• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penemuan terbimbing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penemuan terbimbing"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

P P P PEEENENNENEERERARRAAAPPPAPANAANN MNMMEMETEETTOTOODODEDDEE PEPPEPEENENNENEEEMMUMMUUAUAANAN TNN TTETEERERBRRBBIBIIMIMMMBBIBBIININNGNG DGGDDADAALALALLAAMAMM PMPEPPEEEMMMBMBEBBEELELLALAJAAJJAJAAARRRARAANANNN M M M MAATAATTETEMEEMMAMAATATITTIIKIKKAKA UAAUUNUNNTNTUTTUKUUKK MKMMEMEENENNINIININNGNGGKGKKAKAAATTKTTKKAKAANAN PNNPPEPEEMEMAMMAAHAHHAHAAAMMMAMANAANN KNKKOKOONONNSNSESSEEPEPPP DDADDAANANNN K K K

KEEEMEMMAMAAMAMMPMPUPPUUAUAANANN BNBBEBEREERRPRPPIPIIKIKKIKIIRIRRR KKKRKRRIRIITITITTIIISSS SSSSISIIISSWSSWWAWAA SASSESEEKEKOKKOOLOLLALAAHAHH DHDADDAASASSASAARARRR

O O O

Ol l l el ee he h h: h:: A: A A sA s s r s r ru rul uul l K l  K  K K  a a r a a r ri riii m m m m

ABSTRAK ABSTRAK

Mengingat pentingnya pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis bagi siswa dalam Mengingat pentingnya pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis bagi siswa dalam mempelajari matematika, maka perlu dicari jalan penyelesaian, yaitu suatu cara mengelola mempelajari matematika, maka perlu dicari jalan penyelesaian, yaitu suatu cara mengelola proses belajar mengajar matematika di SD sehingga matematika dapat dicerna dengan baik  proses belajar mengajar matematika di SD sehingga matematika dapat dicerna dengan baik  oleh siswa pada umumnya. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan oleh siswa pada umumnya. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan metode penemuan terbimbing. Penelitian merupakan penelitian eksperimen menerapkan metode penemuan terbimbing. Penelitian merupakan penelitian eksperimen dengan desain

dengan desain Pretest-Posttes Control Group DesignPretest-Posttes Control Group Design. Subyek penelitian melibatkan 104. Subyek penelitian melibatkan 104 siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kuta Blang yang terdiri dari tiga level sekolah yaitu level siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kuta Blang yang terdiri dari tiga level sekolah yaitu level tinggi, sedang, dan rendah. Instrumen pengumpul data berupa soal tes pemahaman konsep dan tinggi, sedang, dan rendah. Instrumen pengumpul data berupa soal tes pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis, lembar observasi, angket skala sikap dan pedoman wawancara. kemampuan berpikir kritis, lembar observasi, angket skala sikap dan pedoman wawancara. Uji coba instrumen, diuji validitas, reliabilitas, indek kesukaran dan daya pembeda dengan Uji coba instrumen, diuji validitas, reliabilitas, indek kesukaran dan daya pembeda dengan menggunakan Anates versi 4,0. Pengujian statistik dengan menggunakan uji anova dua jalur menggunakan Anates versi 4,0. Pengujian statistik dengan menggunakan uji anova dua jalur yang sebelumnya diuji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan dua rerata pada taraf  yang sebelumnya diuji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan dua rerata pada taraf  signifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir signifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing kritis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau berdasarkan lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ditinjau berdasarkan level sekolah, sebagian besar siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran level sekolah, sebagian besar siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing. Berdasarkan temuan penelitian, maka matematika dengan metode penemuan terbimbing. Berdasarkan temuan penelitian, maka pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat dijadikan alternatif  pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dapat dijadikan alternatif  metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas

metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.pendidikan. Kata Kunci:

Kata Kunci: Penemuan Terbimbing, Pemahaman Konsep, dan Penemuan Terbimbing, Pemahaman Konsep, dan KemampuanKemampuan Berpikir Kritis

Berpikir Kritis

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari Sekolah Dasar (SD) Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Hal itu menunjukkan betapa pentingnya peranan sampai dengan Perguruan Tinggi (PT). Hal itu menunjukkan betapa pentingnya peranan matematika dalam dunia

matematika dalam dunia pendidikan dan perkembangan teknologi sekarang ini. pendidikan dan perkembangan teknologi sekarang ini. PembelajaranPembelajaran matematika d

matematika di sekolah dai sekolah dasar merupakasar merupakan dasar bn dasar bagi agi penerapan penerapan konsep matekonsep matematika padamatika pada  jenjang berikutnya

 jenjang berikutnya. Pentingnya perana. Pentingnya peranan matematika juga terlihat n matematika juga terlihat pada pengaruhnypada pengaruhnya terhadapa terhadap mata pelajaran lain. Contohnya mata pelajaran geografi, fisika, dan kimia. Dalam mata mata pelajaran lain. Contohnya mata pelajaran geografi, fisika, dan kimia. Dalam mata pelajaran ge

pelajaran geografi, konsep-konografi, konsep-konsep matematika sep matematika digunakan undigunakan untuk skala tuk skala atau perbaatau perbandinganndingan dalam membuat peta. Sedangkan dalam fisika dan kimia konsep-konsep matematika dalam membuat peta. Sedangkan dalam fisika dan kimia konsep-konsep matematika digunakan untuk mempermudah penurunan rumus-rumus

digunakan untuk mempermudah penurunan rumus-rumus yang dipelajari.yang dipelajari.

Dapat disimpulkan betapa pentingnya pemahaman konsep geometri mulai di SD. Dapat disimpulkan betapa pentingnya pemahaman konsep geometri mulai di SD. Sehingga sudah kewajiban guru untuk mengajarkan konsep-konsep geometri dengan baik dan Sehingga sudah kewajiban guru untuk mengajarkan konsep-konsep geometri dengan baik dan

(2)

benar mulai dari SD. Berdasar hasil

benar mulai dari SD. Berdasar hasil Training Need Assessment Training Need Assessment (TNA) Calon Peserta Diklat(TNA) Calon Peserta Diklat Guru Matematika SMP yang dilaksanakan PPPPTK Matematika tahun 2007 dengan sampel Guru Matematika SMP yang dilaksanakan PPPPTK Matematika tahun 2007 dengan sampel sebanyak 268 guru SMP dari 15 provinsi menunjukkan bahwa untuk materi luas selimut, sebanyak 268 guru SMP dari 15 provinsi menunjukkan bahwa untuk materi luas selimut, volume tabung, kerucut dan bola

volume tabung, kerucut dan bola sangat diperlukan oleh guru, 48,1% sangat diperlukan oleh guru, 48,1% guru menyatakan sangatguru menyatakan sangat memerlukan. Sementara itu untuk materi luas permukaan dan volume balok, kubus, prisma memerlukan. Sementara itu untuk materi luas permukaan dan volume balok, kubus, prisma serta limas, 43,7 % guru menyatakan sangat memerlukan. Sedangkan untuk materi: (1) serta limas, 43,7 % guru menyatakan sangat memerlukan. Sedangkan untuk materi: (1) Sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas serta bagian-bagiannya, (2) Pembuatan jaring-jaring sifat kubus, balok, prisma, dan limas serta bagian-bagiannya, (2) Pembuatan jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas,(3) Unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola, guru menyatakan kubus, balok, prisma, dan limas,(3) Unsur-unsur tabung, kerucut, dan bola, guru menyatakan memerlukan, dengan prosentase berturut-turut 48,1%, 48,1%, dan 45,9%. Markaban (Suwaji. memerlukan, dengan prosentase berturut-turut 48,1%, 48,1%, dan 45,9%. Markaban (Suwaji. 2008: 1)

2008: 1)

Fakta menunjukkan bahwa di antara semua cabang matematika yang diajarkan di SD, Fakta menunjukkan bahwa di antara semua cabang matematika yang diajarkan di SD, geometri merupakan materi yang paling sulit dipahami siswa, selain materi pecahan dan geometri merupakan materi yang paling sulit dipahami siswa, selain materi pecahan dan operasinya (Pranata. 2007: 3). Hal yang senada juga dinyatakan Suwaji (2008: 8) bahwa operasinya (Pranata. 2007: 3). Hal yang senada juga dinyatakan Suwaji (2008: 8) bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal dimensi tiga masih

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal dimensi tiga masih rendah. Sebagai contoh,rendah. Sebagai contoh, kadang-kadang siswa tidak dapat mengidentifikasi gambar limas persegi hanya karena kadang-kadang siswa tidak dapat mengidentifikasi gambar limas persegi hanya karena penyajian dalam gambar mengharuskan bentuk persegi menjadi bentuk jajar

penyajian dalam gambar mengharuskan bentuk persegi menjadi bentuk jajar genjang.genjang. Kelemahan siswa terhadap geometri juga dipertegas oleh hasil survey

Kelemahan siswa terhadap geometri juga dipertegas oleh hasil survey Programme for Programme for   International Student

 International Student AssessmenAssessment t (PISA) 2000/2001 menunjukkan bahwa siswa lemah dalam(PISA) 2000/2001 menunjukkan bahwa siswa lemah dalam geometri, khususnya dalam pemahaman ruang dan bentuk. Sebagai ilustrasi, siswa geometri, khususnya dalam pemahaman ruang dan bentuk. Sebagai ilustrasi, siswa menghadapi kesukaran dalam membayangkan suatu balok yang berongga di dalamnya menghadapi kesukaran dalam membayangkan suatu balok yang berongga di dalamnya (Suwaji. 2008: 8). Dari dua pernyataan dan contoh yang dikemukakan mengindikasikan (Suwaji. 2008: 8). Dari dua pernyataan dan contoh yang dikemukakan mengindikasikan bahwa kemampuan pemahaman konsep geometri dan kemampuan berpikir kritis siswa masih bahwa kemampuan pemahaman konsep geometri dan kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah.

rendah.

Sulitnya geometri tidak hanya dialami oleh siswa tetapi juga dialami oleh guru Sulitnya geometri tidak hanya dialami oleh siswa tetapi juga dialami oleh guru matematika di seko

matematika di sekolah dasar. lah dasar. Hal itu di dukung oleh peHal itu di dukung oleh penelitian yang dilakukanelitian yang dilakukan Rusgianton Rusgianto et et  al.

al. (Sarjiman. 2006: 75) terhadap kesalahan-kesalahan guru matematika SD memperoleh(Sarjiman. 2006: 75) terhadap kesalahan-kesalahan guru matematika SD memperoleh kesimpulan bahwa 51,58% guru yang diteliti melakukan kesalahan aljabar, 54,42%, pada kesimpulan bahwa 51,58% guru yang diteliti melakukan kesalahan aljabar, 54,42%, pada kelompok geometri 49,7 % dan pada kelompok aritmatika.

kelompok geometri 49,7 % dan pada kelompok aritmatika.

Heruman (2008: 109) menyatakan bahwa dalam pengenalan geometri ruang, selama Heruman (2008: 109) menyatakan bahwa dalam pengenalan geometri ruang, selama ini guru sering kali langsung memberi informasi pada siswa tentang ciri-ciri bangun geometri, ini guru sering kali langsung memberi informasi pada siswa tentang ciri-ciri bangun geometri, selanjutnya Heruma

selanjutnya Heruman menambahkan dalan menambahkan dalam banyak kasus, guru m banyak kasus, guru hanya menggambahanya menggambar geometrir geometri ruang tersebut di papan tulis, atau hanya menunjukkan gambar yang ada dalam buku sumber ruang tersebut di papan tulis, atau hanya menunjukkan gambar yang ada dalam buku sumber yang digunakan siswa, walaupun guru menggunakan alat peraga, siswa hanya melihat saja yang digunakan siswa, walaupun guru menggunakan alat peraga, siswa hanya melihat saja bangun ruang yang ditunjukkan guru tersebut.

(3)

Berdasar hasil penelitian Peterson dan Fennema (Suryadi, 2005: 48) di sekolah dasar, Berdasar hasil penelitian Peterson dan Fennema (Suryadi, 2005: 48) di sekolah dasar, bahwa hanya

bahwa hanya 15% 15% dari waktu dari waktu belajar yang belajar yang digunakan untuk mengembangkan digunakan untuk mengembangkan kemampuankemampuan berpikir matema

berpikir matematis tingkat tinggtis tingkat tinggi, 62% wai, 62% waktu belajar dktu belajar digunakan igunakan untuk menguntuk mengembangkanembangkan kemampuan berpikir matematika tingkat rendah, dan 13% sisanya untuk kegiatan yang tidak  kemampuan berpikir matematika tingkat rendah, dan 13% sisanya untuk kegiatan yang tidak  ada kaitan dengan pelajaran matematika.

ada kaitan dengan pelajaran matematika.

Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika di Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika di sekolah atau

sekolah atau pun perguruan pun perguruan tinggi, yang tinggi, yang menitik beratkan pada menitik beratkan pada sistem, struktur, konssistem, struktur, konsep,ep, prinsip, serta kaita

prinsip, serta kaitan yang ketat an yang ketat antara suatu ntara suatu unsur dan unsunsur dan unsur lainnya (Maulana, ur lainnya (Maulana, 2008: 39).2008: 39). Selanjutnya Ruggiero (Johnson, 2007) menyatakan Berpikir kritis merupakan sebuah Selanjutnya Ruggiero (Johnson, 2007) menyatakan Berpikir kritis merupakan sebuah keterampilan hidup, bukan hobi di bidang akademik. Kemudian Johnson (2007: 189) keterampilan hidup, bukan hobi di bidang akademik. Kemudian Johnson (2007: 189) menambahka

menambahkan bahwa berpikir n bahwa berpikir kritis adalah hobi kritis adalah hobi berpikir yang bisa dikembangkan oleh setiapberpikir yang bisa dikembangkan oleh setiap orang, maka hobi ini harus diajarkan di Sekolah Dasar, SMP, dan SMA. Menyadari orang, maka hobi ini harus diajarkan di Sekolah Dasar, SMP, dan SMA. Menyadari pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa sejak SD, maka mutlak  pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa sejak SD, maka mutlak  diperlukan adanya pembelajaran matematika yang lebih banyak melibatkan siswa secara aktif  diperlukan adanya pembelajaran matematika yang lebih banyak melibatkan siswa secara aktif  dalam proses pembelajaran itu sendiri.

dalam proses pembelajaran itu sendiri.

Setelah mengingat pentingnya matematika untuk pendidikan sejak siswa SD, maka Setelah mengingat pentingnya matematika untuk pendidikan sejak siswa SD, maka perlu dicari jalan penyelesaian, yaitu suatu cara mengelola proses belajar mengajar perlu dicari jalan penyelesaian, yaitu suatu cara mengelola proses belajar mengajar matematika di SD

matematika di SD sehingga matematika dapat dicerna dengan baik oleh pada umumnya siswasehingga matematika dapat dicerna dengan baik oleh pada umumnya siswa SD (Hudojo: 2005). Fruner dan Robinson (Rochaminah 2008: 4) menyatakan bahwa untuk  SD (Hudojo: 2005). Fruner dan Robinson (Rochaminah 2008: 4) menyatakan bahwa untuk  meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis pembelajaran harus difokuskan pada meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis pembelajaran harus difokuskan pada pemahaman konsep dengan berbagai pendekatan dari pada keterampilan prosedural. pemahaman konsep dengan berbagai pendekatan dari pada keterampilan prosedural. Sedangkan menurut Rochaminah 2008: 8) untuk mencapai pemahaman konsep, identifikasi Sedangkan menurut Rochaminah 2008: 8) untuk mencapai pemahaman konsep, identifikasi masalah d

masalah dapat membantu apat membantu menciptakan menciptakan suasana berpikir suasana berpikir bagi bagi peserta didik. Kepeserta didik. Keberhasilanberhasilan dalam pembelajaran sangat ditentukan oleh keadaan proses pembelajaran yang diterapkan. dalam pembelajaran sangat ditentukan oleh keadaan proses pembelajaran yang diterapkan.

Salah satu model pengajaran yang diduga dapat digunakan untuk memperbaiki Salah satu model pengajaran yang diduga dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar adalah pembelajaran matematika melalui penerapan metode kualitas proses dan hasil belajar adalah pembelajaran matematika melalui penerapan metode penemuan terbimbing. Menurut Ruseffendi (2006: 329) metode (mengajar) penemuan adalah penemuan terbimbing. Menurut Ruseffendi (2006: 329) metode (mengajar) penemuan adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahua

pengetahuan yang n yang sebelumnya belum diketahuinya itu sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui tidak melalui pemberitahuapemberitahuan, sebagiann, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan kata lain pembelajaran dengan metode penemuan atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dengan kata lain pembelajaran dengan metode penemuan merupakan salah satu cara untuk menyampaikan ide/gagasan dengan proses menemukan, merupakan salah satu cara untuk menyampaikan ide/gagasan dengan proses menemukan, dalam proses ini siswa berusaha menemukan konsep dan rumus dan semacamnya dengan dalam proses ini siswa berusaha menemukan konsep dan rumus dan semacamnya dengan bimbingan guru. Rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran penemuan merupakan bimbingan guru. Rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran penemuan merupakan aktivitas dalam berpikir kritis

(4)

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Suwangsih dan Tiurlina (2006: 204) menyatakan belajar melalui penemuan itu kebaikan. Suwangsih dan Tiurlina (2006: 204) menyatakan belajar melalui penemuan itu penting, sebab: (1) pada kenyataan ilmu-ilmu itu diperoleh melalui penemuan; (2) matematika penting, sebab: (1) pada kenyataan ilmu-ilmu itu diperoleh melalui penemuan; (2) matematika adalah bahasa yang abstrak; konsep dan lain-lainnya itu akan melekat bila melalui penemuan adalah bahasa yang abstrak; konsep dan lain-lainnya itu akan melekat bila melalui penemuan dengan jalan memanipulasi dan

dengan jalan memanipulasi dan berpengalamaberpengalaman dengan benda-benda konkret; n dengan benda-benda konkret; (3) generalisasi(3) generalisasi itu penting; melalui penemuan generalisasi yang diperoleh akan mantap; (4) dapat itu penting; melalui penemuan generalisasi yang diperoleh akan mantap; (4) dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah; (5) setiap anak adalah makhluk kreatif; (6) meningkatkan kemampuan memecahkan masalah; (5) setiap anak adalah makhluk kreatif; (6) menemukan sesuatu oleh sendiri dapat menumbuhkan rasa percaya terhadap diri sendiri, menemukan sesuatu oleh sendiri dapat menumbuhkan rasa percaya terhadap diri sendiri, dapat meningkatkan motivasi (termasuk motivasi intrinsik), melalui pengkajian lebih lanjut; dapat meningkatkan motivasi (termasuk motivasi intrinsik), melalui pengkajian lebih lanjut; pada umumnya bersikap positif

pada umumnya bersikap positif terhadap matematika.terhadap matematika. Berangkat dari latar belakang di atas, studi

Berangkat dari latar belakang di atas, studi ini akan meneliti tini akan meneliti tentang penerapan metodeentang penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis

konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar.siswa sekolah dasar.

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka secara umum dirumuskan pokok  Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka secara umum dirumuskan pokok  permasalahan penelitian sebagai berikut: Apakah penerapan metode penemuan terbimbing permasalahan penelitian sebagai berikut: Apakah penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar.

berpikir kritis siswa sekolah dasar.

METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desainmerupakan penelitian eksperimen dengan desain Pretest-Posttes ControlPretest-Posttes Control Group Design

Group Design. Subyek penelitian melibatkan 104 siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kuta. Subyek penelitian melibatkan 104 siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kuta Blang yang terdiri dari tiga level sekolah yaitu level tinggi, sedang, dan rendah. Instrumen Blang yang terdiri dari tiga level sekolah yaitu level tinggi, sedang, dan rendah. Instrumen pengumpul data berupa soal tes kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir pengumpul data berupa soal tes kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis, lembar observasi, angket skala sikap dan pedoman wawancara. Uji coba instrumen, kritis, lembar observasi, angket skala sikap dan pedoman wawancara. Uji coba instrumen, diuji validitas, reliabilitas, indek kesukaran dan daya pembeda dengan menggunakan Anates diuji validitas, reliabilitas, indek kesukaran dan daya pembeda dengan menggunakan Anates versi 4,0. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung versi 4,0. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g factor (

dengan rumus g factor ( N-Gains N-Gains) dengan rumus:) dengan rumus:

g = g = e e  Maks  Maks e e Post  Post  S S S S S S S S Pr Pr Pr Pr

(Hake dalam Sahara, 2008: 143) (Hake dalam Sahara, 2008: 143)

Tinggi rendahnya

Tinggi rendahnya gaingain yang dinormalisasi (yang dinormalisasi ( N-gain N-gain) dapat diklasifikasikan sebagai) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

berikut: (1) (1) jika jika g g 0,7, 0,7, makamaka N-gain N-gain yang dihasilkan termasuk kategori tinggi, (2) jika 0,7yang dihasilkan termasuk kategori tinggi, (2) jika 0,7 g

g 0,3, 0,3, makamaka N-gain N-gain yang dihasilkan termasuk kategyang dihasilkan termasuk kategori sedang, (3) jika ori sedang, (3) jika g < 0,3, makag < 0,3, maka N-  N-gain

(5)

anova dua jalur yang sebelumnya diuji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan dua anova dua jalur yang sebelumnya diuji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan dua rerata pada taraf signifikan 0,05.

rerata pada taraf signifikan 0,05. HASIL PENELITIAN

HASIL PENELITIAN 1.

1. Peningkatan PemPeningkatan Pemahaman ahaman Konsep BerdasaKonsep Berdasarkan Pemberkan Pembelajaranlajaran Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Compare Mean Independent Compare Mean Independent  Samples Test 

Samples Test . Dapat dirangkumkan hasil . Dapat dirangkumkan hasil analisis data pemahaman konsep.analisis data pemahaman konsep. Tabel 1

Tabel 1

Uji-t Data Pemahaman Konsep Uji-t Data Pemahaman Konsep Pembelajaran

Pembelajaran Perbedaan Perbedaan t t Sig. Sig. HoHo Penemuan Terbimbing * Konvensional

Penemuan Terbimbing * Konvensional 0,40521 0,40521 0,276080,27608 5,277 5,277 0,000 0,000 Tolak Tolak  : Tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep berdasarkan faktor pembelajaran.

: Tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep berdasarkan faktor pembelajaran. Dari tabel 1

Dari tabel 1 terlihat bahwa terlihat bahwa nilai nilai rata-rata antara kerata-rata antara kelompok data ylompok data yang menggunaang menggunakankan pembelajaran penemuan terbimbing lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran pembelajaran penemuan terbimbing lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran konvensiona

konvensional l yaitu yaitu 0,40521 0,40521 0,27608. Kemudian 0,27608. Kemudian dari dari Tabel Tabel 1 1 di di atas atas juga juga dapat dapat dilihatdilihat hasil perhitungan nilai t sebesar 5.277 dengan nilai Signifikan (Sig.) sebesar 0,000, karena hasil perhitungan nilai t sebesar 5.277 dengan nilai Signifikan (Sig.) sebesar 0,000, karena nilai signifikan lebih kecil dari nilai signifikan 0,05, sehingga dapat diartikan hipotesis nilai signifikan lebih kecil dari nilai signifikan 0,05, sehingga dapat diartikan hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan pemahaman konsep berdasarkan faktor penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan pemahaman konsep berdasarkan faktor pembelajaran diterima. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata

pembelajaran diterima. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata  N-gain N-gain pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan rata-rata

pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan rata-rata  N-gain N-gain pembelajaranpembelajaran konvensional. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya dengan konvensional. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan metode penemuan terbimbing memiliki pemahaman konsep yang lebih baik  menggunakan metode penemuan terbimbing memiliki pemahaman konsep yang lebih baik  dari siswa

dari siswa yang pembelajarannya dengan pembelajaran konvensional.yang pembelajarannya dengan pembelajaran konvensional. 2.

2. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Berdasarkan Pembelajaran danPeningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Berdasarkan Pembelajaran dan Level Sekolah

Level Sekolah

Berdasarkan hasil uji statistik anova dua jalur dengan menggunakan

Berdasarkan hasil uji statistik anova dua jalur dengan menggunakan General Linear General Linear   Model Univariate Analysis

 Model Univariate Analysis. Dapat dirangkumkan hasil . Dapat dirangkumkan hasil analisis data pemahaman konsep.analisis data pemahaman konsep. Tabel 2

Tabel 2 Hasil Uji Anova D

Hasil Uji Anova Dua ua Jalur Pembelajaran Jalur Pembelajaran dan Level Sedan Level Sekolahkolah Variabel

Variabel F F Sig. Sig. HoHo

Pembelajaran

Pembelajaran 28,260 28,260 0,000 0,000 Tolak Tolak  Level

Level Sekolah Sekolah 16,742 16,742 0,000 0,000 Tolak Tolak  Pembelajaran

Pembelajaran * * Level Level Sekolah Sekolah 4,000 4,000 0,021 0,021 Tolak Tolak  : Tidak terdapat interaksi antara

: Tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan level sekolahfaktor pembelajaran dengan level sekolah

Dari tabel 2 terlihat bahwa nilai F untuk interaksi faktor pembelajaran dengan level Dari tabel 2 terlihat bahwa nilai F untuk interaksi faktor pembelajaran dengan level sekolah sebesar 4,000 dengan nilai signifikan sebesar 0,021. Nilai signifikan ini lebih kecil sekolah sebesar 4,000 dengan nilai signifikan sebesar 0,021. Nilai signifikan ini lebih kecil

(6)

dibandingka

dibandingkan n dengan dengan nilai nilai = = 0,05 0,05 sehingga sehingga dapat dapat disimpulkan disimpulkan bahwa bahwa hipotesis hipotesis penelitianpenelitian yang menyatakan terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor sekolah yang menyatakan terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor sekolah diterima. Ini berarti terdapat perbedaan rata-rata

diterima. Ini berarti terdapat perbedaan rata-rata N-gain N-gain pemahaman konsep siswa pada levelpemahaman konsep siswa pada level sekolah (tinggi, sedang, rendah) yang pembelajarannya dengan metode penemuan terbimbing sekolah (tinggi, sedang, rendah) yang pembelajarannya dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan konvensional.

dengan siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan konvensional.

Secara grafik, interaksi antara faktor pembelajaran dan level sekolah dalam Secara grafik, interaksi antara faktor pembelajaran dan level sekolah dalam pemahaman konse

pemahaman konsep diperlihatkan dalam Gambar 1 p diperlihatkan dalam Gambar 1 berikut ini.berikut ini.

Gambar 1 Gambar 1

Interaksi antara Faktor Pembelajaran dan

Interaksi antara Faktor Pembelajaran dan Level SekolahLevel Sekolah Terhadap Pemahaman Konsep

Terhadap Pemahaman Konsep

Berdasarkan Gambar 1 di atas dapat dibaca bahwa pembelajaran dengan metode Berdasarkan Gambar 1 di atas dapat dibaca bahwa pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing sesuai untuk semua level sekolah dalam meningkatkan pemahaman penemuan terbimbing sesuai untuk semua level sekolah dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika. Hal ini terlihat rata-rata

konsep matematika. Hal ini terlihat rata-rata N-gain N-gain pemahaman konsep siswa yang belajarpemahaman konsep siswa yang belajar dengan pembelajaran metode penemuan terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan dengan pembelajaran metode penemuan terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan kategori

pembelajaran konvensional. Berdasarkan kategori  N-gain N-gain pemahaman konsep siswa yangpemahaman konsep siswa yang belajar matematika dengan penemuan terbimbing pada sekolah level tinggi dan sedang belajar matematika dengan penemuan terbimbing pada sekolah level tinggi dan sedang menunjukkan kategori sedang, sedangkan pada sekolah level rendah menunjukkan kategori menunjukkan kategori sedang, sedangkan pada sekolah level rendah menunjukkan kategori rendah. Kategori

rendah. Kategori  N-gain N-gain pemahaman konsep siswa yang belajar matematika denganpemahaman konsep siswa yang belajar matematika dengan pembelajaran konvensional pada sekolah level tinggi menunjukkan kategori sedang, pembelajaran konvensional pada sekolah level tinggi menunjukkan kategori sedang, sedangka

(7)

3.

3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis berdasarkan Pembelajaraberdasarkan Pembelajarann Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Compare Mean Independent Compare Mean Independent  Samples Test 

Samples Test . Dapat dirangkumkan hasil analisis data kemampuan berpikir kritis . Dapat dirangkumkan hasil analisis data kemampuan berpikir kritis siswa.siswa. Tabel 3

Tabel 3

Uji-t Data Kemampuan Berpikir Kritis Uji-t Data Kemampuan Berpikir Kritis

Pembelajaran

Pembelajaran Perbedaan Perbedaan t t Sig. Sig. HoHo Penemuan Terbimbing*Konvensional

Penemuan Terbimbing*Konvensional

0

0,,3322661100 00,,2222009900 4,617 4,617 0,000 0,000 Tolak Tolak  : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir

: Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis berdasarkan faktor pembelajarankritis berdasarkan faktor pembelajaran

Dari Tabel 3 terliha

Dari Tabel 3 terlihat bahwa nilai t bahwa nilai rata-rata antara krata-rata antara kelompok data yelompok data yang menggunang menggunakanakan pembelajaran penemuan terbimbing lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran pembelajaran penemuan terbimbing lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran kon

konvenvensiosional anal atau 0,tau 0,3263261010 0,20,22092090. Ni0. Nilai t selai t sebesbesar 4,ar 4,617 de617 dengngan nilan nilai Sigai Signifnifikaikan (Sign (Sig.).) sebesar

sebesar 0,000, 0,000, karena karena nilai nilai signifikan signifikan lebih lebih kecil kecil nilai nilai = = 0,05), 0,05), sehingga sehingga dapat dapat diartikandiartikan hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis berdasarkan faktor pembelajaran diterima. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara berdasarkan faktor pembelajaran diterima. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata

rata-rata N-gain N-gain pembelajaran dengan pembelajaran matematika dengan metode penemuanpembelajaran dengan pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dengan rata-rata

terbimbing dengan rata-rata  N-gain N-gain pembelajaran pembelajaran konvensionakonvensional. l. Hasil Hasil ini ini menunjukkanmenunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan metode penemuan terbimbing bahwa siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan metode penemuan terbimbing memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dari

memiliki kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dari siswa yang pembelajarannya dengansiswa yang pembelajarannya dengan pembelajaran konvensional.

pembelajaran konvensional. 4.

4. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan Pembelajaran dan LevelPeningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan Pembelajaran dan Level sekolah

sekolah

Berdasarkan hasil uji statistik anova dua jalur dengan menggunakan

Berdasarkan hasil uji statistik anova dua jalur dengan menggunakan General Linear General Linear    Model Univariate Analysis

  Model Univariate Analysis. Dapat dirangkumkan hasil analisis data kemampuan berpikir. Dapat dirangkumkan hasil analisis data kemampuan berpikir kritis.

kritis.

Tabel 4 Tabel 4 Hasil Uji Anova D

Hasil Uji Anova Dua ua Jalur Pembelajaran Jalur Pembelajaran dan Level Sedan Level Sekolahkolah

Variabel

Variabel F F Sig. Sig. HoHo

Pembelajaran

Pembelajaran 21,933 21,933 0,000 0,000 Tolak Tolak  Level

Level Sekolah Sekolah 4,519 4,519 0,013 0,013 Tolak Tolak  Pembelajaran*

Pembelajaran* Level Level Sekolah Sekolah 0,313 0,313 0,732 0,732 TerimaTerima : Tidak terdapat interaksi antara

: Tidak terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor level sekolah.faktor pembelajaran dengan faktor level sekolah.

Dari Tabel 4 terlihat bahwa nilai F untuk interaksi faktor pembelajaran dengan level Dari Tabel 4 terlihat bahwa nilai F untuk interaksi faktor pembelajaran dengan level sekolah sebesar 0,313 dengan nilai signifikansi sebesar 0,732. Nilai signifikan ini lebih besar sekolah sebesar 0,313 dengan nilai signifikansi sebesar 0,732. Nilai signifikan ini lebih besar dibandingka

dibandingkan n dengan dengan nilai nilai = = 0,05 0,05 sehingga sehingga dapat dapat disimpulkan disimpulkan bahwa bahwa hipotesis hipotesis penelitianpenelitian yang menyatakan terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor sekolah dito yang menyatakan terdapat interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor sekolah dito lak.lak. Ini berarti yang rata-rata

(8)

sedang, rendah) yang pembelajarannya dengan metode penemuan terbimbing tidak berbeda sedang, rendah) yang pembelajarannya dengan metode penemuan terbimbing tidak berbeda secara signifikan dengan siswa

secara signifikan dengan siswa yang pembelajarannyyang pembelajarannya dengan pa dengan pendekatan konvensional.endekatan konvensional.

Secara grafik, interaksi antara faktor pembelajaran dan level sekolah dalam Secara grafik, interaksi antara faktor pembelajaran dan level sekolah dalam kemampuan berpikir kritis diperlihatkan dalam gambar 2 berikut i

kemampuan berpikir kritis diperlihatkan dalam gambar 2 berikut i ni.ni.

Gambar 2 Gambar 2 Interaksi Antara P

Interaksi Antara Pembelajaran Dan Lembelajaran Dan Level Sekolah evel Sekolah DalamDalam Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan gambar

Berdasarkan gambar 2 2 di atas di atas dapat dibaca dapat dibaca bahwa bahwa pembelajapembelajaran ran dengan dengan metodemetode penemuan terbimbing sesuai untuk semua level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah). Hal ini penemuan terbimbing sesuai untuk semua level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah). Hal ini terlihat rata-rata

terlihat rata-rata N-gain N-gain kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan pembelajarankemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan pembelajaran metode penemuan terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. metode penemuan terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan kategori

Berdasarkan kategori  N-gain N-gain kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar menggunakankemampuan berpikir kritis siswa yang belajar menggunakan metode penemuan terbimbing pada sekolah level tinggi, sedang dan rendah menunjukkan metode penemuan terbimbing pada sekolah level tinggi, sedang dan rendah menunjukkan kategori sedang. Kategori

kategori sedang. Kategori N-gain N-gain kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar matematikakemampuan berpikir kritis siswa yang belajar matematika dengan pembelajaran konvensional pada sekolah level tinggi, sedang, dan rendah dengan pembelajaran konvensional pada sekolah level tinggi, sedang, dan rendah menunjukkan kategori rendah.

menunjukkan kategori rendah. PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah disajikan sebelumnya, berikut ini akan Berdasarkan hasil analisis data yang telah disajikan sebelumnya, berikut ini akan diuraikan de

diuraikan deskripsi dan skripsi dan interpretasi dainterpretasi data ta hasil penelitian. hasil penelitian. Deskripsi dan Deskripsi dan interpretasi datainterpretasi data dianalisis berdasarkan faktor-faktor yang dicermati dalam penelitian ini. Faktor-faktor dianalisis berdasarkan faktor-faktor yang dicermati dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut meliputi pembelajaran penemuan terbimbing, level

tersebut meliputi pembelajaran penemuan terbimbing, level sekolah, kemampuan pemahamansekolah, kemampuan pemahaman konsep, kemampuan berpikir kritis.

konsep, kemampuan berpikir kritis. 1.

1. Pembelajaran Metode Penemuan TerbimbingPembelajaran Metode Penemuan Terbimbing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar melalui pembelajaran matematika dengan kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar melalui pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing dengan siswa

metode penemuan terbimbing dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Rata-rata

(9)

penemuan terbimbing lebih tinggi dari siswa

penemuan terbimbing lebih tinggi dari siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensionayang belajar dengan pembelajaran konvensional,l, ya

yaitu itu 0,40,40520521 1 0,20,27607608 8 serserta ta RatRata-ra-rataata N-gain N-gain kemampuan kemampuan berpikir berpikir kritis kritis siswa siswa yangyang belajar dengan metode penemuan terbimbing terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan belajar dengan metode penemuan terbimbing terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan

kemampuan berpikir kritis siswberpikir kritis siswa a yang yang belajar dengabelajar dengan pemben pembelajaran konvelajaran konvensional yansional yaituitu 0,32610

0,32610 0,22090. 0,22090. Jadi Jadi dapat dapat diambil diambil kesimpulan kesimpulan bahwa bahwa pemahaman pemahaman konsep konsep siswa siswa yangyang belajar dengan pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dari siswa yang belajar dengan belajar dengan pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dari siswa yang belajar dengan pembelajaran

pembelajaran konvensional konvensional serta kemamserta kemampuan berpikpuan berpikir ir kritis siswa ykritis siswa yang beang belajar denganlajar dengan metode penemuan terbimbing terlihat lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir metode penemuan terbimbing terlihat lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa

kritis siswa yang beyang belajar dengan pelajar dengan pembelajaran konvembelajaran konvensional.nsional.

Hasil temuan ini mengindikasikan pembelajaran matematika dengan metode Hasil temuan ini mengindikasikan pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir penemuan terbimbing berpengaruh terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal in

kritis siswa. Hal ini didukung oleh i didukung oleh perbedaan kaperbedaan karakteristik pembelarakteristik pembelajaran yang djaran yang digunakan.igunakan. Beberapa perbedaan karakteristikny

Beberapa perbedaan karakteristiknya ditinjau dari a ditinjau dari bahan ajar, peran guru, dbahan ajar, peran guru, dan interaksi kelas.an interaksi kelas. Gambaran

Gambaran perbedaan perbedaan karakteristik tersekarakteristik tersebut disajikan but disajikan dalam dalam Tabel 5 Tabel 5 berikut ini.berikut ini. Tabel 5

Tabel 5 Perbedaan Ka

Perbedaan Karakteristik Pembelajaran dengrakteristik Pembelajaran dengan Metode an Metode Penemuan TerbimbPenemuan Terbimbinging dan Konvensional

dan Konvensional

No

No Tinjauan Tinjauan Penemuan Penemuan terbimbing terbimbing KonvensionalKonvensional 1 Bahan

1 Bahan ajar ajar

Bahan ajar dirancang dalam bentuk sajian Bahan ajar dirancang dalam bentuk sajian masalah sehingga konsep, rumus dalam masalah sehingga konsep, rumus dalam matematika diperoleh siswa melalui matematika diperoleh siswa melalui aktivitas.

aktivitas.

Siswa terlibat secara aktif dalam Siswa terlibat secara aktif dalam mengonstruksi

mengonstruksi konsep mkonsep matematis matematis melaluielalui LKS (Lembar Kerja Siswa).

LKS (Lembar Kerja Siswa).

Bahan ajar tidak dirancang secara Bahan ajar tidak dirancang secara khusus,

khusus, tetapi tetapi hanya behanya berdasarkanrdasarkan buku teks yang digunakan siswa. buku teks yang digunakan siswa. Siswa

Siswa hanya hanya menerimamenerima informasi, konsep matematika informasi, konsep matematika disajikan dalam bentuk jadi. disajikan dalam bentuk jadi. 2 Peran

2 Peran guru guru

Guru berperan sebagai fasilitator yaitu Guru berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan bantuan kepada siswa melalui memberikan bantuan kepada siswa melalui teknik 

teknik ScaffoldingScaffolding antara antara lain lain berupaberupa pengajuan pertanyaan dan pemberian pengajuan pertanyaan dan pemberianhints.hints.

Guru berperan sebagai Guru berperan sebagai penyampai informasi, yaitu penyampai informasi, yaitu menjelaskan konsep-konsep menjelaskan konsep-konsep matematika secara langsung matematika secara langsung sesuai dengan buku teks siswa. sesuai dengan buku teks siswa. 3 Interaksi

3 Interaksi kelas kelas

Interaksi yang

Interaksi yang terjadi terjadi dalam pembedalam pembelajaranlajaran bersifat multi arah

bersifat multi arah

Interaksi yang terjadi dalam Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran bersifat satu atau pembelajaran bersifat satu atau dua arah.

dua arah.

Dalam proses

Dalam proses penemuan konsep, penemuan konsep, siswa mendapat siswa mendapat bantuan dari bantuan dari guru, bantuan guru, bantuan yangyang diberikan menggunakan teknik 

diberikan menggunakan teknik  scaffoldingscaffolding. Teknik . Teknik  scaffoldingscaffolding merupakan suatu teknik merupakan suatu teknik  memberi bantuan kepada siswa manakala siswa tersebut mengalami kesulitan di atas memberi bantuan kepada siswa manakala siswa tersebut mengalami kesulitan di atas kemampuanny

kemampuannya dalam memecaa dalam memecahkan masalahhkan masalah, antara , antara lain berupa pengajualain berupa pengajuan pertanyaan n pertanyaan dandan pemberian

pemberian hintshints, pertanyaan yang diberikan oleh guru berbentuk pertanyaan yang lebih, pertanyaan yang diberikan oleh guru berbentuk pertanyaan yang lebih sederhana

sederhana dan lebih dan lebih mengarahkan mengarahkan siswa unsiswa untuk dapat tuk dapat untuk untuk mengonstruksi mengonstruksi konsep. konsep. Bentuk Bentuk  pertanyaan tersebut merupakan lanjutan dari pertanyaan yang dituangkan dalam

(10)

yang diberikan bukan untuk individu melainkan untuk kelompok yang mengalami kendala yang diberikan bukan untuk individu melainkan untuk kelompok yang mengalami kendala dalam melakukan proses penemuan berdasarkan langkah-langkah penemuan yang disajikan dalam melakukan proses penemuan berdasarkan langkah-langkah penemuan yang disajikan dalam LKS.

dalam LKS.

Dalam mela

Dalam melakukan akukan aktivitas penemktivitas penemuan, siswa uan, siswa berinteraksi berinteraksi dengan dengan siswa lainnysiswa lainnya.a. Interaksi berupa

Interaksi berupa sharingsharing atau siswa atau siswa yang berkeyang berkemampuan lemah bertamampuan lemah bertanya kepada snya kepada siswa yangiswa yang pandai dan siswa yang pandai menjelaskannya

pandai dan siswa yang pandai menjelaskannya. Interaksi juga ter. Interaksi juga terjadi antara guru dengan siswajadi antara guru dengan siswa tertentu, dengan beberapa siswa atau serentak dengan seluruh siswa dalam kelas.

tertentu, dengan beberapa siswa atau serentak dengan seluruh siswa dalam kelas. 2.

2. Level sekolahLevel sekolah

Dalam penelitian ini level sekolah dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu sekolah level Dalam penelitian ini level sekolah dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu sekolah level tinggi, sedang, rendah, pengelompokan diperoleh berdasarkan nilai rata-rata ujian akhir tinggi, sedang, rendah, pengelompokan diperoleh berdasarkan nilai rata-rata ujian akhir sekolah (UASBN) dari seluruh SDN yang didapat dari Kantor Unit Pembantu Dinas sekolah (UASBN) dari seluruh SDN yang didapat dari Kantor Unit Pembantu Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kecamatan Kuta Blang, Kabupaten Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Kecamatan Kuta Blang, Kabupaten Bireuen. Selanjutnya, ketiga level sekolah tersebut dikaitkan dengan variabel pembelajaran, Bireuen. Selanjutnya, ketiga level sekolah tersebut dikaitkan dengan variabel pembelajaran, pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis

pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.siswa.

Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara pembelajaran dengan faktor level Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara pembelajaran dengan faktor level sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa. sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa. Dengan kata lain selisih antara faktor pembelajaran dengan level sekolah tinggi, sedang, Dengan kata lain selisih antara faktor pembelajaran dengan level sekolah tinggi, sedang, rendah y

rendah yang ang pembelajarpembelajarannya annya dengan dengan menggunakan metode menggunakan metode penemuan penemuan terbimbterbimbing ing berbedaberbeda secara signifikan dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Interaksi secara signifikan dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Interaksi antara faktor pembelajaran dengan level

antara faktor pembelajaran dengan level sekolah tidak berpengaruh secara signifikan terhadapsekolah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan kata lain selisih antara rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan kata lain selisih antara rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa sekolah level tinggi, sedang, dan rendah yang kemampuan berpikir kritis siswa sekolah level tinggi, sedang, dan rendah yang pembelajaranny

pembelajarannya menggunakan metode penemuan terbimbing ta menggunakan metode penemuan terbimbing tidak berbeda secara signifikanidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang pembelajarannya dengan konvensional

dengan siswa yang pembelajarannya dengan konvensional 3.

3. Pemahaman KonsepPemahaman Konsep Pemahaman dan

Pemahaman dan penguasaan penguasaan suatu materi suatu materi atau atau konsep merupakan konsep merupakan prasyarat untuk prasyarat untuk  menguasai

menguasai materi atau materi atau konsep bekonsep berikutnya. rikutnya. Hal ini sesuai Hal ini sesuai dengan dengan pernyataan (Herupernyataan (Heruman 2008:man 2008: 4) dalam matematika setiap konse

4) dalam matematika setiap konsep berkaitan dengan p berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjakonsep lain, dan suatu konsep menjadidi prasyarat bagi konsep lainnya. Oleh

prasyarat bagi konsep lainnya. Oleh sebab itu, pemahaman konsep merupakan hal sebab itu, pemahaman konsep merupakan hal yang sangatyang sangat fundamental dalam pembelajaran matematika agar lebih

fundamental dalam pembelajaran matematika agar lebih bermakna.bermakna. Berdasarkan hasil tes pemahaman konsep pada

Berdasarkan hasil tes pemahaman konsep pada siswa yang memperoleh pembelajaransiswa yang memperoleh pembelajaran dengan metod

dengan metode penemuan terbimbing e penemuan terbimbing menunjukkan pemenunjukkan peningkatan pemahamaningkatan pemahaman konsep yangn konsep yang signifikan dibandingkan dengan memperoleh pembelajaran konvensional. Dalam signifikan dibandingkan dengan memperoleh pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing siswa terlibat langsung dan bebas pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing siswa terlibat langsung dan bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan, terkaan dan mencoba-coba. Guru hanya sebagai menyelidiki dan menarik kesimpulan, terkaan dan mencoba-coba. Guru hanya sebagai penunjuk jalan dalam membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan keterampilan penunjuk jalan dalam membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan konsep atau pengetahuan baru, sehingga siswa yang sudah mereka pelajari untuk menemukan konsep atau pengetahuan baru, sehingga siswa

(11)

dapat menyimpan lebih lama konsep-konsep tersebut. Hal ini didukung oleh pendapat dapat menyimpan lebih lama konsep-konsep tersebut. Hal ini didukung oleh pendapat Marzano (Markaban 2008: 18) yang menyatakan materi yang dipelajari dapat mencapai Marzano (Markaban 2008: 18) yang menyatakan materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.

proses menemukannya. 4.

4. Kemampuan Berpikir KritisKemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini meliputi mengidentifikasi konsep, Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini meliputi mengidentifikasi konsep, kemampuan

kemampuan generalisasi, mgeneralisasi, menganalisis aenganalisis algoritma lgoritma dan memecdan memecahkan masaahkan masalah. Berdaslah. Berdasarkanarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen yaitu yang memperoleh hasil tes kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen yaitu yang memperoleh pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, menunjukkan peningkatan kemampuan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing, menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis secara signifikan dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran berpikir kritis secara signifikan dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensiona

konvensional. l. Hasil tes kemampuaHasil tes kemampuan berpikir kritis pada sen berpikir kritis pada semua level sekolah menunjumua level sekolah menunjukkankkan peningkatan

peningkatan yang sigyang signifikan. Dengan nifikan. Dengan demikian pada pdemikian pada pembelajaran deembelajaran dengan menggngan menggunakanunakan metode penemuan terbimbing berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir metode penemuan terbimbing berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

kritis siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pada hasil analisis data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan pada hasil analisis data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada sekolah level tinggi, sedang, dan rendah. dan sebagian besar siswa berpikir kritis siswa pada sekolah level tinggi, sedang, dan rendah. dan sebagian besar siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing.

terbimbing.

Bertitik tolak dari hasil penelitian dapat diajukan saran sebagai berikut: (1) Bertitik tolak dari hasil penelitian dapat diajukan saran sebagai berikut: (1) pembelajaran matematika dengan penemuan terbimbing lebih baik dalam meningkatkan pembelajaran matematika dengan penemuan terbimbing lebih baik dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Dengan demikian pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Dengan demikian pembelajaran matematika dengan penemuan terbimbing menjadi alternatif metode pembelajaran matematika dengan penemuan terbimbing menjadi alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. (2) Untuk  pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. (2) Untuk  menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, sebaiknya menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, sebaiknya guru membuat bahan ajar

guru membuat bahan ajar dan perencanaan yang matang, sehingga pembelajaran dapat terjadidan perencanaan yang matang, sehingga pembelajaran dapat terjadi secara sistema

secara sistematis sesuai dengan alokastis sesuai dengan alokasi waktu i waktu yang direncanayang direncanakan. (3) proses bimbingan yangkan. (3) proses bimbingan yang diberikan dalam pembelajaran metode terbimbing sangat berpengaruh terhadap hasil diberikan dalam pembelajaran metode terbimbing sangat berpengaruh terhadap hasil penemuan siswa

penemuan siswa, disarankan kepada gu, disarankan kepada guru ru yang menerayang menerapkan pembelajaran metode terbpkan pembelajaran metode terbimbingimbing supaya bentuk bimbingan yang diberikan, berupa pertanyaan-pertanyaan yang terjangkau oleh supaya bentuk bimbingan yang diberikan, berupa pertanyaan-pertanyaan yang terjangkau oleh pikiran siswa sehingga dapat memungkinkan siswa untuk memahami masalah-masalah yang pikiran siswa sehingga dapat memungkinkan siswa untuk memahami masalah-masalah yang

(12)

diberikan, hal ini dimaksud agar siswa tidak frustrasi sehingga mengakibatkan siswa diberikan, hal ini dimaksud agar siswa tidak frustrasi sehingga mengakibatkan siswa kehilangan semangat belajar.

kehilangan semangat belajar.

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA Heruman. (2008).

Heruman. (2008).   Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar   Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar . . Bandung: Bandung: PT.PT. Remaja Rosdakarya.

Remaja Rosdakarya. Hudojo, H. (2005).

Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran MatematikaPengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM. Malang: UM PRESS.

PRESS.

Johnson, E. B. (2007).

Johnson, E. B. (2007). Contextual Taching And Learning: Menjadikan Kegaiatn Belajar-Contextual Taching And Learning: Menjadikan Kegaiatn Belajar- Mengajar Mengasyikkan Dan Bermakna

 Mengajar Mengasyikkan Dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center (MLC). Bandung: Mizan Learning Center (MLC) Markaban. (2008).

Markaban. (2008).   Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika SMK   Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika SMK .. Yokyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Yokyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidika

Kependidikan n Matematika.Matematika. Maulana. (2008). “

Maulana. (2008). “Pendekatan Metakognitif Sebagai Alternatif Pembelajaran MetematikaPendekatan Metakognitif Sebagai Alternatif Pembelajaran Metematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD”.”.  Jurnal Jurnal Pendidikan Dasar 

Pendidikan Dasar . (10). 39-46.. (10). 39-46. Pranata, O. H. (2007).

Pranata, O. H. (2007). Pembelajaran BerdasarPembelajaran Berdasarkan Tahap Belajar kan Tahap Belajar Van Hiele untuk Van Hiele untuk MembantuMembantu Pemahaman Siswa Sekolah Dasar dalam Konsep Geometri Bangun Datar 

Pemahaman Siswa Sekolah Dasar dalam Konsep Geometri Bangun Datar . Tesis UPI. Tesis UPI Bandung: tidak terbit

Bandung: tidak terbit Rochaminah, S. (2008).

Rochaminah, S. (2008). Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan KemampuanPenggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan Kemampuan   Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Keguruan.

  Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Keguruan. [Online][Online] http://www.puslitjaknov.

http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makaorg/data/file/2008/makalah_peserta/07_Sutji%20Rolah_peserta/07_Sutji%20Rochaminah_chaminah_ Penggunaa

Penggunaan%20Metode%20Pn%20Metode%20Penemuan%20enemuan%20untuk%20meninguntuk%20meningkatkan%20kemamkatkan%20kemampuan.pdpuan.pd f 

f [25 januari 2011][25 januari 2011] Ruseffendi, E. T. (2006).

Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru MengembangkanPengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. (Edisi Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. (Edisi revisi)

revisi). Bandung: Tarsito.. Bandung: Tarsito. Sahara, L .

Sahara, L .et alet al. (2008). “. (2008). “Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk  meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Kalor

Konsep Kalor””. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. II (2), 143-164.. II (2), 143-164. Sarjiman, P. (2006).

Sarjiman, P. (2006). Peningkatan Pemahaman Rumus Geometri Melalui Pendekatan Realistik Peningkatan Pemahaman Rumus Geometri Melalui Pendekatan Realistik  di Sekolah Dasa

di Sekolah Dasar. Cakr. Cakrawalrawala Penda Pendidikaidikan, Febn, Februari 2ruari 2006, t006, th.XXVh.XXV, No, No .I.I. . [[OnOnlili nene]] tersedia di

tersedia di http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/articel/download/393/pdf.http://journal.uny.ac.id/index.php/cp/articel/download/393/pdf. [[2525  janua januari 2011]ri 2011] ..

Suryadi, D. (2005).

Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung SertaPenggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung Serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Meningkatkan Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SLTP.

Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi SPs UPI. Bandung. Tidak Disertasi SPs UPI. Bandung. Tidak  diterbitkan.

diterbitkan.

BIODATA SINGKAT BIODATA SINGKAT

Penulis adalah Mahasiswa S2 SPS

Gambar

Tabel  1Tabel  1
Gambar 1Gambar 1
Tabel 3Tabel 3
Gambar 2Gambar 2 Interaksi Antara P
+2

Referensi

Dokumen terkait

Itulah sebabnya banyak persoalan, keributan, atau konflik dalam gereja, karena ada pemimpinnya yang melayani menurut pola “apa yang dipikirkan manusia.” Maka

Bahwa yang dimaksud dengan waktu damai adalah saat atau waktu melakukan kegiatan meninggalkan kesatuan tersebut, Negara RI tidak dalam keadaan darurat perang sebagaimana

 Pengertian latihan yang berasal dari kata training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek,

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

dan CV International tersebut mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat; --- 8.7.7 Bahwa Panitia Lelang dalam hal ini telah melakukan kelalaian karena

Penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan kadar bilirubin plasma terutama asam taurokholat menyebabkan terjadinya peningkatan permeabilitas mukosa yang dapat mendasari

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Sedangkan upaya sekolah yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam kegiatan tidak terprogram (kegiatan rutin, kegiatan spontan, kegiatan keteladanan) yaitu; (a)