• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MELIHAT PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA ABSTRACK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MELIHAT PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA ABSTRACK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

209 IMPLEMENTASI MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MELIHAT PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

Nisa Okta Yusasri, Mulia Suryani, Lucky Heryanti Jufri

Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

nisaoktayusasry@gmail.com

ABSTRACK

Their understanding of the mathematical concepts of grade X IPA 3 students is still low. The main reason for this is that students are not used to learning independently and have not actively involved students in building their knowledge. As a result, students tend to memorize formulas and easily forget concepts from learning materials. This study aims to improve students' understanding of mathematical concepts by implementing the Think Pair Share model in class X IPA 3 SMAN 1 Lengayang. This type of research is a descriptive study with a qualitative approach in which the research design is one group pre-test and post-test. The sample of this research is class X IPA 3. The sampling technique in this study is using purposive sampling. The instruments used in this study were pre-test and post-test in the form of essays, interviews, field notes. The data analysis used to see the increase in students' understanding of concepts was using N-Gain. Based on the results of the N-Gain value, it was found that 23% of students experienced a high increase in concept understanding. 68% of students experienced moderate improvement in concept understanding. And 9% of students experienced an increase in low concept understanding. It can be concluded that there is an increase in students' understanding of mathematical concepts in class X IPA 3 at SMAN1 Lengayang.

Keywords: Think Pair Share, Concept Understanding, N-gain.

PENDAHULUAN

Menurut (Hasratuddin, 2014) matematika dapat menjadikan siswa berfikir secara logis, kritis, dan sistematis, apabila siswa tersebut mampu memahami konsep matematika dengan baik. (Pakpahan, Murni, & Zulkarnain, 2015), menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan:

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah,

(2)

(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,

(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh,

(4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah ,

(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah,

(6) Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika dan pembelajarannya,

(7) Melakukan kegiatan-kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan matematika,

(8) Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk melakukan kegiatan-kegiatan matematika.

Depdiknas (2003) dalam (Kesumawati, 2008) berpendapat Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika. Sesuai dengan pendapat (Setiawan, Bharata, & Caswita, 2017) bahwa Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang sudah dimengerti,

Menurut (Fahrudhin, Zuliana, & Bintoro, 2018) Pemahaman konsep adalah salah satu kecakapan atau kemampuan untuk memahami dan menjelaskan suatu situasi dengan kata-kata yang berbeda dan dapat menginterpresentasikan atau menarik kesimpulan dari tabel, grafik, yang memiliki sifat-sifat umum yang diketahui dalam matematika. Trianto dalam (halimatun syakdiah, 2015) pemahaman konsep matematika sangat penting untuk siswa, karena konsep matematika yang satu dengan yang lain berkaitan sehingga untuk mempelajarinya harus runtut dan berkesinambungan.

Berdasarkan kutipan di atas disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah kesanggupan siswa dalam memahami, mengidentifikasi suatu objek persoalan, dan

(3)

211 menyerap makna atau arti dari suatu materi yang dipelajari dan mengungkapkan kembali kedalam bentuk lain yang sudah dimengerti. Namun kenyataan yang ditemukan di lapangan, kemampuan pemahaman konsep matematis siswa masih tergolong rendah.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 13 sampai 16 Agustus 2019 dikelas X SMAN 1 Lengayang, pada proses pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru. Siswa hanya mendengar, mencatat dan mengerjakan soal. Jika diberikan kesempatan bertanya hanya sebagian siswa yang ingin bertanya. Salah satu hal yang mempengaruhi rendahnya kemampuan pemahaman konsep ini dikarenakan siswa kurang mampu menjelaskan atau menuangkan kembali konsep yang mereka dapatkan dan mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah, ini dapat dilihat dari jawaban ulangan harian siswa kelas X IPA 3 yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Jawaban Ulangan siswa

Berdasarkan dari jawaban siswa pada Gambar 1, terlihat bahwa siswa belum mampu memenuhi indikator menyatakan ulang sebuah konsep. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang tidak dapat menyatakan ulang konsep persamaan nilai mutlak, dimana seharusnya siswa menuliskan terlebih dahulu konsep nilai mutlak | | =

{

. Selanjutnya siswa belum mampu memenuhi indikator

mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), ini dapat terlihat dari jawaban siswa belum menuliskan atau mengelompokkan nilai

mutlak suatu persamaan berdasarkan sifat-sifat seperti dan . Sehingga

siswa tidak dapat memenuhi indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman konsep siswa

(4)

terhadap materi yang dipelajari, sehingga siswa kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu pembelajaran menjadi tidak efektif dan berakibat pada rendahnya persentase ketuntasan belajar dan rendahnya prestasi belajar siswa di sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas X IPA SMAN 1 Lengayang, diperoleh informasi bahwa siswa masih enggan bertanya maupun mengeluarkan pendapat tentang materi yang belum mereka pahami, guru telah melakukan beberapa usaha untuk menanggulangi masalah tersebut, seperti memberikan pembelajaran secara berkelompok. Namun proses pembelajaran berkelompok ini belum berjalan secara maksimal, karena hanya sebagian siswa yang benar-benar mengerjakan tugas kelompok.

Hasil wawancara dengan siswa kelas X IPA 3 SMAN 1 Lengayang didapatkan informasi bahwa siswa menganggap matematika itu sulit dan membosankan karena selalu berhubungan dengan angka dan rumus-rumus. Dalam permasalahan yang diberikan oleh guru mereka cukup kesullitan dalam mengerjakannya, apabila soal yang diberikan oleh guru berbeda dengan contoh.

Melihat permasalahan di atas, maka diperlukan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa. Salah satu solusi yang dapat digunakan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yanto, 2019),

dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Think Pair

Share (TPS) merupakan salah satu tipe yang dipandang mampu meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang

untuk mempengaruhi pola interaksi siswa atau kelompok yang memberikan siswa waktu untuk lebih banyak berpikir , menjawab, dan membantu satu sama lain.

(5)

213 Berdasarkan kelebihan di atas, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Share (TPS) mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk

menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran terutama terhadap pemahaman konsep matematis.

Menurut Majid (2013) dalam (Isrok’atun & Rosmala, 2018) Think Pair Share (TPS) mempunyai langkah-langkah (fase) sebagai berikut :

Langkah 1 : Berfikir (Thingking).

Pada tahap awal, siswa dihadapkan pada suatu pertanyaan di dalam kehidupan yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya, siswa diberikan tugas belajar seputar isu tersebut. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu untuk beberapa saat. Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)

Kegiatan siswa pada tahap ini, yaitu siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Setiap pasangan mendiskusikan ide dan pemikirannya bersama-sama. Durasi diskusi berpasangan ini memiliki kisaran 4-5 menit.

Langkah 3 : Berbagi (Sharing)

Tahap akhir, yakni siswa berbagi hasil diskusi antar pasangan secara bergiliran, dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapatkan kesempatan berbagi ide. Kegiatan sharing antar pasangan dilakukan hingga seluruh siswa dalam kelas mengetahui ide setiap siswa.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpresentasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung (Linarwati, Fathoni, & Minarsih, 2016). Sedangkan menurut Creswell (2004) dalam (Sudaryono, 2017)

(6)

menyatakan bahwa “Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek apa adanya”.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan atau mendeskripsikan suatu masalah atau keadaan tertentu apa adanya sehingga dapat memberikan gambaran secara tepat dengan keadaan yang sebenarnya.

Penelitian ini menggunakan one group pretest - posttest design. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas X IPA 3 SMAN 1 Lengayang. Instrument yang digunakan dalam penelitia ini tes berupa Pre-test and Post-test, wawancara, catatan lapangan.

Soal terdapat 5 soal dan terbagi menjadi 14 butir soal. Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran soal, terdapat 7 buah soal dengan kriteria mudah dan terdapat 7 buah soal dengan kriteria sedang.

Berdasarkan perhitungan daya pembeda (DP), diperoleh bahwa semua soal berada pada kriteria diterima / baik. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh

reabilitas tes sebesar 0,8849 dan = 0,339, maka dan dapat

disimpulkan bahwa soal dinyatakan reliabel.

Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Teknis analisis data yang digunakan dalam peneltian ini adalah menghitung skor pemahaman konsep matematis siswa, untuk mengukur pemahaman konsep siswa digunakan rubrik analitik.

Analisis data pemahaman konsep matematis siswa meggunakan N-Gain. Rumus nilai N-Gain menurut (Lestari & Yudhanegara, 2015) adalah:

Berdasarkan rumus di atas, maka nilai N-gain akan berkisar antara 0 dan 1, siswa yang mendapatkan skor yang sama pada saat pretest dan postest akan mendapatkan nilai N-gain 0, sedangkan siswa yang mendapatkan skor 0 pada saat

(7)

215 nilai N-gain sebesar 1. Tinggi atau rendahnya nilai N-gain ditentukan berdasarkan kriteria Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Nilai N-Gain Nilai N-Gain

0,70 < N-Gain 0,30 ≤ N-gain ≤ 0,70

N-gain < 0,30

Sumber: Lestari & Yudhanegara (2015:235)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan dari tanggal 11 Januari sampai tanggal 04 Februari 2020. Peningkatan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilihat melalui pre-test dan post-test berupa soal essay sebanyak 5 butir soal. Pre-test dilakukan untuk mengetahui sejauh mana materi yang akan diajarkan telah diketahui oleh siswa, sedangkan post-test dilakukan untuk mengetahui apakah materi yang diajarkan telah dipahami dengan baik oleh siswa, tes ini diikuti oleh 34 orang siswa.

Data N-Gain atau normalitas gain merupakan data yang diperoleh dengan membandingkan selisih skor post-test dan pre-test dengan selisih SMI dan pre-test. Data N-Gain ini memberikan informasi mengenai peningkatan kemampuan beserta peringkat siswa di kelas. Kriteria nilai gain tinggi, sedang, dan rendah menjelaskan tentang peningkatan individu, seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai N-Gain Kelas Sampel

Nilai Gain Jumlah Kriteria

0,70 6 Tinggi 0,30 0,70 21 Sedang 0,30 7 Rendah

(8)

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa pemahaman konsep matematika siswa berada pada kriteria tinggi sebanyak 6 orang, pada kriteria sedang sebanyak 21 orang, dan yang berada pada kriteria rendah sebanyak 7 orang.

Kesimpulan dari Tabel 11, dimana terdapat pemahaman konsep matematika siswa berada pada kriteria sedang, siswa yang peningkatan kemampuannya baik tetapi pencapaian kemampuannya masih di bawah skor pada saat pre-test dan di atas skor pada saat post-test. Jika dilihat dari peningkatan, nilai gain siswa tergolong sedang (cukup baik), namun jika dilihat dari pencapaiannya nilai gain siswa tergolong tinngi (baik).

Peningkatan pemahaman konsep matematis siswa akan dilihat dari persentase N-Gain tinggi, sedang, rendah dengan menggunakan N-gain atau gain ternormalisasi. Tinggi atau rendahnya nilai N-gain ditentukan berdasarkan kriteria yang terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Persentase Peningkatan N-gain

Gambar 2, dapat dilihat bahwa persentase kriteria N-gain pada kriteria tinggi terdapat 23% yaitu terdapat sebanyak 6 orang anak yang berada pada kriteria tinggi, dan kriteria sedang 68% yaitu terdapat sebanyak 21 orang anak berada pada kriteria sedang, sedangkan kriteria rendah terdapat 9% yaitu terdapat 7 orang anak berada pada kriteria rendah. Ini menunjukan bahwa rata-rata anak kelas X IPA 3 berada pada kategori N-Gain sedang.

Proses pembelajaran Think Pair Share dilakukan pada kelas sampel yang terdiri dari 3 tahap yaitu pertama tahap Think (berpikir), kedua tahap Pair (berpasangan), dan terakhir tahap Share (berbagi).

TINGGI 23% SEDANG 68% RENDAH 9% PERSENTASE N-GAIN

(9)

217 Pada tahap Think guru meminta siswa untuk memikirkan jawaban dari soal yang telah diberikan dan siswa diminta mengerjakan secara individu terlebih dahulu. selanjutnya tahap Pair, pada tahap ini guru meminta siswa mendiskusikan kembali jawaban yang telah mereka kerjakan pada tahap individu (Think). Setelah tahap Pair berakhir guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, dengan meminta salah satu dari mereka untuk maju mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Pembelajaran dimulai dengan guru mengucapkan salam dan memeriksa kerapian dan kebersihan kelas, setelah itu guru mengambil absen siswa, guru memberi motivasi dan persepsi kepada siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran serta menjelaskan tentang model pembelajaran Think Pair Share (TPS), guru membagi siswa berpasangan sebanyak 17 pasangan yang terdiri atas 2 orang dalam satu pasangan, kemudian guru membagikan lembar kegiatan individu (Think), dan lembar kegiatan berpasangan (Pair).

Berikut gambaran hasil pre-test dan post-test siswa dengan N-gain tinggi yang diwakili dengan kode nama TM pada soal nomor 2.

Gambar 3. Lembar Jawaban

Pre-test Siswa N-Gain Tinggi

Gambar 4. Lembar Jawaban

Post-test Siswa N-Gain Tinggi

Gambar 3 menunjukkan lembar jawaban pre-test terlihat bahwa siswa belum mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis dan belum mampu mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah. Gambar 4 siswa sudah mampu memenuhi indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk

(10)

representasi matematis dan siswa sudah mampu mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah. Ini dapat dilihat dari jawaban siswa yang menjawab soal dengan benar. Maka dari itu penilaian yang diberikan yaitu bobot 1 dikali dengan skala 0 dan siswa TM mendapatkan skor 0.

Berikut gambaran hasil pre-test dan post-test siswa dengan N-gain sedang yang diwakili oleh salah satu siswa dengan kode nama MI pada soal nomor 2.

Gambar 5. Lembar Jawaban

Pre-test Siswa N-Gain Sedang

Gambar 6. Lembar Jawaban

Post-test Siswa N-Gain Sedang

Gambar 5 pada lembar jawaban pre-test, siswa MI belum mampu menyajikan konsep dalam berbagai konsep bentuk representasi matematis tetapi siswa MI tetapi siswa MI sudah mampu mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah, ini terlihat bahwa siswa MI belum mampu menggambarkan sketsa dari soal yang diberikan, siswa langsung membuat poin b jarak kaki tangga dengan pohon. Dari jawaban siswa MI penilaian yang diberika adalah pada poin a mendapatkan skor 0, karena pada poin a siswa MI tidak membuatkan sketsa gambarnya. Maka bobot 1 dikalikan dengan skala 0 mendapat skor 0. Tetapi pada poin b siswa membuat jawabannya dengan tepat, maka bobot 1 dikali dengan skala 3 mendapatkan skor 3. Maka skor total yang didapatkan siswa MI pada soal nomor 2 adalah 3.

Gambar 6 lembar jawaban siswa pada saat post-test setelah menerapkan model pembelajaran Think Pair Share siswa dapat memenuhi indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis dan indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah, ini terlihat dari jawaban siswa

(11)

219 menjawab soal dengan benar. Maka siswa mendapat skor total 6 untuk soal nomor 2, didapatkan dari jumlah skor poin a dan poin b.

Berikut gambaran hasil pre-test dan post-test siswa dengan N-gain rendah yang diwakili oleh salah satu siswa dengan kode nama HP pada soal nomor 2.

Gambar 7. Lembar Jawaban

Pre-test Siswa N-Gain Rendah

Gambar 8. Lembar Jawaban

Post-test Siswa N-Gain Rendah

Gambar 7 pada lembar jawaban pre-test terlihat siswa HP belum mampu memenuhi indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis dan siswa belum mampu mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah, ini terlihat dari jawaban siswa belum bisa menyelesaikan soal dengan tepat. Maka penilaian yang diberikan yaitu pada poin a bobot 1 dikali skala 2 dan mendapatkan skor 2, karena siswa ada sedikit kesalah maka diberikan skala 2. Dan pada poin b siswa salah secara keseluruhan maka digunakan bobot 1 dikali

(12)

dengan skala 1 dan mendapatkan skor 1. Maka skor total yang diperoleh siswa dari jumlah poin a dan b adalah 3.

Gambar 8 lembar jawaban siswa pada saat post-test, terlihat bahwa setelah menerapkan model Think Pair Share siswa masih belum memenuhi indikator

menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah, ini dapat dilihat dari jawaban siswa belum bisa menjawab soal dengan tepat. Maka siswa memperoleh nilai untuk poin a adalah bobot 1 dikali dengan skala 1 dan mendapat skor 1, begitupum untuk poin b bobot 1 dikali dengan skala 1 dan mendapat skor 1. Maka skor total yang diperoleh untuk soal nomor 2 oleh siswa HP dari jumlah skor poin a dan b adalah 2.

Dilihat dari keseluruhan siswa yang ikut saat Pre-test maupun Post-test terlihat ada ditemukan beberapa siswa yang mengalami peningkatan yg tinggi dari Pre-test ke

Post-test dan ada juga yang tidak mengalami peningkatan, dan ada yang mengalami

peningkatan sedikit dari Pre-test ke Post-test. Dari wawancara yang diperoleh siswa yang mengalami peningkatan yang tinggi dengan kode nama TM pada saat Pre-test siswa TM mengatakan tidak bisa menyajikan soal ke dalam bentuk matematikanya, siswa TM merasa kesulitan merubah soal cerita ke dalam bentuk matematika. Maka dari itu siswa TM mengosongkan lembar jawaban soal nomor 2 dan soal nomor 5.

Setelah diberi perlakuan dengan mmenggunakan model Think Pair Share siswa TM bisa menjawab soal Post-test dengan tepat dan benar. Karena pada saat pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share siswa merasa terbantu pada saat tahap Pair, karena pada tahap pair siswa bisa mendiskusikan jawaban mana yang tepat untuk soal yang ditelah diberikan oleh guru. Siswa bisa mngeluarkan pendapatnya kepada pasangannya dan mendiskusikan jawaban yang telah mereka kerjakan pada tahap Think.

(13)

221 Berdasarkan hasil dari nilai N-Gain diperoleh 23% siswa mengalami peningkatan pemahaman konsep yang tinggi yaitu sebanyak 6 orang yang mengalami peningkatan tinggi. 68% siswa mengalami peningkatan pemahaman konsep sedang yaitu sebanyak 21 orang mengalami peningkatan sedang. Dan 9% siswa mengalami peningkatan pemahaman konsep rendah yaitu sebanyak 7 orang mengalami peningkatan rendah. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep matematis siswa dikelas X IPA 3 SMAN 1 Lengayang

DAFTAR PUSTAKA

Fahrudhin, A. G., Zuliana, E., & Bintoro, H. S. (2018). Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Melalui Realistic Mathematic Education Berbantu Alat Peraga Bongpas. Anargya Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 1(1).

halimatun syakdiah, lusi eka afri. (2015). Pengaruh meodel pembelajaran kooeratif

tipe think pair share (TPS) terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP muhammadiyah pasir pengairan. 20(1), 61–68.

Hasratuddin. (2014). Pembelajaran Matematika Sekarang dan Yang Akan Datang Berbasis Karakter. Jurnal Didaktik Matematika, 1(2), 30–42.

Isrok’atun, & Rosmala, A. (2018). Model-model Pembelajaran Matematika. Jakarta: Bumi Aksara.

Kesumawati, N. (2008). Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Semnas Matematika Dan Pendidikan Matematika Universitas

PGRI Palembang.

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: PT Refika Aditama.

Linarwati, M., Fathoni, A., & Minarsih, M. M. (2016). Studi Deskriptif Pelatihan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Serta Penggunaan Metode Behavioral Event Interview Dalam Merekrut Karyawan Baru Di Bank Mega Cabang Kudus.

Journal Of Management, 2(2).

Pakpahan, W. N., Murni, A., & Zulkarnain. (2015). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Kelas X MIA MAN 1 Pekanbaru.

(14)

Sari, A., & Yuniati, S. (2018). Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis.

Jurnal Cendekia, 2(2), 71–80.

Setiawan, W., Bharata, H., & Caswita. (2017). Pengaruh Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika

Unila, 5(November), 1027–1039.

Sudaryono. (2017). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Yanto, A. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think Pair share (TPS) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa. Cakrawala

Gambar

Tabel 1. Kriteria Nilai N-Gain  Nilai N-Gain
Gambar  3.  Lembar  Jawaban  Pre-test Siswa N-Gain Tinggi
Gambar  5.  Lembar  Jawaban  Pre-test Siswa N-Gain Sedang
Gambar  7.  Lembar  Jawaban  Pre- Pre-test Siswa N-Gain Rendah

Referensi

Dokumen terkait

Mohon Lembar Kemajuan Studi di Kirimkan ke Sekretariat Program Doktor FKUGM, Dengan melampirka nbuktipembayaran SPP... SEKRETARIAT PROGRAM DOKTOR

In Diagram 10.1, the bulb only lights up in if both of the switches A and B are closed, hence there is only ONE chance for current to flow to give only ONE output of the logic

Untuk menduduki peperiksaan kategori yang lebih tinggi, calon-calon mestilah memegang perakuan kekompetenan terkini sekurang- kurangnya 1 tahun dengan sekurang-kurangnya 1

pendidikan sering mengalami perubahan. Pada pendidikan SMP Negeri 8 Pangkalpinang perubahan ini tidak berlangsung secara keseluruhan sistem, tapi perubahannya hanya

selain itu, diketahuai pula bahwa rerata kelas eksperiman dari pengukuran yang berbeda signifikan tersebut selalu lebih tinggi, artinya pencapaian pengetahuan kelas

Metode tersebut dilakukan dengan cara melakukan penelitian kepustakaan sehingga diperoleh teori dan pengetahuan yang membantu penulisan skripsi ini, mengumpulkan data dan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional