PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK
DI SMP N 4 PADANGSIDIMPUAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Dwi Putria Nasution Nim: 8146171019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
i ABSTRAK
DWI PUTRIA NASUTION. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self-efficacy Matematis Siswa Melalui Pendekatan Realistik di SMP N 4 Padangsidimpuan. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2016.
Kata Kunci: Pendekatan Realistik, Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self-efficacy
ii ABSTRACT
DWI PUTRIA NASUTION. The Increasing of Mathematical Communication Ability and Self-efficacy of Mathematics Using Realistic Approach in SMP N 4 of Padangsidimpuan. Thesis. Post Graduate Program, State University of Medan, 2015.
iii
KATA PENGANTAR
ﻡﻱﺡﺭﻝﺍ ﻥﻡﺡﺭﻝﺍ ﺍﻝﻝﻩ
Alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin, puji syukur penulis sampaikan kepada Allah
SWT atas limpahan rahmad dan karunia-Nya sehingga proposal yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Self-Efficacy Matematis Siswa Melalui Pendekatan Realistik Di SMP N 4 Padangsidimpuan” dapat terselesaikan
dengan baik. Proposal ini disususn dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Edi Syahputra, M. Pd selaku Ketua Prodi dan Dr. Mulyono, M.Si selaku
sekretaris Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED.
2. Prof. Dr. Hasratuddin, M. Pd selaku pembimbing I yang ditengah-tengah
kesibukannya masih meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan
dengan sabar terhadap segala permasalahan dan kendala yang dihadapi penulis,
selalu memotivasi penulis sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik. Penulis
salut pada bapak yang selalu ramah kepada siapapun dan berharap bisa seperti
bapak nantinya.
3. Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D selaku pembimbing II yang selalu
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi arahan kepada penulis untuk
iv
4. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si., bapak Dr. Abil Mansyur, M. Si., ibu Dr. Izwita
Dewi, M. Pd selaku penguji yang telah memberikan masukan kepada peneliti
dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Dapot Tua Manullang, M. Si selaku Staf Prodi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana UNIMED.
6. Bapak Direktur, Asisten Direktur I dan II serta seluruh Staf Program Pascasarjana
UNIMED yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.
7. Bapak/ Ibu dosen yang telah banyak memberikan bekal ilmu yang sangat
berharga bagi penulis dalam mengembangkan pengetahuan selama mengikuti
perkuliahan dan saat penulisan proposal ini.
8. Bapak Drs. Ramadan, SH., M.Pd selaku kepala sekolah SMPN 4
Padangsidimpuan, Bapak P. Harahap, ibu Farida Hanum, S.Pd dan ibu Ribut
Irianningsih, S. Pd (guru SMPN 4 Padangsidimpuan) serta siswa yang terlibat
dalam penelitian ini.
9. Ayahanda H. Ahmad Ashari Nasution, S. Sos dan ibunda tercinta Hj. Tuti Aryani
yang selalu mendo’akan, memberikan kasih sayang setulusnya, perhatian dan
selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan studi secepatnya.
10. Kakanda Ika Suryani Nasution, Amd. Keb, Adinda Septi Nopita Nasution S.St,
dan Sri Anggraeni Nasution yang senantiasa memotivasi penulis untuk
menyelesaikan studi. Kedua keponakan penulis, Ringga Surya Pratama dan Rifat
Ahmad Alfarizi.
11. Rekan-rekan senasib DIKMAT A4 terutama Mega Multina, M.Pd , Fitri Ayunita,
v
DIKMAT A4, Yessi Jurnala, S.Pd, Mutia Sari, S.Pd, Yunita, M. Pd, Ikral
Nasution, M. Pd, Apriadani, S.Pd dan Nur Asyiah, S.Pd (teman sekampuang) dan
seluruh penghuni kos 52 yang senantiasa menghibur penulis saat berduka dan
selalu memotivasi. Semoga persahabatan kita abadi!
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan do’a bapak/ibu, saudara/saudari,
kiranya kita tetap dalam lindungan Allah SWT. Semoga proposal tesis ini bermanfaat
dalam perkembangan dunia pendidikan, terutama pendidikan matematika. Penulis
menyadari proposal ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharap
sumbangsih berupa saran atau kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
proposal tesis ini.
Medan, Maret 2016
vi
C. Kemampuan Komunikasi Matematis ……… 17
D. Self-Efficacy ……….………. 22
E. Pendekatan Realistik ………..….……..………. 26
1. Prinsip RME ………. 29
2. Karakteristik RME ………. 31
F. Pembelajaran Biasa ………. 35
G. Perbedaan Pedagogi Pembelajaran RME dengan Pembelajaran Biasa ………. 38
1. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Memperoleh Pembelajaran RME Lebih Tinggi daripada Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Biasa ………….………. 45 2. Penigkatan Self-Efficacy Siswa yang
vii Baik daripada Siswa yang Memperoleh
Pembelajaran Biasa ………... 47
3. Tidak Terdapat Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan Gender (Laki-laki dan Perempuan) Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa ……….. 48
4. Tidak terdapat Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan Gender (Laki-laki dan Perempuan) Terhadap Sef-Efficacy Siswa ……….. 49
5. Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran dengan Menggunakan RME ……….. 50
1. Hasil Validasi Para Ahli terhadap Perangkat Pembelajaran ……… 59
2. Hasil Validasi Para Ahli terhadap Instrumen ……… 59
3. Uji Coba Perangkat Pembelajaran ……… 60
a. Validitas Tes ……… 60
c. Menghitung Gain Ternormalisasi ……… 65
viii BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian ……… 69
1. Pelaksanaan Pretes ……… 69
2. Pelaksanaan Pembelajaran ……… 71
3. Pelaksanaan Postes ……… 72
B. Analisis Hasil Penelitian ……… 74
1. Analisis Hasil Tes Komunikasi Matematis Siswa ……… 75
2. Analisis Hasil Self-efficacy Siswa ……… 83
C. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 91
D. Keterbatasan Penelitian ……… 99
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 101
B. Saran ……… 103
Daftar Pustaka ……… 105
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan Realistik ……….. 33 Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Biasa ….………. 34 Tabel 2.3 Perbedaan Pembelajaran Biasa dengan
Pendekatan Realistik ………. 38
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ………. 54
Tabel 3.2 Tabel Weiner ………. 56
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis …. 57 Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan
Komunikasi Matematis ………. 57
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Self-efficacy ………. 58 Tabel 3.6 Skor Alternatif Jawaban Angket Self-efficacy …………. 59 Tabel 3.8 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Ahli …. 59 Tabel 3.9 Tabel Keterkaitan antara Rumusan Masalah, Hipotesis
dan Jenis Uji Statistik ………. 68 Tabel 4.1 Deskripsi Pretes Tes Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Berdasarkan Pembelajaran ……….... 69 Tabel 4.2 Deskripsi Pretes Self-efficacy Siswa
Berdasarkan Pembelajaran ……… 70
Tabel 4.3 Deskripsi Postes Tes Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa ……….……… 73
Tabel 4.4 Deskripsi Postes Self-efficacy Siswa
Berdasarkan Pembelajaran ………. 74 Tabel 4.5 Deskripsi Data N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Kedua Kelompok Pemnelajaran
Untuk Kedua Kelompok ………. 76
Tabel 4.6 Data Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematis Untuk Setiap Indikator ………. 77 Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa ………. 79 Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa ………. 80 Tabel 4.9 Hasil Uji ANAVA Dua Jalur ……… 80 Tabel 4.10 Deskripsi Data N-Gain self-efficacy Kedua Kelompok
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian ………. 63 Gambar 4.1 Peningkatan N-Gain Kemampuan Matematis
Berdasarkan Kategori Gender ………. 76 Gambar 4.2 Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematis untuk Setiap Indikator ………. 78 Gambar 4.3 Interaksi antara Pembelajaran dengan Gender Terhadap
Peningkatan Komunikasi Matematis Siswa …………. 83 Gambar 4.4 Peningkatan N-Gain Self-efficacy Berdasarkan Gender .. 84 Gambar 4.5 Peningkatan Self-efficacy untuk Setiap Indikator … 86 Gambar 4.6 Interaksi antara Pembelajaran dengan Gender terhadap
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting. Sesuai dengan pendapat Trianto (2011), pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Kualitas pendidikan suatu bangsa mempengaruhi kemajuan bangsa tersebut. Tanpa pendidikan suatu bangsa tidak akan mengalami perubahan dan kemajuan.
Pendidikan erat kaitannya dengan pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Pembelajaran merupakan satu unsur terpenting dalam pelaksaan pendidikan. Oleh karena itu kualitas pendidikan erat hubungannya dengan kualitas pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah terdiri dari berbagai ilmu yang dibagi melalui mata pelajaran. Setiap mata pelajaran memiliki peranan masing-masing dalam mengembangkan potensi siswa. Salah satu mata pelajaran penting untuk diajarkan di sekolah adalah matematika.
2
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama.
Adapun tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah menurut Permendiknas no. 22 tahun 2006:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang modelmatematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dari uraian di atas jelas terlihat matematika sangat penting dan menjadi fokus dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sehari-hari. Maka cara membelajarkan siswa terhadap matematika tidak cukup hanya mengenalkan defenisi, memberikan contoh dan memberikan latihan untuk mengukur kemampuannya.
3
dengan nilai 386. Kemudian hasil dari PISA (Gurria, 2014) pada tahun 2012, menempatkan siswa Indonesia pada peringkat 64 dari 65 negara peserta. Indonesia masih jauh 12 peringkat di bawah Malaysia.
Kurikulum 2013 mengamanatkan bahwa proses pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui mengamati (menyimak, melihat, membaca, mendengar), bertanya, bernalar, menyaji dan menyimpulkan (komunikasi) (Kemendikbud, 2013). Proses kegiatan mengamati, bertanya, bernalar, menyajikan dan menyimpulkan disebut dengan pendekatan ilmiah (scientific approach) pembelajaran. Dalam proses
kegiatan tersebut diperlukan kemampuan komunikasi. Komunikasi bisa membantu peserta didik tentang konsep matematika ketika mereka menyatakan situasi, menggambar, menggunakan objek, memberikan laporan dan penjelasan verbal.
Hal ini dapat kita lihat saat berlangsungnya diskusi dalam kelas, dengan kemampuan komunikasi peserta didik diharapkan bisa menyampaikan ide kreatifnya, menjelaskan, mendengar, menggambarkan, menanyakan, dan bekerja sama sehingga mereka dapat memahami matematika lebih mendalam. Melalui diskusi dapat dilihat peserta didik belajar berkomunikasi dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan mereka. Dengan kemampuan komunikasi dan pemahaman yang mendalam, siswa akan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari sehingga mereka lebih kritis dan mandiri.
4
di bangku sekolah/universitas ataupun setelah mereka meninggalkan bangku sekolah untuk bekerja. Hal ini berarti komunikasi sangat penting dalam kehidupan peserta didik di sekolah maupun di luar sekolah.
Linquist (Izzati, 2010) berpendapat bahwa jika kita sependapat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasa terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi belajar,mengajar dan mengakses matematika. Jadi jelaslah bahwa komunikasi dalam matematika merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki pelaku dan pengguna matematika selama belajar, mengajar dan mengakses matematika.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematik memegang peranan penting serta perlu ditingkatkan dalam pembelajaran matematika. Beberapa indikator komunikasi matematika yang diukur dalam penelitian ini yaitu, menuliskan informasi dari pernyataan ke dalam bahasa matematika, menginterpretasikan gambar ke dalam model matematika dan menjelaskan prosedur penyelesaian.
Berikut salah satu bukti rendahnya kemampuan komunikasi siswa di SMP Negeri 4 padangsidimpuan. Peneliti melakukan observasi pada tanggal 13 November 2015. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada salah satu guru SMP. Sang guru mengatakan masih banyak siswa yang belum bisa mengubah pernyataan ke dalam model matematika, kurang memahami gambar dan menuangkannya dalam bahasa matematika.
5
tidak paham menyatakanya dalam bahasa matematika. Selain kemampuan komunikasi yang perlu dikembangkan juga adalah sikap (dalam ranah afektif) sebagaimana yang termuat dalam Permendikbud nomor 54 (Kemendikbud 2013) Standar Kemampuan Kelulusan (SKL) peserta didik harus memiliki perilaku yang mencerminkan sikap berakhlak mulia, berilmu, percaya diri dan bertanggungjawab dalam berintegrasi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Dari SKL tersebut salah satu sikap yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika adalah percaya diri (self efficacy).
Self-efficacy adalah salah satu sikap percaya diri yang merupakan aspek
psikologis yang berperan terhadap keberhasilan seorang peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang baik. Hal ini senada dengan pendapat Mukhid (2009) bahwa sefl-efficacy (kepercayaan diri) berpengaruh terhadap keberhasilan siswa,
contoh jika kepercayaan dirinya tinggi maka kecemasannya rendah sebaliknya jika kepercayaan dirinya rendah maka tingkat kecemasannya pun akan tinggi.
Sefl-efficacy merupakan kepercayaan diri seseorang yang dapat dilihat berbagai
aspek yang akan diambil dari dimensi self-efficacy tersebut, yakni (1) Level (2) Strength (3) Generality.
6
dilakukan Kurniawati (2014), yang mengatakan, hampir semua siswa menunjukkan raut muka tegang saat soal pretes dibagikan dan hampir semua siswa menutup lembar jawaban saat peneliti ingin melihat jawaban mereka.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa adalah pendekatan atau metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Selama ini kebanyakan guru masih menerapkan pembelajaran secara biasa dimana guru merupakan satu-satunya sebagai sumber ilmu dan sumber belajar yang bertindak otoriter dan mendominasi kelas tanpa melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa harus duduk tertib mendengarkan dengan seksama dan berusaha meniru cara guru menyelesaikan masalah atau membuktikan dalil.
Hasratuddin (2010) menyatakan bahwa “pembelajaran yang berlangsung pada umumnya bersifat satu arah dan kurang melibatkan interaksi dan aktifitas mental siswa. Guru lebih aktif memberikan informasi atau menjelaskan materi yang diikuti dengan menuliskan rumus dan pemberian contoh yang dikerjakan bersama siswa dengan dominasi guru, kemudian diakhiri dengan pemberian latihan”.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan biasa cenderung kurang memberikan kesempatan yang cukup untuk menanamkan dan melatih kemampuan matematis yang dibutuhkan siswa seperti kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis. Menurut Baroody (Sabri, 2010) pada pembelajaran matematika dengan pendekatan biasa, kemampuan komunikasi matematis siswa masih sangat terbatas hanya pada jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh guru.
7
(ceramah dan menulis di papan tulis). Padahal metode itu cocok digunakan untuk menginformasikan kepada siswa tujuan pembelajaran dan sejarah matematika.”
Guru hanya menuntut siswa untuk menghafal defenisi, konsep matematika dan cara mengerjakan soal tanpa memahami darimana konsep itu berasal, sehingga siswa mudah melupakannya. Sebagaimana menurut Izzati (2010), guru hanya memfokuskan siswa untuk mengingat “cara-cara” yang mereka ajarkan dalam menyelesaikan soal dari menstimulasi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri, sehingga siswa tak mampu membolak-balik rumus dan menyelesaikan soal yang berbeda dengan contoh yang diberikan guru.
Lemahnya proses pengajaran matematika di sekolah-sekolah menimbulkan masalah pembelajaran kepada siswa, seperti kurangnya minat siswa dalam pelajaran matematika, yang akhirnya berdampak pada rendahnya kemampuan siswa secara umum dan khususnya kemampuan komunikasi matematis. Respon siswa pada matematika menjadi negatif karena mereka menganggap bahwa matematika itu membosankankan, membingungkan dan merupakan pelajaran yang sulit. Sebagaimana pendapat Abdurrahman (2012) dari berbagai studi yang diajarkan di sekolah, matematika adalah bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa. Sejalan dengan pendapat Hasratuddin (2010), beberapa siswa menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan tidak menarik minat siswa, menakutkan, cemas, dan merasa khawatir saat belajar matematika di sekolah, dan siswa cenderung berpikir atau berperasaan tidak baik terhadap matematika.
8
lainnya, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi peningkatan kemampuan-kemampuan tersebut.
Berbagai macam pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kemampuan komunikasi dan self-efficacy tersebut, salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dan
akan sejalan dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang berlaku pada saat ini adalah pendekatan realistik. Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang membawa peserta didik pada masalah nyata (kontekstual), menggunakan model, menggunakan kontribusi siswa, interaktif, dan menggunakan keterkaitan.
Dalam pendekatan realistik, materi yang disajikan guru diangkat dari peristiwa nyata dalam kehidupan sehari-hari. Siswa diberi kebebasan menafsirkan dan mengemukakan gagasan mereka mengenai bentuk-bentuk kalimat matematika yang mereka temukan sendiri. Dengan demikian pembelajaran menjadi terpusat pada siswa dan juga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa itu sendiri. Sejalan dengan pendapat Freudenthal (Zulkardi, 2002) bahwa matematika adalah kegiatan manusia yang lebih menekankan aktivitas siswa untuk mencari, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan yang dia perlukan. Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri.
9
siswa yang bersekolah itu mempunyai kemampuan yang beragam. Sedangkan menurut Suherman (2001) pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik sekurang-kurangnya telah mengubah minat siswa menjadi lebih positif dalam belajar matematika.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik sangat memperhatikan kondisi lokal (terkait budaya, lingkungan atau konteks) sehingga siswa tidak takut lagi mengutarakan ide-idenya, berani memberikan penyelesaian masalah yang berbeda dari teman-temannya dan tumbuh kreatifitasnya dalam menyelesaikan masalah.
Menurut penelitian terdahulu, faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi dan self-efficacy siswa adalah gender. Banyak penelitian yang
mengatakan bahwa gender dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena secara psikologis laki-laki dan perempuan mempunyai banyak perbedaan, terkait minat, bakat, motivasi, intelegensi dan kematangan. Maccoby dan Jacklin (Dewi dan Idrus,1999) mengatakan bahwa laki-laki lebih baik di bidang matematika dan tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran sedangkan perempuan lebih baik dalam hal yang berkaitan dengan masalah verbal (bahasa). Perempuan juga lebih dekat pada masalah kehidupan yang praktis konkret, sedang laki-laki lebih tertarik pada hal yang abstrak.
10
Sehingga perlu dilakukan penelitian apakah gender mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa.
Tidak hanya kemampuan komunikasi, bahkan self-efficacy pun dipengaruhi
oleh gender. Hal ini dapat dilihat dari penelitian Hackett, 1985 (Pajeras, 2003) yang menyatakan bahwa self-efficacy siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa
perempuan. Hal senada juga ditemukan Pajeras (2003) bahwa anak perempuan memiliki self-efficacy yang lebih rendah dibanding anak laki-laki. Dari beberapa
pendapat di atas ditemukan bahwa laki-laki memiliki tingkat self-efficacy yang
lebih tinggi dibanding perempuan.
Interaksi yaitu pengaruh bersama antara dua faktor atau lebih dalam meningkatkan sesuatu. Faktor pembelajaran dan gender akan disandingkan, apakah akan mengakibatkan perubahan pada kemampuan komunikasi siswa dan
self-efficacy siswa yang rendah baik itu laki-laki maupun perempuan menjadi
lebih baik.
Dari beberapa penelitian di atas, diperoleh bahwa ada perbedaan kemampuan laki-laki dan perempuan walaupun metode atau pendekatan pembelajaran yang dilakukan tidak berbeda. Begitu juga tingkat self-efficacy
siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan walaupun tidak ada perlakuan istimewa guru pada salah satu jenis gender. Maka perlu diteliti apakah ada interaksi antara pembelajaran yang digunakan guru dengan gender terhadap kemampuan komunikasi dan self-efficacy siswa.
11
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi siswa masih rendah 2. Self-efficacy siswa masih rendah
3. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sangat sulit 4. Guru masih menggunakan metode ceramah dan menulis 5. Pembelajaran masih berpusat pada guru
6. Siswa masih cenderung pasif dalam pembelajaran
7. Kemampuan komunikasi matematis siswa laki-laki dan perempuan berbeda walaupun model yang digunakan tidak berbeda.
8. Respon siswa pada matematika negatif
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup dari permasalahan dalam pembelajaran matematika seperti yang telah diidentifikasikan di atas, maka penelitian ini perlu dibatasi agar lebih terarah dan terfokus pada permasalahan yang mendasar. Penelitian ini dibatasi pada permasalahan peningkatan kemampuan komunikasi dan self-efficacy siswa dengan pendekatan realistik, respon siswa terhadap
pembelajaran.
D. Rumusan Masalah
12
1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang diajar dengan pendekatan realistik lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa?
2. Apakah peningkatan self-efficacy siswa yang diajar dengan pendekatan
realistik lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa?
3. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender terhadap peningkatan kemampuan komunikasi siswa?
4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender terhadap peningkatan self-efficacy siswa?
5. Bagaimana respon siswa terhadap matematika dengan pendekatan realistik?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis bahwa peningkatan kemampuan komunikasi siswa yang diberi pembelajaran pendekatan realistik lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa.
2. Menganalisis bahwa peningkatan self-efficacy siswa yang diberi pembelajaran
realistik lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender terhadap peningkatan kemampuan komunikasi siswa.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan gender terhadap peningkatan self-efficacy siswa.
13
F. Manfaat Penelitian
1) Bagi siswa
Mendapat pengalaman yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajarannya dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy nya dalam pembelajaran yang pada
gilirannya akan membawa pengaruh positif yaitu meningkatnya hasil belajar matematika siswa.
2) Bagi guru
a. Menjadi acuan pengembangan dan alternatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy dengan pendekatan
realistik terutama dalam pelajaran matematika sehingga guru dapat merancang suatu rencana pembelajaran yang berintegrasi sehingga belajar akan lebih baik jika siswa menemukan sendiri apa yang menjadi kebutuhannya.
b. Memberikan alternatif pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika untuk dikembangkan menjadi lebih baik.
3) Bagi peneliti
101
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab sebelumnya diperoleh beberapa simpulan yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy siswa. Simpulan tersebut sebagai berikut: 1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat
pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa, dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Secara rinci peningkatan setiap indikator adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan kemampuan menuliskan informasi dari pernyataan ke dalam model matematika pada kelas eksperimen sebesar 0,71 dengan kategori tinggi sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,51 dengan kategori sedang.
b. Peningkatan kemampuan menginterpretasikan gambar ke dalam pernyataan matematika pada kelas eksperimen sebesar 0,73 dengan kategori tinggi sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,54 dengan kategori sedang.
102
d. Peningkatan kemampuan menyelesaikan prosedur penyelesaian pada kelas eksperimen sebesar 0,73 dengan kategori tinggi sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,58 dengan kategori sedang.
Dari empat indikator tersebut, kemampuan menyatakan ide matematika ke dalam gambar memiliki peningkatan yang lebih tinggi. Ini dikarenakan kalimat dalam soal sangat jelas, sehingga siswa mudah memahami dan menggambarkannya.
2. Peningkatan self-efficacy matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan realistik lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa, dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Secara rinci peningkatan setiap indikator adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan indikator level pada kelas eksperimen sebesar 0,55 dengan kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,28 dengan kategori rendah.
b. Peningkatan indikator generality pada kelas eksperimen sebesar 0,57 dengan kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,29 dengan kategori rendah.
c. Peningkatan indikator strength pada kelas eksperimen sebesar 0,64 dengan kategori sedang sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,38 dengan kategori sedang.
103
pembelajaran (pendekatan realistik dan pembelajaran biasa) dengan gender (laki-laki dan wanita) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Perbedaan peningkatan komunikasi matematis disebabkan oleh perbedaan pembelajaran yang digunakan bukan karena gender siswa.
4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (pendekatan realistik dan pembelajaran biasa) dengan gender (laki-laki dan wanita) terhadap peningkatan self-efficacy matematis. Hal ini juga diartikan bahwa interaksi antara
pembelajaran (pendekatan realistik dan pembelajaran biasa) dengan gender (laki-laki dan wanita) tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama yang signifikan terhadap peningkatan self-efficacy matematis. Perbedaan peningkatan self-efficacy matematis disebabkan oleh perbedaan pembelajaran yang digunakan
bukan karena gender siswa.
5. Respon siswa terhadap matematika dengan pembelajaran menggunakan pendekatan realistik adalah senang. Kebanyakan siswa baik laki-laki maupun wanita menyukai pembelajaran dengan pendekatan realistik, karena masalah yang disajiakan adalah masalah yang real, dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari.
B. Saran
104
1. Untuk guru matematika
Pendekatan realistik pada pembelajaran matematika yang menekankan pada kemampuan komunikasi matematis siswa baik sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif. Peran guru sebagai fasilitator perlu didukung oleh sejumlah kemampuan, antara lain kemampuan memandu diskusi di kelas, serta kemampuan mengarahkan siswa membuat kesimpulan, kemampuan menguasai materi sebagai syarat mutlak yang wajib dimiliki 2. Untuk siswa
Seharusnya siswa dibelajarkan dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa bisa lebih kreatif, mandiri dan tidak bergantung pada guru. 3. Untuk lembaga terkait
Pembelajaran dengan pendekatan realistik masih sangat asing bagi guru maupun siswa terutama di daerah. Oleh karena itu perlu disosialisasikan ke sekolah-sekolah dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya kemampuan komunikasi siswa dan self-efficacy siswa yang berimbas pada peningkatan prestasi siswa.
4. Kepada peneliti berikutnya
105
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan
Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Ansari, B. 2012. Komunikasi Matematik dan Politik Suatu Perbandingan: Konsep
dan Aplikasi. Banda Aceh: yayasan PeNA.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Bandura, A. 1994. Self-Efficacy. San Diego: Academic Press.
---. 2003. Negative Self-Efficacy and Goal Effects Revisited. Jurnal, Vol. 88 No. 1.
Darkasyi, Muhammad. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan
Motivasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning pada
Siswa SMP Negeri 5 Lhokseumawe. Jurnal Didaktik.
Dewi, F. dan Idrus. 1999. Konstruksi Gender dalam Budaya. Jurnal, tersedia online.
Dickhauser, O. 2006. Gender Differences in Young Children’s Math Ability Attribution. Jurnal, Vol. 48 No. 1.
Gurria, Al. 2014. PISA 2012 Result in Focus. OECD.
Hadi, S. 2012. Mathematics Education Reform Movement in Indonesia. Seoul:
International Congress on Mathematical Education.
Handayani, A. 2014. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) bagi Siswa Kelas VII MTsN Lubuk Buaya PadangTahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3 No. 2.
Hasratuddin. 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui
Pendekatan Matematika Realistic. FMIPA Unimed. Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 4 No. 2.
106
Hendriana, H. & Somarmo, U. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Refika Aditama.
Izzati, N. dan Didi Suryadi. 2010. Komunikasi Matematis dan Matematika Realistik.
Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika, ISBN: 978-979-16353-5-6.
Kemendikbud. 2013. Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
---, 2013. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan nomor 54
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah . Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Marlina. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Self-Efficacy Siswa SMP
dengan Menggunakan Pendekatan Diskursif. Jurnal Didaktik
Matematika, Vol. 1 No. 1. ISSN: 2355-4185.
Mukhid, A. 2009. SELF-EFFICACY (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya terhadap Pendidikan). Tadris, Volume 4. Nomor 1.
Mullis & Martin. 2012. TIMSS 2011 International Result in Mathematics. Boston:
International Study Center.
Nuryoto, S. 1998. Perbedaan Prestasi Akademik antara Laki-laki dan Perempuan Studi di Daerah Yogyakarta. Jurnal Psikologi, No. 2. ISSN: 0215-8884.
Pajeras, F. 2003. Self- Efficacy Belief, Motivation, and Achievement in Writing: a
Reviewof The Literature. Atlanta: Emory University.
Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tentang
Standar Isi.
Prastiti, T. 2007. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran RME dan Pengetahuan Awal Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Pemahaman Matematika Siswa SMP Kelas VII. Didaktika, Vol. 2 No. 1 Maret 2007: 199-215.
Rudiono, T. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis RME Berorientasi Terciptanya Berfikir Tingkat Tinggi Materi Perbandingan Kelas VII. Pancaran, Vol. 4 No. 1.
107
Saragih, S dan Rahmiyana. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA/MA di Kecamatan Simpang Ulim Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, No. 2.
Shadiq, F. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Shofiah, V. dan Raudatussalamah. 2014. Self-Efficacy dan Self-Regulation Sebagai Unsur Penting dalam Pendidikan Berkarakter (Aplikasi Pembelajaran Mata Kuliah Akhlak Tasawuf). Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 17 No. 2.
Suhaedi, D. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, ISBN: 978-979 16353-8-7.
Suherman, E. 2001. Common Text Book – Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung : JICA.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif:Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Udousoro. 2011. The Effects of Gender and Mathematics Ability on Academic Performance of Students in Chemistry. Nigeria. Indexed African Journals Online, Vol. 5(4) No. 21 ISSN: 2070—0083.
Walpole, R. E. 1997. Pengantar Statistik. Jakarta: IKAPI.
Zaduqisti, E. 2009. Stereotipe Peran Gender dalam Pendidikan Anak. Pekalongan. Muwazah, Vol. 1 No. 1.
Zulkardi. 2002. Developing A Learning Environment on Realistic Mathematics
Education for Indonesian Students Theachers. Ducth. De grad van doctor
aan de Universiteit Twente, op gezag van de rector magnificus, prof. dr. F.A. van Vught, volgens besluit van het College voor Promoties in het openbaar te verdedigen op woensdag 18 December 2002.