• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspansi produksi sawit lestari: Diskualifikasi!! Perusahaan sawit yang direkomendasikan penghentian operasionalnya oleh BPK RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ekspansi produksi sawit lestari: Diskualifikasi!! Perusahaan sawit yang direkomendasikan penghentian operasionalnya oleh BPK RI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Ekspansi produksi sawit lestari:

Diskualifikasi!!

Perusahaan sawit yang

direkomendasikan

penghentian operasionalnya

oleh BPK RI

(2)

Konferensi ketiga ICOPE

(International Conference on Oil Palm and Environment) yang diselenggarakan oleh PT Smart Tbk (grup bisnis sawit Sinarmas), WWF-Indonesia, dan

CIRAD, berlangsung 22-24 Februari 2012 di Bali,

mengusung tema“Conserving Forests, Expanding

Sustainable Palm Oil Production” (Konservasi Hutan, Ekspansi Produksi Sawit Lestari).

Tidak ada yang patut dipertanyakan dengan tema yang diusung oleh konferensi tersebut. Namun, tema tersebut menjadi patut dipertanyakan esensinya, mengingat terdapat lima perusahaan sawit PT Smart Tbk (Golden Agri

Resources/GAR) yang beroperasi di Kabupaten Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah, yang telah direkomendasikan dalam laporan pemeriksaan BPK RI tertanggal 23 Februari 2009 untuk dihentikan operasionalnya guna menghindari kerugian negara dan atau kerugian lingkungan yang lebih besar lagi.

Sehingga, apapun itu namanya – apakah itu produksi sawit lestari atau bukan – jika diproduksi dari areal-areal konsesi sawit yang telah

direkomendasikan oleh laporan pemeriksaan BPK RI untuk dihentikan operasionalnya -- apalagi rekomendasi itu guna menghindari kerugian negara dan atau kerugian lingkungan yang lebih besar lagi -- maka ekspansi produksi tersebut secara jelas telah mengabaikan rekomendasi BPK RI tersebut.

Sebagai konferensi terbuka, tentu saja produsen-produsen sawit lainnya dapat ikut serta dalam konferensi tersebut, dan bukan tidak mungkin, perusahaan-perusahaan yang juga termasuk dalam daftar yang direkomendasikan oleh laporan pemeriksaan BPK RI untuk dihentikan

operasionalnya. Misalnya, terdapat dua

perusahaan milik Grup Wilmar yang beroperasi di Kabupaten Seruyan Provinsi Kalimantan Tengah. WWF-Indonesia dan CIRAD tentu perlu

menggarisbawahi bahwa ekspansi produksi sawit lestari pada areal konsesi yang telah

direkomendasikan untuk dihentikan operasionalnya oleh BPK RI, tentu bukan merupakan ekspansi produksi sawit lestari, melainkan ekspansi kerugian negara dan atau ekspansi kerusakan lingkungan.

Latar Belakang

Pertimbangan Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Greenomics Indonesia menuliskan laporan ini adalah terdapat fakta-fakta yang memperlihatkan ekspansi produksi sawit lestari yang mengabaikan rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI, termasuk dalam proses sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). Sehingga, sangat beralasan bagi ICW dan Greenomics mengingatkan

WWF-Indonesia, termasuk CIRAD, untuk memperhatikan rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI dalam

mempromosikan skema ekspansi produksi sawit lestari tersebut.

Laporan ICW dan Greenomics ini bertujuan untuk memberikan penjelasan substansial kepada WWF-Indonesia dan CIRAD tentang keterkaitan antara ekspansi produksi sawit lestari dan rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI agar dalam mempromosikan praktik-praktik ekspansi produksi sawit lestari tidak mengabaikan rekomendasi BPK RI. Laporan ini juga membahas tentang diperlukannya peningkatan partisipasi publik agar skema ekspansi produksi sawit lestari menghormati rekomendasi laporan BPK RI. Di samping itu, laporan ini juga membahas terdapatnya konsistensi antara laporan pemeriksaan BPK RI dan analisis Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (The US Environmental Protection Agency/EPA), yang dikaitkan dengan skema ekspansi produksi sawit lestari.

(3)

Jika WWF-Indonesia dan CIRAD tidak secara terbuka menyatakan -- baik dalam konferensi pers maupun rekomendasi akhir dari

penyelenggaraan konferensi tersebut -- bahwa praktik-praktik ekspansi produksi sawit lestari tidak dapat diberlakukan terhadap areal-areal konsesi sawit yang telah dinyatakan untuk dihentikan operasionalnya dalam laporan pemeriksaan BPK RI, maka ekspansi produksi sawit lestari tersebut merupakan bentuk dari ekspansi kerugian negara dan lingkungan.

Untuk diketahui oleh WWF-Indonesia dan CIRAD, metodologi pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK RI tersebut, di antaranya, menggunakan pendekatan risiko, khususnya pada risiko

ketidakpatuhan, risiko kehilangan ekosistem dan keanekaragaman hayati, risiko illegal logging, risiko penggunaan lahan secara tidak sah, dan risiko ekonomi. Pemeriksaan tersebut juga dilengkapi dengan teknologi sistem informasi geografis (SIG) dalam memetakan lokasi deforestasi, tumpang tindih lahan, dan penggunaan lahan yang tidak sah. Dalam pemeriksaan tersebut, BPK RI mengacu pada 19 peraturan perundang-undangan.

Dengan metodologi pemeriksaan tersebut, laporan BPK RI menunjukkan daftar perusahaan-perusahaan sawit yang

direkomendasikan untuk dihentikan operasionalnya (lihat tiga tabel yang di-scan dari laporan BPK

RI tertanggal 23 Februari 2009).

Hindari ekspansi

kerugian negara

dan lingkungan

!"#$% &'(')$*#""+,-"+".'('+ !/0"+ 1$ &)23$+#$ 4"%$("+0"+ 5'+6"7 89

!"#$%&"' () *+,--).-/ ,0 /12 34&5"$"3 36#$"'7 3%'5%8 "'3"&" "&4"9:9;<"=% $4&<4>6'"' )?, (@A,( 54'7"' ,0 /1 >9;< * =496"= BCDEFG 8"2 >9;< ** =496"= BHDIJG 8" 5"' >9;< *** =496"= BKDFLG 8"M

IN 14&5"="&<"' $4#4&%<=""' 5% 9"$"'7"' 5%34#6<"' "5"'O" <47%"3"'%"+1 :%'")$+6;948 ,0 /A+ 5% "&4"9 %P%' )?, (@A,( 5"9"# "&4"9 <4&Q" ,0 /1D R"&% $4#4&%<=""' 34&=4>63 5"$"3 5%=%#$69<"' >"8S" ,0 /A+ #49"<6<"' $4#>6<""' 9"8"' 5% "&4"9 $4<4>6'"' )?, (@A,( 5"9"# "&4"9 <4&Q" *+,--).-/ ,0 /1 5"' ,0 /A+ 349"8 #49"<6<"' $4#>6<""' 9"8"' 5% 96"& -A+ ,0 /A+ 5"9"# "&4"9 <4&Q" *+,--).-/ ,0 /1D

14&5"="&<"' 8"=%9 $4#4&%<=""' T%=%< O"'7 5%9"<6<"' ;948 0%# 1,) $"5" 3"'77"9 U R4=4#>4& IGGJ2 5%<43"86% >"8S" <;'5%=% 9"8"' 5% "&4"9 *+,--).-/ ,0 /1 349"8 5%3"'"#% <49"$" ="S%3 5"' >4&6$" =4#"< >496<"&D

ID )">6$"34' )"3%'7"'

14&5"="&<"' 5"3" $4&<4#>"'7"' *+, $4& J ?<3;>4& IGGJ 5"&% R%'"= ,4&3"'%"' )">6$"34' )"3%'7"' 34&5"$"3 =4>"'O"< UC $4&6="8""'2 O"'7 5%9"<="'"<"' ;948 $4&6="8""' =S"=3" 5"' );$4&"=% +'%3 R4=" V)+RN2 54'7"' 96"= "&4" UUE2GLL 8"M KG 5%"'3"&"'O" 349"8 >4&;$4&"=%D 14&5"="&<"' 23')%"; "'3"&" "&4"9 <4&Q" $4&6="8""' O"'7 349"8 ;$4&"=% 54'7"' $43" 0A-) )4$636="' @4'34&% ,4&3"'%"' W;D HLF:)$3=:+#:KG:KFJI 3"'77"9 KI ?<3;>4& KFJI2 5%<43"86% >"8S" "&4"9 <4&Q" E $4&6="8""' #"=6< 5"9"# <"S"="' -63"' ,&;56<=% V-,N 5"' -63"' ,&;56<=% O"'7 5%<;'X4&=% V-,)ND )44'"# $4&6="8""' $4&<4>6'"' =496"= EUDUFG 8" 34&=4>63 >496# #4'5"$"3<"' () ,494$"="' )"S"="' -63"' 5"&% @4'34&% )4863"'"'2 54'7"' &%'Y%"' =4>"7"% >4&%<63Z

0">49 CDID R"T3"& ,4&<4>6'"' )"> )"3%'7"' ["'7 1496# @4'5"$"3<"' () ,494$"="' !" !#$# %&'()#*##+ ,-.+ %'.+)./0!"0123 4"5#).0!60123,-.+ ,7%0!"0123 4(#) 8*#9

K ,0 )"&O" R4S% ,63&" LILDIE:UE:\)

379 IU.K. IGGU GKDCEGDCI379 E @"&43 IGGU LILDIE:IUGE:\)379 IJ.KG IGGCD KHDLGG I ,0 A%&% ]4Q4<% @6<3% ) LGU:IKF:\) 079 F @"&43 IGGC UGDCEGDCI 379 IJ $&%9 IGGC IHH 0"86' IGGL 379 C W;$ IGGLD KEDIGG U ,0 )&%5" R8"&#" )"86&%$"' LGU:IIG:\)

379 U (4$3 IGGC UCDCEGDCI379 IF /$&%9 IGGC IHE 0"86' IGGL379 C.KG. IGGL KCDHGG C ,0 )4&4'7 ,"'7% ,&"3"#" LILDIE:LJF:\) 079

F.E.GU ELUDCEGDCI079 KIF.GU IIU 0"86' IGGH079D IJ.J.GH KUDLGG L ,0 )"3%'7"' -%Q"6 !4=3"&% LGU:IGIG:\) 079D

IL.F.GC FCDCEGDCI079D IL.KG.GC KDGGG

E );$4&"=% )"&O" />"5% IUU 0"86' IGGE

079D UK.H.GE IUU 0"86' IGGE079 UK.H.GE CFG

^6#9"8 EUDUFG

(6#>4&Z R%'"= ,4&3"'%"' )">6$"34' )"3%'7"'

-"=%9 <;'T%&#"=% 54'7"' )4$"9" R%'"= )4863"'"' )">6$"34' )"3%'7"' #4'O"3"<"' >"8S" ,4'"3""' &6"'7 5"' <"S"="' 54'7"' #4'7"Y6 $"5" 0A-) 0"86' KFJI 3%5"< #4#>4&%<"' &6"'7 >"7% $4'74#>"'7"' S%9"O"8 5"' $4&36#>68"' 4<;';#% >"7% )">6$"34' )"3%'7"'D (49"%' %362 "$">%9" #4'7"Y6 !"#" !$%" &'()"* +,+- ."/(!"%$* ."%0*1"* ,"2(* 3445 6"*1 7$8(!"9"* '"%( 9$'"%("* #$*1"* !$%" &'()"* +$:0'0 +,+- ;8<:0*'0 .")%$*1 6"*1 '$#"*1 #0/"2"' <)$2 ="!)"* .$2(%"*"*> 2"7!08 '$)(8(2 "8$") !$89$/(*"* 6"*1 6"*1 %$)"2 #0/$809"* 0?0* <!$8"'0<*") #0 ."/(!"%$* ."%0*1"* "#")"2 %$87"'(9 #")"7 .;; #"* .;;@ 6"*1 %0#"9 7$7$8)(9"* !$80?0*"* !$8(/"2"* '%"%(' #"* A(*10 9"B"'"* C!$)$!"'"* 9"B"'"*D #"80 E$*%$80 .$2(%"*"*F GF ."/(!"%$* H$8(6"* =(!"%0 H$8(6"* '"7!"0 #$*1"* /()"* I<:$7/$8 344J %$)"2 7$*$8/0%9"* KL M&; #$*1"* )("' J3NFLLJ 2"F =$8#"'"89"* #"%" #"80 O0*"' .$2(%"*"* #"* ;$89$/(*"* CO0'2(%/(*D ."/(!"%$* H$8(6"* #"80 KL 0?0* %$8'$/(%> 2"*6" 3P !$8('"2""* !$89$/(*"* 6"*1 7$*Q")"*9"* 9$10"%"* '$R"8" *6"%" #0 )"!"*1"*> '$#"*19"* 3P )"0**6" %0#"9 7$70)090 !$89$7/"*1"*S9$7"Q("* /"09 A0'09 7"(!(* "#70*0'%8"'0F =$8#"'"89"* 23')%": "*%"8" !$8('"2""* !$8('"2""* !$89$/(*"* 6"*1 %$)"2 /$8<!$8"'0 #$*1"* !$%" ,TU. .$!(%('"* E$*%$80 ;$8%"*0"* I<F PKVS.!%'S&7SN4SNVJ3 %"*11") N3 W9%</$8 NVJ3> #09$%"2(0 /"2B" "#" N3 !$8('"2""* 7"'(9 #")"7 9"B"'"* U(%"* ;8<#(9'0 CU;D #"* U(%"* ;8<#(9'0 %$8/"%"' CU;,D> #$*1"* 80*R0"* '$/"1"0 /$809(%X

,"/$) LFGF ;$8('"2""* ;$89$/(*"* 6"*1 =$8"#" #0 O")"7 ."B"'"* U(%"* !"#" ."/(!"%$*H$8(6"*

;$8('"2""* !$89$/(*"* %$8'$/(% #0 "%"' /$)(7 7$70)090 !$)$!"'"* 9"B"'"* 2(%"* #"80 E$*%$80 .$2(%"*"*F =$8#"'"89"* 9<*A087"'0 #$*1"* .$!")" O0'2(%/(* ."/(!"%$* H$8(6"* 2") %$8'$/(% %$8Q"#0 9"8$*" 7$*1"R( !"#" H(8"% .$!")" ="#"* ;)"*<)<10 .$2(%"*"* 6"*1 7$*6"%"9"* !"#" .;; #"* .;;@ 6"*1 7$8(!"9"* Y;@ /$8#"'"89"* +,+- ;8<:0*'0 .")%$*1 %0#"9 )"10 #0!$8)(9"* !8<'$' !$)$!"'"* 9"B"'"* 2(%"* U") %$8'$/(% %0#"9 '$'("0 #$*1"*X NF ;$8"%(8"* ;$7$80*%"2 I<7<8 LL ,"2(* 344L %$*%"*1 ;$8$*R"*""* .$2(%"*"*X "F ;"'") NJ "6"% C3D 7$*6"%"9"* /"2B" ;$*(*Q(99"* 9"B"'"* 2(%"* B0)"6"2 !8<:0*'0 #0)"9(9"* <)$2 E$*%$80 .$2(%"*"* #$*1"* 7$7!$82"%09"* +$*R"*" ,"%" +("*1 -0)"6"2 ;8<:0*'0 C+,+-;D #"* "%"( !$7"#('$8"'0"* ,TU. !"# !$%$ &'()*$+$$, -./, 0"1$*/ -2& 3$4$*$, 0)$* 5+$6 N ;,F Y18< ."86" ;807" @$'%"80 I<F NJJFLLSNG4S344P Z U; 5F4JP 3 ;,F Y18< E"*#080 ;$8#"*" I<F NKG ,2* 344L U.FGK4S[KSVKKSNVV5 U; KFJ5K G ;,F =("*" Y8%2" H$Q"2%$8" I<F NP5FL54FL3NS344L Z U; PFNK5 L ;,F U"8"!"* E"''"B0% =F; I<F G4 ,2* 344L Z U; GF544 K ;,F .$886 H"B0% M*#<*$'0" I<F J5 ,2* 344G K3KSNJLS[.S344K U; NLFJ5K 5 ;,F E$*%2</0 H"B0% \"6" I<F N3 ,2* 344L Z U; N44 P ;,F E0%8" ."86" Y18<0*#< I<F NVL ,2* 344K K44SNV3S[9S344L U; 5FGKL J ;,F E0%8" ,"7" Y/"#0 EF I<F K44SN4N4S[.S344G Z U;> U;, PFL55 V ;,F E0%8" &*11() ,"7" ;$89"'" I<F NLL ,2* 344K K3KS5JS[9S344P U;> U;, N44 N4 ;,F H"8"*" ,0%0"* ;$87"%" I<F KK ,2* 344L K3KSN4VS[9S344P U; PFJNN NN ;,F H"B0%7"' I(18"2" ;$8#"*" I<F KK ,2* 344K Z U;> U;, 5FGL3 N3 ;,F H(7(8 ;"*#"* -"*10 I<F NNK ,2* 344K Z U;> U;, 3K3 5KFVVJ 78790 029:

Lima perusahaan PT Smart Tbk (diberi tanda merah). Luas areal konsesi lebih luas dibandingkan dengan luas izin.

(4)

Perusahaan-perusahaan

dalam ketiga tabel

tersebut telah

menyebabkan kawasan

hutan lebih kurang

seluas 267.346 hektar di

Kabupaten Barito Utara,

Katingan, dan Seruyan

di Provinsi Kalimantan

Tengah telah berubah

fungsi menjadi

perkebunan sawit.

Menurut laporan pemeriksaan BPK RI tersebut, kondisi tersebut menyebabkan hilangnya fungsi hutan sebagai tata air (hidrologi) yang berpotensi menimbulkan bencana banjir dan kekeringan serta

musnahnya hutan sebagai penghasil oksigen dan lepasnya karbondioksida ke udara bebas yang dapat memberikan kontribusi terjadinya pemanasan global.

Artinya, lima perusahaan PT Smart Tbk (GAR/Sinarmas Group) – mengingat PT Smart Tbk sebagai salah satu pihak penyelenggara konferensi ICOPE ini – ikut

berkontribusi terhadap kesimpulan laporan pemeriksaan BPK RI tersebut.

WWF-Indonesia dan CIRAD juga perlu menggarisbawahi salah satu komponen kerusakan lingkungan yang dimaksud dalam laporan pemeriksaan BPK RI, yakni;

“musnahnya hutan sebagai penghasil oksigen dan lepasnya karbondioksida ke udara bebas yang dapat memberikan kontribusi terjadinya pemanasan global”.

Artinya, melakukan ekspansi produksi sawit lestari pada areal konsesi sawit yang telah direkomendasikan untuk dihentikan operasionalnya oleh BPK RI adalah sama saja dengan melakukan ekspansi terhadap pemanasan global.

Di samping itu, mengingat pemeriksaan BPK RI tidak melakukan pengujian berdasarkan populasi data, melainkan melalui uji petik dan pemilihan sampling, pada faktanya banyak ditemui perusahaan-perusahaan sawit yang karakteristiknya mewakili perusahaan-perusahaan yang direkomendasikan oleh laporan pemeriksaan BPK RI untuk dihentikan operasionalnya tersebut. WWF-Indonesia dan CIRAD dapat mengetahui nama dan lokasi perusahaan-perusahaan tersebut melalui dokumen Laporan Penelitian Terpadu Perubahan Status dan Fungsi Kawasan Hutan, misalnya untuk Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

(5)

Perlu diketahui pula oleh WWF-Indonesia dan CIRAD bahwa Laporan Penelitian Terpadu tersebut

merupakan dokumen legal-mengikat, mengingat dasar hukum penyusunannya adalah Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dan Menteri Kehutanan menggunakan Laporan Penelitian Terpadu tersebut sebagai dasar dalam penerbitan surat keputusan yang terkait dengan perubahan status dan fungsi kawasan hutan.

Laporan Penelitian Terpadu tersebut juga memuat daftar perusahaan-perusahaan yang direkomendasikan untuk dihentikan operasionalnya.

Bahkan, terdapat blok-blok konsesi sawit milik PT Smart Tbk (GAR/Sinarmas Group) yang telah dinyatakan beroperasi di dalam kawasan konservasi berdasarkan Laporan Penelitian Terpadu Perubahan Status dan Fungsi Kawasan Hutan Provinsi

Kalimantan Selatan.

Sehingga, patut dipertanyakan, bagaimana caranya melakukan ekspansi produksi sawit lestari pada areal konsesi sawit, yang blok-blok konsesinya berada di areal konservasi.

Di samping laporan pemeriksaan BPK RI, WWF-Indonesia dan CIRAD perlu pula mempelajari Laporan Penelitian Terpadu beberapa provinsi lainnya yang terkait dengan pembangunan perkebunan sawit, agar promosi praktik-praktik ekspansi produksi sawit lestari tidak menjadi “sumber legitimasi” terhadap beroperasinya perusahaan-perusahaan sawit, yang berdasarkan rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI dan

rekomendasi Laporan Penelitian Terpadu, harus dihentikan operasionalnya karena merugikan keuangan negara dan merusak lingkungan.

Melakukan ekspansi produksi sawit lestari pada areal konsesi-konsesi sawit yang telah

direkomendasikan untuk dihentikan operasionalnya oleh laporan pemeriksaan BPK RI dapat dikatakan sebagai bentuk pengabaian terhadap rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI dimaksud. Dalam bagian Penjelasan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara disebutkan bahwa dalam rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, maka masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui setiap laporan hasil pemeriksaan BPK RI.

Atas dasar tersebut, ICW dan Greenomics telah memperoleh dan mempelajari laporan BPK RI berjudul: “Manajemen Hutan yang Terkait dengan Kegiatan Inventarisasi Hutan, Pengukuhan Kawasan Hutan, Mitigasi Perubahan Iklim, Perizinan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan, Penebangan Hutan dan Pelaporannya, Pengelolaan PNBP, Serta

Pengamanan Dan Perlindungan Kawasan Hutan pada Departemen Kehutanan Termasuk Unit Pelaksana Teknis (UPT), Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan Perusahaan-Perusahaan Terkait Kehutanan Serta Instansi Terkait Lainnya di Provinsi Kalimantan Tengah” (23 Februari 2009).

4

Dibutuhkan partisipasi publik untuk

(6)

Dalam laporan pemeriksaan BPK RI tersebut, pada bagian akhir dari pemeriksaan tersebut tertulis bahwa “BPK merekomendasikan kepada Menteri Kehutanan agar meminta Bupati Barito Utara, Katingan, dan Seruyan menghentikan kegiatan operasional perkebunan di kawasan hutan untuk menghindari kerugian negara dan atau kerusakan lingkungan yang lebih besar.”

Sebagai bagian dari peningkatan partisipasi publik – seperti yang disebutkan dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 di atas – maka ICW dan Greenomics mengajak WWF-Indonesia, sebagai lembaga konservasi berbadan hukum Indonesia, untuk secara bersama-sama meningkatkan partisipasi publik dengan memperhatikan laporan pemeriksaan BPK RI, dalam hal ini terkait dengan ekspansi produksi sawit lestari. Dalam rangka peningkatan partisipasi publik untuk mendukung penyelenggaran prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik – seperti yang menjadi konsideran dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 – tentu hal ini menjadi sangat relevan dilakukan.

Misalnya, walaupun eksekusi terhadap rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI tertanggal 23

Februari 2009 tersebut wajib ditindaklanjuti oleh Menteri Kehutanan dan Bupati Kabupaten Barito Utara, Katingan, dan Seruyan, namun partisipasi organisasi masyarakat sipil untuk mendorong para pihak untuk memperhatikan rekomendasi tersebut, jelas sangat dibutuhkan.

ICW dan Greenomics melihat bahwa dalam skema ekspansi produksi sawit lestari, WWF-Indonesia dapat berperan dalam mensyaratkan adanya

diskualifikasi terhadap perusahaan-perusahaan sawit yang ikut dalam skema ekspansi produksi sawit lestari jika ternyata perusahaan-perusahaan sawit tersebut telah direkomendasikan oleh BPK RI untuk dihentikan operasionalnya.

Syarat diskualifikasi juga relevan untuk diberlakukan terhadap perusahaan-perusahaan sawit yang

berdasarkan laporan pemeriksaan BPK RI telah dinyatakan patut diduga melakukan perbuatan melawan hukum. Hal tersebut tentu merupakan bagian dari peningkatan partisipasi publik untuk menghormati rekomendasi laporan pemeriksaan BPK RI. 5

Lima perusahaan

PT Smart Tbk

(GAR/Sinarmas

Group) termasuk

dalam daftar

perusahaan-perusahaan yang

direkomendasikan

untuk dihentikan

operasionalnya oleh

BPK RI.

(7)

Salah satu bagian dari analisis EPA Amerika Serikat (The US Environmental Protection Agency) yang diterbitkan pada 27 Januari 2012 menunjukkan bahwa sumber-sumber dominan emisi dari pembangunan perkebunan sawit di Indonesia adalah berasal

dari pengeringan lahan gambut dan konversi hutan.

Sementara itu, laporan pemeriksaan BPK RI tertanggal 23 Februari 2009 tersebut menyatakan bahwa telah terjadi perubahan fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan sawit lebih kurang seluas 267.346 hektar di Kabupaten Barito Utara, Katingan, dan Seruyan di Provinsi Kalimantan Tengah, yang selanjutnya dinyatakan dalam laporan BPK RI tersebut, mengakibatkan musnahnya hutan sebagai penghasil oksigen dan lepasnya karbondioksida ke udara bebas yang dapat memberikan kontribusi terjadinya pemanasan global.

Dua paragraf di atas menunjukkan bahwa terdapat konsistensi antara laporan pemeriksaan BPK RI dan analisis EPA. Kesesuaian tersebut tak terlepas dari periode analisis yang digunakan, yakni praktik pembangunan perkebunan sawit di Indonesia pada periode 2000 hingga 2009.

ICW dan Greenomics berposisi bahwa tidak semua perkebunan sawit di Indonesia berperforma seperti laporan pemeriksaan BPK RI dan hasil analisis EPA tersebut, namun terhadap pembangunan perkebunan sawit di Indonesia selama kurun waktu 2000-2009, maka laporan pemeriksaan BPK RI dan analisis EPA tersebut cukup merepresentasikan potret pembangunan perkebunan sawit di

Indonesia.

Untuk membedakan profil perusahaan-perusahaan sawit tersebut, setidaknya dalam mempromosikan praktik-praktik ekspansi produksi sawit lestari, WWF-Indonesia harus mendiskualifikasi perusahaan-perusahaan sawit yang telah direkomendasikan dalam laporan pemeriksaan BPK RI untuk dihentikan operasionalnya.

Pendekatan tambahan lainnya adalah WWF-Indonesia juga harus

mendiskualifikasi perusahaan-perusahaan sawit yang telah dinyatakan patut diduga melakukan perbuatan melawan hukum dalam beberapa laporan pemeriksaan BPK RI, seperti dinyatakan melakukan illegal logging, perambahan kawasan konservasi dan hutan lindung, dan sebagainya.

Di samping itu, pendekatan diskualifikasi tersebut sekaligus dapat memperlihatkan bahwa tidak seluruh perkebunan sawit Indonesia memiliki profil yang sama. Ini juga merupakan proses seleksi awal agar analisis EPA tidak “pukul rata” terhadap seluruh perusahaan perkebunan sawit Indonesia. 6

Terdapat

konsistensi

antara

laporan

pemeriksaan

BPK RI dan

analisis EPA

(8)

 

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi: • Ekspansi produksi sawit lestari sama sekali tidak

relevan dilakukan terhadap areal konsesi-konsesi sawit yang telah direkomendasikan oleh BPK RI untuk dihentikan operasionalnya. • Perusahaan-perusahaan sawit yang termasuk

dalam daftar perusahaan yang harus dihentikan operasionalnya oleh BPK RI, harus

didiskualifikasi dari skema ekspansi produksi sawit lestari karena dapat semakin

memperbesar kerugian negara dan kerusakan lingkungan.

• Diskualifikasi terhadap perusahaan-perusahaan yang telah dinyatakan harus dihentikan

operasionalnya oleh BPK RI dalam skema ekspansi produksi sawit lestari merupakan bagian dari peningkatan partisipasi publik dalam mendukung prinsip-prinsip

kepemerintahan yang baik.

• Laporan-laporan pemeriksaan BPK RI

ternyata cukup merepresentasikan analisis EPA – walaupun tidak seluruh perusahaan sawit di Indonesia memiliki profil seragam, sehingga hasil analisis EPA tidak bisa pukul rata

terhadap seluruh perkebunan sawit Indonesia. • Diskualifikasi terhadap perusahaan-perusahaan

sawit yang telah direkomendasikan oleh BPK RI untuk dihentikan operasionalnya serta perusahaan-perusahaan sawit yang telah dinyatakan patut diduga melakukan perbuatan melawan hukum, merupakan seleksi awal yang baik untuk memperlihatkan bahwa analisis EPA tidak mewakili seluruh perusahaan sawit Indonesia.

Kesimpulan

• WWF-Indonesia, termasuk CIRAD, diminta mensyaratkan diskualifikasi terhadap

perusahaan-perusahaan sawit yang telah direkomendasikan oleh BPK RI untuk dihentikan operasionalnya. Tak hanya itu, syarat diskualifikasi perlu juga diberlakukan terhadap perusahaan-perusahaan sawit yang telah dinyatakan oleh BPK RI patut diduga melakukan perbuatan melawan hukum. • WWF-Indonesia dalam mempromosikan

skema ekspansi produksi sawit lestari harus mendorong para pihak terkait untuk menghormati dan tidak mengabaikan rekomendasi BPK RI sebagai bagian dari upaya peningkatan partisipasi publik dalam mendukung prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik.

• Terhadap perusahaan-perusahaan yang dapat membuktikan penyelesaian terhadap tindak lanjut dari rekomendasi laporan BPK RI, WWF-Indonesia dapat

mempertimbangkan untuk mencabut syarat diskualifikasi terhadap

perusahaan-perusahaan tersebut. Dalam hal ini,

rekomendasi dari laporan pemeriksaan BPK RI tertanggal 23 Februari 2009 yang dibahas dalam laporannya, belum ditindaklanjuti oleh Menteri Kehutanan dan tiga bupati terkait. Tindak lanjut tersebut tentu pasti dilaksanakan, mengingat semua pejabat terkait wajib menindaklanjutinya. Ini hanya masalah waktu saja.

Rekomendasi

Danang  Widoyoko  

Koordinator  Badan  Pekerja  Indonesia  Corruption  Watch   Email:  danang@antikorupsi.org    

Elfian  Effendi  

Direktur  Eksekutif  Greenomics  Indonesia   Email:  elfian@greenomics.org  

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik Subjek Penelitian. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah remaja usia 16-22 tahun, laki-laki dan perempuan, tercatat aktif sebagai mahasiswa di

Puji syukur yang teramat dalam sayahaturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Segala, atas percikan kasih, hidayat, dan taufiq-Nya sehingga Skripsi dengan judul

Pada stratifikasi ini ada kemungkinan didalam suatu masyarakat terdapat unsur- unsur dari gabungan kedua sifat pelapisan sosial. Misalnya, dalam bidang ekonomi menggunakan

Otonomi daerah sebagai suatu konsekuensi reformasi yang harus dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana otonomi

Untuk keperluan penganalisaan masalah penelitian tersebut di atas telah dilakukan kegiatan pengumpulan data melalui perangkat tes (lihat pada lampiran 1)

Symphilid dikatakan sebagai hama tanaman jika keberadaannya di sekitar tanaman tidak didukung dengan kandungan bahan organik tanah yang tinggi, sehingga symphilid

Secara garis besar terdapat persamaan tentang Harun dalam Al-Qur’an dan Perjanjian Lama, yaitu membantu saudaranya Nabi Musa dalam menyampaikan perintah Allah

Melaksanakan acara yang melibatkan pihak eksternal Pena Bangsa 2. Membuat acara yang melibatkan pihak eksternal dengan tujuan memperluas jejaring sosial Pena Bangsa dan