada sebagian pengusaha kecil yang memiliki produk komoditi tertentu, sering terjadi hasilnya kurang menguntungkan karena lemahnya posisi mereka dalam mata rantai perdagangan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam proses penjualan, biasanya pihak yang dominan menentukan harga adalah para pedagang atau tengkulak bukan para pengusaha kecil. Keempat Pengusaha UMKM sering tidak mempunyai catatan keuangan sehingga tidak mengetahui secara pasti keuntungan yang di dapat dan juga ketika akan mengakses pemodalan ke perbankan, mereka cenderung tidak bisa membuat proposal kredit ataupun menghitung berapa sesungguhnya modal yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan. Kondisi UMKM di atas menjadi fenomena universal di Indonesia, termasuk di Kediri.

Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa UMKM di wilayah Kediri masih menggunakan manajemen tradisional. Salah satu ciri manajemen tradisional adalah tidak memiliki laporan keuangan dan baik pengeluaran maupun penerimaan yang ada tidak tercatat dengan baik. Mereka tidak membutuhkan laporan keuangan yang mencatat alur penerimaan dan pengeluaran setiap hari asalkan usaha yang dilakukan tetap berjalan. Apabila UMKM tidak memiliki laporan keuangan maka UMKM tersebut tidak bersifat

bankable. Kalau laporan keuangan tidak ada maka akses ke bank juga akan terkendala.

Dari kondisi UMKM yang ada di Kediri maka dibutuhkan bantuan pendampingan dan pelatihan dalam mengembangkan usahanya, karena hanya 2,60% yang pernah mendapatkan pelatihan akuntansi/keuangan/pembukuan dan 2,30% yang pernah mendapatkan pelatihan Manajemen Usaha (Bappeda Kota Kediri, 2009). Hal ini juga di dukung dari hasil eksplorasi penelitian tentang kebutuhan UMKM di Kediri akan pendampingan dan pelatihan, UMKM memerlukan pelatihan tentang aspek produksi sebesar 38%, aspek manajemen usaha sebesaaar 56%, aspek desain produk 46% dan aspek kewirausahaan sebesar 15% (Forijati, 2014).

Dari data di atas, maka diperlukan suatu bentuk bantuan teknis berupa pelatihan pengelolaan Usaha untuk UMKM, di mana dalam pelatihan tersebut diperlukan suatu modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM yang dapat digunakan oleh UMKM dalam mempelajari bagaimana mengelola usahanya dengan baik. Modul Pemberdayaan ini berupa Modul Pembelajaran di susun dan di kembangkan oleh peneliti dari pengamatan pada saat dilakukan FGD Knowledge Management UMKM dan dari survey pada UMKM di Kediri. Berdasarkan survey pada UMKM di Kediri di dapatkan bahwa jenis layanan yang dibutuhkan oleh UMKM 56% berupa pelatihan Manajemen Usaha. Pelatihan Manajemen Usaha yang diperlukan oleh UMKM sebagian besar berupa aspek pengelolaan keuangan usaha. Karena salah satu kelemahan dari pelaku UMKM adalah minimnya pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan keuangan usaha mereka.

(27)

METODE

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kediri Jawa Timur. Studi ini berada pada desain penelitian dan pengembangan (Research and Development). Subjek uji coba adalah pengusaha UMKM di Kediri. Untuk uji coba kelompok di ambil 9 orang. Dan untuk uji coba lapangan diambil 25 (dua puluh lima) pengusaha mikro kecil menengah dengan karakteristik yang sama. Suparman (1997) memberikan batasan sampel untuk uji coba lapangan berkisar antara 10 – 30 orang. Jenis data yang di kumpulkan berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa pelaksanaan pemberdayaan dengan menggunakan modul pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM berupa catatan lapangan dan hasil observasi. Sedangkan data kuantitatif berupa data dari hasil pengembangan melalui studi eksperimen semu atau uji coba terhadap modul pembelajaran pengelolaan usaha berbasis knowledge management UMKM

Teknis analisis data yang digunakan adalah 1) Analisis Validitas (Validity Analysis) 2) Uji Perbedaan, dalam pelaksanaan pemberdayaan melalui pelatihan dengan menggunakan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha berbasis knowledge management UMKM yang dikembangkan, dilakukan Pre test dan Post test. Data skor tes awal (pre test) dan skor tes akhir (post test) pada uji coba lapangan dianalisis dengan menggunakan alat bantu komputer melalui program SPSS. Uji statistik dengan menggunakan Paired sample

t-test (uji t-test) untuk uji beda, Sebelum menggunakan uji t-test terlebih dahulu di

analisis kenormalan distribusi dan bentuk data dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov sehingga syarat statistik parametrik terpenuhi. Uji beda dengan t-test ini

digunakan untuk menganalisis perbedaan rata-rata hasil pengukuran pre test dan post test dari pemberdayaan UMKM melalui pelatihan dengan menggunakan Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha Berbasis Knowledge Management UMKM.

Prosedur pengembangan desain pemberdayaan UMKM berbasis knowledge

management ini, mengikuti tahap-tahap sebagai berikut. 1) Tahap Pertama,

mengeksplorasi kendala-kendala dan kegagalan-kegagalan yang pernah dialami UMKM, untuk kemudian melaksanakan sharing knowledge dengan menggunakan proses SECI (Socialization, Externalization, Combination, Internalization). Selain itu juga melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan (need assessment) UMKM dengan melakukan eksplorasi lapangan untuk mencari model pemberdayaan berbasis knowledge management yang sesuai dengan karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah. Selain itu, dalam studi pendahuluan ini juga mulai di kembangkan draf desain instruksional Modul Pembelajaran Pengelolaan Usaha Berbasis Knowledge Management UMKM yang terdiri dari komponen sebagai berikut: a) Kompetensi b) Tujuan Pengembangan Modul c) Indikator d) Skenario pembelajaran yang terdiri atas: alokasi waktu, tujuan pembelajaran, dasar pemikiran, langkah-langkah pembelajaran e) Materi ajar f) Evaluasi berupa lembar kerja yang terdapat pada akhir tiap bagian pembelajaran. Hasil draf desain instruksional tersebut di validasi oleh draf awal desain pembelajaran melalui diskusi, justifikasi dan konsultasi dengan ahli (expert judgment) untuk

Gambar

Gambar 1. Profil Faktor Kepuasan dan Ketidakpuasan dalam Konteks e-Learning
Tabel 3. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tabel 1. Gambaran Pelaksanaan PAIKEM
Gambar 1. Aktivitas Belajar Siswa Dalam PAIKEM
+3

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjalankan analisis sintaksis ke atas kata kerja bahasa Mendriq tersebut, analisis ini mengandaikan bahawa bahasa berkenaan mempunyai fitur kala kini sebagai fitur asasnya

Kebun Raya telah berhasil mengkoleksi 23 jenis tumbuhan buah langka Indonesia atau sebanyak 74% dari 31 jenis buah-buahan langka yang ada di Indonesia. Tumbuhan buah langka

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui penelitian peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas I Sekolah Dasar Negeri 16

langgam/gaya, lalu menyesuaikan dengan teori yang berkaitan dengan tipologi wajah bangunan;(c) mengidentifikasi dan menganalisa detail dari setiap elemen wajah

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek Nomor :188.45/ 2747.b /406.024/2014 tanggal 22 Juli 2014 tentang Pembentukan Tim Penyusun

Selanjutnya, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa salah satu wewenang Mahkamah Konstitusi adalah untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang

Keberadaan klaster ini perlu diarahkan melalui konsep ekoefisiensi karena pada proses produksi yang dilakukan memiliki berbagai potensi limbah yang dapat mencemari lingkungan.

 Pengaruh gravitasi Bumi menyebabkan Bulan bergerak mengelilingi Bumi dan posisi bagian inti Bulan tidak tepat berada di pusatnya?.  Pengaruh gravitasi Bulan menyebabkan