• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Simbolik Tradisi Perahu Baganduang sebagai Kearifan Lokal di Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makna Simbolik Tradisi Perahu Baganduang sebagai Kearifan Lokal di Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jom FISIP Volume 1 No.2 –Oktober 2014 1 MAKNA SIMBOLIK TRADISI PERAHU BAGANDUANG SEBAGAI

KEARIFAN LOKAL DI LUBUK JAMBI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

Oleh : Gusra Rianti

Email : gusra.rianti@gmail.com Pembimbing : Dr. Noor Efni Salam, M.Si Jurusan Ilmu komunikasi- Prodi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau

Kampus Bina Widya jl. H. R. soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293- Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRACK

Local culture is a culture that reflects from the cultural life of the community from which it originated and became the pride of the area that has the culture. Each region has a diverse culture and has its own characteristics, as well as Kuantan Singingi precise depths namely Jambi has local cultural traditions

perahu baganduang, in which there are symbols that symbolize the lives of

indigenous people in their daily jambi bottom, and also the value of local values that must be preserved and introduced to the public, this phenomenon makes the researcher is interested in conducting research in order to determine the symbolic meaning contained in perahu baganduang tradition and values of local wisdom contained therein.

This research uses descriptive qualitative research methods and data collection techniques using observation, interviews, documentation. Informants in this study traditional leaders, and community and ninik mamak. The informants obtained by purposive sampling technique. This technique determines the informant deliberately and known in advance.

The results of this study the researcher to get the meaning of the symbolic artifacts contained in perahu baganduang tradition that symbolizes the meaning of people's daily lives depths of Lubuk Jambi and obtained values of local wisdom in it reflects the behavior of the people in theLubuk Jambi live everyday life. Keywords: Perahu baganduang, symbols, tradition, local wisdom

Pendahuluan

Budaya yang terdapat dalam suatu daerah beraneka ragam dan

bervariasi, karena sifat budaya itu sendiri turun temurun dari generasi ke generasi. Budaya yang sudah diyakini sejak dulu, dijadikan ritual

(2)

Jom FISIP Volume 1 No.2 –Oktober 2014 2 yang terus menerus dan bersifat

kontinyu yang dilakukan oleh setiap generasi. Contohnya: tari daerah, lagu daerah, dan kesenian daerah lainnya yang diperoleh dengan cara belajar. Oleh sebab itu perlu adanya suatu pelestarian secara turun-temurun sehingga cipta, karsa, dan karya manusia tersebut tidak hilang.

Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Kegiatan-kegiatan adat dari budaya tertentu terkadang banyak menggunakan tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai media komunikasi yang butuh pemaknaan secara mendalam terhadap simbol dan tanda tersebut, secara tidak langsung telah terjadi komunikasi nonverbal diantara para penganut dan pengikut sebuah budaya tertentu.

Simbol merupakan sesuatu yang tidak lepas dari apa yang disimbolkan karena komunikasi manusia tidak terbatas pada ruang, penampilan atau sosok fisik, dan waktu dimana pengalaman indrawi berlangsung. Sebaliknya manusia dapat berkomunikasi tentang objek dan tindakan jauh diluar batas waktu dan ruang, namun yang perlu diingat adalah bahwa tidak semua makna dari suatu simbol bersifat universal atau berlaku sama di setiap situasi dan daerah. Nilai atau makna sebuah simbol tergantung pada orang-orang atau kelompok tertentu yang menggunakan simbol tersebut dan hal itulah yang sering kita temui

dalam kebudayaan suatu daerah tertentu (Narwoko & Bagong, 2004:17).

Di daerah Riau terdapat banyak kebudayaan dan tradisi daerah, mulai dari daerah pelosok sampai perkotaan, dimana antara kebudayaan dan tradisi terdapat suatu keterkaitan dengan seni, yang membuat dalam pelaksanaan budaya tradisi terasa lebih bermakna. Sebagai salah satu contoh kebudayaan yang terdapat di Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau adalah“ Tradisi Perahu Baganduang ”.

Tradisi Perahu Baganduang merupakan sebuah atraksi budaya khas masyarakat Kuantan Mudik berupa parade sampan tradisional yang dihiasi berbagai ornamen dan warna-warni yang menarik. Festival menghias sampan tradisional ini diselenggarakan pada saat memasuki Hari Raya Idul Fitri. Perahu

baganduang mempunyai arti dua

atau tiga perahu yang dirangkai atau diikat menjadi satu (diganduang) menggunakan bambu dan dihiasi oleh berbagai simbol adat yang berwarna-warni. Tiap desa yang ada di daerah Kuantan Mudik dalam festival ini biasanya mengirimkan perwakilan perahunya untuk dinilai. Dewan jurinya terdiri dari tokoh adat dan ninik mamak yang akan menilai keindahan dan kelengkapan adat yang ada pada perahu peserta. Perahu peserta yang memiliki kriteria lebih, dari sisi keindahan dan adat, akan ditetapkan sebagai pemenang.

Tradisi Perahu Baganduang merupakan acara lomba yang terbilang ramai dan sekaligus merupakan ritual yang mencerminkan kebesaran adat

(3)

Jom FISIP Volume 1 No.2 –Oktober 2014 3 masyarakat Kuantan. Hal ini dapat

dilihat dari antusiasme kedatangan masyarakat Kuantan, pernak-pernik hiasan perahu yang digunakan dalam festival ini serta di atas perahu dibangun rumah-rumahan yang dihiasi dengan berbagai simbol adat yang berwarna-warni, yang sering dinamakan oleh masyarakat setempat dengan nama gulang-gulang. Rumah-rumahan yang dibangun di atas perahu tersebut juga dilengkapi dengan umbul-umbul dan peralatan pusaka tradisional yang ikut menambah cita rasa tersendiri bagi perayaan festival ini.

Festival yang merupakan simbol adat masyarakat Kuantan ini sebenarnya memiliki sejarah panjang. Konon, tradisi berlayar dengan perahu baganduang telah ada semenjak masa kerajaan-kerajaan dahulu. Perahu ini biasanya dipakai oleh raja sebagai sarana transportasi. Lambat laun tradisi berlayar ini kemudian dipakai untuk mengantar air jeruk (limau) oleh menantu ke rumah mertua dalam tradisi menyambut Hari Raya Idul fitri. Dalam tradisi masyarakat Kuantan, memang terdapat kebiasaan ritual mandi jeruk (mandi balimau), sebagai simbol perbersihan diri pada pagi hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Nah, kebiasaan menggunakan perahu tersebut dirawat dan dipelihara masyarakat setempat dan kini diwujudkan melalui Tradisi

Perahu Baganduang.

Tradisi perahu baganduang yang dilaksanakan oleh masyarakat Lubuk Jambi sampai saat ini masih dilestarikan sebagai bentuk kearifan lokal, karena mengandung nilai-nilai budaya, etika, moral dan simbol-simbol adat yang sangat penting di

jelaskan kepada generasi berikutnya. Tradisi ini merupakan salah satu produk budaya yang merupakan kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan oleh masyaraktnya, agar tidak hilang begitu saja karena perkembangan zaman, maka dari itu saya sebagai generasi penerus ingin memperkenalkan kepada publik dan melestarikan budaya yang sudah turun temurun ini. Dan saya juga menginginkan masyarakat kuantan tahu dengan budaya daerah sendiri dan mampu menjelaskan apa saja yang terkandung dan tersurat dengan budaya sendiri.

Teori Interaksi Simbolik

Interaksi simbolik adalah interaksi yang memunculkan makna khusus dan menimbulkan interpretasi atau penafsiran. Simbolik berasal dari kata ’simbol’ yakni tanda yang muncul dari hasil kesepakatan bersama. Bagaimana suatu hal menjadi perspektif bersama, bagaimana suatu tindakan memberi makna-makna khusus yang hanya dipahami oleh orang-orang yang melakukannya.

Apabila dilihat secara umum Simbol merupakan esensi dari teori interaksionisme simbolik. Teori ini menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi. Teori Interaksi Simbolik merupakan sebuah kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan manusia lainnya, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini, dan bagaimana nantinya simbol tersebut membentuk perilaku manusia. Sebagaimana dikutip Ritzer dan Goodman (2008: 395), menjelaskan lima fungsi dari simbol

1. “Simbol memungkinkan orang berhubungan

(4)

Jom FISIP Volume 1 No.2 –Oktober 2014 4 dengan dunia materi dan

dunia sosial karena dengan simbol mereka bisa memberi nama, membuat kategori, dan mengingat objek yang ditemui 2. Simbol meningkatan kemampuan orang mempersepsikan lingkungan 3. Simbol meningkatkan kemampuan berpikir. 4. Simbol meningkatkan

kemampuan orang untuk memecahkan masalah 5. Penggunaan simbol

memungkinkan aktor melampui waktu, ruang, dan bahkan pribadi mereka sendiri. Dengan kata lain, simbol merupakan representasi dari pesan yang dikomunikasikan kepada publik”.

Pembahasan

Makna Simbolik Artefak Pada Tradisi Perahu Baganduang 1. Makna simbolik kubah

Rahmat Ali dan Mahmud Sulaiman mengatakan bahwa makna dari gambar Kubah yaitu lambang masyarakat Lubuk Jambi yang Islami dan sebagai tanda awal masuknya Islam ke Indragiri.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut penulis dapat menjelaskan

bahwa simbol kubah dalam Perahu

Baganduang bagi masyarakat Lubuk

Jambi mempunyai makna yakni masyarakat Lubuk Jambi dalam menjalani kehidupannya tidak terlepas daripada norma-norma agama Islam sebagaimana yang dianutnya, pemahaman tentang agama mereka terapkan dalam kehidupannya sehari-hari, mereka menganggap bahwa agama adalah sebagai pandangan hidup dan juga apa-apa yang diajarkan dalam agama harus mereka terapkan dalam kehidupannya sehari-hari, maka dengan demikian tidaklah mengherankan jika tradisi-tradisi yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakatpun sangatlah kental dengan nuansa keagamaan, orang tua-tua dahulu berpandangan bahwa setiap apa yang akan dibuat oleh seseorang dalam kehidupannya janganlah sampai melanggar apa yang telah di gariskan dalam agama islam.

2. Makna Simbolik Tanduk Kerbau Annur mengatakan bahwa makna dari gambar tanduk yaitu untuk membajak sawah, lambang keadilan dan keperkasaan anak negeri. Berdasarkan hasil wawancara tesebut dapat penulis jelaskan bahwa makna simbol dari tanduk kerbau yang di gunakan dalam Perahu Baganduang oleh masyarakt Lubuk Jambi adalah melambangkan masyarakat hidup dalam alam peternakan dan keperkasaan anak negeri Lubuk Jambi, dengan arti kata bahwa msyarakat Lubuk Jambi berani dalam menghadapi segala tantangan apa saja yang mungkin akan terjadi kelak dikemudian hari dalam menjalani hidup ini, bahwa dalam menjalani

(5)

Jom FISIP Volume 1 No.2 –Oktober 2014 5 kehidupan ini kadang kala tidaklah

sesuai dengan apa yang kita harapkan, kehidupan ini tidaklah selalu mulus, pasti akan ada tantangan dan rintangan yang akan muncul dihadapan kita setiap saat yang mungkin tidak kita duga-duga, baik itu tantangan yang besar maupun tantangan yang kecil.

Masyarakat Lubuk Jambi dalam menggunakan alat yang diperlukan dalam pertanian sangatlah unik, mesin-mesin juga alat-alat yang serba canggih seperti sekarang ini belumlah ada, maka dengan demikian masyarakat Lubuk Jambi dalam menggarap sawah dan juga ladangnya hanya menggunakan binatang ternak, seperti kerbau, tenaga kerbau ini di gunakan untuk merancah, menghancurkan rumput dan juga tanah yang keras, yang pada akhirnya sawah ladang mereka bisa untuk di tanami padi dan juga tanaman yang lainnya yang bisa untuk digunakan untuk kebutuhan mereka sehari-hari. Maka dari itu masyarakat Lubuk Jambi berpandangan bahwa kehidupan ini adalah untuk dijalani, dan dalam menjalaninya harus diperlukan sebuah keberanian, jangan mudah menyerah, dan jangan patah semangat, apalagi putus asa, tidak boleh sama sekali hal-hal yang demikian itu, dan inilah yang diwariskam oleh para leluhur mereka dahulu yang di harapkan dapat di teruskan oleh anak-cucu mereka nanti di kemudian hari, sebagaimana yang telah di lakukan oleh para leluhur mereka dahulunya.

3. Makna Simbolik Ani-Ani

Rahmat Ali mengatakan bahwa makna dari gambar ani-ani adalah alat yang digunakan masyarakat untuk menuai padi pada zaman dahuluny. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa masyarakat Lubuk Jambi dalam membuat Perahu Baganduang juga mereka menghiasinya dengan simbol ani-ani (tanduk kecil), ani-ani yang dibuat oleh masyarakat Lubuk Jambi adalah yang kerangkanya biasanya dari dasar rotan ataupun kayu yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, dan kemudian dirangkainya berbentuk

ani-ani, setelah itu kemudian mereka

barulah ani-ani tersebut dilapinya dengan kain putih ataupun hitam, sehingga bentuknya mirip dengan ani-ani yang asli, posisinya ani-ani tersebut adalah berada di bawah simbol payung.

4. Makna Simbolik Labu-Labu Mahmud Sulaiman mengatakan bahwa makna dari gambar labu adalah lambang tempat air minum para petani setelah membajak sawah dan lambang persatuan dan kesatuan masyarakat Kuantan.

Hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa labu-labu yang digunakan dalam Perahu

Baganduang tersebut adalah

berbentuk bulat dan mirip dengan labu aslinya, penggunaan labu-labu tersebut adalah sangat perlu, karena ini sebagai simbol tradisi dulu yaitu labu digunakan sebagai tempat minun dan mengambil air jika massyarakat Lubuk Jambi pergi ke sawah dan ke ladang pada zaman dahulunya.

Dalam membuat labu-labu ini masyarakat Lubuk Jambi

(6)

Jom FISIP Volume 1 No.2 –Oktober 2014 6 menggunakan kerangkanya dari

rotan atau kayu, namun pada umumnya mereka menggunakan roean karena rotan bisa dibengkokkan dan dibuat sesuai dengan bentuk yang diinginkan, dan setelah itu kerangka resebut di buat dengan sempurna, maka baru kemudian labu-labu tersebut dilapisinya dengan kain, kain yang digunakan dalam pembuatan labu-labu tersebut yaitu tergantung setiap kelompok peserta Perahu

Baganduang, tetapi dengan warna

yang telah ditentukan yaitu warna kuning, orange, putih dan hijau.

5. Makna Simbolik Cerano

Annur mengatakan bahwa makna dari cerano adalah lambang persembahan kepada ninik mamak, lambang sopan santun dan pembuka kata dalam sebuah acara tradisi.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka penulis dapat menjelaskan bahwa dalam setiap

Perahu Baganduang yang dibuat

oleh masyarakat Lubuk Jambi di dalamnya selalu ada di hiasi cerano, adapun makna dari simbol cerano tersebut yaitu sebagai pengantar kata sembahan kepada Niniak mamak, ataupun kepada atasan dari anak nagori. Hiasan cerano dalam Perahu

Baganduang bagi masyarakat Lubuk

Jambi kerangkanya terbuat dari rotan ataupun kayu yang kemudian akan dilapisi dengan kain, warna kain yang digunakan tergantung kepada peserta dan kelompok masing-masing dari perwakilan desa, karena tidak ada aturan yang mengharuskan warna kain apa yang digunakan semua tergantung selera kelompok untuk mengkombinasikan warnanya.

6. Makna Simbolik Payung

Mahmud Sulaiman mengatakan bahwa makna dari gambar payung adalah sebagai tempat berlindung dikala panas dan tempat berteduh dikala hujan, lambang rukun islam yang lima, dan lambang masyarakat Lubuk Jambi dinaungi dan dipimpin oleh seorang raja dan empat penghulu.

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat dijelaskan bahwa payung merupakan alat yng digunakan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti akan memerlukannya baik itu diwaktu kehujan maupun di saat kepananasan, payung merupakan alat yang bisa melindungi setiap orang mempergunakannya, dengan begitu pentingnya payung tersebut masyarakat Lubuk Jambi mengaplikasikannya dalam tradisi

Perahu Baganduang yang

mempunyai makna yang sangat penting bagi masyarakat setempat karena mencerminkan dari masyarakat itu sendiri.

7. Makna Simbolik Kain Warna-warni

Rahmad Ali mengatakan bahwa makna dari kain warna-warni yaitu kain warna kuning adalah lambang pemerintahan, kain warna hijau daun lambang syarak atau agama, dan kain warna hitam lambang adat.

8. Makna Simbolik Cermin

Annur mengatakan bahwa makna dari cermin yaitu sebagai intropeksi diri supaya kita tahu dengan kemampuan kita dan siapa kita sebelum kita berbicara dan berpergian dan membersihkan diri.

(7)

Jom FISIP Volume 1 No.2 –Oktober 2014 7 Berdasarkan hasil wawancara

maka dapat penulis jelaskan bahwa

Perahu Baganduang juga dihiasi

dengan cermin. Makna sebuah cermin yang digunakan oleh masyarakat Lubuk Jambi dalam

Perahu Baganduang adalah

mencerminkan bahwa setiap-setiap manusia yang akan berbuat atau berjalan dimuka bumi ini kita haruslah membersihkan diri, dengan pengertian bahwa kita haruslah mengintropeksi diri, dengan kata lain harus mengenali diri kita sendiri dulu barulah kita mengenal orang lain ini filsafah yang dipegang oleh masyarakat Lubuk Jambi sampai dengan saat sekarang ini.

Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Tradisi Perahu Baganduang

1. Nilai Agama atau Religius Nilai religius ini memfokuskan hubungan manusia dengan tuhan. Scheler mengungkapkan bahwa dalam hubungan dengan tuhan, manusia mendapatkan pengalaman mengagumkan yang tak terhapuskan mengenai personalitas luhur yang digambarkan secara metaforis dalam dogma-dogma agama, ritus-ritus dan mitos. Untuk memahami nilai relegius ini hanya dengan iman dan cinta terhadap manusia dan dunialah manusia menyadari bahwa tuhan itu merupakan pencipta, yang maha tahu, dan hakim bagi manusia ini. Melalui nilai religius ini manusia berhubungan dengan tuhannya melalui kebaktian, pujian dan do’a, kesetian dan kerelaan berkorban bagi tuhan.

a. Jumlah payung yang sama dengan jumlah Rukun Islam yaitu 5 buah payung menggambarkan rukun islam ada 5

b. Ornamen Kubah Mesjid yang diatasnya ada gambar bulan bintang, ini menggambarkan agama Islam yang dianut masyarakat Lubuk Jambi c. Pembacaan Takbir dalam acara

Perahu Baganduang

d. Pelaksanaa Mandi Balimau menyambut hari Raya Idul Fitri sebagai simbol mensucikan diri dalam menyabut hari baik dan bulan baik dan menyambut hari kemenanga bagi umat Islam e. Masyarakat yang sopan santun

dan ramah tamah dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

2. Nilai Sosial

Nilai sosial adalah sebuah patokan bagi manusia dalam menjalani kehidupannya dengan orang lain. Nilai sosial adalah segala sesuatu yang dianggap oleh masyarakat, anggapan masyarakat tentang sesuatu yang diharapkan, indah, dan benar keberadaan nilai bersifat abstrak dan ideal. Nilai sosial ini diyakini memiliki kemampuan untuk memberi arti dan memberi penghargaan terhadap orang lain. Nilai sosial ini dibedakan lagi menjadi dua macam yaitu, nilai yang pada hakikatnya bersifat sosial dan nilai ini meliputi ikatan keluarga, persahabatan, dan cinta terhadap negeri, kemudian yang kedua adalah nilai yang mendukung nilai yang pertama (hakikat sosial). Nilai kedua inilah yang dipakai manusia untuk berelasi dengan dunia sosialnya.

(8)

Jom FISIP Volume 1 No.2 –Oktober 2014 8 a. Tanduk kerbau, Ani-ani dan

labu air yaitu melambangkan kehidupan sosial masyarakat Lubuk jambi sebagai petani yang makmur dan sejahtera. b. Dalam pembuatan dan

pelaksanaan Perahu

Baganduang disini dpat kita

lihat bagaimana masyarakat saling membantu satu sama lainnya dan bergotong-royong untuk membuat Perahu

Baganduang yang bagus,

menarik dan indah.

c. Kebersamaan dalam membuat dan pelaksanaan Perahu Baganduang

d. Kemakmuran pertanian masyarakat Lubuk Jambi. 3. Nilai Seni

a. Nilai seninya yaitu keindahan dari hiasan Perahu

Baganduang yang sangat

memiliki nilai seni yang sangat baik dari hasil cipta karya masyarakat lubuk jambi mulai dari ornamen dan bangunannya b. Seni Musik dapat kita lihat dari musik yang digunakan dalam tradisi Perahu Baganduang yaitu menggunakan alat musik tradisional yaitu: calempong dan rarak

c. Seni Sastra dapat kita lihat dengan berbalas pantun yang digunakan dalam tradisi Perahu Baganduang.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian yang penulis teliti dan penulis uraikan sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan

kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Makna simbolik artefak dalam Tradisi Perahu Baganduang yang di gunakan oleh masyarakat Lubuk Jambi diantaranya adalah : (1) Kubah Mesjid makna sebagai penyambutan dalam suasana Idul Fitri, lamabang agama Islam yang dianut oleh masyarakat Lubuk Jambi. (2) Tanduk Kerbau makna yaitu melambangkan masyaarkat hidup dalam peternakan untuk membajak sawah atau ladang, keperkasaan anak negeri, dan juga mempunyai makna pantang menyerah. (3) Ani-ani makna yaitu sebagai alat untuk memanen padi. (4) Labu makna sebagai lambang kesejahteraan bagi anak negeri dan tempat minum pergi kesawah atau keladang dahulunya. (5) Cerano makna yaitu sebagai pembuka kata kepada ninik mamak atau kepda atasan. (6) Payung makna yaitu sebagai tempat berlindung. (7) Kain warna-warni, warnanya kuning maka mempunyai makna bahwa utusan raja, jika warnanya hitam bermakna membawa datuk-datuk dan juga dubalang, berwarna merah memiliki makna keberanian, dan kain warna putih mempunyai makna kebersihan hati dalam menjalani kehidupan seharti-hari. (8) Cermin adalah bahwa kita dalam menjali kehidupan ini tiap-tiap manusia yang akan berbuat atau berjalan haruslah membersihkan diri dengan pengertian bahwa kita harus mengintropeksi diri masing-masing.

2. Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam Tradsis Perahu

(9)

Jom FISIP Volume 1 No.2 –Oktober 2014 9

Baganduang dapat dijelaskan

sebagai berikut : (1) Nilai Agama, payung yaitu berjumlah 5 yang maksdunya rukun islam, gambah kubah melambangkan menganut agama islam, pribadi masyarakat yang sopan satun dan ramah tamah (2) Nilai Sosial, digambarkan dalam simbol tanduk kerbau, sifat masyarakat yang bergotong royong dalam menjalankan hidup sehari-hari, dan kemakmuran masyarakat Lubuk Jambi. (3) Nilai Seni, dilihat dari keindahan dari hiasan

Perahu Baganduang itu sendiri,

alat musik yang digunakan dan adanya petata petitih dalam rangkain acara Perahu

Baganduang.

DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, Ahmad. 2002. Pokoknya

Kualitatif ; Dasar-dasar

Merancang dan Melakukan

Penelitian Kualitatif. Bandung:

Pustaka Jaya.

Akbar Purnomo Setiady. 2009.

Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara.

Bungin, Burhan, 2003. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Prenada Media.

. 2005.Analisis Data Penelitian Kualitatif . Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Cangara, Hafied. 2011. Pengantar

Ilmu komunikasi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana, 2004.Teori

dan Filsafat Komunikasi.

Bandung: Citra Aditya Bakti.

. 2005, Ilmu Komunikasi

dan Praktek. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Hamidy, UU. 1986. Kebudayaan

Sebagai Amanah Tuhan.

Pekanabaru : UIR Pers.

. 1996. Orang Melayu di Riau. Pekanbaru: UIR Pers . 2000. Masyarakat Adat Kuantan Singingi. Pekanbaru : UIR

Juswandi, Yuhelmi, 2013. Jurnal ilmu budaya.

Koentjraningrat. 2002. Pengantar Antropologi Pokok Etnografi II. Jakarta: Rineka Cipta. ______. 2004. Manusia dan

Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Liliwersi, Alo. 2002. Makna Budaya

Dalam Komunikasi

Antarbudaya. Jogyakarta: PT

LkiS Printing Cemerlang. Moleong, Lexy J, 2006, Metode

Penelitian Kualitatif. Bandung:

RemajaRosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu

Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosdakarya. ______. 2004. Ilmu Komunikasi;suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. ______. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif ; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu

Sosial Lainnya. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Ruslan, Rusady, 2004.Metode Penelitian Public Relations

dan Komunikasi. Jakarta: Raja

Grapindo Persada.

.2005.Manajemen Public

Relations & Media

Komunikasi.Jakarta:Raja

(10)

Jom FISIP Volume 1 No.2 –Oktober 2014 10 Suyanto Bagong dan Sutinah.2011.

Metode Penelitian Sosial:

Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Sobur, Alex.2003. Semiotika

Komunikasi. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

.2004. Semiotika

Komunikasi. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Tunner, Lynn H. dan West Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi ; Analisis dan Aplikasi (edisi 3 buku 2). Jakarta: Salemba.

Tinambunan,W.E. 2001. Ilmu

Komunikasi Perspektif

Asumsi dan Pendekatan

Metologis. Jakarta :

Swakarya.

Widjaja, 2000.Komunikasi dan

Hubungan Masyarakat.

Jakarta: Bumi Aksara. Widagdo, Joko. 1991. Ilmu Budaya

Dasar. Jakarta: Bumi

Aksara.

Yasir. 2009. Pengantar Ilmu

Komunikasi. Pekanbaru: Pusat

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan pengecoran untuk pembuatan brake drum ini bersifat praktis, dengan tujuan untuk memperoleh benda cor yang berkualitas baik dan dibuat dengan secermat mungkin dalam

Tetapi, kita yang terjatuh dari alam tersebut, tidak dapat mengendalikan diri karena terpikat pada kesenangan, kita yang terlahir di sini adalah tidak kekal, dapat berubah dan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Media Booklet terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Santri tentang Kesehatan Reproduksi di Pesantren Darul Hikmah dan

antara lain Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Peraturan Menteri

Hal ini berarti semakin banyak jumlah sarana media massa yang dimiliki petani maka akan semakin tinggi tingkat pengetahuan petani dengan kata lain kepemilikan media

Hasil analisis regresi linier berganda yang terlihat pada Tabel 7 di atas menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan

Dengan kata lain, bahwa hakim harus menyesuaikan Undang-undang dengan hal-hal yang konkrit, oleh karena peraturan-peraturan tidak dapat mencakup segala peristiwa hukum yang timbul

Dari hasil pengolahan data Risk Response diperoleh data komponen boiler Pult Control memiliki nilai risiko tertinggi yaitu 30 yang berarti menunjukan risiko ini harus