• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kaharuddin MS, Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin address: Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kaharuddin MS, Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin address: Abstrak"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

© 2013 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Hal | 108

STUDI FASIES GUNUNG API DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP POTENSI SUMBERDAYA MINERAL LOGAM

PADA FASIES SENTRAL KALDERA PANGKAJENE

KABUPATEN SIDRAP PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kaharuddin MS, Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin Email address: kaharuddin_geounhas@yahoo.com

Abstrak

Secara geologi karakteristik kaldera Pangkajene mempunyai litologi yang tersusun terutama oleh lava fragmental (ignimbrit), mempunyai tiga buah menara vockanic neck, aliran lava dengan struktur kekar tiang, serta bentuk morfologi tapak kuda sedikit tampak tidak teratur oleh gangguan struktur geologi. Studi dan pengelompokan fasies batuan gunungapi pada fasies sentral dilakukan dengan pendekatan aspek-aspek geomorrfologi dengan kenampakan bukit kubah lava, volkanik neck dan undak-undak topografi sebagai tebing kaldera, aspek stratigrafi batuan ignimbrite, lava trakitik, basaltik, sienit dan breksi volkanik, struktur geologi, kedudukan lapisan batuan terlipat dengan dip radial dari fasies sentral ke fasies proksimal. Sedangkan aspek petrologi-geokimia berupa bentuk tubuh-tubuh intrusi dike, retas basal dan kubah lava traktik andesitik dengan afinitas kimia sama. Indikasi adanya gejala alterasi dan mineralisasi ditemukan baik pada daerah fasies sentral maupun fasies proksimal yang ditunjukkan oleh mineral-mineral ubahan seperti klorit, serisit, biotit, kuarsa dan kalsit. Sedang mineralisasi berupa tembaga .(malasit, pirit), besi (limonit), gypsum dan vein kuarsa. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan tipe kaldera khususnya pada fasies sentral, mengetahui potensi sumber daya mineral kaldera Pangkajene yang nantinya diharapkan dapat melahirkan suatu konsep dalam suatu kegiatan eksplorasi sumberdaya mineral dan aspek penerapan geologi lainnya.

Dalam kegiatan penelitian ini, metode yang digunakan berupa studi pustaka, pengambilan data lapangan, analisis laboratorium dan evaluasi data yang dirangkum dalam suatu laporan penelitian.

.

Kata-kunci: Fasies, gunungapi, mineral logam, kaldera

I. Pendahuluan

Pusat erupsi batuan gunungapi Parepare sebagai kaldera belum pernah mendapat perhatian yang serius, sehingga lokasinya masih sulit dipastikan. Namun berdasarkan peninjauan lapangan, terdapat tiga lokasi yang diduga kuat sebagai pusat erupsi gunungapi tersebut yaitu di daerah pantai Lumpue, Alitta (utara Pare-pare) dan Pangkajene Sidrap bagian selatan. Dari ketiga lokasi tersebut yang lebih menarik dan lengkap untuk dikaji adalah pusat erupsi di daerah Sidrap yaitu Kaldera kota Pangkajene. Lokasi penelitian dilaksanakan di daerah Pangkajene Sidenreng Rappang berjarak 180 km sebelah utara kota Makassar (Gambar 1). Secara administratif daerah penelitian termasuk dalam daerah Amparita, Pajalele, Allakuang, Tanete, Cenranae, Posadae, Watangpulu, Dare dan Lawawoi Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan. Secara astronomis daerah penelitian

terletak pada 119o43’0” BT – 119o50’0” BT dan 3o54’0” LS – 4o3’40” LS.

Kaldera kota Pangkajene tampak sudah mengalami erosi lanjut dan gangguan struktur (patahan Walanae), sehingga dalam pengkajiannya dilakukan beberapa metode pendekatan seperti aspek geomorfologi, volkanologi, sedimentologi, struktur geologi, petrologi - geokimia dan geothermal. Luas kaldera kota Pangkajene sekitar 15 x 20 km2 berbentuk bulan sabit melingkar ke arah selatan, terpotong oleh patahan Walanae dan sebaran hasil erupsi berupa piroklastik mencapai kurang lebih 65 km ke arah selatan hingga Soppeng dan Barru.

Dengan mengkaji penentuan fasies gunungapi dapat dimanfaatkan untuk pencarian sumber baru mineralisasi logam sulfida berdasarkan konsep pusat erupsi gunungapi sebagai strategi untuk penelitian emas (Volcanic Center Concept for Gold Exploration Strategy, Bronto & Hartono, 2003; Bronto, 2003). Dalam sistem hidrotermal

(2)

© 2013 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Hal | 109

interaksi antara gas asam, unsur logam dan pancaran panas dari magma dengan air meteorik di dalam konduit gunungapi, membentuk fluida hidrotermal yang pada akhirnya menghasilkan batuan ubahan dan mineralisasi, konduit atau istilah lain diatrema, vein dan korok gunungapi terletak di bawah kawah dan diatas dapur magma. Ini berarti dibawah endapan mineralisasi terdapat dalam fasies pusat gunungapi. Oleh sebab itu dalam rangka pencarian sumber baru mineralisasi maka sebagai langkah pertama adalah dengan mencari fasies pusat gunungapi purba.

Pada batuan gunungapi Tersier, keberadaan bahan galian mineral logam, kelompok energi dan mineral radioaktif masih belum terungkap dengan jelas. Bahan tambang lainnya secara umum telah banyak ditemukan termasuk bahan galian tipe C dan industri. Macam dan potensinya tergantung letaknya dalam fasies gunungapi.

Gambar 1. Peta lokasi Daerah Penelitian.

Kenampakan bentuk morfologi kaldera Pangkajene tampaknya tidak terlalu utuh lagi, hanya pada bagian selatan dan barat yang masih dapat diidentifikasi.Sebelah timur dan utara

merupakan pedataran aluvial. Hal ini diduga terpotong oleh patahan Walanae yang melalui bagian utara kaldera tersebut dari arah tenggara ke barat laut. Patahan ini tertutupi oleh endapan alluvial sehingga tidak dapat diidentifikasi secara pasti. Bagian dalam daripada kaldera Pangkajene tertutupi oleh lava layer dan ignimbrite yang posisinya tidak beraturan, arah pengaliran yang ditunjukkan oleh arah memanjang fenokris plagioklas tampaknya sudah terganggu posisinya, sehingga kaldera Pangkajene pada awalnya termasuk jenis runtuhan. Kemunculan volcanick neck ini merupakan sisa erosi hasil endapan piroklastik yang mengelilinginya, sehingga memperlihatkan tonjolan menara pada depresi topografi (topography inversion), Sirajuddin dkk., 2011.

II. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data dari literatur, makalah, jurnal atau hasil penelitian terdahulu dan informasi awal dari masyarakat setempat tentang lokasi – lokasi objek yang akan diteliti

2. Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan dan pengukuran langsung terhadap objek penelitian baik di lapangan maupun di laboratorium.

Adapun variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah :

- Strike dip yaitu jurus dan kemiringan perlapisan batuan dan kekar serta bidang patahan.

- Arah mineralisasi yaitu suatu zona yang mempunyai parameter tertentu yang harus diukur seperti arah lateral dan vertikal serta luasan sebaran.

- Ukuran butir/kristal dapat secara megaskopis dan mikroskopis (tekstur).

- Komposisi mineral/kadar unsur dapat dihitung secara individual manual atau dalam persen berat berupa ppm (part per milliun).

3. Analisis Laboratorium (Petrografi), mengidentifikasi jenis-jenis dan sifat mineral alterasi secara mikroskopis.

(3)

© 2013 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Hal | 110

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Stratigrafi

Stratigrafi daerah kaldera Pangkajene dan Parepare tersusun oleh batuan gunungapi Soppeng, batuan gunungapi Parepare dan formasi Walanae. Batuan gunungapi Soppeng terdiri dari basal sebagai batuan alas yang berumur Miosen Awal. Batuan gunungapi Parepare terdiri dari batuan piroklastik dan aliran lava. Batuan piroklastik berupa breksi volkanik, lapilli dan tufa menempati daerah Parepare dan bagian barat Kabupaten Sidrap yang berbatasan dengan Kotamadya Parepare.Sedang aliran lava dan ignimbrite menempati daerah Pangkajene dan sekitarnya serta volkanik neck.Baik piroklastik maupun aliran lava dan ignimbrite bersifat trakitik – andesitik dan pumisan. Batuan gunungapi Parepare berumur Miosen Akhir-Pliosen (Sukamto, 1982), dari hasil analisa fosil pada tufa menunjukkan umur Miosen Akhir. Di daerah Allekuang sebelah selatan kota Pangkajene, tersingkap batuan Formasi Walanae berupa tufa, batupasir dan konglomerat berstruktur laminasi dan silang siur yag berumur Miosen Akhir-Pliosen. Posisinya berada di bawah lava kolumnar di Bulu Allekuang.Endapan alluvial dan danau menempati daerah pedataran dan di sisi tepi danau Sidenreng.

III.2 Litofasies Batuan Gunungapi

Pengelompokan fasies gunungapi ini oleh Bronto (2006) dapat dikenali dengan mengidentifikasi secara inderaja dan geomorfologi, stratigrafi batuan gunungapi, sedimentologi, struktur geologi dan petrologi-geokimia.

III.2.1 Aspek Geomorfologi

Kondisi kaldera Pangkajene terbentuk oleh letusan dan runtuhan dan telah terpengaruh oleh struktur sesar Walanae yang sifatnya merusak bentuk awal kaldera atau pusat erupsi serta pengaruh aktivitas erosi lanjut. Namun demikian pusat erupsi masa lalu masih dapat diidentifikasi dengan mencermati sisa batuan yang sifatnya lebih resisten dari pada batuan lainnya, seperti ditemukannya sumbat batuan beku dangkal berupa volvanic neck dan kubah lava di bagian dalam

kaldera. Data lain yang dapat teramati di daerah penelitian ini adalah adanya undak topografi yang melingkar berbentuk bulan sabit pada batas daerah morfologi aliran lava dengan kaki morfologi pegunungan piroklastik (Foto 1). Karakteristik geomorfologi diatas merupakan data identifikasi fasies sentral.

III.2.2 Aspek Stratigrafi

Di daerah penelitian ditemukan ciri-ciri batuan dalam bentuk kubah lava dibeberapa lokasi sebagai penyusun kerucut bukit-bukit kecil seperti di Bulu Batulappa, Batulappa dan Bulu Loa, dan beberapa bukit kecil lainnya. Volcanic neck ditemukan sebagai menara-menara topografi seperti Bulu Batualong, Bulu Tinebbang dan Bulukunyi. Sedang Bulu Allakuang diinterpretasikan sebagai aliran lava diatas batuan sedimen pada daerah proksimal.

III.2.3 Aspek Sedimentologi

Di daerah penelitian, pada fasies sentral tidak dapat diidentifikasi berdasarkan aspek sedimentologi, karena kondisinya tidak sesuai dengan daerah pusat erupsi, namun pada daerah luar kaldera dapat ditemukan adanya perubahan ukuran butir menghalus ke selatan, kemasan/sortasi semakin kearah luar menunjukkan semakin tertutup, dan adapula struktur aliran fragmen yaitu penjajaran dari utara ke selatan di daerah bagian baratdaya yang menunjukkan arah pengendapan dari utara ke selatan dimana pusat erupsi berada di sebelah utaranya. Pada daerah selatan ditemukan pula bongkah-bongkah batuan dalam bentuk bomb, mempunyai struktur kerak roti sebagai indikasi daerah fasies proksimal.

III.2.4 Aspek Struktur Geologi

Di daerah kaldera Pangkajene tampak adanya kekar-kekar batuan dan gejala-gejala sesar, akan tetapi karena daerahnya pedataran, telah tertutupi endapan aluvial dan soil, maka identifikasi struktur tidak dapat dilakukan secara sempurna, lagi pula daerah ini telah dilalui oleh sesar regional Walanae yang sifatnya aktif. Namun pada daerah proksimal, struktur perlipatan yang arah jurusnya masih dapat terbaca, tampak pada peta geologi yaitu kedudukan

(4)

© 2013 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Hal | 111

batupasir di bagian timur (Allakuang) mempunyai jurus dan kemiringan batuan sekitar N 25oE/14o, di

selatan N 100oE/25o (Bulu Matedonge), di sebelah barat N 145oE/36o (Bulu Manrenae), di sebelah barat N 197oE/51o dan N 245oE/50o. Kenampakan

kedudukan lapisan batuan tersebut di atas yang melingkar mengelilingi daerah kaldera atau pusat erupsi, merupakan indikasi terjadinya dorongan kenaikan magma dan aktivitas volkanisme.

III.2.5 Aspek Petrologi-Geokimia

Batuan volkanik Parepare ditunjukkan oleh sifat vesikulasi, berlapis semu (layer), baik pada batuan trakit maupun basal. Di beberapa tempat ditemukan batuan intrusi baik dalam bentuk tubuh intrusi besar maupun kecil (dike) seperti di daerah Bulu Mallocie terdapat intrusi sienit, Salobolong retas basal, Bilokka retas trakit dan di Datae retas basal.

Batuan intrusi tersebut yang menyebar di daerah proksimal, mempunyai kesamaan sifat kimia yaitu asam-basa di daerah pusat erupsi (kaldera), baik berupa lava maupun dalam bentuk ignimbrite. Oleh sebab itu, dapat dianggap sebagai suatu kelompok batuan yang terbentuk dalam suatu aktivitas volkanik dengan periode yang sama, dimana pada fasies sentral terbentuk lava dan ignimbrite, pada sisi luar (proksimal) terbentuk batuan intrusi yang mempunyai afinitas kimia sama, yaitu shoshonitic yang berumur Plio-Plistosen.

III.3 Potensi Sumberdaya Mineral Logam Pada Fasies Sentral

Hasil pengamatan lapangan yang telah dilakukan selama penelitian di daerah kaldera, baik pada fasies sentral maupun pada fasies proksimal menunjukkan adanya gejala alterasi yang dialami oleh seluruh batuan penyusun daerah ini.

III.3.1 Alterasi

Batuan penyusun daerah kaldera Pangkajene sebagai batuan host rocks sangat kaya akan mineral-mineral feldspar/feldspatoid dan ferromagnesian yang sangat reaktif terhadap pengaruh cairan hidrotermal. Interaksi antara gas asam dan unsur logam dengan cairan panas magma

akan menghasilkan batuan ubahan (alterasi) dan mineralisasi hidrotermal.

Dari data lapangan, terdapat 11 (sebelas) sampel dan titik pengamatan batuan yang menunjukkan gejala alterasi, pada fasies sentral 9 (sembilan) sampel dan 2 (dua) sampel batuan di daerah proksimal yaitu pada batuan basal Formasi Soppeng (stasiun 13 dan 15) di daerah Pajalele- Massepe, dan lainnya tersebar di berbagai lokasi di daerah fasies sentral, seperti di Batulappa, lereng Bulu Batualong, lembah Bulukunyi dan bagian selatan sisi kaldera. Singkpan batuan teralterasi di lapangan menunjukkan warna abu-abu keputihan hingga kecoklatan dan terkadang kehijauan oleh warna mineral klorit seperti yang yang tersingkap di daerah Pajalele-Massepe dan Bulukunyi (Foto 2). Kondisi fisik batuan teralterasi mudah lapuk, agak rapuh dan ringan (sebagian bersifat porous/pumis). Tampak kesan perlapisan akibat hasil pembekuan lava secara bertahap,diferensiasi, degassing dan alterasi (Foto 3). Pada lokasi alterasi di beberapa tempat ditemukan vein/urat kalsit, kuarsa dan besi klorit.

Berdasarkan pengamatan mikroskopis pada 11 (sebelas) sampel menunjukkan adanya mineral-mineral ubahan hidrotermal seperti klorit, serisit. kuarsa. opak. biotit dan lain-lain. Pada sayatan nomor ST 9B trakit teralterasi, menunjukkan mikrolit plagioklas berubah ke serisit, dan piroksin membentuk biotit sekunder (Foto 4).

Foto 1. Kenampakan Morfologi Aliran Lava, Kubah Lava

dan Volcanic Neck dengan Latar Belakang Morfologi Pegunungan Piroklastik di bagian Selatan Daerah Penelitian.

(5)

© 2013 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Hal | 112

Foto 2. Singkapan Basal Teralterasi di daerah Pajalele

Foto 3. Kenampakan Sheeting Joint trakit pada Bulu

Batulappa

Foto 4. Fotomikrograf Alterasi Serisit, Biotit dan Klorit di

daerah Bulu Batualong.

Pada sayatan ST 9C menunjukkan gejala alterasi jenis silisifikasi membentuk mikrokristalin kuarsa pada batuan ignimbrite (Foto 5). Sedang di daerah proksimal batuan dasar basal Soppeng pada ST 13 di daerah Pajalele, tampak mineral ubahan klorit, serisit dan opak (pirit dan malasit), berukuran halus (Foto 6).

III.3.2 Mineralisasi

Mineralisasi yang terjadi di daerah kaldera Pangkajene mengiringi proses alterasi pada batuan host rocks dalam aktivitas larutan hidrotermal, seperti pembentukan mineral-mineral logam berupa tembaga (malasit) di daerah Pajalele, bijih besi (limonit) di daerah lereng utara Bulukunyi dan pada batugamping malih di sebelah barat Bulukunyi. Sedang mineral non logam berupa gypsum dalam bentuk urat-urat tidak teratur di daerah Bulu Allakuang, tras di daerah Bulukunyi, Batulappa dan Tinebbang, (Foto 7) dan di beberapa tempat terdapat vein kuarsa dan kalsit yang terkontrol struktur geologi kekar dan patahan yaitu di daerah Batulappa dan Bilokka (Foto 8).

Foto 5. Fotomikrograf Silisifikasi Mikrokristalin kuarsa

biotit di daerah Bulu Bulu Batualong.

Foto 6. Fotomikrograf Alterasi pada Batuan, Klorit, Biotit

dan Mineral Opak (malasit) di daerah Pajalele

(6)

© 2013 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Hal | 113

Foto 7. Endapan Tras Hasil Alterasi pada Ignimbrite di

daerah Bulukunyi.

Foto 8. Singkapan Basal di dasar Sungai Bolong (Pajalele),

Hancur dan Terisi

Gejala alterasi dan mineralisasi yang terdapat di daerah kaldera Pangkajene, baik yang terbentuk pada fasises sentral maupun pada fasise proksimal memebrikan indikasi bahwa dalam proses akhir erupsi gunungapi (post eruption), dapat terjadi proses hidrotermal yang menghasilkan endapan mineral logam dan non logam, walaupun tingkat alterasi dan mineralisasi lemah. Hal inilah yang akan menjadi acuan dalam menyusun konsep eksplorasi sumberdaya mineral khususnya di kawasan batuan gunungapi purba. Peta lokasi-lokasi alterasi dan mineralisasi daerah kaldera Pangkajene dituangkan dalam peta geologi (Kaharuddin, 2012) terlampir.

IV. KESIMPULAN

1. Bentuk morfologi kaldera Pangkajene meliputi kubah lava, volkanik neck dan undak topografi yang tersusun oleh litologi batuan gunungapi Soppeng,, batuan sedimen Walanae dan batuan gunungapi Parepare yang berumur Miosen Akhir-Pliosen.

2. Karakteristik fasies sentral kaldera Pangkajene menunjukkan bukit/kerucut kubah/aliran lava, volkanik neck, endapan ignimbrite, sienit dan breksi volkanik yang bersifat trakitik, riolitik dan basaltik.

3. Alterasi dan mineralisasi terbentuk pada fasies sentral dan fasies proksimal yang ditunjukkan oleh mineral-mineral ubahan klorit, serisit, biotit, kuarsa, kalsit, malasit, limonit, gypsum dan vein kuarsa di beberapa lokasi.

4. Hampir seluruh batuan penyusun kaldera telah mengalami alterasi, namun sifatnya lemah-sedang (propilit dan potassik), yang mengindikasikan pengaruh aktifitas hidrotermal cukup luas hingga daerah proksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Alzwar, M., Samodra,H., Tarigan, J.J., 1988, Pengantar Dasar Ilmu Gunungapi, Nova, Bandung.

Best M.G and Christiansen, E.,H., 2001. Igneous Petrology, Department of Geology Bringham Young University, USA, Blackwell Science: 271-275.

Bronto,S., 2006, Fasies Gunungapi dan Aplikasinya, Jurnal Geologi Indonesia,Volume1, http:/www.bgl.esdm.go.id/dmdocuments/Jurnal 20060201.pdf.

Dahlin., P., Sjostrom., H., 2008, Primary Volcanic Textures, Geochemistry and Deformation, Department of Science, Uppsala University. Djuri, Sudjatmiko., 1974. Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat

Palopo, Sulawesi Selatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jendral Pertambangan Umum dan Energi, Bandung.

Fisher, R.V., H.U., Schmincke, 1984. Pyroclastic Rocks, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, Germany.

Hatch. F.H, Wells A.K., Wells, M.K, 1983. PetrologyOf The Igneous Rocks, Rewritten Thirteenth Edition, Boston, Sydney,Wellington, London Allen & Unwin: 247-253

Isnawan, D., Bronto, S., 1997, Penentuan Sumber Erupsi Batuan Gunungapi Tersier dan Implikasinya Terhadap Bahan Tambang, Prosiding PIT IAGI XXVI, Jakarta.

Kaharuddin, 2009, Studi Litofasies Batuan Gunungapi Parepare, Prosiding Hasil Penelitian Fakultas Teknik, Fakultas Tekinik UNHAS, Makassar.

Kaharuddin, 2007, Tektonik Global dan Prospek Pengembangan Eksplorasi Endapan Mineral di Busur Kepulauan Indonesia, Proceeding TPT XVI PERHAPI

Kaharuddin, 2012, Studi Karakteristik Kaldera Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan, Tesis, tidak dipublikasikan.

Katili, J.A., 1980, Geotectonic of Indonesia a Modern View, Department of Geology, Bandung Institute of Technology.

(7)

© 2013 Jurnal Penelitian Enjiniring, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Hal | 114 Mcphie.J., Doyle., M., Allen., R., 1993.Volcanic Textures, Centre for Ore

Deposit and Exploration Studies, University of Tasmania.

Nemeth., K., Martin., U., 2007, Practical Volcanology, Occasional Papers of the Geological Institute of Hungary volume 207, Budapest. Priadi, B., Bellon, H., Maury, R.C., Volve, M., Soeria-Atmadja, R., Philppet,

J.C., 1994, Magmatic Evolution in Sulawesi in Light of New 40K – 40Ar Age Data , Makalah PIT IAGI XXIII, Jakarta.

Priadi, B., Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H.,Volve, M., 1997,

The Occurrence of Back Arc Magmatism in Sulawesi : Geochemical Constraints on geodynamic Reconstruction, Prosiding PIT IAGI XXVI, Jakarta.

Pribadi., A, Mulyadi, E., Pratomo, I.,, 2007. Mekanisme Erupsi Ignimbrit Kaldera Meninjau, Sumatera Barat, Jurnal Geologi Indonesia, Volume 2 no 1 Maret 2007.

Sirajuddin, H., Rochmanto., B., Ekawati., D., Kaharuddin., 2011, Menguak Keberadaan Kaldera Gunungapi Tersier Kota Pangkajene Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan, Prosiding PIT IAGI XXXVI 2011, Makassar.

Sukamto,R., 1982,Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat Sulawesi Sulawesi,Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jendral Pertambangan Umum dan Energi, Bandung.

Sutawidjaja.I , 2009, Ignimbrite Analyses of Batur Caldera, Bali. Jurnal Geologi Indonesia, Vol 4 No 3; p.189-202

Thorpe R.S and Brown G.C, 1985. The Field Description of Igneous Rocks, Geological Society of London Handbook, The Open University Milton Keynes, Series Edition, Chichester, New York, John Wiley & Sans: 57, 80, 82, 84, 86

Williams, H, Turner, F and Gilbert C.M, 1982.Petrography An Introduction to the Study of Rocks in Thin Section, Second Edition, W.H. Freeman and Company, New York 267-271

Yuwono.S Y, 1990.Produk Volkanik Pare-pare (Sulawesi Selatan), Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data pada Tabel 7 dosis pupuk kandang tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peubah jumlah tanaman petak bersih, jumlah tongkol petak bersih, bobot

Hasil penelitian ini adalah bahwa alasan mengajukan permohonan dispensasi kawin dikarenakan pengajuan permohonan perkawinan ditolak oleh Kantor Urusan Agama

Menggunakan struktur rangka tiang kayu sebagai upaya adaptasi dengan iklim dan geografi. Tiang pada rumah tipe 1 dari konstruksi kayu seumantok dan pondasi umpak yang ditanam

Sedangkan paket pelatihan grooming adalah merupakan media layanan bimbingan konseling di instansi tertentu berisi seperangkat kegiatan dengan prosedur kerja yang

tahun) atau jumlah seluruh penduuk dalam suatu negara yang memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi

Dalam skripsi ini, penulis membahas mengenai “Dampak Putusan Maffezini terhadap Interpretasi Klausul Most-Favored Nation dalam hal Persetujuan (Consent)

keluarga matrilinial kalau tidak ada penangganan yang baik akan menyebabkan pertisipan mengalami depresi begitu juga dengan bebab dan dukungan keluarga, beban yang

Guna meningkatkan literasi keuangan di kalangan mahasiswa Otoritas Jasa Keuangan telah melakukan langkah-langkah a) menyelenggarakan pelatihan dalam bisnis keuangan