• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI SISTEM PEMBIAYAAN DI PERBANKAN NOVIATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI SISTEM PEMBIAYAAN DI PERBANKAN NOVIATI"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI

SISTEM PEMBIAYAAN DI PERBANKAN

NOVIATI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2005

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul “METODE PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI SISTEM PEMBIAYAAN DI PERBANKAN” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi telah dinyatakan secara jelas dan diperiksa kebenarannya.

Bogor, Oktober 2005

Noviati NIM. G151024114

(3)

ABSTRAK

NOVIATI. Metode Percobaan Ekonomi Untuk Mengkaji Sistem

Pembiayaan Di Perbankan. Dibimbing oleh BAMBANG JUANDA dan TJUK EKO HARIBASUKI.

Munculnya teori Induced Value yang memungkinkan untuk mengontrol karakteristik pelaku ekonomi sehingga syarat suatu percobaan yaitu mengontrol lingkungan dapat dipenuhi. Dengan percobaan ekonomi, perbedaan respons jelas dan benar-benar akibat pengaruh perlakuan yang diberikan, suatu hal yang sulit ditemui pada penelitian dengan metode survei karena adanya pengaruh lingkungan atau obyek pengamatan.

Masalah pokok dalam dunia usaha adalah kebutuhan modal yang dapat diperoleh salah satunya melalui perbankan. Sistem perbankan di Indonesia adalah sistem perbankan syariah dan sistem perbankan konvensional. Perangkat yang digunakan sebagai imbalan atas jasa produk yang ditawarkan pada perbankan konvensional menggunakan sistem bunga (interest) dan pada perbankan syariah adalah prinsip bagi hasil dan prinsip jual beli.

Penelitian ini bertujuan menerapkan metode percobaan ekonomi dalam melihat pengaruh sistem pembiayaan di perbankan dan risiko usaha terhadap besar pinjaman, keuntungan bank, keuntungan debitur dan ketertarikan debitur dalam memilih sistem pembiayaan.

Hasil percobaan ekonomi dengan menggunakan rancangan Faktorial Acak Kelompok Lengkap (RAKL) menunjukkan sistem pembiayaan dan risiko usaha berpengaruh pada besar pembiayaan dan keuntungan bank. Dari jumlah debitur memilih suatu sistem pembiayaan masih banyak yang memilih sistem bunga, namun demikian dari sisi keputusan mengambil besarnya pinjaman lebih mengarah ke sistem bagi hasil.

(4)

METODE PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI

SISTEM PEMBIAYAAN DI PERBANKAN

NOVIATI

Tesis

sebagai salah satu syarat menyelesaikan gelar Magister Sains pada

Program Studi Statistika

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2005

(5)

Judul Tesis : Metode Percobaan Ekonomi Untuk Mengkaji Sistem Pembiayaan di Perbankan

Nama : Noviati NIM : G.151024114 Program Studi : Statistika

Disetujui : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S Dr. Ir. Tjuk Eko Haribasuki, M.St Ketua Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi Statistik a Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Budi Susetyo, M.S Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Pebruari 2005 ini adalah penerapan metode percobaan ekonomi dengan judul Metode Percobaan Ekonomi Untuk Mengkaji Sistem Pembiayaan di Perbankan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Bambang Juanda, MS dan Dr. Ir. Tjuk Eko Haribasuki, M.St. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan kepada penulis. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Wandi dari Bank Syariah Mandiri (BSM) Pusat yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi mengenai perbankan syariah, semua pihak di Pusat Data dan Informasi Pertanian yang telah membantu baik materi maupun moril selama penulis studi di Bogor. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pengajar dan staf jurusan statistika, rekan-rekan mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Statistika khususnya kelas khusus Deptan yang terus memberi support, mahasiswa S1 Statistika angkatan 39 yang ikut membantu penulis selama melakukan penelitian, mbak Utami yang dengan sabar selalu membantu penulis baik arahan, motivasi maupun hal lainnya. Tak lupa ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang tua, suami dan anak-anak tercinta Didit dan Wiwid, atas do’a, kasih sayang dan segala dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Oktober 2005

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 4 Nopember 1961, sebagai anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Supeno dan Ibu Sutarti. Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, lulus pada tahun 1986. Pada tahun 2002, penulis diterima di Program Studi Statistika pada Sekolah Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian.

Penulis bekerja di Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian sejak tahun 1992 hingga sekarang.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pembiayaan di Perbankan ... 4

Prinsip Dasar dan Klasifikasi Percobaan ... 7

Percobaan Ekonomi ... 11

BAHAN DAN METODE Bahan ... 14

Metode ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Pertimbangan Keputusan dan Asumsi Model ... 20

Tingkat Inflasi dan Pendapatan Usaha ... 21

Analisis Ragam Percobaan A... 22

Analisis Ragam Percobaan B ... 26

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 38

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Analisis ragam untuk rancangan faktorial dalam waktu RAL ... 10

2 Kisaran tingkat inflasi dan pendapatan usaha ... 16

3 Tingkat inflasi dan pendapatan usaha tiap periode ... 21

4 Hasil analisis ragam berbagai respon pada percobaan A ... 22

5 Statistik deskriptif besar pinjaman pada percobaan A ... 23

6 Statistik deskriptif keuntungan bank pada percobaan A ... 25

7 Statistik deskriptif keuntungan debitur pada percobaan A... 26

8 Hasil analisis ragam berbagai respon pada percobaan B ... 27

9 Statistik deskriptif besar pinjaman pada percobaan B ... 28

10 Statistik deskriptif keuntungan bank pada percobaan B ... 29

11 Statistik deskriptif keuntungan debitur pada percobaan B... 30

12 Statistik deskriptif jumlah debitur bertransaksi pada percobaan B ... 32

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Diagram Rancangan Percobaan A... 14

2 Diagram Rancangan Percobaan B... 14

3 Rata-rata besar pinjaman pada percobaan A ... 24

4 Rata-rata keuntungan bank pada percobaan A ... 25

5 Rata-rata keuntungan debitur pada percobaan A ... 26

6 Median besar pinjaman pada percobaan B ... 29

7 Rata-rata keuntungan bank pada percobaan B ... 30

8 Rata-rata keuntungan debitur pada percobaan B... 31

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Instruksi percobaan sistem bagi hasil... 39

2 Instruksi percobaan sistem jual beli ... 40

3 Instruksi percobaan sistem bunga ... 41

4 Instruksi percobaan gabung... 42

5 Lembar keputusan debitur... 44

6 Pengujian asumsi percobaan A ... 46

7 Pengujian asumsi percobaan B... 47

8 Sebaran peluang acak tingkat inflasi dan aktual pendapatan usaha ... 48

9 Uji lanjut percobaan A ... 49

10 Uji lanjut percobaan B... 50

11 Deskriptif berdasar periode ... 51

(12)

PENDAHULUAN

Metode percobaan dalam ilmu ekonomi adalah salah satu cara yang baik untuk membangkitkan data dengan kemungkinan biaya yang lebih kecil, dan kualitasnya dapat lebih baik dari pada data yang tersedia di publikasi. Paling tidak metode percobaan memberikan alternatif untuk mendapatkan data dengan tujuan ilmiah. Data hasil percobaan juga relatif mudah untuk diinterpretasikan dalam menyimpulkan hubungan sebab akibat (causality).

Kepercayaan yang berkembang di kalangan para ahli ekonomi sebelum pertengahan abad 20 adalah bahwa ilmu ekonomi tidak dapat menguji teorinya dengan melakukan percobaan di laboratorium (David & Holt 1993). Persepsi ini muncul karena para ahli ekonomi beranggapan bahwa karakteristik yang dimiliki pelaku ekonomi sangat beragam dan sulit untuk dikontrol sehingga sulit pula untuk mengambil kesimpulan hubungan sebab akibat kerena adanya confounding variables (Juanda B, 2000). Namun seiring dengan dikembangkannya metode percobaan ekonomi, muncul teori Induced Value yang memungkinkan untuk mengontrol karakteristik-karakteristik tersebut dan tercipta kondisi yang mudah dipenuhi dalam melakukan percobaan sehingga anggapan awal tidak berlaku lagi.

Suatu penelitian (tesis) mengenai persepsi terhadap bank islam di kabupaten Bogor dengan metode survei oleh M.Khalid (2002), salah satu hasil kesimpulan menunjukkan bahwa persepsi responden nasabah bank syariah terhadap konsep, prosedur dan pelayanan bank menyatakan 50.8% pada kategori sedang dan responden non nasabah menyatakan 80.6% pada kategori jelek. Hasil penelitian mengenai konsep dan prosedur (sistem) ini perlu kajian lebih dalam karena keragaman responden, lokasi bank dan keberadaan bank sangat berinteraksi dengan persepsi masyarakat. Untuk mengurangi bias pada kasus ini bisa digunakan metode percobaan ekonomi dengan mengontrol pengaruh lingkungan sehingga respons yang diperoleh benar-benar akibat perbedaan perlakuan yang diberikan.

Masalah pokok dan paling sering dihadapi dalam dunia usaha adalah kebutuhan dana (modal) untuk membiayai usahanya. Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dan memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan

(13)

dana atau pembiayaan disebut sebagai lembaga keuangan. Dalam praktek lembaga keuangan ini dikelompokkan ke dalam 2 golongan besar yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya (lembaga pembiayaan). Bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa pinjaman atau kredit (menyalurkan dana) juga menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Sementara lembaga keuangan lainnya atau lembaga pembiayaan lebih terfokus kepada penyaluran dana atau menghimpun dana (Kasmir, 2002).

Perbankan di Indonesia mengenal dua sistem yaitu sistem syariah dan sistem konvensional. Bank syariah muncul pertama kali pada tahun 1992 dengan berdirinya Bank Muamalat. Perkembangan bank syariah lima tahun terakhir cukup pesat yang ditandai dengan munculnya bank-bank umum syariah yang baru dan unit usaha syariah di perbankan konvensional. Pesatnya perkembangan ini dipicu oleh UU No 10, tahun 1998 yang merinci mengenai landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.

Produk-produk pembiayaan yang ditawarkan bank syariah sudah tentu sangat islami, termasuk dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Hal ini dikarenakan syariat islam yang mendasarinya. Perbedaan lainnya antara kredit pada bank konvensional dan pembiayaan pada bank syariah adalah pada cara mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Pada bank konvensional keuntungan yang diperoleh memakai perangkat bunga sedangkan pada bank syariah berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli atau sewa.

Munculnya sistem syariah merupakan alternatif pilihan jasa pembiayaan di perbankan. Usaha agribisnis juga tidak luput dari kebutuhan modal dan mulai melirik pembiayaan dengan sistem syariah. Bahkan pemerintah menunjukkan keseriusan penggunaan pembiayaan syariah untuk usaha agribis dengan berupaya menganggarkan dana penjaminan. Pada tahun 2005 program penjaminan masih dalam bentuk uji coba dan tahun 2006 akan dialokasikan untuk usaha pertanian di sentra produksi khususnya pangan dan ternak (Deptan, 2005).

Kegiatan alokasi dana bank yang terpenting adalah alokasi dalam bentuk pinjaman atau dikenal dengan kredit pada perbankan konvensional dan pembiayaan pada perbankan syariah. Penyaluran pembiayaan atau kredit ini

(14)

mendominasi pengalokasian dana bank yang mencapai 70-80 % dari volume usaha bank (Rifai, 2002). Sementara kondisi pembiayaan pada perbankan syariah sebagian besar disalurkan dengan menggunakan pembiayaan murabahah atau prinsip jual beli (71.2%), diikuti kemudian dengan prinsip bagi hasil yaitu pada pembiayaan musyarakah sebesar 5.3% dan pembiayaan mudharabah sebesar 15.1% (Ditjen. BSP, 2004).

Dari kenyataan bahwa pembiayaan di perbankan syariah lebih banyak menggunakan prinsip jual beli dan prinsip bagi hasil, sedangkan sistem bunga digunakan di perbankan konvensional maka suatu hal yang menarik untuk dikaji adalah kinerja dari masing-masing sistem pembiayaan tersebut. Mana yang lebih menguntungkan dari beberapa sistem tersebut.

Untuk mengetahui kinerja dari sistem tersebut salah satunya bisa menggunakan metode dengan mengontrol obyek-obyek pengamatan. Metode yang dimaksud adalah percobaan ekonomi sehingga hasil atau respons yang diperoleh jelas dan benar-benar karena perbedaan perlakuan yang diberikan bukan akibat perbedaan obyek pengamatan atau pengaruh lingkungan.

Tujuan penelitian ini adalah penerapan percobaan ekonomi untuk melihat pengaruh sistem pembiayaan terhadap besar pinjaman atau kredit yang diambil nasabah (debitur), keuntungan yang diperoleh bank maupun debitur, dan kecenderungan nasabah memilih sistem pembiayaan.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pembiayaan di Perbankan

Salah satu peran perbankan adalah mengalokasikan dana dalam bentuk pinjaman atau kredit. Alokasi dana ini sering disebut sebagai pembiayaan pada perbankan syariah dan kredit pada perbankan konvensional. Sistem yang digunakan pada kedua perbankan tersebut berbeda. Sebelumnya akan diuraikan beberapa istilah perbankan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Pembiayaan, merupakan pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit atau membutuhkan dana. Istilah ini digunakan dalam perbankan syariah

b. Kredit, merupakan fasilitas perbankan konvensional untuk peminjaman dana kepada pihak/masyarakat yang membutuhkan biaya

c. Debitur, merupakan nasabah yang mendapatkan fasilitas pinjaman dari bank dengan bunga atau margin atau bagi hasil kepada bank sebagai kompensasinya d. Nisbah bagi hasil, merupakan cerminan imbalan yang berhak diterima oleh

kedua pihak yang bermudharabah/musyarakah yaitu nasabah (pengelola usaha) dan bank (pemodal).

e. Netto Present Value (NPV), merupakan riil return (pendapatan) yang diterima dalam melakukan usaha/investasi

Menurut Antonio (2002), pembiayaan syariah banyak jenisnya dan berdasarkan tujuan penggunaannya dibedakan menjadi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, prinsip jual beli dan prinsip sewa. Selama ini masyarakat beranggapan bahwa bank syariah adalah bank dengan sistem bagi hasil dalam memberi imbalan jasa produknya. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena ada produk lain seperti prinsip jual beli atau sewa yang tidak menggunakan sistem bagi hasil. Sementara itu pada transaksinya dibedakan menjadi usaha yang berbasis natural certainty contract (NCC), yaitu akad bisnis yang memiliki kepastian keuntungan dan pendapatan (return), dan usaha berbasis natural uncertainty contracts (NUC), yaitu akad bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing).

(16)

Prinsip bagi hasil umumnya digunakan untuk pembiayaan modal kerja dengan basis usaha natural uncertainty contract (NUC). Pada prinsip bagi hasil ini terdapat 4 jenis akad utama yaitu musyarakah, mudharabah, muzara’ah dan musaqah. Namun demikian, prinsip yang paling banyak digunakan adalah musyarakah dan mudharabah, sedangkan muzara’ah dan musaqah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank Islam. Perbedaan essensial dari kedua jenis akad yang paling banyak digunakan tersebut, terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan atau keuangan yang diberikan. Pada musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih (bank dan debitur), sedangkan pada mudharabah modal hanya berasal dari satu pihak (bank). Sementara dalam pembagian hasil, untung atau rugi dibagi bersama sehingga terasa ada keadilan dalam menghadapi resiko usaha. Bila terjadi keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian pada musyarakah berdasarkan kontribusi penyertaan modal dan pada mudharabah ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal (bank) dengan catatan usaha yang dijalankan rugi bukan dikarenakan kesengajaan (Karim A, 2001).

Penentuan nisbah bagi hasil dapat dilakukan dengan dua cara atau pendekatan, yaitu berdasarkan keuntungan usaha/proyek (profit sharing) dan berdasarkan pendapatan usaha/proyek (revenue sharing). Nisbah ini harus dinyatakan dalam bentuk prosentase. Perhitungannya dilakukan dengan mempertimbangkan : (1) referensi tingkat (margin) keuntungan yang ditetapkan atau diinginkan oleh bank, dan (2) perkiraan tingkat keuntungan usaha/proyek yang dibiayai yang dihitung dengan mempertimbangkan perkiraan penjualan, biaya langsung dan tidak langsung.

Tahapan perhitungan nisbah dan besarnya bagi hasil dapat digambarkan dengan hubungan antara actual return bank dengan nisbah seperti berikut ini : Tahap 1.

• Bank menentukan margin keuntungan yang diinginkan • Bank menghitung nisbah bagi hasil dengan rumus :

Nisbah bank = margin diinginkan bank x 100% expected return bisnis yang dibiayai

(17)

Tahap 2.

• Bank menghitung actual return dengan rumus :

Actual return bank = nisbah bank x actual return usaha

• Pengembalian ke bank = jumlah pinjaman + bagi hasil untuk bank

Dalam percobaan ini besarnya margin yang diinginkan bank sebesar 13.5% pertahun, dan diasumsikan total cost lebih dari Rp 7000,- yang berarti debitur dapat melakukan usaha bila modalnya lebih dari Rp 7000,- (TC > Rp 7000,-).

Prinsip jual beli merupakan prinsip yang ditujukan untuk memiliki barang. Tingkat keuntungan bank (margin) ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Harga jual yang dicantumkan dalam akad dan telah disepakati tersebut tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Produk pembiayaan yang termasuk dalam kelompok ini dan telah banyak dikembangkan dalam pembiayaan modal kerja dan investasi adalah murabahah, salam dan istishna’ dengan basis usaha natural certainty contract (NCC). Produk murabahah merupakan produk yang paling popular digunakan oleh perbankan syariah.. Perbedaan antara murabahah, salam dan istishna’ terletak pada cara penyerahan barang dan pembayaran. Pada murabahah saat transaksi barang sudah ada, dan pembayaran dilakukan secara cicilan. Pada salam saat transaksi barang belum ada dan akan diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayaran dilakukan tunai di depan. Sementara pada ishtina’ seperti pada salam, namun pembayaran dilakukan per-termin.

Perhitungan pengembalian ke bank pada sistem jual beli tergantung dari margin keuntungan yang diinginkan oleh bank dan besarnya pembiayaan. Bank dapat melakukan prediksi keuntungan aktual yang akan dicapai :

• Keuntungan aktual = margin diinginkan bank (%) x jumlah pembiayaan • Pengembalian ke bank = jumlah pembiayaan (pinjaman) + keuntungan aktual

Sekilas perhitungan pembiayaan ini sama dengan sistem perhitungan di bank konvensional, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan prinsip, antara lain : 1. Proses yang terjadi adalah proses jual beli sebagaimana sering terjadi di sektor

riil. Proses terpenting yang terjadi adalah adanya perpindahan kepemilikan yang jelas

(18)

2. Angsuran tidak berubah meskipun terjadi perubahan suku bunga perbankan. Hal ini sangat berbeda dengan perbankan konvensional yang tingkat suku bunganya sangat fluktuatif mengikuti tingkat suku bunga pasar.

Seperti pada prinsip bagi hasil, dalam percobaan ini besarnya margin yang diinginkan bank adalah 13.5% pertahun dan diasumsikan total cost lebih dari Rp 7000,-. Artinya debitur bisa menjalankan usaha bila modalnya lebih dari Rp 7000,- (TC > Rp 7000,-).

Di perbankan konvensional, semua bentuk kredit menggunakan sistem bunga (interest) dalam memperhitungkan imbalan atau kompensasi atas produk perbankan yang diberikan. Sistem ini sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat karena bank konvensional lebih awal keberadaannya di masyarakat. Bunga kredit bervariasi antar bank, bergantung pada kebijakan manajemen. Perhitungan pengembalian bunga oleh debitur yang menggunakan jasa bank konvensional dalam membiayai usahanya mencerminkan keuntungan aktual bank. Adapun perhitungan keuntungan bank dan pengembalian ke bank oleh debitur seperti berikut ini :

• Keuntungan bank = bunga bank (%) x jumlah pinjaman ke bank • Pengembalian ke bank = jumlah pinjaman + keuntungan bank

Besarnya bunga bank dalam percobaan ini adalah 12.75% pertahun, juga diasumsikan total cost lebih dari Rp 7000,- yang berarti debitur dapat melakukan usaha bila modalnya lebih dari Rp 7000,- (TC > Rp 7000,-).

Prinsip Dasar dan Klasifikasi Percobaan

Percobaan merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data dalam penelitian. Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode observasi langsung dan survei, diantaranya adalah :

1. Peneliti mempunyai keleluasaan untuk melakukan pengawasan terhadap lingkungan dan sumber-sumber keragaman data.

2. Jenis perlakuan dapat disesuaikan dengan keinginan peneliti untuk mendapatkan respon yang akan diamati.

3. Telaahnya bersifat analitik, bertujuan untuk menjelaskan sebab akibat faktor. Data percobaan yang dianalisis statistika dikatakan sah atau valid bila dalam percobaan tersebut memenuhi tiga prinsip dasar yaitu harus ada

(19)

pengulangan, pengacakan dan pengendalian lingkungan. Pengulangan bertujuan untuk menduga ragam galat percobaan, galat baku dari rataan perlakuan, meningkatkan ketepatan percobaan dan memperluas presisi kesimpulan. Pengacakan memberi peluang yang sama pada setiap unit

percobaan yang diberi perlakuan tertentu. Sedangkan pengendalian lingkungan dimaksudkan untuk mengendalikan keragaman yang muncul akibat

keheterogenan kondisi lingkungan (Mattjik AA dan Sumertajaya IM, 2002). Dalam suatu rancangan percobaan antara rancangan perlakuan, rancangan lingkungan dan rancangan pengukuran harus merupakan satu kesatuan.

Rancangan perlakuan berkaitan dengan bagaimana perlakuan-perlakuan dibentuk. Rancangan lingkungan berkaitan dengan bagaimana perlakuan ditempatkan, dapat diacak secara langsung terhadap seluruh unit percobaan atau dapat diacak pada setiap blok percobaan. Sementara rancangan

pengukuran berkaitan dengan bagaimana respons percobaan diambil dari unit-unit percobaan yang diteliti. Menurut Mattjik AA dan Sumertajaya IM (2002), secara garis besar rancangan percobaan dapat diklasifikasikan :

1. Rancangan perlakuan, terdiri atas : (a) satu faktor; (b) dua faktor : faktorial (bersilang atau tersarang), split plot, split blok; (c) tiga faktor : faktorial (berulang, tersarang, campuran), spli-split plot, split-split blok

2. Rancangan lingkungan, terdiri atas : (a) rancangan acak lengkap (RAL); (b) rancangan acak kelompok lengkap (RAKL); (c) rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dan (d) rancangan Lattice

Penamaan suatu rancangan merupakan kombinasi dari rancangan perlakuan dan rancangan lingkungan yang digunakan.

Bila suatu percobaan dengan dua faktor atau perlakuan diaplikasikan dalam unit-unit percobaan secara berkelompok, maka rancangannya sering disebut sebagai rancangan faktorial RAKL. Rancangan acak kelompok lengkap sangat baik digunakan jika keheterogenan unit percobaan berasal dari satu sumber keragaman. RAKL juga cukup baik untuk mengatasi kesulitan dalam mempersiapkan unit percobaan homogen dalam jumlah besar. Pengacakan atau penempatan perlakuan dilakukan pada masing-masing kelompok (blok). Satu

(20)

hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kelompok yang dibentuk hendaknya tidak berinteraksi dengan perlakuan.. Model linier aditif dari rancangan ini adalah :

Y

ijk

= µ + α

i

+ β

j

+ (αβ)

ij

+ ρ

k

+ ε

ijk

dimana :

Yijk = nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan

kelompok ke-k.

µ, α

i,

β

j = merupakan komponen aditif dari rataan, pengaruh utama faktor

A

dan pengaruh faktor B

αβ

ij = merupakan komponen interaksi faktor A dan faktor B

ρ

k = merupakan pengaruh aditif kelompok dan diasumsikan tidak

berinteraksi dengan perlakuan.

ε

ijk = merupakan pengaruh acak yang menyebar normal (0, ó2).

Asumsi komponen acak dan model aditif yang perlu diperhatikan adalah : 0 ) ( ) ( ; 0 ; 0 1 1 1 1 = = = =

= = = = j j i ij j ij i i αβ αβ β α

Banyak percobaan yang dilakukan di lapangan maupun laboratorium, kadangkala pengukuran responsnya dilakukan berulang pada waktu yang berbeda-beda. Percobaan seperti ini diharapkan mampu melihat perkembangan atau pertumbuhan respons selama penelitian berjalan, sehingga pengaruh waktu akan sangat bermanfaat untuk dikaji disamping perlakuan yang diberikan. Percobaan seperti ini sering dinamai dengan rancangan dasar yang dipakai ditambah dalam waktu (in time), misalnya faktorial dalam waktu (factorial in time), split plot in time dan sebagainya. Model liniernya seperti

(21)

model linier dalam rancangan blok terbagi (split block). Sebagai contoh untuk rancangan faktorial A x B dalam waktu dengan rancangan lingkungan

rancangan acak lengkap (RAL) dapat dituliskan :

ijkl ijl jl il kl l ijk ij j i ijkl = µ+α +β +αβ +δ +ω +γ +αω +βω +αβω +ε Υ dimana : ijkl

Υ = nilai respons pada faktor A taraf i, faktor B taraf j, ulangan ke-k

dan waktu pengamatan ke-l

µ = rataan umum

i

α = pengaruh faktor A taraf ke-i

j

β = pengaruh faktor B taraf ke-j

ij

αβ = pengaruhinteraksi faktor A dengan faktor B

ijk

δ = komponen acak perlakuan

l

ω = pengaruh waktu pengamatan ke-l

kl

γ = komponen acak waktu pengamatan

il

αω = pengaruh interaksi waktu dengan faktor A

jl

βω = pengaruh interaksi waktu dengan faktor B

ijl

αβω = pengaruh interaksi faktor A, faktor B dengan waktu

ijkl

ε = komponen acak dari interaksi waktu dengan perlakuan

Tabel analisis ragam untuk model tersebut seperti tercantum pada Tabel 1, dimana sebagai faktor A terdiri dari a taraf, faktor B terdiri dari b taraf, setiap perlakuan diulang sebanyak r kali serta pengamatan dilakukan sebanyak c kali.

(22)

Sumber Keragaman db Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F-hitung

Faktor A a-1 JKA KTA KTA/KTG (a)

Faktor B b-1 JKB KTB KTB/KTG (a)

Interaksi A*B (a-1)(b-1) JKAB KTAB KTAB/KTG(a)

Galat (a) ab(r-1) JKG (a) KTG (a)

Waktu W c-1 JKC KTC KTC/KTG(b)

Galat (b) c(r-1) JKG (b) KTG

(b)

Interaksi A*W (a-1)(c-1) JKAC KTAC KTAC/KTG(c)

Interaksi B*W (b-1)(c-1) JKBC KTBC KTBC/KTG(c)

Interaksi A*B*W

(a-1)(b-1)(c-1) JKABC KTABC KTABC/KTG(c)

Galat (c)

(abc-ab-c)(r-1) JKG (r) KTG (c)

Total abcr-1 JKT

Percobaan Ekonomi

Pada percobaan ekonomi, pengendalian lingkungan sulit dilakukan karena pelaku ekonomi yang sangat beragam dan sulit dikontrol. Tetapi dengan munculnya teori Induce Value telah dimungkinkan untuk mengontrol karakteristik pelaku ekonomi tersebut. Namun demikian perlu diperhatikan penentuan asal kelompok pelaku atau peserta percobaan serta penyusunan instruksi percobaan yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

(23)

Induced Value Theory dikembangkan oleh Smith (1976) dalam Davis dan Holt (1993). Dasar pemikiran teori ini adalah pemberian imbalan (reward) yang tepat yang memungkinkan peneliti untuk memunculkan (induced) karakteristik pelaku ekonomi dan karakteristik bawaan menjadi tidak berpengaruh lagi. Apabila karakteristik dasar pelaku ekonomi telah sama (homogen) maka peneliti dapat melakukan percobaan ekonomi. Dalam memunculkan karakteristik dasar subyek (unit experiment), ada tiga kondisi yang diperlukan dalam percobaan yaitu :

1. Monotocity. Subyek atau pelaku percobaan harus dapat dipengaruhi agar menyukai imbalan yang terbesar dan tidak merasa puas akan imbalan yang mereka peroleh, kondisi ini mudah dipenuhi dengan cara pemberian imbalan dengan uang domestik

2. Salience. Imbalan yang diterima pelaku percobaan tergantung dari tindakan mereka (dan pelaku lainnya) yang sesuai dengan peraturan yang ada dalam percobaan, sehingga ada hubungan antara tindakan dan imbalan yang akan berimplementasi kepada tujuan dan hubungan antar subyek penelitian

3. Dominance. Adanya dominasi kepentingan subyek penelitian dalam percobaan yaitu lebih mengutamakan imbalan dan mengabaikan hal-hal lain.

Menurut Friedman dan Sunder (1994), percobaan ekonomi harus dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol. Lingkungan ekonomi itu sendiri adalah lingkungan yang terdiri dari individu atau pelaku ekonomi dan aturan yang berlaku dalam suatu institusi sebagai tempat bertransaksinya para pelaku ekonomi tersebut. Disini pelaku ekonomi bisa sebagai pembeli (debitur) dan penjual (jasa pembiayaan), sedangkan institusi bisa sebagai bank. Pada umumnya kelompok yang terpilih menjadi subyek penelitian atau pelaku percobaan di bidang ekonomi berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Alasan digunakannya pelaku percobaan ekonomi dari kalangan pelajar atau mahasiswa adalah :

a. Pelajar atau mahasiswa dinilai paling siap masuk dalam kelompok eksperimen b. Berasal dari kampus tempat munculnya peneliti

c. Biaya imbalan relatif murah

Instruksi percobaan berisi deskripsi tentang tujuan penelitian, ketentuan percobaan, pilihan tindakan yang harus dilakukan subyek penelitian dan yang

(24)

terpenting adalah aturan pemberian imbalan (reward) kepada subyek sesuai tindakan yang mereka lakukan (Friedman & Sunder 1994). Instruksi percobaan ini diberikan kepada subyek peneliti pada saat percobaan akan dilaksanakan sehingga subyek memahami prosedur dan aturan yang berlaku. Instruksi dapat dilengkapi dengan contoh ilustrasi sederhana untuk lebih memperjelas permasalahan. Isi instruksi dibuat sedemikian rupa sehingga mendekati kondisi realitas di lapangan. Berdasarkan referensi dari beberapa nara sumber, jumlah pinjaman maksimum yang dibolehkan adalah sekitar 70% - 80% dari nilai asset usaha atau nilai proyek yang akan dibiayai. Asset usaha bisa dalam bentuk mesin atau uang tunai. Informasi ini menjadi dasar dalam pemberian modal awal kepada pelaku percobaan ekonomi. Disamping itu kondisi suku bunga di perbankan konvensional dan margin bank di perbankan syariah yang berlaku pada saat penelitian juga menjadi dasar dalam merancang simulasi percobaan ekonomi. Imbalan yang diberikan pada akhir percobaan merupakan nilai riilnya (pendekatan net present value), sebagaimana realitas dalam suatu usaha dalam menghitung penerimaan.

Risiko adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian atau suatu keadaaan yang tidak pasti. Suatu keputusan dikatakan dalam keadaan ada risiko apabila hasil keputusan tersebut tidak dapat diketahui sebelumnya dengan pasti, tetapi tahu probablitasnya (nilai kemungkinannya). Ketidakpastian (uncertainty) tersebut dapat diukur dengan probabilitas (Supranto J, 2004). Dalam setiap jenis usaha pasti memiliki risiko dan tidak mudah dalam mengukurnya. Walaupun demikian, pengukuran tersebut harus tetap dilakukan agar dapat dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat perolehan atau pendapatan. Umumnya semakin besar kisaran ketidakpastian dikatakan semakin tinggi risikonya (high risk) dan sebaliknya. Pada percobaan ini risiko usaha dibedakan dalam risiko tinggi (high risk) dan risiko rendah (low risk). Risiko juga mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang. Menurut Supranto J (2004), pada dasarnya manusia bisa dibedakan menjadi 3 kelompok dalam menanggapi risiko yaitu :

1. Kelompok yang berani mengambil risiko disebut pengambil atau pencari risiko (risk seeker)

(25)

3. Kelompok yang senang menghindar dari risiko (risk avoider/risk averter). Meskipun risiko bagi setiap orang memiliki arti yang berbeda, namun terdapat hal-hal umum yang bisa diterima oleh sebagian besar orang, yaitu antara lain : orang umumnya akan menghindari risiko atau berusaha memperkecilnya, perolehan return atau pendapatan yang diterima akan bervariasi sesuai dengan risiko, semakin tinggi risiko diharapkan semakin tinggi pula tingkat perolehan atau pendapatannya.

(26)

BAHAN DAN METODE

Bahan

Bahan atau data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer hasil percobaan ekonomi yang dilakukan pada tanggal 23 Juni 2005 dengan melibatkan subyek penelitian yaitu mahasiswa Departemen Statistika FMIPA IPB angkatan 39. Percobaan ekonomi terdiri dari 2 percobaan yaitu :

A. Percobaan ekonomi dengan 6 perlakuan yang melibatkan 36 orang pelaku percobaan sebagai nasabah (debitur), dengan jumlah peserta yang sama untuk setiap perlakuan (6 orang). Diagram rancangan percobaan adalah :

SISTEM PEMBIAYAAN

Prinsip Bagi Hasil Prinsip Jual Beli Sistem Bunga

Low Risk High Risk Low Risk High Risk Low Risk High Risk

Gambar 1 Diagram Rancangan Percobaan A

Pada percobaan A ini menggambarkan realitas dalam suatu wilayah yang tidak ada pilihan sistem pembiayaan yang lain, misalnya hanya ada bank syariah saja atau hanya bank konvensional saja. Pada prinsip bank syariah yang lebih dari satu untuk melihat kecenderungan keputusan debitur mengambil besar pembiayaan.

B. Percobaan ekonomi dengan memberi kebebasan pelaku percobaan memilih jenis transaksi pembiayaan atau kredit. Diagram rancangan percobaan adalah :

SISTEM PEMBIAYAAN

Low Risk High Risk

Prinsip Prinsip Sistem Prinsip Prinsip Sistem

Bagi Jual Bunga Bagi Jual Bunga

Hasil Beli Hasil Beli

(27)

Percobaan ini melibatkan 36 orang pelaku percobaan sebagai nasabah (debitur), dengan jumlah peserta yang sama untuk setiap perlakuan (18 orang). Dalam percobaan B ini menggambarkan realitas dalam suatu wilayah ada beberapa pilihan sistem pembiayaan yang ditawarkan.

Metode

Rancangan untuk percobaan dimana nasabah peminjam dana (debitur) dimodelkan dengan rancangan faktorial RAKL. Model analisis yang digunakan sebagai berikut :

Y

ijk

= µ + α

i

+ β

j

+ (αβ)

ij

+ ρ

k

+ ε

ijk

Dimana :

Yijk = respons sistem pembiayaan ke-i dengan risiko sebesar-j pada periode-k

µ = rataan umum

αi = pengaruh sistem pembiayaan ke-i

βj = pengaruh risiko ke-j

ρk = pengaruh periode ke-k

(αβ)ij = pengaruh interaksi sistem pembiayaan ke-i dengan risiko ke-j

εijk = galat percobaan untuk sistem pembiayaan ke-i dengan risiko ke- j

periode ke-k

Faktor-faktor yang akan dilihat pengaruhnya adalah :

1. Sistem pembiayaan, terdiri 3 taraf : sistem bagi hasil, jual beli dan bunga 2. Resiko usaha, terdiri 2 taraf : risiko usaha tinggi (high risk) dan risiko usaha

rendah (low risk)

Respons yang diamati dalam penelitian adalah : • Jumlah nasabah (debitur) yang bertransaksi • Besar pinjaman

• Keuntungan nasabah • Keuntungan bank

(28)

Pengacakan dilakukan pada perlakuan risiko usaha yang digambarkan dari aktual pendapatan usaha dan tingkat inflasi per-periode (tahun). Tingkat inflasi dan pendapatan usaha yang mungkin terjadi pada percobaan ekonomi ini adalah:

Tabel 2 Kisaran Tingkat Inflasi dan Pendapatan Usaha

Risiko Tingkat Inflasi Pendapatan Usaha

Low Risk 1.5% - 2.5% 110% - 118%

High Risk 2% - 5% 105% - 118%

Sebaran peluang dari kisaran tingkat inflasi dan pendapatan usaha tersebut dapat dilihat pada Lampiran 8.

Beberapa asumsi dan batasan masalah yang ada dalam percobaan ekonomi ini adalah :

1. Hanya membandingkan produk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dan prinsip jual beli di perbankan syariah serta sistem bunga pada kredit di perbankan konvensional

2. Modal perbankan pada setiap sistem pembiayaan tersebut diasumsikan sama 3. Jangka waktu pinjaman satu tahun

4. Faktor lain yang mempengaruhi ketiga sistem pembiayaan di perbankan tersebut diasumsikan homogen

Adapun hipotesis yang akan diuji dari percobaan di atas adalah sebagai berikut :

1. H0 : αi = 0 sistem pembiayaan tidak berpengaruh

terhadap

respons

H1 : min. ada satu i minimal ada satu sistem pembiayaan berpengaruh

dimana αi ≠ 0 terhadap respons yang diamati

2. H0 : βj = 0 risiko usaha tidak berpengaruh terhadap

respons

H1 : min. ada satu i minimal ada satu risiko usaha yang

berpengaruh

dimana βj ≠ 0 terhadap respons yang diamati

(29)

tidak berpengaruh terhadap respons

H1 : min. ada sepasang (i,j) minimal ada sepasang sistem pembiayaan dan

dimana (αβ)ij ≠ 0 risiko usaha berpengaruh terhadap respons

4. H0 : ρk = 0 periode tidak berpengaruh terhadap

respons

H1 : min. ada satu k minimal ada satu periode berpengaruh terhadap

dimana ρk ≠ 0 respons yang diamati

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Merancang prosedur atau instruksi percobaan ekonomi

2. Melakukan percobaan ekonomi

3. Hasil percobaan ekonomi ini selanjutnya dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA).

Prosedur memperoleh data melalui simulasi percobaan ekonomi pada 3 (tiga) sistem pembiayaan yang ada di perbankan seperti berikut ini :

a. Prosedur simulasi pembiayaan sistem Bagi Hasil

• Peserta terdiri dari 12 orang yang terbagi menjadi 6 orang sebagai debitur usaha risiko tinggi (high risk) dan 6 orang debitur usaha risiko rendah (low risk). Sebagai bank adalah peneliti atau yang membantu peneliti.

• Peserta duduk dalam suatu ruangan, dipersilakan membaca dan memahami instruksi percobaan yang diberikan, peneliti menjelaskan instruksi percobaan, hal-hal yang kurang dimengerti harus ditanyakan langsung kepada peneliti

• Masing-masing peserta percobaan diberi modal sebesar Rp 7000,-. Modal awal ini menggambarkan sebagian aset yang dipunyai

• Proses perbankan dimulai, bank dipersilakan membuka banknya selama 15 menit, peserta sebagai debitur dipersilakan bertransaksi pembiayaan dengan cara mengangkat tangan, jika lebih dari satu orang mengangkat tangan maka peneliti (yang membantu peneliti) menunjuknya

• Debitur dipersilakan meminjam uang yang digunakan untuk usaha (maksimum Rp 10000,-) dan harus mengembalikan uang tersebut beserta bagi hasil untuk bank berdasarkan perhitungan nisbah bagi hasil. jika usahanya gagal maka debitur akan mengembalikan pokoknya saja

(30)

• Setiap periode peserta diharuskan menunjukkan lembar keputusan kepada peneliti atau yang membantu peneliti untuk dicatat dan proses berlangsung selama 5 periode

• Peneliti menuliskan semua hasil yang diperoleh debitur dan diberikan pada akhir percobaan

b. Prosedur simulasi pembiayaan sistem

Jual Beli

• Peserta terdiri dari 12 orang yang terbagi menjadi 6 orang sebagai debitur usaha risiko tinggi (high risk), 6 orang debitur usaha risiko rendah (low risk) dan sebagai bank adalah peneliti atau yang membantu peneliti. • Peserta duduk di dalam suatu ruangan, dipersilakan membaca dan

memahami instruksi percobaan yang diberikan, peneliti menjelaskan instruksi percobaan, hal-hal yang kurang dimengerti harus ditanyakan langsung kepada peneliti

• Masing-masing peserta percobaan diberi modal sebesar Rp 7000,- . Modal awal ini menggambarkan sebagian aset yang dimilikinya

• Proses perbankan dimulai, bank dipersilakan membuka banknya selama 15 menit, peserta sebagai debitur dipersilakan bertransaksi pembiayaan dengan cara mengangkat tangan, jika lebih dari satu orang yang mengangkat tangan maka peneliti (yang membantu peneliti) menunjuknya • Debitur dipersilakan meminjam uang ke bank untuk usaha (maksimum Rp 10000,-) dan harus mengembalikan pinjaman tersebut beserta margin keuntungan bank 13.5% per tahun (periode)

• Setiap periode peserta diharuskan menunjukkan lembar keputusan kepada peneliti atau yang membantu peneliti untuk dicatat dan proses berlangsung selama 5 periode

• Peneliti menuliskan semua hasil yang diperoleh debitur dan diberikan pada akhir percobaan

c. Prosedur simulasi pembiayaan/kredit sistem Bunga

• Peserta terdiri dari 12 orang yang terbagi menjadi 6 orang sebagai debitur usaha risiko tinggi (high risk), 6 orang debitur usaha risiko rendah (low risk) dan sebagai bank adalah peneliti atau yang membantu peneliti.

(31)

• Peserta duduk di dalam suatu ruangan, dipersilakan membaca dan memahami instruksi percobaan yang diberikan, peneliti menjelaskan instruksi percobaan, hal-hal yang kurang dimengerti harus ditanyakan langsung kepada peneliti

• Masing-masing peserta percobaan diberi modal sebesar Rp 7000,-. Modal awal ini menggambarkan sebagian aset yang dipunyainya

• Proses perbankan dimulai, bank dipersilakan membuka banknya selama 15 menit, peserta sebagai debitur dipersilakan bertransaksi pembiayaan dengan cara mengangkat tangan, jika lebih dari satu orang yang mengangkat tangan maka peneliti (yang membantu peneliti) menunjuknya • Debitur dipersilakan untuk meminjam uang untuk usaha (maksimum Rp 10000,-) dan harus mengembalikan uang dipinjamnya beserta bunga bank 12.75% per tahun (periode)

• Setiap periode peserta diharuskan menunjukkan lembar keputusan kepada peneliti atau yang membantu peneliti untuk dicatat dan proses berlangsung selama 5 periode

• Peneliti menuliskan semua hasil yang diperoleh debitur dan diberikan pada akhir percobaan

Prosedur simulasi pada percobaan ekonomi dimana pelaku percobaan diberi kebebasan memilih sistem pembiayaan tidak berbeda dengan prosedur di atas, hanya penerapan gabung sistem pembiayaan dan ada kebebasan memilih sistem pembiayaan oleh debitur. Bentuk instruksi saat percobaan pada Lampiran 1-4.

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Pertimbangan Keputusan dan Asumsi Model

Evaluasi pertimbangan keputusan dilihat dari jawaban peserta mengenai motivasi mengikuti percobaan ekonomi (Lampiran 5). Evaluasi ini untuk mengetahui apakah kita dapat mengontrol lingkungan atau perilaku pelaku ekonomi dalam percobaan. Hasil evaluasi pertimbangan keputusan menunjukkan lebih dari 90% atau sebagian besar peserta percobaan A (97%) dan peserta percobaan B (92%) melakukan transaksi pembiayaan di perbankan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa teori Induced Value dapat dipenuhi, sehingga karakteristik atau perilaku peserta percobaan dapat dikontrol.

Analisis yang digunakan dalam percobaan ini adalah analisis ragam. Untuk itu perlu dilakukan pengujian asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam, karena tidak terpenuhinya asumsi akan berakibat kepada kesensitifan dalam pengujian (tingkat nyatanya maupun kepekaan uji F atau t). Hasil pemeriksaan asumsi pada percobaan A seperti kenormalan galat, kehomogenan ragam galat, keacakan galat dan keaditifan model terpenuhi. Demikian pula pada percobaan B, kecuali pada respons besar pinjaman (hasil pada Lampiran 6 dan 7).

Pada respons besar pinjaman percobaan B, dikarenakan begitu banyak transformasi yang dilakukan tidak juga menghasilkan terpenuhinya uji asumsi analisis ragam, maka khusus untuk respons ini digunakan metode non parametrik. Pada metode non parametrik ini tidak memperhatikan bentuk sebaran data dan asumsi analisis ragam lainnya. Dikarenakan rancangan percobaannya adalah RAK maka uji yang biasa digunakan adalah uji Friedman, suatu uji yang didasarkan atas data sebelumnya yang diberi peringkat (ranking) untuk respons perlakuan dalam setiap kelompok sehingga uji ini menentukan apakah jumlah peringkat dari setiap perlakuan berbeda secara nyata.

(33)

Tingkat Inflasi dan Pendapatan Usaha

Pada percobaan ini risiko usaha digambarkan dengan tingkat inflasi yang terjadi dan pendapatan usaha yang diperoleh debitur melalui pengacakan. Kisaran terjadinya tingkat inflasi usaha low risk adalah 1.5% - 2.5% dan usaha high risk 2% - 5%. Sedangkan kisaran pendapatan usaha low risk 110% - 118% dan pada usaha high risk 105% - 118%. Sebaran peluang kisaran tersebut pada Lampiran 8. Percobaan dilakukan tiap periode dan per periode yang dimaksud adalah tahun. Hasil pengacakan tingkat inflasi dan pendapatan usaha yang terjadi pada percobaan ekonomi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil percobaan A, rata-rata pendapatan usaha pada kondisi low risk adalah 114% dengan tingkat inflasi 2.2%, sementara rata-rata pendapatan usaha pada kondisi high risk adalah 115% dengan tingkat inflasi 3.7%. Perbedaan pendapatan usaha low risk dan high risk hanya 1% mengakibatkan faktor risiko usaha kurang terlihat pengaruhnya.

Tabel 3 Tingkat inflasi dan pendapatan usaha tiap periode

PERCOBAAN A

Low Risk High Risk

Periode Periode (%) 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata Tk.Inflasi 2.3 1.9 2.2 2.0 2.4 2.2 2.5 4.2 4.6 3.8 3.6 3.7 Pendapatan 113 117 111 115 116 114 115 113 115 118 116 115 PERCOBAAN B

Low Risk High Risk

Periode Periode (%) 1 2 3 4 5 Rata-rata 1 2 3 4 5 Rata-rata Tk.Inflasi 1.9 2.3 1.6 2 1.9 1.9 2.6 3.2 4.9 3.1 3.3 3.4 Pendapatan 111 115 112 117 118 115 106 115 117 115 107 112

Pada percobaan B rata-rata pendapatan usaha pada kondisi low risk adalah 115% dengan tingkat inflasi 1.9%, sedang rata-rata pendapatan pada usaha pada kondisi high risk adalah 112% dengan tingkat inflasi 3.4%. Perbedaan pendapatan 3% ini memberi gambaran lebih jelas akan pengaruh faktor risiko usaha dibandingkan pada percobaan A.

(34)

Analisis Ragam Percobaan A

Hasil analisis ragam percobaan A pada Tabel 4 menunjukkan bahwa secara umum sistem pembiayaan, periode berpengaruh secara nyata pada á = 10% serta ada interaksi. Koefisien keragaman (KK) berkisar 9-26%, artinya keragaman relatif terhadap besaran data sebesar 9-26%. Koefisien determinasi (R2)

menjelaskan besar keragaman Y yang dapat dijelaskan oleh model. Tabel 4 Hasil analisis ragam berbagai respon pada percobaan A

Percobaan A Sumber

DB JK KT F P Uji Lanjut 1)

Respon besar pinjaman (Y1)

Sistem pembiayaan 2 11895211 5947606 9.41 0.001 **) BH-HR A Risiko usaha 1 1243589 1243589 1.97 0.176 JB-HR A Periode 4 11145751 2786438 4.41 0.010 **) B-HR A Sistem*Risiko 2 4279753 2139876 3.39 0.054 *) BH-LR A Error 20 12638730 631936 JB-LR B Total 29 41203034 KK = 9.93% R2 = 0.6932 B-LR A

Respon keuntungan bank (Y2)

Sistem pembiayaan 2 5510888 2755444 8.60 0.002 **) BH-HR A Risiko usaha 1 643282 643282 2.01 0.172 JB-HR A Periode 4 6440816 1610204 5.03 0.006 **) B-HR A Sistem*Risiko 2 3179560 1589780 4.96 0.018 **) BH-LR A Error 20 6405916 320396 JB-LR B Total 29 22180461 KK = 9.13% R2 = 0.7112 B-LR A

Respon keuntungan debitur (Y3)

Sistem pembiayaan 2 25835 12918 0.21 0.813 4 A Risiko usaha 1 4663 4663 0.08 0.796 5 A B Periode 4 1264734 315933 5.12 0.005 **) 2 A B Sistem*Risiko 2 572 286 0.00 0.995 1 C B Error 20 123439360 61718 3 C Total 29 2529164 KK = 26.10% R2 = 0.5119 **) nyata pada á = 5% *) nyata pada á = 10% 1) = hasil rinci di Lampiran 8

BH = sistem bagi hasil LR = low risk JB = sistem jual beli HR = high risk

B = sistem bunga

Besar Pinjaman

Dari Tabel 4, sistem pembiayaan perbankan pada respons besar pinjaman (Y1) berbeda secara statistik pada á = 10%. Hal ini berarti sistem pembiayaan

(35)

Periode juga menunjukkan pengaruh nyata terhadap keputusan debitur dalam menentukan besarnya pinjaman, artinya periode membentuk kelompok atau blok sehingga keputusan yang dibuat antar periode ada yang berbeda. Meski risiko usaha tidak menunjukkan beda nyata, namun ada interaksi antara sistem pembiayaan dan risiko usaha. Hal ini menunjukkan antara sistem pembiayaan dan risiko usaha saling bergantung dalam mempengaruhi respons.

Kombinasi perlakuan yang berbeda nyata selanjutnya diuji lanjut dengan uji Duncan (rinci di Lampiran 9). Hasil uji pada interaksi memperlihatkan pengaruh sistem pembiayaan terhadap besar pinjaman yang diambil debitur, tergantung pada risiko usaha dan sebaliknya risiko bergantung pada sistem pembiayaan, dimana pada kondisi high risk tidak berbeda nyata diantara sistem pembiayaan yang diteliti (bagi hasil, jual beli dan bunga), tetapi pada kondisi low risk sistem jual beli berbeda nyata dengan sistem pembiayaan lain yang diteliti. Hal ini dikarenakan pada sistem jual beli margin bank cukup tinggi sehingga debitur kurang berani berspekulasi.

Secara deskriptif (Tabel 5 dan Gambar 3), pada sistem bagi hasil secara umum menunjukkan rata-rata besar pinjaman lebih tinggi dari sistem lainnya. Juga ada kecenderung besar pinjaman sistem bagi hasil lebih tinggi dari kondisi high risk. Pinjaman yang relatif tinggi pada sistem bagi hasil serta kecenderungan pada kondisi high risk, menunjukkan bahwa debitur lebih berani berspekulasi mengambil pinjaman dengan sistem bagi hasil. Hal ini karena pada sistem ini keuntungan dan kerugian usaha dibagi bersama antara debitur dan pihak bank.

Gambaran deskriptif faktor periode (Lampiran 11), meski berfluktuasi menunjukkan ada kecenderungan semakin berani berspekulasi dalam menentukan besar pinjaman. Kecenderungan tersebut relatif lebih konsisten pada sistem bagi hasil. Artinya sistem bagi hasil cenderung dipilih setelah dipahami debitur.

Tabel 5 Statistik deskriptif besar pinjaman pada percobaan A

Sistem Pembiayaan

Risiko Bagi Hasil Jual Beli Bunga

N 5 5 5 Mean 8500 6399 8517 Low Risk Std. Deviation 500.17 744.39 456.10 N 5 5 5 Mean 8583 7850 8204 High Risk Std. Deviation 666.50 1774.14 1158.45

(36)

Rata-rata Besar Pinjam an 0 2000 4000 6000 8000 10000 LR HR BH JB B

Gambar 3 Rata-rata besar pinjaman pada percobaan A

Keuntungan Bank

Respons keuntungan bank (Y2) pada percobaan A juga menunjukkan bahwa

sistem pembiayaan, periode berbeda secara statistik pada á = 10%, artinya sistem pembiayaan dan periode berpengaruh nyata terhadap keuntungan yang diterima bank. Meskipun risiko usaha menunjukkan tidak nyata pada á = 10% tetapi ada interaksi antara sistem pembiayaan dan risiko usaha.

Uji lanjut dengan Duncan (rinci di Lampiran 9) pada interaksi memperlihatkan bahwa pengaruh sistem pembiayaan terhadap keuntungan bank tergantung pada risiko usaha dan sebaliknya risiko usaha bergantung pada sistem pembiayaan, dimana pada kondisi high risk tidak berbeda nyata diantara sistem pembiayaan yang diteliti (bagi hasil, jual beli dan bunga), tetapi pada kondisi low risk sistem jual beli berbeda nyata dengan sistem lain yang diteliti dengan rata-rata keuntungan terendah. Hal ini tentu saja akibat darirata-rata-rata-rata besar pinjaman yang kecil pada sistem jual beli sehingga keuntungan yang diperoleh juga rendah. Tabel 6 dan Gambar 4 menggambarkan deskriptif respons keuntungan bank. Disini sistem bagi hasil memberi keuntungan bank lebih besar dibanding sistem lainnya. Hal ini dikarenakan pada sistem bagi hasil bila pendapatan usaha tinggi maka keuntungan yang diterima bank juga akan besar. Sementara pendapatan usaha pada percobaan dari hasil pengacakan rata-rata cukup tinggi sehingga keuntungan yang diterimapun juga tinggi.

(37)

Tabel 6 Statistik deskriptif keuntungan bank pada percobaan A

Sistem Pembiayaan

Risiko Bagi Hasil Jual Beli Bunga

N 5 5 5 Mean 6710 5077 6380 Low Risk Std. Deviation 523.07 594.94 351.26 N 5 5 5 Mean 6729 6266 6049 High Risk Std. Deviation 589.57 1185.78 840.87

Rata-rata Keuntungan Bank

0 2000 4000 6000 8000 10000 LR HR BH JB B

Gambar 4 Rata- keuntungan bank pada percobaan A

Keuntungan Debitur

Berbeda dengan respons keuntungan bank. Keuntungan debitur hasil percobaan A tidak dipengaruhi oleh perlakuan utama yaitu sistem pembiayaan dan risiko usaha tetapi hanya dipengaruhi oleh periode atau pengaruh pengelompokan. Hal ini menunjukkan keuntungan debitur lebih ditentukan dari besar pendapatan usaha dan tingkat inflasi periode ke periode. Uji lanjut menunjukkan bahwa periode yang berbeda adalah periode ke-3 dan periode ke-4.

Statistik deskriptif pada Tabel 7 dan Gambar 5, sistem yang memberi keuntungan yang besar pada debitur adalah sistem bunga baik pada kondisi high risk maupun low risk. Hal ini karena pada sistem bunga, besar bunga yang harus dibayarkan sudah pasti sehingga semakin tinggi pendapaan usaha maka semakin tinggi keuntungan yang diterima. Sementara pada sistem bagi hasil, semakin tinggi pendapatan yang diperoleh maka bagi hasil ke bank semakin tinggi pula sehingga keuntungan debitur berkurang.

(38)

Tabel 7 Statistik deskriptif keuntungan debitur pada percobaan A

Sistem Pembiayaan

Risiko Bagi Hasil Jual Beli Bunga

N 5 5 5 Mean 927 907 985 Low Risk Std. Deviation 352.03 326.05 381.20 N 5 5 5 Mean 948 944 1001 High Risk Std. Deviation 277.56 303.13 282.92

Rata-rata Keuntungan Debitur

0 2000 4000 LR HR BH JB B

Gambar 5 Rata-rata keuntungan debitur pada percobaan A

Jumlah Debitur Bertransaksi

Percobaan A, semua peserta yang berperan sebagai debitur mengikuti transaksi selama 5 periode. Hal ini menggambarkan sistem yang ada diikuti sepenuhnya oleh debitur karena usahanya membutuhkan tambahan dana.

Analisis Ragam Percobaan B

Pada percobaan B, debitur diberi kebebasan memilih sistem pembiayaan dalam meminjam dana atau transaksi pembiayaan. Dari percobaan ini diharapkan dapat diketahui kecenderungan nasabah memilih suatu sistem pembiayaan. Hasil analisis ragam percobaan B pada Tabel 8.

(39)

Tabel 8 Hasil analisis ragam berbagai respon pada percobaan B

Percobaan B Sumber

DB JK/Anova SS KT F P Uji lanjut 2)

Respon besar pinjaman (Y1)

Sistem pembiayaan 2 3.150000 1.575000 0.61 0.555 B-LR A Risiko usaha 1 4.033333 4.03333 1.55 0.227 BH-LR A Periode 4 0.000000 0.00000 0.00 1.000 JB-HR A Sistem*Risiko 2 25.81667 12.908333 4.96 0.018 **) BH-HR A Error 20 52.00000 2.600000 JB-LR A B Total 29 85.0000 KK = 46.07% R2 = 0.3892 B-HR B

Respon keuntungan bank (Y2)

Sistem pembiayaan 2 929051132 46452566 6.49 0.007 **) BH A Risiko usaha 1 48359064 48359064 6.76 0.017 **) B A Periode 4 16469584 4117396 0.58 0.684 JB B Sistem*Risiko 2 5221088 2610544 0.36 0.699 Error 20 143091965 7154598 LR A Total 29 306046830 KK = 51.85% R2 = 0.5325 HR B

Respon keuntungan debitur (Y3)

Sistem pembiayaan 2 2310971 115986 0.70 0.507 LR A Risiko usaha 1 2429915 2429915 14.72 0.004 **) HR B Periode 4 4846001 1211500 7.34 0.001 **) Sistem*Risiko 2 28428 14214 0.09 0.918 4 A Error 20 3301672 165084 2 A B Total 29 10837987 KK = 59.39%% R2 = 0.6954 5 A B 3 B 1 C

Respon jumlah debitur bertransaksi (Y4)

Sistem pembiayaan 2 355.4667 177.7333 18.81 <.001 **) B A Risiko usaha 1 0.13333 0.13333 0.01 0.907 BH B Periode 4 0.2000 0.0500 0.01 0.999 JB B Sistem*Risiko 2 33.0667 16.5333 1.75 0.199 Error 20 189 9.4500 Total 29 577.7667 KK = 51.81% R2 = 6729 **) nyata pada á = 5% *) nyata pada á = 10%

2) = hasil lengkap pada Lampiran 9

BH = sistem bagi hasil LR = low risk JB = sistem jual beli HR = high risk B = sistem bunga

Koefisien keragaman (KK) tiap respons tinggi yaitu sekitar 40-50%, mencerminkan besarnya persentase galat percobaan dari nilai tengah umum. Persentase keragaman yang besar ini dikarenakan adanya kebebasan memilih sistem pembiayaan oleh debitur sehingga pemilihan sistem masih berproses dan perlu waktu atau periode yang lebih panjang untuk mendapatkan nilai yang lebih stabil. Sementara koefisien determinasi (R2) menjelaskan besar keragaman Y yang

(40)

Besar Pinjaman

Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata dari perlakuan utama (sistem dan risiko), tetapi ada interaksi sistem pembiayaan dengan risiko usaha pada á = 10%. Hasil uji lanjut Friedman (rinci di Lampiran 10) pada interaksi menunjukkan bahwa pengaruh sistem pembiayaan terhadap besar pinjaman tergantung pada risiko usaha dan sebaliknya risiko usaha tergantung pada sistem pembiayaan. Pada kondisi low risk menunjukkan tidak berbeda nyata diantara sistem pembiayaan yang diteliti, sedang pada kondisi high risk sistem bunga berbeda nyata dengan sistem pembiayaan lain yang diteliti. Artinya sistem bunga pada kondisi high risk kurang diminati debitur.

Secara deskriptif (Tabel 9 dan Gambar 6), hasil percobaan B menunjukkan perbedaan pengaruh risiko usaha dimana pada umumnya kondisi low risk lebih tinggi daripada kondisi high risk. Hal ini menunjukkan bahwa debitur lebih berani berspekulasi pada risiko yang lebih aman yaitu kondisi usaha yang low risk. Namun pada kondisi high risk sistem jual beli lebih tinggi dari sistem lainnya. Hal ini tampaknya lebih karena harapan mendapat pendapatan usaha yang tinggi, sehingga dengan sistem ini pengembalian margin oleh debitur pasti dan keuntungan yang diperoleh menjadi tinggi. Disamping itu mungkin adanya pengaruh karakter debitur seperti risk seeker (berani mengambil risiko atau berspekulasi).

Dari gambaran deskriptif ini ada kecenderungan debitur lebih berani pinjam dana pada sistem bagi hasil. Hal ini karena dengan sistem ini, bila terjadi kerugian ataupun keuntungan dalam usaha yang dijalankan dibagi bersama sehingga debitur lebih tertarik.

Tabel 9 Statistik deskriptif besar pinjaman pada percobaan B

Sistem Pembiayaan

Risiko Bagi Hasil Jual Beli Bunga

N 5 5 5 Median 9010.1 7864.9 8880.1 Low Risk Sum of Ranks 22.5 12.5 23.0 N 5 5 5 Median 8636.6 8869.9 7874.9 High Risk Sum of Ranks 17.0 21.0 12.5

(41)

M e dia n Be sa r P inja m a n 7000 7500 8000 8500 9000 9500 LR HR BH JB B

Gambar 6 Median besar pinjaman pada percobaan B

Keuntungan Bank

Pada respons keuntungan bank, tidak ada interaksi sistem pembiayaan dan risiko tetapi ada pengaruh nyata pada á = 10% dari perlakuan utama (sistem pembiayaan dan risiko usaha). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa sistem yang berbeda adalah sistem jual beli dengan rata-rata keuntungan paling rendah diantara sistem pembiayaan yang diteliti. Ini berarti sistem ini kurang diminati sehingga bila ada yang berminat, besar pinjamannya tidak berani besar. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh bank dari sistem jual beli juga akan kecil. Risiko usaha juga menunjukkan pengaruh nyata dimana secara umum pada usaha low risk memberi keuntungan lebih tinggi dari pada usaha high risk.

Gambaran deskriptif (Tabel 10 dan Gambar 7), tampak jelas pengaruh risiko usaha yang secara umum menunjukkan pada kondisi low risk lebih tinggi daripada kondisi high risk. Hal ini lebih dikarenakan jumlah debitur yang bertransaksi pada sistem jual beli kondisi low risk lebih banyak daripada kondisi high risk, sehingga keuntungan bank dari kondisi low risk lebih besar.

Tabel 10 Statistik deskriptif keuntungan bank pada percobaan B

Sistem Pembiayaan Risi

ko Bagi Hasil Jual Beli Bunga

N 5 5 5 Mean 6969 2556 8760 Low Risk Std. Deviation 2853.75 2823.91 3261.74 N 5 5 5 Mean 3920 2193 5554 High Risk Std. Deviation 3070.18 1554.19 1136.49

(42)

Ra ta -ra ta Ke untunga n Ba nk 0 2000 4000 6000 8000 10000 LR HR BH JB .B

Gambar 7 Rata-rata keuntungan bank pada percobaan B

Keuntungan Debitur

Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa keuntungan debitur dipengaruhi oleh risiko usaha dan periode. Ini berarti risiko yang dicerminkan dari tingkat inflasi dan pendapatan usaha berpengaruh secara nyata pada á = 10% dimana keuntungan debitur pada kondisi low risk lebih tinggi daripada kondisi high risk. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya orang akan lebih berani berspekulasi pada kondisi yang lebih aman atau risiko rendah. Periode secara nyata membentuk kelompok atau blok dalam memberikan keuntungan yang diperoleh debitur.

Secara deskriptif (Tabel 11 dan Gambar 8), memperlihatkan secara jelas pengaruh risiko yang secara umum menunjukkan pada kondisi low risk lebih tinggi daripada kondisi high risk.

Tabel 11 Statistik deskriptif keuntungan debitur pada percobaan B

Sistem Pembiayaan Risi

ko Bagi Hasil Jual Beli Bunga

N 5 5 5 Mean 974 897 1037 Low Risk Std. Deviation 445.19 616.08 468.89 N 5 5 5 Mean 405 252 542 High Risk Std. Deviation 596.72 650.59 678.21

(43)

Rata-rata Keuntungan Debitur

-500 500 1500 2500 3500 LR HR BH JB B

Gambar 8 Rata-rata keuntungan debitur pada percobaan B

Jumlah Debitur Bertransaksi

Analisis ragam pada respons jumlah debitur yang melakukan transaksi pada suatu sistem pembiayaan menunjukkan bahwa sistem pembiayaan berpengaruh nyata pada á = 10%. Uji lanjut Duncan memperlihatkan bahwa sistem pembiayaan yang berbeda adalah sistem bunga dengan rata-rata jumlah debitur bertransaksi paling tinggi dibanding sistem lain yang diteliti.

Ketertarikan debitur dalam memilih sistem pembiayaan lebih jelas dapat dilihat dari besarnya persentase jumlah peserta percobaan melakukan transaksi pada sistem pembiayaan. Umumnya debitur bertransaksi lebih dari satu sistem pembiayaan dan lebih tertarik memilih sistem bunga. Gambaran deskriptif pada Tabel 12 dan Gambar 9 menunjukkan debitur lebih memilih sistem bunga. Pada kondisi low risk sebesar 50% yang melakukan transaksi pada sistem bunga dan pada kondisi high risk bahkan lebih tinggi yaitu sebesar 67%. Berdasar alasan debitur memilih sistem bunga, kecuali untuk mendapatkan keuntungan yang besar juga dikarenakan sistem bunga lebih mudah untuk memperhitungkan keuntungan yang diterima dibanding sistem bagi hasil. Disamping itu bila perolehan usaha tinggi maka keuntungan yang diperoleh debitur juga lebih tinggi karena yang dibayarkan ke bank pasti. Sementara pada sistem bagi hasil bila perolehan usaha tinggi maka bagi hasil ke bank juga tinggi yang berakibat menurunkan pendapatan debitur.

(44)

Jumlah debitur bertransaksi dari periode ke periode juga menunjukkan ada kecenderungan meningkat, sedang sistem bunga menurun (lampiran 11). Hal ini tampaknya sistem bagi hasil diminati tetapi setelah melalui proses pemahaman pada sistem tersebut.

Tabel 12 Statistik deskriptif jumlah debitur bertransaksi pada percobaan B

Sistem Pembiayaan

Risiko Bagi Hasil Jual Beli Bunga

N 5 5 5 Mean 6 3 9 Low Risk Std. Deviation 2.490 2.236 2.387 N 5 5 5 Mean 4 2 12 High Risk Std. Deviation 3.272 1.304 4.243

Persentas e Debitur bertrans aksi pada Low Risk

33% 17% 50% BH JB B

Persentase Debitur bertransaksi pada High Risk

22% 11% 67% BH JB B

Gambar 9 Prsentase debitur bertransaksi pada percobaan B

Baik percobaan A maupun percobaan B dilihat dari periode ke periode, meski berfluktuasi menunjukkan sistem bagi hasil cenderungan diminati setelah sistem dipahami oleh debitur.

Banyaknya debitur yang lari ke sistem bunga atau ke bank konvensional dikarenakan sistem ini selain sudah sering didengar dan digunakan (familier) juga relatif mudah dalam perhitungan. Kemudahan perhitungan tersebut tampaknya berlaku juga pada perbankan syariah dimana sistem jual beli yang sistemnya mirip dengan sistem bunga lebih diminati, hal ini sesuai dengan realitas dimana sekitar 70% pembiayaan syariah adalah dengan menggunakan prinsip jual beli (murabahah).

(45)

Pada percobaan yang dilakukan ini, pengacakan perlakuan dilakukan pada awal saja sementara pengacakan aktual pendapatan dan tingkat inflasi dilakukan tiap periode. Pengacakan tersebut bila menggunakan rancangan faktorial dalam waktu, rancangan lingkungannya RAL dan hasil analisisnya tidak berbeda jauh dengan rancangan faktorial RAKL (hasil di Lampiran 12).

(46)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Secara umum sistem pembiayaan dan risiko usaha berpengaruh pada besar pinjaman dan keuntungan bank, sedangkan keuntungan debitur lebih dipengaruhi oleh periode dan risiko.

2. Besar pinjaman pada sistem bagi hasil umumnya cenderung lebih tinggi dari sistem lainnya yang diteliti. Bahkan pada percobaan A cenderung lebih tinggi pada kondisi high risk daripada low risk.

3. Dari periode ke periode, meski berfluktuasi menunjukkan sistem bagi hasil cenderungan diminati setelah sistem tersebut dipahami oleh debitur.

4. Dilihat dari jumlah debitur (peserta percobaan) yang melakukan transaksi pembiayaan, debitur masih lebih memilih ke sistem bunga karena perhitungan tidak rumit dan rmemberi keuntungan cukup baik.

Saran

1. Supaya hasil percobaan seperti yang diharapkan, perlu penjelasan yang lebih baik dan sederhana (misalnya menggunakan LCD proyektor) tentang cara simulasi dan diberikan pula informasi sebaran peluang aktual pendapatan dan tingkat inflasi kepada peserta percobaan ekonomi.

2. Dari hasil percobaan A dimana sistem bagi hasil cenderung diminati pada kondisi high risk, maka agar semua kondisi lebih tergambarkan, perlu adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan peluang pendapatan usaha yang minus atau usaha yang dijalankan merugi cukup besar.

3. Pembiayaan dengan sistem bagi hasil mendapat respons cukup baik tetapi perlu pemahaman terlebih dahulu terhadap sistem tersebut, sehingga bank syariah harus lebih giat mensosialisasikannya.

4. Pada kondisi tertentu kadangkala karakteristik seseorang relatif sulit untuk dihilangkan sama sekali dengan Induced Value Theory. Oleh karenanya jika memungkinkan tiap orang harus dicobakan pada semua kombinasi perlakuan.

(47)

Untuk percobaan selanjutnya perlu dipertimbangkan Rancangan Acak Kelompok Ganda atau Rancangan Bujur Sangkar Latin (BSL) dimana sebagai kelompok pertama adalah periode dan kelompok kedua adalah orang.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Antonio MS. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press.

Bank Syariah Mandiri 2004. Pembiayaan Mudharabah. htpp://www. syariahmandiri.co.id/simulasipembiayaan/mudharabah_hitung_php... [21 Pebruari 2005].

Bustami. 2004. Analisis Keragaman Perilaku Nasabah Bank Syariah dan Konvensional Menggunakan Percobaan Ekonomi [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Daniel W. 1989. Statistika Nonparametrik Terapan (terjemahan). Jakarta: Gramedia.

Davis DD, Holt CA. 1993. Experimental Economics. New Jersey: Princenston University Press.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2005. Press Release Menteri Pertanian. Agustus 2005. Jakarta: Departemen Pertanian.

[Ditjen. BSP] Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian, Departemen Pertanian. 2004. Bank Syariah yang Terus Berkembang. Sarana 3:10. Jakarta: Ditjen. BSP.

Friedman D, Sunder S. 1994. Experimental Methods, A Primer for Economist. Melbourne: Cambridge University Press.

Juanda B, 1999. Percobaan Ekonomi Untuk Mengkaji Karakteristik Transaksi Pasar dengan Sistem Desentralisasi, Double Auction dan Posted Offer. Di dalam Forum Statistika dan Komputasi. Edisi khusus Oktober 2000. Bogor: Jurusan Statistika FMIPA-IPB.

Kagel JH, Roth AE. 1995. The Handbook of Experimental economics. New Jersey: Princenton University Press.

Karim A. 2004. Bank Islam : Analisa Fiqih dan Keuangan. Edisi Kedua. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo. Khalid M.A. 2002. Persepsi Masyarakat Tentang Bank Islam di Kabupaten Bogor

[tesis]. Bogor: Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Institut Pertanian Bogor.

Matjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Rancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Jilid 1, Edisi Kedua. Bogor: IPB Press.

(49)

Rifai M. 2002. Konsep Perbankan Syariah. Semarang: CV Wicaksana.

Supranto J. 2004. Statistik Pasar Modal Keuangan dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta.

Zulkifli S. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim.

(50)

Gambar

Gambar 2  Diagram Rancangan Percobaan B
Tabel 3  Tingkat inflasi dan pendapatan usaha tiap periode  PERCOBAAN A
Tabel 4  Hasil analisis ragam berbagai respon pada percobaan A   Percobaan A  Sumber
Tabel 5  Statistik deskriptif besar pinjaman pada percobaan A  Sistem Pembiayaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa melalui media komik pada mata pelajaran IPS materi perkembangan transportrasi, karena

Peningkatan sikap ilmiah pada mahasiswa juga terjadi karena proses pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis Blended Learning melalui Lesson Study pada perkuliahan

peneliti untuk melaksanakan penelitian; b) kemampuan tingkat penguasaan metode penelitian yang sesuai dengan bidang keilmuan, objek penelitian serta tingkat

Proses pengeluaran dana pada sekolah ditinjau dari sisi keuangan, maka seluruh jenis pengeluaran untuk kegiatan pendidikan pada sekolah harus diketahui bersama baik oleh Dinas

A total of 59 insects belonging to 13 species of Hymenopterans parasitoids and one family of Dipterans parasitoids were collected from margin area in the oil

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, BOPO, dan suku bunga sebagai variabel independennya dan tingkat bagi hasil deposito mudharabah sebagai

Penelitian dan pengembangan mengenai bahan ajar kurikulum 2013 untuk mencegah bahaya rokok, minuman keras dan NAPZA bagi kesehatan di kelas V Sekolah Dasar.. Tujuan penelitian

[r]