• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Gambar 9 Peta provinsi Jawa Timur dan lokasi penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Gambar 9 Peta provinsi Jawa Timur dan lokasi penelitian"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

IV DISKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Provinsi ini terletak pada 111,0′ hingga 114,4′ Bujur Timur dan 7,12′ hingga 8,48′ Lintang Selatan. Panjang bentangan barat-timur sekitar 400 km dan lebar bentangan utara-selatan dibagian barat sekitar 200 km dibagian timur lebih sempit hingga sekitar 60 km. Dengan batas daerah, di sebelah utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Di sebelah timur berbatasan langsung dengan Selat Bali. Di sebelah selatan berbatasan dengan perairan terbuka yaitu Samudera Indonesia. Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah. Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi 2 bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan kepulauan Madura.

Gambar 9 Peta provinsi Jawa Timur dan lokasi penelitian

Luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup 90 persen dari seluruh luas wilayah provinsi Jawa Timur, sedangkan luas kepulauan Madura hanya sekitar 10 persen. Di pulau Jawa provinsi Jawa Timur jika dibandingkan dengan 5 (lima) provinsi lainnya memiliki luas paling besar, diketahui bahwa luas wilayah provinsi Jawa Timur yang mencapai 49.922 km2. Secara administratif provinsi Jawa Timur

66 : lokasi penelitian

(2)

terbagi menjadi 38 wilayah pemerintahan daerah yakni 29 Kabupaten dan 9 Kota. Masing-masing daerah tersebut dibagi ke dalam wilayah kecamatan dan desa/keluarahan yang terdiri dari 615 kecamatan dan 8.413 desa/kelurahan. Untuk mendapat gambaran lebih jauh mengenai kawasan ini dapat dilihat pada peta Gambar 8.

4.2. Kependudukan

Berdasarkan data BPS jumlah penduduk di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010 adalah 37.794.003 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahunnya sebesar 0.92%. Dengan konsentrasi penduduk terbesar terdapat di Kota Surabaya, Kabupaten Malang dan Kabupaten Jember. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin yang dirinci menurut kabupaten dan kota di Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah penduduk menurut kelamin dirinci menurut kabupaten dan kota di Jawa Timur pada tahun 2010.

No Kabupaten/Kota Jumlah penduduk Jumlah

rumah tangga

Laki - laki Perempuan Total Kabupaten 1 Pacitan 263.609 290.256 553.865 155.581 2 Ponorogo 449.213 443.314 892.527 265.842 3 Trenggalek 346.622 344.585 691.207 199.056 4 Tulungagung 469.337 422.911 992.248 285.274 5 Blitar 568.710 575.818 1.144.528 331.743 6 Kediri 765.859 761.328 1.531.187 425.485 7 Malang 1.223.035 1.219.387 2.442.442 677.029 8 Lumajang 503.467 530.867 1.034.334 292.428 9 Jember 1.105.329 1.188.411 2.293.740 640.785 10 Banyuwangi 771.755 808.686 1.580.441 489.428 11 Bondowoso 354.165 373.625 727.790 238.076 12 Situbondo 302.701 335.836 638.537 210.691 13 Probolinggo 516.540 564.523 1.081.063 314.921 14 Pasuruan 741.610 754.864 1.496.474 425.740 15 Sidoarjo 904.665 964.685 1.869.350 474.518 16 Mojokerto 510.761 530.508 1.041.269 292.596 17 Jombang 602.181 631.098 1.233.279 351.387 18 Nganjuk 539.007 534.119 1.073.126 304.512 19 Madiun 320.252 347.589 667.841 198.173

(3)

No Kabupaten/Kota Jumlah penduduk Jumlah rumah tangga 20 Magetan 304.026 318.940 622.966 189.262 21 Ngawi 429.232 430.797 860.029 266.802 22 Bojonegoro 617.623 645.788 1.263.411 354.901 23 Tuban 540.727 566.964 1.107.691 305.799 24 Lamongan 618.947 662.229 1.281.176 338.534 25 Gresik 570.741 572.076 1.142.817 292.507 26 Bangkalan 436.791 528.777 965.568 233.366 27 Sampang 427.224 486.792 914.016 228.228 28 Pamekasan 379.296 416.505 795.801 203.286 29 Sumenep 517.774 558.818 1.076.592 333.311 Kota 30. Kediri 128.301 13.433 258.734 68.668 31. Blitar 61.450 65.888 127.338 33.649 32. Malang 393.177 398.793 791.970 236.503 33. Probolinggo 104.695 105.751 210.446 55.114 34. Pasuruan 93.884 91.623 185.507 49.998 35. Mojokerto 58.172 60.879 119.051 31.005 36. Madiun 82.453 90.994 173.447 49.795 37. Surabaya 1.316.525 1.403.631 2.720.156 786.611 38. Batu 95.344 96.715 192.059 53.137 Jumlah 18.439.200 19.354.803 37.794.003 10.692.741

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur 2011

Dari data tersebut di atas memperlihatkan bahwa jumlah wanita lebih banyak dibandingkan dengan jumlah laki-laki. Bulan Agustus 2010 diketahui bahwa jumlah angkatan kerja sebanyak 19,527 juta, yang terserap dibeberapa sektor usaha meliputi sektor industri, jasa, pertanian, perdagangan, dan sektor lainnya. Data distribusi tenaga menurut bidang pekerjaan, dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Distribusi penduduk angkatan kerja menurut sektor pekerjaan di Jawa Timur pada Bulan Agustus Tahun 2010.

No. Sektor pekerjaan Jumlah Persentase 1. Industri 2,483 12,71 2. Perdagangan 3,791 19,41 3. Jasa 2,452 12,55 4. Pertanian 7,941 40,67 5. Jasa kemasyarakatan 0,991 5,07 6. Lainnya 1,873 9,59 Jumlah 19,527 100,00

Sumber : BPS Jawa Timur 2011

(4)

Berdasarkan data yang tertera pada Tabel 13 menunjukkan bahwa angkatan kerja paling banyak terserap pada sektor pertanian 7,941 juta jiwa (40,67%) selanjutnya terserap di bidang perdagangan 3,791 juta jiwa (19,41 %), industri 2,483 juta jiwa (12,71%) dan bidang jasa 2,452 juta jiwa (12,55%). Data tersebut menggambarkan bahwa di Jawa Timur sektor pertanian masih mendominasi sebagai penampung angkatan kerja. Data sebagaimana tersebut tersebar dibeberapa budidaya tanaman mulai tanaman perkebunan, tanaman pangan, buah-buahan, tanaman obat dan sayuran.

4.3. Perkembangan Penggunaan Lahan

Perkembangan penggunaan lahan di Jawa Timur terus mengalami perubahan, perubahan ini disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan seperti lahan pertanian menjadi pemukiman, industri, pertokoan dan lainnya. Alih fungsi lahan lebih banyak terjadi pada lahan pertanian jika dibandingkan dengan lahan kehutanan. Perubahan alih fungsi lahan ini berpengaruh terhadap penurunan kontribusi pertanian Jawa Timur terhadap perekonomian nasional. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan produksi pertanian menurun atau laju pertambahan produksi lebih rendah jika dibandingkan dengan pertambahan produksi pada tahun sebelumnya. Potensi penurunan selama 5 (lima) tahun terakhir mencapai 0,3 % per tahunnya dan alih fungsi terbesar adalah menjadi lahan bukan pertanian yaitu peruntukan pemukiman 67%, industri 19% dan 14% lainnya (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 2009).

Tipe penggunaan lahan pertanian sangat menentukan macam komoditas yang berkembang di Jawa Timur, karena perkembangan komoditas di suatu wilayah dipengaruhi oleh potensi ketersediaan sumberdaya alam pendukungnya. Untuk daerah dataran tinggi kerena memiliki kelembaban relatif tinggi dan suhu rendah maka dataran tinggi cocok untuk tanaman sayuran dari pada tanaman pangan, sedangkan dataran rendah dengan kelembaban relatif lebih rendah dan suhu tinggi lebih sesuai untuk tanaman pangan dari pada tanaman sayuran.

Luas lahan di Jawa Timur secara keseluruhan adalah 4.576.242 ha dengan komposisi lahan sawah seluas 1.151.528 ha (25,2%), lahan bukan sawah seluas 1.792.367 ha (39,2%) dan lahan bukan pertanian 1.632.346 ha (35,7%) yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 14.

(5)

Tabel 14. Pengggunaan lahan di Jawa Timur tahun 2009 Jenis penggunaan

lahan Luas (ha) tahun 2009

Lahan sawah 1.151.529

Lahan bukan sawah 1.792.367

Lahan bukan persawahan 1.632.346 Total wilayah Provinsi Jatim 4.576.242 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 2009

Pemanfaatan lahan pertanian di Jawa Timur meliputi lahan sawah dan lahan kering , lahan sawah terdiri dari sawah irigasi teknis, sawah irigasi ½ teknis, sawah irigasi sederhana, sawah irigasi desa, sawah tadah hujan dan sawah lainnya (polder dan pasang surut). Pemanfaatan lahan sawah irigasi teknis seluas 678.272 ha (58,90%), irigasi semi teknis seluas 124.662 ha (10,82%), irigasi sederhana seluas 81.577 ha (7,80%), irigasi desa seluas 50.340 ha ( 4,37%) dan sawah tadah hujan seluas 213.447 ha (18.54%) dan sawah lainnya 3.231 ha (0,28%). Lahan beririgasi teknis sebagian besar terletak di wilayah utara sedangkan sawah tadah hujan yang mempunyai luasan dibawah irigasi teknis mayoritas berada di wilayah selatan.

Jenis pemanfaatan lahan kering di Jawa Timur yang luasnya mencapai 1.792.367 ha meliputi tegalan, ladang, perkebunan dan lainnya. Lahan kering berupa tegal/kebun merupakan wilayah paling luas di Jawa Timur. Pemanfaatan lahan kering lahan tegal seluas 1.113.481 ha (62,1%) dan perkebunan seluas 208.259 ha (11,6%) (Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 2009).

Selama lima tahun terakhir (2005 s/d 2009) rerata per tahun alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian yang terjadi seperti perumahan/bangunan rata-rata seluas 770,9 ha (39,9%), industri seluas 454,7 ha (23,6%), prasarana seluas 93,8 ha (4,9%), lahan kering seluas 134,2 ha (6,9%) perkebunan seluas 80,2 ha (4,2%), tambak seluas 274,6 ha (14,2%) dan pemanfaatan lahan lainnya seluas 122,4 ha (6,3%).(Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 2009).

4.4. Iklim dan Hidrologi

Kondisi sumberdaya alam Jawa Timur, baik iklim, fisiografi maupun kemampuan lahan dalam menumbuhkan komoditas mempengaruhi pengembangan

(6)

komoditas di suatu wilayah, iklim di Jawa Timur meliputi tingkat kebasahan dan tinggi rendahnya suhu.

Tingkat kebasahan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan komoditas pada keadaan lengas tanah sepanjang tahun di dalam Soil Moisture Control Section (SMCS) pada tegangan kurang dari 1.500 kPa. Tegangan 1.500 kPa adalah titik layu permanen, sehingga tegangan di atas titik tersebut air tidak dapat tersedia untuk mempertahankan kehidupan sebagian besar tanaman. Berdasarkan

Agroclimatic Map of Java and Madura (Oldeman 1975), kondisi lengas tanah di

Jawa Timur tertera pada Tabel 15.

Kondisi lengas tanah di Jawa Timur, menunjukkan bahwa lengas tanah yang paling dominan adalah kategori Ustic dengan tipe C3, D3 dan E yang mempunyai luasan 2.333.750 ha atau 77,01%, kategori berikutnya adalah Udik dengan tipe B2, Kondisi suhu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan komoditas tanaman adalah suhu tanah pada kedalaman 50 cm. Rejim suhu diperkirakan dari letak ketinggian dari permukaan laut berdasarkan peta topografis wilayah Jawa Timur yaitu : isohyperthermic, rata-rata tahunan suhu tanah > 22°C dan berada pada ketinggian kurang 0-700 m; Isothermic, rata-rata tahunan suhu tanah 15°C -22°C dan berada pada ketinggian 700-1500 m; dan isomesic, rata-rata tahunan suhu tanah 9°C-15°C dan berada pada ketinggian 1500-2500 m. Persentase rejim suhu di wilayah Jawa Timur yang terbesar adalah isothermic sebesar 5,80 % dan isomesic sebesar 1,59 %.

Tabel 15 Kondisi lengas tanah di wilayah Provinsi Jawa Timur No. Lengas tanah Karakteristik tanah

1. Perudic Soil Moisture Control Section (SMCS) selalu sangat lembab Short dry period regime mempunyai <2 bulan kering berturut-turut/tahun (tipe A dan B1)

2. Udic Soil Moisture Control Section (SMCS) jarang mengalami kekeringan selama lebih dari 90 hari kumulatif/tahun

Medium dry period regime dengan 2-4 bulan kering berturut-turut/tahun (tipe B2, C2 dan D2)

3. Ustic Soil Moisture Control Section (SMCS) mengalami kekeringan selama lebih 90 hari kumulatif /tahun

Long dry period regime, mempunyai > 4 bulan kering berturut-turut/tahun (tipe C3, D3 dan E).

(7)

4.5. Curah Hujan

Rata-rata jumlah curah hujan dari bulan Januari s/d Desember selama periode 5 (lima) tahun di Jawa Timur menunjukkan bahwa jumlah curah hujan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan dibandingkan rata-rata 5 (lima) tahun terutama pada musim penghujan. Sebaliknya curah hujan akan mengalami penurunan pada musim kemarau yang mengakibatkan kekeringan berkepanjangan sampai dengan akhir tahun 2009. Keadaan ini menunjukkan bahwa curah hujan tahun 2009 pada awal bulan bersifat di atas normal (AN) dan pertengahan bulan sampai akhir tahun bersifat di bawah normal (BN).

Data curah hujan di daerah penelitian diambil dari stasiun Pematauan UPT Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura Surabaya. Rerata curah hujan lima tahun terakhir antara tahun 2006 sampai dengan 2010 sekitar 4.067 mm dengan jumlah hari hujan 271. Rerata curah hujan dimaksudkan berasal dari rerata tiga puluh kabupaten dan Kota di Jawa Timur. Curah hujan bulanan di Jawa Timur menunjukkan fluktuasi yang sangat tinggi di satu tahun terakhir ini khususnya pada tahun 2010 menunjukkan curah yang sangat tinggi mengingat jumlah hari hujan yang mencapai 368 dengan curah hujan rerata 6.275 mm (Gambar 10).

Gambar 10 Rerata curah hujan selama lima tahun di Jawa Timur (2006 s/d 2010)

Distribusi curah hujan selama lima tahun terkahir di Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 11.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

(8)

Gambar 11 Rerata curah hujan empat wilayah penelitian di Jawa timur tahun 2005 s/d 2010

Berdasarkan Gambar 11 menunjukkan bahwa pada tahun 2005 sampai dengan 2009 curah hujan dan hari hujan memiliki data rerata yang konstan atau stabil sedangkan pada tahun 2010 menggambarkan adanya peningkatan curah hujan hal ini disebabkan oleh anomali iklim yang ekstrim dimana hari hujan di tiga puluh kabupaten mencapai 4.414 HH dan bulan kering relatif pendek. Sedangkan distribusi hujan bulanan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Timur mempunyai musim kemarau sekitar 4 bulan (Juli – Oktober), musim hujan atau bulan basah terjadi pada November sampai dengan Mei, sedangkan kondisi hujan agak kurang terjadi pada Bulan Juni dan November.

Adapun di lokasi penelitian yaitu di Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang dan Kabupaten Probolinggo rerata curah hujan dan hari hujan masing masing kabupaten secara berurutan sebagai berikut 105 mm ; 6 HH, 121 mm ; 7 HH, 30 mm ; 8 HH dan 22 mm ; 5 HH. Distribusi curah hujan dan hari hujan tersebut menunjukkan bahwa daerah penelitian tergolong beriklim basah dengan curah hujan relatif tinggi. Data curah hujan tersebut dapat dilihat bahwa wilayah penelitian di Kabupaten Probolinggo menunjukkan curah hujan yang relatif rendah jika dibandingkan dengan ketiga kabupaten. Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Probolinggo tersebut adalah daerah dataran tinggi. Kabupaten Probolinggo termasuk di wilayah dataran tinggi gunung Bromo. Rendahnya curah hujan disebabkan oleh data curah hujan pada tahun 2009 dan 2010 lebih rendah jika dibandingkan dengan kedua kabupaten lainnya. Gambar didtribusi curah hujan dan hari hujan wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar 12.

0 50 100 150 200 250 300 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Nganjuk Kediri Malang Probolinggo

(9)

Gambar 12 Hari hujan di empat wilayah penelitian di Jawa timur tahun 2005 s/d 2010 Curah hujan di wilayah penelitian mempunyai kisaran 1.229 – 2.586 mm dan jumlah rerata curah hujan bulanan berkisar dari 127 - 217 mm (Gambar 10). Distribusi curah hujan bulanan tersebut menunjukkan bahwa di wilayah penelitian mempunyai musim kemarau sekitar 3 bulan (Juli-September), musim hujan atau bulan basah terjadi pada Nopember-Mei, sedangkan kondisi hujan agak kurang terjadi mulai Juni, Juli dan Oktober. Distribusi curah hujan bulanan tersebut menunjukkan bahwa daerah penelitian tergolong beriklim basah dengan curah hujan relatif cukup tinggi.

Tiga wilayah sentra pertanian tanaman sayuran yaitu Kabupaten Nganjuk, Kediri dan Malang adalah masuk wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Diketahui bahwa Sungai Brantas adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu), lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Jombang dan Mojokerto. DiKabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua menjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo). Kali Brantas mempunyai DAS seluas 11.800 km2 atau ¼ dari luas Provinsi Jatim. Panjang sungai utama 320 km mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud. Curah hujan rata-rata mencapai 2.586 mm per-tahun dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan pertahun rata-rata 12 miliar m³. Potensi yang termanfaatkan sebesar 2,6-3,0 miliar m³ per-tahun. Berdasarkan analisis air dari beberapa titik air badan air sungai Brantas cocok untuk sumber air irigasi dan bahan baku air minum bagi kota disepanjang aliran sungai. (PJT Mojokerto 2010). 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Nganjuk Kediri Malang Probolinggo

(10)

Sungai Brantas maupun anak-anak sungainya menjadi sumber air yang memadai. Bukti terkuat tentang adanya budaya pertanian yang ditunjang oleh pengembangan sarana prasarana pengairan (irigasi) yang intensif ditemukan di DAS Kali Brantas, lewat Prasasti Harinjing di Pare. Sungai Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur mengingat 60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai ini. Adanya dua gunung berapai yang aktif di bagian hulu sungai yaitu G. Kelud dan G. Semeru menyebabkan banyaknya material vulkanik yang mengalir kesungai ini. Hal ini menyebabkan tingkat sedimentasi bendungan-bendungan yang ada di aliran sungai ini menjadi sangat tinggi.

Wilayah sentra pertanian sayuran di Kabupaten Malang dan Kabupaten Probolinggo yang menjadi obyek penelitian memiliki ketingian lebih dari 400 meter dpl. Sumber air banyak berasal dari curah hujan yang tinggi dan sumber air alami. Selain itu dua sentra tanaman sayuran ini memiliki kelembaban udara yang tinggi dengan penyinaran matahari < 12 jam per hari sehingga kebutuhan air dapat dioptimalkan oleh tanaman sayuran.

Kabupaten Nganjuk sebagai sentra tanaman sayuran Bawang Merah yang memiliki jarak lebih kurang 25 km dari Sungai Brantas, pemenuhan kebutuhan air untuk budidaya disuplai dari bendungan Kali Bening yang terletak di Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun Jawa Timur.

4.6. Geologi dan Bahan Induk

Pengkalsifikasian tanah pertanian sangatlah penting, mengingat untuk mewujudkan pertanian modern, tangguh dan efisien, maka teknologi pertanian spesifik lokasi merupakan kebutuhan utama dalam meningkatkan daya saing pertanian sebagai upaya pengembangan agribisnis berbasis komoditas di Jawa Timur. Dari hasil pengamatan di lapangan bahan induk tanah dapat dibedakan ke dalam 4 macam, yaitu bahan aluvium, aluvio-marin, batuan sedimen, dan bahan volkan. Bahan aluvium terdiri dari liat, pasir, dan kerikil/batu. Batuan sedimen terutama batupasir, batulanau, dan serpih, sedangkan bahan volkan yaitu tuf, breksi, batuan andesit-basal banyak dijumpai di perbukitan sebelah utara daerah penelitian.

(11)

4.7. Landform dan Bentuk Wilayah

Fisiografi dan bentuk wilayah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara langsung melalui tanah dan iklim. Peranan fisiografi pada potensi pertanian suatu lahan adalah pengaruhnya terhadap erodibilitas tanah. Fisiografi berdasarkan peta topografi Jawa Timur dapat dikelompokkan; datar sampai landai, wilayah dengan lereng < 3 % dan perbedaan tinggi < 5 m; berombak sampai bergelombang, wilayah dengan lereng 3-15% dan berbedaan tinggi sekitar 5-50 m; dan berbukit sampai bergunung, wilayah dengan lereng > 15% dan perbedaan tinggi >50 m.

Berdasarkan karakteristik biofisik wilayah yang meliputi kondisi iklim, fisiografi dan sumberdaya lahan, maka provinsi Jawa Timur dibedakan menjadi 5 (lima) zona agroekologi utama dengan 30 (tiga puluh) sub zona, yaitu zona I, zona II, zona III, dan zona IV. Sedangkan zona agroekologi sesuai dengan alternatif pengembangan komoditas pertanian di Jawa Timur hanya terdapat di 4 (empat) zona agroekologi sebagai berikut :

4.7.1. Zona I

Zona I, meliputi wilayah dengan kelerengan > 40% dan beda ketinggian mencapai > 300 m, merupakan jajaran perbukitan dan pegunungan vulkanik dengan ketinggian tempat > 700 m, tipe pemanfaatan lahan dengan sub zona berdasarkan rejim suhu:

Sub zona suhu panas dan agak kering (lay2) dengan alternatif komoditas buah-buahan dataran rendah antara lain: rambutan, srikaya, manggis, durian, nangka, mangga, duku, delima dan jambu biji. Lusa sebarang 113.035 ha (2,36%). Sub zona suhu sejuk dan agak kering (lby2) sub zona ini cocok untuk komoditas apel, jambu. Leci dan jeruk sebaran sub zona ini seluas 3.650 ha (0,08%).

4.7.2. Zona II

Zona II, wilayah dengan kelerengan 15-40% pada beda ketinggian mencapai 50-300 m, terletak pada dataran rendah (ketinggian < 700 m). Tipe pemanfaatan lahan pada zona ini adalah tanaman tahunan dataran rendah; sub zona suhu panas dan lembab (llax) cocok untuk komoditas : rambutan, durian, duku, manggis, dengan sebaran seluas 294.935 ha (6,15%); Sub zona suhu panas dan agak kering (llay), komoditas mangga, srikaya, delima dan jambu biji dapat dikembangkan pada zona ini. Sebaran wilayah zona ini seluas 498.945 ha (10%); Sub zona suhu

(12)

sejuk dan lembab (llax), komoditas yang sesuai untuk dikembangkan adalah cinnamon, lengkeng, leci, jambu dan jeruk. Luas sebaran 110.665 ha (2,31%) dan Sub zona suhu sejuk dan agak kering (llby), pengembangan komoditas apel, leci, jambu, anggur, dan jeruk cocok untuk zona llby. Zona ini mempunyai luas sebaran 16.050 ha (0,33%).

4.7.3. Zona III

Zona III, merupakan wilayah dengan kelerengan ± 8-15 m serta mempunyai beda ketinggian ± 8-15 m yang menempati fisigrafi dataran dan lereng bawah volkan, serta sebagaian kecil kipas alluvial yang tersebar pada dataran rendah < 700 m dan dataran tinggi > 700 m. Tipe pemanfaatan lahan dengan sub zona berdasarkan rejim suhu dan rejim kelembaban ; Sub zona suhu panas dan lembab (lllax) dengan alternatif komoditas: kacang tanah, kedelai, jagung dan sayuran seperti terong, kacang panjang da sawi. Luas sebaran 90.460 ha (1,89%); Sub zona suhu panas dan agak kering (lllay), komoditas yang sesuai untuk dikembangkan adalah mangga, srikaya dan palawija.Luas sebaran 483.840 ha (10,10%); Sub zona suhu sejuk dan lembab (lllbx), pengembangan komoditas yang sesuai adalah cinnamon, lenkeng leci, jambu dan sayuran dataran tinggi seperti wortel, Cabai, kentang, kubis dan tomat. Luas sebaran 2.920 ha (0,06%); dan Sub zona suhu sejuk dan agak kering (llby), komoditas yang sesuai adalah apel, leci, jambu, anggur, wortel, Cabai dan kentang. Luas sebaran di sub zona ini 3,280 ha (0,07%).

4.7.4. Zona IV

Zona IV, mempunyai kelerengan 0-8% dengan beda ketinggian < 10 m yang menempati daerah aluvial, dataran karstik, kipas aluvial, teras sungai dan dataran banjir. Zona ini tersebar pada dataran rendah < 700 m. Tipe pemanfaatan lahan dengan sub zona berdasarkan rejim suhu dan rejim kelembaban: Sub zona IVaxl, IVaxl.i dan IVaxl.ir, pada sub zona ini tingkat kesuburan tanah cukup baik dan umumnya terletak pada daerah kiri dan kanan sungai sehingga ketersedian air cukup dan drainase tanah terhambat dengan tipe pemanfaatan lahan untuk sistem pertanian lahan basah dataran rendah berupa sawah dengan komoditas padi sawah dan sayuran kangkung, luas sebaran : sub zona IVaxl seluas 83.310 ha (1,74%), IVaxl.i seluas 1.642.660 ha (34,28%) dan IVaxl.ir seluas 5.030 ha (0,39%); Sub zona IVax2, sub zona ini merupakan wilayah dengan penyebaran pada dataran

(13)

volkan, karstik allubial dan kipas alluvial, dengan tingkat kesuburan tanah dan drainase yang cukup baik untuk sistem pertanian lahan kering dataran rendah dan sesuai untuk komoditas padi gogo, kasang-kacangan, Cabai dan umbi-umbian. Sebaran sub zona ini anyak di banyuwangi seluas 18.605 ha (0,39%); Sub zona IVay2 dan IVay2.e, kemiringan lahan sub zona ini dominan <8% dan sebagian besar tingkat kesuburannya tanahnya rendah dengan reaksi tanahnya agak masam sehingga perlu pemupukan dan pengapuran sesuai tanaman yang dibudidayakan serta irigasi teratur. Tipe pemanfatan lahannya adalah lahan kering dengan alternatif komoditas padi gogo, kacang-kacangan, jagung, Cabai dan umbi-umbian.

4.8. Keadaan Tanah

Tanah-tanah di daerah penelitian terbentuk dari bahan induk grumosol, aluvium, dan volkan tua. Dari lima faktor pembentuk tanah, faktor bahan induk dan relief tampaknya paling dominan berpengaruh terhadap pembentukan tanah-tanah di daerah tersebut. Berdasarkan hasil inventarisasi data di lapangan tanah-tanah di daerah penelitian dapat diklasifikasikan menurut soil taxonomy ke dalam 6 ordo :

Vertisol:

Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah grumusol atau margalit. Klasifikasi tanah ini banyak ditemukan di wilayah penelitian di Kabupaten Nganjuk dan Kediri. Ordo vertisol ini di wilayah penelitian banyak dibudidayakan tanaman sayuran sayuran bawang merah, bawang putih dataran rendah, cabai rawit dan cabai hijau.

Inceptisol:

Tanah yang termasuk ordo inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah aluvial, andosol, regosol,

(14)

Entisols:

Tanah yang tergolong dalam order ini mempunyai profil yang belum berkembang, susunan horisonnya adalah A -C atau A-C-R. Terbentuk dari bahan induk batuan volkan dan batuan sediment termalihkan ataupun bahan endapan sungai resen. Umumnya tanah-tanah entisols yang ditemukan berwarna coklat tua, tanahnya dangkal, drainase baik, teksturnya halus sampai kasar, konsistensi tidak lekat, pH tanah berkisar antara 4,5 sampai 5,5 dan diklasifikasikan ke dalam lithic

udorthents. Sedangkan yang berada di dataran alluvial dengan tekstur kasar, pH 6-7

diklasifikasikan sebagai typic udipsamments. Selanjutnya untuk tanah Entisols yang berada di dataran pasang surut dengan rejim kelembaban tanah aquic serta kandungan garamnya tinggi dikelompokan ke dalam typic halaquents. Klasifikasi tanah di Jawa Timur berdasarkan sistem “Soil Taxonomy USDA 1990” terdiri dari ordo-ordo tanah, alfisol, andisol, entisol, inceptisol, enceptisol, vertisol, mollisol dan oxisol. Sesuai laporan Survey dan Pemetaan Tanah Detail DAS Brantas Hulu (Pusat Penelitian Tanah, 1988), klasifikasi tanah daerah pertanian Jawa Timur dapat dilihat dalam Tabel 16.

Tabel 16 Klasifikasi tanah di Jawa Timur

Klasifikasi Luas (ha) Prosentase (%) Alfisol 600.000 19,80 Andisol 114.375 3,80 Entisol 731.250 24,10 Inceptisol 82.250 2,70 Enceptisol 680.625 22,50 Vertisol 319.375 10,50 Molisol 50.625 1,70 Oxisol 451.875 14,90 Jumlah 3.030.000 100,00

Sumber : BPDAS Brantas Surabaya, 1997.

Enceptisol

Tanahnya yang berasal dari bahan aluvio-koluvium dan fluvio-marin di dataran aluvial, teras sungai, dataran pantai, dan cekungan karst umumnya mempunyai warna coklat kekelabuan dengan karatan di lapisan atas, dan warna glei/kelabu di lapisan bawah, tanahnya dalam, drainasenya agak terhambat sampai terhambat, tekstur halus sampai sedang, struktur masif, konsistensi lekat, pH tanah

(15)

6,0 sampai 7,0. Tanah ini selanjutnya diklasifikasikan ke dalam aeric epiaquepts,

typic eutrudepts. Sedangkan tanah yang mempunyai kandungan garam tinggi

dimasukan ke dalam typic halaquepts.

Pengelompokan selanjutnya untuk tanah-tanah yang berasal dari bahan volkan yakni kedalaman tanah adalah dalam, warnanya coklat tua/gelap di lapisan atas, tekstur halus sampai agak halus, struktur cukup baik, konsistensi gembur sampai teguh, maka tanah ini diklasifikasikan ke dalam typic dystrudepts, sedangkan tanah yang bersolum dangkal tanahnya diklasifikasikan ke dalam lithic

dystrudepts. Terakhir untuk kelompok tanah yang berbahan volkan dengan pH 6-7

diklasifikasikan menjadi typic eutrudepts dan yang dangkal sebagai lithic.

Eutrudepts.

Untuk kelompok tanah yang berbahan sedimen umumnya mempunyai kedalaman tanah yang dalam, warnanya coklat tua/gelap di lapisan atas, tekstur umumnya halus sampai agak halus, struktur cukup baik, konsistensinya gembur sampai teguh dan pH umumnya masam. Tanah-tanah seperti ini selanjutnya diklasifikasikan menjadi typic dystrudepts, sedangkan pada wilayah yang dipengaruhi oleh kondisi reduksi dan oksidasi maka dikelompokan ke dalam aeric

epiaquepts dan aquic eutrudepts. Ultisols

Tanah ultisols di daerah penelitian mempunyai perkembangan profil dengan susunan horison A-Bt-C, tanahnya dicirikan pula oleh adanya epipedon okrik dan

horison argilik. Terbentuk dari bahan volkan dan batuan sedimen masam.

Tanahnya berwarna coklat sangat tua sampai coklat tua, dalam, tekstur sedang sampai halus, struktur cukup baik, konsistensi gembur sampai teguh, pH tanah masam sampai sedikit masam. Penyebaran tanah ini terdapat di dataran dan perbukitan volkan serta pada landform struktural. Tanah seperti ini selanjutnya diklasifikasikan ke dalam subgrup typic hapludults.

4.9. Program Pembangunan Tanaman Hortikultura di Jawa Timur

Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan dalam Rencana Strategis Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2014, maka program pembangunan tanaman hortikultura meliputi program peningkatan ketahanan pangan, program pengembangan agribisnis dan program peningkatan kesejahteraan petani.

(16)

4.9.1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 bahwa pengembangan pangan dan kesejahteraan petani adalah kewajiban bersama antara pemerintah dan masyarakat. Peran pemerintah dalam hal ini adalah melaksanakan pengaturan dan pengendalian agar berkembang suatu sistem pengusahaan pangan yang adil dan bertanggungjawab. Pada hakekatnya Pembangunan Petanian Tanaman Hortikultura harus didasarkan pada kaidah bisnis, dalam rangka mendayagunakan keunggulan komperatif dan kompetitif. Dengan pengertian tersebut, maka agribisnis komoditas pangan yang berbasis sumberdaya lokal yang menghasilkan, mengolah dan memasarkan berbagai ragam produk pangan serta memberikan pendapatan bagi masyarakat akan memberikan kontribusi yang besar terhadap terwujudnya ketahanan pangan.

Ketahanan pangan secara definitif diartikan sebagai terpenuhinya pangan dengan ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah, mutu, keamanan maupun kesesuaian dengan sosio kultur’ Ketahanan pangan dapat dijangkau secara fisik maupun ekonomis dan dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan individu setiap waktu. Sebagaimana pendekatan tersebut kebijakan ketahanan pangan diarahkan pada (a) keragaan sumberdaya (b) efisiensi ekonomi dan keunggulan kompetitif wilayah/daerah (c) pengaturan distribusi pangan mengacu pada meknisme pasar yang kompetitif, (d) serta sebagai bagian dari peningkatan pendapatan petani.

4.9.2. Program Pengembangan Agribisnis

Program pengembangan agribisnis diarahkan untuk meningkatkan prduktifitas baik kualitas maupun kuantitas produksi komoditas tanaman pangan dan hortikultura. Produk yang dihasilkan dapat dipasarkan untuk keperluan pemenuhan kebutuhan masyarakat, bahan baku industri pengolahan dan ekspor. Pengembangan agribisnis ini bertujuan untuk (1) meningkatkan penerimaan ekspor, (2) menurunkan volume dan nilai impor hasil pertanian tanaman hortikultura, (3) meningkatkan kesempatan kerja produktif di pedesaan, (4) meningkatkan partisipasi aktif masyarakat, (5) meningkatkan investasi swasta dalam pengembangan agribisnis, (6) memajukan perekonomian di pedesaan, (7)

(17)

terpeliharanya produktifitas sumberdaya alam, dan (8) mengembangkan usaha pertanian konservasi dan terjaganya kualitas lingkungan hidup.

Pengembangan agribisnis yang memposisikan petani sebagai wiraswasta agrbisnis merupakan pengembangan ekonomi rakyat. Untuk membangun pertanian berwawasan agribisnis, upaya yang dilakukan adalah dengan penyediaan sarana-prasarana dan permodalan melalui penyediaan agroinput dengan prinsip 6 (enam) tepat serta dukungan fasilitas permodalan, pengembangan usaha dan pemasaran melalui penyediaan jaringan pemasaran dan informasi pasar serta mewujudkan usaha pengolahan hasil pertanian. Program pengembangan agribisnis dimaksudkan untuk mengoperasionalkan pembangunan sistem dan usaha–usaha agribisnis yang mengarah agar seluruh subsistem agribisnis dapat dilakukan secara produktif dan efisien sehingga menghasilkan berbagai produk pertanian yang memiliki nilai tambah dan daya saing yang tinggi di pasar domestik maupun intenasional. Dalam rangka membangun pertanian berbasis agrobisnis, maka model yang akan dikembangkan di Jawa Timur adalah Model Cooperative Farming. Tujuan program ini adalah ; (1) mengembangkan sistem hulu; (2) mengembangkan sub sistem on-farm; (3) mengembangkan sub sistem pengolahan; (4) mengembangkan sub sistem pemasaran; (5) mengembangkan sub sistem penunjang sebagai satu kesatuan sistem yang sinergis.

4.9.3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

Suberdaya alam dan manusia merupakan salah satu modal utama pembangunan pertanian. Kendala yang dihadapi adalah semakin menurunnya sumberdaya alam, selain sumberdaya manusia yang belum dimanfaatkan secara optimal. Program peningkatan kesejahteraan petani diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia melalui peningkatan kemampuan dan produktifitas usahatani melalui pengembangan pertanian rakyat, optimalisasi usaha pertanian dan rehabilitasi serta peningkatan jaringan irigasi. Upaya yang dilakukan antara lain dengan optimalisasi pemanfaatan lahan, air irigasi, sumber air dan plasma nutfah, pengembangan komoditas prospektif dan perwilayahan komoditas serta peningkatan sumberdaya manusia, pengembangan alsintan, penyediaan data yang akurat, penanggulangan bencana, penanganan wilayah khusus, penyediaan sarana dan prasarana kerja serta pengembangan dan

(18)

pemanfaatan teknologi. Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas dan daya saing masyarakat pertanian, terutama petani yang tidak dapat menjangkau akses terhadap sumberdaya usaha pertanian. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dititikberatkan pada :

1. Pengembangan upaya pengentasan masyarakat miskin di kalangan petani. 2. Pengembangan kredit usaha berbasis pertanian bagi kelompok miskin di

pedesaan, dan pembentukan lembaga keuangan mikro untuk melayani kebutuhan modal usaha penduduk miskin.

3. Pemberdayaan usaha rakyat berbasis pertanian melalui akses permodalan (pinjaman lunak) dengan agungan aktivitas usaha itu sendiri.

4. Pengembangan kredit usaha mikro tanpa agunan bagi petani dan buruh tani perempuan untuk mewujudkan kemandirian perempuan secara ekonomi. 5. Penyerderhanaan mekanisme dukungan kepada petani, serta pengurangan

hambatan usaha pertanian.

6. Perlindungan terhadap petani dari persaingan usaha yang tidak sehat dan perdagangan yang tidak adil.

7. Penumbuhan dan penguatan lembaga pertanian dan pedesaan untuk meningkatkan posisi tawar petani.

8. Perbaikan sistem dan mekanisme distribusi pupuk bersubsidi mengantisipasi secara dini kelangkaan pupuk berulang pada setiap musim tanam.

9. Mendorong perkembangan koperasi dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang berbasis rakyat/komunitas, dan dikelola sebagai usaha bersama dari, oleh dan untuk rakyat, melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal.

4.10. Sumberdaya Manusia Pertanian Jawa Timur

Sumber Daya Manusia atau disingkat dengan SDM adalah seluruh potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.

Sumberdaya Manusia Pertanian telah berperan sebagai pelaku utama agribisnis di Jawa Timur. Sebagai pelaku utama pembangunan pertanian dalam meningkatkan ketahanan pangan dan pembangunan usaha agribisnis, petani dan

(19)

kelompoknya harusnya mempunyai kompetensi untuk merancang, merekayasa dan melakukan usaha agribisnis sebagai upaya meningkatkan kuantitas, kualitas dan kemampuan untuk melakukan usaha secara mandiri dengan memanfaatkan peluang yang ada.

Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota (Permentan, 2007). Kelompok tani sebagai pelaku usaha pembangunan pertanian terbentuk berdasarkan keakraban dan keserasian serta kebersamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Pengukuran kemampuan kelompok tani sesuai surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 41/Kpts/OT.210/1/1992 tanggal 29 Januari 1992 adalah berdasarkan 5 (lima) jurus kemampuan kelompok.

Di Jawa Timur, jumlah kelompok tani pada tahun 2007 sebanyak 30.750 kelompok pada tahun 2008 terjadi perkembangan jumlah kelompok tani 26.820 kelompok atau berkurang sebanyak 3.930 kelompok dan pada tahun 2009 bertambah 100 kelompok menjadi 26.920 yang terdiri dari Kelas Utama 256 kelompok, Madya sebanyak 3.576 kelompok, Lanjut sebanyak 13.171 kelompok dan pemula 9.917 kelompok (Tabel 17)

Tabel 17 Kelompok tani di Provinsi Jawa Timur

No. Kelas kelompok tani

Jumlah kelompok tani

Pertumbuhan 3 tahun (%) 2007 2008 2009 2009 % 1. Utama 252 256 256 0,95 0,79 2. Madya 3.542 3.576 3.576 13,28 0,48 3. Lanjut 13.735 13.171 13.171 48,93 (2,05) 4. Pemula 13.221 9.817 9.917 36.84 (12,36) Total 30.750 26.820 26.920 100.00 (6,20) Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 2009

Tabel 17 menunjukkan perkembangan kelas kelompok tani selama 3 (tiga) tahun yaitu kelas utama mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,79% begitu juga kelas madya mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,48%, sedangkan kelas lanjut mengalami pertumbuhan negatif sebesar (2,05%) serta kelas pemula sebesar (12,36%).

(20)

Penyuluh Pertanian adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh Pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkupertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. (Permentan, 2007). Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 73/Permentan/Ot.140/12/2007 tentang Pedoman Pembinaan Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Pengendali Organisme Penggangu Tumbuhan Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP). Jumlah penyuluh pertanian Jawa Timur pada tahun 2009 tercatat sebanyak 5.520 orang yang terdiri dari penyuluh pertanian di Kabupaten dan Provinsi. Penyuluh pertanian di Kabupaten sebanyak 2.604 orang yaitu 2.645 penyuluh dan 2.875 orang THL-TB penyuluh di provinsi sebanyak 41 orang. Disamping tenaga penyuluh, Petugas Pertanian Kecamatan (Mantri Pertanian) juga merupakan petugas yang berinteraksi dengan petani beserta kelompoknya. Perkembangan jumlah Petugas Pertanian Kecamatan (Mantri Pertanian) sampai dengan akhir tahun 2009 sebanyak 617 orang berkurang 35 orang dari tahun sebeluimnya sebanyak 652 orang.

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah permintaan sarana produksi tersebut, jumlah distributor dan kios pengecer berkembang pesat baik yang resmi maupun yang tidak resmi termasuk diantaranya kios-kios pengecer musiman yang hanya muncul pada waktu-waktu tertentu pada saat pupuk dan pestisida tersebut banyak dibutuhkan petani. Kondisi seperti ini seringkali menyebabkan adanya peluang terjadinya penyimpangan dalam berbagai bentuk pelanggaran seperti naiknya harga pupuk bersubsidi diatas ketentuan, melakukan penjualan pupuk dan pestisida palsu dan illegal serta berbagai bentuk pelanggaran lainnya yang pada akhirnya sangat merugikan petani.Untuk menekan terjadinya pelanggaran dalam peredaran dan penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang hanya dilandasi untuk mendapatkan keuntungan dalam tataniaga komoditi tersebut, maka peranan dan kinerja Petugas Pengawas Pupuk dan bahan pengendali OPT dalam melaksanakan kegiatan pengawasan peredaran dan penggunaan pupuk dan pestisida perlu secara terus menerus ditingkatkan.

Dalam sistem perlindungan tanaman ujung tombak keberhasilan kegiatan perlindungan tanaman terletak pada kinerja Petugas Pengamat Hama dan Penyakit

(21)

(PHP) yang saat ini disebut dengan Pejabat Fungsional Pengendali OPT (POPT), yang dalam tugasnya mempunyai mandat untuk melakukan pengawasan peredaran dan penggunaan bahan pengendali OPT.

Untuk menunjang keberhasilan pengawasan pupuk dan bahan pengendali OPT khususnya dalam penggunaan di lapang, peran POPT-PHP sesuai dengan tugasnya dapat dioptimalkan dengan memberikan tugas tambahan disamping tugas utamanya sebagai pengamat OPT dan dampak fenomena iklim di wilayah kerjanya. Seiring dengan pemekaran wilayah di era otonomi daerah, jumlah POPT-PHP saat ini belum mencapai kondisi ideal yang diharapkan, yaitu 1 (satu) orang POPT-PHP di tiap kecamatan. Oleh karena itu untuk memenuhinya telah ditetapkan pengadaan tenaga harian lepas tenaga bantu POPT-PHP yang ditempatkan di wilayah kecamatan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan pedoman umum pembinaan tenaga harian lepas tenaga bantu yang dipersiapkan untuk membantu tugas POPT-PHP dalam pengamatan OPT dan dampak fenomena iklim, sekaligus pengawasan penggunaan pupuk dan bahan pengendali OPT di tingkat lapangan.

Dimaksudkan dengan Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan pengendalian OPT. Sedangkan Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama dan Penyakit adalah Tenaga Bantu POPT yang direkrut oleh Departemen Pertanian selama kurun waktu tertentu sesuai dengan ketersediaan keuangan negara untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pembantu POPT, di wilayah pengamatan yang belum memiliki POPT, dengan ketentuan tidak mempunyai hak untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.

Di Jawa Timur Petugas Pengamat Hama dan Penyakit/Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (PHP/POPT) sebanyak 622 orang meliputi 516 orang fungsional PHP/POPT dan 101 orang THL PHP/POPT yang tersebar di 30 kabupaten SeJawa Timur dan 7 (tujuh) Laboratorium Pandaan-Pasuruan-Jabon-Mojokerto – Pamekasan – Madiun – Tanggul – Jember – Kening - Tuban dan Tulungagung. Penerapan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) untuk tanaman hortikultura yang dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan produksi

(22)

dengan pola Sekolah Lapang PHT (SLPHT) dan pemupukan modal bagi kelompok tani, perkembangan sampai dengan tahun 2009 terdiri 6.914 kelompok

Gambar

Tabel 12 Jumlah penduduk menurut kelamin dirinci menurut kabupaten dan kota di Jawa  Timur pada tahun 2010
Tabel 13  Distribusi penduduk angkatan kerja menurut sektor pekerjaan  di Jawa Timur pada  Bulan Agustus Tahun 2010
Tabel  14. Pengggunaan lahan di Jawa Timur tahun 2009  Jenis penggunaan
Gambar 10  Rerata curah hujan selama  lima tahun di Jawa Timur (2006 s/d 2010)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada Kelompok pertama, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor listrik , air &amp; gas (12,51 persen) dan pertumbuhan terendahnya terdapat

Halaman PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA MAKET PADA PELAJARAN MENGGAMBAR INSTALASI PLAMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL

Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan hasil bahwa metode yang paling mudah dipahami, metode yang paling efektif digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan

Pada tahun 2013, penulis mengikuti lomba matematika tingkat mahasiswa di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Penulis meraih peringkat Juara Harapan Dua

Page 6 Peraturan Akademik Bidang Penelitian Progdi Pendidikan Rimio.. Pengelolaan penelitian dan publikasi ilmiatr yang dilakukan oleh.. program studi pendidilffi Kimia

BIODIESEL DARI TANAMAN JARAK SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI

Surat Pernyataan yang dibuat sendiri oleh yang bersangkutan di atas kertas bermaterai cukup (Rp. 6.000), bahwa bersedia untuk tidak merangkap sebagai Pejabat Negara

Praktik Akuntan Publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa