• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2011 sebanyak 6,9 juta anak meninggal dunia sebelum mencapai usia 5 tahun. Setengah dari kematian tersebut disebabkan oleh kondisi yang dapat dicegah atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama penyebab kematian anak antara lain pneumonia (18%), komplikasi kelahiran prematur (14%), diare (11%), asfiksia lahir (9%), serta malaria (7%), dan sekitar sepertiga dari penyebabnya terkait dengan kekurangan gizi. Lebih dari 70% kasus kematian anak tersebut terjadi di Afrika dan Asia Tenggara, terutama di daerah pedesaan dengan status ekonomi dan pendidikan yang rendah ( WHO, 2011).

Angka kematian anak di Indonesia masih cukup tinggi. Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa angka kematian anak di Indonesia tidak banyak mengalami penurunan dibanding hasil SDKI 2007. Angka kematian balita hanya turun dari 44 per 1000 kelahiran hidup menjadi 40 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini masih jauh dari tujuan pencapaian MDGs ke 4 yang menyebutkan bahwa target angka kematian balita diharapkan turun mencapai 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (SDKI 2012).

Sepuluh data kesehatan anak dunia tahun 2011 menyebutkan bahwa: 1) Resiko tinggi kematian pada anak terjadi pada satu bulan awal kehidupan, 2) Hampir 3 juta

(2)

anak meninggal dalam satu bulan awal kehidupan, 3) Pneumonia merupakan penyebab utama kematian terbesar pada anak usia di bawah lima tahun, 4) Diare merupakan gejala terbanyak yang mengakibatkan kesakitan dan kematian anak di negara berkembang, 5) Setiap menitnya satu anak meninggal akibat malaria, 6) Lebih dari 90% anak dengan HIV didapatkan dari transmisi ibu atau pengasuh utama ke anak, 7) Sekitar 20 juta anak termasuk kedalam kategori malnutrisi, 8) 80% dari jumlah kematian balita terjadi di 25 negara, dan setengahnya terjadi di 5 negara berkembang, 9) Dua pertiga dari kematian balita diakibatkan oleh hal-hal yang sebenarnya dapat dicegah, 10) Investasi kesehatan yang lebih besar merupakan kunci utama (WHO, 2012).

Untuk menurunkan angka kematian balita WHO membuat strategi Integrated Management of Childhood Illness (IMCI). Metode ini mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 1997 dengan nama Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), sebuah program yang bersifat menyeluruh dalam menangani balita sakit yang datang ke pelayanan kesehatan dasar. Strategi yang digunakan memadukan pelayanan terhadap balita sakit, yaitu dengan cara memadukan intervensi yang terpisah menjadi satu paket tunggal yang terintegrasi. Pada dasarnya metode ini merupakan sebuah strategi menurunkan kematian balita melalui tiga komponen utama, yaitu dengan meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan, meningkatkan dukungan sistem kesehatan, dan meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat (WHO, 2011).

(3)

Berdasarkan data WHO, disebutkan bahwa 80% dari total kematian balita terjadi di rumah, dengan sedikit atau bahkan tanpa adanya kontak dengan pelayanan kesehatan. Hal ini juga merupakan suatu alasan dimana MTBS rumah tangga sangat dibu atau pengasuh utamatuhkan untuk mengupayakan adanya hubungan antara petugas pelayanan kesehatan dan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mendukung dan meningkatkan praktik keluarga dan masyarakat dalam perawatan balita di rumah sehingga menjamin kelangsungan hidup, menurunkan tingkat kesakitan, dan mempromosikan praktik dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ada empat praktik kunci keluarga dalam pelaksanaan MTBS rumah tangga yang kemudian terbagi menjadi 16 praktik yang dapat diterapkan keluarga, yaitu: 1) Promosi pertumbuhan dan perkembangan, 2) Pencegahan penyakit, 3) Perawatan di rumah, dan 4) Pencarian perawatan dan kepatuhan terhadap pengobatan dan saran (WHO CORE UNICEF, 2004).

Keluarga menjadi fokus perhatian dalam memaksimalkan potensi anak. Pengetahuan dan kesadaran keluarga serta masyarakat memegang peranan yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan esensial anak seperti kebutuhan gizi, pelayanan kesehatan, kasih sayang, stimulasi perkembangan, pendidikan dan perlindungan anak (Depkes RI, 2011). Ibu atau pengasuh utama merupakan bagian terdekat dari kehidupan anak. Partisipasi Ibu atau pengasuh utama dan keluarga sangat penting dalam penatalaksanaan balita sakit (Setyani, 2011). Ibu atau pengasuh

(4)

utama akan mencari pelayanan kesehatan jika merasa penyakit anaknya serius (Goldman, 2000).

Di Indonesia, diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama dalam masyarakat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (Adisasmito, 2007). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007, diare menjadi penyebab utama kematian balita yaitu sebanyak 25,2% dibandingkan pneumonia yang hanya 15,5%. Angka kesakitan diare balita tahun 2000-2010 tidak menunjukkan pola kenaikan maupun pola penurunan (berfluktuasi). Pada tahun 2000 angka kesakitan balita 1,278 per 1000 sedangkan pada tahun 2010 menjadi 1,310 per 1000 dengan proporsi terbesar penderita pada usia 6-36 bulan karena pada usia tersebut anak mulai aktif bermain dan beresiko infeksi (Depkes, 2011).

Penderita diare di puskesmas di kabupaten/kota di Yogyakarta setiap tahun jumlahnya cukup tinggi. Laporan profil kabupaten/kota menunjukkan bahwa selama kurun tahun 2011 jumlah balita yang menderita diare dan memeriksakan ke sarana pelayanan kesehatan mencapai 64.857 dari perkiraan kasus sebanyak 150.362 balita dengan diare, sementara tahun 2012 dilaporkan balita yang menderita diare mencapai 74.689 (Dinkes DIY, 2013).

(5)

Pada kasus diare, beberapa perilaku masyarakat dalam penatalaksanaan diare pada balita di rumah tangga belum menunjukkan perbaikan dan belum sesuai dengan harapan. Menurut laporan hasil survey morbiditas dan perilaku tata laksana diare oleh Depkes tahun 2010, balita yang mengalami diare dan dibawa ke petugas kesehatan hanya 73%. Sementara itu penanganan diare dengan oralit juga masih tergolong rendah yaitu hanya 36,18 %. Hal ini menunjukan bahwa masih perlunya peningkatan kemampuan tata laksana balita dengan diare terutama di rumah tangga (Depkes, 2011). Meningkatkan pengetahuan masyarakat termasuk pengetahuan tentang hygiene kesehatan dan perilaku cuci tangan yang benar, dapat mengurangi angka kesakitan diare sebesar 45% (Depkes, 2011). Penelitian sebelumnya menyatakan terdapat hubungan antara penanganan diare di rumah dengan durasi diare pada anak usia dibawah lima tahun. Semakin baik penanganan balita akan memperpendek durasi diare dibandingkan penanganan diare yang buruk (Pitono, 2006).

Di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih ditemukan angka kematian bayi dan angka kematian balita yang tinggi yaitu masing-masing 8,5 dan 10,1/1000 kelahiran hidup serta angka gizi buruk sebesar 0,52% dari total seluruh balita yang ada di Kabupaten Bantul. Hal ini disebabkan oleh karena banyak faktor termasuk keadaan geografis wilayah dan juga tingkat ekonomi serta pendidikan keluarga. Persebaran angka kematian balita dan gizi buruk di Kabupaten Bantul berbeda-beda pada tiap kecamatan. Angka kematian balita tertinggi terdapat di

(6)

Kecamatan Banguntapan dengan 19 kasus, begitu pula dengan angka gizi buruk tertinggi juga terdapat di Kecamatan Banguntapan. Data profil kesehatan DIY menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Kabupaten Bantul pada tahun 2013 adalah sebesar 8,9% dan dilaporkan bahwa 100% balita yang menderita diare sudah ditangani. Insiden Rate diare tertinggi ada di wilayah Kecamatan Banguntapan dengan 196 kasus, Imogiri dengan 129 kasus, Pandak 126 kasus, Jetis 120 kasus, Kasihan 117 kasus (Profil Kesehatan Kabupaten Bantul 2012).

Data hasil studi pendahuluan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul menyebutkan bahwa pelaksanaan MTBS telah berjalan dengan baik di hampir seluruh puskesmas yang ada di Kabupaten Bantul. Namun Dinas Kesehatan menyarankan untuk melakukan penelitian di Puskesmas Banguntapan I, karena pelaksanaan MTBS di puskesmas tersebut paling baik jika dibandingkan dengan puskesmas yang lain. Selain itu angka kunjungan balita terbanyak juga terdapat di Puskesmas Banguntapan I dan angka kejadian diare tertinggi juga berada di Kecamatan Banguntapan.

Hasil studi pendahuluan di Puskesmas Banguntapan I menunjukkan bahwa cakupan balita di area pelayanannya sekitar 2500 balita dengan kunjungan balita setiap bulannya sekitar 150 kunjungan dengan berbagai masalah kesehatan. Untuk data balita dengan diare setiap bulannya rata-rata ada sekitar 15 balita yang datang dengan diare. Posyandu dilakukan rutin setiap 4x dalam seminggu oleh tim posyandu dari puskesmas di setiap desa dalam area pelayanan puskesmas secara bergantian.

(7)

Dalam kegiatan posyandu juga diadakan sharing dengan ibu atau pengasuh utama terkait pertumbuhan dan perkembangan balita secara umum dan juga konsultasi oleh ibu atau pengasuh utama terkait masalah kesehatan yang dialami balitanya kepada petugas posyandu.

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan MTBS dalam tatanan rumah tangga pada balita dengan diare di wilayah Puskesmas Kecamatan Banguntapan.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pelaksanaan MTBS dalam tatanan rumah tangga pada balita dengan diare di wilayah Puskesmas Kecamatan Banguntapan Bantul Yogyakarta.

C. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan MTBS dalam tatanan rumah tangga pada balita dengan diare di Puskesmas Kecamatan Banguntapan Bantul Yogyakarta.

(8)

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah;

1. Untuk mengetahui perilaku pemberian ASI eksklusif dan MP ASI pada keluarga yang memiliki balita dengan diare

2. Untuk mengetahui perilaku keluarga dalam pencegahan penyakit pada balita dengan diare.

3. Untuk mengetahui perilaku keluarga dalam pencarian pengobatan pada balita dengan diare.

4. Untuk mengetahui perilaku keluarga dalam tatalaksana balita dengan diare di rumah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat bagi praktisi kesehatan

Dapat mengetahui bagaimana perilaku masyarakat dalam menerapkan MTBS komunitas dalam tatanan rumah tangga pada balita dengan diare sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melanjutkan program yang telah dilaksanakan.

2. Manfaat bagi institusi pendidikan

Memperoleh pengetahuan tentang bagaimana perilaku masyarakat menerapkan suatu program yang diajarkan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dalam kaitannya dengan tumbuh kembang anak dan angka kesakitan pada balita.

(9)

3. Manfaat bagi puskesmas

Mengetahui sejauh mana perilaku masyarakat dalam menerapkan MTBS dalam tatanan rumah tangga sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melanjutkan program yang telah dilaksanakan ataupun membuat program baru yang lebih baik dalam upaya peningkatan kesehatan dan tumbuh kembang anak.

4. Manfaat bagi subjek penelitian

Memperoleh pengetahuan tentang bagaimana cara perawatan anak dengan diare secara tepat, dan cara mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan baik, serta dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap perawatan yang selama ini telah dilakukan pada anak dengan diare.

5. Manfaat bagi peneliti

Memperoleh pengetahuan tentang perilaku masyarakat dalam menerapkan MTBS dalam tatanan rumah tangga pada balita dengan diare di area Puskesmas Kecamatan Banguntapansehingga dapan digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai perilaku ibu atau pengasuh utama tentang tatalaksana balita dengan diare di rumah berdasarkan pendekatan MTBS belum pernah dilakukan. Penelitian lain terkait penelitian yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

(10)

1. Galenso (2008) tentang pengetahuan ibu atau pengasuh utama anak balita terhadap tata laksana Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Toili III Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian observasional kuantitatif dengan rancangan cross sectional, menggunakan metode wawancara terstruktur (kuisioner). Subyek penelitian adalah ibu dari anak balita yang anaknya sakit dan berobat di puskesmas (poli MTBS), variabel yang akan dilihat adalah pendidikan formal ibu anak balita, konseling petugas MTBS serta pengetahuan ibu anak balita mengenai tatalaksana MTBS. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama menggunakan rancangan penelitian kuantitatif. Perbedaannya terletak pada variabel, lokasi serta sampel penelitian. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah pendidikan formal ibu balita dan pengetahuan ibu balita tentang penyakit sesuai tata laksana MTBS sedangkan penelitian yang akan dilakukan berupa gambaran pelaksanaan MTBS dalam tatanan rumah tangga pada balita dengan diare tanpa ada kaitan dengan pendidikan formal ibu atau pengasuh utama.

2. Basaleem (2008) dengan Qualitative study on the Community Perception of the Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) Implementation in Lahej, Yemen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi tokoh masyarakat serta ibu tentang pelayanan kesehatan serta perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan anak di Lahej,

(11)

Yaman sejak adanya penerapan MTBS pada tahun 2003. Pengambilan data dilakukan dengan metode face-to-face, wawancara semi struktural yang mendalam terhadap 6 orang tokoh masyarakat dan 7 orang ibu atau pengasuh utama pada tahun 2007 di tiga kabupaten di Provinsi Lahej, Yaman. Perbedan dengan penelitian ini adalah populasi dan sampel yang diteliti, waktu dan tempat penelitian serta variabel penelitian. Penelitian yang akan dilakukan tidak terkait dengan tokoh masyarakat dan hanya mengacu tentang bagaimana perilaku ibu dalam melaksanakan MTBS rumah tangga dalam perawatan balita dengan diare. 3. Ebuehi (2009) dengan Health Care for Under-fives in Ile-Ife South-West Nigeris:

Effect of the Integrated Management of Childhood Illnes (IMCI) Strategy on Growth and Development of Under-fives. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan mengkomparasikan IMCI yang ada di 2 negara bagian menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Anilisis data menggunakan Epi Info versi 6.0 untuk data kuantitatif dan content analysis untuk data kualitatif. Sampel merupakan ibu dengan anak balita usia 0 – 5 tahun. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ketika MTBS diterapkan dengan baik akan menjadi sebuah intervensi yang efektif dengan biaya yang rendah dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak Nigeria. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode yang akan digunakan, yaitu deskriptif kuantitatif menggunakan pendekatan cross sectional dan tidak ada perbandingan antar dua subjek penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas XA sebagai kelas eksperimen dan di kelas XB sebagai kelas kontrol dapat diperoleh data sebagai

Melihat dari jumlah peserta didik yang mendaftar dengan peserta didik yang diterima pada kedua Madrasah tersebut yang setiap tahun mengalami peningkatan dan animo yang sangat

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Based on the findings in the numerical experiments, we conclude that the error-free trans- formation algorithm for complex matrix multiplication developed by taking the advantage

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan perbedaan jumlah banyaknya media yang ditumbuhi oleh Pityrosporum ovale, dimana media SDA + olive oil yang

kalimat dalam paragraph ; menulis introductory, topic, supporting, dan concluding sentences dengan menggunakan bahasa Inggris yang berterima dan runtut dengan unsur kebahasaan

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

5 Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 108,2 juta orang, bertambah sekitar 800 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2010 yang sebesar 107,4