• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPOSISI JENIS DAN KELIMPAHAN PL ANKTON DI PERAIRAN PUL AU SEGARA KABUPATEN PANGKEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPOSISI JENIS DAN KELIMPAHAN PL ANKTON DI PERAIRAN PUL AU SEGARA KABUPATEN PANGKEP"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSISI JENIS DAN KELIMPAHAN PL ANKTON

DI PERAIRAN PUL AU SEGARA KABUPATEN PANGKEP

Machluddin Amin dan Suwardi Tahe

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: litkanta@indosat.net.id

ABSTRAK

Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kondisi plankton di sekitar perairan Pulau Segara Kabupaten Pangkep telah dilakukan. Pengambilan contoh air diambil satu kali pada satu titk masing-masing yang dilakukan pada 3 stasiun yaitu Stasiu n A = sekitar dermaga Pulau Salemo, Stasiun B = dekat dermaga Pulau Sabangko, Stasiun C = dekat Pulau Segara dan antara Pulau Segara dan Pulau Sebangko. Contoh plankton disaring sebanyak 100 L menjadi 100 mL dengan menggunakan plankton net No. 25. Kelimpahan plankton dihitung dengan menggunakan alat bantu SRC (Sedgwick Rafter Counter Cell) yang dilihat dibawa mikroskop. Identifikasi plankton dilakukan sampai tingkat genera dengan bantuan buku identifikasi. Hasil penelitian menunjukkan jumlah jenis plankton yang diperoleh selama penelitian adalah terdiri atas 9 jenis fitoplankton dan 6 jenis zooplankton. Jumlah jenis dan individu plankton tertinggi diperoleh pada stasiun C masing-masing 12 genera dan 83 ind./L. Indeks keragaman yang diperoleh pada semua stasiun berkisar 0,641-1,867 menunjukkan stabilitas komunitas plankton adalah moderat (sedang), Indeks keseragaman plankton pada semua stasiun berkisar 0,726-0,915 menunjukkan keragaman relatif merata, indeks dominansi plankton berkisar 0,202-0,319 menunjukkan tidak ada jenis plankton yang secara ekstrim mendominasi jenis lainnya dan indeks kesuburan plankton pada semua stasiun adalah berkisar 1-3 menunjukkan kondisi kesuburan perairan adalah eutrofik.

KATA KUNCI: komposisi, jenis, plankton, Pulau Segara

PENDAHULUAN

Usaha perikanan budidaya laut merupakan satu di antara kegiatan pemanfaatan kawasan pesisir yang dapat memberikan kontribusi cukup besar terhadap pendapatan daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui penyediaan lapangan kerja dan perolehan devisa negara yang potensial. Perairan kawasan timur Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk pengembangan budidaya laut. Salah satu kawasan perairan yang terletak di perairan Kabupaten Pangkep yang memiliki banyak pulau antara lain Pulau Segara, Salemo, dan Sebangko yang memiliki potensi sumberdaya laut yang dapat dikembangkan yang masih lestari dan belum dimanfaatkan secara optimal.

Plankton merupakan salah satu sumber pakan alami bagi hewan-hewan di laut. Kesuburan suatu perairan dapat ditentukan oleh komposisi jenis dan kelimpahan plankton, satu di antaranya fitoplankton. Menurut Barnes & Mann (1991), fitoplankton merupakan pakan alami terpenting di ekosistem perairan, di mana tingkat produksi plankton dapat digunakan untuk menduga potensi produksi ikan yang mampu dihasilkan di suatu perairan. Lebih lanjut Praseno (1976) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengetahui kesuburan perairan antara lain dengan mengetahui kelimpahan fitoplankton di perairan tersebut.

Apabila populasi plankton di suatu perairan lewat jenuh (blooming) dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran biologi. Selanjutnya berperan juga sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Menurut Dawes (1981), salah satu ciri dari organisme ini merupakan produktivitas primer dari siklus mata rantai makanan di perairan. Oleh karena itu, kehadiran plankton di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan, apakah berada dalam kondisi subur atau tidak. Atau plankton juga dapat menunjukkan apakah perairan tersebut stabil atau tidak stabil.

(2)

Reynolds et al. (1984) mengemukakan bahwa kelimpahan plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologinya. Komposisi dan kelimpahan plank-ton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia maupun biologi (Raynolds et al., 1984).

Pada setiap perairan terdapat perkembangan yang sedemikian rupa sehingga suatu spesies lebih dominan dari pada spesies-spesies lain pada interval waktu yang agak pendek sepanjang tahun. Spesies yang dominan pada suatu waktu kerap kali menjadi spesies langka pada waktu berikutnya dan digantikan oleh spesies lain yang dominan. Menurut Davis (1955), penyebaran plankton yang tidak merata dalam suatu perairan selain disebabkan oleh angin, aliran air yang masuk atau arus ke dalam suatu perairan juga dapat disebabkan oleh pasang surut, variasi garam nutrien, aktivitas pemangsaan, dan adanya percampuran dua mata air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan, penyebaran, dan keragaman jenis plankton, serta mengetahui kualitas perairan sekitar Pulau Segara Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep).

BAHAN DAN METODE

Lokasi penelitian plankton dilakukan di Perairan sekitar Pulau Segara Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Sulawesi Selatan. Pengambilan contoh air laut dilakukan pada 4 stasion pengamatan yaitu A = sekitar dermaga Pulau Salemo, Stasiun B = dekat dermaga Pulau Sabangko, Stasiun C = dekat Pulau Segara dan stasion D = antara Pulau Segara dan Pulau Sebangko (Gambar 1). Pada masing-masing stasiun contoh air laut disaring dan dipadatkan sebanyak 100 L menjadi 100 mL dengan plankton net No. 25 kemudian dianalisis secara kuantitas dan kualitas di bawah mikroskop dengan bantuan alat SRC (Sedwick rafter counter cell).

Identifikasi plankton dilakukan sampai tingkat genera dengan bantuan buku Newell & Newell (1963) dan Yamaji (1976). Kelimpahan plankton dalam contoh air selanjutnya dihitung di bawah mikroskop dengan menggunakan alat bantu SRC dengan modifikasi rumus APHA (2005).

di mana:

N =kelimpahan fitoplankton (ind./L) T =jumlah kotak dalam SRC (1000) L =luas kotak dalam satu lapang pandang P =jumlah fitoplankton yang teramati p =jumlah kotak SRC yang diamati V =volume air dalam botol sampel v =volume air dalam dalam kotak SRC W =volume tambak air yang tersaring

Indeks keragaman fitoplankton dihitung berdasarkan berdasarkan rumus Shannon-Wiever sebagai berikut (Wilhm & Dorris 1968 in Masson, 1981):

di mana:

H× =indeks keanekaragaman Shannon-Wiever pi =ni/N

ni =jumlah individu jenis ke i N =jumlah seluruh individu

W 1 x v V x P P x L T N 

  N 1 I pi In pi - H'

(3)

Indeks keseragaman dihitung sebagai berikut (Odum, 1971) : di mana: E = indeks keseragaman H2 = indeks kergaman H2 maks = ln S S = jumlah spesies

Indeks dominasi dihitung berdasarkan indeks Simpson in Legendre Legendre (1983) sebagai berikut:

di mana:

C =indeks dominasi Simpson ni =jumlah individu jenis ke-1 N =jumlah total individu

Tingkat kesuburan dihitung dengan indeks Nygaard (In) (Basmi, 2000) dengan menghitung rasio jumlah macam spesies fitoplankton yang tergolong dalam ordo Centrales dalam Kelas Bacillariophyceae dan jumlah macam spesies yang tergolong dalam ordo Pennales dari Kelas Bacillariophyceae dengan persamaan sebagai berikut:

Pengamatan kualitas air meliputi kecerahan, suhu, kecepatan arus, TSS, pH, suhu, salinitas, NH4, NO2, PO4, NO3, BOT, dan Fe.

maks H' H' E 

 [ni/N]2 C

 Pennales ordo sp. Centrales ordo sp. In

(4)

HASIL DAN BAHASAN

Jumlah individu, indeks keragaman, indeks dominansi, dan indeks keseragaman plankton pada semua stasiun di perairan Pulau Segara dan sekitarnya disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah jenis dan individu plankton terbanyak diperoleh pada stasiun C (Perairan Pulau Segara) pada saat surut masing-masing 12 jenis dan kepadatan individu 83 ind./L). Banyaknya plankton yang diperoleh pada saat air surut disebabkan karena volume air pada saat itu berkurang sehingga kepadatan plankton akan cenderung bertambah. Jumlah genera plankton terbanyak diperoleh pada saat pasang diperoleh pada stasiun D (antara Pulau Segara dan Sabangko) yaitu 10 genera, sedangkan jumlah individunya terbanyak diperoleh pada stasiun A (Perairan Pulau Salemo). Banyaknya genera plankton yang diperoleh pada stasiun D disebabkan terbawa oleh air pasang. Sedangkan pada stasiun A diperoleh jumlah individu yang tinggi karena beberapa genera fitoplankton dan zooplankton memiliki banyak individu seperti Chaetoceros dan Gyrosigma dari Kelas Bacillariophyceae dan copepoda dari kelas krustase.

Pada Lampiran 1 menunjukkan komposisi jenis dan jumlah individu plankton yang diperoleh selama penelitian adalah sebanyak 16 genera yang terdiri atas 10 genera (62,5%) fitoplankton dan 6 genera (37,5%) zooplankton. Jenis fitoplankton yang diperoleh dari semua stasiun didominasi oleh Klas Bacillariophyceae 7 genera, menyusul kelas Dinophyceae 2 genera dan kelas Cyanophyceae 1 genera. Dominasi fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae ini sering mendominasi suatu perairan, kerena mudah beradaptasi dengan lingkungan, tahan terhadap kondisi yang ekstrim, bersifat kosmopolit. Beberapa genera dari fitoplankton memiliki jumlah individu yang banyak seperti

Gyrosigma, Chaetoceros, Coscinodiscus, dan Ceratium. Jenis zooplankton yang diperoleh dalam penelitian

ini adalah sebanyak 6 jenis yang terdiri atas kelas krustasea4 genera dan masing-masing 1 genera dari kelas Gastropoda dan Polychaet. Jenis zooplankton yang memiliki jumlah individu yang banyak adalah genera kopepoda dan Balanus dari kelas krustase.

Indeks keragaman plankton di perairan sekitar Pulau Segara dan sekitarnya diperoleh nilai rata-rata 1,570 dengan kisaran 0,641-1,901; di mana tertinggi pada stasiun D (antara Pulau Segara dan Sabangko) yaitu 1,901 dan nilai terendah diperoleh pada stasiun A (Pulau Salemo) (Tabel 1). Menurut Stirn (1981), berdasarkan nilai rata-rata indeks keragaman yang diperoleh adalah >1 menunjukkan bahwa secara umum komunitas plankton di perairan Pulau Segara dan sekitarnya adalah moderat, kecuali pada stasiun A pada saat pasang tidak stabil karena nilainya <1. Keragaman jenis yang tinggi pada satasiun D menunjukkan bahwa pada perairan tersebut dihuni oleh banyak jenis plankton yang memiliki jumlah individu yang relatif jumlahnya sama, seperti Coscinodiscus, copepoda, dan larva Gastropoda. Selanjutnya pada satasiun A pada saat pasang memiliki indeks keragaman yang lebih rendah. Rendahnya indeks keragaman pada stasiun A menunjukkan bahwa pada stasiun tersebut hanya beberapa jenis plankton tertentu yang dapat hidup dalam jumlah banyak dibanding dengan jenis lainnya seperti Chaetoceros, Gyrosigma, copepoda, dan Balanus. Perairan yang memiliki keragaman tinggi dianggap memiliki kondisi yang stabil dan tidak terindikasi adanya pencemaran. Sebaliknya

Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut

Jumlah jenis 6 9 7 9 7 12 10

-Jumlah individu (ind./L) 65 28 35 24 33 83 58

-Indeks keragaman 0,641 1,789 1,301 1,861 1,675 1,825 1,901 -Indeks keseragaman 0,915 0,814 0,726 0,849 0,861 0,735 0,8226 -Indeks dominansi 0,202 0,125 0,319 0,202 0,225 0,24 0,195 -Indeks kesuburan 3 2 2 2,5 ttd 1,5 3 -Stasiun Parameter A B C D

(5)

nilai keragaman yang rendah menunjukkan perairan tersebut cenderung kurang stabil dan cenderung terjadi pencemaran.

Indeks keseragaman plankton menunjukkan keseragaman jumlah individu plankton yang dimiliki setiap genera pada suatu perairan. Apabila nilai keseragamannya rendah menunjukkan jumlah individu yang menyusun suatu genera tidak seragam. Indeks keseragaman perairan Pulau Segara dan sekitarnya diperoleh nilai rata-rata 0,818 dengan kisaran 0,726-0,915. Berdasarkan nilai indeks keseragaman yang diperoleh pada semua stasiun menunjukkan bahwa perairan Pulau Segara dan sekitarnya merata, atau dengan kata lain julah individu pada masing-masing genera relatif sama. Menurut Lind (1979), bila dihubungkan dengan kondisi komunitas dan lingkungan, indeks keseragaman yang mendekati nilai 0 cenderung menunjukkan komunitas yang tidak stabil. Sebaliknya nilai indeks keseragaman yang tinggi mendekati nilai 1 adalah cerminan bahwa komuntas dalam keadaan stabil, jumlah individu antara spesies relatif sama. Berdasarkan data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa kondisi habitat perairan Pulau Segara relatif serasi untuk pertumbuhan dan perkembangan masing-masing plankton. Menurut Reynold (1993), bahwa perubahan-perubahan dominansi jenis fitoplankton dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti kondisi biologi, suhu, kondisi cahaya, dan pasokan nutrien, serta variasi pH.

Nilai indeks dominasi yang diperoleh pada perairan Pulau Segara dan sekitarnya berkisar 0,195-0,319 (Tabel 1). Pada stasiun B (Pulau Sabangko) didapatkan indeks dominansi tertinggi yaitu 0,195-0,319 sedangkan nilai terendah diperoleh pada stasiun D (antara Pulau Segara dan Sabangko) yaitu 0,195. Berdasarkan klasifikasi Basma (2000) bahwa secara umum rata-rata nilai indeks dominasi perairan Pulau Segara dan sekitarnya mendekati nilai 0 (0,228) menunjukkan bahwa secara umum struktur komunitas plankton dalam keadaan stabil karena tidak dijumpai spesies (genera) yang mendominasi genera lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan Pulau Segara dan sekitarnya cukup prima, dan tidak terjadi tekanan ekologis terhadap biota di habitat tersebut.

Indeks kesuburan plankton yang diperoleh pada perairan Pulau Segara dan sekitarnya berkisar 2,0-3,0 dengan nilai rata-rata 2,3. Berdasarkan nilai indeks Nygaard (Basmi, 2000) perairan Pulau Segara dan sekitarnya tingkat kesuburannya tergolong kondisi eutrof, di mana nilai tertinggi diperoleh pada stasiun A dan D pada saat pasang yaitu dengan nilai 3,0.

KESIMPULAN

1. Jumlah jenis dan individu plankton tertinggi diperoleh pada stasiun C (dekat Pulau Segara) pada saat pasang.

A B C D

Suhu (°C) 28,0 26,5 26,0 29,0

Kecepatan arus (cm/detik) 18,16-29,2 14,12-21,3 17,02-13,2 14,19-17,5

Kecerahan (m) 5 4,15 3,5 4,0 Salinitas (ppt) 33-34 35 35 31 pH 8,0 7,8-8,0 8,0 8,0 TSS (mg/L) 1.465-1.791 1.673-1.695 1.711-1.805 1.690-1.758 BOT (mg/L) 4,8471 4,871 4,8471 4,8471-4,910 NO2 (mg/L) 0,013-0,017 0,014-0,017 0,011-0,014 0,007-0,008 NH4 (mg/L) 0,221-0,325 0,034-0,557 0,022-0,025 0,018-0,070 PO4 (mg/L) 0,010-0,011 0,011-0,011 ttd-0,011 ttd-0,011 Fe (mg/L) ttd ttd ttd ttd NO3 (mg/L) ttd ttd ttd ttd Stasiun pengamatan Parameter

(6)

2. Jenis fitoplankton yang diperoleh didominasi oleh kelas Bacillariophyceae, sedangkan zoop-lankton didominasi oleh kelas krustase

3. Keragaman, keseragaman, dan dominasi plankton perairan Pulau Segara dan sekitarnya adalah masing- masing moderat, stabil dan tidak ada yang mendominasi antara genera.

4. Indeks kesuburan plankton perairan Pulau Segara dan sekitarnya tergolong eutrof.

DAFTAR ACUAN

APHA (AmericanPublic Health Association) 2005. Standard method for examination of water and waste water. APHA, 800 I Street, New York, p. 101-167.

Barnes, R.S.K. & Mann, K. 991. Fundamental of Aquatic Ecosystem (Prologue). Blackwell Sci. Publisher Oxford, p. 226.

Basmi, H.J. 2000. Planktonologi: Plankton sebagai bioindikator kualitas perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, 60 hlm.

Dawes, C.J. 1981. Marine Botany A Willey Interscience Publ., 628 pp.

Lagendre, L. & Lagendre, P. 1983. Numerical Ecology. Elsiver Scientific Publ. Co. New York, p. 419. Masson, C.V. 1981. Biology of Water Pollution. Longman Scientific and Technical Longman Singapore

Publisher Ptc. Ltd. Singapore, p. 351.

Neell, G.E. & Newell, R.C. 1977. Marine Plankton a Practical Guide 5th. Edition.Hutchinson of London, 244 pp.

Odum, E.P. 1971. Fundamenal Ecology. Third Edition. W.B. Saunders, Co. Philadelphia. London, p. 574.

Praseno, D.P. 1976. Kesuburan Perairan Indonesia. Pewarta Ocean. LON-LIPI Jakarta, 3(3): 7-12. Raynolds, C.S., Tundisi, J.G., & Hino, K. 1984. Observation on a Metalimnetic Phytoplankton Population

in A Stably Stratiffied Tropical Lake. Arch. Hydrobyol. Argentina, 97: 7-17.

Stirn, J. 1981. Manual Methods in Aquatic Environment Research. Part 8. Ecological Assessment of Pollution Effects. FAO, Rome, 70 pp.

Teet, P. & Edwards, A. 1984. Mixing and Plankton: An Interdisplinary Theme in Oceanography. Oceanogr.

Mar. Biol. Ann. Rev., (22): 99-123.

(7)

Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Pasang Surut Fitoplankton

Kelas Bacillariophyceae Chaetoceros 16 - 1 1 3 - 2

-Gyrosigma 13 1 1 2 - 15 21 -Biddulphia 1 - - 1 - 2 4 -Rhizosoleni - 1 - 1 - - - -Coscinodiscus 8 6 11 3 7 5 8 -Navicula - - - 1 - -Triceratium - - - 1 -

-Kelas Dinophyceae Ceratium - 10 3 4 1 5 3

-Gymnodinium - 1 - - -

-Kelas Cyanophyceae Oscillatoria - - - 2 -

-Zooplankton

Kelas Crustasea Copepoda 15 5 16 9 12 36 8

-Balanus 12 2 1 1 6 7 2

-Cyclops - - - - 2 - 1

-Larva Penaeus - - - 2 - 2 1

-Kelas Gastropoda Larva Gastropoda - 1 2 - 2 6 8

-Kelas Polychaeta Larva Polychaeta - 1 - - - 1 -

-Stasiun

Jenis genera (plankton) A B C D

(8)

Gambar

Gambar  1. Peta  lokasi  pengambilan  contoh  plankton

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini secara umum bertujuan mendapatkan gambaran mengenai sumber-sumber pencemaran laut di Teluk Jakarta, mengetahui beban pencemaran dan mengukur

Sedangkan data sekunder berupa cara perhitungan energi manusia dan peralatan yang digunakan selama tahapan proses produksi, faktor emisi pada beberapa bahan bakar, serta

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul:

16 Gambar ya dalam hala diisikan de gambar gu untuk BPS dan Bupati/ untuk BPS ng ada di man ini ngan bernur Provinsi /Walikota Kab./Kota. Distribussi   Pendudu uk

Selanjutnya dilakukan pendampingan dalam pembuatan formulasi biofertilizer dalam bentuk kompos limbah kulit kakao, pendampingan perbanyakan Trichoderma sp di lokasi

Realisasi penggunaan alokasi dana desa pada Pos Infrastruktur Desa (Pembangunan Kantor Desa) dalam Pelaksanaan kebijakan penggunaan alokasi dana desa di Desa Maria

(10) Apabila kerja jalan telah disiapkan oleh pihak berkuasa tempatan dan kosnya ditentukan, pihak berkuasa tempatan hendaklah mengarahkan supaya suatu pembahagian akhir bagi kos

Pendapat lain dari Handoko (1996:104) yang mengatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki