• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN STANDAR UPAYA PENGOBATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN STANDAR UPAYA PENGOBATAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN

STANDAR UPAYA PENGOBATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

UPT. PUSKESMAS WONGSOREJO

(2)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...

A Latar Belakang... B Tujuan Pedoman... C Sasaran Pedoman... D Ruang Lingkup Pedoman... E Batasan Operasional...

BAB II STANDAR KETENAGAAN...

A Kualifikasi Sumber Daya Manusia... B Jadwal Kegiatan...

BAB III STANDAR FASILITAS...

A Denah Ruang... B Standar Fasilitas...

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN...

A Lingkup Kegiatan... B Metode... C Langkah Kegiatan...

BAB V LOGISTISK... BAB VI KESELAMATAN PASIEN... BAB VII KESELAMATAN KERJA... BAB VIII PENGENDALIAN MUTU... BAB IX PENUTUP... Referensi... Lampiran...

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional. Pengobatan rasional

(3)

menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau.

B. Tujuan

Tujuan pengobatan adalah mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan.

Panduan ini digunakan untuk memberikan panduan kepada petugas tentang cara pemberian layanan upaya pengobatan, melalui proses anamnesis, proses kajian, penentuan diagnosis hingga proses terapi yang akan dilakukan pada balai pengobatan umum.

C. Sasaran

Sasaran panduan ini adalah petugas puskesmas yang memberi layanan pada balai pengobatan umum, baik seorang dokter maupun perawat terlatih yang telah mendapat pendelegasian wewenang dari dokter

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman upaya pengobatan di Puskesmas Wongsorejo ini adalah:

Kegiatan didalam gedung :

a) Melakukan anamnesa, pemeriksaan dan tatalaksana penderita b) Melakukan pencatatan rekam medis pasien

c) Pengobatan medik dasar di puskesmas sesuai pedoman d) Penyuluhan tentang penyakit dan pola hidup sehat e) Konseling medik umum

f) Deteksi dini

g) Menerima rujukan dan melakukan rujukan kasus spesialistik

h) Menerbitkan surat keterangan sakit/sehat yang ditandatangani oleh dokter i) Melakukan rehabilitasi

Kegiatan diluar gedung :

a) Penyuluhan tentang penyakit

b) Pengobatan sederhana secara masal dibawah pengawasan dokter puskesmas c) Deteksi dini pada keluarga dan masyarakat

d) Screening penyakit tertentu

e) Pengobatan pada waktu puskesmas keliling

Lingkup berlakunya pedoman upaya pengobatan ini adalah pelayanan di dalam gedung Puskesmas Wongsorejo dan jaringan Puskesmas Wongsorejo yang meliputi Pustu, Ponkesdes dan Polindes. Pelaksanaan pelayanan pengobatan di jaringan Puskesmas didasarkan pada standart prosedur yang berlaku serta pendelegasian wewenang oleh dokter kepada petugas yang terlatih.

(4)

Berdasarkan Permenkes RI No 269 Tahun 2008 , Rekam Medis adalah .Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Adapun jenis rekam medis yang digunakan di puskesmas ... adalah rekam medis tertulis `

BAB II. STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Petugas Upaya Pengobata Puskesmas Wongsorejo terdiri dari:

- 1 orang penanggung jawab upaya pengobatan di dalam gedung puskesmas (Dokter umum)

- 1 orang pelaksana upaya pengobatan di dalam gedung puskesmas yaitu perawat minimal lulusan D3 yang mendapat pendelegasian wewenang dari dokter

- 4 orang plaksana upaya pengobatan diluar gedung puskesmas yang dilaksanakan oleh perawat minimal lulusan D3 yang telah mendapat pendelegasian wewenang dari dokter

- 1 orang tenaga administrasi lainnya yang membantu proses administrasi dalam upaya pengobatan (minimal lulusan SMA)

Standar ketenagaan upaya pengobatan adalah minimal perawat lulusan D3. Berdasarkan hal tersebut artinya, ketenagaan pada pelayanan pengobatan Puskesmas Wongsorejo telah memenuhi standart yang ditetapkan.

B. Jadual Kegiatan

Penyelenggaraan upaya pengobatan dilakukan setiap hari sebelum jam pelayanan untuk mempersiapkan sarana dan prasarana, saat jam pelayanan hingga setelah pelayanan untuk pencatatan kegiatan serta pengelolaan peralatan yang telah dipakai selama pelayanan.

BAB III. STANDAR FASILITAS

Fasilitas dan kelengkapan

Pada balai pengobatan umum, kelengkapan fasilitas di Puskesmas Wongsorejo sebagai berikut:

- Ruangan

Standart Ruangan :

 Arah angin harus dari belakang petugas

 Mempunyai cross ventilation (ventilasi cukup dan terbuka)

(5)

Kondisi riil :

 Luas poli umum Puskesmas Wongsorejo adalah 12 m2  Telah memiliki fasilitas air mengalir

 Memiliki cross ventilation - Peralatan

Standart peralatan :

 Set pemeriksaan umum  Set pemeriksaan mata  CHN kit

 Mebelair

 Bahan habis pakai

(Daftar standart peralatan terdapat dalam lampiran 1) Kondisi Riil :

 Berdasarkan daftar infventaris poli umum peralatan yang tersedia seperti pada daftar terlampir (lampiran 2)

 Masih terdapat kesenjangan peralatan yang harus dipenuhi oleh Puskesmas Wongsorejo demi peningkatan kualitas pelayanan di poli umum

BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pasien BP Umum merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan yang langsung diberikan kepada pasien pada tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses, berpedoman pada standar, dilandasi etik dan etika, dalam lingkup wewenang seta tanggung jawab.

Proses tersebut meliputi tahap:

 Pengkajian

 Diagnose

 Perencanaan

 Pelaksanaan/pengobatan

 Evaluasi

Proses tersebut sebagai salah satu pendekatan utama dalam proses pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah.

1. Tujuan

Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan seseorang yang berkunjung ke Puskesmas, apakah keadaan seseorang tersebut sehat atau sedang sakit. 2. Standar Asuhan

 Standar I : Pengkajian

 Standar II : Diagnosa

 Standar III : Pengobatan

(6)

A. Standar I (Pengkajian)

Pengkajian memerlukan data yang lengkap tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan pengobatan. Komponen pengkajian meliputi :

a. Keluhan pasien

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan penunjang c. Pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. 1) Keluhan Pasien (anamnesa)

Berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang sering

disampaikan oleh pasien maupun keluarga pasien. Penelusuran riwayat penyakit yang di derita saat ini, penyakit lainnya yang merupakan faktor resiko, riwayat keluarga, riwayat social, dan riwayat alergi menjadi informasi lainnya pada bagian ini. Pada beberapa penyakit, bagian ini memuat informasi spesifik yang harus diperoleh dokter dari pasien atau keluarga pasien untuk menguatkan diagnosis penyakit.

Wawancara terhadap pasien atau keluarganya meliputi :

 Identifikasi Data

 Mengidentifikasi data seperti usia, jenis kelamin,

pekerjaan, status perkawinan (biasanya saat pendaftaran, hal ini sudah ditanyakan oleh petugas pendaftaran)

 Sumber riwayat medis, biasanya pasien, tetapi dapat juga anggota keluarga, surat rujukan atau rekam medis

 Keluhan Utama

Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran yang menyebabkan pasien pergi berobat

 Riwayat Penyakit Sekarang

Memperjelas keluhan utama, menguraikan bagaimana setiap gejala itu terjadi.

Gejala utama harus di terangkan secara jelas dengan

menyebutkan lokasi, kualitas, kuantitas atau intensitas, waktu termasuk awitan, durasi dan frekuensi, situasi ketika gejala tersebut timbul, faktor yang memperberat atau meringankan gejala, dan manifetasi yang menyertainya.

 Riwayat Penyakit Dahulu

 Daftar penyakit yang dialami pada waktu kanak-kanak  Daftar penyakit pada usia dewasa beserta tanggal

kejadiannya, setidaknya meliputi empat kategori, medis, pembedahan, obstetric ginekologi (wanita), dan psikiatri.  Meliputi praktek pemeliharaan kesehatan seperti

imunisasi, tes skrening, masalah gaya hidup, dan keamanan dirumah.

(7)

 Membuat diagram mengenai usia dan kesehatan, atau usia dan penyebab kematian saudara sekandung, orang tua, dan kakek atau nenek.

 Catatan tentang ada atau tidaknya penyakit spesifik dalam keluarga, seperti hipertensi, penyakit jantung coroner, dan lain-lain.

 Lamanya Sakit

Lamanya dia menderita sakit sekarang. Jika sakit yang sekarang dikeluhkan merupakan kembuhan, maka ditanyakan juga

lamanya sakit mulai terjangkit.

 Pengobatan yang sudah dilakukan

Daftar obat-obatan yang sudah digunakan selama ini.

 Riwayat alergi obat

Riwayat terjadinya alergi terhadap obat-obatan yang pernah dikonsumsi selama ini. Ini merupakan catatan buat petugas kesehatan sehingga tidak memberikan obat dari golongan yang sama.

2) Pemeriksaan tanda – tanda vital Pemeriksaan vital sign meliputi :

 Pengukuran tekanan darah

 Pengukuran suhu tubuh

 Pengukuran nadi

 Pengukuran pernapasan

3) Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi).

Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan dari suatu system atau organ bagian tubuh.

Tujuan pemeriksaan adalah :

 Menentukan kelainan fisik yang berhubungan dengan penyakit pasien.

 Mengklarifikasi dan memastikan kelianan sesuai dengan keluhan dan riwayat kesehatan pasien.

 Mendapatkan data untuk menegakkan diagnose medis dan keperawatan/kebidanan.

 Mendapatkan data fisik untuk menentukan status kesehatan pasien.

Cara pemeriksaan meliputi :

 Inspeksi

Adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat. Hasil pemeriksaan yang didapat :

 Kesan umum penderita  Warna permukaan tubuh  Bentuk dan postur tubuh  Ukuran tubuh dan bagiannya  Gerakan dan gaya tubuh Langkah kerja :

(8)

 Atur pencahayaan yang cukup

 Atur suhu dan suasana ruangan nyaman  Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien  Buka bagian yang diperiksa

 Perhatikan kesan pertama pasien : perilaku, ekspresi, penampilan umum, pakaian, postur tubuh, dan gerakan dengan waktu cukup.

 Lakukan inspeksi secara sistemis, bila perlu bandingkan bagian sisi tubuh pasien.

 Palpasi

Adalah pemerksaan dengan perabaan menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan.

Hasil pemeriksaan :

 Permukaan : halus/kasar, menonjol/datar, keras/lunak, dingin dll.

 Getaran dan denyutan : denyut nadi dan vena, pukulan jantung, dll.

 Keadaan organ dibawah permukaan : keadaan hepar, massa abnormal, dll.

Cara kerja :

 Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi

 Yakinkan tangan hangat tidak dingin

 Lakukan perabaan secara sistematis, untuk menetukan ukuran, bentuk, konsistensi dan permukaan :

 Jari telunjuk dan ibu jari untuk menentukan besar/ukuran

 Jari 2,3,4 bersama untuk menentukan konsistensi dan kualitas massa atau organ

 Sedikit tekanan untuk menetukan rasa sakit

 Perkusi

Dengan perkusi diketahui isi jaringan dibawah permukaan tubuh. Ada 5 kualitas dasar bunyi perkusi :

 Pekak : massa padat  Redup : suara perkusi hati

 Sonor : suara perkusi paru normal  Hypersonor : paru emfisematous

 Tympani : suara normal abdomen Cara kerja :

 Lepas pakaian sesuai dengan keperluan

 Luruskan jari tengah kiri, dengan ujung jari tekan pada permukaan yang akan diperkusi

 Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari kiri, dengan lentur dan cepat, dengan menggunakan pergerakan pergelangan tangan

 Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan

(9)

Adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan menggunakan alat stetoskop.

Hasil pemeriksaan :

Bunyi dalam tubuh normal dihasilkan oleh :  Paru : bunyi nafas

 Jantung : bunyi karena menutupnya katup jantung

 Usus/abdomen : bunyi bising dan peristaltic usus

 Pembuluh darah : bunyi aliran darah Cara kerja :

 Ciptakan suasan tenang dan aman  Pasang ear piece pada telinga

 Pastikan posisi stetoskop tepat dan dapat didengar  Pada bagian sisi mebran dapat digosok biar hangat  Lakukan pemeriksaan dengan sistematis sesuai dengan

kebutuhan

Pemeriksaan fisik dari atas ke bawah (Head to Toe) : a. Kulit dan system musculoskeletal

b. Kepala, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan c. Leher

d. Punggung

e. Thorax termasuk paru dan jantung f. Abdomen

g. Ekstremitas (atas dan bawah)

Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang

spesifik, mengarah pada diagnose penyakit. Meskipun tidak memuat rangkaian pemeriksaan fisik lainyya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik menyeluruh tetap harus dilakukan oleh dokter layanan primer untuk memastikan diagnostic serta menyingkirkan diagnostic banding.

B. Standar II : Diagnosa

Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit membutuhkan hasil

pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis atau karena telah menjadi standar algoritma penegakan diagnosis. Selain itu bagian ini juga memuat klasifikasi penyakit, diagnosis banding dan komplikasi penyakit.

C. Standar III : Pengobatan

Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi pada pasien yang terbagi atas dua bagian yaitu : penatalaksanaan non farmakologi dan farmakologi. Selain itu bagian ini juga berisi edukasi dan konseling terhadap

(10)

pasien dan keluarga, aspek komunitas lainnya serta kapan dokter perlu merujuk pasien (kriteria rujukan).

Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu kriteria berikut : 1. Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada

kondisi kronis atau melewati golden time standard

2. Usia (age) : jika usia pasien dalam kategori yang dikawatirkan meningkatkan resiko komplikasi serta resiko kondisi penyakit lebih berat 3. Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi

pasien

4. Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang memperberat kondisi pasien.

Selain empat kriteria di atas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan penatalaksanaan dengan persetujuan pasien.

Terapi diberikan sesuai dengan diagnose dan hasil pemeriksaan penunjang (jika ada). Pemberian terapi meliputi :

a. Pemberian terapi supportif, seperti meningkatkan daya tahan tubuh b. Pemberian terapi farmakologis, berupa terapi symptomatis dan atau

terapi kausatif

c. Konseling dan edukasi Prognosis

Kategori prognosis :

1. Ad vitam : menunjuk pada pengaruh penyakit pada proses kehidupan

2. Ad functionam : menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau fungsi manusia dalam melakukan tugasnya

3. Ad sanationam : menunjuk pada penyakit yang dapat sembuh total sehingga dapat beraktifitas seperti biasa

Prognosis digolongkan sebagai berikut : 1. Sanam : sembuh

2. Bonam : baik

3. Malam : buruk/jelek

4. Dubia : tidak tentu/ragu-ragu

Dubia ad sanam : tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik Dubia ad malam : tidak tentu/ragu-ragu, cenderung memburuk/jelek Untuk menentukan prognosis sangat ditentukan dengan kondisi pasien saat diagnosis ditegakkan.

(11)

D. Standar IV : Pendokumentasian

Catatan pemeriksaan, pengobatan rawat jalan ditulis di rekam medis sehingga dapat digunakan sebagai bahan bukti informasi, tindakan dan laporan

Penulisan catatan medis dilakukan sesegera mungkin sebelum data hilang dari ingatan. Jika ditulis dengan tangan, sebuah rekam medis yang baik selalu dianggap sah secara hukum

a. Urutan Rekam Medis

Urutannya harus konsisten dan jelas sehingga prang yang membaca di kemudian hari dapat dengan mudah menemukan informasi tertentu yang diperlukan

b. Tingkat kerincian

Kerincian dalam rekam medis harus memiliki kaitan dengan subjek atau permasalahannya tetapi jangan sampai berlebihan.

BAB V. LOGISTIK

Petugas penanggung jawab pelayanan upaya pengobatan wajib memastikan logistik peralatan dan bahan habis pakai terpenuhi dengan cara melakukan perencanaan kebutuhan, melakukan pengecekan secara berkala dan segera membuat permintaan kebutuhan logistik yang diperlukan.

BAB VI. KESELAMATAN PASIEN

Program upaya pengobatan harus memperhatikan keselamatan dengan cara melakukan identifikasi terhadap potensi yang mungkin terjadi yaitu :

- Kesalahan diagnosis

- Kesalahan identifikasi pasien/salah orang - Kesalahan pemberian terapi

- Kesalahan pemberian resep

- Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan - Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang baik - Insiden tertusuk jarum bekas pakai

- Limbah medis berceceran

- Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien - Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

- Menggunakan peralatan tidak steril

Untuk mencegah terhadap potensi yang mungkin terjadi seperti yang telah disebutkan diatas maka dilakukan :

- Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas pasien - Umpan balik dari unit pelayanan tentang kesesuaian identifikasi pasien

dengan Rekam Medis

(12)

Adapun untuk Penanganan/ tindak lanjut Hasil identifikasi, temuan audit internal, pelaporan dan keluhan atau pengaduan dibahas dan ditindak lanjuti oleh Tim Mutu dalam Rapat Tim Mutu atau Rapat Tinjauan Manajemen. Dan hasil rapat dilakukan umpan balik kepada penanggung jawab pelayanan balai pengobatan umum

BAB VII. KESELAMATAN KERJA

Program keselamatan kerja petugas pelayanan balai pengobatan dilaksanakan dengan memperhatikan lingkungan kerja yang nyaman dan aman serta fasilitas kerja yang aman. Program keselamatan kerja yang dimaksud melalui program pencegahan dan pengendalian infeksi, meliputi :

1. Cuci tangan

2. Penggunaan APD yang baik dan benar 3. Penanganan dekontaminasi alat

BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU

Pengaduan dan keluhan pasien terkait dengan pelayanan upaya bengobatan umum dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Wongsorejo. Sasaran mutu upaya pengobatan umum ditetapkan oleh Tim Mutu Puskesmas dan dipantau melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan. Pencapaian sasaran mutu dibahas dalam rapat tinjauan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas. Setiap adanya kesalahan dalam upaya pelayanan pengobatan umum dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Wongsorejo

BAB. VIII. PENUTUP

Pelayanan upaya pengobatan yang baik merupakan salah satu tolok ukur kinerja Puskesmas dan diperlukan untuk peningkatan mutu pelayanan Puskesmas Wongsorejo

REFERENSI

1. Buku standart Puskesmas 2. Permenkes 75

(13)

3. Buku 101 diagnosis

Lampiran 1

STANDAR PERALATAN POLI UMUM

No Jenis Peralatan Jumlah Alat (Jenis)

1 Set pemeriksaan umum 19 2 Set pemeriksaan mata 7

(14)

4 Mebelair 7 5 Bahan Habis Pakai 6

Jumlah 54

Rincian Peralatan Poli Umum

N o

Peralatan Poli Umum Jumlah alat yang berfungsi

baik

A Set Pemeriksaan Umum

1. Manset anak dengan velcro 1 2. Stetoskop duplex/simplex 1 3. Tensimeter, air raksa atau tensimeter, tanpa air

raksa/pegas

1 4. Lampu senter/pen light 1 5. Kaca kepala 1 6. Kaca pembesar 1 7. Termometer klinis (mulut/ ketiak) dewasa 1 8. Termometer klinis (mulut/ ketiak/dubur) bayi 1 9. Palu pengukur refleks 1 10. Sudip lidah, logam, panjang 12 cm 5 11. Sudip lidah, logam, panjang dan 16,5 cm 5 12. Jam/ARI sound timer (Pengukur waktu untuk

mengukur nadi dan pernafasan)

1 13. Torniquet karet 1 14. Timbangan dewasa atau timbangan dengan

pengukur tinggi badan

1 15. Meteran 1 16. Alat pembaca foto rontgen (film viewer)

17. Tempat sampah medis bertutup 1 18. Tempat sampah non medis bertutup 1 19. APD (Kaca mata goggle, sarung tangan,

masker)

1 Jumlah 19 jenis B Set Pemeriksaan Mata

1. Lembar Optotip Snellen yang dilengkapi clock dial untuk pemeriksaan visus

1 2. Lembar kartu tes baca 1 3. Bingkai uji coba trial lens (trial frame) 1 4. Lensa uji coba (trial lens set), untuk

pemeriksaan visus

(15)

5. Tes buta warna (Buku Ishihara-Kanehara) 1 6. Lup binokuler (lensa pembesar) 3-5 Dioptri 1 7. Kartu tes penglihatan dekat 1 Jumlah 7 jenis

N o

Peralatan Poli Umum Jumlah

C CHN kit

1. Stetoskop Duplex Dewasa 1 2. Tensimeter 1 3. Palu pengukur refleks 1 4. Alat test darah/Hemoglobinometer 1

5. Pen light 1

6. Alat pengukur tinggi badan/Pita meteran (150 cm)

1 7. Timbangan Badan 1 8. Termometer air raksa 1 9. Nierbeken 1 10. Bak instrumen 1 11. Kom 1 12. Kom tutup 1 13. Bowel metal 1 14. Kaca Pembesar 1 15. Tas CHN kit 1 16. Hechting set,terdiri dari : 1 a) Gunting verban 1 b) Gunting jaringan 1 c) Gunting iris lurus 1 d) Pinset Anatomis 1 e) Pinset Chirurgis 1 f) Arteri klem 1 g) Scalpel/tangkai pisau operasi 1

h) Needle holder 1 17. Duk bolong 1 Jumlah 17 jenis D Mebelair

(16)

1. Tempat tidur periksa dan perlengkapannya (matras, bantal, sprei, perlak dan sarung bantal)

1 2. Meja kerja ½ biro 1 3. Kursi kerja pemeriksa 1 4. Kursi hadap pasien 1 5. Lemari simpan alat 1 6. Meja instrumen/alat 1 7. Komputer 1

Jumlah 7 jenis E Bahan habis pakai sesuai

kebutuhan 1. Masker

2. Sudip lidah disposable 3. Sarung tangan 61/2, 7, 71/2 4. Hand towel 5. Sabun cair 6. Safety box Jumlah 5 jenis Lampiran 3

ALUR PELAYANAN POLI UMUM

(17)

PROPINSI : JAWA TIMUR

KARTU INVENTARIS

RUANGAN

KABUPATEN : BANYUWANGI UNIT : DINAS KESEHATAN

SATUAN KERJA : PUSKESMAS WONGSOREJO RUANG : BP No. Uru t Nama Barang / Jenis Barang Merk / Model No. Seri Pabrik Ukura n Bahan Tahun Pembuat an/ No. Kode Barang

PULANG

APOTIK

POLI UMUM

ANAMNESAPEMERIKSAANDIAGNOSATERAPI

LAB

RUANG TUNGGU

KIE

(18)

Pembeli an

1 Meja Kayu Kecil 40x40 Kyu 2014 2 Meja Kayu 120x6

0

Kayu 1987 3 Bed Pemeriksaan Kayu 2000 4 Kursi Plastik Kayu 2010 5 Printer Canon 2013 6 Kasur Busa 2000 7 Plasti 2010 Besi 2009 Lenovo 2010 2000 Maspion 2010 Besi 2000 2012 OneMed 2012 ABN 2012 Plastik 2010 P

KEPALA UPTD PUSKESMAS WONGSOREJO

Ns.H.M.Shadiq, S.Kep.MM Kes

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sesuai dengan pernyatan Suharjo (2008) yang menyatakan bahwa hasil estimasi parameter regresi logistik digunakan untuk memprediksi peluang sukses terjadinya

Pembuatan gula tumbu dengan metode fosfatasi pada semua perlakuan dalam penelitian ini menghasilkan kadar sukrosa yang tidak berbeda secara nyata dan berada

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

Kenaikan harga pangan yang terjadi menjelang puasa, kata Suswono, terjadi karena adanya panic buying, yaitu ketakutan masyarakat atas pasokan barang yang kemudian

Angkutan bus kegiatan usahanya menurut pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 yang menyebutkan kegiatan usaha angkutan orang atau barang dikelola oleh Badan Usaha

Pertimbangan yang dipakai peneliti dalam memilih lokasi penelitian adalah: kerena Desa Karangkandri termasuk daerah paling dekat dengan keberadaan PLTU Cilacap dan yang terkena

Dalam tahap ini untuk mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan Apoteker sudah efektif perlu di evaluasi terhadap : Persentase kesesuaian antara stelling

Program utama yang digunakan dalam pembuatan sistem simulasi pendingin ruangan berbasis logika fuzzy adalah Arduino IDE. Sebelum program dibuat maka didefinisikan terlebih