• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia memiliki fase kehidupan sejak lahir di dunia yang akan dilalui oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga sebelum kematiannya akan mengalami masa penuaan. Fase kehidupan seperti ini ini tidak dapat dihindari dan pasti akan dialami oleh setiap manusia. Hingga saat ini, penuaan masih menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar manusia, karena rendahnya kualitas hidup. Selama ini penuaan identik dengan hari-hari yang kurang menyenangkan karena manusia akan di hadapkan pada berbagai keluhan, penyakit degeneratif, dan menurunnya kualitas hidup.

Penuaan merupakan penurunan fungsi biologik dari usia kronologik (Fowler, 2003), suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur, serta fungsi normalnya. Akibatnya tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut (Cunningham, 2003). Penuaan dapat ditandai dengan penurunan energi, massa otot, dan gangguan kognitif (Null, 2006). Saat ini, pandangan terhadap proses penuaan telah mengalami pergeseran. Proses penuaan dapat dicegah, diobati dan dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila, 2007). Penyakit dan disabilitas dahulu dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dihindari dari suatu proses tumbuh kembang, akan tetapi hal ini tidak lagi dianggap benar. Proses penuaan memang meningkatkan risiko untuk munculnya masalah-masalah kesehatan, tetapi banyak orang-orang tua yang masih

(2)

sehat dan aktif pada usia lanjut. Upaya-upaya untuk memperlambat proses penuaan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan usia harapan hidup tetapi juga usia harapan hidup aktif, yaitu kondisi bebas penyakit meskipun di usia lanjut. (NIH, 2010).

Beberapa hormon akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan ini akan menimbulkan berbagai tanda dan keluhan. Beberapa hormon yang pasti menurun kadarnya seiring dengan bertambahnya usia adalah testosteron, estrogen dan progesteron, dehydroepiandrosterone (DHEA), melatonin, triiodothyronine (T3), human growth hormone (HGH) dan Insuline-like Growth Factor-1 (IGF-1) (Goldmann and Klatz, 2007; Pangkahila, 2011).

Testosteron adalah salah satu hormon steroid dari androgen yang ada pada manusia. Secara umum terdapat 2 macam efek Testosteron terhadap tubuh yaitu efek anabolik (pertumbuhan) dan efek androgenik (pematangan organ seksual). Efek androgenik meliputi: pematangan organ seks, terutama penis dan pembentukan skrotum, pendalaman suara, pertumbuhan janggut dan ketiak rambut. Secara umum testosteron banyak berperan dalam pembentukan karakteristik seks sekunder laki-laki (Bhasin et al., 2001).

Kekurangan testosteron pada pria yang mengalami penuaan sering dikaitkan dengan hilangnya libido, disfungsi ereksi, depresi, penurunan kemampuan kognitif, lesu, osteoporosis, dan hilangnya massa otot dan kekuatan. Gejala-gejala ini secara kolektif dikenal sebagai masa andropause, atau Androgen Deficiency in The Aging Male (ADAM), dan Partial Androgen Deficiency In The

(3)

Aging Male (PADAM) sindrom ini cenderung menjadi lebih parah semakin bertambahnya usia (Rajfer, 2003).

Terjadi perubahan degeneratif pada hipotalamus dan testis dengan bertambahnya usia, yang memberikan kontribusi terhadap hipogonadisme pada pria. Respon regulasi menurunnya kadar LH yang akan diikuti dengan menurunnya kadar Terstosteron menjadi kurang sensitive dengan bertambahnya usia (Veldhuis et al., 2001). Hal ini mungkin karena kegagalan hipotalamus untuk menghasilkan GnRH (Mulligan et al., 2006).

Penelitian menunjukkan bahwa penurunan kadar Testosteron dapat menyebabkan berbagai perubahan fisik dan mental yang berhubungan dengan proses penuaan (Raynor et al., 2007).

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati terbesar dengan sekitar 30.000 jenis tanaman dan lebih dari 940 jenis tanaman obat (Akib, 2006). Sebagian besar hanya berdasarkan pengalaman turun temurun, sehingga pemakaiannya kurang jelas efektivitasnya, dosis, efek samping maupun toksisitasnya, sehingga perlu dilakukan upaya ilmiah agar pemakaian obat tradisional dapat tepat dosis dan memenuhi kaidah ilmiah.

Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) merupakan salah satu tanaman herbal yang banyak terdapat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand,

(4)

Laos, Kamboja dan Vietnam (Hassanah et al., 2006). Pasak Bumi dikenal di Indonesia, di Vietnam dikenal dengan Cay Ba Binh, Bahrain menyebutnya dengan Longir Siam dan di Thailand dikenal dengan nama Tung Sawa (Goreja, 2004).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa ekstrak akar Pasak Bumi berpengaruh terhadap fertilitas pada tikus jantan, diantaranya ekstrak methanol akar Pasak Bumi dosis 200 mg/kgbb dapat meningkatkan jumlah sel sperma, sel Sertoli. Selain itu laporan menyebutkan bahwa Pasak Bumi pada hewan coba terbukti mampu meningkatkan aktivitas seksual (Ang dan Ngai, 2001; Ang dan Lee, 2002a; 2002b; Ang et al., 2000, 2003a, 2003b). Pasak Bumi memiliki efek untuk meningkatkan kadar hormon Testosteron pada dosis tertentu (Tambi, 2012). Pemberian Pasak Bumi pada pria dengan infertilitas idiopatik mampu meningkatkan konsentrasi sperma, motilitas sperma dan morfologi sperma (Chan, 2009). Sebelumnya juga telah dilakukan penelitian pada hewan coba dengan pemberian ekstrak air akar Pasak Bumi dosis 50 mg/kgbb selama 6 hari tidak mampu meningkatkan kadar hormon Testosteron dan pemberian ekstrak air akar Pasak Bumi dosis 200 mg/kgbb selama 49 hari mampu meningkatkan kadar hormon Testosteron (Hayati, 2011).

Penelitian lain dengan menggunakan ekstrak akar Pasak Bumi dosis 600 mg/kgbb selama 14 hari menunjukkan adanya peningkatan kadar hormon Testosteron total darah pada kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak akar Pasak Bumi secara oral (p<0.05). Beradasarkan hasil penelitian ini didapatkan

(5)

peningkatan kadar Testosteron pada kelompok perlakuan dari rerata 2,50±0,02 ng/ml menjadi 2,99±0,04 ng/ml setelah 14 hari perlakuan (Novianti, 2015).

Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) merupakan salah satu tumbuhan obat asli Indonesia yang diduga mempunyai efek androgenik digunakan oleh masyarakat sebagai obat untuk menimbulkan dorongan seksual. Penduduk sekitar dataran tinggi Dieng sejak dulu telah menggunakan tumbuhan obat ini sebagai salah satu bagian ramuan obat tradisional untuk mengobati macam-macam penyakit dan gangguan kesehatan, sedangkan ekstrak akarnya sebagai diuretika, tonika (Usmiati dan Yuliani, 2010).

Beberapa penelitian telah menguji efek penggunaan akar Purwoceng pada tikus. Laporan penelitian menunjukkan bahwa tikus yang diberi ekstrak Purwoceng dengan dosis 2 ml (50 mg) dapat meningkatkan kadar LH dan Testosteron. Tikus jantan umur 90 hari dengan berat badan rata-rata 200 gram diberi ekstrak Purwoceng sebanyak 25 mg, hasilnya menunjukkan bahwa pemberian ekstrak dapat meningkatkan spermatogenesis dalam testis dan motilitas sperma (Taufiqqurrachman, 2012). Penelitian lain melaporkan bahwa ekstrak akar Purwoceng yang diberikan pada tikus Spraque Dawley juga dapat meningkatkan derajat spermatogenesis dalam testis, jumlah maupun motilitas spermatozoa dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian purwoceng), namun cenderung tidak berbeda dengan perlakuan Pasak Bumi (Juniarto, 2004).

Hasil identifikasi secara kualitatif, akar Purwoceng mengandung senyawa turunan kumarin seperti bergapten, xanthotoksin, marmesin, 6,8 dimetoksi umbelliferon dan psoralen (Hernani dan Yuliani, 1991).

(6)

Studi lain menunjukkan hasil isolasi senyawa aktif dari tanaman purwoceng terdapat Stigmasterol yaitu senyawa golongan steroida saponin yang mempunyai gugus OH terikat pada atom karbon ke - 3 dari inti siklopentanoperhidrofenantren, sehingga mampu mengadakan ikatan dengan oligosakarida (Suzery et al., 2004). Saponin steroid larut dalam air akibat ikatan glikosida yang terbentuk. Senyawa ini diduga sebagai salah satu pemicu timbulnya perilaku seksual setelah menggunakan ekstrak Purwoceng. Senyawa saponin steroid tersusun dari suatu aglikon steroid yang terikat pada suatu oligosakarida. Senyawa ini biasa digunakan sebagai bahan dasar industri pada produk hormon seks dan aktivitas anabolik (Dewick, 1997).

Pada hasil analisis laboratorium Analitik Universitas Udayana 2016 didapatkan kadar phytotestosteron pada ekstrak akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) sebesar 12,17 % dan pada ekstrak akar Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) sebesar 10,60 % (Lampiran 1). Phytotestosterone adalah kelompok ekstrak tanaman yang mampu meniru dan memperkuat aksi dari hormon Testosteron itu sendiri.

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah pemberian ekstrak akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) oral dapat meningkatkan kadar hormon Testosteron pada tikus wistar jantan tua?

2. Apakah pemberian ekstrak akar Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) oral dapat meningkatkan kadar hormon Testosteron pada tikus wistar jantan tua?

3. Apakah pemberian ekstrak akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) oral lebih meningkatkan kadar hormon Testosteron dibandingkan pemberian ekstrak akar Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) oral pada tikus wistar jantan tua?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk membuktikan pemberian ekstrak akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) oral dapat meningkatkan kadar hormon Testosteron pada tikus wistar jantan tua.

2 Untuk membuktikan pemberian ekstrak akar Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) oral dapat meningkatkan kadar hormon Testosteron pada tikus wistar jantan tua.

3 Untuk membuktikan ekstrak akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) oral lebih meningkatkan kadar hormon Testosteron dibandingkan pemberian

(8)

ekstrak akar Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) oral pada tikus wistar jantan tua

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah

Memperbanyak informasi ilmiah terkait manfaat ekstrak akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) dan Akar Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) terhadap kadar Testosteron total pada tikus wistar jantan tua.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memperbanyak informasi dan menawarkan ekstrak Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) dan Akar Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) kepada masyarakat untuk mengatasi keluhan akibat proses penuaan yang terjadi karena penurunan kadar hormon Testosteron.

Referensi

Dokumen terkait

Pencapaian kualitatif merupakan kualitas yang dicapai dalam pelaksanaan program kerja, apakah program kerja tersebut berjalan dengan baik, konsep yang matang serta

Seperti yang juga telah dilakukan oleh Furoidah dan Juhan (2018) dalam PkM-nya, ternyata melakukan pelatihan skill untuk memberikan keterampilan dasar urban farming

Mekanisme pemusnahan barang bukti narkotika diatur secara hirarki di dasari dalam Pasal 91 dan 92 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan pelaksanaan

Gambar II.11.. Tanaman yang digunakan secara umum terbagi dalam 3 jenis yaitu, jenis penutup tanah, peneduh dan semak. Untuk jenis peneduh menggunakan pohon sedang dan

Dari tabel tersebut terlihat bahwa peubah suhu udara berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan karang pada setiap pulau, sedangkan peubah curah hujan hanya berpengaruh

1s Hal demikian diklaim sebagai pemberian kemudahan bagi umat Islam dan merupakan bentuk rahmat dari Tuhan sebagaimana dimaksudkan dalam sebuah hadits yang menyatakan

Pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah beton dengan benda uji 12 buah beton silinderdilakukan di Laboratorium Bahan Rekayasa Program Strata Satu (S1) Departemen Teknik

Sektor luar malaysia dijangka sederhana disebabkan oleh eksport yang lebih rendah dan harga komoditi yang lemah, terutamanya dalam tempoh separuh pertama 2013,