• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

9

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Kajian teori merupakan suatu kumpulan dari beberapa teori yang ditemukan dari sumber bacaan (literatur). Sumber bacaan (literatur) harus ada kaitannya dengan tema yang akan diangkat dalam penelitian. Tujuan utama dari kajian teori adalah untuk mengorganisasikan penemuan-penemuan yang pernah dilakukan dengan penelitian yang dilaksanakan. Di samping itu, kajian teori juga bermaksud untuk menunjukkan bagaimana masalah tersebut dapat dikaitkan dengan hasil penelitian dengan pengetahuan yang lebih luas serta dapat menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini terdapat tiga pokok kajian teori yaitu, kajian teori tentang kurikulum secara umum, penilaian hasil belajar dan mata diklat produktif.

1. Kajian Teori Mengenai Kurikulum a. Pengertian Kurikulum

Pada tahun 1955 di Amerika Serikat istilah kurikulum mulai digunakan dalam bidang pendidikan. Webster (1955) menjelaskan bahwa kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mendapat ijazah, kurikulum juga berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan. Sedangkan di Indonesia istilah kurikulum dimulai pada tahun lima puluhan, awalnya istilah yang digunakan adalah rencana pelajaran. Hilda Taba dalam buku Asas-asas Kurikulum oleh Nasution (2011) menjelaskan bahwa yang dimaksud rencana pelajaran adalah sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak.

Istilah rencana pelajaran dirasa terlalu sempit untuk mengartikan luasnya cakupan kurikulum. Sehingga banyak tokoh yang memberikan pengertian tentang kurikulum. Diantaranya adalah J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching

(2)

and Learning (1956) mengemukakan bahwa Kurikulum merupakan segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, ataupun diluar kelas termasuk kegiatan ekstra-kulikuler. Selanjutnya J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku Secondary School Improvement (1973) menjelaskan bahwa kurikulum merupakan kombinasi dari metode belajar mengajar, cara evaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervise dan adminitrasi, hal-hal structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.

Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi peserta didik di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum dapat menunjuk pada suatu dokumen yang berisi tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh Negara. Menurut Suryobroto (2002) menerangkan bahwa, “Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah” (hlm. 13)

Sedangkan berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Dari uraian mengenai pengertian kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat aturan atau acuan yang dirancang oleh pihak yang berwenang dimana didalamnya terdapat pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

(3)

b. Fungsi Kurikulum

Kurikulum mempunyai fungsi yang sangat penting bagi pembentukan ketrampilan, karakter manusia. Menurut Alexander, seperti yang dikutip oleh Wiryokusumo, bahwa kurikulum itu fungsinya adalah penyesuaian, pengintegrasian, diferensiasi, persiapan, pemilihan dan diagnostik (Wijoyokusumo, 1988:8).

Menurut Nurgiantoro (1988:45), bahwa kurikulum mempunyai fungsi tiga hal. Pertama, fungsi kurikulum bagi sekolah terdiri dari alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Kurikulum juga dapat dijadikan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Misalnya, bidang studi, alokasi waktu, pokok bahasan, serta termasuk strategi pembelajarannya.

Kedua, kurikulum dapat mengontrol dan memelihara keseimbangan proses pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka kurikulum pada tingkat atasnya dapat mengadakan penyesuaian, sehingga tidak terjadi pengulangan kegiatan pengajaran sebelumnya. Fungsi lain kurikulum juga dapat menyiapkan tenaga pengajar, dengan cara mengetahui kurikulum pada tingkat di bawahnya.

Ketiga, kurikulum dimaksud untuk menyiapkan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja, sehingga kurikulum mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat. Karena itu lulusan sekolah paling tidak dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan (vokasional) di satu sisi, dan dipersiapkan untuk melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya (akademis) di sisi lain.

Masih mengenai fungsi kurikulum, pendapat yang hampir sama dengan Nurgiantoro dilontarkan oleh Hendyat Soetopo (1986: 18-20). Mereka menambahkan dari apa yang dikemukakan oleh Nurgiantoro bahwa fungsi kurikulum itu sebagai pedoman dalam mengajar kegiatan pendidikan pada suatu sekolah.

(4)

tujuan-tujuan pendidikan, jenis-jenis program apa yang diselenggarakan di sekolah tersebut. Hal ini berarti bahwa fungsi kurikulum menyangkut setiap jenis program, pengoprasionalan atau pelaku yang bertanggung jawab, serta media atau fasilitas yang mendukungnya.

c. Komponen Kurikulum

Ahmad Tafsir (2000:89) menguraikan bahwa kurikulum mengandung empat komponen, yaitu tujuan, isi, metode, atau proses belajar mengajar, dan evaluasi. Setiap komponen dalam kurikulum tersebut sebenarnya saling terkait, bahkan masing-masing merupkan kegiatan integral dari kurikulum tersebut.

Komponen tujuan mengarahkan atau menunjukkan sesuatu yang hendak dituju dalam proses belajar mengajar. Tujuan itu mula-mula bersifat umum. Dalam operasinya tujuan tersebut harus dibagi menjadi bagianbagian yang kecil atau khusus.

Komponen isi (materi) dalam proses belajar mengajar harus relevan dengan tujuan pengajaran. Materi meliputi apa saja yang berhubungan dengan tujuan pengajaran.

Komponen proses belajar mengajar melibatkan dua subyek pendidikan, yaitu peserta didik dan guru. Selain itu, proses belajar mengajar juga perlu dibantu dengan media atau sarana lain yang memungkinkan proses tersebut berjalan efektif dan efisien. Pemilihan atau penggunaan metode harus sesuai dengan kondisi serta berjalan secara fleksibel. Artinya, metode atau pendekatan dapat berubah-ubah setiap saat agar interaksi proses belajar mengajar tidak monoton dan menjenuhkan.

Komponen evaluasi, yaitu untuk mengetahui dari hasil capaian ketiga komponen sebelumnya. Penelitian dapat digunakan untuk menentukan strategi perbaikan pengajaran. Selain itu, komponen evaluasi sangat berguna bagi semua fihak untuk melihat sejauh mana keberhasilan interaksi edukatif (Tafsi, 2000:53).

Dari rumusan keempat komponen tersebut, penulis memahami bahwa kurikulum bukan sekedar kumpulan materi saja, atau juga bukan rencana

(5)

pengajaran, tetapi kurikulum merupakan bagian keseluruhan yang berhubungan dengan pengajaran, tetapi kurikulum merupakan bagian keseluruhan yang berhubungan dengan interaksi pembelajaran di sekolah.

Suatu Kurikulum memiliki beberapa komponen yang memiliki fungsi masing-masing. Oemar Hamalik (2001:23-30) menjelaskan beberapa komponen kurikulum yamg terdiri dari tujuan, tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Komponen materi kurikulum, materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum. Dalam Undang-Undang Pendidikan, tentang Sistem Pendidikan Nasional telah ditetapkan bahwa, isi kurikulum menerapkan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional (Bab IX, Ps. 39).

Komponen metode, metode adalah cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan materi kepada anak didik. Metode sangat menentukan bagi keberhasilan suatu proses pembelajaran, istilah metode yang lebih menekankan pada kegiatan guru selanjutnya diganti dengan istilah strategi pembelajaran.

Organisasi kurikulum, organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing-masing memiliki ciri-cirinya sendiri, misalnya : mata pelajaran terpisah-pisah, berkorelasi, bidang studi.

Evaluasi, evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan tentang komponen-komponen kurikulum, sebagai berikut: pertama, tujuan kurikulum yaitu kurikulum mengacu kepada sesuatu yang hendak dicapai. Kedua, materi kurikulum atau isi kurikulum yang memuat: bahan pelajaran , materi yang mengacu dalam pencapaian

(6)

tujuan, materi yang mengacu pada pencapaian tujuan pendidikan nasional. Ketiga, metode merupakan cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan pendidkan. Keempat, organisasi kurikulum, yaitu bentuk pengelompokan mata pelajaran untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kelima evaluasi, yaitu menilai tentang keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa.

2. Penilaian Hasil Belajar

a. Penilaian Hasil Belajar secara Umum 1) Pengertian Penilaian

Menurut Cartono dan Utari (2006) penilaian adalah “Langkah-langkah atau proses yang diperlukan untuk membuat keputusan. Penilaian diartikan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai pada suatu obyek dengan kriteria tertentu” (hlm. 20). Sedangkan menurut Depdiknas (2008) menyatakan bahwa “Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengamilan keputusan” (hlm. 2).

Apabila ditinjau dari segi bahasa, penilaian diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Agar dapat menentukan nilai dari suatu objek diperlukan adanya kriteria atau ukuran. Dari penentuan kriteria, hasil dari penilaian bisa ditafsirkan atau dengan kata lain memiliki makna tertentu sesuai tujuan diadakannya suatu penilaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2013) bahwa “Penilaian merupakan pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria tertentu” (hlm. 3).

Dari pengertian penilaian di atas, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan penilaian terdapat beberapa proses. Pertama, pendidik menentukan suatu kriteria yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penilaian. Penentuan kriteria ini harus didasari Standar

(7)

Penilaian Pendidikan yang berlaku, Standar Penilaian Pendidikan ini tercantum dalam kurikulum yang berlaku pada suatu sekolah. Sehingga sebelum melaksanakan kegiatan penilaian, pendidik harus memahami kriteria apa saja yang dibutuhkan untuk melaksanakan penilaian. Kedua, proses memperoleh sumber nilai yang dibutuhkan, misalnya melalui ujian atau tes. Terakhir, proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada nilai yang sudah diperoleh dan disesuaikan dengan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pendidik melakukan analisis terhadap nilai yang sudah diperoleh sebelumnya. Sehingga pendidik mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang bermanfaat bagi sekolah, pendidik, peserta didik dan wali dari peserta didik. Dari uraian ini, peneliti menarik kesimpulan bahwa penilaian merupakan suatu proses dari rangkaian kegiatan yang saling berkesinambungan berdasarkan pada kriteria tertentu sehingga menghasilkan suatu informasi untuk pengambilan keputusan tertentu. 2) Tujuan Penilaian

Menurut Arikunto dalam buku Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (2005) menjelaskan ada beberapa tujuan penilaian, yaitu:

1) Tujuan selektif yaitu, penilaian bertujuan untuk mengadakan seleksi terhadap peserta didik. Contohnya seleksi peserta didik yang naik kelas atau tinggal kelas.

2) Tujuan diagnostik yaitu, dengan mengadakan penilaian sebenarnya pendidik melakukan diagnosis kepada peserta didik tentang kelemahan dan kelebihan peserta didiknya, sehingga pendidik tau apa yang akan dilakukan setelah mengadakan kegiatan penilaian.

3) Tujuan penempatan yaitu, bertujuan menempatkan peserta didik dalam kelompok tertentu agar tercipta pembelajaran yang saling melengkapi.

4) Tujuan pengukur keberhasilan, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu program atau metode berhasil diterapkan (hlm. 10).

Sedangkan Menurut Cartono dan Utari dalam Penilaian Hasil Belajar Berbasis Standar (2006) menjelaskan bahwa tujuan penilaian adalah mendesktripsikan kecakapan belajar para peserta didik sehingga

(8)

dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Menentukan tindak lanjut hasil penelitian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelakasanaannya. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan (hlm. 30).

Berdasarkan Permendikbud No. 66 Tahun 2013, Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin:

1) Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian.

2) Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya.

3) Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.

Dari beberapa uraian tentang tujuan penilaian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian adalah:

1) Mengetahui sejauh mana pemahaman dan kemampuan peserta didik mengenai suatu materi.

2) Mengetahui tingkat pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran. 3) Mengukur perkembangan peserta didik.

4) Menentukan tindak lanjut terhadap peserta didik yang dianggap belum mencapai kriteria penilaian.

5) Sebagai dasar menetukan keputusan dalam hal tertentu misalnya, kenaikan kelas.

6) Melaporkan berbagai informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

(9)

3) Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel, 1996:51). Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik menguasai materi yang telah diajarkan. Purwanto (2013) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan “perubahan perilaku manusia akibat belajar” (hlm. 46). Perubahan perilaku disebabkan karena peserta didik mencapai pengusaan atas sejumlah materi atau bahan yang diberikan oleh pendidik pada proses belajar mengajar. Hasil perubahan itu berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini sesuai dengan pendapat Haryati (2009) yang menyatakan “Pada umunya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotrik dan afektif” (hlm.22).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan hasil belajar merupakan suatu output dari proses pembelajaran. Hasil belajar dapat membekali peserta didik dengan pemahaman materi dan keterampilan tertentu sesuai dengan bahan ajar yang telah diberikan oleh pendidik. Selain itu hasil belajar mencakup tiga aspek. Pertama, aspek kognitif (pengetahuan) aspek ini bisa dilihat dari sejauh mana peserta didik menguasai materi. Kedua, aspek afektif (sikap) aspek ini bisa dilihat dari perubahan sikap peserta didik sebelum dan sesudah proses pembelajaran. Terakhir adalah aspek psikomotorik (keterampilan) aspek ini bisa dilihat dari sejauh mana bertambahnya keterampilan peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

4) Penilaian Hasil Belajar

Salah satu proses yang harus dilalui dalam kegiatan pembelajaran adalah penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk menilai berbagai aspek sesuai dengan standar penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan Haryati (2009) mengemukakan:

(10)

Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh pendidik selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada pendidik agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran (hlm. 13).

Menurut Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan bahwa

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah (hlm. 2).

Jadi, pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh pendidik haruslah sesuai standar penilaian pendidikan yang sudah ditentukan oleh Menteri Pendidikan yang tercantum pada kurikulum. Pendidik harus memahami konsep penilaian hasil belajar yang benar dan sesuai Stantar Penilaian Pendidikan agar tidak terjadi kesalahan pada saat melaksanakan penilaian hasil belajar.

b. Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013

1) Dasar Hukum Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013

Penilaian hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang mutlak harus dilaksanakan oleh pendidik sebagai upaya untuk mengetahui sejauh mana tercapainya tujuan pembelajaran dan sebagai upaya memperoleh informasi tentang kemampuan peserta didik. Selain itu hasil dari penilaian hasil belajar juga berfungsi sebagai bahan pertimbangan untuk memustukan seuatu keputusan yang terkait dengan peserta didik.

Pelaksanaan penilaian hasil belajar harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Aturan, tata cara dan standar tentang penilaian hasil belajar terdapat pada Kurikulum. Uraian berikut adalah peraturan yang

(11)

dijadikan acuan untuk melaksanakan penilaian hasil belajar berbasis Kurikulum 2013 yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

2) Pengertian Standar Penilaian Pendidikan

Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut: Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran.

Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanaka untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

(12)

Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.

Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

3) Prinsip Penilaian

Penilaian hasil belajar bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan standar penilaian merupakan penilaian yang menggunakan suatu prinsip. Prinsip dalam penilaian digunakan sebagai salah satu landasan bagaiman melaksanakan suatu penilaian. Menurut Masidjo (2006) dalam bukunya yang berjudul Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah menjealaskan ada empat prinsip Penilaian, yaitu: prinsip kontinuitas atau terus-menerus, menyeluruh atau komprehensif, objektif dan Kooperatif.

Sedangkan pada Permendikbud No. 104 Tahun 2014 pada pasal 4 prinsip penilaiannya adalah sebagai berikut,

1) Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik diterapkan berdasarkan prinsip umum dan prinsip khusus.

2) Prinsip umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk semua bentuk penilaian.

3) Prinsip umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, holistik dan berkesinambungan, sistematis, akuntabel, dan edukatif.

4) Prinsip khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk masing-masing bentuk penilaian.

5) Prinsip khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu kepada karakteristik pendekatan, model, dan instrumen yang digunakan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip

(13)

penilain hasil belajar berbasis Kurikulum 2013 yang harus dilaksanakan oleh pendidik dibagi menjadi prinsip umum yang mencakup prinsip objektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel dan edukatif. Serta prinsip khusus yang mengacu karakteristik pendekatan, model, dan instrumen yang digunakan. 4) Pendekatan Penilaian

Pendekatan Penilaian merupakan suatu kriteria bagaimana suatu penilaian dilaksanakan. Menurut Sudjana (2008) menjelaskan bahwa terdapat 2 pendekatan penilaian hasil belajar yaitu, penilaian acuan patokan dan penilaian acuan norma.

Sedangkan pendekatan penilaian hasil belajar berbasis Kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud No. 66 Tahun 2013 yaitu:

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik (hlm. 3)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan penilaian yang diterapkan dalam penilaian hasil belajar berbasis Kurikulum 2103 adalah Penilaian Acuan Kriteria (PAK). Dalam PAK ini keberhasilan peserta didik di ukur dari kriteria kelulusan yang sudah ditetapkan oleh pendidik sebelumnya berdasarkan standar penilaian pendidikan. Ktiteria tersebut disebut dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

5) Ruang Lingkup Penilaian

Menurut Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa ruang lingkup penilaian hasil belajar adalah

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata

(14)

pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses (hlm. 4)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa ruang lingkup penilaian berdasarkan standar penilaian pendidikan yang tercantum dalam Kurikulum 2013 mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang. Selain itu tidak hanya hasilnya saja yang diukur melainkan pada prosesnya juga.

6) Teknik dan Instrumen Penilaian

Secara umum Cartono dan Utari (2006) mengemukakan bahwa teknik penilaian yang digunakan disekolah dapat dikategorikan dalam 2 golongan, yaitu:

1) Teknik tes, yang umumnya digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik mencakup pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil belajar, bakat khusus dam bakat umum.

2) Teknik nontes, yang umunya digunakan untuk menilai karakteristik lainnya dari peserta didik misalnya minat, sikap dan kepribadian (hlm. 45).

Teknik penilaian juga diatur dalam Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang penilaiannya dibagi menjadi tiga aspek sehingga teknik penilaiannya juga berdasarkan tiga aspek tersebut dan memiliki bentuk penilaian masing-masing yaitu penilaian kompetensi sikap dibagi menjadi empat teknik yaitu, penilaian diri, penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi, yang terakhir adalah dengan penilaian jurnal.

Penilaian kompetensi pengetahuan, pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang

(15)

dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

Penilaian kompetensi keterampilan, pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya (hlm. 4)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik penilaian yang dipakai dalam Kurikulum 2013 dilaksanakan dalam 3 kompetensi, yaitu kompetensi sikap yang meliputi observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal. Kemudian penilaian kompetensi pengetahuan yang meliputi tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Selanjutnya adalah penilaian kompetensi keterampilan melalui tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Dengan berbagai teknik penilaian tersebut penilaian hasil belajar berbasis Kurikulum 2013 diharapkan dapat menilai secara lengkap segala kegiatan yang dilakukan peserta didik.

(16)

7) Mekanisme dan Prosedur Penilaian

Prosedur penilaian yang harus dilakukan oleh pendidik secara khusus menurut Sudjana (2009) dalam buku Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan atau mempertegas tujuan pengajaran.

2) Mengkaji kembali materi pengajaran berdasarkan kurikulum dan silabus mata pelajaran.

3) Menyusun alat-alat penilaian, baik tes maupun non tes yang tepat untuk digunakan dalam melakukan kegiatan penilaian serta memperhatikan kaidah-kaidah penulisan soal.

4) Menggunakan hasil-hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian tersebut, yakni untuk kepentingan pendeskripsian kemampuan siswa, kepentingan remidiasi, kepentingan bimbingan belajar, maupun kepentingan laporan pertanggungjawaban pendidikan (hlm. 9).

Sedangkan mekanisme dan prosedur penilaian secara menyeluruh diatur dalam Permendikdub No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan yang menjelaskan bahwa Mekanisme dan Prosedur Penilaian berbasis Kurikulum 2013 sebagai berikut: Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, Pemerintah dan/atau lembaga mandiri.

Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian autentik, penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian sekolah, dan ujian nasional.

Penilaian autentik dilakukan oleh guru secara berkelanjutan. Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum ulangan harian. Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau tema pelajaran. Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi dengan proses pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan.

Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan. Ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan pada akhir kelas II (tingkat

(17)

1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5), dengan menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah. Ujian tingkat kompetensi pada akhir kelas VI (tingkat 3), kelas IX (tingkat 4A), dan kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN. Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh pendidik sesuai dengan silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah, menyusun kisi-kisi ujian; mengembangkan (menulis, menelaah, dan merevisi) instrumen; melaksanakan ujian; mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kelulusan peserta didik; dan melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian

Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedial.

Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan dalam bentuk nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi kepada orangtua dan pemerintah (hlm. 5)

8) Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian

Data hasil penilaian hasil belajar harus dimanfaatkan oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh sebab itu data hasil penilaian hasil belajar hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik perlu dilaporkan agar dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pendidikan. Melalui laporan hasil penilaian hasil belajar tersebut, semua pihak dapat mengetahui kemampuan dan perkembangan peserta didik sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan di sekolahnya.

Berdasarkan Permedikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa terdapat tiga pihak yang wajib melaksanakan dan melaporkan penilaian hasil belajar yaitu: pelaksanaan dan pelaporan penilaian oleh pendidik yaitu diawali dengan mengkaji silabus, tes, analisis hasil penilaian, menyampaikan hasil penilaian.

(18)

Selanjutnya pelaksanaan dan pelaporan penilaian oleh satuan pendidikan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan peserta didik yang meliputi kegiatan, menentukan kriteria minimal pencapaian Tingkat Kompetensi, mengoordinasikan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat kompetensi, dan ujian akhir sekolah/madrasah melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota dan instansi lain yang terkait.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan dan pelaporan penilaian hasil belajar berbasis Kurikulum 2013 dilakukan oleh 3 pihak yaitu oleh pendidik, satuan pendidikan atau sekolah dan pemerintah. Ketiga pihak ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pelaporan penilaian hasil belajar agar informasi dari penilaian hasil belajar bisa digunakan oleh pihak yang membutuhkan.

3. Kelompok Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan

a. Pengertian Kelompok Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu instansi pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dengan berbagai skill yang dibutuhkan di dunia kerja sesuai dengan bidang keahlian dalam sekolah tersebut. Untuk membekali peserta didik diperlukan suatu mata pelajaran yang khusus, yang biasa disebut dengan mata pelajaran peminatan atau kelompok mata pelajaran kompetensi kejuruan. Sebelum Kurikulum 2013 diberlakukan istilah kelompok mata pelajaran kompetensi kejuruan disebut dengan mata pelajaran produktif. Menurut Depdiknas (2007) “Mata diklat produktif adalah segala mata pelajaran (diklat) yang dapat membekali pengetahuan teknik dasar keahlian kejuruan. Pengertian ini dipertegas sebagai materi yang berkaitan dengan pembentukan kemampuan keahlian tertentu sesuai program keahlian masing-masing” (hlm. 4).

(19)

Pada SMK mata diklat dikelompokkan menjadi tiga hal ini dijelaskan pada Bimtek (2008) yaitu:

Di dalam penyusunan kurikulum SMK, mata diklat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok normatif, adaptif dan produktif. Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap meliputi Pendidikan Agama, Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dan Seni Budaya. Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dan Kewirausahaan. Kelompok produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan Dasar Kompetensi Kejuruan. (hlm. 17)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelompok mata pelajaran kompetensi kejuruan merupakan kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). SKKNI merupakan standar kompetensi yang disepakati oleh forum yang dianggap mewakili dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Mata diklat produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Mata diklat produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian. b. Kelompok Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan dalam Kurikulum

2013

kelompok mata pelajaran kompetensi kejuruan dijabarkan dalam Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan yang menjelaskan bahwa, Kurikulum SMK/MAK dirancang dengan pandangan bahwa SMA/MA dan SMK/MAK pada dasarnya adalah pendidikan menengah, pembedanya hanya pada pengakomodasian minat peserta didik saat memasuki pendidikan menengah. Oleh karena itu, struktur umum SMK/MAK sama dengan struktur umum SMA/MA, yakni ada tiga kelompok Mata pelajaran: Kelompok A, B, dan C.

Bidang keahlian pada SMK/MAK meliputi: Teknologi dan Rekayasa; Teknologi Informasi dan Komunikasi; Kesehatan; Agribisnis dan

(20)

Agroteknologi; Perikanan dan Kelautan; Bisnis dan Manajemen; Pariwisata; Seni Rupa dan Kriya; Seni Pertunjukan.

Dalam penetapan penjurusan sesuai dengan bidang/program/ paket keahlian mempertimbangan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Pemilihan Peminatan Bidang Keahlian dan program keahlian dilakukan saat peserta didik mendaftar pada SMK/MAK. Pilihan pendalaman peminatan keahlian dalam bentuk pilihan Paket Keahlian dilakukan pada semester 3, berdasarkan nilai rapor dan/atau rekomendasi guru BK di SMK/MAK dan/atau hasil tes penempatan (placement test) oleh psikolog.

Pada SMK/MAK, Mata Pelajaran Kelompok Peminatan (C) terdiri atas: Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Keahlian (C1); Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2); Kelompok Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3).

Mata pelajaran serta KD pada kelompok C2 dan C3 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi serta kebutuhan dunia usaha dan industri. Khusus untuk MAK dapat ditambah dengan muatan keagamaan yang diatur lebih lanjut oleh Kementerian Agama (hlm. 12)

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam Kurikulum 2013 untuk pendidikan tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah mata pelajaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok A (kelompok normatif), B (kelompok adaptif) dan C (kelompok peminatan /produktif).

(21)

Tabel 2.1.Mata pelajaran Umum SMK/MAK

(Sumber : Permendikbud No. 70 Tahun 2013, Hal.14)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kelompok mata pelajaran kompetensi kejuruan (kelompok peminatan/produktif) ditentukan sesuai dengan bidang keahlian masing-masing SMK. Salah satu bidang keahlian adalah Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen yang di dalam nya terdapat Program Keahlian Administrasi Perkantoran. Mata pelajaran kelompok C3 (kelompok peminatan/produktif) pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran adalah sebagai berikut

Tabel 2.2.Mata Pelajaran Kelompok C Program Keahlian Administrasi Perkantoran

(22)

Berdasarkan tabel diatas bisa dilihat bahwa pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran kelompok mata pelajaran kompetensi kejuruan dibagi menjadi tiga yaitu C1 (Dasar Bidang Kejuruan), C2 (Dasar Kompetensi Kejuruan) dan C3 (Kompetensi Kejuruan). Dalam Kurikulum 2013 kelompok mata pelajaran produktif termasuk pada kelompok C3 yang memuat Administrasi Kepegawaian, Administrasi Keuangan, Administrasi Sarana Prasarana serta Administrasi Humas dan Keprotokolan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai penilaian hasil belajar sebelumnya pernah diteliti oleh beberapa peneliti baik dari dalam negeri maupun luar negeri, antara lain:

1. Sarah Fazilla dalam Jurnal Penelitian Pendidikan ISSN 1412-565X dengan judul “Penerapan Asesmen Portofolio dalam Penilaian Hasil Belajar Siswa Sains SD”. Permasalahan yang mendasari dalam jurnal ini yaitu bagaimana meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penilaian yang bervariasi tidak hanya dengan cara tertulis saja. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar harusnya menggunakan sistem penilaian yang mengukur kemampuan siswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan desain studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara konseptual pemahaman pendidik terhadap penilaian portofolio sudah baik namun masih ditemukan sebagian pendidik mengalami kesulitan dalam merancang penilaian portofolio secara khusus. Penilaian portofolio merupakan salah satu penilaian yang ada dalam penilaian hasil belajar berbasis Kurikulum 2013, sehingga peneliti bisa mengambil informasi tentang bagaimana penerapan penilaian portofolio sebagai bahan pertimbangan dari jurnal ini.

2. Rezania Setyandari dalam Unnes Journal of Biology Education Vol. 2 Tahun 2012 ISSN 2252-6579 yang berjudul “Pengembangan Asesmen

(23)

Alternatif Portofolio IPA Kelas VIII Materi Sistem Peredaran Darah Manusia”. Penelitian ini menggunakan metode reseach and development dengan presentase tertentu untuk menunjukkan kelayakan penilaian portofolio dalam pembelajaran IPA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian portofolio sangat layak digunakan dalam pembelajaran IPA dengan presentase sebesar 93%. Penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian portofolio layak digunakan dalam menilai perkembangan peserta didik baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian portofolio adalah penilaian dengan menganalisis kumpulan hasil kerja peserta didik, sehingga pendidik mengetahui dalam ranah apakah kelemahan peserta didik untuk selanjutnya melaksanakan tindakan yang tepat pada peserta didik tersebut.

3. David J. Nicol dan Debra Macfarlane dalam Jurnal Society for Research into Higher Education pada april 2006 Vol. 31, No. 2, pp. 199-218 ISSN

1470-174X dengan judul “Formative assessment and self-fregulated learning: a model and seven principles of good feedback practice”. Penelitian ini membahas tentang suatu model bagaimana peserta didik melakukan penilaian diri dalam kegiatan penilaian formatif. Penilaian formatif merupakan penilaian yang dilakukan oleh pendidik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar. Berdasarkan anggapan lama bahwa pada penilaian formatif peserta didik tidak dilibatkan dalam penilaian tersebut. Sehingga David dan Debra memberi anggapan bahwa peserta didik perlu dilibatkan dalam penilaian formatif yang sesuai dengan tujuh prinsip penilaian diri agar hasil penilaian lebih lengkap dan terjadi umoan balik antara peserta didik sengan pendidik sehingga pendidik dapat mengetahui bagaimana kemampuan dari peserta didiknya. Jurnal ini sejalan dengan salah satu standar penilaian yang ada dalam penilaian berbasis Kurikulum 2013, yaitu penilaian diri. Sehingga peneliti mendapat informasi tentang bagimana penilaian diri dari jurnal ini.

(24)

4. Chan Yuen Fook dan Gurnam Kaur Sidhu dalam Journal of Social Science ISSN 1549-3652 Vol. 6, hal. 153-161, tahun 2010 yang berjudul “Authentic Assessment and Pedagogical Strategies in Higher Education”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data seperti wawancara, analisis dokumen dan observasi kelas. Masalah yang mendasari penelitian ini adalah ketidaksesuaian proses penilaian dengan kurikulum yang berlaku, dimana hanya berpusat pada penilaian pembelajaran saja. Peneliti mencoba mengalisis bagaimana pelaksanaan penilaian autentik pada perguruan tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi berbagai jenis penilaian autentik dengan pengaruhnya terhadap belajar siswa dan prosedur yang tepat melakukan penilaian autentik. Kesimpulan dari studi ini adalah mengidentifikasi penilaian itu autentik harus terkait erat dengan proses belajar mengajar. Menilai kinerja autentik harus menjadi bagian integral dari siklus pembelajaran dan umpan balik yang diberikan oleh dosen dan rekan-rekan harus menjadi pembantu mahasiswa menilai kekuatan dan kelemahan mereka. Oleh karena itu, lembaga-lembaga pendidikan tinggi harus kembali pada tujuan mereka, untuk melengkapi peserta didik dengan keterampilan dan kompetensi yang diperlukan agar berhasil di tempat. Sehingga diperlukan suatu penilaian yang secara nyata menunjukkan kemampuan mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan penilaian autentik dapat menciptakan output nilai yang lebih tepat dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku disana. Jurnal ini sesuai dengan salah satu kriteria penilaian berbasis Kurikulum 2013, yaitu penilaian autentik. Penilaian autentik mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Pada penilaian autentik tidak hanya menekankan pada hasilnya saja namun juga prosesnya. Jadi penilaian autentik ini dilakukan oleh pendidik pada setiap kegiatan belajar mengajar.

(25)

C. Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar di SMKN 6 Surakarta dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Peningkatan kemampuan dan keberhasilan peserta didik bisa dilihat melalui kegiatan penilaian hasil belajar yang dilaksanakan oleh pendidik. Penilaian hasil belajar merupakan salah satu proses yang penting dalam kegiatan belajar mengajar, dengan penilaian hasil belajar dapat diketahui seberapa besar ketercapaian tujuan pembelajaran, kemampuan peserta didik dan informasi berguna lainnya yang bisa berguna untuk pihak-pihak tertentu.

Pelaksanaan penilaian hasil belajar harus sesuai dengan standar atau aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sehingga pendidik diharapkan memahami berbagai aturan tentang penilaian hasil belajar yang diatur dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Berdasarkan aturan tersebut pendidik harus melaksanakan penilaian hasil belajar pada tiga kompetensi yaitu, pertama kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta didik dan jurnal. Kedua, kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan dan penugasan. Ketiga, kompetensi keterampilan melalui tes praktik, projek dan portofolio. Sedangkan prinsip penilaian hasil belajar yang harus diperhatikan oleh pendidik adalah prinsip objektif terpadu ekonomis transparan akuntabel edukatif.

Apabila pendidik sudah memahami standar penilaian hasil belajar dengan baik, maka akan dihasilkan nilai yang sesuai dengan kenyataan tanpa dipengaruhi subyektifitas pendidik, aspek yang belum dinilai ataupun cara yang salah dalam penilaian hasil belajar berbasis Kurikulum 2013.

(26)

Adapun skema dari kerangka berpikir di atas adalah

Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013 di SMKN 6 Surakarta

Standar Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013

Perencanaan Penilaian Hasil Belajar Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Pelaporan Penilaian Hasil Belajar Tindak Lanjut

Kendala yang Dihadapi

Solusi

Gambar

Tabel  2.1.Mata pelajaran Umum SMK/MAK

Referensi

Dokumen terkait

Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi jumlah pajak dengan cara yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.Tujuan dari penelitian ini adalah

Adapun wujud dari kelompok kekerabaran kindred pada orang Tolaki tersebut adalah warga yang masih saling kenal mengenal karena masih terdiri dari saudara-saudara sepupu

Selain itu dapat memberikan manfaat yang sangat banyak bagi peningkatan kerjasama di berbagai bidang terutama bidang ekonomi dan pembangunan terutama bagi kawasan Asia yang masih

Berdasarkan hasil uji korelasi, didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi yang signifikan dan kuat antara bilangan iod dan energi aktivasi, sedangkan untuk kadar air dan

Pelayanan Umum sesuai dengan sumber data yang ada berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan untuk dipergunakan sebagai bahan masukan bagi atasan; dan 19 Melaksanakan tugas-tugas

v merupakan singkatan dari “vector”, in merupakan fungsi untuk mengimpor data ke dalam basis data GRASS, ogr merupakan library perangkat lunak yang digunakan untuk membaca data

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh penerapan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) terhadap kemampuan