• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERENCANAAN SISTEM OTOMASI INDUSTRI INDUSTRIAL DESIGN IN PRACTICE. Oleh : Setyo Negoro ( ) Wachid Fery Raharjo ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH PERENCANAAN SISTEM OTOMASI INDUSTRI INDUSTRIAL DESIGN IN PRACTICE. Oleh : Setyo Negoro ( ) Wachid Fery Raharjo ( )"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PERENCANAAN SISTEM OTOMASI

INDUSTRI

INDUSTRIAL DESIGN IN PRACTICE

Oleh :

Setyo Negoro (09506131027)

Wachid Fery Raharjo (09506131034)

Program Studi Teknik Elektro D3

Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Negeri Yogyakarta

(2)

1

A.Pendahuluan

Perkembangan dunia industri saat ini berlangsung sangat cepat dan terus mengalami perubahan dan pembaruan di segala aspeknya, permintaan konsumen yang semakin meningkat membuat produksi harus di tambah tanpa mengurangi efisiensi produksi. Diperlukannya sebuah rancangan akan proses industri yang ideal dan efisien menjadi hal yang sangat diperlukan adanya, konsep design engineering in practice-lah yang menjadi acuan dimana aspek ergonomi menjadi sorotan utama didalamnya.

Ergonomi atau Ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi mempunyai berbagai batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya (Nurmianto, 1996). Baiknya desain ergonomi sangat menentukan lancar dan baiknya proses produksi dalam suatu industri.

B.Pembahasan

Penerapan pendekatan ergonomi di aktivitas kerja (industri) telah banyak ditunjukkan dengan berbagai bukti nyata di masa lampau seperti halnya saat manusia melakukan perancangan produk, alat kerja maupun sistem kerja. Sanders dan McCormick (1992) dalam hal ini secara tegas menyatakan manusia-manusia ”pra-sejarah”yang menggunakan alat/perkakas (tools) merupakan peletak dasar pemikiran dan penerapan ergonomi dalam proses perancangan produk/peralatan kerja.Selanjutnya studi-studimengenai peralatan kerja yang harus dioperasikan dengan menggunakan tenaga fisik manusia terutama di sektor pertanian (people-powered farming tools)

(3)

2

seperti bajak, pacul, sabit, dan lain-lain telah pula melahirkan banyak perubahan maupun modifikasi rancangan dengan lebih memperhatikan faktor manusia.

Aplikasi ergonomi di industri juga mencatat langkah penting yang secara sistematik dilakukan oleh Taylor (1898) dengan restrukturisasi kerja ”ingot loading task” di Bethlehem Steel – USA (Wignjosoebroto, 2005). Taylor telah berhasil mendemonstrasikan bagaimana dengan pendekatan manajemen ilmiah (scientific management) melalui pengaturan tatacara kerja (methods engineering) dan penjadwalan kegiatan

(work-rest schedules) mampu meningkatkan produktivitas kerja

operator secara signifikan. Taylor telah memberikan landasan dalam proses perancangan kerja (work design) dan formulasi langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melaksanakan studi gerak dan waktu (time and motion studies) guna mendapatkan standar-standar kerja.

Apa-apa yang telah dihasilkan oleh Taylor kemudian diteruskan oleh Frank & Lilian Gilbreth dengan studi-studinya tentang skilled performance, perancangan stasiun kerja

(workstation design) dan rancangan produk/fasilitas kerja

khususnya untuk orang cacat (handicapped people). Selain itu studi ergonomi lain yang patut dicatat adalah apa yang dilakukan oleh Mayo (Hawthorne Plant, 1930-an) dan Munsterberg yang penelitian-penelitiannya berhubungan dengan kecelakaan kerja di industri (industrial accidents).

Persoalan perancangan tata cara kerja di lini aktivitas produksi nampaknya juga akan terus terarah pada segala upaya implementasi konsep “human-centered engineered systems”

dalam perancangan teknologi produk maupun proses dengan mempertimbangkan faktor manusia didalamnya. Ada dua prinsip utama yang harus diterapkan pada saat industri ingin mengimplementasikan rancangan sistem kerja dengan pendekatan ergonomis, yaitu:

(4)

3

a. harus disadari benar bahwa faktor manusia akan menjadi kunci penentu sukses didalam operasionalisasi sistem manusia-mesin (produk); tidak peduli apakah sistem tersebut bersifat manual, semi-automatics

(mechanics) ataupun full-automatics.

b. harus diketahui terlebih dahulu sistem operasional seperti apa yang kelak dapat dioperasikan dengan lebih baik oleh manusia.

Namun disisi lain dengan melihat kekurangan, kelemahan maupun keterbatasan manusia maka barulah perlu dipertimbangkan untuk mengalokasikan operasionalisasi fungsi tersebut dengan menggunakan mesin/alat yang dirancang secara spesifik.

Pendekatan ergonomi yang dilakukan dalam perancangan sistem produksi di lantai produksi akan mampu menghasilkan sebuah rancangan sistem manusia-mesin yang sesuai dengan ekspektasi manusia pekerja atau tanpa menyebabkan beban kerja yang melebihi ambang batas (fisik maupun psikologis) manusia untuk menahannya. Dalam hal ini akan diaplikasikan segala macam informasi yang berkaitan dengan faktor manusia (kekuatan, kelemahan/keterbatasan) dalam perancangan sistem kerja yang meliputi perancangan produk (man-made objects), mesin & fasilitas kerja dan/atau lingkungan kerja fisik yang lebih efektif, aman, nyaman, sehat dan efisien (ENASE).

Rekayasa manusia (human engineering) yang dilakukan terhadap sistem kerja tersebut diharapkan akan mampu :

a. memperbaiki performans kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, ketelitian, keselamatan, kenyamanan dan mengurangi penggunaan energi kerja yang berlebihan dan mengurangi kelelahan

b. mengurangi waktu yang terbuang sia-sia untuk pelatihan dan meminimalkan kerusakan fasilitas kerja karena human error

(5)

4

c. meningkatkan “functional effectiveness” dan produktivitas kerja manusia dengan memperhatikan karakteristik manusia dalam desain sistem kerja (Wignjosoebroto, 2005).

Ergonomi yang secara umum diartikan sebagai ”the study

of work” telah mampu membawa perubahan yang signifikan

dalam mengimplementasikan konsep peningkatan produktivitas melalui efisiensi penggunaan tenaga kerja dan pembagian kerja berdasarkan spesialisasi-keahlian kerja manusia (Bridger, 1995; Sanders & McCormick, 1992).

Fokus dari apa yang telah diteliti, dikaji dan direkomendasikan oleh para pionir studi tentang kerja di industri ini telah memberikan landasan kuat untuk menempatkan

”engineer as economist” didalam perancangan sistem produksi,

baik yang terkait dengan perancangan produk maupun proses (mesin, fasilitas dan/atau tatacara kerja). Dalam hal ini implementasi ergonomi industri berkisar pada 2 (dua) tema pokok yaitu

a. telaah mengenai“interfaces” (display dan mekanisme kendali) manusia dan di mesin dalam sebuah sistem kerja

b. analisa sistem produksi (industri) untuk memperbaiki serta meningkatkan performans kerja yang ada (Stanton & Young, 1999; Wignjosoebroto, 2006).

Langkah-langkah untuk melakukan pendekatan ergonomi (ergonomic methods) dalam hal perancangan produk maupun fasilitas kerja secara umum dapat ditunjukkan dalambagan/gambar berikut ini (Wignjosoebroto, 2005) :

(6)

5

(7)

6

Langkah-langkah pendekatan ini diawali dengan identifikasi permasalahan dengan melihat dan sekaligus melakukan evaluasi terhadap beberapa atribut “ketidak-ergonomisan” dari rancangan produk, fasilitas maupun kondisi kerja yang ada. Atribut-atribut tersebut bisa berupa sikap/posisi kerja orang, kesesuaian-tidaknya dimensi/ukuran produk ataupun fasilitas kerja dengan antropometri, tingkat produktivitas kerja (diukur dari waktu maupun standar keluaran), kenyamanan, pengaruh beban kerja terhadap fisik maupun mental manusia, dan lain-lain.Langkah awal dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah, menguji dan melakukan analisa data terhadap atribut-atribut ergonomi yang dipilih serta relevan dengan rancangan yang ingin diperbaiki (Sritomo:2001).

Selanjutnya mengembangkan konsep rancangan produk, fasilitas maupun kondisi kerja yang bisa diharapkan bisa memperbaiki memperbaiki kinerja (performance) dengan mengacu pada atribut-atribut ergonomis yang telah ditetapkan. Pertimbangan aspek ergonomi didalam rancangan diharapkan akan mampu memperbaiki kinerja produk maupun fasilitas kerja seperti mengurangi waktu interaksi (interaction time),

menekan tingkat kesalahan dalam pengoperasian (human

errors), memperbaiki tingkat kepuasan pengguna (user

satisfaction), dan mempermudah pemakaiannya (device

usability) (Stanton and Young, 1999).

Modifikasi terhadap rancangan yang berdasarkan pertimbangan ergonomi kemudian direalisasikan dengan langkah pembuatan prototipe. Selanjutnya dilakukan langkah pengujian terhadap prototipe tersebut untuk melihat seberapa jauh dan signifikan kinerja rancangan produk/silitas kerja yang baru tersebut mampu memenuhi tolok ukur kelayakan ergonomis seperti aplikasi data antropometri yang sesuai, waktu/output standard, penggunaan enersi kerja fisik dan keluhan subyektif.

(8)

7

C.Kesimpulan

Industri seharusnya dikelola secara khusus melalui pendekatan ergonomi. Banyak masalah yang terjadi di area sistem produksi yang memerlukan aplikasi konsep dan metode ergonomi untuk penyelesaiannya seperti rendahnya kualitas maupun produktivitas kerja.

Pendekatan khusus dalam disiplin ergonomi ialah aplikasi sistematis dari segala informasi yang releven yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai. Analisis dan penelitian ergonomi meliputi hal-hal yang berkaitan, yaitu:

a. Anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya), dan antropometri (ukuran) tubuh manusia.

b. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia. c. Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang pendek maupun panjang ataupun membuat celaka manusia dan sebaliknya kondisi-kondisi kerja yang membuat nyaman kerja manusia.

Dalam lapangan kerja, ergonomi ini juga mempunyai peranan yang cukup besar. Semua bidang pekerjaan selalu menggunakan ergonomi. Ergonomi ini diterapkan pada dunia kerja supaya pekerja merasa nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Dengan adanya rasa nyaman tersebut maka produktivitas kerja diharapkan menjadi meningkat. Secara garis besar ergonomi dalam dunia kerja akan memperhatikan hal-halsebagai berikut:

1. Bagaimana orang mengerjakan pekerjaannya.

2. Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika bekerja.

3. Peralatan apa yang mereka gunakan.

(9)

8

kenyamanan pekerja (Suhardi : 2008)

D.Penutup

Problem ergonomi industri tidak hanya dijumpai di area lantai produksi (micro-ergonomics) melainkan juga bisa kita lihat di seluruh aras sistem produksi makro dalam skala organisasi/industri (organizational/industrial scale).Penelitian ergonomi yang awalnya difokuskan pada interaksi manusia mesin (human-machine or human-work place environment); lebih lanjut terus bergeser naik menanggapi persoalan-persoalan perubahan kondisi sosial dan lingkungan (social-environmental changes) yang lebih luas (Hendricks & Kleiner, 2002).

Banyak studi ergonomi makro yang telah dilaksanakan untuk menghasilkan metoda dan pendekatan yang tepat untuk menjawab problematik industri yang terus berkembang lebih kompleks dan penuh dengan ketidakpastian seperti Analisa Produktivitas, Job Design, Organizational Design, articipatory Ergonomic, System Approach, SHIP, TQM, Performance

Measurement, Supply-Chain Management, dan lain sebagainya

(10)

9

Daftar Pustaka

Hendricks, Hal W. and Kleiner, Brian M. (2002). Macroergonomics: Theory, Methods and Applications. London: LEA – Publishers.

Moroney, William F. (1995). The Evolution of Human Engineering; A Selected Review. In Jon Weimer. (Ed.) Research Techniques in Human Engineering. Prentice Hall PTR: Englewood Cliffs, NJ.

Nurmianto, Eko (1998). Ergonomi: Konsep dasar dan Aplikasinya, Edisi 1, Cetakan ke-2. Jakarta : Guna Widya, 1998

Noyes, Jan. Designing for Humans (2001). New York: Taylor & Francis, Inc.

Sanders, Mark S. and Ernest McCormick (1992). Human Factors in Engineering and Design. New York : McGraw Hill Publishing Company Ltd, 1992.

Sritomo W.Soebroto (2001). The Development of Ergonomics Method: Pendekatan Ergonomi Menjawab Problematika Industri.Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2001.

Stanton, Neville A and Young, Mark S. (1999). A Guide to Methodology in Ergonomics. New York : Taylor and Francis.

Suhardi, Bambang (2008) . Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri: Untuk SMK. Jakarta:Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008

Wignjosoebroto, Sritomo.et.al (2005). Kajian Ergonomi dalam Perancangan Alat Bantu Proses Penyetelan dan Pengelasan Produk Tangki Travo. Jurnal OPTIMA Vol.2 Nomor 2,

(11)

10

Juli 2005 (ISSN 0216-0048) – Jurusan Teknik Industri FTI-ITS.

Wignjosoebroto, Sritomo (2006). Indonesia Ergonomic’s Road map. Where We Are Going? Makalah disampaikan dalam Indonesia Panel: Ergo Future 2006 – International Symposium onPast, Present, and Future Ergonomics, Occupational Safety and Health, tanggal 28-30 Augustus 2006 di Universitas Udayana – Denpasar, Bali.

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi titik acuan yang berada dalam kondisi Flat adalah SMA 24 (harian)... Sebagaimana prinsip di atas.. kita hanya akan Sell jika price sudah menyentuh, hampir atau

Siswa lebih senang belajar dengan media yang menunjukkan cara kerja, gambar- gambar atau materi secara lebih mendetail (real) dibandingkan belajar dengan hanya menggunakan buku

Dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh puskesmas terutama dalam kegiatan UKM ( Usaha Kesehatan Masyarakat ) tentunya mengacu pada panduan atau pedoman yang sudah ada pada

PKPU memiliki dasar sebagaimana ditentukan dalam Pasal 222 yaitu : Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran utang dapat diajukan dalam rangka penawaran rencana

Terima kasih atas Persembahan Sabat Ketiga Belas Anda pada triwulan pertama tahun 2018 yang telah membantu membangun ruang perawatan baru di Southeast Hospital , fasilitas

Maka dari itu penulis ingin meneliti dan membuktikan asumsi tersebut melalui penelitian ini apakah terdapat hubungan diantara komunikasi internal dan kepuasan

pihak, jika terus memilih melakukan konflik maka akan menyebabkan kedua-duanya mengalami kerugian yang sangat signifikan. Posisi ini semakin menguat dimana pemerintah

mengenai pengaruh kompetensi dan motivasi intrinsik pegawai SAR dalam memberikan pelatihan pertolongan pertama korban bencana terhadap kinerja. pegawai SAR di kantor SAR