• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMA 1 PGRI BREBES TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMA 1 PGRI BREBES TAHUN 2020"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

87

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI

TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI

SMA 1 PGRI BREBES TAHUN 2020

SELF-ACCEPTANCE OF PEOPLE LIVING WITH HIV/AIDS (PLWHA) EX

FEMALE SEX WORKER (FSW

Remaja putri merupakan salah satu bagian dari populasi yang beresiko terkena keputihan dan perlu perhatian khusus. Penyebab keputihan antara lain disebabkan oleh jamur, bakteri, atau parasit. Personal

Hygiene merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting untuk menghindari terjadinya

infeksi yang dapat menyebabkan keputihan, infeksi bahkan mengakibatkan kemandulan dan hamil diluar kandungan serta kanker leher rahim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan.

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik dan rancangan penelitiannya dengan cross secional, adapun populasinya yaitu siswi kelas XI SMA 1 PGRI Brebes yang berjumlah 103 siswi, yang menjadi sampelnya adalah 82 siswi. Pengambilan sampel secara random sampling, adapun variabel penelitian variabel bebas adalah pengetahuan tentang personal hygiene dan variabel terikatnya adalah kejadian keputihan. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Hasil penelitian dari 82 responden menunjukan bahwa tingkat pengetahuan buruk pada remaja yang menderita keputihan 45,1%, lebih banyak dibandingkan dengan remaja yang tidak menderita keputihan yakni hanya 3,7%. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai ρ = 0,043 dan OR = 3,385 dengan CI 95% = 0,975<OR<15,232. Nilai ρ < 0,05 dapat diinterpretasikan secara statistik bahwa ada hubungan yang signifikan antar tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan.

Sehingga tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene menjadi faktor risiko kejadian keputihan pada remaja putri.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan di SMA 1 PGRI Brebes. Saran bagi sekolah diharapkan pihak sekolah dapat memperbanyak kegiatan dengan sasaran kesehatan reproduksi pada remaja.

Kata kunci :Pengetahuan, Remaja, Personal Hygiene, Keputihan Bibliografi (2010-2017) PENDAHULUAN

Keputihan sering dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar vagina, karena keputihan bisa terjadi akibat PH (Potesial Hidrogen) vagina tidak seimbang. Sementara kadar keasaman vagina disebabkan oleh dua hal yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern antara lain dipicu oleh pil kontrasepsi yang mengandung estrogen, trauma akibat pembedahan, terlalu lama menggunakan antibiotik, kanker atau HIV positif. Sedangkan faktor ekstern antara lain kurangnya personal higiene kehamilan dan diabetes mellitus,

pakaian dalam yang ketat, hubungan seks dengan pria yang membawa bakteri Neisseria gonorrhoea, menggunakan WC umum yang tercemar bakteri Clamydia. Keputihan disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan timbul karena kurangnya personal hygiene. Keputihan yang terjadi dapat bersifat normal dan abnormal (Nurjanah, 2015).

Penyebab terjadinya keputihan patologi yaitu infeksi atau peradangan, kurang pengetahuan dan informasi mengenai perawatan alat genetalia sehingga mencuci alat genetalia menggunakan air kotor/menggenang, Tatirah, Siti Chodijah

STIKes Brebes Tati.alma672@gmail.com

(2)

88 menggunakan cairan pembersih vagina secara berlebihan, dan cara cebok yang salah. Keputihan ini bisa dicegah dengan kebiasaan vulva hygiene yang baik, sedangkan kebiasaan ini harus disertai dengan pengetahuan tentang vulva hygiene benar (Utama, 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang personal hygien, dan kejadian keputihan pada remaja kelas XI di SMA 1 PGRI Brebes Tahun 2020 serta untuk mengetahui ada tidaknya Hubungan Tingkat Pengetahuan antara personal hygiene dengan kejadian keputihan di kelas XI SMA 1 PGRI Brebes Tahun 2020.

Bagi pelajar Indonesia perhatian pemerintah dalam bidang kesehatan adalah dengan dilaksanakannya program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) ini terdapat berbagai macam usaha pelajaran kesehatan bagi para siswa, guru dan karyawan dan berbagai pihak yang termasuk civitas akademik. Program UKS ini juga dilaksanakan di kelas XI SMA 1 PGRI Brebes.

Menurut WHO menyatakan bahwa sekitar 5% remaja di dunia terjangkit PMS dengan gejala keputihan setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia sekitar 90 % wanita berpotensi mengalami keputihan karena indonesia merupakan daerah dengan iklim tropis, yang dapat menyebabkan jamur mudah tumbuh dan berkembang sehingga perempuan indonesia banyak terjadi kasus keputihan.(Ajeng, 2018)

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih, di Indonesia kejadian keputihan semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa tahun 2002, 50% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003, 60% wanita pernah mengalami keputihan, sedangkan tahun 2004

hampir 70% wanita indonesia pernah mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya (Widyastuti, 2009)

METODE

Rancangan penelitian ini adalah kuantitatif , metode yang digunakan adalah

deskriptif analitik. Pendekatan yang digunakan

adalah cross sectional . variabel independennya adalah pengetahuan tentang personal hygiene sedangkan variabel dependennya adalah kejadian keputihan.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI di SMA 1 PGRI Brebes, berjumlah 103 siswi. Sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik random sampling, sehingga diperoleh sampel sebanyak 82 responden. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat, dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk menerangkan angka atau nilai jumlah masing-masing variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi atau prosentase dan proporsi dari setiap variabel yang diteliti. Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji chi-square.

HASIL ANALISIS UNIVARIAT

Hasil analisis univariat ini menerangkan angka atau nilai jumlah masing- masing variabel yaitu Tingkat Pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene sebagai variabel bebas dan kejadian keputihan :

(3)

89 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Personal

Hygiene di kelas XI SMA 1 PGRI Brebes Kabupaten Brebes tahun 2020. Tingkat pengetahuan Frekuensi Prosentase (%) Baik 13 15,9% Buruk 69 84,1% Total 82 100,0%

Berdasarkan tabel 1 diatas dengan sampel 82 dari jumlah total 100 % (n : 82), dari data yang diperoleh terlihat bahwa jumlah responden tingkat pengetahuan baik lebih sedikit yaitu sebanyak 13 responden (15,9%) dari 82 responden (100%), sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan buruk berjumlah 69 responden (84,1%) dari jumlah total 82 responden (100%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Keputihan di kelas XI SMA 1 PGRI Brebes Kabupaten

Brebes tahun 2020.

Kasus Frekuensi Prosentase ( % ) Keputihan 40 48,8% Tidak keputihan 42 51,2% Total 82 100,0%

Berdasarkan tabel 2 diatas dengan sampel 82 dari jumlah total 100 % (n : 82), dari data yang diperoleh relihat bahwa jumlah responden dengan keputihan berjumlah 40 responden (48,8%) dari jumlah total 82 responden (100%), sedangkan responden yang tidak Keputihan sebanyak 42 responden (51,2%) dari jumlah total (100%).

HASIL ANALISIS BIVARIAT

Berdasarkan hasil analisa uji bivariate dengan menggunakan Chi-square untuk melihat hubungan masing-masing variabel

independent dengan variable dependent adalah

sebagai berikut:

Tabel 3. Hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan di kelas XI SMA 1 PGRI Brebes Kabupaten Brebes

tahun 2020. Tingka

t penget

ahuan

Subyek penelitian Total

Keputihan Tidak Keputiha n Jml % Jml % Jml % Buruk baik 37 3 45,1 3,7 32 10 39, 0 12, 2 69 13 84, 1 15, 9 Total 40 48,8 42 51, 2 82 100 OR = 3,854 CI 95% = 0,975 <OR<15,232 Nilai p = 0,043

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan buruk pada remaja yang menderita keputihan 45,1%, lebih banyak dibandingkan dengan remaja yang tidak menderita keputihan yakni hanya 3,7%. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai ρ = 0,043 dan OR = 3,385 dengan CI 95% = 0,975<OR<15,232. Nilai ρ < 0,05 dapat diinterpretasikan secara statistik bahwa ada hubungan yang signifikan antar tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal

hygiene dengan kejadian keputihan. Sehingga

tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene menjadi faktor risiko kejadian keputihan pada remaja putri.

Berdasarkan uji chi square (X²) dengan taraf signifikan 0,043 dan dengan menggunakan SPSS windows versi 16.0 diperoleh hasil X² hitung sebesar 3,854 sedangkan X² tabel dengan dk = 1 dan α = 0,05 adalah 3,841 oleh karena X² hitung > X²tabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima, jadi dalam penelitian ini ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan

(4)

90 kejadian keputihan di kelas XI SMA 1 PGRI Brebes Kabupaten Brebes Tahun 2020.

Sementara itu dari hitungan odds ratio (OR) diperoleh nilai OR sebesar 3,854 yang berarti bahwa remaja putri dengan tingkat pengetahuan rendah mempunyai resiko 3,854 kali lebih besar untuk mengalami keputihan dibandingkan remaja putri yang mempunyai pengetahuan baik.

PEMBAHASAN

1. Tingkat Pengetahuan Personal Hygiene

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene yang diperoleh jumlah responden dengan tingkat pengetahuan baik lebih sedikit yaitu sebanyak 13 responden (15,9%) sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan buruk berjumlah 69 responden (84,1%) dan ini menunjukan keterkaitan dengan pendapat Notoatmodjo (2012) yaitu Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu :indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang. Salah satu program yang mendukung pengetahuan di SMA 1 PGRI Brebes adalah dengan dilaksanakannya program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Program UKS ini terdapat berbagai macam usaha pelajaran kesehatan bagi para siswa, guru dan karyawan dan berbagai pihak yang termasuk civitas akademik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mokodongan bahwa semakin banyak

informasi yang di dengar dan dilihat maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperolehnya.(Mokodongan, 2015)

2. Kejadian Keputihan

Berdasarkan hasil penelitian remaja putri tentang kejadian keputihan diperoleh responden dengan keputihan berjumlah 40 responden (48,8%) sedangkan responden yang tidak Keputihan sebanyak 42 responden (51,2%).

Keputihan adalah nama lain dari

flour albus. Keputihan biasanya dialami

oleh wanita. Keputihan ada dua macam yaitu keputihan yang normal dan abnormal, dimana keputihan yang normal dialami sebelum atau sesudah menstruasi, bisa juga disebabkan karena kehamilan, kelelahan, stres dan mengkonsumsi obat-obatan hormonal seperti pil KB. Sedangkan keputihan yang abnormal yaitu keputihan yang menimbulkan rasa tak nyaman pada vagina, rasa gatal, lengket dan jumlah banyak. (Pratiwi, 2012)

Berdasarkan hail penelitian, responden yang mengalami keputihan pada siswa kelas XI di SMA 1 PGRI Brebes adalah karena faktor personal hygiene, tidak tersedianya tissue dan penggunaan air yang tidak bersih pada lingkungan toilet sekolah. Menurut Maulana, menyatakan bahwa penyebab dari keputihan itu sendiri adalah karena faktor hygiene atau kebersihan diri yang kurang. Kondisi yang kotor disekitar vagina menyebabkan masalah kesehatan seperti keputihan, tingkat kelembapan vagina yang tinggi mengakibatkan bakteri pathogen mudah mengalami penyebaran (Maulana, 2010). Selain itu menurut Pribakti menyatakan bahwa jadwal sekolah dari pagi sampai sore menyebabkan terkadang malas untuk

(5)

91 mengganti pembalut saat menstruasi. Mengganti pembalut saat haid setiap selesai mandi dan selesai buang air kecil atau 4 sampai 5 kali sehari disaat darah haid banyak dan pada hari terakhir dianjurkan mengganti pembalut 3 kali sehari (Pribakti, 2012).

Menurut Andira, dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Andira, 2010). Sedangkan menurut penelitian Agustiyani (2015) kondisi stress dan kelelahan fisik maupun psikologis dapat mempengaruhi hormon-didalam tubuh perempuan termasuk memicu peningkatan hormon estrogen, yang dapat menyebabkan terjadinya keputihan.

Menurut penelitian Nikmah, menyatakan bahwa kebiasaan membersihkan diri yang tidak tepat dapat menyebabkan rentan terserang infeksi bakteri, virus, maupun jamur. Dengan selalu menjaga kebersihan daerah vagina mulai dari arah vagina ke anus, menghindari celana dalam yang ketat, tidak menggunakan cairan antiseptic berlebihan, dan menggunakan air yg bersih dan mengalir serta alat mandi yang bersih itu semua akan menjaga kita dari terjadinya keputihan. (Nikmah, US & Widyasih, 2018)

3. Hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan

Berdasarkan hasil uji statistik

contingency coefficient tentang hubungan

antara pengetahuan dengan kejadian keputihan diperoleh nilai p = 0,043 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang positif dalam katagori antara pengetahuan

dengan kejadian keputihan di kelas XI Di SMA 1 PGRI Brebes Tahun 2011.

Tingkat pengetahuan buruk pada remaja yang menderita keputihan 45,1%, lebih banyak dibandingkan dengan remaja yang tidak menderita keputihan yakni hanya 3,7%. Hasil analisis statistik menunjukkan nilai ρ = 0,043 dan OR =

3,385 dengan CI 95% =

0,975<OR<15,232. Nilai ρ < 0,05 dapat diinterpretasikan secara statistik bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan. Sehingga tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene menjadi faktor risiko kejadian keputihan pada remaja putri.

Personal hygiene akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Menurut penelitian Agustiyani mengungkapkan bahwa kondisi stress dan kelelahan fisik maupun psikologis dapat mempengaruhi hormon-hormon didalam tubuh perempuan termasuk memicu peningkatan hormon estrogen. Hormon estrogen tersebut yang dapat memicu terjadinya keputihan. (Agustyani, 2015)

Dari hasil penelitian didapat keputihan paling banyak terjadi pada responden dengan pengetahuan kurang. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Notoatmodjo bahwa pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku dan tingkat pengetahuan meningkat. Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang luas, hal-hal yang pernah di alami akan menambah pengetahuan, tentang sesuatu yang bersifat non formal serta kepercayaan dan sikap sangat mempengaruhi perilaku manusia. Sehingga jelas tingkat pengetahuan seseorang banyak menentukan sikap dan

(6)

92 keterampilan dalam mengambil keputusan dan bertindak.(Notoatmodjo, 2012)

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

a. Responden dengan pengetahuan baik yaitu sebesar 13 responden bila dibandingkan dengan responden yang tingkat pengetahuannya buruk yaitu sebesar 69 responden.

b. Responden dengan pengetahuan keputihannya lebih baik yaitu sebesar 3 responden dan yang pengetahuan keputihannya buruk yaitu 37 responden. Responden dengan pengetahuan tidak keputihannya baik yaitu 32 responden dan yang pengetahuan tidak keputihan buruk yaitu 10 responden.

c. Bersarkan uji chi square diperoleh X² hitung (4,805) > X²tabel (3,841) dan nilai P Value (0,043) < α (0,05) dengan demikian bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan kejadian keputihan di kelas XI SMA 1 PGRI Brebes Kabupaten Brebes tahun 2011.

d. Berdasarkan perhitungan OR didapatkan nilai OR = 3,854 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja yang pengetahuannya rendah beresiko lebih besar mengalami keputihan dibandingkan dengan remaja yang pengetahuannya tinggi.

2. Saran

a. Bagi SMA 1 PGRI Brebes

Untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan penatalaksanaan bagi remaja yang mengalami keputihan, sehingga yang

mengalami kejadian keputihan bisa berkurang.

b. Bagi Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan dalam melakukan pendekatan yang lebih efektif dan efisien khususnya dalam pemberian materi Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di sekolah.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk lebih memperluas wawasan dan pengetahuannya tentang personal hygiene khususnya dengan kejadian keputihan, sehingga dalam penyusunan penelitian berikutnya mampu mengembangkan penlitian yang ada dengan variabel yang lebih bervariasi sehingga hasilnya lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Agustyani, D. (2015). Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas X dan MAN XI di SMA Taman Jetis Yogyakarta. Naskah Publikasi. Ajeng. (2018). 7 Hal yang Membuat Anda

Berisiko Terkena Infeksi Jamur. Artikel

Kesehatan.

https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/

perawatan- kewanitaan/penyebab-infeksi-jamur-pada-vagina/

Andira, D. (2010). Seluk-Beluk Kesehatan

Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A Plus

Book.

Maulana, M. (2010). Penyakit Kehamilan dan

Pegobatannya. Yogyakarta: Kata Hati.

Mokodongan, W. & W. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan Keputihan pada Remaja Putri. Jurnal E-Clinic., 3

(1)., 272–276.

Nikmah, US & Widyasih, H. (2018). Personal Hygiene Habits dan kejadian Flour Albus Patologis pada Santriwati PP Al-Munawwir Yogyakarta,. Jurnal MKMI.,

(7)

93

14 (1)., 36–43.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian

Kesehatan Edisi Revisi. Rineka Cipta.

Nurjanah. (2015). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : arca.

Pratiwi. (2012). Buku Pintar Kesehatan

Wanita. Yogyakarta : Imperium.

Pribakti. (2012). Tips dan Trik Merawat Organ

Intim. Jakarta : Sagung Seto.

Utama, S. R. (2012). Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Remaja Putri dengan Kejadian Keputihan di Kelas XII SMA Negeri 1 Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012,. Kesehatan Masyarakat.

http://ejournal.uui.ac.id/jurnal/RITA_PUR NAMA_SARI-ygojurnal.pdf,

Widyastuti. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitra.

Referensi

Dokumen terkait

Genteng dan batu bata sama-sama berbahan dasar tanah liat, selain itu juga berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

Judul Skripsi : Analisis Pengambilan Keputusan Nasabah dalam Memilih Bank Syariah sebagai Tempat Menabung dengan Metode Analitycal Hierarchy Process.. Telah memenuhi

Hasil uji aktivitas antijamur Candida albicans hasil mikroenkapsulasi menunjukkan perbedaan yang spesifik tiap variasi konsentrasi1:8; 1:10 dan 1:12 dengan komposisi

“Implementasi kebijakan Pemerintah Kota Probolinggo dalam Pengembangan Ekonomi Lokal (Studi pada &#34;Len Jelenan&#34; Kota Probolinggo)”, Pembimbing I: Drs. Krishno

Kemudian surat yang sudah ditandai tersebut, segera diarsip menggunakan sistem tanggal, dalam odner yang berbeda.. Surat izin, cuti dan sakit digabung dalam satu odner,

penelitian dengan judul “ pengaruh pelatihan kerja, pengembangan karir dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di Dinas Cipta Karya Kabupaten Banyumas ”.. 1.2

REM FUNCTION: Running this script will in turn create scripts to build REM FUNCTION: constraints owned in the database. REM FUNCTION: The primary key

Tetapi Tetapi karena karena sudah sudah berjamurnya para pedagang curang yang menggunakan formalin, didukung pula berjamurnya para pedagang curang yang menggunakan