• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP. 4.1 Pendahuluan. Penulis telah mengkaji dan menemukan jawaban dari hubungan keutamaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PENUTUP. 4.1 Pendahuluan. Penulis telah mengkaji dan menemukan jawaban dari hubungan keutamaan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V PENUTUP

4.1 Pendahuluan

Penulis telah mengkaji dan menemukan jawaban dari hubungan keutamaan Kristus terhadap masa depan ciptaan dalam Kolose 1:15-23 serta kontribusinya bagi rekonstruksi ekoteologi, sehingga pada bab ini penulis akan memberi kesimpulan dan saran.

Kesimpulan dan saran yang akan diajukan penulis didasarkan pada pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Saran dianggap penting dan baik untuk membangun paradigma berpikir dan memberikan contoh-contoh tindakan nyata yang dapat digunakan serta menginspirasi berbagai pihak dalam mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang ber-etika kristosentris-holisme dalam kerangka berpikir ekoteologi.

4.2 Kesimpulan

Krisis lingkungan hidup yang terjadi di seluruh belahan dunia ini, disebabkan oleh ketidakpedulian manusia atas dampak tindakannya pada lingkungan hidup. Penyebab krisis tersebut didukung oleh banyaknya interpretasi yang keliru mengenai hubungan antara Allah dan ciptaan maupun antar ciptaan. Penafsiran keliru mengenai manusia sebagai pusat ciptaan dengan tanggung jawab mendominasi, menaklukan dan menguasai, mengakibatkan banyak umat Kristiani yang menganggap benar berelasi dalam pemahaman antroposentrisme dan atau dualisme hierarkis

(2)

dengan Allah dan ciptaan lain, seperti yang diyakini oleh gereja-gereja di Indonesia maupun di negara-negara lain.

Ini salah satu alasan terjadinya krisis lingkungan hidup dari perspektif kekristenan dan dalam koridor pemikiran tersebut, Lynn White, penulis dari artikel yang berjudul The Historical Roots of Our Ecological Crisis yang menyimpulkan bahwa kekristenan menanggung beban besar dari rasa bersalah atas krisis ekologi. Banyak para ahli yang mengemukakan bahwa istilah taklukan bumi dan berkuasa atas

binatang-binatang pada Kejadian 1:28 menjadi bukti keagamaan dari pengrusakan,

anti-ekologi. Eksploitasi alam dipandang sebagai perintah Allah.

Bagi saya, teks Alkitab bukanlah anti-ekologi tetapi membutuhkan sentuhan ekologis dari pihak pembaca untuk dapat memahami pesan ekologis dari teks tersebut. Kolose 1:15-23 adalah salah satu teks Alkitab yang memiliki pesan ekologi. Teks yang diwarnai oleh unsur Yudaisme dan Helenisme ini, hadir dengan tantangan dari ajaran-ajaran Yahudi atau pun filsafat-filsafat yang menentang kemanusiaan Kristus, kesetaraan Kristus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, kedudukan Kristus dalam karya penciptaan, penebusan dan pendamaian Kristus dengan memperkenalkan elemen-elemen penyusun kosmik, ajaran mengenai penyembahan malaikat, ajaran yang bersifat dualistik, patriakhi serta antroposentrik.

Ajaran-ajaran sesat ini dianggap penulis teks Kolose dapat membahayakan iman jemaat sehingga penulis teks menegaskan mengenai keutamaan Kristus yang dibuktikan dalam pra-eksistensi dan kemanusiaan Kristus, kesetaraan-Nya dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, kedudukan Kristus dalam karya penciptaan serta penebusan dan pendamaian-Nya yang bersifat kosmik. Pandangan penulis dipengaruhi

(3)

oleh filsafat-filsafat yang sedang berkembang pada masa itu yakni Mazhab Stoa, Neoplatonisme, Philo dan pemikiran Paulus. Keutamaan Kristus menentang ajaran-ajaran sesat sekaligus memperkenalkan dan memberikan harapan akan masa depan ciptaan yang saat ini masih dalam masa transisi menuju masa depan ciptaan.

Masa depan ciptaan adalah gambaran kehidupan yang berpusat pada Kristus, tidak ada lagi sikap menghakimi, sikap semena-mena, menghina ciptaan lain, menghancurkan alam untuk memenuhi kepentingan pribadi, ketidaksadaran bahwa alam ini menderita, tidak ada lagi sikap acuh tak acuh, tidak ada lagi anggapan mengenai manusia sebagai ciptaan yang paling istimewa, tidak ada lagi relasi piramidal antara laki-laki-perempuan-alam, tidak ada lagi pemerintahan yang tidak adil maupun pandangan dualisme.

Masa depan ciptaan yang berdasar pada keutamaan Kristus menggambarkan hubungan antara Allah dan ciptaan serta antar ciptaan dalam istilah kepala tubuh pada konsep kosmik Kristus, dalam gambaran Kristus selaku kepala dan ciptaan selaku tubuh yang saling bergantung satu sama lain. Konsep tersebut sesuai dengan paradigma ekoteologi dan menghasilkan suatu pola etika kristosentris-holisme. Ini berarti teks Kolose 1:15-23 merupakan wacana ekoteologi yang ber-etika kristosentris-holisme.

Ekoteologi yang ber-etika kristosentris-holisme merupakan paradigma yang seharusnya dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Paradigma yang menentang relasi piramidal, ajaran dualisme dan antroposentrik. Pandangan yang relevan dengan konteks berteologi maupun kehidupan bangsa Indonesia.

(4)

Harus diakui bahwa mengatasi permasalahan global mengenai relasi antar ciptaan terkhususnya dalam aspek lingkungan bukanlah hal yang mudah. Laurel Kearns mengemukakan bahwa pandangan dualisme telah berakar dalam kehidupan bermasyarakat maupun bergereja, sehingga cenderung melemahkan upaya berpikir atau bertindak dengan peran manusia sebagai bagian dari alam.1 Pandangan ini masih menghantui dan menjadi dasar penolakan maupun anggapan remeh seseorang.

Perubahan dari perilaku yang telah berakar sejak berkembangnya filsafat Gnostik, Stoa, Philo, Neoplatonisme dan agama Yahudi adalah hal yang susah, bahkan banyak orang yang putus asa dan menggangap bahwa perubahan adalah hal mustahil untuk dilakukan. Saya berpendapat bahwa masa depan ciptaan memang hal yang susah untuk terjadi dan sangat gampang untuk dibicarakan, namun selalu ada harapan. Pemulihan telah terjadi ketika Kristus mati dan menebus segala sesuatu, memulihkan hubungan yang rusak antara Allah dan ciptaan maupun antar ciptaan, namun belum selesai karena ada suatu masa yakni masa depan ciptaan yang secara sempurna/utuh belum terjadi.

Manusia seharusnya menyadari bahwa kehidupan ini saling menopang, saling bergantung satu sama yang lain. Dalam kebergantungan inilah, manusia bertanggungjawab sebagai penatalayanan. Fakta membuktikan bahwa tanggung jawab ini tidak terlaksana dengan baik, sehingga yang terjadi ialah pencemaran air, udara, tanah, pencemaran B3 yakni bahan berbahaya dan beracun, illegal logging/pembabatan hutan, kekeringan, banjir dan longsor, kebakaran hutan,

kelangkaan sumber daya alam, punahnya keanekaragam hayati, dan lain sebagainya.

(5)

Kesadaran kolektif bahwa manusia adalah pihak yang akan sangat menderita jika bumi telah menderita, sangat diperlukan. Kesadaran yang membutuhkan keberanian dalam bertindak. Tidak ada kehidupan tanpa air dan makanan sebagai sumber kebutuhan pokok. Kesadaran tersebut dimulai dari perubahan cara pandang untuk menentukan pola perilaku atau etika dalam berelasi dan pandangan yang saya usulkan adalah ekoteologi yang ber-etika kristosentris-holisme.

4.3 Saran

Pemahaman akan krisis ekologi yang bersumber dari hasil studi hermenutik terhadap teks Kolose 1:15-23, tidak cukup untuk memberikan dampak positif tanpa adanya perubahan cara pandang yang diikuti oleh komitmen dan tindakan nyata. Saya sangat terinspirasi dari Haskarlianus Pasang dalam mengemukakan tindakan-tindakan praktis yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis ekologi. Inspirasi ini saya tuangkan dalam penjelasan mengenai perubahan dari diri sendiri, tindakan nyata dalam keluarga, dunia pendidikan, gereja dan pemerintahan.

4.3.1 Perubahan dari Diri Sendiri

Pada lingkup perubahan ini, hal yang perlu diusahakan pertama-tama ialah perubahan gaya hidup. Gaya hidup yang sesuai dengan pengenalan akan Kristus dan kehendak-Nya yakni gaya hidup yang sejalan dengan paradigma ekoteologi yang ber-etika kristosentris-holisme. Gaya hidup yang memperhatikan relasi antara alam, laki-laki dan perempuan serta gaya hidup yang memenuhi kebutuhan saat ini dengan mempertimbangkan kepentingan generasi berikutnya. Gaya hidup yang tidak lagi menganut ajaran dualisme, paham antroposentrik dan

(6)

relasi piramidal dalam berelasi antara Allah dan ciptaan maupun antar ciptaan. Gaya hidup ini dijelaskan dalam beberapa tindakan nyata, yakni minimumkan penggunaaan energi yang berdampak pada pemanasan global dengan bersikap bijaksana dalam menentukan pilihan transportasi atau bahkan berjalan, bersepeda dengan memikiran jarak yang dapat ditempuh, memakan makanan yang akrab dengan lingkungan, biasakanlah mengkonsumsi makanan organik, mengurangi polusi serta peduli terhadap aksi-aksi lingkungan.2

4.3.2 Tindakan Nyata dalam Keluarga

Keluarga adalah tempat sosialisasi terpenting dari kehidupan seseorang. Keluarga mempengaruhi karakter serta gaya hidup seseorang. Keluarga dapat mewujudnyatakan beberapa hal dalam tujuan kepeduliaan terhadap lingkungan,3 antara lain: pertama, menggunakan peralatan rumah tangga akrab lingkungan.

Kedua, membeli kendaraan berdasarkan fungsi dan dampaknya bagi lingkungan dan

orang lain dengan kriteria konsumsi bahan bakar, jenis bahan bakar yang digunakan, jumlah penumpang serta penanganan kendaraan setelah habis masa pakai. Ketiga, belanja hijau dengan membawa plastik atau kantong belanja sendiri sehingga mengurangi penggunaan kantong plastik. Keempat, aksi penghematan energi serta yang kelima, menanam pohon di halaman rumah.

2 Pasang, Mengasihi, 195-202.

(7)

4.3.3 Tindakan Nyata dalam Dunia Pendidikan

Institusi pendidikan memberikan pengaruh pada semua tingkat kehidupan yakni tingkat pribadi, keluarga, gereja, pemerintahan, nasional maupun internasional. Pendidikan seharusnya dilihat sebagai salah satu jalan dalam menyelesaikan permasalahanan lingkungan. Sekolah berperan penting untuk mengajarkan nilai-nilai kehidupan bahwa seluruh ciptaan saling bergantung dan berpusat pada Kristus (dalam perspektif Kristen) sehingga para anak didik perlu melaksanakan gaya hidup berwawasan ekoteologi yang ber-etika kristosentris-holisme.

Ada enam hal yang perlu diperhatikan oleh para pendidik maupun institusi pendidikan, antara lain: pertama, pengetahuan dasar mengenai siapa manusia4, tanggung jawab manusia dan tujuan dari penciptaan yang dilakukan oleh Allah sangat penting untuk ketahui para nara didik sejak dini. Kedua, membangun kedisiplinan dan kebiasan yang baik yakni membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon, berjalan kaki, bersepeda, dan lain sebagainya. Ketiga, mengganti setiap kurikulum ataupun pengajaran agama yang membenarkan antroposentrisme dan dualisme-hierarki. Keempat, mengevaluasi materi kurikulum yang berdampak terhadap perubahan tingkah laku, misalnya dalam kaitan kepedulian terhadap lingkungan. Kelima, meningkatkan pemahaman mahasiswa fakultas teologi mengenai keutamaan Kristus terhadap masa depan ciptaan, paradigma ekoteologi serta etika kristosentris-holisme agar semua mahasiswa memiliki pemahaman yang benar dan mampu bersikap kritis terhadap permasalahan lingkungan yang terjadi,

(8)

khususnya di Indonesia. Keenam, memberikan kesempatan kepada para pendeta untuk mendapatkan studi mengenai lingkungan atau ekoteologi sehingga ada sumbangsih bagi kehidupan berjemaat, berbangsa dan bernegara.

4.3.4 Tanggung jawab Gereja

Dalam hal kepeduliaan terhadap isu-isu lingkungan, gereja tertinggal jauh dibandingkan organisasi sekuler. Gereja seperti katak dalam tempurung yakni hanya hidup untuk dirinya sendiri dan tidak peduli pada lingkungan sekitarnya. Gereja harusnya mendemonstrasikan kebenaran firman Tuhan melalui tindakan nyata dalam masyarakat. Gereja perlu mengajarkan dan mewujudkan kepedulian terhadap lingkungan, melindungi ciptaan lain dari kerusakan dan kepunahan serta meniadakan relasi piramidal antar ciptaan.

Ada hal-hal praktis yang dapat dikembangkan dan dipraktikan oleh gereja yakni: menghimbau umat untuk peduli terhadap lingkungan hidup melalui khotbah ataupun diskusi-diskusi, mendukung program-program pemerintah dalam bidang lingkungan hidup, bekerja sama dengan pemeluk agama lain, lembaga atau LSM Lingkungan, berpartisipasi dalam peringatan hari-hari lingkungan hidup, membentuk komisi atau tim yang menangani permasalahan lingkungan hidup sehingga program ataupun kegiatan yang direncanakan lebih terorganisir dan menghias gereja bukan dengan bunga plastik. Gereja mampu menjadi berkat dan menginspirasi jemaat, masyarakat, pemerintah ataupun organisasi lain.

(9)

4.3.5 Tanggung jawab Pemerintahan

Pemerintah telah mengatur pengelolaan dan perlindungan terhadap segala kekayaan alam dalam pasal 33 UUD 45 dan UU LH No. 32 Tahun 2009. Bukan hanya itu, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hadir dalam pertemuan puncak G20 di Pittsburgh pada bulan September 2009, beliau menyampaikan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca secara sukarela sebesar 26% pada tahun 2020 dan penurunan ini dapat ditingkatkan hingga 41% jika Indonesia menerima bantuan asing.5 Ini menunjukkan bahwa pemerintah telah memiliki kesadaran akan bahaya krisis ekologi. Kesadaran tidak akan berarti apa-apa tanpa tindakan praktis.

Ada beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan yakni mendorong dikembangkannya teknologi yang ramah lingkungan, mendorong terciptanya keseimbangan kekuasaan, baik antara pusat dan daerah, kaya dan miskin, dan lain-lain. Berpartisipasi dalam usaha memperjuangkan hak masyarakat miskin dan bersikap tegas dan adil dalam menentang eksploitasi sumber daya alam, ketidakadilan sosial dan sikap semena-mena pihak-pihak yang berkuasa serta mengutamakan kepentingan orang banyak daripada kepentingan kelompok atau diri sendiri.6

5 Pasang, Mengasihi, xix.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka respons yang dimaksudkan di sini adalah tanggapan yang disertai aktivitas nyata para ulama dayah Darussa‟adah dalam

Bahan yang digunakan dalam pembuatan dodol adalah buah naga daging merah ( Hylocereus polyrhizus ) yang sudah masak, gula pasir, santan, tepung ketan, bahan untuk

Penelitian terdahulu tentang istiqomah yang dilakukan oleh Munawwaroh (2013) dengan judul “Pengaruh Spiritualitas terhadap Perilaku Istiqomah dan Etos Kerja pada Guru”

Sumbangan baru yang dihasilkan melalui penelitian ini adalah menambah khasanah ilmu dalam bidang fisika dan mekanika tanah, melalui pengetahuan tentang karakteristik

Teknik dialektika merupakan metode yang menggabungkan unsur-unsur implisit menjadi keseluruhan atau kesatuan makna, yang akan dicapai dengan beberapa langkah yaitu

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk menganalisis pengaruh umur dan jumlah tanggungan

Tipe layout yang digunakan pada pabrik tahu Bapak Dhofir dan Bapak Ismail adalah layout produk karena proses produksinya berurutan serta penempatan mesin-mesin

Pihak yang memborongkan dapat berupa perorangan ataupun badan swasta. Bagi proyek pemerintah, yang memborongkan adalah departemen atau lembaga pemegang mata anggaran.