BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Secara fisiologis urin yang normal adalah bebas dari protein dimana urin dihasilkan oleh nefron ginjal. Selama 24 jam komposisi dan konsentrasi urin dapat berubah secara terus menerus dimana variasi konsentrasi urin dapat ditentukan oleh waktu pengambilan dan aktivitas sebelum pengambilan urin. Pemeriksaan proteinuria yang akurat dan cepat sangat diperlukan untuk diagnosis maupun untuk mengetahui prognosis penyakit. Selain itu juga diperlukan dalam tatalaksana penyakit ginjal dan penyakit lainnya.
Pemeriksaan protein dalam urin secara kualitatif dapat dilakukan dengan metode presipitasi pemanasan dengan asetat (metode bang). Protein dalam suasana asam bila dipanaskan akan mengalami denaturasi dan menimbulkan kekeruhan sampai endapan. Pemberian asam asetat untuk mencapai titik isoelektrik protein, pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan akhirnya terjadi presipitasi (R. Gandasoebrata, 1984).
1.2. Tujuan Praktikum
a. Menguji adanya kandungan protein dalam urin secara kualitatif.
b. Mengetahui penyakit yang dialami karena adanya kandungan protein dalam urin.
BAB II
2.1. Protein
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer -monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan beberapa sulfur serta fosfor . Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus (Alsangadah, 2011).
Protein memiliki berbagai fungsi seperti:
a. Protein merupakan enzim atau sub unit enzim, misal ribonuklease, tripsin. b. Protein berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, misal protein yang
membentuk batang dan sendi sitoskeleton
c. Protein juga terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, misal Trombin.
d. Protein sebagai sistem pengendali dalam bentuk hormon, misal insulin, hormone tumbuh (auksin).
e. Protein sebagai komponen penyimpanan/ nutrient, misal kasein(susu), ovalgumin (telur), gliadin (gandum) dan transportasi hara di tumbuhan. f. Protein sebagai salah satu sumber gizi dan berperan sebagai sumber asam
amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
g. Pada organisme lain, protein memiliki fungsi lain seperti Monelin, pada suatu tanaman di Afrika yang mempunyai rasa yang amat manis atau pun protein anti beku pada ikan (Alsangadah, 2011).
2.2. Pengertian Urine
Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urin per menit. (Wirawan R., S. Immanuel, R. Dharma, 2008).
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjalyang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh (Winarno 2002).
PH urin berkisar antara 4,8-7,5 urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein, dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002-1,035. Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah nitrogen (ureum, kreatinin danasam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, amonium, sulfat, Ca,dan Mg), hormon, zat toksin (obat, vitamin, dan zat kimia asing), dan zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur).
2.3. Proteinuria
Proteinuria adalah terdapatnya protein di dalam urin, pada keadaan normal tidak didapatkan konsentrasi yang tinggi dalam urin. Dalam metabolismenya pada tubuh manusia hanya sedikit sekali protein yang difiltrasi menembus glomerulus (Karen Munson Ringsrud, Jean ogersen Line, 1995).
Protein yang difiltrasi akan secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimalis. Karena GFR (glomerulo filtration rate) atau kecepatan filtrasi glomerulus yang tinggi sehingga walaupun hanya sedikit molekul protein plasma (misalnya albumin yang difiltrasi), namun pengeluaran protein harian akan tinggi apabila tidak dilakukan reabsorpsi. Sebagian kecil protein yang difiltrasi di glomerulus tidak diabsorpsi, protein-protein tersebut diuraikan oleh sel-sel tubulus dan diekskresikan di urin.
Tingkat proteinuria yang terbentuk dan dikeluarkan lewat urin setiap hari dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu keadaan ringan (protein yang terbentuk dan dikeluarkan lewat urin < 1,0 gr/hari), keadaan sedang (protein yang terbentuk dan dikeluarkan lewat urin antara 1,0 gr – 3,0 gr/hari), keadaan
berat (protein terbentuk dan dikeluarkan lewat urim > 3,0 gr/hari). (Karen Munson Ringsrud, Jean Jorgensen Line, 1995).
2.4. Pemeriksaan Protein dalam Urin Metode Presipitasi Pemanasan Dengan Asetat.
Protein dalam keadaan koloid dipresipitasikan. Pemberian asam asetat untuk mencapai titik isoelektrik protein, pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan akhirnya terjadi presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya garam-garam yang ada dalam urin atau sengaja ditambahkan. Konsentrasi protein sebanyak 0,004% dapat dinyatakan dengan tes ini (R.Gandasoebrata, 1984).
Protein dalam suasana asam bila dipanaskan akan mengalami denaturasi dan menimbulkan kekeruhan sampai endapan. Konsentrasi asam asetat yang dipakai bisa digunakan konsentrasi antara 3-6 %, yang penting diperhatikan adalah pH yang dicapai dengan pemberian asam asetat. Ada yang lebih suka menggunakan asam penyangga dengan pH 4,5 sebagai pengganti asam asetat. (R.Gandasoebrata, 1984).
BAB III METODE 3.1. Metode
Metode Bang (Pemanasan menggunakan asam asetat). 3.2. Alat dan Bahan
- Tabung sentrifuge - Tabung reaksi - Pipet tetes b. Bahan
- Urine (Wanita, 19 tahun) - Asam asetat
3.3. Prosedur Kerja a. Prinsip Kerja
Pemberian asam acetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik iso-eletrik protein, pemanasan selanjutnya mengadakan denaturasi dan terjadilah presipitasi. Proses presipitasi dibantu oleh adanya garam-garam yang telah ada dalam urin atau sengaja ditambahkan dalam urin.
b. Cara Kerja
Memasukkan urine ke dalam tabung sentrifuge ¼ bagian. Mensentrifuge urine tersebut dengan kecepatan 1500 rpm selama 5’. Memasukkan supernatant ke dalam tabung reaksi lalu tambahkan dengan 4 tetes asam asetat 6%. Memanaskan tabung reaksi sampai mendidih. Mendinginkan supernatant lalu membaca hasilnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan
Urin jernih dan tidak ada kekeruhan atau endapan. Sampel negatif (-) mengadung protein.
Gambar 1 : Hasil pemeriksaan, sampel tidak teradi kekeruhan atau endapan,
maka sampel negatif mengandung protein. Gambar 2 : Standar pemeriksaan.
4.2. Pembahasan
Pada praktikum yang kami lakukan yaitu uji protein pada urin, larutan urin yang sudah di sentrifuge dan di tambahkan asam asetat 6 %, kemudian dipanaskan di atas nyala api, larutan urin tetap jernih atau tidak ada kekeruhan/endapan. Penambahan asam asetat dalam urin bertujuan untuk mendenaturasikan protein apabila dipanaskan, karena protein akan terdenaturasi dalam suasana asam apabila dipanaskan. Larutan urin yang dipanaskan tetap jernih dan denaturasi protein tidak terjadi. Hal ini menandakan bahwa tidak ada kandungan protein di dalam sampel urin.
Tidak adanya kandungan protein di dalam urin menandakan bahwa subjek tidak mengalami proteinuria dan tidak ada masalah pada ginjalnya dalam proses reabsorpsi protein. Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140 mg/24jam. Dalam keadaan normal, protein
Jika dalam pemeriksaan protein dalam urin positif terdapat protein (dalam jumlah tinggi), berarti orang tersebut mengalami proteinuria dan terjadi masalah pada ginjalnya. Dalam metabolismenya pada tubuh manusia hanya sedikit sekali protein yang difiltrasi menembus glomerulus. Protein yang difiltrasi akan secara aktif direabsorbsi di tubulus proksimalis. Karena GFR (glomerulo filtration rate) atau kecepatan filtrasi glomerulus yang tinggi sehingga walaupun hanya sedikit molekul protein plasma (misalnya albumin yang difiltrasi), namun pengeluaran protein harian akan tinggi apabila tidak dilakukan reabsorpsi (Karen Munson Ringsrud, Jean ogersen Line, 1995).
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan
Hasil praktikum menunjukkan bahwa urine tidak mengandung protein ditunjukkan dengan tidak ada kekeruhan atau endapan pada urin (urin jernih). Tidak adanya kandungan protein di dalam urin menandakan bahwa subjek tidak mengalami proteinuria.
DAFTAR PUSTAKA
Alsangadah, B., Asriningsih S., Enry W., Estherlita D.P., Afrilia Y. 2011. The Structures And Functions Of Protein. Yogyakarta: Science Education Faculty Of Mathematic And Science Yogyakarta State University.
Gandasoebrata R, 1984. Penuntun Laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat. Ringsrud K.M., Jean Ogersen Line, 1995. Urinalysis and Body Fluids: A
Colortext and Atlas.
Winarno FG. 2002. Kimia pagan dan gizi. Jakarta:Gramedia pustaka utama. Wirawan R., S. Immanuel, R. Dharma, 2008. Penilaian Hasil Pemeriksaan