KOEFISIEN
KOEFISIEN PPARTISIARTISI
A
A.. TTuujjuuaann
Menget
Mengetahui pengar
ahui pengaruh
uh pH terhada
pH terhadap koefisi
p koefisien partisi oba
en partisi obat yang bersif
t yang bersifat asam
at asam
lemah dalam campuran pelarut kloroform air.
lemah dalam campuran pelarut kloroform air.
B.
B. LaLandndasasan an TTeeororii
Pengetahuan tentang partisi penting untuk ahli farmasi, karena
Pengetahuan tentang partisi penting untuk ahli farmasi, karena
prinsip ini melibatkan beberapa bidang ilmu farmasetik. Termasuk
prinsip ini melibatkan beberapa bidang ilmu farmasetik. Termasuk
disini pengawetan system minyak air, kerja obat pada tempat yang
disini pengawetan system minyak air, kerja obat pada tempat yang
tidak spesik, absorpsi dan
tidak spesik, absorpsi dan distribusi obat ke seluruh tubuh (Marten,
distribusi obat ke seluruh tubuh (Marten,
200!.
200!.
Koefisien distribusi sering disebut juga dengan koefisien partisi. Koefisiennya
Koefisien distribusi sering disebut juga dengan koefisien partisi. Koefisiennya
yakni angka dalam persamaan kimia yang menunjukkan kuantitas relatif spesies yang
yakni angka dalam persamaan kimia yang menunjukkan kuantitas relatif spesies yang
terlihat dalam suatu reaksi. Tetapan kesetimbangannya yang menjelaskan distribusi
terlihat dalam suatu reaksi. Tetapan kesetimbangannya yang menjelaskan distribusi
spesies zat terlarut diantara dua pelarut yang tak campur. Dalam penggunaan notasi
spesies zat terlarut diantara dua pelarut yang tak campur. Dalam penggunaan notasi
pH
pH memungkinkan
memungkinkan semuua
semuua tingkat
tingkat keasaman
keasaman dan
dan kebasaan
kebasaan yang
yang banyak
banyak dijumpai
dijumpai
dalam bidang kimia dinyatakan dalam skala 0 sampai 1! sesuai dengan konsentrasi
dalam bidang kimia dinyatakan dalam skala 0 sampai 1! sesuai dengan konsentrasi
ion H
ion H
""yang terdapat didalam larutan. #arutan dengan pH $% dinyatakan sebagai
yang terdapat didalam larutan. #arutan dengan pH $% dinyatakan sebagai
asam! larutan dengan pH &% dinyatakan sebagai basa! sementara larutan dengan pH
asam! larutan dengan pH &% dinyatakan sebagai basa! sementara larutan dengan pH
'% dinyatakan sebagai larutan netral. Tingkat penetrasi sebuah substansi koefisien
'% dinyatakan sebagai larutan netral. Tingkat penetrasi sebuah substansi koefisien
partisi senya(a yang
kedalam. Kebanyakan obat mele(ati membran sel dengan cara difusi pasif. Dalam
proses ini diperlukan energi! dan obat bergerak menembus membran sel berdasarkan
adanya suatu perbedaan kadar obat antara dua permukaan membran! serta kelarutan
obat dalam lipid bilayer yang membentuk membran sel. )elain bergantung pada
kelarutan obat dalam lipid! kecepatan difusi juga dipengaruhi oleh koefisien partisi
lipid*air dari obat tersebut +Day dan ,nder(ood! -00 1.
"ntuk meningkatkan #uks obat yang melewati membran kulit,
dapat digunakan senyawa$senyawa peningkat penetrasi. %luks obat
yang melewati membran dipengaruhi oleh koesien difusi obat
melewati
stratum corneum
, konsentrasi efektif obat yang terlarut
dalam pembawa, koesien partisi antara obat dan
stratum corneum
dan tebal lapisan membran. Peningkat penetrasi yang efektif dapat
meningkatkan koesien difusi obat ke dalam
stratum corneum
dengan &ara mengganggu sifat penghalangan dari
stratum
corneum
. Peningkat penetrasi dapat bekerja melalui tiga
mekanisme yaitu dengan &ara mempengaruhi struktur
stratum
corneum,
berinteraksi dengan protein interseluler dan memperbaiki
partisi obat,
coenhancer
atau
cosolvent
ke dalam
stratum corneum
('ukmawati, 200!.
'uatu )at dapat larut ke dalam dua ma&am pelarut yang
keduanya tidak saling ber&ur. *ika kelebihan &airan atau )at
padat ditambahkan ke dalam &uran dari dua &airan tidak
ber&ur, )at itu akan berdistribusi diri diantara kedua fase
sehingga masing$masing menjadi jenuh. *ika )at itu ditambahkan ke
dalam pelarut tidak ber&ur dalam jumlah yang tidak &ukup
untuk menjenuhkan larutan, maka )at tersebut tetap berdistribusi
diantara kedua lapisan dengan perbandingan konsentrasi tertentu
(Marten, 200!.
Pada ekstraksi sol+en, pembagian solut antara dua &airan yang
tidak saling larut memberikan banyak kemungkinan yang menarik
bagi pemisahan$pemisahan se&ara analitik.
ari pelarut yang
digunakan salah satunya adalah air, oleh karena itu, koesien
partisi dalam hal ini se&ara nyata dipengaruhi oleh sifat kimia
pelarut kedua. Pelarut kedua yang banyak digunakan adalah eter,
kloroform dan hidrokarbon. -iasanya senyawa dilarutkan dalam air,
kemudian diekstraksi dengan pelarut organik. elarutan merupakan
fungsi dari kompetisi antara interaksi )t terlarut /)at terlarut,
sedangkan koesien distribusipartisi dipengaruhi oleh interaksi )at
terlarut$pelarut. eadaan ini akan menjadi lebih kompleks karena
ter&urnya se&ara parsial semua pelarut dan masing$masing
fase akan jenuh oleh fase lainnya (Mir)ayanti, 2000!.
1eaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil
reaksi. Proses reaksi ini ada yang berlangsung sangat &epat, &epat
dan ada yang berlangsung lambat maupun sangat lambat.
Pembahasan tentang ke&epatan atau laju reaksi disebut kinetika
kimia. alam kinetika kimia ini dikemukakan &ara menentukan laju
reaksi dan faktor yang mempengaruhinya. 'alah satu penentu laju
reaksi adalah sifat pereaksinya. da yang yang reaktif dan ada
yang kurang reaktif.
Pada umumnya faktor yang berpengaruh
adalah sifat pereaksi, konsentrasi, suhu dan katalis. *umlah yang
terlibat dalam suatu reaksi disebut kemolekulan reaksi. *umlahnya
ada yang satu, dua dan tiga, yang berturut / turut disebut
unimolekuler, bimolekuler dan termolekuler. 'edangkan menurut
ordenya, ada reaksi berorde satu, dua, tiga atau pe&ahan (Purwani,
20!.
#iberasi obat dari sediaan dipengaruhi oleh faktor kimia dan fisika. /aktor kimia
yang paling berpengaruh adalah koefisien partisi. Kalium iodida memiliki koefisien
partisi yang rendah yang dapat dilihat dari kelarutannya yang sangat tinggi di dalam
air. Koefisien partisi tidak hanya perlu diperhatikan dalam pembuatan obat dalam.
Dalam pembuatan obat luar atau topikal! koefisien partisi juga merupakan hal yang
sangat penting dan perlu diperhatikan. Terdapat dua tahapan kerja obat topikal agar
dapat memberikan efeknya yaitu obat harus dapat lepas dari basis dan menuju ke
permukaan kulit! selanjutnya berpenetrasi melalui membran kulit untuk mencapai
tempat aksinya. /aktor*faktor yang berpengaruh pada kedua tahapan tersebut adalah
kondisi kulit! sifat fisikokimia obat sepert kelarutan obat dalam basis! koefisien
partisi! koefisien difusi dan sifat fisikokimia basis gel seperti ukuran partikel.
iskositas basis! pH basis dan sebagainya +Tahir! -001.
C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat
lat yang digunakan pada percobaan ini adalah 2
a.
Beaker glass
b.
3uret 40 m#
c.
5orong pisah
d.
/iller
e.
#abu 6rlenmeyer
f.
7ipet tetes
g.
7ipet olume -4 m#
h.
)tatif
i.
Klem
2. Bahan3ahan yang digunakan pada percobaan ini adalah 2
a.
8ndikator /enolftalein
b.
#arutan asam salisilat
c.
#arutan 9a:H
d.
7elarut n*Heksana
%. PE$BAHASAN
Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat dalam
dua pelarut yang berbeda yang tidak saling bercampur. /aktor yang mempengaruhi
koefisien distribusi adalah pelarut pertama dan pelarut kedua.
/enomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu senya(a
antara dua fase cair yang tidak saling bercampur! tergantung pada interaksi fisik dan
kimia antara pelarut dan senya(a terlarut dalam dua fase yaitu struktur
molekul.)edangkan!
Koefisien
partisi
adalah
perbandingan
konsentrasi
kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak bercampur.
7ada percobaan! larutan asam salisilat dengan pelarut air dicampurkan dengan
pelarut n*heksan dalam corong pisah dan digojog.7enggunaan corong pisah! yaitu
untuk memisahkan antara dua fase yang berbeda! fase minyak dan fase cair.7elarut n*
heksan dipilih berdasarkan sifatnya yang non polar sehingga tidak dapat larut dalam
air yang bersifat polar.Hal ini memenuhi syarat dalam menentukan koefisien partisi!
yaitu antara dua pelarut yang tidak saling larut atau antara pelarut polar dan pelarut
non*polar.
7ada percobaan dalam labu 6rlenmeyer yang berisikan fase cair dan fase minyak
ke dalamnya ditambahkan 4 tetes indikator fenolftalein.Hal ini dilakukan agar ketika
dilakukan titrasi dapat dilihat titik akhir melalui perubahan (arna menetap pada
larutan.
Titrasi meruapakan suatu analisis olumetric yang dilakukan untuk menentukan
kadar suatu larutan yang belum diketahui konsentrasinya menggunakan larutan yang
telah diketahui konsentrasinya atau biasa disebut larutan baku. #arutan baku yang
digunakan pada percobaan ini! yaitu larutan 9a:H. #arutan 9a:H digunakan
sebagai titran atau pentitrasi karena larutan yang akan dicari konsentrasi;kadarnya
atau disebut titrat adalah asam salisilat. sam salisilat merupakan asam lemah! maka
titran yang digunakan haruslah basa kuat! maka digunakanlah larutan 9a:H.
3erdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bah(a konsentrasi fase minyak yang
didapatkan dari perhitungan setelah dilakukannya titrasi terhadap fase minyak dan
fase cair! lebih besar dibandingkan konsentrasi yang didapat pada fase
cair.Konsentrasi yang didapat pada fase cair! yaitu 0!0-M sedangkan konsentrasi pada
fase minyak adalah 0!0<4.Hal ini menunjukkan bah(a zat terlarut! dalam percobaan
ini asam salisilat! lebih banyak larut di dalam pelarut n*heksana dibandingkan dalam
pelarut air.
7engamatan tersebut sesuai dengan teori yang ada! dimana pada uraian bahan
dapat dilihat bah(a asam salisilat kelarutannya! yaitu sukar larut dalam air dan agak
sukar larut dalam kloroform.)edangkan! pelarut n*Heksana lebih mudah larut dalam
kloroform daripada kelarutannya dalam air. Hal ini menunjukkan bah(a pelarut n*
heksana dan asam salisilat sama*sama cenderung akan larut dalam pelarut kloroform
yang berarti pelarut n*heksana! asam salisilat! dan kloroform memiliki sifat kepolaran
yang sama! karena senya(a polar larut lebih baik dalam pelarut polar dan senya(a
non*polar larut lebih baik dalam pelarut non*polar. Dapat dikatakan bah(a asam
salisilat dan n*heksana cenderung bersifat non*polar dan asam salisilat akan lebih
tertarik larut dalam pelarut n*heksana yang juga bersifat non*polar ketimbang tertarik
larut dalam pelarut air yang bersifat polar.
3erdasarkan hasil pengamatan didapat bah(a koefisien partisi dari asam salisilat
dengan pelarut n*heksana*air! yaitu sebesar 1!%4. Koefisien partisi asam salisilat ini
merupakan perbandingan antara konsentrasi pada fase organic dan fase cair yang
didapat.
Manfaat dari diketahuinya kofisien partisi asam salisilat ini! yaitu untuk
mengetahui dalam fase sediaan emulsi apa asam salisilat dapat dibut. Manfaat lainnya
yaitu untuk mengetahui apakah asam salisilat dalam pelarut n*Heksana*air bersifat
hidrofil atau lipofil.
#. ES"$PULAN
3erdasarkan percobaan yang telah dilakukan! dapat diperoleh kesimpulan bah(a
pH terhadap koefisien partisi adalah mempengaruhi kecepatan absorpsi pada obat!
yang mana obat*obat tersebut bersifat asam atau lemah yang menyebabkan sebagian
akan terionisasi jika dilarutkan dalam air. Dalam artian jika suatu senya(a pada obat
yang bersifat asam atau basa mengalami ionisasi sebesar 40= +pH ' pKa. Maka
koefisien partisinya setengah dari obat*obat yang tidak menga lami ionisasi.
DA%TAR PUSTAA