• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI KATALIS ZEOLIT-Ni REGENERASI DAN TANPA REGENERASI DALAM REAKSI PERENGKAHAN KATALITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISASI KATALIS ZEOLIT-Ni REGENERASI DAN TANPA REGENERASI DALAM REAKSI PERENGKAHAN KATALITIK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

24

KARAKTERISASI KATALIS ZEOLIT-Ni REGENERASI DAN TANPA REGENERASI

DALAM REAKSI PERENGKAHAN KATALITIK

Astro Tadeus1*, Imelda H. Silalahi1, Endah Sayekti1, Aladin Sianipar2 1

Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura Pontianak, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, 2

Pusat Survei Geologi, Bandung, *email: astro_chemistry@yahoo.co.id

ABSTRAK

Karakterisasi katalis zeolit-Ni dengan perlakuan regenerasi dan tanpa regenerasi dalam reaksi perengkahan katalitik telah dilakukan. Tahapan-tahapan preparasi zeolit meliputi demineralisasi, dealuminasi, dan aktivasi. Tahapan selanjutnya yaitu impregnasi zeolit dengan logam Ni, kalsinasi, dan uji aktivitas katalis zeolit-Ni dengan menggunakan kembali katalis sebanyak tiga kali reaksi perengkahan tanpa perlakuan regenerasi katalis (disebut A) dan menggunakan katalis yang diregenerasi (disebut B). Perengkahan terhadap minyak jelantah sebagai umpan dilakukan pada suhu 310 – 320 0C dengan rasio O/C (oil/catalyst)=4 selama 6 jam. Hasil analisis XRD (X-Ray Diffraction) menunjukkan bahwa kuarsa dan mordenit tidak mengalami perubahan struktur dan masih merupakan penyusun utama katalis zeolit-Ni fresh, katalis bekas perengkahan ketiga tanpa perlakuan regenerasi (A-3), dan katalis bekas dengan perlakuan regenerasi (B-3). Keasaman katalis A-3 menurun hingga 98,85 % dan katalis bekas B-3 menurun hingga 84,35 %. Selanjutnya, luas permukaan spesifik katalis mengalami penurunan hingga 43,14 % (A-3) dan 15,97 % (B-3). Namun, rerata jari pori meningkat dari 1,579 nm pada katalis zeolit-Ni baru (fresh) menjadi 4,499 nm (A-3) dan 1,688 nm (B-3). Volume total pori katalis sebesar 9,181 x 10-2 cc/g (zeolit-Ni fresh); 1,487 x 10-1 cc/g (A-3); dan 8,247 x 10-2 cc/g (B-3).

Kata kunci: Karakterisasi, regenerasi, perengkahan, katalis PENDAHULUAN

Perengkahan berkatalis (catalytic cracking) adalah suatu cara yang digunakan untuk

memecah hidrokarbon kompleks menjadi

molekul yang lebih sederhana (Buchori dan Widayat, 2009). Perengkahan berkatalis ini dilakukan dengan menggunakan katalis pada

kondisi temperatur tertentu. Katalis yang

digunakan dalam proses perengkahan pada umumnya adalah katalis logam yang dimodifikasi dengan suatu bahan pengemban. Salah satu bahan pengemban yang sering digunakan yaitu zeolit. Adanya logam aktif pada zeolit (sistem pengemban-logam) akan memperbesar luas permukaan dan meningkatkan keasaman katalis (Suyati dkk., 2009).

Zeolit merupakan suatu mineral dengan struktur kristal aluminosilikat yang berbentuk kerangka (framework) tiga dimensi. Zeolit memiliki pori-pori, saluran dan mengandung

ion-ion logam seperti Na+, K+, Mg2+, dan Ca2+ serta

molekul air (Setiadi dan Pertiwi, 2007). Zeolit sebagai katalis memiliki ukuran pori tertentu.

Selektivitas zeolit terhadap suatu reaksi

disebabkan oleh ukuran pori zeolit yang hanya dapat dimasuki oleh molekul tertentu yang spesifik, yang disebut sebagai shape-selective

catalysis (Tatsumi, 2004

).

Salah satu jenis zeolit yaitu mordenit. Mordenit memiliki sistem kristal ortorombik dengan simetri grup ruang Cmcm

(a = 18.13; b = 20.5; c = 7.52 Å) (Oprea et.al., 2008). Struktur mordenit merupakan struktur sangkar jenis Secondary Building Unit (SBU) 5-1 dengan dua saluran utama yaitu, saluran pertama yang dibatasi oleh 8 Oksigen (S-8R) dan saluran kedua yang dibatasi oleh 12 Oksigen (S-12R) yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur mordenit a) rongga pertama S-8R

ditempati oleh logam alkali dan b) rongga kedua S-12R lebih besar ditempati oleh molekul air (Suminta dan Las, 2006).

Penelitian tentang modifikasi suatu katalis dalam sistem pengemban-logam telah banyak dilakukan guna meningkatkan aktivitas katalis. Septiansyah (2011) telah melakukan modifikasi katalis dengan metode impregnasi terhadap logam Nikel (Ni) ke dalam zeolit jenis mordenit sebagai pengemban, dan diperoleh kesimpulan bahwa persentase Ni terbesar yang terserap ke dalam zeolit terjadi pada zeolit-Ni 0,2 M.

(2)

25 Penggunaan katalis dalam waktu tertentu

akan menyebabkan penurunan aktivitas.

Penurunan aktivitas katalis terjadi karena katalis mengalami deaktivasi. Deaktivasi ini diakibatkan oleh pengotor (fouling), yaitu pembentukan karbon atau kokas dalam proses perengkahan (Trisunaryanti dkk., 2002). Kokas/residu karbon mendeaktivasi katalis dengan meracuni situs-situs aktif dan/atau mem-block pori-pori katalis. Kokas yang terbentuk dapat dihilangkan dengan

pembakaran pada 600 0C (Chen and Manos,

2004).

Hasil penelitian Trisunaryanti dan

Emmanuel (2009) menyatakan bahwa deposit kokas pada permukaan katalis CoO-MoO/ZnO-zeolit alam aktif mengalami peningkatan seiring

dengan bertambahnya waktu penggunaan

sehingga menyebabkan menurunnya aktivitas katalis. Salah satu faktor penyebab terbentuknya kokas yaitu keasaman total katalis. keasaman total katalis merupakan gabungan dari asam Bronsted dan asan Lewis. Semakin tinggi keasaman katalis maka pembentukan kokas semakin cepat (Wang, 2007). Pembentukan asam Bronsted dan asam Lewis dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Situs asam Bronsted dan asam Lewis pada

zeolit (Tatsumi, 2004).

Trisunaryanti dkk. (2002) menyatakan bahwa katalis Cr-zeolit alam aktif yang telah terdeaktivasi mengalami peningkatan keasaman total katalis, volume total pori (VTP) dan luas permukaan spesifik (LPS) tetapi rerata jejari pori

(RJP) menurun setelah katalis tersebut

diregenerasi. Hasil konversi metil isobutil keton (MIBK) meningkat dari 0,53 % pada katalis terdeaktivasi menjadi 4,61 % pada katalis teregenerasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik zeolit-Ni regenerasi dan tanpa

regenerasi yang dikaji dalam proses

perengkahan minyak jelantah.

METODE PENELITIAN Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Gas Sorption

Analyzer (GSA) Quantachrome version 2.0,

neraca analitik, oven, pH universal, piknometer,

seperangkat alat gelas kimia standar,

seperangkat alat refluks, tanur, viskometer Ostwald kapiler nomor 300, X-Ray

Fluoroscence (XRF) Sequetial Analysis W-XRF Uniquant Thermoelectron Scientific, dan X-Ray Difraction (XRD) PANalytical Philips.

Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah

ammonium klorida (NH4Cl) 1 M, asam nitrat

(HNO3) 8 M, natrium etilen diamin tetra asetat

(Na2EDTA), natrium hidroksida (NaOH), dan

nikel klorida (NiCl2). Sampel yang digunakan

adalah batuan zeolit alam asal Bandung Selatan-Jawa Barat dan minyak jelantah.

Prosedur Kerja

Preparasi Sampel (Silalahi dkk., 2012)

Sampel dihancurkan hingga halus dan diayak dengan ayakan 200 mesh. Sampel kemudian dicuci dengan akuabides hingga mencapai pH pencuci (pH=6). Dikeringkan di

oven hingga kering pada suhu 110 0C selama 4

jam. Sampel yang telah kering kemudian ditimbang. Sampel tersebut kemudian dianalisis dengan X-Ray Fluoroscence (XRF).

Demineralisasi dengan EDTA 1M (Silalahi dkk., 2012)

Sampel hasil pencucian kemudian dicuci kembali dengan larutan EDTA 1 M. Pencucian dilakukan dengan proses refluks pada suhu

80-90 0C selama 24 jam. Setelah direfluks, sampel

kemudian dicuci dengan akuabides hingga mencapai pH pencuci (pH=5). Dikeringkan di

oven pada suhu 110 0C selama 4 jam, setelah

kering sampel kemudian ditimbang.

Dealuminasi dengan Asam Nitrat (HNO3) (Silalahi dkk., 2012)

Sampel yang telah dicuci dengan EDTA

1 M kemudian di-leaching dengan HNO3 8 M.

Proses ini juga merupakan proses dealuminasi zeolit. Sampel zeolit ditimbang dan kemudian

direfluks pada suhu 80-90 0C selama 24 jam.

Setelah proses refluks selesai, sampel kemudian dicuci dengan akuabides hingga mencapai pH pencuci (pH=5). Dikeringkan di oven pada suhu

(3)

26 Aktivasi dengan Amonium Klorida (NH4Cl) (Silalahi dkk., 2012)

Sampel hasil dealuminasi diaktivasi

dengan menggunakan amonium klorida 1 M. Aktivasi dilakukan dengan cara direfluks pada

suhu 80-90 0C selama 24 jam. Setelah proses

refluks selesai, sampel kemudian dicuci dengan akuabides hingga mencapai pH pencuci (pH=5).

Dikeringkan di oven pada suhu 110 0C selama 4

jam, setelah kering sampel kemudian ditimbang. Sampel hasil pencucian ini dianalisis dengan

X-Ray Fluoroscence (XRF).

Pembuatan Katalis Zeolit-Ni (Silalahi dkk., 2012)

Katalis zeolit-Ni diperoleh dari impregnasi

antara nikel korida (NiCl2) dengan zeolit dalam

media cair. Sampel zeolit ditimbang sebanyak 45 g dimasukkan ke dalam labu alas bulat yang

berisikan 100 mL larutan NiCl2 0,2 M kemudian

direfluks pada suhu 80-90 0C selama 24 jam.

Setelah proses refluks selesai, sampel kemudian dicuci dengan akuabides hingga mencapai pH pencuci (pH=5). Dikeringkan di oven pada suhu

110 0C selama 4 jam, setelah sampel kering

kemudian sampel ditimbang untuk proses berikutnya.

Kalsinasi Katalis (Silalahi dkk., 2012)

Proses kalsinasi dilakukan dengan

memasukkan katalis ke dalam cawan porselen. Kemudian dipanaskan di dalam tanur pada suhu

500-600 0C selama 2-3 jam. Waktu kalsinasi

dihitung setelah mencapai suhu konstan. Sampel hasil kalsinasi ini selanjutnya dianalisis dengan

X-Ray Difraction (XRD), X-Ray Fluoroscence

(XRF) dan metode fisisorpsi.

Uji Deaktivasi dan Regenerasi Katalis Zeolit-Ni

Minyak jelantah sebanyak 40 g bersama

dengan katalis zeolit-Ni sebanyak 10 g

dicampurkan dalam suatu labu destilasi

selanjutnya dipanaskan pada temperatur

310-320 0C dalam labu destilasi yang telah

dihubungkan dengan kondensor. Uap minyak jelantah yang telah direngkahkan oleh zeolit-Ni kemudian didinginkan melewati kondensor, sehingga uap tersebut terkondensasi. Reaksi dihentikan ketika komposisi minyak dalam labu pemanas sudah habis atau sudah tidak mengeluarkan uap cair.

Perengkahan katalitik minyak jelantah

menggunakan katalis zeolit-Ni dibagi menjadi 2, yaitu perengkahan tanpa perlakuan regenerasi katalis (disebut A) dan perengkahan dengan perlakuan regenerasi (disebut B). Perengkahan

A dan B masing-masing dilakukan 3 kali perengkahan. Pada perengkahan A, setelah perengkahan pertama (A-1) selesai, katalis bekas diambil dan dikeringkan pada suhu

300-400 0C selama 4 jam kemudian ditimbang.

Pada perengkahan ketiga (A-3) dilakukan prosedur yang sama seperti perengkahan sebelumnya. Sedangkan pada perengkahan B, setelah perengkahan pertama (B-1) selesai, katalis bekas diambil dan dipanaskan pada suhu

600 0C selama 4 jam (proses regenerasi). Pada

perengkahan ketiga (B-3) dilakukan prosedur yang sama seperti perengkahan sebelumnya. Selanjutnya, katalis bekas pada perengkahan A-3 dan B-3 ditimbang dan dianalisis dengan

XRD (X-Ray Difraction), XRF (X-Ray

Fluoroscence), dan metode fisisorpsi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis XRD memperlihatkan bahwa

mineral kuarsa dan mordenit merupakan

penyusun utama katalis zeolit-Ni 0,2 M. Hal ini dapat ditunjukkan oleh puncak-puncak yaitu,

antara lain pada kuarsa 2θ = 20,82 (d = 4,26 Å)

dengan intensitas sebesar 310,44 dan

2θ = 26,60 (d = 3,35 Å) dengan intensitas yang

sangat tinggi yaitu sebesar 2495,29. Sedangkan pada mordenit ditunjukkan oleh puncak dengan 2θ = 9,73 (d = 9,07 Å) dengan intensitas sebesar

76,08 dan 2θ = 27,72 (d = 3,21 Å) dengan

intensitas sebesar 477,04.

Gambar 3 menunjukkan bahwa kuarsa dan mordenit tidak mengalami perubahan yang signifikan dan masih merupakan penyusun utama katalis zeolit-Ni 0,2 M meskipun telah mengalami perlakuan 3 kali perengkahan, baik katalis A-3 maupun katalis B-3. Struktur ketiga katalis tidak mengalami perubahan struktur mineral kuarsa. Hal ini dapat dilihat dari jarak dasar (d-spacing) untuk mineral kuarsa yang tidak mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi hanya terlihat pada intensitas puncak. Intensitas tertinggi pada masing-masing d = 3,34 Å puncak mineral kuarsa pada katalis zeolit-Ni 0,2 M, katalis B-3, dan katalis A-3 berturut-turut yaitu sebesar 2495,29; 2426,74; dan 2399,05. Hal ini dapat terjadi karena pada katalis A-3, pembentukan kokas yang terjadi selama proses

perengkahan berlangsung terdispersi

dipermukaan maupun di dalam pori-pori zeolit sehingga katalis mengalami deaktivasi dan menurunkan intensitas relatif puncak-puncak dari zeolit, tetapi tidak menyebabkan perubahan struktur zeolit sebagai katalis perengkahan.

(4)

27 Intensitas difraksi sinar-X menunjukkan kesempurnaan kristal dan keteraturan susunan atom dalam kristal. Intensitas puncak mordenit di

2θ = 27,72 dengan d511 untuk zeolit-Ni 0,2 M,

katalis B-3, dan katalis A-3 mengalami

perubahan intensitas, yaitu untuk katalis zeolit-Ni 0,2 M sebesar 477,04, katalis A-3 sebesar 307,82, dan katalis B-3 sebesar 252,96.

Intensitas

Gambar 3. Difraktogram katalis Ni-zeolit 0,2 M; katalis A-3;

dan katalis B-3

Berdasarkan hasil X-Ray Fluoroscense (XRF) pada Tabel 1, rasio silika alumina

(SiO2/Al2O3) dari keempat sampel tersebut

masing-masing yaitu, untuk zeolit alam = 6,12;

zeolit-NH4Cl = 12,44; zeolit-Ni 0,2 M = 12,52;

katalis A-3 = 11,99; dan katalis B-3 = 12,02.

Data pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa tahapan-tahapan dari preparasi zeolit dengan demineralisasi, dealuminasi hingga

aktivasi dapat meningkatkan rasio SiO2/Al2O3

dari 6,12 (rasio SiO2/Al2O3 pada zeolit alam)

menjadi 12,44 (setelah diaktivasi dengan NH4Cl).

Rasio SiO2/Al2O3 katalis zeolit-Ni 0,2 M, katalis

A-3, dan katalis B-3 tidak mengalami perubahan yang signifikan, meskipun katalis telah digunakan dalam perengkahan sebanyak tiga kali. Hal ini membuktikan bahwa struktur katalis tidak rusak

(berdasarkan hasil XRD). Perbandingan

SiO2/Al2O3 mempengaruhi aktivitas katalis,

semakin tinggi rasio SiO2/Al2O3 maka semakin

tinggi stabilitas termal dan kekuatan asam serta diperoleh sifat asam yang lebih besar dari semula.

Hasil XRF menunjukkan bahwa kadar logam-logam alkali dan alkali tanah seperti Na,

K, Mg, dan Ca setelah diaktivasi dengan NH4Cl

mengalami penurunan secara signifikan berturut-turut, yaitu 70,76 %; 26,15 %; 94,5 %; dan 91,94 %. Penurunan kadar juga terjadi pada logam Fe yaitu sebesar 89,93 %. Adapun data komposisi logam-logam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Komposisi silika (SiO2) dan alumina (Al2O3) pada

zeolit alam, zeolit aktivasi zeolit-NH4Cl, zeolit-Ni 0,2 M,

katalis A-3, dan katalis B-3 hasil analisis XRF.

Tabel 2. Komposisi logam-logam pada katalis hasil analisis

XRF.

Luas permukaan spesifik (LPS), volume total pori (VTP), rerata jari pori (RJP), dan keasaman katalis memegang peranan penting pada zeolit sebagai katalis perengkahan. Luas permukaan spesifik (LPS), volume total pori (VTP), dan rerata jari pori (RJP) dapat dianalisa

dengan uji adsorpsi-desorpsi gas N2

menggunakan persamaan Brunaurer, Emmet dan Teller (BET). Adapun hasil analisa GSA untuk katalis zeolit-Ni 0,2 M, katalis A-3, dan katalis B-3 dapat dilihat pada Tabel 3.

Komponen Sampel (%) Zeolit Alam Zeolit-NH4Cl Zeolit-Ni 0,2M A-3 B-3 SiO2 68,81 81,98 83,98 73,61 84,40 Al2O3 11,25 6,59 6,71 6,14 7,02 Komponen Sampel (%) Zeolit Alam Zeolit-NH4Cl Zeolit-Ni 0,2M A-3 B-3 K 2,18 1,61 1,32 1,25 1,40 Ca 1,75 0,141 0,152 0,231 0,250 Fe 0,849 0,0855 0,0202 0,0706 0,105 Mg 0,603 0,0332 0,0615 0,139 - Na 0,725 0,212 0,182 2,04 - Ni - - 0,045 0,061 0,268 Q

MOR MORMORMOR MOR MOR Q Q QQ Q Q Q Katalis Zeolit-Ni 0,2 M Keterangan: Q = Quartz MOR =Mordenite

MORMOR MOR MOR MOR MOR Q Q QQ Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q Q MORMOR MOR

MOR MOR

Katalis A-3

Katalis B-3

(5)

28

Tabel 3. Hasil pengukuran Luas Permukaan Spesifik (LPS),

Volume Total Pori (VTP), dan Rerata Jari Pori (RJP) pada Katalis zeolit-Ni 0,2 M, Katalis A-3, dan Katalis B-3.

Katalis LPS (m2/g) VTP (10-02cc/g) RJP (nm) Zeolit-Ni 0,2 M 116,233 9,181 1,579 A-3 66,089 14,87 4,499 B-3 97,676 8,247 1,688

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa LPS tertinggi terjadi pada katalis zeolit-Ni 0,2 M

sebesar 116,233 m2/g. Setelah katalis digunakan

dan menjadi katalis bekas tanpa regenerasi (A-3), katalis tersebut mengalami penurunan LPS

menjadi 66,089 m2/g. Sedangkan katalis bekas

yang telah diregenerasi (B-3) memiliki LPS

sebesar 97,676 m2/g. Penurunan LPS pada

katalis A-3 terjadi akibat pembentukan kokas dan terdispersi kepermukaan katalis. Terdispersinya kokas ini mengakibatkan situs-situs aktif katalis dan pori-pori yang kecil tertutup sehingga katalis

mengalami deaktivasi (Trisunaryanti dan

Emmanuel, 2009).

Data pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa rerata jari pori (RJP) katalis A-3 lebih besar dibandingkan dengan katalis B-3 dan katalis zeolit-Ni 0,2 M. Data RJP ini dapat menjelaskan bahwa selektifitas katalis menurun seiring bertambahnya RJP. Oleh karena itu, katalis zeolit-Ni 0,2 M fresh lebih selektif dari katalis A-3 dan katalis B-3.

Keasaman total merupakan jumlah dari situs asam Lewis dan situs asam Bronsted pada katalis. Keasaman total katalis juga memegang peranan penting dari suatu katalis perengkahan. Katalis yang memiliki keasaman yang besar memberikan kontribusi yang besar juga pada pembentukan produk perengkahan. Situs asam Bronsted maupun situs asam Lewis pada katalis berperan dalam proses hidrogenasi (adanya pemutusan ikatan rangkap dari reaktan) dan

terbentuknya karbokation yang reaktif.

Keasaman total katalis dapat dianalisis dengan FTIR-adsorpsi basa Piridin. Keasaman total ketiga katalis ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Keasaman total katalis zeolit-Ni 0,2 M, katalis A-3,

dan katalis B-3. No Katalis Asam Lewis Asam Bronsted Total (mmol/g) 1 Zeolit-Ni 0,2M 0,139 0,123 0,262 2 A-3 0,002 0,001 0,003 3 B-3 0,026 0,0015 0,041

Tabel 4 memperlihatkan adanya

penurunan keasaman total katalis setelah

digunakan dalam perengkahan katalitik.

Keasaman total katalis A-3 jauh lebih kecil 87 kali lipat katalis zeolit-Ni 0,2 M. Hal ini terjadi karena

katalis A-3 mengalami deaktivasi akibat

terbentuknya kokas yang menutupi situs-situs asam aktif dipermukaan maupun di dalam pori-pori zeolit. Katalis B-3 memiliki keasaman total lebih kecil 6 kali lipat katalis zeolit-Ni 0,2 M. Penurunan keasaman dari zeolit-Ni ke katalis B-3 lebih kecil jika dibandingkan dengan penurunan keasaman dari zeolit-Ni ke katalis A-3. Hal ini

terjadi karena proses regenerasi katalis

(penghilangan kokas) pada katalis B-3. Secara visual, pembentukan kokas dapat dilihat dari perubahan warna katalis fresh dari warna putih menjadi hitam setelah reaksi perengkahan. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa mordenit dan kuarsa yang merupakan penyusun utama katalis zeolit-Ni baru (fresh), katalis regenerasi (B-3), dan tanpa regenerasi (A-3) tidak mengalami perubahan struktur. Keasaman katalis setelah digunakan

sebanyak 3 kali perengkahan mengalami

penurunan sebesar 98,85 % (A-3) dan 84,35 % (B-3), luas permukaan spesifik katalis menurun hingga 43,14 % (A-3) dan 15,97 % (B-3). Namun, rerata jari pori meningkat dari 1,579 nm pada katalis zeolit-Ni baru (fresh) menjadi 4,499 nm (A-3) dan 1,688 nm (B-3). Volume total pori

pada zeolit-Ni baru (fresh) sebesar 9,181 x 10-2

cc/g, katalis A-3 sebesar 1,487 x 10-1 cc/g, dan

pada katalis B-3 sebesar 8,247 x 10-2 cc/g.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada pihak DIT.

LITABMAS, DIKTI yang telah menyediakan dana penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buchori, L dan Widayat., 2009, Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas

dengan Proses Catalytic Cracking,

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia 2009, Jurusan Kimia Fakultas Teknik

UNDIP, Semarang.

Chen, S and Manos, G., 2004, Study of Coke and Coke Precursors During Catalytic Cracking of n-hexane and 1-hexene Over Ultrastable Y Zeolite, Catalysis Letters, 96:195.

Septiansyah, I., 2011, Preparasi, karakterisasi dan Uji Performa Katalis Zeolit-Ni dalam Perengkahan Katalitik Minyak Jelantah,

Universitas Tanjungpura, Pontianak,

(6)

29 Oprea, C., Popcescu, V., and Birghila, S., 2008,

New Studies About the Modified

Mordenites, Romania Journal Physics, 53(1-2):231-239.

Setiadi dan Pertiwi, A., 2007, Preparasi dan Karakterisasi Zeolit Alam untuk Konversi

Senyawa ABE menjadi Hidrokarbon,

Prosiding Konggres dan Simposium Nasional Kedua MKICS 2007 ISSN: 0216-4183, Departemen Teknik Kimia, Fakultas

Teknik Universitas Indonesia, Jakarta. Silalahi, I.H., Sianipar, A., Sayekti, E., dan

Septiansyah, S. I., 2012, Pengaruh

Distribusi Pori Katalis Zeolit-Ni Terhadap Selektivitas Perengkahan Katalitik Minyak Jelantah, Prosiding Semirata BKS PTN B

MIPA, ISBN 978-602-9115-28-4 :69-73.

Suminta, S., dan Las, T., 2006, Penghalusan struktur Sangkar Kristal Mordenit dan Klinoptilolit Alam dengan Metode Rietveld,

Indonesian Journal of Materials Science,

7(2):73-78.

Suyati, L., Nuryanto, R., dan Sulistyorini, H., 2009, Perengkahan Produk Cair Hasil

Pirolisis Sabut Kelapa dengan

Menggunakan Katalis Zeolit Alam dan

Ni/Zeolit pada Suhu 400 oC, Seminar

Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia, Laboratorium Kimia Fisik, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Diponegoro.

Tatsumi, T., 2004, Zeolites: Catalysis,

Encyclopedia of Supramolecular

Chemistry, 1: 1, 1610-1616, Yokohama National University, Yokohama, Japan. Trisunaryanti, W and Emmanuel, I., 2009,

Preparation, Characterization, Activity,

Deactivation, and Regeneration Tests of

CoO-MoO/ZnO and

CoO-MoO/ZnO-Activated Zeolite Catalysts for the

Hydrogen Production from Fusel Oil,

Indonesian Journal Chemistry,

9(3):361-368.

Trisunaryanti, W., Triyono., dan Taufiyanti, F., 2002, Deaktivasi dan Regenerasi Katalis Cr/Zeolit Alam Aktif untuk Proses Konversi Metil Isobutil Keton, Gama Sains IV (2). Wang, B., 2007, Zeolite Deactivation During

Hydrocarbon Reactions: Characterisation of Coke Precursors and Acidity, Product Distribution, a Thesis Submitted for the Degree of Doctor of Philosophy of the University College London, London.

Gambar

Gambar  1.  Struktur  mordenit  a)  rongga  pertama  S-8R  ditempati  oleh  logam  alkali  dan  b)  rongga  kedua  S-12R  lebih  besar  ditempati  oleh  molekul  air  (Suminta  dan  Las,  2006)
Gambar  2.  Situs  asam  Bronsted  dan  asam  Lewis  pada  zeolit (Tatsumi, 2004).
Gambar 3. Difraktogram katalis Ni-zeolit 0,2 M; katalis A-3;

Referensi

Dokumen terkait

Berarti bahwa, rata-rata tingkat perkembangan persepsi visual pada kelompok eksperimen (siswa yang menggunakan multimedia Macromedia Flash) lebih tinggi dari rata-rata

Di Tetapkan di : Bandar Lampung Pada Tanggal : 11 Agustus 2016. Wakil Dekan Bidang Akademik

Hasil yang didapat dari analisis ini adalah Puskesmas Bojongsoang belum memiliki sistem manajemen mutu dan prosedur yang memenuhi persyaratan ISO 9001:2008, maka perlu ditetapkan

Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe talking stick yang dilakukan oleh guru,

Sebagian orang juga percaya bahwa Sunan Muria - atau Raden Umar Said - adalah putera Sunan Kalijaga yang kawin dengan adik Sunan Ngudung (kakak Sunan Kudus) dan

Oleh karena itu pengenaan bea keluar atas biji kakao dimaksudkan untuk merangsang tumbuhnya industri pengolahan kakao di Indonesia yang pada gilirannya ekspor kakao meningkat

Saya yang bernama Dessy Dwi Rahmawati, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung Semarang akan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran

Didalam dakwaan primer majelis hakim telah menimbang bahwa karena semua unsur pidana yang didakwakan dalam dakwaan primer dari Penuntut Umum telah terpenuhi, maka perbuatan