• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EFEKTIFITAS IKLAN, SIKAP DAN KEYAKINAN TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN SMARTPHONE BLACKBERRY DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EFEKTIFITAS IKLAN, SIKAP DAN KEYAKINAN TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN SMARTPHONE BLACKBERRY DI SURABAYA."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh : Anindya Eka 0612010132/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2010

(2)

PENGARUH EFEKTIFITAS IKLAN, SIKAP DAN KEYAKINAN

TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN SMARTPHONE

BLACKBERRY DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh : Anindya Eka 0612010132/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul : “PENGARUH EFEKTIVITAS IKLAN, SIKAP

DAN KEYAKINAN TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN

SMARTPHONE BLACKBERRY DI SURABAYA”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran “ Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus Dosen Pembimbing Utama Skripsi peneliti, yang selalu memberikan motivasi, dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap Staff Dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur yang telah memberikan ilmunya.

(4)

ii

5. Untuk kedua orang tuaku, terima kasih atas segala doa yang dipanjatkan siang dan malam kepada Tuhan Yang Maha Esa, terima kasih atas dukungan materiil, pengertian, dan kasih sayang yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian yang tersusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran tetap peneliti butuhkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Harapan penulis, kiranya skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Surabaya, Desember 2010

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu... 7

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 9

2.2.2. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ... 10

2.2.3. Pengertian Periklanan... 11

2.2.4. Tujuan Periklanan ... 12

2.2.5. Sikap Atas Iklan ... 13

(6)

2.2.6. Efektifitas Iklan... 16

2.2.7. Sikap Konsumen (Attitude) ... 19

2.2.8. Keyakinan Konsumen (Confidence) ... 21

2.2.9. Minat Beli (Purchase Intention) ... 24

2.2.10.Pembeli Nyata (Purchase) ... 25

2.2.11.Pesan Iklan (Information) ... 26

2.2.12.Mengukur Efektifitas Iklan Melalui Consumer Decision Model... 28

2.2.13.Hubungan Antar Variabel ... 30

2.2.13.1. Pengaruh Efektifitas Iklan Terhadap Sikap Konsumen ... 30

2.2.13.2. Pengaruh Efektifitas Iklan Terhadap Keyakinan Konsumen ... 31

2.2.13.3. Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli ... 32

2.2.13.2. Pengaruh Keyakinan Konsumen Terhadap Minat Beli ... 34

2.3. Kerangka Konseptual ... 36

2.4. Hipotesis... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38

3.1.1. Definisi Operasional... 38

3.1.2. Pengukuran Variabel... 39

(7)

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 40

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.3.1. Jenis Data ... 41

3.3.2. Sumber Data... 41

3.3.3. Pengumpulan Data ... 42

3.4. Teknik Analisa ... 42

3.4.1. Asumsi Model SEM (Structural Equation Modelling) 42 3.4.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 45

3.4.3. Pengujian Model Dengan One-Step Approach... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Karakteristik Responden... 49

4.2. Deskripsi Hasil Jawaban Responden ... 52

4.2.1. Deskripsi Variabel Efektivitas Iklan (X1) ... 52

4.2.2. Deskripsi Variabel Sikap Konsumen(X2)... 53

4.2.3. Deskripsi Variabel Keyakinan Konsumen(X3) ... 55

4.2.4. Deskripsi Variabel Minat Beli (Y)... 56

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 57

4.3.1. Uji Outlier Multivariate... 57

4.3.2. Uji Reliabilitas ... 58

4.3.3. Uji Validitas ... 60

4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Ectracted... 60

4.3.5. Uji Normalitas... 62

(8)

vi

4.3.6. Evaluasi Model One Step Approach to SEM... 63

4.3.7. Analisis Unidimensi First Order... 66

4.3.8. Uji Kausalitas ... 66

4.4. Pembahasan... 67

4.4.1. Efektivitas Iklan Berpengaruh Signifikan Positif Terhadap Sikap Konsumen... 67

4.4.2. Efektivitas Iklan Berpengaruh Signifikan Positif Terhadap Keyakinan Konsumen... 68

4.4.3. Sikap Konsumen Berpengaruh Tidak Signifikan Positif Terhadap Minat Beli ... 69

4.4.4. Keyakinan Konsumen Berpengaruh Tidak Signifikan Positif Terhadap Minat Beli ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 73

(9)

Gambar 2.1. Consumer Decision Model... 29 Gambar 2.2. Kerangka Konseptual ... 36 Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural One Step Approach Base

Model... 64 Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural One Step Approach –

Modifikasi ... 65

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Market ShareSmartphone... 4

Tabel 1.2. Top of Mind AdvertisingSmartphone... 4

Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices... 48

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 49

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 50

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 51

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Efektivitas Iklan ... 52

Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Sikap Konsumen ... 54

Tabel 4.7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Keyakinan Konsumen 55 Tabel 4.8. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Untuk Minat Beli... 56

Tabel 4.9. Hasil Uji Outlier Multivariate... 58

Tabel 4.10. Reliabilitas Data ... 59

Tabel 4.11. Validitas Data ... 60

Tabel 4.12. Construct Reliability & Variance Extracted... 61

Tabel 4.13. Normalitas Data ... 62

Tabel 4.14. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Base Model... 64

Tabel 4.15. Modifikasi ... 65

Tabel 4.16. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Modifikasi... 65

Tabel 4.17. Unidimensi First Order... 66

Tabel 4.18. Data Uji Kausalitas ... 66

(11)

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Hasil Penyebaran Kuesioner

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Structural Equation Modeling

 

 

(12)

PENGARUH EFEKTIFITAS IKLAN, SIKAP DAN KEYAKINAN

TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN SMARTPHONE

BLACKBERRY DI SURABAYA

Oleh : Anindya Eka ABSTRAKSI

Bagi banyak perusahaan, merek dengan segala yang diwakilinya rnerupakan aset penting. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengenalkan merek kepada khalayak adalah melalui periklanan. Agar suatu pesan iklan menjadi efektif proses pengiriman harus berhubungan dengan proses si penerima, untuk itu komunikator harus merancang pesan agar menarik perhatian sasarannya. Selain itu kepercayaan yang terbentuk merupakan hasil dan proses evaluasi terhadap informasi yang diterima. Di mana pesan iklan yang disajikan disertai dengan adanya pembuktian nyata akan manfaat dan kualitas produk akan menimbulkan keyakinan untuk berminat membeli produk tersebut. Pangsa pasar smartphone Blackberry masih menduduki peringkat ke dua setelah smartphone Android yang menduduki peringkat pertama di tahun 2009 dan peringkat ke dua untuk top of mind advertising pada tahun 2010. Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh efektivitas iklan terhadap sikap konsumen, efektivitas iklan terhadap keyakinan konsumen, sikap konsumen terhadap minat beli dan pengaruh keyakinan terhadap minat beli konsumen smartphone Blackberry di Surabaya.

Penelitian ini menggunakan skala pengukuran interval dan skala pembentukan likert. Metode pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel menurut kriteria atau pertimbangan tertentu yaitu konsumen berusia minimal 17 tahun, bertempat tinggal di wilayah Surabaya, dan masyarakat yang pernah melihat iklan Smartphone Blackberry di media cetak serta berminat membeli Smartphone Blackberry di Surabaya. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 110 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner kepada responden. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : efektivitas iklan berpengaruh signifikan positif terhadap sikap konsumen, efektivitas iklan berpengaruh signifikan positif terhadap keyakinan konsumen, sikap konsumen berpengaruh tidak signifikan positif terhadap minat beli, dan keyakinan konsumen berpengaruh tidak signifikan positif terhadap minat beli.

Keyword : Efektivitas Iklan, Sikap Konsumen, Keyakinan Konsumen dan Minat Beli

(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Bagi banyak perusahaan, merek dengan segala yang diwakilinya rnerupakan aset penting, karena menurut Aaker (1997 : 20) merek merupakan dasar keuntungan kompetitif dan sumber penghasilan masa depan. Pentingnya keberadaan suatu merek mernbuat setiap perusahaan berkewajiban tidak hanya sekedar berusaha menghindari tindakan yang merusak merek, namun terus melàkukan pemeliharaan.

Menurut Rangkuti (2002 : 11), produk yang memiliki merek kuat cenderung lebih mudah merebut peluang bisnis yang ada dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki merek yang kuat, peluang tersebut antara lain adalah meningkatkan brand loyalty, membuat harga tidak elastis, meningkatkan keunggulan bersaing, lebih mudah memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan persepsi pelanggan.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengenalkan merek kepada khalayak adalah melalui periklanan. Terdapat beberapa media iklan yang dapat dipergunakan sebagai sarana dalam menyampaikan merek ataupun pesan kepada konsumen, salah satunya melalui televisi. Implikasi atas hal ini adalah secara umum dapat dikatakan bahwa perhatian produsen terhadap pasar dan konsumen tumbuh sangat cepat ini berarti iklan telah

(14)

berfungsi sebagai ujung tombak perusahaan dalam menembus pasar yang semakin ketat.

Namun meskipun iklan menjadi pilihan yang menarik, iklan bukanlah satu-satunya elemen penentu yang mampu meningkatkan penjualan karena masih ada elemen bauran pemasaran lainnya, yaitu produk, harga dan distribusi yang ikut serta menentukan berhasil tidaknya penjualan (Purnama, 2001).

Menurut Engel (1995 : 95) menyatakan bahwa “kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang menyongkong terhadap suatu produk mungkin sering bergantung pada sikap konsumen terhadap iklan itu sendiri. Selain itu iklan juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, oleh karenanya iklan harus dirancang sedemikian rupa dengan pertimbangan yang matang agar tujuan yang hendak dicapai melalui iklan dapat efektif. Hal tersebut dikemukakan oleh Kotler (1993 : 30) “Karena anggaran biaya iklan yang sangat besar, petumbuhan pasar yang terus meningkat itu harus disertai dengan kenaikan keuntungan yang memadai”.

Agar suatu pesan iklan menjadi efektif proses pengiriman harus berhubungan dengan proses si penerima, untuk itu komunikator harus merancang pesan agar menarik perhatian sasarannya. Selain itu menurut Sutisna (2001 : 122) bahwa kepercayaan yang terbentuk merupakan hasil dan proses evaluasi terhadap informasi yang diterima. Di mana pesan iklan yang disajikan disertai dengan adanya pembuktian nyata akan manfaat dan kualitas produk akan menimbulkan keyakinan. Konsumen percaya akan

(15)

produk tersebut melalui pesan iklan/informasi yang diterimanya. Akan tetapi Sutisna (2001 : 101) menyatakan keterlibatan yang tinggi dari konsumen atas pembeliannya akan lebih tinggi hubungan antara kepercayaan, sikap dan perilaku. Ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi, sikap merupakan bagian dan hirarki pengaruh yang menyebebkan keputusan untuk membeli (pertama kali konsumen mempunyai kepercayaan terhadap merek, kemudian mengembangkan sikap terhadap merek, dan kemudian memutuskan apakah membeli atau tidak).

Dengan memberikan keyakinan pada pelanggan, iklan dapat mengukuhkan sikap dan dengan demikian juga mempertahankan kesukaan merek dan kesetiaan akan merek untuk tujuan melakukan pembelian terhadap produk tersebut (Sukarno, 2005 : 139). Mengukur sebuah iklan haruslah dilakukan secara berkala dan kontinyu, karena efektivitas iklan dapat diketahui dengan melakukan riset. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas iklan yang dikemukakan oleh Howard (1998 : 143) adalah:

Karena periklanan merupakan salah satu sarana pemasaran dan sarana penerangan yang memegang peranan penting dan merupakan bagian kehidupan media komunikasi yang vital bagi pengembangan dunia usaha, maka dalam pemilihan media ikian, perusahaan harus lebih jeli dan mengadakan pertimbangan-pertimbangan dalam memilih sarana media yang akan dijadikan sarana pemasaran yang efektif bagi perusahaan.

(16)

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh RIM (Research In Motion) mengenai market share smartphone di lima kota besar adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Market ShareSmartphone

Brand Jakarta Bandung Semarang Surabaya Medan

Android 36% 12% 11% 26% 5%

Blackberry 41% 8% 10% 15% 7%

Iphone 23% 4% 3% 6% 2%

Sumber: RIM 2009

Dapat diketahui dari tabel market share smartphone tersebut untuk wilayah Surabaya posisi smartphone Blackberry (RIM) berada di posisi kedua dengan prosentase nilai sebesar 15 % setelah smartphone Android (Google Inc) yang menduduki posisi pertama dengan prosentase nilai sebesar 26 % dan urutan ketiga diduduki oleh smartphone Iphone (Apple). Pangsa pasar smartphone Blackberry di Surabaya yang masih sedikit ini menunjukkan bahwa minat beli smartphone Blackberry di Surabaya yang masih sedikit. Hal ini dindikasikan karena masih kurang gencarnya iklan smartphone Blackberry yang ditayangkan (sebagian besar melalui media cetak). Hal ini didukung top of mind advertising dari ketiga smartphone di Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan posisi suatu merek yang paling diingat konsumen melalui media advertising, pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2 Top of Mind AdvertisingSmartphone

Brand TOM Advertising

Android 14%

Blackberry 7,5%

Iphone 7%

Sumber: www.google.co.id (14 Desember 2010)

(17)

Atas dasar latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH EFEKTIVITAS

IKLAN, SIKAP DAN KEYAKINAN TERHADAP MINAT

BELI KONSUMEN SMARTPHONE BLACKBERRY DI

SURABAYA”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah yaitu: 1. Apakah efektivitas iklan akan mempengaruhi sikap konsumen pada

Smartphone Blackberry ?

2. Apakah efektivitas iklan akan mempengaruhi keyakinan konsumen pada Smartphone Blackberry ?

3. Apakah sikap konsumen akan mempengaruhi minat beli konsumen pada Smartphone Blackberry ?

4. Apakah keyakinan konsumen akan mempengaruhi minat beli konsumen pada Smartphone Blackberry ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui efektivitas iklan akan mempengaruhi sikap konsumen pada Smartphone Blackberry.

2. Untuk mengetahui efektivitas iklan akan mempengaruhi keyakinan konsumen pada Smartphone Blackberry.

(18)

3. Untuk mengetahui sikap konsumen akan mempengaruhi minat beli konsumen pada Smartphone Blackberry.

4. Untuk mengetahui keyakinan konsumen akan mempengaruhi minat beli konsumen pada Smartphone Blackberry

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dan penelitian ini adalah: 1. Bagi Perusahaan

Memberikan sumbangan informasi bagi perusahaan akan efektivitas iklan sebagai sarana komunikasi perusahaan.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan

Memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan, khususnya di bidang manajemen periklanan dan sebagai referensi atas penelitian lebih lanjut di waktu mendatang.

3. Bagi Peneliti

Sebagai wawasan untuk mengetahui tentang pemasaran, terutama dibidang ekonomi dan dapat menerapkan ilmunya.

4. Bagi Peneliti Lain

(19)

2.1. Penelitian Terdahulu

1. Ade Gunawan (2008) “Analisis Consumer Decision Model Untuk Pengukuran Efektifitas Periklanan” Sampel pada penelitian ini adalah konsumen yang menonton iklan. Kesimpulan: Seorang konsumen yang tergerak mungkin akan mencari informasi yang lebih banyak terhadap produk yang diinginkannya, yang dapat diperolehnya memalui pesan iklan dari berbagai sumber, seperti: media televisi, radio, majalah, surat kabar, internet dan masih banyak lagi media informasi lainnya.

Tujuannya informasi ini adlah untuk merangsang konsumen atau pembeli untuk mempunyai minat atau niat beli atas produk yang ditawarkan. Dengan efektifitasnya informasi yang diberikan melalui iklan tersebut, yang berupaya untuk mengenalkan merek dari produk yang ditawarkan, sehingga menimbulkan keyakinan dan sikap dari perilaku konsumen untuk mengadakan pembelian, maka diharapkan para konsumen dan calon konsumen akan mempunyai niat beli (Intention) terhadap produk yang ditawarkan melalui iklan dengan media Televisi tersebut.

2. Lukia Zuraida dan Uswatun (2001) “Analisis Efektifitas Iklan Rinso, Soklin dan Attack Dengan Menggunakan Consumen Decision Model (CDM) ”. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

(20)

3. Albari (2007) “Efektifitas Iklan Televisi Sabun Pembersih Muka Di Kota Yogyakarta (Pendekatan Consumer Decision Model) ” Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

Convenience Sampling. Kuesioner diberikan kepada para pemirsa televisi sebanyak 166 responden. Kesimpulan : berdasarkan hasil analisis data tentang efektifitas iklan sabun pembersih adalah sebagai berikut: untuk variabel pesan iklan terhadap sikap konsumen berpengaruh positif, pesan iklan terhadap keyakinan konsumen berpengaruh positif, sikap konsumen terhadap niat beli konsumen berpengaruh positif dan keyakinan konsumen terhadap niat beli konsumen berpengaruh positif.

(21)

2.2 Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Pemasaran

Definisi pemasaran telah banyak dikemukan oleh para ahli antara lain oleh Kotler (2000 : 8) yang mendefinisikan pemasaran sebagai, “a societal process by which individuals and groups obtain what they need

and want through creating, offering, and freely exchanging products and

services of value with others.” Suatu proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai secara bebas dengan pihak lain.

Sementara definisi pemasaran menurut American Marketing Association (AMA) yang dikutip Kasali (2000 : 53) yaitu : proses perencanaan dan eksekusi, mulai dari tahap konsepsi, penetapan harga, promosi, hingga distribusi barang-barang, ide-ide dan jasa-jasa, untuk melakukan pertukaran yang memuaskan individu dan lembaga-lembaganya”.

Dari beberapa penjelasan tersebut nampak bahwa pemasaran merupakan proses yang melibatkan analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program yang mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak terkait melalui usaha memaharni kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan cara ini perusahaan dapat memaksimalkan usahanya untuk memuaskan konsumen yang menjadi target rnarketnya. Intrik itu

(22)

sudah sewajarnya apabila perusahaan berupaya untuk mempertahankan dan rnengembangkan usahanya dengan senantiasa memperhatikan kebutuhan, keinginan dan kepuasan konsurnen sebagai pemakai produrk atau penggunaan jasa.

2.2.2. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Berbagai macam unsur program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar berhasil melaksanakan strategi dan posisioning dalam pemasaran suatu produk. Umumnva pemasar telah memikirkan 4 komponen dasar atari unsur-unsur bauran pemasaran : produk, harga, distribusi dan promosi. Kendala yang dihadapi konsep pemasaran 4P adalah tidak mencerminkan kompleksitas penuh pemasaran jasa dalam praktek, juga tidak menggambarkan hubungan timbal balik yang penting antara aspek kunci pemasaran dalam bisnis jasa. Akibatnya banyak peneliti memberikan tambahan kerangka kerja 4P menjadi 7P karena tiga unsur tambahan itu diperlukan dalam pemasaran jasa.

Seperti pendapat Bitner (2000 : 19) yang rnengungkapkan bahwa dalam pemasaran jasa selain marketing mix atau lebih dikenal dengan sebutan 4P [Product (Produk), Price (Harga), Place (Distribusi),

Promotion (Promosi)], akan menjadi lebih sempurna bila ditambahkan dengan 3p yaitu People, Physical Evidence dan Process atau dikenal dengan expanded marketing mix for service. Begitu pula pendapat Yazid (1999:146) yang membagi variabel marketing mix menjadi 7 bagian yaitu :

(23)

Product, Price, Place, Promotion, People, Process dan Physical evidence.

Sementara Payne (2000 : 32) menganggap bahwa model 4 P tidak begitu ketat, bauran pemasaran yang diperluas lebih tepat. Payne menambahkan tiga unsur dari marketing mix yaitu: Orang (people), Proses (process) dan Layanan Pelanggan (Proactive customer service).

2.2.3 Pengertian Periklanan

Menurut Kasali (1995:9), pengertian iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Namun untuk membedakannya dengan pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli atau advertising aims to persuade people to buy.

Sementara menurut Peter dan Olson (2000 : 181) adalah suatu penyajian informasi non personal tentang suatu produk, merek, perusahaan yang dilakukan dengan bayaran tertentu. Pada iklan biasanya ditampilkan organisasi yang rnensponsorinya. Iklan ditujukan untuk mempengamhi afeksi dan kognisi konsumen yaitu perasaan, pengetahuan, kepercayaan, sikap yang berkaitan dengan produk dan merek.

Walaupun pertama-tama iklan mempengaruhi afeksi dan kognisi, tujuannya yang paling akhir adalah bagaimana mempengaruhi perilaku pembelian konsurnen. Iklan yang menarik adalah iklan yang mempunyai daya tarik, yaitu memiliki kemampuan untuk menarik perhatian pasar (audience) sasaran. Pesan - pesan yang akan disampaikan dapat disajikan

(24)

dalam gaya penyampaian yang berbeda beda yaitu dengan menampilkan: cuplikan kehidupan individu atau kelompok, gaya hidup individu, fantasi tentang produk, suasana hati (mood) atau citra seputar produk, musik untuk lebih menghidupkan pesan, simbol kepribadian untuk menciptakan karakter yang mempersonifikasikan produk, memamerkan keahlian dan pengalaman perusahaan dalam menghasilkan produk, bukti bukti ilmiah keunggulan produk, bukti kesaksian dari orang orang terkenal (Fandi Tjiptono, 1997).

2.2.4 Tujuan Periklanan

Untuk menunjang keberhasilan pemasaran suatu produk barang atau jasa, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan tujuan. Tujuan periklanan menuntut Tjiptono (1997 : 240) diarahkan pada tahap-tahap kesiapan pembeli untuk membeli produk baik itu barang atau jasa, yaitu mengubah calon pembeli dari tidak tahu menjadi memahami, mengambil sikap dan kemudian membeli.

Menurut Sutisna (2001 : 227), terdapat tiga tujuan utama dan periklanan yaitu menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan. Periklanan informatif berarti pemasar harus merancang iklan sedemikian rupa agar hal-hal penting mengenai produk bisa disampaikan dalam pesan. Iklan yang menonjolkan aspek manfaat produk biasanya dikategorikan sebagai iklan yang bersifat infomatif. Periklanan yang bersifat membujuk berperan penting bagi perusahaan dengan tingkat persaingan tinggi.

(25)

Tujuan pemasar adalah mencoba meyakinkan konsumen bahwa merek yang ditawarkan adalah pilihan yang tepat. iklan yang bersifat membujuk biasanya dituangkan dalam pesan-pesan iklan perbandingan.

Tujuan iklan yang ketiga adalah mengingatkan, pada umumnya, iklan yang bersifat mengingatkan digunakan untuk produk-produk yang sudah mapan dan mempunyai kelompok konsumen tertentu. Iklan yang bersifat mengingatkan sangat penting terutama untuk produk-produk yang dibeli dengan keterlibatan rendah.

2.2.5 Sikap Atas Iklan

Para pengiklan telah lama tertarik untuk mengukur sejauh mana konsumen mengevaluasi iklan. Sikap konsumen terhadap iklan menurut Peter dan Olson (2000 : 195) adalah afeksi terhadap iklan itu sendiri yang dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap merek yang diiklankan. Yaitu Iklan yang disenangi konsumen dapat menciptakan sikap merek yang positif. Pada saat konsumen menerima informasi dari suatu iklan maka akan terbentuk sikap terhadap iklan dan kemudian sikap ini akan mempengaruhi sikap terhadap merek, sikap yang positif terhadap iklan akan menimbulkan sikap yang positf terhadap merek.

Sikap konsumeti aias iklan ditunjukkan dan perasaan suka atau tidak suka pada suatu tayangan iklan, secara jelas diungkapkan oleh Mowen (1995:352) “An attitude toward advertising is a consumer’s general or disliking for a particular advertising stimulus during a

(26)

particular advertising exposure.” Menurut Rossiter dan Percy (1987 : 197) menyatakan bahwa “Processing responses are made to stimulus detail (elements) contained in the advertisement. These elements or stimuli,

depending on the advertising medium, can be pictures, words (seen or

heard), music or other special effects that comprise the various details of

the adv”. Ungkapan ini dapat diartikan bahwa proses tanggapan terbentuk karena adanya rangsangan secara detil (elemen-elemen) yang ada dalam iklan. Elemen ini tergantung pada media iklan yang dipakai dan dapat berupa gambar, kata-kata (dililiat atau didengar) dan musik.

Lebih lanjut Rossiter dan Percy (1987 : 209) menguraikan tentang elemen-elemen yang terdapat pada iklan yang dapat mempengaruhi emosi seseorang. “Creatives have a wide range or stimuli or elements that they can include in ads to elicit various emotions. They can be drawn from any

of six elements types, depending on the advertising medium: heard words,

music, seen words, pictures, colour, movement”. Artinya, kreativitas mempunyai jangkauan atau rangsangan atau elemen-elemen yang secara luas dapat dimasukkan dalam iklan untuk memperoleh berbagai tanggapan emosional.

Kreativitas dapat dijabarkan dalam 6 tipe elemen tergantung dari media advertising yang digunakan yaitu: kata-kata yang terucap, musik, kata-kata yang terlihat, gambar, warna dan gerakan. Adapun yang dimaksud Rossiter dan Percy (1987 : 209) adalah:

(27)

1. Kata-kata yang terucap adalah kata, suara dan penekanan kata-kata yang jelas yang terdengar

2. Musik adalah kemenarikan musik.

3. Kata-kata yang terlihat adalah kemudahan kata-kata untuk diingat. 4. Gambar adalah meliputi kemenarikan figur dan gambar-gambar dalam

tayangan iklan.

5. Warna adalah keserasian, komposisi perpaduan warna dan tata cahaya. 6. Gerakan adalah kreativitas suatu gerakan yang ditampilkan yaitu

gerakan yang terlihat pada saat tayangan ikian yang dapat mempengaruhi ernosi seseorang untuk larut di dalamnya.

Hal ini sesuai dengan pemyataan Rossiter and Percy (1987 : 208) yaitu: “Perhaps the most vital contribution of creative input in advertising is in selecting advertising stimuli (pictures, words, music, special effct)

that elicit appropriate emotional responses in the target audience.”

Maksudnya adalah mungkin sumbangan paling penting dari input kreatif dalam advertising adalah seleksi rangsangan-rangsangan elemen advertising (gambar, kata-kata dan musik) sehingga mendorong tanggapan emosional secara tepat kepada penonton.

Sikap,menurut Allport dalam Basu Swastha (1998 : 45) adalah suatu status mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan terhadap perilaku. Hal yang sama dikemukakan oleh Mittal (1994), menurutnya sikap memainkan peranan utama dalam

(28)

membentuk perilaku, sikap mengevaluasi suatu kegiatan pemasaran yang akan dilaksanakan, memahami sikap masyarakat saat ini membantu dalam suatu kegiatan periklanan yang lebih baik. Sedangkan menurut Mc Guire (1986) sikap adalah perasaan atau evaluasi secara umum baik positif atau negatif kepada orang atau objek.

Selanjutnya Chaudhuri (1999) mengatakan bahwa sikap merek (brand attitude) atau sikap terhadap merek adalah evaluasi keseluruhan konsumen terhadap merek, dalam model ekuitas merek ditemukan bahwa peningkatan pangsa pasar terjadi ketika sikap terhadap merek semakin positif, sikap merek (brand attitude) akan berpengaruh terhadap ekuitas merek (Chaudhuri, 1999). Sikap merek dikatakan mendapat nilai positif apabila merek tersebut lebih disukai, merek lebih diingat (Till & Baack, 2005, Shaphiro & Krishnan, 2001), dan merek tersebut lebih dipilih dibandingkan merek pesaing (Hyun Seung Jin, 2003)

2.2.6 Efektivitas Iklan

Dalam setiap proses manajemen, baik itu manajemen sumber daya manusia, manajemen informasi sistem, manajemen operasional, manajemen keuangan maupun manajemen pemasaran, efektivitas merupakan kriteria utama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemisahaan. Menurut Bernard (1982 : 117) bahwa : “Efektivitas adalah suatu tindakan dimana tindakan itu akan efektif apabila telah mencapai tujuan yang telah ditentukan”.

(29)

Sedangkan Pandji Anoraga (2000 : 178) menyatakan bahwa : “Efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lebih dikaitkan dengan hasil kerja”. Kata kunci efektifitas adalah efektif, karena pada akhirnya keberhasilan perusahaan diukur dengan konsep efektivitas. Pengertian efektifitas mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang, tergantung kepada kerangka acuan yang dipakainya. Seorang ahli ekonomi mempunyai persepsi bahwa efektifitas organisasi akan semakna dengan keuntungan atau laba. Bagi instansi pemerintah, efektifitas organisasi semakna dengan program yang mempunyai pengaruh besar dengan kepentingan masyarakat banyak baik politik, ekonomi dan sebagainya.

Dari pengertian sebelumnya, maka pada umumnya efektifitas tersebut memberikan batasan dan segi hasil yang dicapai dan suatu kegiatan tertentu tanpa memperhatikan segi sumber yang digunakan. Dengan perkataan lain bahwa efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau arah yang tepat dalam pencapaian tujuan. Pada saat sekarang, pengertian efektif sering diidentikkan dengan tepat guna.

Suatu iklan dapat dikatakan efektif, apabila tujuan dan periklanan tersebut dapat tercapai atau terlaksana. Lingga Purnama (2001 : 159) menyatakan bahwa : “Tujuan dan pembuatan iklan harus dapat menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pembeli tentang produk yang ditawarkan oleh perusahaan melalui media iklan tersebut”. Handoko

(30)

(1998 : 103) menyatakan bahwa ada beberapa kriteria dalam menilai efektifitas, yaitu :

a. Kegunaan,

b. Ketepatan dan Objektivitas, c. Ruang lingkup,

d. Efektivitas biaya, e. Akuntabilitas, dan f. Ketepatan waktu.

Agar berguna bagi perusahaan dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, maka suatu periklanan harus fleksibel, stabil, berkesinambungan dan sederhana serta mudah untuk dipahami. Hal ini memerlukan analisa, peramalan dan pengembangan usaha periklanan dengan mempertimbangkan segala sesuatu pembuatan iklan sebagai proses yang berkesinambungan.

Kegiatan iklan harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, mudäh dipahami, dan akurat dan tepat pada sasarannya. Berbagai keputusan dan kegiatan perusahaan hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang tepat. Periklanan juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan (comprehensiveness), kepaduan (unity) dan konsistensi.

Efektifitas biaya menyangkut masalah waktu, usaha dan aliran emosional dan pencapaian iklan tersebut. Kemudian periklanan juga hams memperhatikan aspek tanggung jawab atas pelaksanaan iklan tersebut dan tanggung jawab atas implementasi kegiatan periklanan tersebut.

(31)

Apabila tujuan periklanan tersebut dapat tercapai, dengan terlebih dahulu mengadakan pemilihan media yang sesuai serta mengadakan penyusunan anggaran untuk kegiatan periklanan tersebut, maka suatu iklan dapat dikatakan efektif. Iklan memiliki empat fungsi utama yaitu menginformasikan kepada khalayak mengenai seluk beluk produk (fungsi

informative), fungsi mempengaruhi khalayak untuk membeli (persuading), menyegarkan kembali informasi yang telah diterima khalayak (fungsi

reminding atau mengingatkan), dan fungsi entertainment yaitu menciptakan suasana yang menyenangkan (menghibur) sewaktu khalayak menerima dan mencerna informasi (Rita & Saliman, 2001).

Iklan yang efektif adalah iklan yang memikirkan dan memahami kebutuhan pelanggan, iklan yang mengkomunikasikan keuntungan-keuntungan yang spesifik, iklan yang menekankan pada tindakan spesifik yang harus diambil oleh konsumen. Iklan yang baik memahami bahwa orang orang tidak membeli produk, tapi membeli keuntungan dari produk tersebut dan lebih dari itu iklan yang efektif adalah iklan yang mendapat perhatian dan diingat serta membuat orang orang bertindak untuk melakukan pembelian (Shultz & Tannenbaun dalam Shimp, 2000).

2.2.7 Sikap Konsumen (Attitude)

Sikap menggambarkan penilaian kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan emosional, dan kecendrungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan. Sikap konsumen

(32)

merupakan suatu respon yang diberikan oleh pesan ikian dan ditangkap oleh konsumen.

Setelah seseorang menyelesaikan pencariannya akan informasi dan melakukan evaluasi yang luas atas berbagai kemungkinan, hasilnya adalah pembentukan suatu sikap terhadap alternatif-alternatif yang dipertimbangkannya. Sikap merupakan suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang memberikan respon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau altematif yang diberikan (Lingga Purnama, 2001).

Orang biasanya berperilaku dengan cara yang konsisten dengan sikap dan maksud mereka. Berdasarkan literatur dalam psikologi sosial dan bidang terkait, setidaknya hingga belum lama ini, sikap adalah variabel terpenting yang dimanfaatkan di dalam studi perilaku manusia. Lebih jauh lagi, sikap dikonsepkan sebagai perasaan positif atau negatif terhadap merek dan dipandang sebagai hasil dari penelitian merek bersama dengan kriteria atau atribut evaluasi yang penting. Perubahan sikap dan perilaku adalah sasaran yang umum. Proses ini mencerminkan pengaruh psikologis dasar yang menjadi subjek dan beberapa dasawarsa penelitian yang intensif.

Menurut Setiadi memberikan definisi tentang sikap yang dikemukakan oleh Gordon Allport (2003 : 214) sikap adalah suatu mental dan syaraf sehubungan kesiapan untuk menanggapi di organisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan dinamis

(33)

terhadap perilaku. Sikap menurut Swastha (1983 : 114) didefinisikan suatu kecenderungan terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsisten.

Dalam Zuraida dan Chasanah (2001 : 132), sikap dapat dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan dapat timbul apabila individu dihadapkan pada suatu rangsangan yang menghendaki adanya reaksi individual. Setiadi (2003 : 216) mengungkapkan ada 3 komponen sikap, antara lain:

1. Kepercayaan terhadap merek. 2. Evaluasi Merek

3. Maksud untuk membeli.

Hubungan antara ketiga komponen tersebut mengilustrasikan pengaruh keterlibatan yang tinggi (high involment) yaitu kepercayaan terhadap merek mempengaruhi evaluasi merek dan evaluasi merek mempunyai maksud untuk membeli.

Jadi berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan strategi promosi dan satu konsep yang paling penting digunakan pemasar untuk memahami konsumen

2.2.8 Keyakinan Konsumen (Confidence)

Menurut Pandji Anoraga (2000 : 228) bahwa “Keyakinan merupakan suatu gagasan deskriptif yang dianut oleh sesorang tentang

(34)

sesuatu”. Oleh karena itu, untuk membuat seorang konsumen merasa yakin atas produk yang ditawarkan, maka tidak terlepas dari mempelajari perilaku konsumen tersebut.

Perilaku konsumen untuk dapat yakin atas produk tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada didalam menangkap pesan yang diberikan pada konsumen tersebut. Oleh karenanya informasi yang diberikan harus mampu menyentuh dan memberikan persepsi bagi konsumen untuk merasa yakin dan aman dalam memperoleh dan menggunakan produk yang ditawakan sesuai dengan yang dibutuhkannya. Sebab persepsi merupakan proses pemilihan, pengorganisasi dan penafsiran masukan-masukan dan informasi yang diberikan, sehingga tercipta sebuah gambaran yang bermakna yang ditangkap oleh konsumen dan akhirnya menjadi keyakinan bagi konsumen tersebut untuk memilih dan menggunakan produk tersebut.

Kotler (2000 : 199) mendefinisikan keyakinan adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang suatu hal. Dengan memberikan keyakinan kepada pelanggan bahwa merek atau pembekal tersebut terus menerus memberikan tingkat kepuasan tertinggi untuk manfaat-manfaat yang paling penting iklan dapat mengukuhkan sikap dan dengan demikian juga mempertahankan kesukaan merek dan kesetiaan akan merek untuk tujuan melakukan pembelian terhadap produk tersebut.

Mowen (2002 : 312) menyatakan bahwa kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimililki oleh konsumen dan semua

(35)

kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya. Dimana kesemuannya itu merupakan bagian dan proses pembelajaran kognitif. Mowen (2002 : 312-313) seseorang membentuk tiga jenis kepercayaan:

a. Kepercayaan atribut-obyek (objeck attribute-beliefs), pengetahuan tentang sebuah obyek memiliki atribut khusus. Melalui kepercayaan atribut-objek, konsumen menyatakan apa yang mereka ketahui tentang sesuatu dalam hal variasi atributnya.

b. Kepercayaan atribut-manfaat (attribute-benefit beliefs), kepercayaan atribut-manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan atau memberikan manfaat tertentu.

c. Kepercayaan manfaat-obyek (object-benefit beliefs), merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh produk, orang atau jasa tertentu yang akan memberikan manfaat tertentu.

Dimana ketiga bagian tersebut dapat mempengaruhi konsumen sebagai masukan atau pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pengetahuan dapat diperoleh dan informasi produk atau product knowledge dan produk yang disajikan pemasar melalui periklanan. Indikator-indikator yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kemudahan mendãpatkan: kemudahan mendapatkan produk saat konsumen membeli membutuhkan.

2. Kemudahan penyimpanan : kemudahan dalam penyimpanan produk

(36)

3. Kemudahan mengkonsumsi: kemudahan pemakaian saat mengkonsumsinya

2.2.9 Minat Beli (PurchaseIntention)

Minat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen sebelum mengadakan pembelian atas produk yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut. Ferdinand (2006 : 242) menyatakan bahwa ada tiga tahap dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli yang umum dilakukan oleh seseorang, antara lain yaitu :

a. Intensitas pencarian informasi

b. Keinginan segera membeli, keinginan untuk membeli atau memiliki produk

c. Keinginan prefensial, produk tertentu inilah yang diinginkan dan bersedia mengabaikan lainnya

Kebutuhan konsumen mungkin muncul karena menerima informasi baru tentang suatu produk, kondisi ekonomi, periklanan, atau karena kebetulan. Selain itu, gaya hidup seseorang, kondisi demografis, dan karakteristik pribadi dapat pula mempengaruhi keputusan pembelian seseorang.

Proses informasi konsumen meliputi pencarian sumber-sumber informasi oleh konsumen. Proses informasi dilakukan secara selektif, konsumen memilih informasi yang paling relevan bagi benefit yang dicari

(37)

dan sesuai dengan keyakinan dan sikap mereka. Memproses informasi meliputi aktivitas mencari, memperhatikan, memahami, menyimpan dalam ingatan dan mencari tambahan informasi.

Konsumen akan mengevaluasi karakteristik dan berbagai produk atau merek yang mungkin paling memenuhi benefit yang diinginkannya. Dalam pembelian, beberapa aktivitas lain diperlukan, seperti pemilihan toko, Penentuan kapan akan membeli dan memungkinkan finansialnya. Setelah ia menemukan tempat yang sesuai waktu yang tepat, dan dengan didukung oleh daya beli, maka kegiatan pembelian dilakukan. Sekali konsumen melakukan pembelian, maka evaluasi pasca pembelian terjadi. Jika kinerja produk sesuai dengan harapan konsumen, konsumen akan puas. Jika tidak, kemungkinan pembelian akan berkurang.

2.2.10 Pembeli Nyata (Purchase)

Menurut Anoraga (2000 : 229) Ada lima peran yang dimainkan orang dalam suatu keputusan pembelian :

a. Pengambil inisiatif (initiator), yaitu seseorang yang pandangannya atau sarannya diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

b. Orang yang mempengaruhi (Influencer), yaitu seseorang yang memutuskan sebagian besar keputusan membeli, seperti: apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana membelinya, atau di mana membelinya.

(38)

c. Pembeli (Buyer), yaitu seseorang yang melakukan pembelian yang sebenarnya.

d. Pemakai (User), yaitu seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang ataujasa yang dibeli.

Keterlibatan pembelian yang tinggi diperlukan jika produk tersebut penting bagi konsumen, seperti : jika pembelian tersebut terkait dengan ego atau citra diri konsumen. Di sini ada satu risiko yang harus dihadapi konsumen, seperti risiko finansial, risiko finansial, risiko sosial, atau psikologis. Dalam pengambilan keputusan ini diperlukan waktu dan energi yang banyak untuk mempertimbangkan alternatif produk.

2.2.11 Pesan Iklan (Information)

Dalam memilih pesan periklanan, Lingga Purnama (2001 : 160) menyatakan bahwa pengiklan harus melalui empat tahap strategi yang dikembangkannya menjadi kreatif, yaitu :

a. Pembentukan pesan

b. Evaluasi dan pemilihan pesan c. Pelaksanaan pesan

d. Tanggung jawab sosial

Pada prinsipnya pesan produk, manfaat utama yang ditawarkan merek, harus diputuskan sebagai bagian dan pengembangan konsep produk. Dalam konsep ini terdapat sejumlah kemungkinan pesan. Beberapa orang kreatif menggunakan kerangka deduktif untuk menciptkan

(39)

pesan iklan. Dalam hal ini pembeli terlihat mengharapkan salah satu dari empat jenis imbalan dan suatu produk atau memvisualisasikan imbalan dan tiga bentuk pengalaman.

Pengiklan perlu mengevaluasi pesan-pesan alternatif. iklan yang baik biasanya berfokus pada satu usulan penjualan inti. Pesan hendaknya diperingkat berdasarkan tingkat yang diinginkannya (desirability), eksklusivitas (exclusiveness), dan kepercayaannya (believability). Pesan tersebut pertama-tama harus mengatakan sesuatu yang diinginkan atau menarik tentang produk tersebut. Pesan tersebut juga harus mengatakan sesuatu yang eksklusif atau yang membedakan yang tidak terdapat pada semua merek dalam kategori produk tersebut. Akhirnya pesan harus dapat dipercaya atau dibuktikan.

Pengaruh pesan tidak hanya tergantung pada apa yang dikatakan tetapi juga pada bagaimana mengatakannya. Beberapa iklan mengarah pada penentuan posisi rational dan yang lain penentuan posisi emosional. Orang-orang kreatif harus menemukan elemen-elemen dalam usahanya menyampaikan suatu citra dan pesan yang terpadu yaitu : gaya (seperti gaya hidup, fantasi, musik, dan sebagainya), nada (nada positif atau negatif), kata-kata (perlu menggunkan kata-kata yang mudah diingat dan menarik perhatian), dan format (seperti ukuran, wama, atau illustrasi iklan). Pada saat yang sama pengikian dan bironya hams memastikan bahwa iklan kreatif mereka tidak melanggar norma-norma sosial dan hukum

(40)

2.2.12 Mengukur Efektivitas Iklan Melalui Consumer Decision Model

Untuk untuk dapat memastikan bahwa suatu iklan yang diadakan tersebut efektif atau tidak, maka harus dilakukan dengan riset, misalnya riset dampak komunikasi dan riset dampak penjualan. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas ikian menurut Howard (1998 : 143) adalah : Consumer Decision Model (CDM), dengan empat variabel yang saling berhubungan (inrelatted variables), yaitu :

a) Pesan iklan (information) yang diberi lambang F

b) Pengenalan merek (Brand Recognition) yang diberi lambang B c) Sikap konsumen (Attitude) yang diberi lambang A

d) Keyakinan konsumen (Confidence) yang diberi lambang C e) Niat beli (Intention) yang diberi lambang I

f) Pembeli nyata (Purchase) yang diberi lambang P

Dalam figur tersebut digambarkan bagaimana konsumen mencari dan mempertimbangkan suatu keputusan untuk membeli produk, dimana masing-masing variabel berinteraksi dan saling mendukung yang berkahir dengan pembelian. Alur model tersebut diawali dan konsumen yang menerima informasi (F, information), kemudian dan informasi tersebut dapat menyebabkan tiga kemungkinan pengaruh yang dimulai dan pengenalan merek oleh konsumen (B, Brand Recognition) selanjutnya dievaluasi apakah pengenalan tersebut sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen dimana kesesuaian tersebut akan membentuk sikap (A, Attitude). dan selanjutnya dapat menciptakan dan menambahkan ke

(41)

dalam pikiran konsumen sebagai tingkat keyakinan (C, Confidence) yang menunjukkan penilaian terhadap merek yang bersangkutan dapat memberikan kepuasan atau tidak. Pengenalan merek mempunyai sumbangan berupa penguatan terhadap sikap dan keyakinan konsumen terhadap merek yang ditawarkan yang kesemuanya itu diharapkan mampu menimbulkan niat beli (I, Intention) dan konsumen. Hal ini tentu saja akan mampu mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian (P,

Purchase) yang nyata. Hubungan tersebut dapat terlihat pada gambar berikut ini

Gambar 2.1. Consumer Decision Model

Sumber : Howard dalam Gunawan (2003) Keterangan:

F =Pesan Iklan

B =Pengenalan Merek C =Keyakinan Konsumen A =Sikap Konsumen I =Niat Beli

P =Pembeli Nyata

(42)

Semakin tinggi sebuah perusahaan memasang iklan maka akan semakin banyak konsumen memiliki sikap dan keyakinan sehingga dapat membuat konsumen memiliki minat untuk membeli suatu produk tersebut.

2.2.13 Hubungan Antar Variabel

2.2.13.1 Pengaruh Efektivitas Iklan terhadap Sikap Konsumen

Sebuah iklan cenderung menciptakan sikap yang baik terhadap suatu produk dengan menjelaskan ciri-ciri positif serta konsekuensinya. Sikap sangat penting bagi pemasaran karena sikap merupakan kunci pemahaman mengapa seseorang berperilaku sedemikian rupa atas suatu objek. Karena pada dasarnya sikap adalah bagaimana perasaan seseorang atas suatu objek yang dapat mempengaruhi reaksi atau perilaku individu atas objek tersebut. Jika iklan yang ditampilkan mampu menciptakan kepercayaan positif pada merek, konsumen akan lebih mungkin untuk mempunyai sikap positif dan membeli produk itu (Sutisna, 2003 : 107).

Menurut Engel (1995 : 95) menyatakan bahwa “kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang menyongkong terhadap suatu produk mungkin sering bergantung pada sikap konsumen terhadap iklan itu sendiri. Iklan yang disukai atau dievaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap konsumen. Penelitian memperlibatkan secar berulang- ulang bahwa sikap terhadap suatu iklan berfungsi sebagai peramal yang signifikan atas sikap terhadap produk”.

(43)

Jadi kesimpulannya, sikap terhadap iklan terbentuk karena adanya pengaruh elemen-elemen iklan baik secara verbal maupun visual, yang kemudian akan mempengaruhi perasaan dan emosi konsumen atas iklan tersebut. Perasaan dan emosi inilah yang kemudian akan mempengaruhi bagaimana sikap konsurnen atas iklan tersebut, sikap atas iklan ini akan mempengaruhi sikap konsumen terhadap merek objek yang diiklankan.

2.2.13.2 Pengaruh Efektivitas Iklan Terhadap Keyakinan Konsumen

Setiap perusahaan saling berlomba untuk mengiklankan produk lama maupun produk baru karena pemasar mempunyai keyakinan dengan semakin tinggi intensitas iklan yang dilakukan dapat membangun kesadaran akan produk (awarenss) dengan lebih baik. Periklanan sebagai proses komunikasi bertujuan untuk menginformasikan keadaan suatu produk dan manfaatnya, sehingga pelanggan sasaran memiliki kesadaran adanya suatu produk serta dapat memperlihatkan citra produk maupun perusahaan. Menurut Sutisna (2001 : 83) mendefinisikan citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek, yang dibentuk dengan memproses informasi dan berbagai sumber setiap waktu.

Sutisna (2001 : 82) “Konsumen mengembangkan inferensi atau kesimpulan mengenai merek, harga toko dan perusahaan Kesimpulan tersebut didasarkan pada komunikasi dan mulut ke mulut, teman, keluarga, dan iklan. Sutisna (2001 : 122) bahwa kepercayaan yang terbentuk merupakan hasil dan proses evaluasi terhadap informasi yang

(44)

diterima. Di mana pesan iklan yang disajikan disertai dengan adanya pembuktian nyata akan manfaat dan kualitas produk akan menimbulkan keyakinan. Konsumen percaya akan produk tersebut melalui pesan iklan/informasi yang diterimanya.

Confidence atau keyakinan yaitu tingkat kepastian konsumen yang menyatakan keyakinan dan penilaiannya terhadap suatu produk yang dinilai benar. Pesan iklan yang disampaikan harus kredibel dan dapat dipercaya kebenarannya tanpa bermaksud menyesatkan pelanggan sasaran. Henry assael mengemukakan dari posisi konsumen bahwa tanggapan konsumen terhadap sebuah iklan yaitu tanggapan kognitif berhubungan dengan penilaian konsumen terhadap pesan iklan dan isi sebuah iklan, apakah mereka menerima iklan itu atau menolaknya. (Henry Assael, 1992 : 608).

Jadi kesimpulannya, dengan semakin seringnya konsumen mengetahui produk yang diiklankan, maka konsumen akan mengingat produk tersebut dan timbul keyakinan dari konsumen atas produk tersebut. Dalam hal ini pesan iklan yang disampaikan relatif konsisten dan sesuai dengan apa yang sudah disampaikan dan diketahui oleh konsumen pada suatu merek tertentu.

2.2.13.3 Pengaruh Sikap Konsumen Terhadap Minat Beli

Definisi sikap yang paling klasik dikemukakan oleh Gordon Aliport yang termuat dalam buku Sutisna (2001 : 99). Allport

(45)

mendefinisikan sikap adalah melayani kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten.

Sikap memainkan peranan utama dalam pembentukan perilaku individu dalam hal ini pembelian terhadap suatu produk atau merek. Dalam memutuskan produk atau merek apa yang akan dibeli, atau toko mana yang akan dijadikan langganan, konsumen akan secara khas melakukan pemilihan terhadap satu merek atau produk dievaluasi secara paling menguntungkan.

Sebagai akibatnya peningkatan sikap ini dapat menjadi sasaran pemasaran yang penting bagi perusahaan. Swastha (1990 : 114) mendefinisikan sikap sehingga “suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik maupun kurang baik secara konsisten”.

Menurut Kotler (2002 : 200) menyatakan sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan tindakan menguntungkan atau tidak. menguntungkan dan bertahan lama dan seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan. Definisi menurut schiffman dan Kanuk (1997 : 227)

adalah “An attitude is a learned predisposition to believe in consistenty

favorable or unfavorable way with respect to a given object “. Maksud dan definisi tersebut bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk bertindak yang diperoleh dan hasil belajar dalam

(46)

maksud yang konsisten. yang menunjukkan rasa suka atau tidak suka terhadap obyek.

Akan tetapi Sutisna (2001 : 101) menyatakan keterlibatan yang tinggi dari konsumen atas pembeliannya akan lebih tinggi hubungan antara kepercayaan, sikap dan perilaku. Ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi, sikap merupakan bagian dan hirarki pengaruh yang menyebebkan keputusan untuk membeli (pertama kali konsumen mempunyai kepercayaan terhadap merek, kemudian mengembangkan sikap terhadap merek, dan kemudian memutuskan apakah membeli atau tidak).

Jadi kesimpulannya, kemampuan iklan untuk menciptakan sikap yang mendukung terhadap produk sering tergantung pada sikap konsumen dengan adanya iklan. Iklan yang diminati atau dievaluasi secara menguntungkan dapat menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap produk. Iklan yang tidak diminati dapat mengurangi minat pembelian produk oleh konsumen.

2.2.13.4 Pengaruh Keyakinan Konsumen Terhadap Minat Beli

Dengan memberikan keyakinan pada pelanggan bahwa merek tersebut terus-menerus memberikan tingkat kepuasan tertinggi untuk manfaat-manfaat yang paling penting. Iklan dapat mengukuhkan sikap dan dengan demikian juga mempertahankan kesukaan merek dan

(47)

kesetiaan akan merek untuk tujuan melakukan pembelian terhadap produk tersebut (Jurnal Sukarno, 2005 : 139).

Dan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bila konsumen sudah yakin atas produk yang ditawarkan oleh produsen, maka produk tersebut secara otomatis akan tertanam di benak konsumen (Top of Mind), menumbuhkan keyakinan dan akan mencoba membeli produk yang diyakini tersebut.

Kesimpulan tersebut diperkuat dalam Jurnal Zuraida dan Chasanah (2001 : 133), produsen sedapat mungkin memberikan informasi yang benar tentang produk yang ditawarkan. Karena hal itu akan berpengaruh dalam menumbuhkan keyakinan konsumen. Apabila keyakinan itu sudah terbentuk, bukan merupakan sesuatu yang sulit untuk mempengaruhi konsumen dengan mencoba membeli produk yang diiklankan dan diyakini. Dapat pula dikatakan bahwa keyakinan konsumen akan mampu menumbuhkan niat beli konsumen dan semula ragu-ragu yang disebabkan oleh ketidakpastian menjadi pembelian nyata.

(48)

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Sikap

Konsumen X2 Efektivitas

Minat Beli Iklan

Y X1

Keyakinan Konsumen

X3

(49)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan masalah yang dipilih untuk penelitian ini maka hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga efektivitas iklan akan berpengaruh positif terhadap sikap konsumen pada Smartphone Blackberry di Surabaya.

2. Diduga efektivitas iklan akan berpengaruh positif terhadap keyakinan konsumen pada Smartphone Blackberry di Surabaya.

3. Diduga sikap konsumen akan berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen pada Smartphone Blackberry di Surabaya.

(50)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional

Variabel-variabel dalam penelitian didefinisikan sebagai berikut:

A. Efektivitas Iklan (X1)

Efektivitas adalah suatu tindakan dimana tindakan itu akan efektif

apabila telah mencapai tujuan yang telah ditentukan. Variabel

Efektivitas iklan dapat diukur dengan indikator (Handoko, 2006) :

a. Empati (X1.1)

b. Persuasi (X1.2)

c. Impact (X1.3)

d. Komunikasi (X1.4)

B. Sikap Konsumen (X2)

Adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas dan

keunggulan Smartphone BlackBerry yang berkenaan dengan maksud

yang diharapkan. Indikator yang digunakan (Sukarno, 2005 : 141) :

a. Kognitif/kepercayaan terhadap merek (X2.1)

b. Afektif/evaluasi merek (X2.2)

C. Keyakinan Konsumen (X3)

Keyakinan merupakan suatu gagasan deskriptif yang dianut oleh

sesorang tentang sesuatu. Oleh karena itu, untuk membuat seorang

(51)

konsumen merasa yakin atas produk yang ditawarkan, maka tidak

terlepas dari mempelajari perilaku konsumen tersebut. Indikator yang

digunakan (Sukarno: 2005 : 141) :

a. Tingkat keyakinan terhadap atribut produk (X3.1)

b. Tingkat keyakinan terhadap manfaat produk (X3.2)

D. Minat Beli (Y)

Minat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang

dilakukan oleh konsumen sebelum mengadakan pembelian atas

produk yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen

tersebut. Ferdinand (2006:242) menyatakan bahwa ada tiga tahap

dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli yang umum

dilakukan oleh seseorang, yaitu :

a. Intensitas pencarian informasi (Y1)

b. Keinginan segera membeli (Y2)

c. Keinginan prefensial (Y3)

3.1.2 Pengukuran variabel

Skala pengukuran variabel menggunakan skala interval yaitu skala

yang mengurutkan obyek berdasarkan suatu atribut (Umar, 2000:134).

Adapun teknik pengukuran sikap menggunakan skala likert yaitu metode

pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian lima butir yang

berada dalam rentang dua sisi (Umar, 2000:137). Digunakan jenjang 1-5

(52)

1 5

Sangat tidak setuju sangat setuju

Keterangan :

1 = Sangat tidak setuju 4 = Setuju

2 = Tidak setuju 5 = Sangat setuju

3 = Netral

3.2 Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi di penelitian ini adalah seluruh konsumen (masyarakat di

Surabaya) yang pernah melihat iklan Smartphone Blackberry di media

cetak serta berminat membeli Smartphone Blackberry di Surabaya.

b. Sampel

Metode penentuan sampel menggunakan teknik non probability

sampling, dimana semua elemen populasi belum tentu memiliki

peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono,

1999:77). Teknik sampling dengan menggunakan Purposive Sampling

yaitu pengambilan sampel menurut kriteria atau pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 1999:78). Kriteria yang akan dijadikan sampel adalah :

konsumen (masyarakat) berusia minimal 17 tahun, bertempat tinggal

(53)

Smartphone Blackberry di media cetak serta berminat membeli

Smartphone Blackberry di Surabaya.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100-200

responden, sehubungan dengan digunakan Structural Equation

Modeling (SEM), maka jumlah sampel yang digunakan berdasarkan

pertimbangan pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand

(2002:48) adalah sebagai berikut:

a. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum like hood estimation

b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya

adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi

c. Tergantung pada jumlah indikator dikali 5 – 10. Bila terdapat 11

indikator, maka besarnya sampel adalah 10 x 11 indikator = 110

responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

Data Primer : Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang disebarkan

kepada konsumen (masyarakat di Surabaya) yang pernah melihat iklan

Smartphone Blackberry di media cetak serta berminat membeli

Smartphone Blackberry di Surabaya.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari :

(54)

3.3.3 Pengumpulan Data

1. Wawancara : Yaitu melakukan wawancara atau tanya jawab dengan

konsumen (masyarakat di Surabaya) yang pernah melihat iklan

Smartphone Blackberry di media cetak serta berminat membeli

Smartphone Blackberry untuk memperoleh informasi yang diperlukan.

2. Kuesioner : Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan

daftar pertanyaan yang sudah disusun rapi dan terstruktur, tertulis

kepada konsumen (masyarakat di Surabaya) yang pernah melihat iklan

Smartphone Blackberry di media cetak serta berminat membeli

Smartphone Blackberry untuk diisi menurut pendapat pribadi dan

kemudian untuk tiap jawaban diberikan nilai (skor).

3.4 Teknik Analisa

3.4.1 Asumsi Model SEM (Structural Equation Modelling)

a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau

dapat diuji dengan metode-metode statistik.

2) Menggunakan Critical Ratio yang dipeeroleh dengan membagi

koefisien sampel dengan standard errornya dan Skewness value

yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai

statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada

tingkat signifikansi 1%, jika nilai Z lebih besar dari nilai kritis,

(55)

3) Normal Probability

4) Plot (SPSS 10.1)

5) Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan

memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk

menduga ada tidaknya linieritas.

b. Evaluasi atas Outlier

1) Mengamati nilai Z-score : ketentuannya diantara  3,0 non outlier.

2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada

tingkat  < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square () pada df

sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis >

dari nilai  adalah multivariate outlier.

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik

yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya

dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel

tunggal atau variabel kombinasi (Hair, 1998).

c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity

Dengan mengamati Determinant matriks covarians. Dengan ketentuan

apabila determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil), maka

terjadi multikolinieritas dan singularitas (Tabachnick & Fidell, 1998).

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa

(56)

mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk

yang menunjukkan derajad sampai dimana masing-masing indikator

itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum. Karena indikator

multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variabel construct

akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap

obseverd variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji

dengan construct reliability dan Variance-extracted. Construct

reliability dan Variance- extracted dihitung dengan rumus berikut :

Consturct – reability =

j

a) Standart Loading diperoleh dari standardized loadimg untuk

tiap-tiap indikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.

b)  ɛj adalah measurement error dari tiap indikator. Measurement

error dapat diperoleh dari 1-reliabilitas indikator.

Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70 , walaupun

angka itu bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya bila penelitian

yang dilakukan bersifat eksploratori maka nilai dibawah 0,70 pun

masih diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik yang

terlihat dalam proses eksploratori

(57)

a) Standard Loading diperoleh dari standardized loading untuk

tiap-tiap imdikator yang didapat dari hasil perhitungan komputer.

b) εj adalah measurement error tiap-tiap indikator.

3.4.2 Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi

terstandar, dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical

Ratio) atau  (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t

hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.

3.4.3. Pengujian Model Dengan One-Step Approach

Dalam metode SEM, model pengukuran dan model struktur

parameter-parameternya di estimasi secara bersama-sama. Cara ini agak

mengalami kesulitan dalam memenuhi fit model. One Stop Approach to

SEM digunakan apabila model diyakini landasan teori yang kuat serta

validitas dan reabilitas yang sangat baik.

3.4.4 Evaluasi Model

Hair et.al, 1998 menjelaskan bahwa confirmatory menunjukkan

prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis

dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model

teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap

(58)

jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat

menguji apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model

yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modeling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria

Goodness Of Fit, yakni Chi-square, Probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI,

AGFI, CMIN/DF.

1. X2 – Chi Square Statistic

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit

adalah likehood ratio chi-square statistic. Chi-square ini bersifat

sangat sensitive terhadap besarnya sampel yang digunakan karena itu

bila jumlah sampel adalah cukup besar yaitu lebih dari 200 sampel

maka statistic chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lainnya.

Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai

chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu.

Dalam pengujiannya ini nilai X2 yang rendah yang menghasilkan

sebuah tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 akan

mengindikasikan tak adanya perbedaan yang signifikan antara matriks

kovarians yang diestimasi.

2. RMSEA-The Rood Mean Square Error of Appoximation

Adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk

mengkompensasikan chi-square statistic dalam sampel yang besar

nilai RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan

(59)

atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya

model yang menunjukkan sebuah close-fit dari model ini berdasarkan

degree of freedom.

3. GFI-Goodness of Fit Index

Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi

tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang

dijelaskan oleh matriks kovarians populasi yang terestimasikan. GFI

adalah sebuah ukuran non-statistical yang mempunyai rentang nilai

antara 0 (poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit) nilai yang tinggi

dalam indeks ini menunjukkan sebuah “better fit”.

4. AGFI-Adjusted Goodness of fit indeks

Adalah analog dari R2 dalam regresi berganda. Fit index ini

dapat didjust terhadap degree of freedom yang tersedia untuk menguji

diterima tidaknya model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan

adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari

0,09 perlu diketahui bahwa baik GFI maupun AGFI adalah kriteria

yang diperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah

matriks kovarians sampel.

5. CMIN / DF

The minimum sample discrepancy function (CMN) dibagi

dengan degree of freedom-nya akan menghasilkan indeks CMIN / DF,

yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu

Gambar

Tabel 1.2 Top of Mind Advertising Smartphone
Gambar 2.1. Consumer Decision Model
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Negeri

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Keragaman dan Kelimpahan Musuh Alami Hama Melalui Manipulasi

Berdasarkan pada hasil pengujian hipotesis diketahui ternyata nilai signifikansi t untuk variabel keahlian keuangan komite audit adalah &lt; 0,05 sehingga hipotesis kelima

Administrasi PBM adalah dari (1) program pengajaran dan program evalusi, (2) menyusun persiapan harian/silabus, (3) evaluasi dan analisis evaluasi, (4) bimbingan

Melihat antusias mahasiswa dalam menggunakan kamera DSLR untuk belajar lebih jauh tentang dunia fotografi, peneliti berharap agar mahasiswa pengguna kamera DSLR di UIN

Tugas akhir ini lebih difokuskan pada performa dari aplikasi yang akan dikembangkan, yaitu dimana komputer server dapat dengan lancar, didasarkan pada sering atau

[r]

ribu pilihan produk dari segala kebutuhan mulai dari fashion.. wanita, fashion pria, kesehatan &amp; kecantikan, handphone