• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERUBAHAN BUDAYA TERHADAP KONSEPSI INOVASI KARYA BATIK PADA MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK DESA PUNGSARI KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERUBAHAN BUDAYA TERHADAP KONSEPSI INOVASI KARYA BATIK PADA MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK DESA PUNGSARI KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PERUBAHAN BUDAYA

TERHADAP KONSEPSI INOVASI KARYA BATIK

PADA MASYARAKAT PENGRAJIN BATIK DESA PUNGSARI KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN

Darwoto

e-mail: dwtdnr@gmail.com

Abstract

Batik is one of art form which is owned IndonesiaNation. In its development can not be separated from the influence of cultural change. Among of Batik creation is done by the batik painter who in fact they are the farming society.

Batik existing and developingat Pungsari village, Plupuh subdistrict, Sragen regency is one of batik which was born on the farming society. Batik in this area was born as a form of collective works based on a concept and not a change in hereditary. As cultural products on the basis of its emergence as a major manifestation of an embodiment of an agrarian society mired in economic terms, batik in this area was born and evolved into a vehicle for creative economy society that evolved into a new income in the society.

On the stage of its development as the influence of cultural change triggered the conception of the work as a form of innovation to maintain the product in the concept of marketing competition, defensing economy and improving the quality and quantity. This condition makes existence be able to continue surviving and developing well and also improving the society's economy. The other impacts is a change in the social construction of the form of order agrarian society to an industrial society form.

(2)

2

I. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan kebudayaan. Kekayaan budaya ini dipengaruhi oleh bentuk wilayah Indonesia yang terdiri dari susunan pulau-pulau dan memiliki beragam suku bangsa, agama, budaya, adat istiadat, mata pencaharian, dan hasil kesenian. Keberagaman ini berpotensi pada laju perubahan budaya dan memungkinkan terjadinya kontak-kontak budaya yang berlainan. Hasil dari kontak budaya ini adalah proses sosial berupa akulturasi budaya. Atas dasar kenyataan ini maka tidaklah mengherankan jika di kepulauan Indosnesia yang terbentang sepanjang katulistiwa ini berkembang aneka ragam kebudayaan daerah (Jakob, 2002). Tentu saja proses perubahan kebudayaan tidak selalu terjadi karena pengaruh dari unsur-unsur kebudayaan asing, tetapi karena di dalam kebudayaan itu sendiri terjadi pembaharuan yang biasanya mengalami penggunaan sumber-sumber alam, energi, dan modal, peraturan baru tentang tenaga kerja, dan penggunaan teknologi baru yang semuanya akan menyebabkan adanya sistem produksi dan produk-produk baru (Koentjaraningrat, 1990).

Salah satu unsur bentuk budaya yang sering mengalami akuluturasi dan inovasi perubahan adalah karya seni masyarakat. Karya seni yang pada awal penciptaannya sangat berkaitan dengan adat istiadat dan makna simbolis yang berhubungan dengan kepercayaan, seiring perkembanngan zaman karya seni pun berkembang ke fungsi yang lebih beragam. Salah satu fungsi karya seni adalah sebagai seni pakai yang memiliki nilai fungsi dan nilai ekonomi. Batik sebagai salah satu bentuk karya seni dalam perkembangannya mengalami berbagai dinamika sejalan dengan perubahan jaman dan budaya. Perubahan dan perkembangan aturan yang lebih bebas untuk menggunakan batik sebagai busana rakyat merangsang berbagai kalangan untuk memproduksi batik dalam jumlah yang besar. Perubahan penciptaan batik ini berpengaruh terhadap perkembanngan industri kecil yang dinamakan batik saudagar atau industri batik (Santosa,2002).

Keadaan ini juga berkembang di Jawa Tengah khususnya di Surakarta. Dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja perusahaan batik tersebut memperkerjakan tenaga kerja buruh dari masyarakat seputar Karisidenan Surakarta. Daerah asal kaum buruh dari daerah Sukoharjo, Karanganyar, Matesih, dan Sragen(Santosa,2002). Dalam perkembangannya banyak dari kaum buruh yang kemudian mempunyai pandangan lain, mereka berinisiatif mengambil pekerjaan dari kota Solo sebagai pekerjaan sanggan di rumah atau di daerahnya sendiri. Perubahan cara produksi ini merangsang para buruh membentuk kelompok usaha yang kemudian lebih dikenal sebagai daerah sentral pengrajin. Salah satunya adalah sentral pengrajin dalam indusri batik yang berkembang di daerah Sragen.

Keberadaan batik di kabupaten Sragen pada saat ini tersentral pada wilayah utama yaitu desa Pilang, Kliwonan, Sidodadi (kecamatan Masaran) , Jabung dan Pungsari (kecamatan Plupuh). Terdapat 135 pengusaha (IKM), 44 Showroom dan 1430 usaha mikro (Dinas Perindustrian Sragen , 2011). Sistem organisasi produksi adalah bentuk aktifitas seni kolektif , usaha mikro sebagai kepanjangan sistem produksi dari IKM. Kondisi ini melahirkan status pengusaha batik (IKM) dan Pengrajin (usaha mikro).

Pungsari adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Plupuh kabupaten Sragen, desa ini telah menjadi salah satu daerah penghasil batik. Selintas batik yang berada di daerah ini memiliki perkembangan yang istimewa. Secara demografi sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Secara geografi desa pungsari merupakan desa pertanian yang kurang baik, karena letaknya berada di sebelah utara

(3)

3

Bengawan solo sehingga sarana irigasinya tidak sebaik wilayah lainnya. Dari segi perekonomian, pada awalnya tergolong masyarakat kurang mampu dengan income

pendapatan masyarakat kurang dari standar kehidupan rata-rata. Perubahan terjadi semenjak tahun 2004 desa Pungsari menjadi salah satu desa yang berkembang pesat dalam segi perekonomian. Salah satu bentuk arena perekonomian baru adalah adanya industri-industri batik di daerah ini. Hal tersebut sangat menarik pemerintah kabupaten Sragen dan menjadi catatan khusus bagi peneliti sebagai acuan untuk mengkaji lebih dalam.

Penelitian ini juga mempertimbangkan hal-hal mendasar yang diperlukan pada saat ini yaitu sebuah korelasi perubahan budaya terhadap konsepsi inovasi yang merupakan terobosan-terobosan baru yang mampu merubah konseptual produksi batik meliputi konsep penciptaan dan menjadi sebentuk karya baru yang lebih inovatif dan kompetitif serta dampak dari hasil inovasi terhadap perubahan ekonomi dan sosial mayarakat. Berdasarkan hipotesa yang ada karya batik yang mampu bertahan mulai bergeser dari konsep kerajinan ke bentuk sistem produksi yang cepat, dapat diproduksi dalam jumlah yang besar, fungsi yang beragam, terjangkau dalam harga, dan mudah dalam pemenuhan bahan baku. Batik di desa Pungsari secara umum menunjukkan potensinya dalam segi perubahan perekonomian masyarakatnya.

Berdasarkan gambaran tersebut, penelitian ini akan mengkaji: (1). Bagaimanakah keberadaan batik di desa Pungsari Kecamatan Plupuh kabupaten Sragen?,(2).Bagaimana konteks perubahan budaya mempengaruhi inovasi berkarya pengrajin batik di desa Pungsari? dan (3). Bagaimana pengaruh perubahan budaya dan inovasi berkarya pengrajin batik di desa Pungsari terhadap peningkatan perekonomian dan kondisi sosial masyarakat setempat?

II. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini mengkaji secara mendalam tentang pengaruh perubahan budaya terhadap konsepsi inovasi karyar batik di desa Pungsari kecamatan Plupuh kabupaten Sragen. Pengaruh perubahan budaya sebagai konseptual utama dalam kajian proses keberadaan batik di Pungsari, perkembangannya, proses perubahan berkarya serta pengaruhnya terhadap perubahan ekonomi dan sosial mayarakat setempat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan budaya, histori dan ekonomi.

A.Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah dan obyek yang diteliti, maka bentuk penelitian yang dipakai adalah studi kasus tunggal. Bersifat menyeluruh, berkaitan dan berinteraksi, hanya faktor selain masalah utamanya tidak menjadi fokus dan tidak banyak dibahas (Yin, 1987). Studi kasus ini mempersyaratkan bentuk aktifitas konstan dan apresiasi keseluruhan obyek terkait tanpa awal dan tidak berakhir.

Fenomena yang ditentukan pada kasus ini adalah sebuah persepsi dari para pengrajin batik di desa Pungsari dalam menyikapi perubahan budaya yang terjadi. Semenjak awal keberadaannya , perkembangan dan proses perubahan berkarya (inovasi) serta pengaruhnya terhadap perubahan ekonomi dan sosial di masyrarakatnya. Interaksi yang dikaji adalah sebuah komunikasi yang merupakan unsus-unsur saluran inovasi yang

(4)

4

berpengaruh pada konsepsi inovasi karya pengrajin sebagai bentuk, sikap dan aktifitas dalam pengembangan gagasan dan hasil karya batik.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dipusatkan di desa Pungsari kecamatan Plupuh pada 12 tempat industri, yang kemudian akan lebih di fokuskan pada IKM dengan kategori terbesar, pendiri pertama dan IKM pelopor Inovasi serta pada tempat usaha mikro yang tersebar di desa Pungsari yang dipilih. Tempat pemasaran di showroom mereka, Dinas Perindustrian Sragen sebagai pusat informasi dan pengambil berbagai kebijakan pemerintah, dan Sentral batik Sragen sebagai sarana tempat pemasaran produk mereka.

C.Sumber Data

Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini berupa:

1) Arsip dan dokumen serta catatan yang diperoleh dari berbagai pihak yang terkait, hasil produksi yang mewakili. Yaitu arsip dari dinas perindustrian Sragen, dokumen karya pengrajin (berbentuk karya dan Foto) , dokumen nilai perekonomian dan hasil produksi. Arsip kependudukan dari pemerintah setempat, dinas perindustrian , PDE kab. Sragen dan badan statistik Sragen.

2) Informan yang terdiri: Pendiri pertama industri batik, Pemilik Industri batik di Desa Pungsari (12 tempat produksi), Industri batik yang dipilih yaitu industri yang memiliki konsep berkarya yang jelas dan besar, masyarakat pengrajin batik (Usaha Mikro), petugas dinas perindustrian wilayah setempat, masyarakat pengunjung di desa Pungsari, masyararakat desa Pungsari yang dipilih, dan Sentral Batik Sukowati sebagai pusat penjualan produk.

3) Peristiwa dan kejadian saat proses produksi, desain, dan pemasaran di tempat industri, Showroom dan sentral batik.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini dengan dua strategi yaitu secara interaktif dan non interaktif. Interaktif melalui wawancara mendalam dan observasi sedangkan non interaktif melalui observasi tak berperan, kuiseoner, mencatat dokumen dan arsip. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat isi dokumen, arsip dan benda fisik yang berperan, terutama sebagai data masa sebelumya, yaitu data pengrajin pemilik IKM dan Usaha Mikro, Dokumen karya awal masa berdiri, karya yang berikutnya, karya-karya yang dikembangkan (inovasi). Alasan-alasan adanya perubahan berkarya-karya, inovasi yang terjadi dan sebagainya. Selain ini juga menerapkan teknik cuplikan, yaitu dengan memilih informan yang berkompeten dan tahu tentang permasalahannya.

E.Validitas Data

Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Triangulasi. Triangulasi sumber di dapat dari jenis sumber data seperti informan dari kelompok dengan tingkatan yang berbeda, yaitu IKM yang besar dan memiliki fariasi produk, IKM tingkat pelopor atau pendiri, IKM yang stagnan, dan Usaha Mikro yang dipilih didasarkan pada jenis output produknya. Aparat pemerintah terkait (Dinas Perindustrian Sragen) dan pengelola Pusat Grosir batik Sukowati.

(5)

5

F.Analisis Data

Proses analisis data pada penelitian ini terdiri tiga komponen ,meliputi: F.1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, dan penyerderhanaan (HB. Sutopo, 2002). Proses ini berlangsung sepanjang pelaksanaan penelitian, bahkan diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Proses seleksi meliputi hasil wawancara mendalam dari nara sumber yang dinilai kebenarannya, data-data dalam bentuk lain seperti dokumen, arsip dan foto. Pemfokusan dilakukan setelah diadakan seleksi akan di peroleh nara sumber yang berpotensi untuk penggalian informasi yang lebih detail dan mengerucut pada pokok permasalahan dengan melalui wawancara lanjut. Penyederhanaan dalam tahap ini adalah hasil proses seleksi dan pemfokusan kemudian akan di perinci dalam data-data yang lebih sederhana namun memiliki nilai kebenaran, ketajaman dan keakuratan data sesuai pokok kiajiannya.

F.2. Sajian Data

Sajian data merupakan pengorganisasian informasi yang terkumpul yang ditarik sebagai dasar kesimpulan penelitian. Data yang terkumpul dari observasi, informan data visual akan dikorelasikan menjadi sumber data awal yang kemudian saling dianalisis sesuai bentuk pendekatan permasalahan. Analisis ini meliputi hasil data yang terkumpul dari berbagai informan, lokasi penelitian (12 IKM), pihak terkait, pusat kegiatan produksi, sejarah konsepsi mereka saat mendirikan IKM, proses berkarya, proses inovasi dan perubahan budaya yang berpengaruh. Pasar serta konsumen yang merupakan data untuk dianalisis sebagai agen perubahan terhadap konsep perubahan produksi.

F.3. Penarikan Kesimpulan

Pengumpulan data berguna bagi peneliti untuk memahami arti dari informasi yang diperoleh. Informasi disentesiskan dengan hipotesa awal yang selanjutnya merupakan bentuk kejelasan jawaban dari permasalahan penelitian. Kejelasan sebagai dasar yang kuat dan landasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga komponen ini merupakan proses analisis yang kemudian menyatu menjadi kesimpulan yang obyektif, kesimpulan diperoleh dari proses analisis yang mengalir atau model siklus (HB. Sutopo, 2002). Kesimpulan ini nantinya akan memperkuat Batik yang berada di pungsari dilihat dari segi pendekatan teoritik sejarah, perubahan budaya, perubahan berkarya dan inovasi yang dilakukan serta pendekatan ekonomi.

III. Pembahasan

A. Pengaruh Perubahan Budaya terhadap berdirinya Batik Pungsari.

Masyarakat desa Pungsari pada awalnya adalah masyarakat agraris yang secara geografi tidak menguntungkan sebagai lahan pertanian. Masyarakat ini terbelenggu pada masalah perekonomian. Berdasarkan data dari Dinas Stastistik kabupaten Sragen Pada tahun 1993 listrik telah masuk daerah ini. Kemudian pada tahun 1994 telah dibangun Jembatan yang menghubungkan daerah ini dengan kecamatan Masaran. Desa terdekat yang

(6)

6

mudah dijangkau adalah desa Jabung. Di desa Jabung selain masyarakat hidup sebagai petani para penduduknya juga berprofesi sebagai Pembatik.

Adanya perbaikkan sektor infra struktur dan fasilitas sosial di desa ini, adalah bentuk pengalaman baru, pengetahuan baru, teknologi baru dan berakibat pada penyesuaian cara hidup baru. Deangan demikian perubahan terjadi dalam sistem nilai lama menjadi sistem nilai baru yang diikuti dengan usaha-usaha yang bersifat kemajuan (Agus,2002). Sarana transportasi berimbas pada aktifitas yang semakin luas, interaksi berjalan dengan baik terutama dengan desa terdekat. Di antara warga masyarakat Pungsari adalah seorang pemuda bernama Ngatimin dan dua rekannya Bejo serta Ripto adalah sebagian warga yang memiliki keinginan untuk sebuah perubahan kehidupan dan kesejahteraan. Saat terjalin interaksi, terlintas di dalam gagasannya dan selalu membandingkan keberadaan desanya dengan desa Jabung. Di Jabung masyarakatnya hidup lebih berkecukupan mengapa hal ini terjadi? Pertanyaan ini terjawab bahwa masyarakat Jabung selain bertani mereka juga membatik sebagai bentuk aktifitas lain yang memberikan nilai pendapatan lain. Keadaan ini menjadi ide dan konsep gagasan awal untuk sebuah perubahan. Mulai saat itu mereka bertiga bertekad untuk membangun batik di desa mereka. Sebagai tempat untuk menimba ilmu mereka bekerja sebagai buruh batik di Solo.

Tahap ini sebenarnya mulai terjadi proses perubahan budaya, perubahan itu terjadi dalam kategori ide atau Kosmis ketiga pemuda tersebut. Keinginan mempelajari batik dan menguasai teknik batik merupakan salah satu unsur perubahan budaya yaitu perubahan terjadi dalam sistem nilai lama menjadi sistem nilai baru yang diikuti dengan usaha-usaha yang bersifat kemajuan tertama bagi diri mereka. Lebih tegasnya dari profesi petani menjadi seorang pembatik. Ketiga pemuda adalah unsur utama perubahan budaya karena mereka berperan sebagai agen yang mempengaruhi masyrakatnya. Wilayah tempat mereka menemukan ide (desa Jabung), tempat mereka bekerja (Solo) dan daerah asal (Pungsari) merupakan arena yang berpengaruh pada proses perubahan. Agen ini selanjutnya melakukan proses interaksi dalam bentuk pengaruh yaitu dengan membatik akan mendatangkan pendapatan, serta melakukan proses trasformasi budaya dari masyarakat petani ke bentuk profesi baru sebagai pembatik di desanya. Keberadaan ini berlanjut seiring berjalannya waktu hingga tahun 1995 mereka resmi membentuk ruang ekonomi baru yaitu usaha Batik. Kondisi ini menciptakan suatu aktifitas baru didalam masyarakat sebagai bentuk nyata dari pengaruh perubahan budaya utamanya unsur budaya dalam bentuk mata pencaharian. Nilai lama sebagai bentuk unsur budaya adalah mata pencaharian mereka sebagai petani, sedangkan nilai barunya sebagai pengrajin batik. Pelaku aktifitas dalam dunia batik yang sedemikian digolongkan sebagai jenis Batik Petani, karena berkembang pada daerah yang masyarakatnya hidup sebagai seorang petani (Santosa,2002).

Berdasarkan pada segi histori dan konsepsi perubahan budaya, keberadaan batik Pungsari adalah sebagai wujud nyata dari pengaruh perubahan budaya. Pengaruh perubahan budaya yang menyebabkan keberadaan Batik Pungsari adalah sebagai berikut:

a. Perubahan lingkungan yang mendorong terjadinya sebuah interaksi dengan daerah lain, yaitu kemajuan sarana dan prasarana transportasi.

(7)

7

c. Adanaya unsur perubahan budaya yaitu agen perubahan (tokoh pendiri) , ide dan gagasan baru dalam menciptakan ruang ekonomi, yaitu mata pencaharian baru sebagai pengrajin Batik.

d. Adanya arena yang memungkinkan sebuah perubahan terjadi yaitu masyarakat yang memiliki permasalahan yang sama (keterpurukan perekonomian) yang terikat pada keinginan yang sama.

e. Adanya organisasi yang mengorganisasikan masyarakat yaitu Industri Kreatif (IKM Batik).

f. Bentuk dari aktifitas ini adalah industri kreatif yang berbasis pada karya masyarakat yang bersifat kolektif. Pelaku aktifitas batik adalah masyarakat petani sehingga batik yang berdiri di daerah Pungsari disebut Batik Petani.

B. Pengaruh Perubahan Budaya Terhadap Inovasi Berkarya Masyarakat Pengrajin Batik Desa Pungsari.

Dalam teori Difusi Inovasi Rogers dan Everett.M (1995) menyampaikan pandangan bahwa suatu proses inovasi disampaikan melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota masyarakat dari sebuah sistem sosial.

Setelah aktifitas membatik berdiri di desa Pungsari sebagai wujud nyata dari aktifitasnya adalah sebuah hasil karya. Karakter karya yang dihasilkan merupakan bentuk karya kolektif yang menumbuhkan bentuk ekonomi kreatif. Wujud dari usaha berbasis ekonomi kreatif adalah IKM batik dan Usaha Mikro.

Karya batik dari desa Pungsari dalam perjalananya mengalami berbagai tahapan perubahan dalam karya, konsep dan teknik berkarya. Sampai saat ini terdapat 4 karya batik Pungsari yaitu Batik Tulis, Batik Cap , Batik Kombinasi dan Batik Printing. Di setiap tahapan tersebut ada faktor yang mempengaruhinya. Secara terperinci dapat di klarifikasikan pengaruh perubahannya, sebagai berikut:

Tahun Pengaruh terbesar dalam konsep berkarya dan inovasi

Bentuk Karya yang dihasilkan

1995-1997

Penyerapan dan adopsi teknik batik tradisional dari Solo

Batik Tulis kelengan, motif

saudagaran yang

dikembangkan 1998-

2001

Penyerapan teknik batik Cap dari imbas masalah reformasi di Solo

Batik tulis dan Batik cap warna tradisi/Kelengan

2002-2005

Peran intitusi pemerintah, pelatihan pewarnaan, pemasaran, pameran dan manajemen serta budaya global

Batik tulis dan batik Cap warna berfariasi.

2006- sekarang

Perubahan budaya local, Industrialisasi, , Teknologi pencapan , Pemasaran global

Batik Kombinasi dan Batik printing

Tabel 2. Periode inovasi Dari tabel akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:

(8)

8

Berdasakan pada segi historinya karya batik yang dihasilkan pada tahun awal berdirinya adalah batik tulis dengan motif dan teknik tradisi yaitu batik tulis Kelengan

atau Soganan. Jenis karya batik ini hanya melibatkan dua sampai tiga unsur warna yaitu biru, coklat dan hitam. Menyisakan warna krem sebagai hasil dari proses penutupan kain dari malam batik. Dalam segi bahan hanya terbatas pada kain mori saja. Batik yang dihasilkan berbentuk lembaran kain yang berukuran kurang lebih 2 meter. Untuk motifnya rata-rata meniru motif batik gaya Solo. Penjualan produk batik ini rata-rata di Solo dan merupakan pekerjaan yang sebagian besar merupakan pesanan dan penyangga dari industri batik yang ada di Solo, sehingga pada saat itu karya batik yang ada merupakan jenis pekerjaan penyangga dengan istilah Sanggan (Sanggan bahasa jawa yang berarti penyangga).

Analisa dari segi sejarah, sebenarnaya karya awal batik Pungsari adalah sebuah imbas dari proses perubahan budaya yaitu proses inovasi budaya. Elemen pokok proses inovasi pertama kali muncul sebagai gagasan dan tindakan dari individu yaitu Ngatimin. Gagasan itu muncul sebagai akibat dari proses Saluran komunikasi yang diterima melalui pesan-pesan dari desa Jabung. Bahwa membatik dapat merubah perekonomian masyarakatnya. Posisi Ngatimin sebagai seorang Inovator. Gagasan Ngatimin sejalan dengan pemikiran Bejo dan Ripto, kedua orang ini berperan sebagai

Early Adopter atau pelopor. Tahapan difusi inovasi terus berjalan, tahapan yang harus dilewati ketiga individu adalah penguasaan pengetahuan. Tahap ini dilaluai dengan bekerja di Solo, tahap ini sebenarnya sebagai proses pemahaman suatu benda (karya Batik), yang merupakan barang baru dan teknologi baru yang harus dikuasai dan lebih diketahui manfaatnya (fungsi inovasi). Waktu yang berjalan dalam proses penguasaan, sebenarnya merupakan proses adopsi yaitu adopsi pengetahuan tentang proses batik. Posisi industri batik di Solo berperan sebagai Sumber Inovasi. Pengaruh dari sumber inovasi sangatlah besar sebab hampir keseluruhan karakter ilmu dan barang yang akan dihasilkan menyerupai proses adopsi yang berlangsung.

Tahun 1995 dan 1996 merupakan tahap pengambilan keputusan (decisions) dan Implementasi, pada tahun tersebut mereka telah mandiri sebagai pendiri industri batik di Pungsari dengan mengadopsi teknologi dan pengetahuan dari tempat asal mereka bekerja (Industri Batik di Solo). Peran dalam inovasi para masyarakat yang menerima dan mengikuti langkah ini disebut sebagai Early Majority (Pengikut Dini). Kegiatan terus berjalan dan mereka menghasilkan karya kolektif yaitu Batik. Batik yang dihasilkan merupakan media diseminasi (Medium) yang berupa produk yang dikemas dan disalurkan kepada konsumen atau pemakai (User) dengan imbalan berupa nilai dalam bentuk materi (uang).

Segi inovasi pewarnaan dan teknik pembatikan masih sistem tradisi yaitu karya-karya batik kelengan. Pada saat itu proses inovasi dalam bentuk karya belum dapat dilakukan karena beberapa hal yaitu sebagai berikut:

1. Keterbatasan teknik dan proses yang dikuasai para pendiri dan pengrajin di Pungsari.

2. Keterbatasan bahan dan peralatan yang tersedia dan dimiliki pengrajin.

3. Sebagian besar produk merupakan produk pesanan dan Sanggan dari Industri batik di Solo.

(9)

9

5. Keterbatasan Pemasaran.

6. Konsentrasi para tokoh pendiri masih memprioritaskan pada kapasitas hasil produksi dan pelatihan serta penyediaan tenaga kerja.

Berikut contoh-contoh karya periode ini:

Batik tulis kelengan yang merupakan hasil kreasi motif dengan ide dari padi-padian. Salah satu hasil inovasi pada masa awal batik di Pungsari

(foto Darwoto, sumber saat pelatihan pewarnaan 2004)

Motif Peksi Kembar dan Burung pipit implementasi dari penuangan ide dari burung, ada keberanian menampilkan warna lain (ungu) salah satu motif inovasi pada masa awal batik di Pungsari.

(Foto Darwoto,sumber saat pelatihan pewarnaan 2004)

B.2. Inovasi Karya Batik Periode Tahun 1998 - 2001

Keberadaan batik di desa Pungsari secara sejarah tidak dapat dipisahkan dengan industri batik yang ada di Solo. Selain terikat dalam hubungan kerja para pendiri batik di Pungsari memiliki interaksi emosional khusus yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya usaha yang mereka rintis. Pada tahun 1998 di kota Solo terjadi gejolak sosial, akibat dari sistem politik dan perubahan global yang terjadi. Peristiwa ini dikenal sebagai gelombanng reformasi. Para pengusaha batik yang telah memiliki hubungan kerjasama dengan para pengrajin di Pungsari, melimpahkan sebagian besar pekerjaannya kepada `pengusaha batik di desa Pungsari. Jumlah order

(10)

10

yang besar ternyata tidak semuanya dapat di penuhi oleh para pengrajin di Pungsari. Kendala utama adalah keterbatasan jumlah tenaga produksi dan sistem produksi yang masih manual. Para tokoh pendiri batik berfikir dan mendapatkan satu solusi yaitu mengembangkan teknik produksi ke arah batik Cap. Mulai saat ini telah muncul satu bentuk karya batik Cap yang mendampingi Batik Tulis sebagai awal produknya. Peristiwa ini membawa dampak besar terhadap perkembangan perekonomian di desa Pungsari. Salah satu fasilitas umum yang menunjukkan perubahan ekonomi ini adalah berdirinya pasar tradisional yang berdampingan dengan pasar hewan (di desa Pungsari sebelumnya hanya terdapat pasar hewan). Perguliran perekonomian yang berkembang, juga meningkatkan perubahan tingkat pendidikan di masyarakat sesuai dengan peningkatan daya beli dan kemajuan ekonomi.

Ditimjau dari segi perubahan budaya, keadaan batik di desa Pungsari telah mencapai proses difusi inovasi sebagai bentuk Dimensi Deseminasi. Bentuk ini terjadi dalam hal dimensi Isi (Content) yaitu pengetahuan dan produk baru serta informasi pendukung. Wujudnya adalah Batik Cap. Dimensi yang lain adalah Dimensi Media. Pada tahap ini batik mengalami perubahan perkembangan tentang cara dan teknik dalam menghasilkan produk baru (produk inovasi). Teknologi Batik Cap dapat diterima karena sifatnya yang melengkapi dari proses batik tulis karena pada proses batik Cap hanya mengganti sebagian proses batik secara utuh.

Segi karya pada periode tahun 1998-2001 inovasi yang terjadi adalah inovasi dalam segi proses dan teknik. Untuk karakteristik motif dan warna tidak mengalami perubahan yang menonjol. Perubahan dan inovasi ini dilakukan sebagai bentuk pemenuhan kapasitas produksi.

Berikut contoh-contoh karya periode ini:

Motif lereng Gaya Baru. Dokumen dari batik Wijaya Kusuma. (foto Darwoto, 2007).

B.3. Inovasi Karya Batik Periode Tahun 2002-2005.

Pada periode tahun 2002-2005 merupakan puncak perkembangan batik di Pungsari. Pada periode ini bermunculan IKM-IKM baru yang berjumalah 4 IKM baru. Sebagai bentuk perubahan budaya yang merupakan konsep difusi inovasi yang perannya sebagai para adoptor perubahan ,yang digolongkan dalam kategori Early Majority (Pengikut Dini). Ciri dari kelompok ini adalah memiliki basis pemikiran yang penuh pertimbangan. Pada awalnya para pendiri IKM baru ini merupakan bagian masyarakat yang telah berkecimpung di dunia batik. Pernyataan Rogers terbukti di

(11)

11

periode ini sebuah inovasi dapat diterima jika memberikan manfaat dan tujuan pada sekelompok sosial masyarakat yang memiliki intensitas interaksi yang tinggi dengan para Inovator dan pelopor perubahan(1995). Pada tahapan ini sebenarnya telah terjadi perubahan budaya terutama konsepsi perubahan budaya produksi pada terbentuknya sebuah Dimensi Sumber (Source) yang berupa intitusi yang bertanggungjawab dalam menciptakan peraturan, pengetahuan dan Produk baru. Tahap ini pula peran intitusi pemerintah mulai berperan. Peran sebagai fasilitator dalam bidang Agen pengembangan industri.

Pada tahun 2003 hingga tahun 2004 pemerintah melalui dinas perindustrian kabupaten Sragen telah mencanangkan program pengembangan untuk Industri Kecil dan Menengah. Kajian pemerintah menyimpulkan bahwa keberadaan Batik yang ada di desa Pungsari memiliki beberapa kekurangan antara lain: 1. Inovasi produk, 2. Sistem pengelolaan manajemen dan permodalan, 3. Perluasan Pemasaran dan 4. Fariasi bahan dan Fungsi produk. Langkah yang ditempuh pemerintah adalah diadakan berbagai Pelatihan, diantaranya Pelatihan Pewarnaan dan Pelatihan Manajemen Industri. Kebijakan yang lainnya adalah Kemudahan Permodalan dan Pameran Produk Batik.

Peran pemerintah ini sebenarnya merupakan Agen perubahan yaitu agen perubahan untuk inovasi sebuah karya. Terutama di bidang pewarnaan dan pengayaan motif. Dari para ahli yang memberikan transformsi keilmuan dan teknik melahirkan bentuk karya-karya baru. Sebagai nara sumber proses pewarnaan di ambil dari para pelaku batik yang berasal dari daerah Pekalongan. Sehingga karya-karya baru yang tercipta adalah karya batik yang mulai menampilkan warna-warna cerah seperti halnya batik yang berkembang di Pekalongan (pengenalan jenis-jenis zat warna). Dalam segi bahan dasar produk, juga mulai berfariasi tidak hanya di kain katun dan mori saja, tetapi sudah merambah ke bahan Sutera, katun dolby dan Sutera Campuran.

Karya batik pada periode ini, merupakan bentuk karya yang telah melibatkan proses inovasi produk. Konsepsi Inovasi yang paling menonjol yaitu pada segi warna, motif dan bahan. Sedangkan untuk proses produksi tetap merupakan jenis batik Tulis dan Cap. Konseptual perancangan produk mulai mempertimbangkan spesifikasi fungsi dan segmen pasar. Di periode ini pula batik Pungsari mulai melakukan proses komunikasi secara global, kegiatan pameran dan bazar merupakan proses sosialisasi dan sebagai barometer produk yang mereka ciptakan. Kegiatan ini merangsang konsepsi perubahan dan paradigma baru bagi para pengrajin.

(12)

12

Berikut karya-karya batik Pungsari pada periode 2002-2005:

Garuda bahan Sutera dan Motif Kembang Cengkeh Bahan CR 60s

Motif batik dengan inovasi pewarnaan khas Pekalongan

sebagai hasil pelatihan. (Dokumentasi Batik Wijaya Kusuma, foto Darwoto 2010) B.4. Inovasi Karya Batik Periode Tahun 2006 - Sekarang.

Periode akhir ini, untuk konsepsi inovasi produk berdasarkan faktor yang mempengaruhi dapat dibedakan dalam dua kurun waktu, yaitu:

a. Kurun waktu 2006 sampai dengan tahun 2007 b. Kurun waktu 2008 sampai Sekarang

B.4.1.Kurun waktu 2006 sampai dengan tahun 2007.

Tahun 2006 – 2007, pada kurun waktu ini terjadi interaksi dari para IKM dengan dunia luar. Budaya Global mulai mempengaruhi konsep-konsep penciptaan produk batik di Pungsari. Hal ini terjadi karena adanya perubahan sistem manajemen pemasaran yang mulai beralih dari konsep produksi yang di dasarkan dari pesanan dan pekerjaan Sanggan ke sistem penjualan produk secara mandiri. Konsep pemasaran ini dilakukan dengan cara aktif melakukan pameran dan bazar produk yang difasilitasi oleh intituasi pemerintah dan paguyuban batik yang dibentuk. Selain inspirasi dan fariasi, dalam pameran terjadi proses interaksi yang merupakan bentuk informasi dan strategi untuk peningkatan kualitas dan kuantitas karya produk. Pada Peristiwa tersebut sebenarnya telah terjadi interaksi budaya global dengan budaya lokal yaitu para IKM batik Pungsari dengan para peserta pameran yang memiliki karakter karya yang berbeda. Teknologi dan teknik-teknik baru mulai dikenal dan

(13)

13

menjadi buah pemikiran baru bagi dunia industri mereka. Sesuai perkembangan jaman dan wacana para pelaku industri batik, inovasi akan terus terjadi sesuai tujuan, fungsi dan kebutuhannya. Sedangkan bentuk interaksi yang terjalin adalah interaksi diantara intitusi yang merupakan organisasi produksi yang masing-masing merupakan sebuah sumber inovasi. Karya Batik dari satu intitusi akan di adopsi oleh intitusi lain dan sebaliknya. Dari segi perubahan budaya, para pegrajin batik di desa Pungsari pada periode ini telah berhadapan dengan budaya global. Karakter budaya global yang majemuk dan penuh gejolak perubahan mulai dirasakan.

Berkaitan dengan karya inovasinya, pada tahun 2006-2007 masih relatif sama dengan tahun-tahun sebelunya. Pada tahun ini tahap inovasinya lebih berkembang pada sistem pemikiran dan gagasan untuk menciptakan produk inovasi baru yang mampu bersaing di pasar global. Tahap ini merupakan tahap Persuatif dalam proses inovasi yang akan mendasari tahap keputusan akhir (decicions) bagi karya baru mereka.

B.4.2. Kurun Waktu tahun 2008 – Sekarang.

Setelah konseptual dan pemikiran inovasi terbentuk pada tahun 2006-2007, pada tahun 2008 proses inovasi karya batik baru mulai dilakukan, yang dipicu oleh:

a. Kemajuan pemasaran yang meningkat pesat.

b. Perubahan besar dalam segi perekonomian dan tingkat pendidikan, berdampak pada perubahan pola pikir generasi muda. Para generasi muda enggan menjadi pembatik dan lebih memilih menjadi karyawan pabrik-pabrik besar yang berdiri di sekitar wilayah Sragen.

c. Banyaknya Industri-industri besar yang mulai berdiri di kawasan Sragen dan sekitarnya. Hal ini berpengaruh pada berkurangnya pasokan tenaga kerja di desa Pungsari.

d. Pada tahun 2008 didirikan SGBS (Sentral Grosir Batik Sragen) yang berada di Jl. Sukowati Sragen merupakan pusat penjualan produk batik Sragen.

e. Pencanangan Desa Wisata Batik di sentra penghasil batik kabupaten Sragen pada tahun 2009.

Kondisi ini merangsang para IKM batik yang ada di Pungsari mulai melakukan terobosan-terobosan baru dalam inovasi karya mereka. Pilihan dan keputusan jatuh pada perubahan sistem produksi. Sebelumnya produksi batik dilakukan dengan dua cara yaitu teknik batik Tulis dan batik Cap, mulai saat itu ditambah dengan teknik Pencapan atau

Printing. Dari perubahan sistem produksi ini menghasilkan bentuk karya baru yang merupakan karya inovasi sebagai jawaban permasalahan perubahan-perubahan yang terjadi. Karya baru (inovasi) dikenal dengan nama Batik Kombinasi dan Batik Printing. Berikut karya pada periode ini:

(14)

14

Contoh Produk yang berinofasi dalam segi fungsi:

Batik yang diaplikasikan pada Tas. Bentuk inovasi baru dalam segi fungsinya. (foto IBM, 2012) Contoh Produk yang berinovasi dalam segi Tema.

Karya Batik yang mengangkat tema Batik Kombinasi Kabupaten Sragen. Jenis Batik Printing Batik Wijaya Kusuma

(Foto Wijaya kusuma, 2012) (foto IBM, 2012) Contoh Produk Inovasi dalam segi Bahan:

Batik kombinasi bahan Sutera Dolby. Batik Nur Hasida 2011(Foto dok. Nur Hasida) Batik motif bunga sepatu, batik Kombinasi. Bahan Katun 60s.

(15)

15

Contoh inovasi dalam segi Teknik (Printing)

Batik Printing gaya Sragen motif Naga 2012 Bahan Katun Rayon/CR (Foto dok batik Lestari, 2012).

C. Pengaruh Inovasi Berkarya terhadap Perkembangan Ekonomi Masyarakat Pengrajin Batik Desa Pungsari.

Proses perjalanannya perkembangan batik di Pungsari melewati tahap-tahap inovasi baik dari segi Konsep inovasi dilakukan sebagai langkah mempertahankan hasil produksi, merebut persaingan pasar dan memperoleh keuntungan ekonomi semaksimal mungkin. Berdasarkan fakta di lapangan, pengaruh inovasi karya batik di Pungsari mampu meningkatkan kemajuan sektor perekonomian secara pesat.

Awal tahun berdiri perbandingan ekonomi masyarakat dapat di perbandingkan dengan kehidupan mereka sebagai petani lahan kering yang hidup pada garis kemiskinan. Mulai dapat di hitung segi pendapatanya saat ada kegiatan indutri batik periode 1995-1997. Jika dihitung dalam pendapatan perorangan dan serapan tenaga kerja di setiap periode akan meningkat dua kalinya. mampu menyediakan lapangan kerja 80 % dari keseluruhan jumlah usia produktif. 20% usia produktif bekerja pada sektor lain sebagai imbas perubahan budaya kerja yang terbentuk. Nilai investasi saat ini mencapai 1.130.000.000 rupiah tiap bulannya dengan kapasitas produksi mencapai 1.296.825.000 Rupiah Lebih. (Dinas Perindustrian Kab. Sragen,2018). Perubahan ini membawa tingkat pendapatan masyarakat yang meningkat, belum lagi ditambah pendapatan dari sektor pertanian dan perdagangan yang ada. Dari kajian diatas, pengaruh perubahan budaya dan inovasi karya batik di Pungsari terhadap perkembangan perekonomian dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Inovasi karya meningkatkan segi pemasaran produk sehingga meningkatkan putaran ekonomi produksi.

b. Inovasi karya sebagai langkah untuk mempertahankan kelangsungan produk, sehingga akan terus memberikan manfaat pada sektor peningkatan pendapatan pengrajin sebagai mata pencaharian yang berkesinambungan.

c. Inovasi Karya meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang membawa dampak pada peningkatan pendapatan masyarakat.

(16)

16

D. Pengaruh Inovasi Berkarya terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Pengrajin Batik Desa Pungsari.

Selain perubahan sosial yang terbentuk dari proses alamiah yaitu pertambahan penduduk dan budaya lokal yang telah berjalan, keberadaan batik dan berbagai inovasi yang ada mempengaruhi dan melahirkan satu budaya baru yaitu Industrialisasi.

Perubahan yang paling menonjol adalah sistem sosial yang di bentuk akibat sebuah konsep industrialisasi. Sedangkan pengaruh inovasi terhadap sistem sosial adalah menumbuhkan kebiasaan masyarakat khususnya pengrajin untuk bertindak sebagai sarana saluran informasi inovasi, kebiasaan bersifat persuatif, kebiasaan mengenal dan menggunakan hasil inovasi, serta menumbuhkan struktur masyarakat yang kompleks ( innovator, pengikut dini, pelopor dan pengikut akhir).

Kesimpulan akhir dari pengaruh Inovasi pada karya batik di Pungsari terhadap perubahan sosial masyarakat adalah:

a. Timbulnya kontruksi sosial baru di dalam masyarakat desa Pungsari ( Pemilik usaha/Bos, pekerja, buruh harian dan pemborong).

b. Perubahan dari sistem sosial masyarakat agraris ke masyarakat industri.

c. Melahirkan intitusi-intitusi baru (IKM) sebagai budaya organisasi yang membentuk status sosial baru di masyarakat.

E. Kesimpulan

Batik di Desa Pungsari adalah sebagai produk perubahan Budaya yang lahir dari kondisi perekonomian masyarakat petani yang tertekan. Kondisi ini melahirkan sebuah ruang ekonomi baru masyarakat dan berevolusi menjadi Mata pencaharian mereka. Aktifitas atau kegiatan batik di desa Pungsari, kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen di mulai sejak tahun 1995. Keberadaannya di golongkan sebagai batik Petani

Konsepsi inovasi karya Batik di Pungsari merupakan perubahan konsepsi gagasan yang sangat dipengaruhi oleh perubahan budaya lokal dan global. Perubahan budaya lokal yang mempengaruhi adalah perubahan persepsi generasi muda, kondisi tenaga kerja, peran pemerintah sebagai agen inovasi, adanya industrialisasi di sekitar wilayah, dan perubahan perekonomian masyarakat. Perubahan budaya global yang mempengaruhi adalah saluaran dan informsi global, tingkat persaingan pasar, penguasaan teknik dan teknologi baru. Proses inovasi memiliki fungsi sebagai konsep mempertahankan pasar produk, kelanjutan ruang perekonomian masyarakat dan peningkatan kualitas serta kuantitas produk.

Pengaruh konsepsi inovasi karya batik di pungsari dalam segi perekonomian adalah peningkatan pendapatan dan taraf hidup pengrajin serta proses berjalan dalam pemerataan perekonomian. Inovasi mampu meningkatkan pasar produk, perputaran perdagangan yang cepat, memicu kulitas dan kapasitas produksi. Peningkatan penyerapan tenaga kerja dan upah pekerja serta berkembangnya sektor ekonomi baru di masyarakat. Pengaruh perubahan budaya terhadap konsepsi inovasi karya dalam segi sosial masyarakat adalah terjadinya kontruksi baru dalam sosial masyarakat, yaitu perubahan dari tatanan masyarakat agraris ke bentuk tatanan masyarakat industri. Adanya intitusi baru, status sosial baru dalam masyarakat, keterbatasan interaksi sosial dan memunculkan budaya organisasi baru di desa tersebut.

(17)

17

DAFTAR PUSTAKA

A.A.M Djelantik, 2004. Estetika Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Media Abadi.

Agus Dermawan T. 2003. “SeniRupa Indonesia dan Gelombang Ekonomi” dalam Adi Wicaksana, dkk (ed) Aspek-Aspek Seni Visual Indonesia: Paradigma dan Pasar. Yogyakarta: Cemeti.

Agus Sachari. 2002. Estetika: Makna, Simbol, dan Daya. Bandung: Penerbit ITB.

Beilharz, Peter. 2005. Teori-Teori Sosial (edisi terjemahan oleh Sigit Jatmiko). Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Dede Mulyanto. 2011. Antropologi Marx: Karl Marx Tentang Masyarakat dan Kebudayaan. Bandung: Ultimus.

Defillippi, Robert j. dkk, 2006. Knowledge At Work: Creative Collaboration In The Global Economy. Malden: Blackwell Publishing.

Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan (edisi terjemahan oleh F. Budi Hardiman). Jogjakarta: Kanisius.

Hari Poerwanto. 2005. Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Hartley, John (ed). 2005. Creative Industries. Malden: Blackwell Publishing.

Kaplan, David. 1999. Teori Budaya (edisi terjemahan oleh Landung Simatupang). Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Patt, Andy C. dan Jeffcut, Paul (ed). 2009. Creativity, Inovation and The Cultural Economy. London dan New York: Routledge.

Rogers, Everett M, 1995. Diffusions of innovations. London : The Free Press.

Van Peursen, C.A.. 2009. Strategi Kebudyaan (edisi terjemahan oleh Dick Hartoko). Jogjakarta: KAnisius.

Wolff, Janet. 1981. The Sosial Production of Art. New York: New York University Press. Zolberg, Vera L. 1990. Constructing a Sociology of the Arts. New York: Cambridge

Gambar

Tabel 2. Periode inovasi

Referensi

Dokumen terkait

(2006) melakukan metode yang berbeda yaitu mengamati perkembangan individu yang sama setiap hari (telur yang diperoleh pada hari pertama dipelihara sampai menjadi

Aplikasi pengolah kata yang dimaksud di sini adalah merupakan suatu program aplikasi yang mempunyai fungsi sebagai alat bantu untuk pembuatan sebuah tulisan atau

Perbuatan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang memerangi semua manusia yang berbidah kepada selain Allah, dari watsaniyyun (penyembah berhala), Yahudi dan Nashara

Secara Konstitusional Mahkamah Konstitusi memilikii empat kewenangan yang putusannya bersifat final yaitu menguji Undang- Undang terhadap UUD 1945, memutus pembubaran

Bank Mandiri Cabang Krakatau Medan untuk meningkatkan kinerja karyawan dan pengawasan harus lebih diperketat namun tidak membatasi kebebasan karyawan dalam memilih

1) Kekerasan dalam rumah tangga sangat jarang terjadi. Namun, kenyataannya satu dari tiga istri pernah mengalami kekerasan daiam rumah tangga. 2) Kekerasan dalam

Jadi, penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian bahwa penerapan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan menulis

Menara tidak diharuskan nampak secara fisik namun bisa diubah ke suatu bentuk tertentu, serambi masjid tidak hanya berfungsi sebagai ruang shalat tambahan saja namun dapat