• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG PERTUMBUHAN DIAMETER RATAAN TANAMAN AKASIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI TENTANG PERTUMBUHAN DIAMETER RATAAN TANAMAN AKASIA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG PERTUMBUHAN DIAMETER RATAAN TANAMAN AKASIA (Acacia mangium WILLD ) PADA KELERENGAN YANG BERBEDA DI ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

SAMARINDA

Oleh :

FATMAWATI Nim : 070500012

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(2)

STUDI TENTANG PERTUMBUHAN DIAMETER RATAAN TANAMAN AKASIA (Acacia mangium WILLD) PADA KELERENGAN YANG BERBEDA DI ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI

SAMARINDA

Olseh

FATMAWATI NIM. 070 500 012

Karya Ilmiah Ini Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya

Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : STUDI TENTANG RATAAN TANAMAN AKASIA (Acacia mangium WILLD) PADA KELERENGAN YANG BERBEDA DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

Nama : FATMAWATI

NIM : 070 500 012

Program Studi : Manajemen Hutan Jurusan : Pengelolaan Hutan

Menyetujui,

Pembimbing Penguji I

Ir. Sofyan Bulkis, MP Ir. Rudi Nurhayadi, MP Nip. 19600321 198903 1 002 Nip.195903111 198703 1 002

Penguji II

Agustina Murniyati, S.Hut, MP Nip. 19720803 199802 2 001

Mengesahkan, Direktur

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Wartomo, MP

(4)

ABSTRAK

FATMAWATI. Studi Tentang Pertumbuhan Diameter Rataan Tanaman Akasia ( Acacia mangium WILLD) pada Kelerengan yang Berbeda di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, di bawah bimbingan SOFYAN BULKIS.

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman Akasia (Acacia mangium WILLD) pada kelerengan yang berbeda melalui pengukuran diameter di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Pengamatan dilakukan selama 6 hari pada tanggal 17 –22 Juli 2010, meliputi orentasi lapangan, persiapan alat dan pelaksanaan pengukuran.

Tanaman Akasia (Acacia mangium WILLD) yang digunakan dalam pengamatan ini adalah sebanyak 30 tanaman untuk kelerengan relatif datar, 30 tanaman untuk kelerengan sedang atau curam dan 30 tanaman kelerengan sangat curam. Alat yang digunakan untuk mengukur kelerengan tempat adalah klinometer.

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari diameter rataan tanaman Akasia (Acacia mangium WILLD) pada kelerengan datar (0°-5°) adalah 24,88 cm, pada kelerengan sedang atau curam (6°-30°) 21,15 cm, dan pada kelerengan curam (31° keatas) adalah 19,06 cm.

Hasil perhitungan memberikan kesimpulan bahwa pada kelerengan datar menunjukan pertumbuhan diameter yang lebih baik dibandingkan dengan kelerengan sedang dan kelerengan sangat curam.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Fatmawati, lahir pada tanggal 4 April 1984, di Respen Sembuak, Kecamatan Malinau Utara, Kabupaten Malinau. Fatmawati merupakan anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan bapak Gabril Mita dan Ibu Permia Suabai.

Pada tahun 1992, masuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar Negeri 004 di Long Nit dan memperoleh ijazah 1999, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 004 Malinau Sebrang, selama 2 tahun menganggur setelah itu mengikuti ujian pada tahun 2003.

Pada tahun yang sama memperoleh ijazah dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Tingkat Atas di SMA Darma Bakti di Pelita, lulus pada tahun 2007. Memasuki Jenjang Pendidikan Tinggi pada tahun 2007, di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Manajemen Hutan, pada bulan Maret - Mei 2010. Mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), di PT. WANA ADIPRIMA MANDIRI, di Malinau, Kecamatan Malinau Utara, Kabupaten Malinau Kota.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Rahmat dan karunia–Nyalah sehingga pembuatan Karya Ilmiah ini dapat terselesaikan sebagai mana yang diharapkan.

Pengamatan ini dilakukan di Arboretum selama 1 minggu dari tanggal 17 -22 Juli 2010 yang dimana merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada Politeknik Peratanian Negeri Samarinda.

Penulis menemukan berbagai hambatan sejak awal pelaksanaan pengamatan hingga akhir penulisan Karya Ilmiah ini, namun berkat adanya bantuan dan dorongan moral dari berbagai pihak akhirnya hambatan tersebut dapat teratasi.

Banyak pihak yang telah membantu selama penyusunan karya ilmiah hingga selesai, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberi dukungan dan dorongan berupa materil dan moril, juga: 1. Bapak Ir.Sofyan Bulkis, MP. selaku Dosen pembimbing yang telah banyak

mengarahkan penulis mulai dari persiapan sampai penyusunan Karya Ilmiah ini.

2. Bapak Ir. Rudi Nurhayadi, MP. dan Ibu Agustina Murniyati, S. Hut, MP. selaku dosen penguji

3. Ibu Ir. Emi Malaysia, MP. selaku ketua Program Studi Manajemen Hutan 4. Bapak Ir.Hasanudin, MP. selaku Ketua Jurusan Pengelolaan Hutan Politeknik

Pertanian Negeri Samarinda.

5. Bapak Ir. Wartomo,MP. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

(7)

6. Teman-teman seangkatan 2007 ya ng banyak memberikan bantuan spiritual hingga terselesaikannya laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan, baik itu berupa kesalahan pengetikan maupun tentang isinya, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

No. Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

RIWAYAT HIDUP ...ii

RINGKASAN ...iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

II. PENDAHULUAN ...1

III. TINJAUAN PUSTAKA a. Uraian Umum Mengenai Akasia (Acasia mangium WILLD) ...4

b. Pengukuran Diameter ...8

c. Kelerengan ...10

d. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ...11

IV. BAHAN DAN METODE PENGAMATAN a. Lokasi dan Waktu ...13

b. Bahan dan Alat ...13

c. Prosedur Kerja ...14

d. Pengolahan Data ...15

V. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil ...16

b. Pembahasan ...17

VI. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ...19

b. Saran 19 DAFTAR PUSTAKA ...21

LAMPIRAN ...22

(9)

No Tubuh utama Halaman

1. Data Pengukur Diameter Tanaman Akasia di Arboretum…..……...16 2. Hasil Pengukuran Diameter Rataan Akasia …… .. ………...21

Lampiran

3. Hasil Pengukuran Diameter Tanaman Akasia(Acacia mangium

(10)

I. PENDAHULUAN

Sampai saat ini kayu masih merupakan barang ekspor Indonesia ya ng menonjol, hampir semua jenis yang diperdagangkan berasal dari hutan belantara. Hutan mempunyai fungsi dan manfaat serbaguna bagi kehidupan manusia, antara lain sebagai sumber kayu, sebagai penyangga kesuburan tanah, pencegah erosi, sebagai tempat rekreasi, tempat kehidupan flora dan fauna yang dilindungi,untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan karena itu hutan penting bagi kehidupan manusia, dan kita semua wajib untuk berusaha sekuat tenaga agar fungsi hutan dapat diusahakan seoptimal mungkin dan diawetkan secara lestari agar berguna bagi kehidupan manusia, (Soedjono,1976), dalam Eramsyah, (1992).

Sementara itu didasari bahwa di Indonesia terpampang luas tanah kritis yang perlu dihijaukan. Meskipun program penghijauan terus dilaksanakan, bahkan tiap tahun ditentukan satu daerah untuk menandai dan penghijauan nasional, hasil dari usaha ini masih kurang memuaskan.

Sementara itu pula dirasakan bahwa kebutuhan energi pendesaan yang berupa kayu bakar, semakin terus meningkat. Dengan demikian tersedianya pohon-pohon kayu merupakan suatu keharusan. Untuk kedua maksud ini, kayu-kayu yang tergolong jenis ringan dapat di manfaatkan. Dalam rangka realisasi program penyelamatan hutan, tanah dan air, seperti yang telah digariskan dalam

(11)

pengembangan serta pemerintah telah mentargetkan pemulihan lahan keritis tersebut seluas satu juta hektar setahun.

Pengelolaan sumber daya hutan, tanah dan air sebagai sumber alam yang berupa media produksi, pengatur tata air dan perlindungan alam. Upaya untuk merehabilitasi lahan-lahan keritis dan menutup tanah-tanah kosong yang adanya cukup luas, diperlukan suatu jenis tanaman yang cepat tumbuh, dapat menghasilkan atau memberikan hasil dalam waktu yang singkat.

Pada hakikatnya pemilihan jenis tersebut tergantung pada tujuan penanamannya, jenis produksi yang diharapkan syarat hidup yang diperlukan dihubungkan dengan kondisi setempat. Demikian juga halnya dalam pemilihan jenis tanaman Akasia (Acacia mangium WILLD) adalah merupakan jenis yang sangat popular, karena pemakaiannya sebagai tanaman penghijauan di mana- mana di Indonesia.di dalam ilmu tumbuhan jenis ini termasuk suku mimosacea, tinggi pohon dapat mencapai 30 meter dengan batang bebas cabang lebih dari setengah tinggi total, batang lurus dan diameter 90 sentimeter, dihutan alam Queensland dengan sedikit berbanir (Anonim, 1983).

Akasia (Acacia mangium WILLD) , merupakan salah satu jenis tanaman yang dianjurkan oleh pemerintah sebagai tanaman Reboisasi dan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI).

Dalam rangka menunjang kegiatan reboisasi dan penghijauan, pembangunan hutan tanaman Industri, tersedianya bahan tanaman yang bermutu baik yang dihasilkan dari persemaian (Anonim, 1984).

(12)

Menurut Sindusuwarno dan Utomo (1979), jenis ini pada waktu muda menuj ukkan perkembangan yang sangat cepat dan dapat tumbuh baik pada tanah-tanah yang rusak dan bekas kebakaran.

Akasia (Acacia mangium WILLD) yang di jumpai di daerah peralihan antara hutan campuran (rimba) dan hutan alam kayu putih, bahkan jenis ini di jumpai mampu tumbuh didalam tegakan kayu putih di daerah wai Huang (Seram barat). Lahan tempat tumbuh merupakan lahan kurus, sarang dan berbatu koral, (Bratawinata, 1987).

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan diameter tanaman Akasia (Acacia mangium WILLD) pada kelerengan yang berbeda melalui pengukuran diameter rataannya, di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Hasil yang diharapkan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui apakah dengan kelerengan yang berbeda tersebut di atas, berpengaruh terhadap Pertumbuhan Diameter rataan tersebut dari data-data tersebut diharapkan mampu menginformasikan kepada pihak-pihak yang memerlukannya.

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Umum Mengenai Akasia (Acacia mangium WILLD) 1. Daerah penyebaran dan tempat tumbuh

Akasia (Acacia mangium WILLD) termasuk dalam suku Fabaceae, marga Acacia tersebar secara alami tumbuhan pada daerah-daerah kering dan lembab.

Pedlei (1964), Nicholson (1981) Sindusuwarno dan Utomo (1979), dalam Bratawinata (1989) menjelaskan mengenai daerah penyebaran Acacia mangium WILLD secara alami yaitu: Daerah Queensland, Australia pada 18 LS .irian jaya bagian Utara, misalnya didaeraah Fak- fak dan Tomage (Rongkas) dan di daerah rendah di kepulauan Aru, Maluku selatan dan seram bagian barat. Di daerah Bentuas Kalimatan Timur, jenis ini dapat tumbuh secara alami.

Selanjutnya Turnbull et. al.(1983), dalam Bratawinata (1989), mengemukakan bahwa pertumbuhan Akasia Acacia mangium WILLD yang bertumbuh secara alami didaerah kepulauan Sula pada 152 LS dan 125°22 BT yang berdekatan dengan pulau tali Abu pada ketinggian tempat 50 mdpl.

Jenis ini telah tumbuh secara alami dan menyebar di seluruh Bentuas dengan luas kurang lebih 3000 hektar (50% dari luas areal Desa Bentuas), yang tumbuh di daerah tanah lempung berpasir penggunungan, tanah-tanah kering dan daerah tanah rawa-rawa. Permudaaan alami tumbuh dengan baik

(14)

pada areal tebang habis yang dilanjutkan dengan pembakaran baik pada bekas hutan alam maupun pada hutan campuran yang ada pohon induk Akasia (Acacia mangium WILLD).

Penanaman Akasia (Acacia mangium WILLD) secara besar-besaran telah dikembangkan didaerah sabah, Papua New Guinea pada tahun 1969, Nepal pada tahun 1979, Philipina tahun 1977, Bangladesh tahun 1978, Hawai tahun 1979, Cameron dan Costa Rica mulai pada tahun 1980 dan Indonesia pada tahun 1980.

2. Lukisan pohon a. Batang

Akasia (Acacia mangium WILLD) berbatang bulat, lurus monopodial dan simpodial, (bercabang banyak), berkulit tebal, kulit luar agak kasar, kadang-kadang beralur kecil berwarna coklat muda. Tinggi pohon dewasa dapat mencapai 30 m dengan diameter bisa mencapai lebih dari 75 cm. Percabangan pada waktu masih muda akan membentuk sudut kecil, jika sudah tua ada kalanya membentuk sudut mendekati 90°.

b. Tajuk dan daun

Bentuk tajuk kerucut sampai lonjong, dan phyllodia tumbuh lebat.Tanaman ini pada waktu masih tingkat semai memiliki daun majemuk ganda, makin tua umur anakan makin hilang daun aslinya dan kemudian muncul daun semu tunggal dari hasil pemipihan tangkai daun.

(15)

Daun semu ini disebut daun pyllodia yang berfungsi hampir sama dengan fungsi daun biasa yaitu sebagai pemeroses bahan makanan dan fungsi fisiollogis lainnya. Daun pyllidia ini semasa masih muda berwarna hijau muda sampai hijau tua dan setelah tua (jika akan mati), berwarna kekuningan-kuningan sampai coklat.

c. Bunga dan buah

Tham (1979) dalam Bratawinata, (1989) mengemukakan bahwa Akasia (Acacia mangium WILLD) pada umur 2 tahun sudah mulai menghasilkan bunga dan berbuah serta mampu menghasilkan biji yang dapat tumbuh baik sebagai bahan tanaman.

3. Syarat tumbuh dan habitat

Anonim (1983), menjelaskan bahwa Akasia (Acacia mangium WILLD) merupakan jenis pohon yang cepat tumbuh dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang tingi serta tidak terpengaruh akan keadaan jenis tanah. Menurut Sindusuwarno dan Utomo (1979) Akasia (Acacia mangium WILLD) dapat tumbuh pada daerah yang jelek dan dapat bersaing dengan alang-alang, bekas tebangan sepanjang jalan loging dan mudah beradaptasinya. Pada laha n yang jelek Akasia (Acacia mangium WILLD) akan lebih baik tumbuh dibanding kayu cepat tumbuh lainnya. Lebih lanjut Keong (1979) dalam Bratawi (1989) menambahkan bahwa Akasia (Acacia mangium WILLD) tumbuh pada ketinggian antara 30 mdpl, tetapi ada pula yang dapat tumbuh pada ketingian 450 - 750 mdpl.

(16)

4. Curah hujan dan suhu

Akasia (Acacia mangium WILLD) merupakan jenis pohon untuk daerah basah atau lembab pada habitat aslinya, curah hujan bervariasi dari 1000 mm/tahun. Penanaman akan berhasil apabila di daerah penanaman mempunyai curah hujan diatas 2000 mm/tahun. Jenis tanaman ini akan mudah sekali untuk menyesuaikan diri dengan kondisi iklim yang berbeda dengan tempat asalnya. Sedangkan kisaran suhu dihutan tanaman, jenis adalah 25°C sampai 28°C dan suhu rataan minimum dan maksimum berkisar antara 23°C sampai 32°C (Anonim, 1983).

5. Tanah

Di Queensland, Akasia (Acacia mangium WILLD) umumnya terdapat pada tanah Ultisol asam, sedangkan diseram tumbuh pada tanah Ultisol dengan bahan dasar basa. Di sabah ditanam pada tanah Ultisol dan Entisol dengan pH dibawah 4,5, Pada daerah dengan tingkat Fosfor yang rendah atau kurang 0,2 ppm, Akasia (Acacia mangium WILLD) tidak bisa diharapkan tumbuh cepat (Anonim, 1983).

6. Hama dan penyakit

Menurut Keong (1979) dalam Bratawinata (1989) gangguan paling serius pada jenis Akasia (acacia mangium WILLD) merupa ulat ngengat pemakan pucuk sedangkan pada tingkat anakan jenis ini mendapat ganngguan dari jamur tepung (Powdery mildew) dari jenis O idium sp. Beberapa serangga penggerek batang (dinhole), menyerang bagian kulit , tetapi sampai

(17)

sejauh ini tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Ke dalam lubang hanya sampai kambium dan akan le nyap bila kelembaban berkurang (Anonim, 1983).

7. Sifat Fisik dan kegunaan kayunya

Kayu dari Akasia (Acacia mangium WILLD), dapat dijadikan bahan mebel, yang menarik, demikian pula untuk kerangka pintu bagian-bagian jendela, Molding dan bahan pembuat kotak/peti. Karena kerapatan dan nilai kalorinya, (4.800-4.900 cal/kg), kayu ini sangat baik untuk kayu bakar atau arang. Hutan tanaman umur 7-8 tahun ternyata dapat menghasilkan kayu baik untuk particle bord. Ada juga yang mencampur bahan particle bord dari 30% kayu Akasia (Acacia mangium WILLD) dan 70% kayu Albizia falcataria. Panjang serat Akasia (Acacia mangium WILLD) yaitu 1,0-1,2 mm. Menurut test percobaan di Australia, kayu Akasia (Acacia mangium WILDL ) dari Sabah yang diambil dari tegakan berumur 9 tahun, dapat menghasilkan pulp yang baik (Anonim, 1983).

B. Pengukuran Diameter

Pengukuran diameter adalah mengukur panjang garis antara dua titik pada garis lingkaran yang melalui titik pusat.

Diameter rataan adalah rataan diameter dari sejumlah pohon yang terdapat dalam tegakan. Diukur untuk mengetahui keadaan pertambahan diameter dari pohon dalam tegakan (Endang dkk, 1990).

(18)

Pariadi (1997) mengemukakan bahwa diameter pohon adalah lebar pangkal batang pohon yang ditarik dari jarak dua titik tengah lingkaran yang pada umumnya mengecil, ke bagian ujung.

Dala m mengukur diameter, umumnya diukur pada garis setinggi dada atau 1,3 m di atas permukaan tanah untuk pohon yang tidak berbanir. Sedangkan pohon yang berbanir, diameter diukur pada garis setinggi 20 cm dari pucuk banir.

Endang dkk (1990), menyatakan ada beberapa cara untuk mengukur diameter pohon yaitu :

a. Bagi pohon berdiri diameter diukur pada ketinggian 1,3 meter di atas tanah (diameter setinggi dada)

b. Bagi pohon berbanir berdiri bercabang adalah sebagai berikut :

? Tinggian 20 cm di atas banir.

c. Bagi pohon berdiri bercabang adalah sebagai berikut :

? Ketinggian cabang di atas 1,3 meter di ukur pada ketinggian 1,3 meter

? Ketinggian cabang kurang dari 1,3 meter di ukur pada ketinggian 1 meter dari letak cabang ( pohon di anggap satu )

? Ketinggian cabang tepat sama 1,3 meter di ukur agak ke bawah dari cabang kurang lebih 10 cm ( pohon di anggap satu )

d. Untuk pohon berdiri pada tanah miring, diameter di ukur pada ketinggian 1,3 meter dari bagian tanah miring yang atas.

e. Untuk pohon menggembung pada ketinggian 1,3 meter diameter di ukur pada ketinggian 10 – 20 cm di atas bagian tepi yang menggembung.

(19)

f. Untuk pohon miring, diameter di ukur pada ketinggian 1,3 meter searah pohon g. Untuk pohon rendah letak pengukuran diameter ini tergantung kebutuhan,bisa

dipangkal tengah atau ujung batang. Pengukuran diameter dapat dilakukan dengan atau tanpa mengikut sertakan kulit pohon di karenakan kulit pohon relatif kecil ketebalannya. untuk lebih jelasnya

h. perhatikan gambar dibawah

Gambar 1. Posisi /letak pengukuran Diameter pohon berdiri

Untuk pengukuran diameter yang dianggap besar harus lebih cermat lagi, daripada diameter berukuran kecil, hal ini penting diperhatikan karena pengaruhnya terhadap penentuan volume cukup besar (Pariadi, 1979)

C. Kelerengan

Kelerengan adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan horisontal dan menunjukkan hubungan dari permukaan tempat tumbuh terhadap

(20)

bidang horisontal. Hal yang berpengaruh dari kelerengan adalah tentang aliran air di atas permukaan tanah, temperatur tanah dan kandungan air di atas permukaan tanah juga merubah intensitas pengeringan dengan cara merubah sudut jatuhnya sinar matahari (Soekotjo, 1976).

Soekotjo ( 1976 ), menyatakan bahwa klasifikasi kelerengan area hutan adalah sebagai berikut

1. Kecil 5° - 10° 2. Sedang 11° - 20° 3. Curam 21° - 30° 4. Amat curam 31° - 45° 5. Jurang lebih dari 45

D. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah iklim, Biotis dan faktor edatis. Untuk faktor iklim bagian yang terpenting adalah sinar matahari, suhu dan kelembaban sedangkan yang termasuk faktor biotis adalah manusia, hewan dan tanaman dari kelompok itu sendiri yang berhubungan dengan lingkungan, sedangkan faktor edatis meliputi semua faktor seperti sifat fisik, sifat kimia dan sifat biotis dari tanah ( Soekotjo 1976 ).

Selanjutnya Soekotjo (1976), menyatakan bahwa lingkungan suatu hutan merupakan tempat tumbuh yang dalam keadaan efektif mempengaruhi kehidupan

(21)

suatu masyarakat tumbuhan dan pengklasifikasiakan dibagi dalam beberapa faktor.

1. Faktor klimatis

Faktor klimatis adalah faktor yang berhubungan dengan atmosfir dan semua faktor yang mempengaruhi tanaman seperti radiasi matahari, kelembaban atmosfir, angin, karbondioksida dan oksigen.

2. Faktor Edatis

Faktor edatis adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan tanah seperti tekstur tanah, struktur tanah, zat hara, keasaman tanah, kebasaan tanah serta bahan organik.

3. Faktor fisiografis

Faktor fisiografis adalah faktor yang berhubungan dengan keadaan yang secara tidak langsung mempengaruhi vegetasi hutan seperti lereng dan aspeknya, ketinggian tempat, derajat lintang, konfigurasi bumi, kedudukan terhadap laut dan gunung.

4. Faktor biologis

Faktor biologis adalah faktor tumbuhan dan hewan, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetasi hutan seperti organisme tanah, hewan, tumbuhan termasuk manusia sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan secara langsung adalah radiasi matahari , karbondioksida, air, tanah dan atmosfir serta oksigen dan zat hara.

(22)

Jadi jelaslah bahwa tempat tumbuh merupakan hal yang sangat kompleks dan juga merupakan dari interaksi dari banyak faktor yang berbeda-beda, dimana kualitas vegetasi yang dihasilkan per satuan luas berhubungan dengan faktor tempat tumbuh (Idris , 19

(23)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan waktu

Pengamatan ini dilaksanakan di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu pengamatan selama 1 Minggu,mulai dari tanggal 17-22 juli 2010 meliputi Orientasi lapangan, persiapan alat, dan pelaksanaan pengukuran, pengololaan data dan penulis karya ilmiah.

B. Bahan dan alat 1. Bahan

Bahan yang di gunakan dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut :

a. Tanaman Akasia (Acacia mangium WILLD) pada umur 16 Tahun dengan jarak tanam 2 m x 2 m

b. Label dari plastik dengan ukuran 4 cm x 4 cm c. Tali rafia untuk digunakan sebagai pembatas plot 2. Alat

Alat – alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut : a. Parang utuk menebas dan membersih rumput yang di sekitar pohon b. Klinometer untuk mengukur kelerengan

c. Phiband untuk mengukur diameter pohon

d. Kompas untuk melihat titik kordinat (menentukan arah) e. Meteran untuk mengukur panjang dan lebar plot

(24)

f. Alat tulis menulis untuk mencatat data g. Kalkulator untuk menghitung data

C. Prosedur Kerja

Adapun langkah–langkah yang dilakukan dalam pengamatan ini agar mencapai sasaran yang diinginkan adalah sebagai berikut:

1. Orientasi lapangan pada areal yang akan diamati untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi dan tanaman yang akan di teliti.

2. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.

3. Membuat plot dengan ukuran 10 m x 25 m pada masing–masing kelerengan dimana plot I dengan kelerengan 0° - 5° (relatif datar), plot II dengan kelerengan 6°-30° (sedang sampai curam) dan plot III dengan kelerengan 31° ke atas (curam sampai sangat curam).

4. Membersihkan sekitar tanaman yang akan di ukur diameternya dan memberi label nomor untuk memudahkan pengamatan.

5. Mengukur diameter pohon dengan menggunakan phiband dan pohon yang diukur diameter sebanyak 30 pohon untuk masing–masing plot yang terdapat pada kelas kelerengan, cara pengukurannya sebagai berikut :

a. Penentuan pohon yang diukur sebanyak 30 pohon untuk masing- masing kelas kelerengannya.

b. Mengukur diameter pohon dengan menggunakan phi band yaitu di ukur pada ketinggian 1,3 m di atas permukaan tanah (diameter setinggi dada)

(25)

c. Pengukuran dimulai dari pohon nomor 1 sampai dengan nomor 30 untuk masing- masing kelas kelerengan.

d. Pengambilan data yaitu mengukur diameter pohon pada masing- masing kelas kelerengan.

D. Pengolahan Data

Pengolahan data untuk mengetahui diameter rataan pada masing – masing kelas kelerengan, data yang diperoleh tersebut dianalisis atau diolah dengan menggunakan rumus menurut Anomin ( 1992 ) :

Dimana :

= jumlah hasil pengukuran diameter ( cm )

X = diameter rataan ( cm ) n = jumlah pohon yang diukur

(26)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tegakan Akasia (Acacia mangium WILLD) yang ada di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ditanam pada tahun 1994, sampai saat ini (tahun 2010) umurnya sudah mencapai 16 tahun. Akasia (Acacia mangium WILLD) ditanam dengan jarak tanam 2m x 2m, dengan luas 1,5 hektar.

Pengukuran pertumbuhan diameter dilakukan pada tegakan Akasia (Acacia mangium WILLD) yang tumbuh pada kelerengan 0° - 5° (relative datar), kelerengan 6°-30° (sedang) dan kelerengan 30° keatas (curam).

Adapun hasil pengukuran pertumbuhan diameter rataan tanaman Akasia (Acacia mangium WILLD) pada kelas kelerengan yang berbeda dapat dilihat pada tabel dibawah ini,

Tabel. Hasil Perhitungan Diameter Rataan Tanaman Akasia (Acacia mangium WILLD) pada kelerengan datar, sedang dan curam di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Kelerengan Jumlah Sampel Jumlah total diameter (cm) Diameter rataan (cm)

Datar 30 746,4 24,88

Sedang 30 634,5 21,15

Curam 30 571,8 19,06

Data pengukuran diameter rataan tanaman Akasia (Acacaia mangium WILLD) dapat dilihat

(27)

B. Pembahasan

Hasil perhitunga n diameter rataan tanaman Akasia (Acacia mangium WILLD) untuk masing- masing kelerengan menujukan hasil yang berbeda yaitu nilai rataan diameter pada kelerengan datar 24,88 cm menujukkan hasil yang lebih besar jika dibandingkan dengan kelerengan sedang, 21,15 cm, sedangkan hasil yang diperoleh dari kelerengan curam 19,06 cm. Perbedaan ini diduga karena adanya unsur hara yang ada di dalam tanah, kandungan air tanah lebih memadai pada kelerengan yang sedang jika dibadingkan dengan kelerengan yang curam, karena lapisan tanah pada kelerengan yang curam biasanya dangkal karena terkikis oleh aliran air permukaan tanah, dan secara tidak langsung itu mempengaruhi kesuburan tanah dari tegakan Akasia (Acacia mangium WILLD) tersebut. Pada kelerengan yang sedang diduga memiliki kesuburan tanah yang lebih baik dibandingkan dengan kelerengan yang curam karena pada kelerengan yang sedang tegakan Akasia (Acacia mangium WILLD) ini menghasilkan diameter kayu yang lebih besar, dimana semakin curam kelerengannya, semakin tinggi tingkat erosi yang terjadi, hal itu berpengaruh terhadap kualitas tempat tumbuhnya tanaman yang selanjutnya berpengaruh pertumbuhan diameter tanaman itu sendiri. Hal ini didukung oleh pendapat Idris, (1985) yang menyatakan bahwa kelerengan suatau tempat berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter suatu tegakan, dan tempat tumbuh merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi vegetasi hutan air tanah dan lapisan permukaan tanah.

(28)

Menurut Soekotjo (1976), kelerengan sedang mempunyai kedalaman tanah yang sedang sedangkan kelerengan yang curam lapisan tanahnya dangkal karena terkikis oleh aliran permukaan tanah. Kedalaman tanah merupakan faktor penting dalam evaluasi kualitas tempat tumbuh karena peningkatan kedalaman tanah cenderung berhubungan dengan penyediaan hara yang lebih besar serta kapasitas penahanan air lebih tinggi. Semakin curam lereng semakin tinggi tingkat erosi yang terjadi, semakin dangkal tanah dan unsur hara pun semakin sedikit akibat terkikis oleh aliran permukaan tanah.

(29)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Diameter rataan tanaman Akasia (Acacia mangium WILLD) pada tiga kelas kelerengan yaitu kelerengan relatif datar (0°-5°) sebesar 24,88 cm, kelerengan sedang sampai curam (6°-30°) sebesar 21,15 cm dan kelerengan curam (31° ke atas) sebesar 19,06 cm.

2. Diameter rataan pada kelerengan relatif datar menujukan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pada kelerengan sedang sampai curam, sedangkan kelerengan sedang sampai curam menujukkan pertumbuhan diameter yang lebih baik dibandingkan kelerengan sangat curam.

B. Saran

Untuk memberi informasi yang lebih lengkap, maka perlu adanya pengamatan yang lebih lanjut tentang petumbuhan tinggi rataan akasia (Acacia mangium WILLD) pada kelerengan yang berbeda.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1983. Mangium and other acacia of Humid Trocpic National Academy, press Washingtan. DC.

Anonim1984. Rencana Umum Pembangunan Hutan Tanaman Industri (Timber estet). Rapat kerja Kehutanan SeIndonesia. 25 April-1 mei 1mei 1984. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Anonim. 1989. Pengamatan Tehnik Silvikutur dan Pertumbuhan Tanaman Acacia mangium . Kerja Sama Fakultas kehutanan UNMUL Dengan Proyek Pengembangan Sumber Yogyakarta. 5-25 hlm.

Abidin, Z. 1984. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Penerbit Angkasa Bandung. 177 hlm.

Bratawinata, 1987. Beberapa Catatan Dari Pohon-pohoon Tanaman Industri Cepat Tumbuh. 1-3 hlm.

Eramsyah. 1992. Karya Ilmiah Studi Pembuangan Funiculus Terhadap Perkecambahan Dengan Skarifikasi yang beda pada Biji Akasia (Acacia mangium) . Politeknik Pertanian Bidang Studi kehutanan UNMUL.(Tidak di terbitkan). 30 hlm

Idris, I. 1985. Silvikultur. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu. Perum Perhutani. Cepu

Manan, S. 1976. Silvikutur. Lembaga Kerja Sama Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 160 hlm

Pariadi, A. 1979. Ilmu Ukur Kayu Bagian Kedua. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu. Perum Perhutani. Cepu

Sindusuwarno dan Utomo. 1979. Acacia mangium Jenis Pohon yang Belum Banyak Dikenal . Kehutanan Indonesia Nomor II IV, Jakarta

Soekotjo, W. 1979. Silvika. Proyek Peningkatan Pengembangan Perguruan tinggi. Institut Pertanian Bogor. 75 hlm

Sutopo, L. 1984. Teknologi Benih . Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang . 247 hlm

(31)
(32)

Lampiran 1. Hasil pengukuran diameter tanaman Akasia (Acacia mangium

WILLD) pada kelerengan relatif datar ( 0°-5°), kelerengan sedang

sampai curam ( 6° - 30°) dan kelerengan curam sampai sangat curam (31° ke atas )

Diameter No.

Pohon Ø (Kel. 0°-5°) Ø (Kel. 6° - 30°) Ø (Kel. 31° ke atas )

1 39,40 32,2 27 2 17 31,5 20 3 25,9 11,3 18,5 4 33,4 33,2 29 5 41 19,1 32 6 19,30 20 12,5 7 10,2 31,4 18,7 8 12 29,5 16 9 31,2 6,2 21 10 28,5 9,3 26 11 29 18,2 29 12 28,2 37,2 6,5 13 28,2 18 11 14 14,4 28 15 15 15 12,6 17,8 16 32 14 16,1 17 38,5 18,4 10,9 18 10,2 27,3 17 19 37,2 11 22,5 20 14,1 15,3 17,6 21 14,5 13,2 18,1 22 26,6 13,3 15,3 23 30,2 25,2 16,8 24 20,3 28,3 19,1 25 11,2 24,2 27,1 26 35 26 23,3 27 18,5 26,5 24,1 28 24,4 16 8,2 29 33 30,5 13,3 30 27,5 18,2 14,4 Jumlah 745,90 645,10 563,80 Rata-rata 24,86 21,50 18,79

(33)

Lampiran 2. Perhitunga n Rataan Diameter Tanaman Akasia (Acacia mangium WILLD ).

a. Rataan diameter tanaman Akasia (Acacia mangium WILLD) pada kelerengan relatif data

30 = 24,86

b. Rataan diameter tanaman Akasia ( Acacia Mangium WILLD ) pada kelerengan sedang sampai curam

30 = 21,50

c. Rataan diameter tanaman Akasia (Acacia Mangium WILLD) pada kelerengan sangat curam

30 = 18,79

Gambar

Gambar 1. Posisi /letak pengukuran Diameter pohon berdiri

Referensi

Dokumen terkait

The main components of this database complex are a potential endocrine disruptor database, a receptor database, a cell signaling networks data- base, a transcription factor

Prakiraan penjalaran asap sampai dengan tanggal 07 April 2009 pukul 07.00 WIB, di wilayah Sumut arahnya menuju Barat Laut, di wilayah Riau arahnya menuju Timur Laut, di wilayah

Pembelajaran IPS yang baik adalah pembelajaran yang terintegrasi ( Social studies teaching and learning are powerful when they are integrative) Pembelajaran IPS

[r]

Interpretasi yang mereka lakukan menentukan mereka akan memiliki konsep diri positif atau konsep diri negatif (Hurlock, 1992, h. 203) mengatakan bahwa umpan balik dari orang

yang dibuat dengan menggunakan metode berorientasi objek dengan tools (alat bantu) Unified Modeling Language (UML). 2) Rancangan sistem ini untuk membantu tim UPMT

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Lurah Desa Bangunjiwo tentang Pemberhentian Dengan Hormat

Dalam penelitian ini diuji hubungan yang terbalik antara perolehan dividen (dividend yield) dan spread dengan memasukkan determinan-determinan lain dari spread