• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengolahan Tanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sistem Pengolahan Tanah"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Kata agro atau pertanian dalam kata agroekosistem menunjukan adanya aktivitas atau campur tangan masyarakat pertanian terhadap alam atau ekosistem. Istilah pertanian dapat diberi makna sebagai kegiatan masyarakat yang mengambil manfaat dari alam atau tanah untuk mendapatkan bahan pangan, energi dan bahan lain yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidupnya. Dalam mengambil manfaat ini masyarakat dapat mengambil secara langsung dari alam, ataupun terlebih dahulu mengolah atau memodifikasinya. Jadi suatu agroekosistem sudah mengandung campur tangan masyarakat yang merubah keseimbangan alam atau ekosistem untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Pengelolaan tanah secara berkelanjutan atau Sustainable Soil Management (SSM) merupakan salah satu agroekosistem dalam bidang tanah. Dalam pengelolaan tanah harus menggunakan pendekatan multidisiplin dan tidak boleh terbatas hanya pada bidang ilmu tanah (pertanian) saja. Ada tiga (3) aspek sistem pengelolaan tanah secara berkelanjutan yang selanjutnya disebut sebagai 3 pilar. 3 pilar tersebut adalah

1. Aspek Bio-fisik: Pengelolaan tanah berkelanjutan harus memelihara dan meningkatkan kondisi fisik dan biologi tanah untuk produksi tanaman dan keragaman hayati (biodiversity). Tindakan perlakuan untuk memperbaiki kondisi tanah agar sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan kebutuhan tanaman dapat berupa land clearing, penterasan, pengolahan tanah, perbaikan drainase, pemupukan dan sebagainya

2. Aspek Sosial-budaya: Pengelolaan tanah berkelanjutan harus cocok atau sesuai dengan kebutuhan manusia baik secara sosial dan budaya pada tingkatan nasional dan regional. 3. Aspek Ekonomi: Pengelolaan tanah berkelanjutan harus mencakup semua biaya

(2)

merupakan input biaya produksi yang harus dipertimbangkan apakah setiap macam tindakan perlakuan secara ekonomi dapat memberi keuntungan yang langsung dirasakan maupun keuntungan jangka panjang

Pengelolaan tanah menekankan bahwa tujuan dan sasaran yang akan dicapai dari pengaturan pemanfaatan dan penggunaan tanah dengan teknik tertentu adalah tercapainya hasil produksi secara ekonomi menguntungkan. Ada tindakan perlakuan yang berpengaruh terhadap peningkatan hasil produksi yang menguntungkan nyata pada panen, namun ada perlakuan yang bertujuan menstabilkan hasil produksi pada panen-panen berikutnya ataupun pengaruhnya nyata setelah satu dua tahun kemudian, tergantung macam dan jenis perlakuan yang diterapkan, seperti pemberian bahan organik ataupun penterasan dan sebagainya. Pengaruhnya nyata secara ekonomi setelah 1 – 3 tahun kemudian. Pemberian pupuk buatan termasuk salah satu perlakuan yang langsung memperlihatkan pengaruhnya.

Untuk mencapai hasil produksi optimal yang berkesinambungan dan berkelanjutan, sangat jelas bahwa pengelolaan tanah selalu berorientasi pada prinsip konservasi dan pengawetan tanah. Kesinambungan dan kelangsungan pencapaian hasil optimal dari suatu bidang tanah yang dikelola untuk suatu penggunaan tertentu hanya dapat dicapai bila dalam pengelolaannya selalu memperhatikan aspek konservasi dan pengawetan tanah dan air. Untuk itu setiap macam tindakan perlakuan yang dipilih tidak hanya benar sesuai pertimbangan ekonomi menguntungkan, tetapi harus pula berdasar aspek konservasi/pengawetan tanah adalah benar, efisien dan efektif (tepat guna) sesuai persyaratan keperluan konservasi tanah dan air agar keawetan kemampuan dan produktivitas tanah tetap terjaga atau dipertahankan, bahkan kalau dapat ditingkatkan.

Manajemen pengelolaan tanah (Soil Management) memiliki dampak yang besar terhadap air hujan dan infiltrasi. Jadi dua aspek penting dalampengelolaan tanah adalah melindungi permukaan tanah dari dampak hujan dan memperbaiki struktur tanah dengan

(3)

penambahan organik. Ada berbagai pilihan manajemen pengelolaan tanah yang dapat digunakan antara lain:

1. Memecah permukaan yang padat secara mekanis.

2. Melindungi permukaan dari degradasi struktural sebagai dampak turunnya hujan.

3. Meningkatkan struktur tanah, dengan penambahan pupuk kandang yang cenderung meningkatkan stabilitas struktur tanah.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.I PENGERTIAN TANAH

Tanah adalah sumber daya yang perlu dijaga kesuburannya agar tetap dapat menghasilkan hasil yang maksimal tanpa merusak tanah. Pemakaian tanah untuk pertanian dan perkebunan secara terus-menerus dan membabi-buta dapat membuat tanah menjadi tidak subur atau tandus. Beberapa penyebab ketidaksuburan tanah ialah seperti pemcemaran tanah oleh limbah buangan, pestisida, tanaman monoton, dan lain-lain.

Tanah bisa mengalami kerusakan. Bahkan tanah termasuk wujud alam yang mudah mengalami keruasakan. Salah satu contoh kerusakan tanah adalah erosi tanah. Erosi tanah adalah tanah yang lapuk dan mudah mengalami penghancuran.

Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi disebabkan oleh kemunduran sifat – sifat kimia dan fisik tanah, yakni:

Ø kehilangan unsur hara dan bahan organik,

Ø menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, Ø meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah,

Ø serta berkurangnya kemantapan struktur tanah yang pada akhirnya menyebabkan memburuknya pertumbuhan tanaman dan menurunnya produktivitas

Hal ini dikarenakan lapisan atas tanah setebal 15 sampai 30 cm mempunyai sifat– sifat kimia dan fisik lebih baik dibandingkan lapisan lebih bawah.Banyaknya unsur hara yang hilang bergantung pada besarnya kandungan unsur hara yang terbawa oleh sedimen dan besarnya erosi yang terjadi.Di tempat lain, erosi menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang subur serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan menahan air. Tanah

(5)

yang terangkut tersebut diendapkan di tempat lain yaitu, di dalam sungai, waduk, danau, saluran irigasi dan di atas tanah pertanian.

2.II TUJUAN PENGELOLAHAN TANAH

Pengolahan tanah dapat digambarkan sebagai pengerjaan mekanis terhadap tanah untuk segala macam tujuan. Beberapa tujuan olah tanah dalam pertanian ialah :

1. Untuk memperoleh struktur tanah yang dibutuhkan bagi pertumbuhan benih atau akar. Struktur remah diperlukan guna memungkinkan peresapan yang cepat dan ketahanan terhadap hujan, untuk mendapatkan kandungan dan pertukaran udara yang cukup di dalam tanah, dan untuk memperkecil hambatan terhadap penembusan akar. Sebaliknya, suatu persemaian yang baik umumnya membutuhkan partikel yang lebih halus dan kepadatan yang lebih tinggi di sekitar benih.

2. Untuk mengendalikan gulma atau untuk menghilangkan tanaman yang berlebih (penjarangan).

3. Untuk menata sisa tanaman. Dari tinjauan pengolahan dan penguraian, sampahan perlu dicampur secara menyeluruh, sedangkan penempatan sampahan di lapisan atas akan mengurangi erosi. Sebaliknya, penutupan yang menyeluruh terkadang diperlukan untuk mengendalikan serangga lewatmusim-dingin atau untuk mencegah hambatan terhadap pengerjaan presisi seperti penanaman atau pendangiran tanaman tertentu.

4. Untuk mengecilkan erosi tanah dengan mengikuti cara semacam pengolahan menurut garis tinggi, pembumbunan dan penempatan sampahan secara tepat.

5. Untuk memperoleh bentuk permukaan yang khas untuk pengerjaan penanaman, pengairan, drainase, panen, dan sebagainya.

6. Untuk membenamkan dan mencampur pupuk, pestisida atau bahan tambahan ke dalam tanah.

(6)

7. Untuk melakukan pemisah-misahan. Hal ini dapat berupa pemindahan tanah dari satu lapis ke lapis lainnya, penghilangan batu dan barang-barang asing lain, atau pemanenan umbian.

2.III PENGERTIAN PENGELOLAHAN TANAH

Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin pertanian (traktor). Melalui proses ini, kerak tanah teraduk, sehingga udara dan cahaya matahari menyentuh tanah lebih dalam dan meningkatkan kesuburannya. Sekalipun demikian, tanah yang sering digarap sering menyebabkan kesuburannya berkurang.

2.IV SISTEM PENGELOLAHAN TANAH

Sistem pengolahan tanah terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan seberapa banyak residu tanaman yang diangkat dari lahan pertanian. Di Amerika Serikat sejak tahun 1997, sistem pengolahan tanah konservasi semakin banyak digunakan karena menghemat banyak waktu, energi, tenaga kerja, dan biaya. Selain itu, pengolahan tanah konservasi berarti semakin sedikit mesin pertanian yang bergerak di atas lahan pertanian sehingga mencegah pemadatan tanah. Namun semakin sedikit tanah yang dibalikkan, semakin sedikit pula cahaya matahari dan udara yang menyentuh tanah bagian dalam, sehingga menghambat penanaman di awal musim semi karena tanah masih dingin setelah tanah membeku di musim dingin.

Manfaat keberadaan residu tanaman di lahan pertanian adalah mencegah erosi karena memperlambat aliran air permukaan, dan mampu menjadi kompos alami karena

(7)

terdekomposisi selama masa penanaman. Pengolahan tanah rotasi hanya mengolah tanah secara periodik, yaitu setiap dua tahun sekali atau tiga tahun sekali.

2.V MACAM-MACAM PENGOLAHAN TANAH PERTANIAN

Lahan adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnyaterhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia.Setiap kegiatan pertanian pasti membutuhkan pengolahan lahan. Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan lahan pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan lahan (struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman. Setiap upaya pengolahan lahan akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh cara atau metode pengolahan tanah. Perubahan sifat tanah akibat pengolahan tanah juga berhubungan dengan seringnya tanah dalam keadaan terbuka, terutama antara 2 musim tanam, sehingga menjadi lebih riskan terhadap, erosi, dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah. Metode atau cara pengolahan lahan dibagi menjadi dua yaitu secara tradisional (konvensional), dan secara modern.

a. Pengolahan Tanah Primer yaitu kegiatan pengolahan tanah pertama (awal) dengan kedalaman lebih dari 15cm s.d 90cm.

Adapun tujuan pengolahan tanah skunder adalah untuk: - Memberantas gulma

- Memperbaiki struktur tanah agar lebih baik untuk pertumbuhan tanaman - Menempatkan seresah agar terdekomposisi dengan baik

(8)

- Menurunkan laju erosi dengan cara pengolahan yang sesuai - Meratakan tanah

- Mencampur pupuk dengan tanah

- Mempersiapkan tanah untuk pemberian air irigasi

b. Pengolahan Tanah Skunder

Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadang-kadang diberilcan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan mungkin juga dibuatguludaa atau alur untuk pertanaman.

2.VI SISTEM PENGELOLAHAN TANAH a. Sistem Olah Tanah Minimum

Pada tahun-tahun terakhir te lah terjadi peningkatan perhatian terhadap sistem olah minimum sebagai cara untuk mengurangi biaya produksi tanaman larik dan untuk memperbagus kondisi tanah.

Capaian utamanya adalah :

1. Mengurangi kebutuhan energi mekanis dan tenaga kerja. 2. Menjaga kelembaban dan mengurangi erosi tanah.

3. Memberikan pengerjaan yang memang diperlukan untuk mengoptimalkan kondisi tanah bagi tiap bagian luasan di suatu lapang (contoh: luasan larikan dan luasan sela larikan). 4. Meminimumkan jumlah lintasan melalui suatu lapang.

(9)

b. Olah Tanah Tunggul Seresah

Tujuan utama olah tunggul seresah ialah untuk mengurangi erosi angin dan air dan untuk mempertahankan kelestarian air dengan mengurangi terjadinya limpasan. Cara tersebut dipakai secara luas di Dataran Besar dan di daerah kering atau semi kering lainnya. Olah tunggul seresah berupa pemotongan akar gulma dan tumbuhan lainnya dan meninggalkan sisa tanaman di atas permukaan atau mencampurkannya ke tanah sedalam beberapa cm.

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.I METODE PENGOLAHAN LAHAN : a. Continuous

Dilakukan dengan melakukan pengolahan dari salah satu sisinya dan berakhir pada sisi yang berseberangan

b. Headland

Pengolahan tanah dilakukan dalam arah berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Pada sisi lahan yang panjang, bajak diturunkan (dilakukan pengolahan tanah) di mulai dari sisi terluar lahan. Setelah traktor sampai pada ujung lahan, bajak diangkat dan traktor melintasi sisi tersebut menuju sisi panjang lahan yang lain (berseberangan) untuk pengolahan tanah berikutnya. Demikian dilakukan seterusnya hingga seluruh lahan terolah dan pengolahan tanah akan berakhir di bagian tengah lahan.

Pengolahan Tanah Minimum

Pengolahan tanah minimum adalah teknik konservasi tanah dimana gangguan mekanis terhadap tanah diupayakan sesedikit mungkin. Dengan cara ini kerusakan struktur tanah dapat dihindari sehingga aliran permukaan dan erosi berkurang. Teknik ini juga mengurangi biaya dan tenaga kerja untuk pengolahan tanah dan mengurangi biaya / tenaga kerja untuk penyiangan secara mekanik. Pengolahan tanah minimum cukup efektif dalam mengendalikan erosi, dan biasa dilakukan pada tanah-tanah yang berpasir dan rentan terhadap erosi.

Pengolahan tanah minimum hanya dapat dilakukan pada tanah yang gembur. Tanah gembur dapat terbentuk sebagai hasil dari penggunaan mulsa secara terus menerus dan / atau pemberian pupuk hijau / pupuk kandang / kompos dari bahan organik yang lain secara terus

(11)

menerus. Penerapan teknik pengolahan tanah minimum selalu perlu disertai pemberian mulsa.

keuntunagan menggunakan mulsa  Menghindari kerusakan struktur tanah  Mengurangi aliran permukaan dan erosi

 Memperlambat proses mineralisasi, sehingga penggunaan zat-zat hara dalam bahan-bahan organik lebih berkelanjutan.

 Tenaga kerja yang lebih sedikit daripada pengelolaan penuh, sehingga mengurangi biaya produksi.

 Dapat diterapkan pada lahan-lahan marginal yang jika tidak dengan cara ini mungkin tidak dapat diolah.

Kelemahan menggunakan mulsa

 Persiapan bedengan yang kurang memadai dapat menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik dan produksi yang rendah, terutama untuk tanaman seperti jagung dan ubi.  Perakaran mungkin terbatas dalam tanah yang berstruktur keras.

 Lebih cocok untuk tanah yang gembur

 Pemberian mulsa perlu dilakukan secara terus menerus

 Herbisida diperlukan apabila pengendalian tanaman pengganggu tidak dilakukan secara manual / mekanis.

(12)

3.II Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi Faktor biofisik

 Dalam perladangan berpindah tanpa pembakaran, tanah mungkin tertutup dengan timbunan dedaunan yang menyukarkan lahan tersebut dibajak

 Tidak cocok untuk tanah yang tidak gembur

 Pemberian mulsa merupakan persyaratan yang mutlak

 Penggunaan herbisida terus-menerus mungkin dapat memberikan dampak negatif terhadap tanah dan air tanah.

Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma. Manfaat pengolahan tanah, baik di tegalan maupun di sawah, tidak boleh terlalu dibesar-besarkan mengingat waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan untuk mengolah tanah tidak selalu sebanding dengan tambahan hasil yang didapat.

Dengan pengolahan tanah, tanah menjadi longgar dan lebih cepat menyerap air hujan sehingga mengurangi aliran permukaan (Musgrave and Free, 1936), akan tetapi pengaruh ini bersifat sementara. Tanah yang telah diolah sehingga menjadi longgar lebih mudah tererosi.

Untuk mencapai tujuan pengolahan tanah dan bersamaan dengan itu menghidanri erosi, disarankan tindakan berikut:

 Tanah diolah seperlunya tergantung pada kondisi sifat fisik tanah

 Pengolahan tanah dilakukan, untuk bukan sawah, pada kandungan air tanah yang tepat (pF 3 sampai 4)

 Gunakan herbisida ramah lingkungan untuk memberantas gulma.  Dalamnya pengolahan selalu dirubah

(13)

 Pengolahan tanah dilakukan menurut kontur

Pengolahan tanah semacam ini disebut pengelolahan tanah minimum atau pengolahan tanah konservasi. Jika kondisi fisik tanah baik, artinya tanah gembur dan tidak terdapat lapisan padat pada kedalaman perakaran, maka pengolahan tanah dapat ditiadakan. Cara ini juga disebut tanpa olah tanah.

3.III Olah Tanah Konservasi (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah)

Pengolahan tanah adalah setiap kegiatan mekanik yang dilakukan terhadap tanah dengan tujuan untuk memudahkan penanaman, menciptakan keadaan tanah yang gembur bagi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman sekaligus merupakan upaya pemberantasan gulma. Dalam kaitannya dengan konservasi tanah dan air, pengolahan tanah hendaknya dilakukan seperlunya saja. Untuk tanah yang berlereng curam pengolahan tanah sebaiknya diminimumkan, bahkan ditiadakan.

Kegiatan pengolahan tanah biasa atau konvensional (dengan cara mencangkul atau membajak tanah dua kali dan diikuti dengan menghaluskan bongkahan tanah satu atau dua kali sebelum bertanam) lebih banyak bertujuan untuk memberantas gulma. Jika gulma dapat diatasi misalnya dengan penggunaan mulsa atau penggunaan herbisida, maka pengolahan tanah dapat dikurangi atau malah ditiadakan. Keunggulan dari tanaman tahunan adalah bahwa hampir semuanya tanaman ini tidak memerlukan pengolahan tanah.

Hal ini dimungkinkan karena setelah tajuknya berkembang menaungi permukaan tanah pertumbuhan gulma akan sangat berkurang.

(14)

Olah tanah konservasi adalah suatu sistem pengolahan tanah dengan tetap mempertahankan setidaknya 30% sisa tanaman menutup permukaan tanah. Olah tanah konservasi dilakukan dengan cara:

 Pengolahan tanah dalam bentuk larikan memotong lereng atau dengan mencangkul sepanjang larikan untuk memudahkan penanaman.

 Tanpa olah tanah adalah sistem di mana permukaan tanah hanya dibersihkan dari gulma baik secara manual maupun dengan menggunakan herbisida. Sesudah pembersihan, tanaman langsung ditugalkan. Jika penugalan sulit dilakukan, dapat digunakan cangkul untuk memudahkan penanaman.

Keuntungan:

 Menghemat tenaga kerja dan biaya

 Memperbaiki struktur tanah melalui peningkatan pori makro. Proses ini terjadi karena dengan tanpa olah tanah, fauna (hewan) tanah seperti cacing menjadi lebih aktif.

 Keuntungan Teknis, Pekerjaan pengolahan tanah memerlukan tenaga yang sangat besar, sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja. Dengan tenaga yang besar, yang dimiliki per alatan mekanis, pekerjaan yang berat akan dengan mudah dikerjakan. Hasil pengolahan tanah secara mekanis dapat lebih dalam.

 Keuntungan Ekonomis, Berdasarkan hasil penelitian (di Pulau Jawa), biaya pengolahan tanah per hektar dengan traktor akan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia maupun hewan. Penurunan biaya pengolahan tanah ini tentunya akan meningkatkan keuntungan para petani.

 Keuntungan Waktu, Dengan tenaga yang cukup besar, tentunya pengolahan tanah yang dilakukan secara mekanis akan lebih cepat. Dengan cepatnya waktu pengolahan tanah, akan mempercepat pula proses budidaya secara keseluruhan. Untuk beberapa tanaman yang

(15)

berumur pendek, sisa waktu yang tersedia ini dapat digunakan untuk melakukan budidaya lagi.

3.IV Dampak pengolahan tanah Positif

 Meregangkan tanah sehingga tercipta ruang dan pori-pori yang memungkinkan tanah mendapatkan aerasi udara

 Membantu mencapuradukkan residu tanaman, materi organik tanah, dan nutrisi menjadi lebih merata

 Membunuh gulma secara mekanis

 Mengeringkan tanah sebelum penanaman benih. Hal ini merupakan dampak yang positif pada wilayah beriklim basah.

 Ketika dilakukan di musim gugur, pengolahan tanah membantu meremahkan tanah sepanjang musim dingin melalui mekanisme pembekuan dan pelelehan yang dapat terjadi berkali-kali sepanjang musim dingin. Hal ini membantu persiapan penanaman untuk musim semi.

3.V Dampak pengelolahan tanah negatif

 Mengeringkan tanah sebelum penanaman benih. Hal ini merupakan dampak yang negatif pada wilayah beriklim kering.

 Tanah akan kehilangan banyak nutrisi seperti nitrogen dan kemampuannya dalam menyimpan air

 Mengurangi laju penyerapan air sehingga meningkatkan erosi tanah.

(16)

 Dengan laju penyerapan air berkurang, maka ada risiko terjadi aliran air permukaan yang membawa residu pupuk dan pestisida yang digunakan pada periode penanaman sebelumnya  Mengurangi kadar organik tanah

 Mengurangi jumlah organisme tanah bermanfaat seperti mikroba, cacing tanah, semut, dan sebagainya

 Menghancurkan agregat tanah

 Risiko terjadi pemadatan tanah pada bagian yang tidak terbajak

 Residu tanaman yang hancur dan tersisa di tanah dapat mengundang organisme dan serangga yang tidak diinginkan dan berpotensi mengganggu produksi, juga mengundang penyakit

Semua dampak positif dan negatif yang tersebut di atas dapat terjadi maupun tidak karena bergantung pada banyak faktor, diantaranya:

 Jenis implemen yang digunakan

 Pembajakan tanah di malam hari dapat mengurangi jumlah gulma yang tumbuh karena benih gulma yang masih terdormansi dapat tumbuh ketika terpapar cahaya matahari.

 Penggunaan implemen tertentu, terutama yang tidak mencapai tanah dalam, (misalbajak piring) tidak membutuhkan traksi yang tinggi sehingga dapat mempercepat pekerjaan pengolahan tanah sehingga pengolahan tanah intensif dapat dilakukan dengan jumlah jam kerja yang lebih sedikit. Penggunaan implemen jamak (misal traktor menarik bajak dan garu sekaligus) juga mengurangi jam kerja traktor, namun risiko pemadatan tanah lebih besar.  Sudut mata bajak juga berpengaruh dalam memperlakukan residu tanaman

 Jumlah residu tanaman yang tertinggal mempengaruhi laju erosi tanah; semakin banyak residu tanaman, pergerakan air lebih terhambat sehingga erosi berkurang.

(17)
(18)

BAB V KESIMPULAN

1.Tanah adalah sumber daya yang perlu dijaga kesuburannya agar tetap dapat menghasilkan hasil yang maksimal tanpa merusak tanah. Pemakaian tanah untuk pertanian dan perkebunan secara terus-menerus dan membabi-buta dapat membuat tanah menjadi tidak subur atau tandus.

2. Beberapa penyebab ketidaksuburan tanah ialah seperti pemcemaran tanah oleh limbah buangan, pestisida, tanaman monoton, dan lain-lain.

3. Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan dengan menggunakan bajak ataupun garu yang ditarik dengan berbagai sumber tenaga, seperti tenaga manusia, tenaga hewan, dan mesin pertanian (traktor).

4. Sistem pengolahan tanah terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan seberapa banyak residu tanaman yang diangkat dari lahan pertanian.

5. Salah satu contoh kerusakan tanah adalah erosi tanah. Erosi tanah adalah tanah yang lapuk dan mudah mengalami penghancuran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Pardede, James P. 2009. Diversifikasi dan Sentuhan Teknologi Salah Satu Upaya untuk SejahterakanPetani. http://japarde.multiply.com.

Rahayu, Subekti. 2004. Pertanian Ekologis: Keuntungan dan Kendalanya. ICRAF-SEA: Bogor. http://www.leisa.info/index.

Dariah, Ai. 2009. Konservasi Tanah pada Lahan Tegalan. Balai Penelitian Tanah: Bogor. http://balittanah.litbang.deptan.go.id.

Mayunar dan Subrata. 2009. Usahatani Padi Sawah Melalui Pendekatan PTT. Balai Pengkajian TeknologiPertanianBanten. http://banten.litbang.deptan.go.id.

Referensi

Dokumen terkait

[14] Noha a címer, a himnusz és a zászló tekinthető a leginkább elterjedt állami jelképnek, és alig akad olyan ország, amely ne rendelkezne ezekkel a szimbólumokkal, ez nem

Setelah manusia melampaui tahap teologi dan intelektual (Hati dan Akal), adalah ada tahap jasmani, karena tidak dapat disangkal bahwa manusia adalah makhluk yang berdemensi

Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2008) h. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia …, h.. Uraian pekerjaan harus diuraikan secara jelas agar pejabat

Desain; merupakan tahap perancanaan pengembangan modul audio visual dengan teknik lagu pada materi sistem periodik unsur berupa modul pembelajaran yang terdiri dari

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ditemukan jenis hama dari golongan serangga dan non serangga yang merusak baik pada fase vetetatif maupun generatif hingga

(1) PNS yang lulus seleksi penyesuaianjinpassing untuk diangkat dalam Jabatan Fungsional Analis Pengelolaan Keuangan APBN se bagaimana dimaksud dalam Pasal 16

Sesuai dengan analisis data yang dilakukan untuk menjawab permasalahan dan rumusan hipotesis, maka dapat diambil simpulan secara umum bahwa terdapat korelasi yang positif

Sikap memposisikan diri sebagai lawan maupun kawan dalam mendukung sebuah klub sepakbola di jejaring sosial facebook juga berkaitan dengan kepemilikan kekuasaan di