• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : DEWI LESTARI NIM : 8146171016

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

DEWI LESTARI. Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Self Efficacy Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Dan Pembelajaran Konvensional. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Kata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Pembelajaran Konvensional, Komunikasi Matematis, dan Self Efficacy

(7)

ii ABSTRACT

DEWI LESTARI. Difference Communications Ability Mathematical and Self Efficacy Students with Using Realistic Mathematics Education and Conventional Learning Approach. A Thesis: Medan: Postgraduate Program, State University of Medan, 2016.

Keywords: Realistic Mathematics Education, and Conventional Learning, Communications Mathematical, and Self Efficacy

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan

anugerah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan

dengan baik. Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus

dilalui, diantaranya menghadapi kendala dan keterbatasan serta bimbingan/arahan

yang terwujud dalam motivasi dari beberapa pihak.

Tesis ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self Efficacy Siswa dengan Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik dan Pembelajaran Konvensional” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika.

Ucapan terima kasih dan penghargaan ditujukan khusus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Pd selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana

UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi

Pendidikan Matematika.

2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Bapak Dr.

Edy Surya, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

arahan, serta motivasi yang sangat bermanfaat dan berharga bagi penulis

dalam penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

3. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd., dan

Ibu Dra. Ida Karnasih, M. Sc., Ed., Ph.D. selaku narasumber yang telah

banyak memberikan saran dan kritik yang membangun dalam

(9)

iv

4. Direktur, Asisten I, dan II beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang

telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan

tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan

yang bermakna selama menjalani pendidikan.

6. Teristimewa kepada kedua orang tua saya, Rudi Setiawan dan Sutriani,

S.Pd., serta suami saya Ahmad Surya Amzai Marpaumg, yang telah

memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan penuh dalam

setiap langkah penulis untuk menyelesaikan perkuliahan dan telah memberi

dukungan moril bagi penulis dalam menyelesaikan tesis.

7. Dan kepada seluruh keluarga besar dan teman-teman yang tidak bisa penulis

ucapkan satu persatu.

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta

saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Mungkin masih

terdapat kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini, untuk itu penulis

mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan

kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Desember 2016 Penulis

(10)

v DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI. ...v

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 12

1.3 Pembatasan Masalah ... 12

1.4 Rumusan Masalah ... 13

1.5 Tujuan Penelitian ... 13

1.6 Manfaat Penelitian ... 14

1.7 Definisi Operasional ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 18

2.2 Self Efficacy ... 23

2.3 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik ... 27

2.3.1 Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik ... 29

2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Matematika Realistik ... 34

2.4 Pembelajaran Konvensional ... 36

2.4.1 Karakteristik Model Pembelajaran Konvensional... 37

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Konvensional ... 38

2.5 Teori Belajar yang Mendasari Pendekatan Matematika Realistik ... 39

2.6 Kemampuan Awal Matematis Siswa ... 43

2.7 Hasil Penelitian Relevan ... 44

2.8 Kerangka Konseptual ... 46

2.9 Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 53

3.3 Variabel Penelitian ... 54

3.4 Desain Penelitian ... 56

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.5.1 Tes Kemampuan Awal Matematika ... 57

3.5.2 Komunikasi Matematis ... 58

3.5.3 Angket Self Efficacy ... 60

3.5.4 Uji Coba Instrumen ... 62

3.6 Teknik Analisis Data ... 68

(11)

vi

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Analisis Data ... 81

4.1.1 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika (KAM) Siswa ...81

4.1.2 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa… ...85

4.1.3 Hasil Tes Self Efficacy Siswa….. ...92

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian. ...98

4.2.1 Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa…….. ...98

4.2.2 Self Efficacy. ...100

4.2.3 Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Matematika Siswa Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. ...101

4.2.4 Interaksi Antara Model Pembelajaran dengan Kemampuan Awal Matematika Siswa Terhadap Self Efficacy Siswa. ...102

4.2.5 Keterbatasan Penelitian. ...104

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan ...107

5.2. Implikasi ...107

5.3. Saran ...108

(12)

vii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ... 23

Tabel 2.2 Sintaks Implementasi Pendekatan Matematika Realistik ... 33

Tabel 2.3 Sintaks Strategi Pembelajaran Konvensional ... 38

Tabel 2.4 Tingkatan Perkembangan Kognitif Anak ... 42

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 54

Tabel 3.2 Desain Penelitian... 56

Tabel 3.3 Tabel Weiner Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat dan Kontrol ... 56

Tabel 3.4 Kriteria Pengelompokkan KAM ... 58

Tabel 3.5 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 58

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kemampuan Komunikasi Matematis ... 59

Tabel 3.7 Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 60

Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Self Efficacy Siswa ... 61

Tabel 3.9 Kriteria Indeks Kesukaran Butir Soal ... 66

Tabel 3.10 Tabel Anava Dua Jalur ... 74

Tabel 3.12 Keterkaitan Hipotesis Penelitian dan Jenis Uji Statistik yang Digunakan ... 77

Tabel 4.1 Deskripsi Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 82

Tabel 4.2 Hasil uji Normalitas Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 83

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 84

Tabel 4.4 Sebaran Sampel Penelitian ... 85

Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Tiap Kelas Sampel ... 86

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Postest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 88

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 89

Tabel 4.8 Hasil Uji ANAVA ... 90

Tabel 4.9 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Kemampuan Komunikasi Metematis ... 91

Tabel 4.10 Deskripsi Angket Self Efficacy Siswa Berdasarkan Pembelajaran .... 93

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Skor Angket Self Efficacy Siswa ... 94

Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Skor Angket Self Efficacy Siswa ... 95

Tabel 4.13 Hasil Uji ANAVA Self Efficacy Siswa ... 96

Tabel 4.14 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Self Efficacy Siswa ... 97

Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self Efficacy Siswa ... 103

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1.1 Jawaban Siswa pada Kemampuan Komunikasi Matematis ... 5

Gambar 1.2 Jawaban Siswa pada Kemampuan Komunikasi Matematis ... 6

Gambar 1.3 Soal Trapesium ... 6

Gambar 1.4 Jawaban Siswa pada soal Trapesium ... 6

Gambar 3.1 Tahapan Alur Kerja Penelitian ... 80

Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Awal Matematika ... 82

Gambar 4.2 Kemampuan Komunikasi Siswa Perindiaktor pada Kelas Eksperimen ... 85

Gambar 4.3 Kemampuan Komunikasi Siswa Perindikator pada Kelas Kontrol .. 86

Gambar 4.4 Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 87

Gambar 4.5 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 91

Gambar 4.6 Hasil Tes Self Efficacy Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 92

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan wadah bagi masyarakat untuk memperoleh

pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki agar

dapat menghadapi segala perubahan dan permasalahan yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari. Pendidikan juga dijadikan sarana untuk membentuk pribadi

yang berkarakter dan masih menjadi prioritas utama bagi masyarakat Indonesia

demi menunjang karir dan memperoleh kehidupan layak di masa mendatang,

sehingga tidak sedikit masyarakat Indonesia yang menyelesaikan studinya hingga

jenjang yang tinggi. Banyak ilmu pengetahuan yang diberikan selama pendidikan

yang dipelajari di sekolah dan perguruan tinggi, termasuk di dalamnya ilmu

matematika.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki peranan

penting dalam kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi.

Penerapan matematika dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dapat

dikaitkan dengan ilmu pengetahuan lain, maupun dapat membentuk konsep

pemikiran yang menuntut sikap logis, rasional, kritis, kreatif, cermat, efisien dan

efektif. Untuk itu, matematika merupakan mata pelajaran yang menjadi salah satu

otoritas utama dalam pendidikan, sehingga pada kegiatan Ujian Nasional segala

tingkatan, matematika merupakan mata pelajaran yang harus dikuasai siswa.

Salah satu tujuan dari pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan

(15)

2

agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan

di dunia yang selalu berkembang melalui tindakan atas dasar pemikiran logis,

rasional, kritis, cermat dan efektif.

Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding

lurus dengan hasil belajar matematika siswa. Ternyata prestasi belajar matematika

siswa di Indonesia masih jauh dari harapan. Dari hasil TIMMS yang

diselenggarakan pada tahun 2003 (Mullis, 2004), skor siswa-siswa SMP kelas 2 di

bidang matematika berada di bawah rata-rata internasional (urutan ke 38 dari 49

negara peserta). Posisi itu jauh di bawah Malaysia yang berada di urutan 12 atau

bahkan Singapura yang berjaya di urutan pertama.

Tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan sekolah

menengah berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006) adalah

menjadikan siswa memiliki kemampuan penataan nalar, pembentukan sikap,

kemampuan pemecahan masalah, mengkomunikasikan ide-ide dan keterampilan

menerapkan matematika. Hal ini sejalan dengan lima tujuan umum pembelajaran

matematika yang dirumuskan oleh National Council of Teacher of Mathematics

(2000) antara lain: (1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical

communication); (2) belajar untuk bernalar (mathematical reasoning); (3) belajar

untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving); (4) belajar untuk

mengaitkan ide (mathematical connections); (5) pembentukan sikap positif

terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics).

Semua tujuan pendidikan matematika tersebut merupakan langkah awal

untuk merancang pembelajaran yang baik agar mampu dilaksanakan dalam

(16)

3

menghasilkan sumber daya manusia yang kelak mampu berkompeten dengan

dunia luar. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika

adalah kemampuan komunikasi matematis.

Menurut Turmudi (Marlina, 2014), komunikasi adalah bagian esensial

dari matematika dan pendidikan matematika karena komunikasi merupakan cara

berbagi gagasan dan klarifikasi pemahaman. Komunikasi dalam matematika

merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki siswa dan guru selama

belajar, mengajar, dan mengevaluasi matematika agar siswa memiliki kemampuan

untuk mengaplikasikan dan mengekspresikan pemahaman tentang konsep dan

proses matematika yang mereka pelajari. Baroody (Ansari, 2009) menyebutkan

sedikitnya ada dua alasan penting mengapa komunikasi matematika perlu

dikembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya

matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir (a tool to aid thinking), alat

untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan,

tetapi matematika juga merupakan suatu alat yang sangat penting untuk

mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat, dan cermat. Kedua,

mathematics learning as social activity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam

pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa

dan juga komunikasi antar guru dan siswa.

Hal yang sejalan juga dikemukakan oleh Asikin, dkk. (2013) yang

menyatakan kemampuan komunikasi matematis merupakan suatu peristiwa

dialog/saling berhubungan yang terjadi di dalam lingkungan kelas, dimana terjadi

perpindahan pesan dari satu orang ke orang lain. Pesan ini berisi tentang materi

(17)

4

kelas adalah guru dan siswa. Sedangkan cara pemindahan pesan tersebut dapat

secara lisan maupun tulisan baik antara guru dengan siswa, ataupun siswa dengan

siswa lainnya. Asikin, dkk. (2013) juga menjelaskan bahwa kemampuan

komunikasi matematis pada siswa juga merupakan sentral dalam pembelajaran

matematika. Hal ini disebabkan karena kemampuan komunikasi matematis tidak

hanya dapat dikaitkan dengan pemahaman matematika, namun juga sangat terkait

dengan kemampuan pemecahan masalah, dan kemampuan pemecahan masalah

juga mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis, pengorganisasian data,

dan komunikasi. Sejalan dengan hal ini, NCTM (1989) mengemukakan bahwa

kemampuan komunikasi dan representasi dapat mendorong siswa pada

pemahaman yang mendalam tentang pemecahan masalah.

Pentingnya kemampuan komunikasi dalam pembelajaran matematika

juga dikemukakan oleh Fachrurazi (2011), yang menyatakan bahwa komunikasi

matematis dapat merefleksikan pemahaman matematis dan merupakan bagian

dari daya matematis. Siswa-siswa yang mempelajari matematika seakan-akan

berbicara dan menuliskan apa yang sedang mereka kerjakan. Mereka dilibatkan

secara aktif dalam mengerjakan matematika, ketika mereka diminta untuk

memikirkan ide-ide mereka, atau berbicara dan mendengarkan siswa lain, dalam

berbagai ide, strategi dan solusi. Fachrurazi juga menyatakan bahwa menulis

mengenai matematika dapat mendorong siswa untuk merefleksikan pekerjaan

mereka dan mengklarifikasikan ide-ide untuk mereka sendiri.

Namun, pentingnya kemampuan komunikasi matematis dalam

pembelajaran matematika tidak sejalan dengan fakta yang ditemukan di lapangan.

(18)

5

Asuhan Raya Medan, diberikan beberapa tes soal kemampuan komunikasi

matematis siswa untuk melihat bagaimana kemampuan awal siswa. Siswa

diberikan soal sebagai berikut: “Sebuah kebun cabai berbentuk persegi panjang

dengan ukuran panjang kebun adalah 20 m dan lebar kebun adalah 5 m lebih

pendek dari panjang kebun. Gambarkanlah sketsa kebun tersebut dan tentukan

berapa lebar dan luas kebun tersebut.” Dari 30 siswa yang diberikan tes tersebut,

hanya 12 siswa yang mampu menjawab soal dengan benar. Salah satu jawaban

siswa dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:

Gambar 1.1 Jawaban Siswa

Ada beberapa siswa yang menyelesaikan permasalahan tersebut dengan

jawaban yang sama, yaitu lebarnya adalah 5m. Dari jawaban siswa tersebut dapat

dilihat bahwa siswa belum memenuhi indikator komunikasi, yaitu menyatakan

ide-ide matematika dalam bentuk gambar. Hal ini dikarenakan siswa tidak

memahami permasalahan yang diberikan, sehingga lebar kebun yang diberikan

tidak sesuai dengan jawaban yang diinginkan dan jawaban hasil akhir mengenai

luas kebun juga menjadi salah.

Ada juga pendapat lain dari jawaban siswa yang dapat dilihat pada

(19)

6

Gambar 1.2 Jawaban Siswa

Dari gambar 1.2 terlihat jawaban yang diberikan siswa lebih buruk dari

gambar 1.1. Selain tidak memahami permasalahan yang diberikan, siswa bahkan

tidak memahami sama sekali konsep luas sebuah bangun datar.

Soal berikutnya diberikan sebuah gambar trapesium ABCD dan siswa

diminta untuk menghitung keliling trapesium. Soal tersebut dapat dilihat pada

gambar 1.3 berikut.

Gambar 1.3 Soal Trapesium

Gambar 1.4 Jawaban Siswa

Dari jawaban salah satu siswa pada gambar 1.4 dapat dilihat bahwa siswa

belum memenuhi indikator komunikasi yaitu menginterpretasikan gambar ke

(20)

7

keliling sebuah bangun datar. Dari soal tersebut hanya diperoleh 10 siswa yang

mampu menjawab dengan benar.

Berdasarkan gambar-gambar yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan

bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa di lapangan masih rendah. Hal

ini dapat dilihat dari masih banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan dengan

hasil akhir yang tidak sesuai. Jawaban yang diberikan siswa pada observasi awal

ini juga belum mengikuti langkah-langkah penyelesaian yang baik. Masih terdapat

kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa terhadap perhitungan luas dan keliling

bangun datar segiempat. Siswa masih kurang memahami mengenai konsep luas

dan keliling bangun segiempat.

Selain pentingnya pengembangan kemampuan komunikasi matematis

yang termasuk dalam ranah kognitif dalam pembelajaran matematika, ranah

afektif juga tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan. Hal ini dimuat dalam

Permendikbud nomor 54 (Kemendikbud, 2013) mengenai Standar Kemampuan

Lulusan (SKL), dimana peserta didik harus memiliki perilaku yang mencerminkan

sikap berakhlak mulia, berilmu, percaya diri dan bertanggung jawab dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaanya. Dalam hal ini salah satu sikap yang perlu

dikembangkan adalah rasa percaya diri.

Salah satu sikap percaya diri dalam pembelajaran matematika yang ikut

berperan terhadap keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan tugas dengan

baik adalah Self Efficacy. Downing (2009) menyatakan bahwa self efficacy

memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa, misalkan tingkat

(21)

8

tingkat kepercayaan tinggi maka akan tinggi pula harapan untuk berhasil. Cervone

dan Peake (Arsanti, 2009) juga berpendapat sama bahwa self efficacy akan

berpengaruh terhadap motivasi berprestasi. Sejalan dengan hal tersebut, Hamidah

(2010) mengungkapkan bahwa individu yang mempunyai self efficacy yang tinggi

menganggap kegagalan sebagai kurangnya usaha,sedangkan individu yang

memiliki self efficacy yang rendah menganggap kegagalan berasal dari kurangnya

kemampuan.

La moma (2014) menyatakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan

self efficacy matematis siswa, guru sebagai salah satu komponen dalam sistem

pembelajaran harus mampu mengembangkan tidak hanya pada ranah kognitif dan

ranah psikomotor semata yang ditandai dengan penguasaan materi pelajaran dan

keterampilan, melainkan juga ranah kepribadian siswa. Pada ranah ini, siswa

harus ditumbuhkan rasa percaya dirinya (self efficacy) sehingga menjadi manusia

yang mampu mengenal dirinya sendiri yakni manusia yang berkepribadian yang

mantap dan mandiri, manusia utuh yang memiliki kemantapan emosional dan

intelektual, yang mengenal dirinya, mengendalikan dirinya dengan konsisten, dan

memiliki rasa empati serta memiliki kepekaan terhadap permasalahan yang

dihadapi baik dalam dirinya maupun dengan orang lain.

Dewanto (2008) mendefinisikan bahwa self efficacy merupakan perilaku

afektif perasaan, kepercayaan dan keyakinan seseorang terhadap kemampuan

dirinya. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Bandura (Noer, 2012) yang

mendefinisikan self efficacy sebagai pertimbangan seseorang tentang kemampuan

dirinya untuk mencapai tingkatan kinerja yang diinginkan atau ditentukan, yang

(22)

9

Seseorang yang memiliki self efficacy yang tinggi akan selalu mencoba

berbagai macam alternatif cara yang mungkin dan siap menghadapi kendala

maupun kesulitan. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins (Arsanti, 2009) yang

menjelaskan bahwa self efficacy merupakan kepercayaan seseorang terhadap

kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik. Semakin seseorang

mempunyai self efficacy yang tinggi, maka individu tersebut semakin mempunyai

kepercayaan diri yang tinggi terhadap kemampuannya untuk dapatmenyelesaikan

tugas dengan baik dan sebaliknya.

Berdasakan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

self efficacy juga merupakan hal penting yang perlu dikembangakan pada diri

peserta didik dalam pembelajaran matematika, karena self efficacy mampu

memberikan rasa kepercayaan dan keyakinan pada kemampuan yang dimiliki.

Namun pentingnya self efficacy pada diri peserta didik masih sering diabaikan

dalam pembelajaran matematika kini. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

Pajares dan Miller (Michaelides, 2008) terdapat siswa yang mengatakan yakin

mampu menyelesaikan soal – soal pemecahan masalah namun ketika ditanya

apakah ada solusi lain untuk menyelesaikan masalah ini mereka hanya diam. Hal

ini menunjukkan bahwa keyakinan akan kemampuannya (self-efficacy) dalam

memberikan solusi pada pemecahan masalah belum terbukti.

Bandura (Hergenhahn dan Olson, 2008) menjelaskan tentang perceived

self-efficacy (anggapan tentang kecakapan diri) berperan besar dalam perilaku

yang diatur sendiri. Hal ini dijelaskan bahwa siswa yang merasa berkemampuan

tinggi tetapi tidak diikuti oleh kerja keras untuk mencapainya masih sebatas

(23)

10

2008) menyatakan bahwa real self-efficacy yaitu keyakinan seseorang akan

kemampuannya dan mampu dilakukan, hal ini berhubungan dengan persepsi

tentang kecakapan diri atau mungkin juga tidak. Pajares dan Miller (Michaelides,

2008) menunjukkan bahwa self-efficacy mampu memprediksi dengan baik pada

kemampuan pemecahan masalah dibanding dengan aspek – aspek lainnya.

Pendekatan pembelajaran yang diperlukan agar kemampuan komunikasi

matematis dan self efficacy siswa dapat berkembang adalah menggunakan

pendekatan yang membuat pembelajaran menjadi bermakna. Pembelajaran yang

bermakna dalam matematika merupakan pembelajaran dimana siswa mampu

menemukan sendiri pengetahuan yang dibutuhkan, keterampilan apa yang

digunakan dan akhirnya mampu menyelesaikan masalah yang diberikan. Salah

satu pendekatan pembelajaran matematika yang mampu menciptakan

pembelajaran menjadi lebih bermakna adalah Pendekatan Pendidikan Matematika

Realistik (PMR) yang memiliki karakteristik dan prinsip yang memungkinkan

siswa dapat berkembang secara optimal, seperti kebebasan siswa untuk

menyampaikan pendapatnya. Dengan menerapkan pendekatan matematika

realistik dapat menekankan pada keaktifan siswa untuk mengembangkan potensi

secara maksimal melalui pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna

(Muhlisin, dkk. 2013).

Menurut Soviawati (2011) pembelajaran matematika realistik pada

dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik

untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan

pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa yang lalu. Yang

(24)

11

diamati siswa lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan

lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan

sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik.

Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.

Lebih lanjut Soedjadi (Saleh, 2012) menyatakan bahwa Pendidikan

matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas yaitu hal-hal yang

nyata atau konkret dan dapat diamati secara langsung sesuai dengan lingkungan

tempat siswa berada. Sedangkan menurut Suharta (Saleh, 2012) menyatakan

bahwa Matematika Realistik (MR) merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran matematika yang berorientasi pada pematematisasian pengalaman

sehari-hari (mathematize everyday experience) dan menerapkan matematika

dalam kehidupan sehari-hari (everydaying mathematics)”.

Menurut Marpaung (2001), Pembelajaran Matematika Realistik dilandasi

oleh pandangan bahwa siswa harus aktif, tidak boleh pasif. Siswa harus aktif

mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika. Siswa didorong dan diberi

kebebasan untuk mengekspresikan jalan pikirannya, menyelesaikan masalah

menurut idenya, mengkomunikasikannya, dan pada saatnya belajar dari temannya

sendiri.

Dari uraian di atas, jelas bahwa dalam Pembelajaran Matematika

Realistik merupakan pembelajaran yang tidak dimulai dari definisi, teorema atau

sifat-sifat melainkan seolah-olah ditemukan kembali oleh siswa melalui

penyelesaian masalah kontekstual yang diberikan guru di awal pembelajaran.

Siswa diharapkan mampu mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikirannya

(25)

12

baik secara verbal maupun non verbal, yang mudah dipahami oleh orang lain,

secara tidak langsung juga menuntut siswa untuk memiliki rasa percaya diri akan

kemampuan yang dimiliki untuk menyampaikan pendapat atau gagasannya

terhadap suatu hal. Dari pemaparan permasalahan dan fakta yang telah

dikemukakan, Pendidikan Matematika Realistik digunakan peneliti untuk melihat

perbedaan kemampuan komunikasi matematis dan self efficacy siswa.

1.2. Identifikasi Masalah

Dengan menggunakan acuan pada latar belakang yang telah dipaparkan

di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

1) Kualitas pendidikan matematika Indonesia masih rendah dibandingkan

dengan negara lain.

2) Komunikasi matematis siswa untuk menyelesaikan permasalahan

matematika masih rendah.

3) Terdapat kesalahan-kesalahan pada proses jawaban siswa dalam

menyelesaikan permasalahan matematika

4) Rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.

5) Model pembelajaran matematika yang digunakan belum meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa.

6) Pembelajaran matematika yang bermakna belum diterapkan secara

maksimal.

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti

(26)

13

1) Komunikasi matematis siswa untuk menyelesaikan permasalahan

matematika masih rendah.

2) Rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.

3) Model pembelajaran matematika yang digunakan belum meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, yang menjadi masalah utama dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara

siswa yang diajarkan dengan pendekatan Pendidikan Matematika

Realistik dengan siswa yang diajarkan secara konvensional?

2) Apakah terdapat perbedaan self efficacy antara siswa yang diajarkan

dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik dengan siswa yang

diajarkan secara konvensional?

3) Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan

kemampuan awal matematika terhadap kemampuan komunikasi

matematis siswa?

4) Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan

kemampuan awal matematika terhadap self efficacy siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Dengan berpedoman pada rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

(27)

14

yang diajarkan dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik

dengan siswa yang diajarkan secara konvensional.

2) Mengetahui perbedaan self efficacy antara siswa yang diajarkan dengan

pendekatan Pendidikan Matematika Realistik dengan siswa yang

diajarkan secara konvensional.

3) Mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan

awal matematika terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

4) Mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan

awal matematika terhadap self efficacy siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini diperuntukkan

bagi siswa, guru, sekolah dan bagi penulis sendiri, yang antara lain:

1. Bagi Siswa

a. mengetahui penerapan matematika dalam kehidupan nyata;

b. meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam

pembelajaran matematika;

c. meningkatkan sikap self efficacy siswa dalam pembelajaran

matematika.

2. Bagi Guru

a. meningkatkan pengetahuan guru mengenai kemampuan komunikasi

matematis siswa;

(28)

15

c. memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga pengajar tentang

pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

komunikasi siswa;

d. memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga pengajar tentang

pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap self efficacy

siswa;

e. memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga pengajar

mengenai pendekatan matematika realistik.

3. Bagi Pengelola Sekolah

a. secara tidak langsung akan membantu memperlancar proses belajar

mengajar;

b. dapat memberikan sumbangan yang baik dalam meningkatkan mutu

pendidikan sekolah khususnya dalam belajar matematika.

4. Bagi Penulis

a. dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan

sumbangan kepada pembelajaran matematika terutama peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran

dengan pendekatan matematika realistik;

b. dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan

sumbangan kepada pembelajaran matematika terutama peningkatan

sikap self efficacy siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan

matematika realistik;

1.7. Definisi Operasional

(29)

16

yang terdapat dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional

sebagai berikut:

1) Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan komunikasi

secara tulisan atau tertulis yang diukur berdasarkan kemampuan siswa

dalam menjawab tes kemampuan komunikasi matematis berbentuk uraian

yang terdiri dari tiga kemampuan: (a) Menyatakan ide-ide matematika

dalam bentuk gambar, (b) Menginterpretasikan gambar ke model

matematika, (c) Menyatakan ide matematika ke dalam argumen sendiri.

2) Self efficacy adalah keyakinan atau kepercayaan akan kemampuan diri

sendiri yang diukur melalui kemampuan dalam memikirkan strategi dalam

menghadapi kesulitan, strategi dalam menghindari persoalan yang sudah di

luar batas kemampuan, kemampuan menyelesaikan masalah yang

berbeda-beda, keyakinan dengan kemampuan diri dan tidak mudah putus asa.

Adapun pengukuran self efficacy siswa dapat dilihat melalui 3 dimensi,

yaitu : (a) level, meliputi keyakinan individu atas kemampuan terhadap

tingkat kesulitan tugas, dan Pemilihan tingkah laku berdasarkan hambatan

atau tingkat kesulitan suatu tugas atau aktivitas; (b) strength, meliputi

tingkat kekuatan keyakinan atau penghargaan individu terhadap

kemampuannya; (c) generality, meliputi keyakinan individu akan

kemampuan melaksanakan tugas di berbagai aktivitas.

3) Pendekatan Matematika Realistik (PMR) merupakan pembelajaran yang

menekankan permasalahan pada kehidupan sehari-hari, dimana

langkah-langkah pembelajarannya antara lain: (1) memberikan masalah yang

(30)

17

membandingkan jawaban, (4) menyimpulkan.

4) Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sering dilakukan oleh

guru di sekolah, seperti strategi ekspositori yang meliputi: (1)

mempersiapkan siswa (persiapan), (2) menyampaikan materi pelajaran

(penyajian), (3) menghubungkan materi dengan pengalaman (korelasi), (4)

memahami inti sari materi pelajaran (menyimpulkan), (5) mengaplikasikan

materi.

5) Kemampuan Awal Matematika merupakan pengetahuan yang dimiliki siswa

sebelum suatu metode pembelajaran diberikan. Kemampuan awal

matematika merupakan pondasi dan dasar pijakan untuk pembentukan

konsep baru dalam pembelajaran.

6) Interaksi merupakan suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih

objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah

ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah

(31)

107 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan yang

berkaitan dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pendekatan

pembelajaran konvensional, kemampuan komunikasi matematis dan self efficacy

siswa. Simpulan tersebut sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis yang diajar dengan

pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pendekatan pembelajaran

konvensinal.

2. Terdapat perbedaan self efficacy yang diajar dengan pendekatan pembelajaran

matematika realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional.

3. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal

matematika terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

4. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal

matematika terhadap self efficacy siswa.

5.2Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas diketahui bahwa penelitian ini berfokus pada

kemampuan komunikasi matematis dan self efficacy siswa melalui pendekatan

pembelajaran matematika realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional.

Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis dan self efficacy siswa

(32)

108

pembelajaran konvensional. Ditinjau dari interaksi antara pendekatan

pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa, hasilnya dapat dilihat

dari pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada siswa kelas eksperimen dan

siswa kelas kontrol dengan kategori KAM siswa.

Beberapa implikasi yang perlu diperhatikan bagi guru sebagai akibat dari

pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika

realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional antara lain :

1. Dari aspek yang diukur, berdasarkan temuan dilapangan terlihat bahwa

kemampuan komunikasi matematis dan self efficacy siswa masih kurang

memuaskan. Hal ini disebabkan siswa terbiasa dengan selalu memperoleh

soal-soal yang langsung dalam bentuk model matematika, sehingga ketika

diminta untuk untuk memunculkan ide mereka sendiri siswa masih merasa

sulit. Ditinjau ke indikator-indikator kemampuan komunikasi dan self efficacy

siswa dalam menarik kesimpulan masih kurang.

2. Pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pendekatan pembelajaran

konvensional dapat diterapkan pada kategori KAM (Tinggi, Sedang dan

Rendah) pada kemampuan komunikasi dan self efficacy siswa. Adapun

pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pendekatan pembelajaran

konvensional mendapatkan keuntungan lebih besar terhadap siswa dengan

kategori KAM tinggi.

5.3Saran

Penelitian mengenai penerapan pembelajaran dengan pendekatan

pembelajaran matematika realistik dan pendekatan pembelajaran konvensional ini

(33)

109

guru, maupun kompetensi siswa. Oleh karena itu, berkaitan dengan

temuan dan kesimpulan dari studi ini dipandang perlu agar

rekomendasi-rekomendasi. Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian, maka

disampaikan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang

berkepentingan dengan hasil penelitian ini. Saran tersebut sebagai berikut:

1. Kepada Guru

Pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pendekatan

pembelajaran konvensional pada kemampuan komunikasi matematis dan self

efficacy siswa dapat diperluas penggunaannya. Oleh karena itu hendaknya

pendekatan pembelajaran ini terus dikembangkan di lapangan yang

membuat siswa terlatih dalam menyelesaikan masalah melalui proses

komunikasi dan self efficacy. Peran guru sebagai fasilitator perlu didukung oleh

sejumlah kemampuan antara lain kemampuan memandu diskusi di kelas, serta

kemampuan dalam menyimpulkan. Disamping itu kemampuan menguasai bahan

ajar sebagai syarat yang harus dimiliki guru. Untuk menunjang keberhasilan

implementasi pendekatan pembelajaran matematika realistik dan pendekatan

pembelajaran konvensional diperlukan bahan ajar yang lebih menarik. Selain itu

LAS dan tes yang dirancang oleh guru harus menarik agar siswa dapat menguasai

bahan ajar oleh karena itu hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru

dalam membuat LAS dan tes.

2. Kepada lembaga terkait

Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik dan

pendekatan pembelajaran konvensional, masih sangat asing bagi guru dan

(34)

110

disosialisasikan oleh sekolah dengan harapan dapat meningkatkan

kemampuan belajar siswa, khususnya meningkatkan kemampuan

komunikasi dan self efficacy siswa yang tentunya akan berimplikasi pada

meningkatnya prestasi siswa dalam penguasaan materi matematika.

3. Kepada peneliti yang berminat

Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat

dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum

terjangkau saat ini, misalnya : a) Penelitian ini hanya pada satu materi pokok

yaitu bangun datar segi empat kelas VII dan terbatas pada kemampuan

komunikasi matematis dan self efficacy siswa oleh karena itu disarankan kepada

peneliti lain dapat melanjutkan penelitian pada materi pokok dan kemampuan

matematis yang lain dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika

realistik; (b) Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat

dilengkapi dengan melakukan penelitian aspek-aspek kemampuan matematis yang

lain yaitu kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, koneksi, dan representasi

matematis secara lebih terperinci dan melakukan penelitian ditingkat sekolah yang

(35)

111

DAFTAR PUSTAKA

Anisa, W. N. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Matematika Realistik untuk Siswa SMP Negeri di Kabupaten Garut. [Online] Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 8. (pasca.ut.ac.id/journal/index.php/JPK/article, diakses 20 Agustus 2015)

Ansari, B.I. 2009. Komunikasi Matematik: Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: PENA.

Arends, R. 2008. Learning to Teach. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Asikin, M. Iwan, J. 2013. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP Dalam Setting Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education. [Online] Unnes Journal of Mathematics Education Research 2 (1) (2013). ISSN 2252-6455. (journal.unnes.ac.id, diakses 20 Agustus 2015).

Bandura, A. 1995. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman and Company.

Cohen, H., & Stemmer, B. 2007. Consciousness and Cognition: Fragments of Mind and Brain. United States: Elsevier.

Darkasyi, M., Johar, R., Ahmad, A. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe. [Online] Jurnal Didaktika Matematika ISSN: 2355-4185 Vol. 1, No. 1, April 2014. (www.jurnal.unsyiah.ac.id, diakses 25 September 2015)

De Lange. 1987. Mathematics Insight And Meaning. Utrecht.

Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

---. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

(36)

112

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal UPI [Online]. Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011. ISSN: 1442-565X. (http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf, diakses 17 Februari 2015).

Fauzi. A. 2002. Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Pembagian Di SD. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya. Tidak diterbitkan.

Freudenthal, H. 1991. Revisiting Mathematics Education. Dordrecht: Reidel Publishing.

Gravenmeijer, K.P.E. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Technicpress. Culemborg. Utrecht: CD-8.

Hadi, S. 2005. Pendidikan Matematika Realistik. Tulip Banjarmasin.

Hamidah. 2010. Pengaruh Self Efficacy Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik. Bandung: STKIP Siliwangi Bandung. [Online]. Tersedia. www.seminar.uny.ac.id, diakses 25 Agustus 2015.

Hergenhahn, B. R. dan Olson, H. M. 2009. Theories of Learning. Terjemahan Tri Wibowo. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Kemendikbud. 2013. Permendikbud No. 54 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementertian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kennedy, L.M. & Tipps, S. 1994. Guiding Children’s Learning of Mathematics (7th ed.). California. Wadsworth.

La Moma. 2014. Peningkatan Self Efficacy Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Generatif. [Online]. Cakrawala Pendidikan, Oktober 2014. Th. XXXIII, No. 3. (http://download.portalgaruda.org/article.php, diakses 20 Agustus 2015)

Marlina, M. Ikhsan, Yusrizal. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Siswa SMP dengan Menggunakan Pendekatan Diskursif. [Online]. Jurnal Didaktik Matematika, Vol. 1, No. 1, April 2014, ISSN: 2355-4185. (http://download.portalgaruda.org/article.php, diakses 25 Agustus 2015)

Michaelides, M. 2008. “Emerging Themes from Early Research on Self-Efficacy Beliefes in School Mathematics”. [Online]. Electronic Journal of Research in Educational Psychology, N. 14, Vol. 6 (1), 2008. ISSN: 1696-2095.pp:219-234. (

http://www.investigacion-psicopedagogica.org/revista/new/ContadorArticulo.php?218, diakses 20

(37)

113

Muhibbin, S. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhlisin, N. Dantes, Sariyasa. 2013. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Tingkat Kecemasan Belajar Siswa. [Online] e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Prodi Pendidikan Dasar (Vol. 3 Tahun 2013). (http://download.portalgaruda.org/article.php, diakses 20 Agustus 2015)

Mullis et al. 2004. TIMSS 2003 International Mathematics Report: Finding from

IEA’s Trends in International Mathematics and Science Study at The Fourth

and Eight Grades. TIMSS and PIRLS International Study Centre Lynch School of Efucation, Boston College.

NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standars for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM

Noer, S.H. 2012. Self Efficacy Mahasiswa Terhadap Matematika. [Online]. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika, 10 November 2012, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. ISBN: 978-979-16353-8-7. (http://core.ac.uk/download/files/335/11067003.pdf, diakses 25 September 2015).

Nuyami, N.M.S., Suastra, I.W, & Sadia, I.W. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPair-Share Terhadap Self-Efficacy Siswa SMP Ditinjau Dari Gender. [Online]. EJournal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Prodi IPA, Vol.4, No.1. (http://download.portalgaruda.org/article.php, diakses 20 Agustus 2015)

Puskur. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar: Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Balitbang Widyantini.

Redzuan, M. 2003. Psikologi. (2nded). Universitas Putra Malaysia, Shah Alam: Mc Graw-Hill.

Risdianto, H., Ida, K., Hasratuddin, S. 2012. The Difference of Enhancement Matematical Problem Solving Ability And Self-Efficacy SMA With MA Students IPS Program Through Guided Inquiry Learning Model Assisted Autograph Software in Langsa. [Online]. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA, Vol 6 Nomor 1, hal 88-. ( http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-29438-Jurnal%2089-107.pdf, diakses 20 Agustus 2015)

(38)

114

Saleh, M. 2012. Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR). [Online]. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi September 2012, Vol. 13 No. 2. ISSN 1693-4849.

(http://www.serambimekkah.ac.id/download/September-2012.pdf, diakses

25 Agustus 2015)

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persana.

Sembiring, R.K. 2010. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (Pmri): Perkembangan Dan Tantangannya. [Online] IndoMS. J. M. E. Vol. 1 No. 1 Juli 2010, pp. 11-16. (

http://jims-b.org/wp-content/uploads/2013/11/Full-IndoMS-JME-11-RK-Sembiring.pdf, diakses 25 Agustus 2015)

Somakim. 2010. Mengembangkan Self Efficacy Siswa Melalui Pembelajaran Matematika. [Online]. Jurnal Pendidikan Matematika Paradikma, Vol. 3 Nomor 1 hlm. 31-36. (http://eprints.unsri.ac.id/1527/, diakses 20 Agustus 2015).

Soviawati, E. 2011. Pendekatan Matematiaka Realistik (PMR) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa Di Tingkat Sekolah Dasar. [Online] Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011 ISSN 1412-565X. (http://jurnal.upi.edu/file/9-Evi_Soviawati-edit.pdf, diakses 25 Agustus 2015)

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Torrance, P.E. 1969. Creativity What Research Says to the Teacher. Washington DC:National Education Association.

Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Konsep Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya). Jakarta: Prestasi Pustaka.

Gambar

Gambar 1.1 Jawaban Siswa
Gambar 1.2 Jawaban Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat Perbedaan hasil belajar Matematika siswa yang diajarkan dengan Pendekatan Matematik Realistik dan

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) perbedaan kemampuan representasi matematis siswa yang diajar dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih baik daripada self-efficacy matematis siswa yang memperoleh pendekatan konvensional. 4) Untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) efektivitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) terhadap kemampuan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah : (1) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh Pendekatan pembelajaran matematika realistik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan signifikan antara kemampuan spasial siswa pada pembelajaran pendekatan matematika realistik berbantuan

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil penelitian yaitu: (1) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pendekatan realistik lebih

Berdasarkan hasil uji hipotesis mengenai perbedaan keefektifan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik dan