Pramono Hadi, dkk. Pemanfaatan Daun Kelor Sebagai Bahan Pembuatan Hand Sanitizer Herbal
Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura 183
PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera) SEBAGAI BAHAN
PEMBUATAN HAND SANITIZER HERBAL
Pramono Hadi1, Libria Widiastuti2, Tria Rosana Dewi3, Siti Nurlaela4 1Universitas Islam Batik Surakarta
airakiranahebat@gmail.com ABSTRAK
Hand sanitizer (antiseptik tangan) adalah produk kesehatan yang secara instant dapat mematikan kuman tanpa menggunakan air, dapat digunakan kapan saja dan dimana saja, misalnya setelah memegang uang, sebelum makan, setelah dari toilet dan setelah membuang sampah.
Tujuan dari program IbM ini adalah : (1). menghasilkan suatu produk kesehatan yang dapat dimanfaatkan baik untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat Wonorejo dan sekitarnya. (2) Memberikan pengetahuan dan latihan tentang arti penting menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan. (3) Mendorong kesadaran dan perilaku bersih dan hidup sehat. IbM ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2020 di Kecamatan Wonorejo Kabupaten Sragen via Zoom Cloude Meeting. Metode yang digunakan berupa ceramah berisi penjelasan materi dan praktek pembuatan hand sanitizer.
Hasil dari Program ini adalah : (1) Pemahaman peserta tentang pembuatan hand sanitizer dari bahan alam beserta fungsinya. (2) Peserta telah menguasai teknologi pembuatan hand sanitizer herbal. (3) Peserta semakin sadar arti penting menjaga kebersihan dan kesehatan dengan lebih memilih bahan organik sebagai bahan pembuat hand sanitizer.
Pramono Hadi, dkk. Pemanfaatan Daun Kelor Sebagai Bahan Pembuatan Hand Sanitizer Herbal
Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura 184
1. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan, suatu cara untuk menjaganya dengan memelihara bersihan tangan. Saat ini banyak ditawarkan pembersih tangan berupa hand sanitizer karena penggunaannya lebih praktis. Hand sanitizer (antiseptik tangan) adalah produk kesehatan yang secara instant dapat mematikan kuman tanpa menggunakan air, dapat digunakan kapan saja dan dimana saja, misalnya setelah memegang uang, sebelum makan, setelah dari toilet dan setelah membuang sampah.
Akan tetapi penggunaan alkohol pada kulit dirasa kurang aman karena alkohol adalah larut organik yang dapat melarutkan sebum pada kulit, dimana sebum tersebut bertugas melindungi kulit dari tanaman yang mudah didapatkan di lingkungan masyarakat dan banyak digunakan sebagai ramuan tradisional atau campuran sebagai perisa atau aroma. Selain digunakan sebagai aroma, daun kelor juga mengandung unsur-unsur senyawa kimia yang bemanfaat, seperti minyak atsiri yang mempunyai fungsi sebagai antibakteri yaitu flavanoid yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aereus (kuman pada kulit) dan juga memiliki aroma yang khas (Dewi, 2012). Pada penelitian (Lauma, 2015) menyatakan bahwa perasan air daun kelor memiliki efek antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, hal ini ditunjukan dengan terbentuknya zona hambat perasan mikroorganisme (Retnosari dan Isadiartuti, 2006). Berdasarkan permasalahan tersebut maka muncul pertimbangan untuk menghilangkan kandungan alkohol pada persediaan hand sanitizer dengan mencoba menggunakan bahan alami.
Ada banyak tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan alami pembuatan hand sanitizer , salah satunya yaitu daun kelor. Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu air daun kelor terhadap Staphylococcus aureus sebesar 14,22 mm . Melihat manfaat yang cukup besar dari perasan air buah daun kelor ini dalam pembuatan Hand sanitizer maka dirasa perlu untuk disampaikan pengetahuan yang baik ini kepada siswa siswi sekolah dapat terlaksana
melalui Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang dilakukan Fakultas Teknik, Sains, dan Pertanian UNIBA Surakarta. Kegiatan IbM ini mencakup cara pembuatan hand sanitizer. Dengan memberikan pengetahuan dan cara pembuatannya kepada masyarakat Wonorejo Sragen diharapkan masyarakat dapat meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri serta meningkatkan pendapatan ekonomi. Sehubungan dengan hal tersebut, tim dosen FTSP UNIBA Surakarta merencanakan kegiatan pengabdian dan pengembangan yang berkaitan dengan masalah pengembangan kreativitas bagi masyarakat Wonorejo Sragen. Lokasi mitra berjarak ± 30 km dari kampus UNIBA Surakarta , mengasilkan luaran yang baik. Adapun luaran yang dihasilkan dari pengabdian ini yaitu dapat diproduksinya hand sanitizer dari daun kelor yang memiliki merk dan hak paten.
2. METODE PENGABDIAN
Bila dilihat dari segi pengelolaannya selama ini, kelor di kota Sragen masih jarang pemanfaatannya. Aplikasian inovasi ini diharapkan dapat merubah paradigma tersebut. Adanya program ini diharapkan dapat menghasilkan suatu inovasi berbasis pelestarian lingkungan. Inovasi yang akan dikembangkan disini berorientasi pada penggunaan kelor sebagai bahan dasar pembuatan hand sanitizer herbal.
Hand sanitizer yang dibuat bukan hanya efektif untuk membersihkan tangan tetapi juga lebih aman penggunaannya dalam jangka panjang karena berbahan organik. Keunikan dan kekhasan hand sanitizer herbal/organik ini dapat dijadikan kebanggan budaya yang dapat dilestarikan. Produk ini juga diharapkan dapat menjadi produk unggulan kota Sragen. Selain itu, diharapkan juga dengan penjagaan kualitas dan kuantitas, produk ini dapat dipatenkan dan menambah kekayaan bangsa serta dapat mendorong masyarakat untuk terus berfikir kreatif untuk mempertahankan budaya bangsa.
Transfer teknologi pemanfaatan barang bekas untuk dibuat taman unik minimalis yang memiliki nilai estetika, konservasi dan juga
Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura 185
nilai jual oleh Fakultas Teknik, Sains, dan Pertanian UNIBA untuk menjawab permasalahan sampah pada khususnya dan lingkungan pada umumnya. Selain itu Fakultas Teknik, Sain, dan Pertanian Universitas Islam Batik (UNIBA) Surakarta berupaya untuk melakukan perbaikan untuk menjadi Perguruan Tinggi yang berkualitas. Dengan semangat pengabdian untuk meningkatkan sumber daya manusia dan meningkatkan daya saing, kemandirian dan organisasi yang sehat, untuk mencapai visi “Universitas Islam Batik (UNIBA) Surakarta menjadi Entrepreneurial University yang akhlakul karimah, professional, berdaya saing global, memiliki komitmen pada risalah Islamiyah dibidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sebagai Rahmatan lil’alamin”.
Waktu dan Tempat Pengabdian
Program pengabdian kepada masyarakat ini telah dilaksanakan di desa Wonorejo, Sragen di Jawa Tengah, pada hari Rabu, tanggal 24 Juni 2020.
2.1. Metode dan Rancangan Pengabdian Tahapan Awal
Pembuatan desinfektan dari daun kelor Bahan dan Alat Membuat Hand Sanitizer Cara membuat hand sanitizer dari daun kelor, dengan menyiapkan beberapa bahan utama sebagai berikut :
a) Bahan
1. Menyiapkan daun kelor dengan berat 50 gram yang sehat tidak luka, dengan umur dewasa atau daun tengah.
2. Alkohol 90% sebagai bahan campuran. b) Alat
1. Mangkuk atau wadah untuk memanaskan daun kelor.
2. Timbangan analitik. 3. Gelas ukur 100 ml.
4. Botol plastik kecil untuk menyimpan hand sanitizer, ukuran 100 ml.
Tahapan Pelaksanaan Tahap Persiapan Program
Sebelum masuk dalam tahap produksi terdapat beberapa persiapan-persiapan yang harus dilakukan untuk menciptakan sistem
produksi yang efektif dan efisien serta mampu mempertahankan mutu produk secara optimal. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:
a. Survey lokasi
Survey pasar dilakukan untuk mendata bahan yang ada di lokasi untuk bahan baku pembuatan hand sanitizer. Dalam kegiatan ini juga dilakukan analisa terhadap tempat-tempat potensial untuk produksi.
b. Persiapan bahan dan alat
Mempersiapkan dan membuat komposisi yang cocok untuk hasil hand sanitizer yang efektif.
c. Persiapan bahan baku dan penunjang Bahan baku disiapkan setelah melakukan survey lokasi dan dilakukan secara kontinue sesuai dengan jadwal program. Selain itu, dilakukan pula persiapan bahan dan alat yang akan digunakan untuk pembuatan hand sanitizer. Tahap Pelaksanaan Program
a. Presentasi Program
Menyajikan materi tentang konsep organik yang arahnya untuk membuat hand sanitizer herbal dari bahan alami.
b. Diskusi
Tanya jawab terkait materi yang disajikan sebelum praktek langsung membuat hand sanitizer herbal berbahan dasar daun kelor. c. Praktek Pembuatan Hand Sanitizer
1) Pertama, cuci bersih daun kelor dan dimasukkan air 200 ml ke dalam mangkuk kaca.
2) Panaskan daun kelor sampai mendidih dan air rebusan daun kelor tinggal 100 ml. 3) Diamkan sampai dingin, kemudian tiriskan dan saring dengan saringan lembut dilapisi kertas tissue.
4) Siapkan alkokol 90% sebagai bahan campuran dengan perbandingan 30% alcohol dan 70% rebusan daun kelor, dengan tujuan supaya lebih lama penggunaan dalam mencuci tangan, sekitar 60 menit baru tangan baru kering. 5) Campurkan air rebusan daun kelor yang
dengan alkohol dengan perbandingan 70:30, pada gelas ukur. Usahakan sampai tercampur benar.
Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura 186
6) Kemudian setelah tercampur benar, pindahkanlah ke botol plastik spray kecil ukuran 100 ml.
7) Hand sanitizer dari daun kelor yang aman tersebut siap untuk digunakan. Bisa di bawa ke manapun bepergian. Hand sanitizer bisa di gunakan untuk membersihkan tangan dan toilet duduk di kamar mandi umum yang sudah berbekas orang lain dan tempat kerja, bisa di mobil karena alkoholnya hanya 30%, tidak akan meledak bila kena panas langsung. 8) Simpanlah hand sanitizer dari daun kelor
dengan menjauhkan dari sengatan sinar matahari langsung.
9) Hand sanitizer dari daun kelor dengan bahan alami, pastinya mudah, praktis, dan aman digunakan. Hand sanitizer cukup sebagai alternatif ketika sedang bepergian jauh dan tidak menemukan air serta sabun yang cukup membersihkan.
d. Kuesioner
Penyebaran kuisioner dimaksudkan untuk mengevaluasi hasil untuk dikembangkan lebih lanjut dalam rangka keberlanjutan program.
Tahapan Monitoring dan Evaluasi Evaluasi kegiatan mencakup tiga aspek target eveluasi, yaitu efektifitas, produk hand sanitizer dan keberlanjutan program. Evaluasi pada sistem efektifitas bertujuan untuk menciptakan hand sanitizer yang paling efektif dan efisien, dilakukan pada setiap minggu. Evaluasi produk dilakukan untuk menghasilkan hand sanitizer dengan tingkat efektifitas membunh kuman yang baik, desain unik, cantik, menarik masyarakat untuk terus memproduksi dan memasarkan dilakukan tiap minggu. Evaluasi keberlanjutan dilakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya keberlanjutan program dimana masyarakat terus menerapkan program sebagai upaya konservasi lingkungan dengan menggunakan bahan organik.
2.2. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pemetaan kelompok masyarakat secara stratafikasi profesi yang terdiri dari (tokoh, masyarakat, aparat pemerintah, PNS, petani,
tokoh pemuda dan ibu rumah tangga). Dari semua kelompok terwakili sebanyak 15 personal, sebagai sampel pengabdian pada masyarakat.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Sragen adalah merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kotanya terletak di Sragen, sekitar 30 km sebelah Timur kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di Utara, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di Timur, Kabupaten Karanganyar di Selatan, serta Kabupaten Boyolali di Barat. Penduduk kabupaten Sragen berjumlah 890.518 jiwa pada tahun 2019. Kabupaten ini dikenal dengan sebutan "Bumi Sukowati", nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan (Kasunanan) Surakarta. Nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan berada di Sragen (https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Srage n).
Desa Wonorejo terdiri dari 3 dusun, 15 dukuh, dan 16 RT. Berikut adalah dukuh-dukuh di Desa Wonorejo; Blangungrejo, Butuh, Butuh Kulon, Butuh Wetan, Duren, Jeruk Manis, Ngledok, Pilang, Sendangsari, Tegalsari, Wonorejo, Wonorejo Kidul,WonosarI (http://kalijambe.sragenkab.go.id/index.php/p rofile-desa-wonorejo/). Profil desa Wonorejo
Pembagian Wilayah Administrasi
Dukuh : 15
RT : 16
Banyaknya perangkat Desa
Kepala Desa : 1 Sekdes : 1 Kaur : 4 PTL : 2 Kadus : 3 JUMLAH : 11
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura 187 Perempuan : 2.154 Jumlah : 4.394 Jumlah Guru SD / Sederajad : 18 SMP / Sederajad : 12 SMA / Sederajad : 0 Jumlah Sekolah SD / Sederajad : 2 >>>Murid : 353 SMP / Sederajad : 1 >>>Murid : 78 SMA / Sederajad : 0
Jumlah Tenaga Kesehatan
Dokter : 0
Perawat : 3
Bidan : 1
Jumlah PUS dan Akseptor
PUS : 701
Akseptor : 536
Sebagai daerah yang beriklim tropis, Kecamatan Kalijambe menempatkan pertanian sebagai salah satu mata pencaharian utama oleh masyarakatnya. Pada tahun 2015, sebanyak 41 persen dari luas wilayah Kecamatan Kalijambe dipergunakan untuk lahan pertanian, di mana 32 persen merupakan lahan pertanian tadah hujan dan 9 persen merupakan sawah irigasi. Produksi padi Kecamatan Kalijambe terdiri atas padi sawah dan padi ladang. Secara keseluruhan produksi padi sawah tahun 2015 di Kecamatan Kalijambe sebesar 283.450 Ku dengan luas panen 4.381 Ha, sedangkan produksi padi ladang sebesar 9.850 Ku dengan luas panen 198 Ha. Permasalahan Kesehatan dan kendalanya Sarana dan prasarana kesehatan merupakan bagian yang penting dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Pada tahun 2015 sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Kalijambe
yaitu Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes dan Posyandu yang tersebar di empat belas desa. Jumlah tenaga kesehatan di Kecamatan Kalijambe terdapat 5 orang dokter, 27 orang perawat dan 31 orang bidan. Berdasarkan data dari PKBM jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) tahun 2015 sejumlah 8.695 pasangan, sebanyak 6.683 diantaranya menjadi akseptor aktif Keluarga Berencana (KB). Dua warga Kalijambe yang yang sebelumnya dinyatakan positif terpapar Covid-19 di Sragen akhirnya dinyatakan sembuh. Kedua pasien yang sempat dirawat di RSUD dr. Soeratno Gemolong, telah dipulangkan, (Solopos.com, Rabu 6/5/2020). Dua pasien asal Kecamatan Kalijambe itu dinyatakan sembuh berdasarkan tiga kali uji swab dengan hasil negatif corona. Kedua pasien yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 asal Kalijambe, Sragen, itu berjenis kelamin laki-laki, masing-masing berusia 25 tahun dan 45 tahun. Pemuda berusia 25 tahun yang tinggal di Desa Wonorejo, Kalijambe, memiliki riwayat perjalanan dari Jakarta. Sedangkan pria berusia 45 tahun tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar kota. Dia diketahui bekerja sebagai pedagang mi ayam yang tinggal di Desa Krikilan, Kalijambe. Meski telah dinyatakan sembuh, kedua pasien yang sempat positif terpapar Covid-19 asal Kalijambe, Sragen, itu diminta isolasi mandiri di rumah. Hal ini sangat penting guna memutus rantai persebaran virus corona. “Sepulang dari RSUD, kami minta dia melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Tentunya dengan pengawasan petugas dari Dinas Kesehatan,” terang Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, kepada Solopos.com, Rabu siang. Dia sangat bersyukur atas kesembuhan dua pasien tersebut. Menurutnya, kesembuhan dua orang positif Covid-19 itu membuktikan Pemkab Sragen bisa merawat pasien terpapar corona hingga sembuh. “Sebelumnya ada dua pasien corona yang sembuh. Tapi keduanya dirawat di RSUD dr. Moewardi Solo. Sekarang kita sudah buktikan bila kita mampu merawat dan menyembuhkan pasien dari paparan virus corona,” sambung Yuni. Tak lupa Bupati Yuni mengucapkan terima kasih kepada tenaga kesehatan dan Satgas Covid-19 yang berusaha maksimal. Hingga kini,
Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura 188
terdapat empat pasien positif asal Sragen yang dinyatakan sembuh dari corona. “Saya berterima kasih kepada teman-teman tenaga medis dan Satgas Covid-19 atas peran sertanya dalam merawat pasien hingga bener-benar tuntas sembuhnya,”.
Hubungan Antara Hasil Dengan Teori
Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah suatu proses membantu individu masyarakat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya mengontrol berbagai faktor yang berpengaruh pada kesehatan,sehigga dapat meningkatkan derajat kesehatan nya (WHO). Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah kombinasi dari pendidikan kesehatan dan faktor-faktor organisasi,ekonomi dan lingkungan yang seluruhnya mendukung terciptanya perilaku yang kondusif terhadap kesehatan.Adapun yang dimaksud dengan perilaku kesehatan meliputi : a) perilaku pencegahan, b) perilaku sakit, dan c) perilaku
peran sakit.
http://kesmas- ode.blogspot.com/2012/10/makalah-pemberdayaan-masyarakat.html.
Pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan terhadap usaha kesehatan agar menadi sehat sudah sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang
berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
http://doktergigi-semarang.blogspot.com/2013/06/pemberdayaan -masyarakat-bidang-kesehatan.html.
Tahap terakhir pada pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang terjadi setelah krisis selesai. Misalnya, setelah pandemi
corona selesai dan teratasi, pemerintah
melakukan kampanye kesehatan lebih gencar untuk mengurangi kejadian yang sama terulang kembali. Kampanye tersebut dapat berupa himbauan untuk rajin membersihkan diri dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Littlejohn, dkk., (2017) dalam
https://tambahpinter.com/teori-komunikasi-kesehatan/.
Merumuskan model fase manajemen krisis, 11 strategi yang dapat digunakan untuk keberhasilan manajemen krisis, di antaranya yaitu:
1) Komunikator haruslah pemangku
kebijakan dalam penanganan krisis.
2) Membuat perencanaan dengan
menimbang risiko dari keadaan sejenis untuk menyampaikan krisis itu sendiri dan menciptakan strategi penanganan darurat.
3) Lakukan dialog dengan publik.
4) Dengarkan masukan dan keluhan publik
untuk mendapatkan gambaran kondisi yang sebenarnya.
5) Komunikasikan krisis dengan jujur dan
keterbukaan data.
6) Berkoordinasi dan bekerjasama
dengan stakeholder yang kredibel.
7) Melakukan komunikasi yang baik di
media agar pesan secara efektif tersampaikan.
8) Berkomunikasi dengan empati dan
perhatian.
9) Terima ketidakpastian keadaan saat
krisis.
10) Jangan menjanjikan hal yang
muluk-muluk karena keadaan dapat berubah kapan saja.
11) Berikan informasi yang jelas agar tidak
ada kebingungan yang terjadi pada masyarakat.
4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan
Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat (SENIAS) 2020 – Universitas Islam Madura 189
4.1.1. Peserta pelatihan pembuatan hand sanitizer herbal telah memiliki pengetahuan dan minat yang tinggi dalam menerapan sistem penggunaan bahan organik.
4.1.2. Peserta pelatihan pembuatan hand sanitizer herbal telah menguasai teknologi pembuatan hand sanitizer berbahan dasar daun kelor.
4.1.3. Peserta pelatihan pembuatan hand sanitizer herbal telah menguasai teknologi penggunaan bahan organik.
4.2. Saran
4.2.1. Mengingat pelatihan ini masih terbatas waktu, maka disarankan untuk dilakukan pendampingan kepada peserta pelatihan yang telah memperoleh pengetahuan dan teknologi pertanian organik baik oleh ahli maupun secara kelembagaan.
4.2.2. Prospek dan peluang hand sanitizer herbal dari daun kelor ini sangat potensial, sehingga disarankan kepada pihak Dinas Kesehatan Surakarta untuk senantiasa mendampingi bahkan memberikan anggaran untuk optimalisasi usaha pembuatan hand sanitizer herbal ini.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada Bp Edy Subagyo, SP, M.Si kepala desa Wonorejo Sragen Jawa Tengah serta warga masyarakat Wonorejo Sragen Jawa Tengah.
6. DAFTAR PUSTAKA
Firmiana, M.E, R. Imawati, dan Prasetya, M. R. 2012. Go Green Pelatihan Untuk Mendorong Perilaku. Konservasi dan Pro Lingkungan bagi Santri Al Ghazali. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Humaniora. 1(3). Taufik, Ima. 2015. Manfaat Khasiat Daun Kelor
Bagi Kesehatan dan Kecantikan.
http://www.cara- obat.com/2013/09/manfaat-khasia-daun-kelor-bagi-kesehatan-dan kecantikan.html. Diakses pada 16 November 205 Pukul 21:48 WIB.
Tjitrosoepomo, G. 2010. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Bukar, A., Uba, A. and Oyeyi, T.I.. 2010. Antimicrobial Profile of Moringa oleifera Lam. Extracts Against Some Food –Borne
Microorganisms. Bayero Journalof Pure and Applied Sciences, 3(1): 43 –48.
Fahey J W (2005). Moringa oleifera: A review of the medical evidence for its nutritional, therapeutic, and prophylactic properties. Part 1. Trees Life J., 1: 5 Fahey, J.W., 2005, Moringa oleifera: A Review of the Medical Evidence for Its Nutritional, Therapeutic, and Prophylactic Properties Part 1, Trees
for Life Journal, 1 :
5-30.http://www.tfljournal.org/images/article s/20051201124931586_3.pdf(Diakses : 5 Februari 2015).
Fuglie, L.G. 2001. The Miracle Tree: The Multiple Attributes of Moringa. CTA. Netherland. 172 hal.
Agustie, A.W.D. dan Ratno A.S. 2013. “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Maserasi Daun Kelor (Moringa oleifera, Lamk) terhadap Bakteri Staphylococcus aerus”. Jurnal Biomedika, 6 (2): 14-19.
Kurniawati, S., Sri Murwani dan Djoko Widodo. 2012. “Perbandingan Potensi Antibakteri Ekstrak Air dengan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Pertumbuhan Bakteri Pseodomonas aeruginosa NN-1-PKH secara In Vitro. Jurnal of Pure and Applied Sciences. Internet (http://kalijambe.sragenkab.go.id/index.php/p rofile-desa-wonorejo/). http://kesmasode.blogspot.com/2012/10/makala h-pemberdayaan-masyarakat.html. http://doktergigisemarang.blogspot.com/2013/0 6/pemberdayaan-masyarakat-bidang-kesehatan.html. https://tambahpinter.com/teori-komunikasi-kesehatan/.