• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting penelitian

4.1.1 Gambaran umum lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mangunsari Salatiga. Puskesmas Mangunsari didirikaan pada tahun 1987 di Desa Cabean Kelurahan Mangunsari. Sebelum tahun 1987, Puskesmas Mangunsari merupakan Puskesmas Pembantu dari Puskesmas Kalicacing. Puskesmas Mangunsari merupakan tipe Puskesmas non rawat inap.

4.1.2 Proses penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan observasi terlebih dahulu ke Puskesmas Mangunsari, tujuan observasi tersebut untuk mengetahui apakah puskesmas Mangunsari bersedia untuk dijadikan tempat penelitian. Setelah melakukan observasi dan mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan penelitaian, barulah peneliti meminta surat ijin pengantar penelitan dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga pada tanggal 14 November 2016, yang ditujukan kepada Kesbangpol kota Salatiga dan kepala Puskesmas Mangunsari Salatiga. Setelah mendapatkan

(2)

26

surat dari Fakultas, selanjutnya pada tanggal 16 November 2016 mengantarkan surat ke Kesbangpol kota Salatiga beserta penyerahan proposal skripsi bab I, II dan III. Pengambilan surat dari Kesbangpol pada tanggal 17 November 2016. Pada tanggal 18 November 2016 surat ijin penelitian diantar ke Puskesmas Mangunsari Salatiga. Setelah surat ijin diantar tahap selanjutnya adalah menunggu konfirmasi dari bagian penanganan penyakit menular. Setelah mendapat konfirmasi dari bagian penanganan penyakit menular, tahap selanjutnya adalah pengambilan data pasien Tuberkulosia paru. Data diambil berdasarkan pada kriteria yang telah ditentukan yaitu: Pasien tuberkulosis paru (laki-laki/perempuan) yang baru pertama kali terserang tuberkulosis paru, telah menjalani proses pengobatan minimal 1 bulan, besedia menjadi partisipan, jumlah partisipan yang akan diambil direncanakan sebanyak 5 orang. Dalam penelitian ini ada beberapa kendala yaitu, jumlah partisipan tidak sesuai dengan kriteria peneliti, namun setelah berdiskusi dengan pembimbing skripsi maka disepakati jumlah partisipan yang diambil berjumlah tiga orang sesuai dengan data yang ada. Setelah mendapatkan data pasien yang akan dijadikan partisipan, barulah peneliti melakukan pencarian alamat, pada tanggal 25 dan 28

(3)

27

Januari 2017 peneliti mendatangi rumah partisipan 1 dan 2, dikarenakan pencarian alamat partisipan 3 yang telah berpindah alamat dari yang tertera direkam medis Puskesmas, maka pada tanggal 9 Maret 2017 barulah peneliti mendatangi rumah partisipan 3. Setelah melakukan observasi dan pengenalan diri serta menjelaskan tujuan dari kedatangan peneliti kerumah partisipan, barulah peneliti membuat janji untuk melakukan wawancara selanjutnya.

Proses wawancara dilakukan berdasarkan guide line atau panduan pertanyaan wawancara yang sudah disiapkan peneliti. Tapi yang ditanyakan tidak berurutan sesuai dengan susunan pertanyaan peneliti sebelumnya, karena saat wawancara berlangsung peneliti mengembangkannya sehingga proses wawancara lebih santai dan bisa mendapatkan informasi sesuai yang peneliti harapkan. Mengingat keterbatasan peneliti dalam wawancara maka peneliti menggunakan alat perekam berupa handphone untuk merekam hasil wawancara. Sebelum melakukan wawancara peneliti sudah meminta izin untuk menggunakan alat perekam kepada partisipan. Peneliti juga menggunakan alat tulis untuk mencatat hasil observasi selama wawancara.

(4)

28 4.1.3 Gambaran umum partisipan

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada ketiga partisipan penderita tuberkulosis paru yang menjalani pengobatan di Puskesmas Mangunsari Salatiga, secara umum identitas ketiga partisipan tersebut dapat ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.1. Gambaran umum partisipan

P1 P2 P3

Nama Ibu N PC Bapak S

Usia 25 tahun 19 tahun 71 tahun

Alamat Cabean RT3/RW 14 Jln. Antasenan RT 5 / RW 9 Mangunsari Cabean, RT 2 / RW 14, Mangunsari-Sidomukti

Agama Islam Kristen Islam

a. Partisipan 1 (P1)

Partisipan pertama merupakan seorang perempuan yang telah menikah dan memiliki satu orang anak. Saat peneliti meminta (P1) untuk menjadi partisipan penelitian, P1 bersedia. Wawancara pertama dengan melakukan observasi kondisi serta lingkungan partisipan dilakukan pada tanggal 25 Januari 2017, pukul 10:00-11:00 WIB di rumah partisipan. Wawancara kedua dan ketiga pada partisipan pertama (P1) dilakukan pada tanggal 23 Maret 2017, pukul 10:00-11:00 WIB dan tanggal 12 April 2017, pukul 10:00-11:00 WIB dilakukan dirumah partisipan. Partisipan pertama (P1) adalah

(5)

29

penderita tuberkulosis paru yang telah menjalani pengobatan selama 1 bulan di Puskesmas Mangunsari Salatiga.

b. Partisipan 2 (P2)

Partisipan kedua laki-laki yang merupakan mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Saat peneliti meminta (P2) untuk menjadi partisipan penelitian, P2 bersedia dan wawancara pertama dengan melakukan observasi kondisi dan lingkungan sekitar partisipan dilakukan pada tanggal 28 Januari 2017, pukul 09:00-10:00 WIB di rumah partisipan. Wawancara kedua dan ketiga dilakukan pada tanggal 25 Maret 2017, pukul 09:00-10:00 WIB dan tanggal 17 April 2017, pukul 09:00-10:00 WIB di rumah partisipan. Partisipan kedua (P2) adalah penderita Tuberkulosis paru yang telah menjalani pengobatan selama 6 bulan di Puskesmas Mangunsari Salatiga.

c. Partisipan 3 (P3)

Partisipan ketiga merupakan seorang bapak yang telah lanjut usia dan tinggal satu rumah dengan anaknya. Saat peneliti meminta (P3) untuk menjadi partisipan penelitian, P3 bersedia. wawancara pertama dengan melakukan observasi kondisi serta lingkungan partisipan dilakukan pada tanggal 9 Maret 2017, pukul 09:00-11:00 WIB di rumah partisipan. Wawancara kedua dan ketiga dilakukan

(6)

30

pada tanggal 27 Maret 2017, pukul 09:00-10:00 WIB dan tanggal 24 April 2017, pukul 09:00 -10:00 WIB. Partisipan ketiga adalah penderita tuberkulosis paru yang telah menjalani pengobatan selama 6 bulan di Puskesma Mangunsari Salatiga.

(7)

31 4.2 Hasil penelitian

4.2.1 Kategori hasil wawancara

KATA KUNCI KATEGORI TEMA

P1 P2 P3

- Ngantar ke BP4 suami saya mba - Cerita ke ibu

biasanya ibu sering ngasi perhatian - Ibu mengingatkan minum obat. - Suami mengingatkan jangan makan-makanan sembaranngan - Merasa nyaman

mba, keluarga peduli

- Yang sering ngantar dan

ngambil obat bapak mba.

- Kalau bapak sibuk yang ngantar ibu mba.

- Orang tua melarang jangan jajan sembarang. - Merasa nyaman

mba, apalagi kalau sakit pengennya

- Diantar sama anak saya mba.

- Anak yang datang kepuskesmas buat ambil obat lagi - Obatnya sudah disediakan, lalu ditunggu minumnya sampai selesai mba - Senang mba, keluarga masih Dukungan emosional yang diberikan keluarga dalam mendukung proses penyembuhan penyakit tuberkulosis. Memberikan perhatian, rasa nyaman & pendampingan kepada partisipan sebagai bentuk dukungan emosional keluarga

(8)

32

dengan saya. diperhatiin terus. peduli dengan saya.

- Ibu sering ngasi nasehat - Keluarga tidak pernah mengasi bacaan atau informasi tentang tuberkulosis

- Tau informasi waktu ada penyuluhan di puskesmas.

- Ibu yang sering ngasi nasehat, bilang jangan sampai telat minum obat, minum obat ditungguin,

penyakitnya harus dibasmi sampai tuntas jadi obatnya harus diminum sampai habis. - Keluarga tidak pernah ngasi bacaan atau informasi tentang tuberkulosis. - Anak mantu, nasehatnya kalau pagi disuruh keluar rumah supaya kena sinar matahari pagi, biar menghirup udara segar, obatnya harus diminum terus biar sakitnya cepat sembuh. - Keluarga tidak pernah memberikan informasi atau bacaan tentang Dukungan informasi yang diberikan keluarga dalam mendukung proses penyembuhan penyakit tuberkulosis Dukungan informasi diberikan keluarga melalui pemberian nasehat kepada partisipan dalam proses penyembuhannya.

(9)

33

tuberkulosis. - Kalau materi dari

saya sendiri mba, kan sudah bersuami - Kalau mau

kepuskesmas mau ambil obat atau konsul disuruh pakai motor rumah.

- Keluarga membantu dalam menyiapkan kebutuhan sehari-hari, ibu sering membantu memasak - Suami ngasi uang

belanjaan. - Yang menanggung pengobatan semuanya orang tua - Kepuskesmas pakai motor - Keluarga membantu dalam menyiapkan kebutuhan sehari-hari, ibu menyiapkan makanan dan memasak juga. - Yang menanggung biaya pengobatan semuanya anak saya mba. - Kepuskesmas diantar pakai motor - Keluarga membantu dalam menyiapkan kebutuhan sehari-hari, anak mantu menyiapkan makanan dan memasak juga. Dukungan instrumental yang diberikan oleh keluarga dalam mendukung proses penyembuhan penyakit tuberkulosis. Menyediakan bantuan hidup sehari-hari, dana untuk pengobatan dan fasilitas transportasi, kendaraan sebagai bagian dari dukungan instrumental keluarga. - Keluarga menilai penyakit yang - Keluarga menilai penyakit yang - Keluarga menilai penyakit yang Dukungan penilaian yang diberikan Memberikan penilaian terhadap

(10)

34 diderita sebagai penyakit turunan - Keluarga memberikan dorongan dan penyemangat untuk emyelesaikan pengobatan - Merasa sangat dipedulikan oleh keluarga

diderita akubat dari merokok - Keluarga memberikan dorongan dan penyemangat untuk menyelesaikan pengobatan sampai sembuh. - Keluarga selalu memberikan dorongan yang posistif untuk penyembuhan. diderita sebagai penyakit faktor usia - Keluarga memberikan dorongan dan penyemangat untuk menyelesaikan pengobatan. keluarga dalam mendukung proses penyembuhan penyakit tuberkulosis.

sakit yang diderita, memberikan dorongan dan penyemangat untuk menyelesaikan pengobatan sebagai bagian dari dukungan penilaian keluarga.

(11)

35 4.2.2 Hasil penelitian

Data yang telah diteliti, telah dilakukan penganalisaan data dan pengelompokan data, didapati tema-tema sebagai berikut: a. Dukungan emosional : Memberikan perhatian, rasa nyaman,

dan pendampingan kepada partisipan sebagai bentuk dukungan emosiaonal keluarga

Dari hasil penelitian didapati bahwa dukungan emosional yang diberikan keluarga kepada setiap partisipan berupa perhatian. Perhatian yang dimaksud seperti mengingatkan minum obat, mengingatkan untuk hidup sehat (jangan jajan/makan sembarangan), keluarga juga mendampingi saat pergi berobat maupun mengambil obat ke Puskesmas, dengan adanya perhatian yang diberikan keluarga partisipan merasa nyaman karena keluarga masih peduli. Berikut ini pernyataan yang menunjukan perhatian yang diberikan oleh keluarga:

“….Dirumah biasanya ibu yang sering ngasi perhatian mba.” (29-30) “mengingatkan minum obat mba, biasanya ibu saya sering nanya “udah minum obat belum?” …… (32)

“Waktu itu yang ngatar ke BP4 itu suami saya mba….” (27-28) “Merasa nyaman mba, ternyata keluarga peduli dengan saya.” (41)

(12)

36

b. Dukungan informasi: Pemberian nasehat sebagai bentuk dukungan informasi yang diberikan keluarga kepada partisipan

Dari data hasil penelitian didapati bahwa dukungan informasi yang diberikan oleh keluarga berupa nasehat. P1 mengatakan sering menceritakan masalah yang dihadapi selama sakit kepada keluarganya (ibu) dengan bercerita tersebut keluarga memberikan nasehat mengenai masalah yang dihadapinnya. Sedangkan P2 mengatakan tidak pernah menceritakan masalah yang dihadapi selama sakit kepada keluarganya, nasehat yang diberikan keluarga merupakan bentuk kepedulian keluarga terhadap P2. Dan P3 mengatakan tidak pernah menceritaka masalah yang dihadapi selama sakit kepada keluarganya, karena P3 tidak mau menyusahkan keluarganya, jadi nasehat yang didapat karena kepedulian keluarga terhadap P3. Berikut ini pernyataan partisipan:

“Pernah mba,kadang saya tuh merasa ndak enakan sama keluarga lain, saya ya takut penyakitnya nular kekeluarga lainnya. Biasanya ya kalau cerita begini ke ibu mba, ibu bilangnya jangan terlalu dipikirin yang dipikirin pengobatannya, biar cepat sembuh. (51-53)p1

“Ndak pernah mba, saya ndak mau terlalu membebani anak mba. (59)p3

Informasi berupa bacaan buku, majalah dan surat kabar tentang penyakit tuberkulosis paru tidak pernah diberikan oleh keluarga, P1 dan P3 mengatakan informasi yang didapat dari mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh Puskesmas. Namun p3 juga mengatakan setelah pindah rumah sudah tidak ikut penyuluhan

(13)

37

lagi karena jarak rumah ke puskesmas jauh. Sedangkan P2 mengatakan memperoleh informasi tentang penyakit tuberkulosis paru hasil dari browsing internet. Berikut ini pernyataan pencarian dukungan informasi yang dilakukan partisipan:

“Ndak pernah juga mba, tau informasinya waktu ada penyuluhan dipuskesmas aja mba. Kan puskesmas sering ngadain penyuluhan mba.” (59-60)P1

“Pernah mba, tapi sekarang sudah ndak pernah lagi. semenjak pindah ketempat yang sekarang. Dulu rumahnya dekat dengan puskesmas sekarang udah jauh” (71-72)P3

“…Sering mba, apalagikan sekarang informasi bisa didapat dengan mudah tinggal buka internet, google nyari TB pasti banyak info yang keluar” (60-61)P2

c. Dukungan instrumental: Menyediakan bantuan hidup sehari-hari, dana untuk pengobatan dan fasilitas transportasi kendaraan sebagai bagian dari dukungan instrumental keluarga

Dari data hasil penelitian didapati bahwa, dukungan instrumental yang diberikan keluarga berupa bantuan dalam menyediakan kebutuhan sehari-hari seperti membantu dalam menyiapkan makanan, selain itu keluarga juga memberikan bantuan berupa materi dan memfasilitasi kendaraan untuk alat transfortasi selama proses pengobatan. Berikut ini pernyataan partisipan tentang dukungan instrumental yang diberikan keluarga:

(14)

38

“……ibu sering membantu memasak, menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak…” (87-88)

“Iya mba, kalau mau ngambil obat atau konsul disuruh pakai motor rumah. Kalau motornya suami dipakai buat kerja mba.”(91-92)

“....sayakan masih kuliah mba jadi yang menanggu biaya pengobatan semua orang tua” (69-71)

“…biasanya kepuskesmas pakai motor” (94)

“Semuanya biaya yang nanggung anak saya mba.”(73)“….kepuskesmas diantar apakai motor.”(93)

d. Dukungan penilaian: Memberikan penilaian terhadap sakit yang diderita, memberikan dorongan, dan penyemangat untuk menyelesaikan pengobatan sebagai bagian dari dukungan penilaian keluarga

Dari hasil penelitian didapati bahwa, dukungan penilaian yang diberikan keluarga berupa pemberian penilaian terhadap sakit yang diderita oleh partisipan serta memberikan dorongan yang positif kepada partisipan untuk menyelesaikan proses pengobatan sampai tuntas. P1 mengatakan keluarga menilai penyakit yang dideritanya adalah penyakit turunan, karena sebelumnya ibu partisipan juga pernah mengalami penyakit yang sama. Berikut ini pernyataannya:

“Sebelumnyakan ibu saya pernah juga mba sakit kayak aku ini. Tapi sekarang udah sembuh, keluarga ngangepnya sakit turunan mba. Dari

(15)

39

keluarga sarannya harus diobatin aja. Buktinya ibu saya bisa sembuh sampai sekarang ndak pernah kambuh-kambuh lagi mba.” (102-104)

Sedangkan P2 mengatakan keluarga menilai penyakit yang dideritanya disebabkan oleh kebiasaan merokok. Berikut ini pernyataannya:

“Waktu awal-awal sakit orang tua menyalahkan aku mba, apalagi ibu itu paling cerewet katanya aku disekolah merokolah, jajan-jajan sembarangan makanya jadi sakit,” (111-112).

Dan P3 mengatakan keluarga menilai sakit yang dideritanya sebagai akibat dari faktor usia. Berikut ini pernyataannya:

“Biasa biasa saja mba, kalau sudah tua beginikan segala macam penyakit bisa masuk. Jadi keluarga juga menganggapnya sebagai penyakit tua” (113-114).

Selain penilaian terhadap sakit yang diderita, keluarga juga memberikan dukungan dalam bentuk dorongan yang positif, sepeti keluarga tidak mengasingkan partisipan, selalu mengingatkan untuk minum obat disaat partisipan merasa bosen dan jenuh untuk minum obat, keluarga memberikan semangat untuk menyelesikan pengobatan sampai tuntas. Berikut ini pernyataannya:

“Ada mba, selama ini keluarga selalu ngasi perhatian, mereka ndak pernah membeda-bedakan mba walaupun aku sakit. Selalu mengingatkan minum obat,…. ibu sama suami ngingetin terus biar cepat sembuh jadi obatnya harus diminum” (116-119)P1

(16)

40

“Ada mba, kalau bukan keluarga yang mengingatkan siapa lagilah mba, dikeluarga yang paling sering menasehati supaya menyelesaikan pengobatan sampai tuntas ibuku mba. Kadangkan mba, kalau udah agak baikan aku suka malas minum obat, tapi ya ibu sering mengingatkan terus jadi mau gak mau harus minum obat” (118-121)P2

“….ya kalau dirumahkan mba kadang diingatkan minum obat. Kalau obatnya habis diambilkan lagi mba ke puskesmas. Saya udah ndak kuat lagi mba kalau jalan jauh, jadi ya yang ambil obat dan antar kepuskespas anak” (117-119)P3

4.3 Uji keabsahan data

Dalam penelitian ini uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, triangulasi sumber yang digunakan adalah keluarga partisipan yang tinggal dan selalu bersama partisipan.

4.1.1 Triangulasi Partisipan 1

Peneliti melakukan triangulasi sumber dengan mewawancarai ibu dari partisipan 1 yaitu ibu S, pada tanggal 5 Mei 2017 pukul 10:00-11:00 WIB bertempat di rumah partisipan. Peneliti memilih melakukan triangulasi dengan ibu S karena dari hasil wawancara dengan P1 bahwa ibu S yang pertama kali menyuruh P1 untuk berobat dan P1 sering menceritakan apa yang dihadapinya selama sakit kepada ibu S. Ibu S juga tinggal satu rumah dengan partisipan. Ketika peneliti mewawancarai ibu S mengatakan sebelum

(17)

41

mengetahui penyakit yang diderita P1 tuberkulosis paru, P1 mengalami batuk terus menerus dan sembuhnya lama sekali. Ibu S menyuruh P1 untuk periksa ke Puskesmas. P1 ke puskesmas diantar oleh suaminya, setelah sekitar satu minggu P1 cerita bahwa penyakit yang dideritanya adalah tuberkulosis paru dan ibu S mengatakan sebelumnya juga ia pernah mengalami penyakit tuberkulosis paru, namun sekarang telah sembuh. Ia selalu mengingatkan P1 untuk meminum obat yang didapat dari puskesmas, dan selalu mengingatkan untuk mengambil obat lagi jika obat sudah habis. Ibu S juga mengatakan P1 pernah curhat bahwa dia merasa takut penyakitnya bisa menular ke anggota keluarga lainnya, Ibu S memberikan nasehat agar P1 tidak perlu mengkhawatirkan masalah itu hanya fokus saja kepengobatan. Dalam anggota keluarga tidak pernah memberikan informasi mengenai tuberkulosis paru, ibu S juga mengatakan biaya pengobatan P1 ditanggung oleh dia sendiri karena P1 sudah menikah dan suaminya sudah memiliki penghasilan. Di rumah ibu S juga sering membantu menyiapkan bahan-bahan masakan dan membantu memasak juga. Ibu S mengatakan, ketika P1 mau ke Puskesmas memakai motor yang ada di rumah karena motor suami P1 dipakai untuk kerja. Ibu S mengatakan keluarga

(18)

42

juga selalu mendorong P1 untuk menyelesaikan pengobatan sampai tuntas, dorongan yang diberikan berupa memberikan perhatian kepada pasien dan tidak pernah membeda-bedakan pasien walaupun menderita tuberkulosis paru. 4.1.2 Triangulasi Partisipan 2

Peneliti melakukan triangulasi dengan mewawancarai ibu dari P2 yaitu ibu T pada tanggang 15 Mei 2017 pukul 10:00-11:00 WIB, karena ibu T yang selalu ada di rumah, sementara Ayah P2 bekerja dan jarang berada di rumah. Ibu T mengatakan pasien sudah selesai menjalani pengobatan sekarang tinggal konsultasi saja untuk memastikan penyakitnya tidak kambuh lagi. ia juga mengatakan awalnya P2 mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh dan berat badannya sering naik turun, Ibu T menyuruh suaminya untuk membawa P2 ke Puskesmas, setelah dilakukan pemeriksaan di Puskesmas ternyata P2 positif tuberkulosis paru, setelah tahu penyakitnya tuberkulosis paru, ibu T beranggapan bahwa penyakit yang diderita P2 akibat dari kebiasaan merokok yang dilakukan P2 dengan teman-temannya, sehingga ia melarang P2 agar tidak merokok dan jajan makanan disembarang tempat. Ibu T juga mengatakan di rumah yang memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah adalah ia sendiri, ia juga tidak melupakan kewajibanya untuk

(19)

43

memberikan perhatian kepada P2 dengan selalu mengingatkan untuk minum obat, ketika obat habis ia juga menyuruh suaminya untuk mengambilkan obat di Puskesmas. Namun jika suaminya sibuk dia sendiri yang akan mengambilkan obat ke Puskesmas. ibu T mengatakan keluarga tidak pernah memberikan informasi mengenai penyakit tuberkulosis paru, karena ia merasa bahwa P2 pasti mengetahui tentang tuberkulosis paru, ia mengatakan di rumahnya ada layanan internet jadi P2 bisa mencari sendiri informasi mengenai tuberkulosis paru.

Ibu T mengatakan P2, termasuk orang yang sangat tertutup, dia tidak pernah menceritakan apa yang dirasakannya, jadi ketika P2 ada maslah sering tidak mengetahuinya. Namun walaupun P2 sangat tertutup ibu T mengatakan sering memberikan nasehat dan memberikan dorongan serta semangat kepada P2 untuk menyelesaikan pengobatan sampai tuntas, buktinya sekarang P2 sudah selesai pengobatan.

4.1.3 Triangulasi Partisipan 3

Peneliti melakukan triangulasi dengan mewawancarai anak P3 yaitu Tn. G karena tinggal satu rumah dengan P3. wawancara dilakukan pada tanggal 9 juni 2017 pukul 15:00-16:00 WIB, di rumah partisipan bertempat di ruang tamu. Tn.

(20)

44

G mengatakan P3 telah menjalani pengobatan selama 6 bulan namun masih belum sembuh sampai sekarang. Ia juga yang selalu mengantar dan mengambil obat ke Puskesmas. Keluarga tidak pernah memberikan informasi mengenai tuberkulosis paru kepada P3, dulu P3 pernah ikut penyuluhan tentang tuberkulosis paru di Puskesmas namun sekarang karena jarak dari rumah ke Puskesmas terlalu jauh P3 tidak pernah ikut lagi. selama pengobatan yang menanggung biaya pengobatan adalah Tn G. P3 selalu mengikuti apa yang dikatakan Tn. G sehingga waktu pertama kali memutuskan untuk pengobatan P3 mengikutin saja apa yang disarankan. Di rumah Tn G mengatakan, dia dan istrinya selalu mendorong dan memberikan semangat kepada P3 untuk menyelesaikan pengobatan supaya bisa sembuh total. Tn G juga mengatakan, di rumah yang menyiapkan makanan dan mengerjakan pekerjaan rumah adalah istrinya, Tn G membantu hanya sesekali saja karena ia harus bekerja.

(21)

45 4.4 Pembahasan

Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang penemuan hasil penelitian yang telah dilakukan, kemudian akan dibandingkan dengan konsep, teori dan penelitian terdahulu. Pembahasan sesuai dengan tema-tema yang telah ditemukan dari hasil penelitian.

a. Dukungan emosional: Memberikan perhatian, rasa nyaman dan pendampingan kepada partisipan sebagai bentuk dukungan emosiaonal keluarga.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga dalam mendukung proses penyembuhan pasien tuberkulosis paru adalah memberikan perhatian, rasa nyaman dan pendampingan. Sedangkan dukungan emosional merupakan dukungan yang diterima individu dari orang-orang di sekitarnya dalam bentuk kasih sayang, penghargaan, perasaan didengarkan, perhatian dan kepercayaan yang diperoleh individu dalam memecahkan masalah pribadi (Friedman, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Muna dan Soleha (2014) dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga akan memberikan sikap percaya diri karena merasa diperhatikan dan dicintai. Pasien tuberkulosis paru sangat membutuhkan adanya dukungan keluarga, terutama dukungan emosiaonal seperti yang dikatakan oleh Syam (2013) dukungan emosional dapat membuat pasien termotivasi dalam menjalankan proses pengobatan dan mempengaruhi perilaku

(22)

46

pasien, seperti penurunan rasa cemas, rasa tidak berdaya dan putus asa sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan status kesehatan pasien.

Dalam penelitian ini dukungan emosional yang banyak diberikan keluarga berupa memberikan perhatian dengan cara mengingatkan minum obat dan menemani saat minum obat, mengambilkan obat di Puskesmas, serta keluarga juga mendampingi pasien ke Puskesmas dengan mengantarkan pasien, dengan adanya perhatian yang diberikan keluarga tersebut partisipan mengatakan bahwa ia merasa nyaman. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Fitria dan Febrianti (2015) perhatian, rasa kasih sayang, dan kepedulian menjaga emosi pasien, memberikan semangat dan kehangatan membuat pasien merasa bahwa ia dihargai, dicintai dan orang lain dalam keluarganya bersedia memberikan perhatian dan kasih sayang, akan membuat pasien tuberkulosis paru tidak merasa diasingkan karena penyakitnya, sehingga akan menimbulkan semangat untuk sembuh dengan cara patuh dalam minum obat.

(23)

47

b. Dukungan Informasi: Pemberian nasehat sebagai bentuk dukungan informasi yang diberikan keluarga kepada partisipan.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan informasi yang diberikan keluarga dalam mendukung proses penyembuhan tuberkulosis paru berupa pemberian nasehat. Informasi mengenai tuberkulosis paru didapatkan partisipan dari penyuluhan yang diadakan oleh puskesmas.

Dukungan informasi merupakan dukungan yang diterima individu dalam bentuk informasi, nasehat, saran yang berguna untuk mempermudah seseorang dalam menjalani hidupnya (Friedman, 2010). Jadi dapat dikatakan bahwa dukungan informasi yang diterima oleh partisipan kurang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Setiadi (2008) mengatakan dukungan informasi yang diberikan oleh keluarga akan membantu pasien untuk mendapatkan informasi yang baik dari masalahnya sehingga mengurangi stressor karena informasi yang diberikan mengandung sugesti yang khusus untuk individu. Dari penelitian yang dilakukan oleh Muna dan Soleha (2014) informasi dalam pengobatan tuberkulosis paru dapat diperoleh dari penjelasan petugas kesehatan, selebaran, koran dan lain-lain. Dia juga mengatakan dengan adanya pendampingan keluarga ketika pasien berobat ke Puskesmas akan membantu keluarga memperoleh pengetahuan mengenai pengobatan tuberkulosis paru, sehingga ketika di rumah keluarga dapat

(24)

48

mengingatkan pasien karena keluarga merupakan pengawas minum obat yang paling tepat untuk pasien tuberkulosis paru, dukungan informasi semakin tinggi apabila informasi yang diberikan kepada pasien dimengerti dan diikuti oleh pasien sehingga akan optimal dalam memahami program pengobatan. Menurut Permatasari (2005) tingkat pengetahuan yang baik akan mempengaruhi tingkat kepatuhan penderita tuberkulosis paru dalam menjalani program pengobatan.

c. Dukungan instrumental: Menyediakan bantuan hidup sehari-hari, dana untuk pengobatan dan fasilitas transportasi kendaraan sebagai bagian dari dukungan instrumental keluarga Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan instrumental yang diberikan keluarga dalam mendukung proses penyembuhan pasien tuberkulosis paru adalah menyediakan bantuan hidup sehari-hari, dana untuk pengobatan dan fasilitas transfortasi kendaraan. Menurut Friedman (2010) dukungan instrumental meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan materi berupa bantuan nyata, termasuk didalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang untuk membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan alat transfortasi dan merawat saat sakit.

Dukungan instrumental juga menjadi salah satu dukungan yang penting dalam pengobatan pasien tuberkulosis paru. Dari hasil

(25)

49

wawancara terhadap ketiga partisipan dukungan instrumental berupa membantu dalam menyediakan kebutuhan sehari-hari seperti memasak dan menyediakan makanan, serta keluarga juga membantu dalam biaya pengobatan, keluarga juga menyediakan alat transfortasi kendaraan. Dukungan instrumental dapat terlihat ketika keluarga mengantar pasien berobat dan menanggung biaya pengobatan pasien sehingga pasien tidak khawatir dengan pengobatan (Muna dan Soleha, 2014). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Manuhara (2012) dukungan instrumental diperlukan pasien untuk mendapatkan sarana dalam memenuhi kebutuhannya, karena keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit.

d. Dukungan penilaian: Memberikan penilaian terhadap sakit yang diderita, memberikan dorongan dan penyemangat untuk menyelesaikan pengobatan sebagai bagian dari dukungan penilaian keluarga

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan penilaian yang diberikan keluarga dalam mendukung proses penyembuhan pasien tuberkulosis paru adalah dengan memberikan penilain terhadap sakit yang diderita serta memberikan dorongan dan penyemangat untuk menyelesaikan pengobatan. Sedangkan menurut Friedman (2010) dukungan penilaian adalah keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan masalah dan juga

(26)

50

sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Dukungan dan perhatian dari keluarga merupakan bentuk penghargaan positif yang diberikan kepada individu.

Dari hasil wawancara didapatkan bahwa keluarga mengingatkan partisipan ketika waktunya minum obat dan keluarga juga mendorong partisipan untuk menyelesikan pengobatan sampai tuntas, dengan adanya dorongan dari keluarga tersebut partisipan merasa diterima dan termotivaasi untuk terus menjalankan pengobatannya. Dukungan penilaian bisa juga berupa pemberian penilaian, dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2015) mengatakan dukungan penghargaan dapat ditingkatkan dengan berkomunikasai langsung kepada pasien bahwa ia bernilai dan diterima meskipun sedang mengalami sakit. ia juga mengatakan ketika seseorang mendapatkan pujian atau dorongan positif dari orang lain maka orang tersebut akan cenderung melakukan tindakan yang sama seperti halnya pada pasien tuberkulosis paru, dengan demikian dukungan penilaian yang diberikan untuk ketiga partisipan masih kurang karena keluarga tidak pernah memberikan penilaian atau pujian kepada partisipan.

Dari pembahasan didapatkan bahwa dukungan keluarga yang meliputi : dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental dan dukungan penilaian sangatlah penting dalam mendukung proses penyembuhan penyakit tuberkulosis paru.

(27)

51

Dukungan informasi dan dukungan penilaian belum terpenuhi semuanya, karena kurangnya pengetahuan dan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada pasien maupun keluarga di Puskesmas Mangunsari Salatiga, informasi yang diberikan hanya sekedar mengenai lamanya waktu pengobatan, jumlah obat yang harus diminum dan waktu pengambilan obat kembali.

Keluarga selain sebagai pihak yang selalu mendukung untuk kesembuhan, keluarga juga bertanggung jawab sebagai pengawas minum obat (PMO) yang berperan untuk mengawasi pasien terus-menerus. sesuai dengan petunjuk dari Depertemen kesehatan RI (2008), PMO adalah orang yang tinggal dekat dengan penderita, bersedia membantu penderita dengan sukarela. Selain memberikan dukungan dalam pengawasan minum obat, dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan untuk pengobatan tuberkulosis paru. Menurut teori Friedman (1998) dalam Setiadi (2008) salah satu fungsi dasar keluarga yaitu fungsi perawatan kesehatan, fungsi perawatan kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Walaupun dukungan keluarga membuat keluarga mampu meningkatkan kesehatan keluarga menurut Setiadi (2008) tetaplah harus disertai dengan keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri pasien sendiri untuk sembuh.

(28)

Gambar

Tabel 4.1. Gambaran umum partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pengolahan data admin akan memasukkan data Profile Kabupaten, Kecamatan, Kategori, Kebudayaan, Objek Wisata, Restoran, Penginapan, Rute Perjalanan,

Untuk mengetahui respon getaran (bouncing dan pithcing) pada mesin bensin 2 silinder 650 cc segaris dengan sudut engkol 180° untuk rubber mount yang disebabkan oleh perubahan

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka pada penelitian kali ini akan mencoba menggunakan metode lain, yaitu menggunakan algoritma Naive Bayes untuk

Menimbang, bahwa dalam permohonan tersebut baik identitas Pemohon maupun Termohon keduanya tertulis beragama Islam, namun kemudian pada sidang ke tiga hari Kamis 09

Jika setelah penghentian secara paksa kegiatan, sarana, dan penutupan tempat hiburan sebagaimana dimaksud pada huruf c, pengelola dan/atau pemilik tempat hiburan tetap

Fauzan mengatakan tidak sedikit orang yang bertanya mengenai shalat Shubuh Jum‟at terutama ketika bulan puasa, orang yang tidak perah mengikuti shalat Shubuh Jum‟at

Perbedaan kandungan komponen anorganik saliva mungkin dipengaruhi oleh bahan- bahan yang digunakan dalam aktivitas menyirih, misalnya penggunaan kapur sirih yang mungkin

Salah satu alasannya adalah eksternalitas dan free ridding – kekuatan pasar tidak bias memberikan perusahaan full social benefits terhadap keputusan produksi informasi