• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Dan Fungsi Legenda Mas Merah Masyarakat Melayu Pulau Kampai : Kajian Folklor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Struktur Dan Fungsi Legenda Mas Merah Masyarakat Melayu Pulau Kampai : Kajian Folklor"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Legenda Mas Merah

Pada zaman dahulu, ada seorang pria bernama Salam. Salam tinggal di

Serawak, Malaysia. Salam adalah seorang pemuda yang berbudi pekerti, taat

beragama, berparas tampan dan jago bersilat. Di tempat ia tinggal, ada seorang

gadis yang baik dan berparas cantik. Gadis tersebut bernama rukiah. Rukiah

membuat Salam jatuh hati padanya. Salam memberanikan diri menyampaikan isi

hatinya kepada gadis pujaannya rukiah, sedangkan rukiah dengan malu-malu

menundukkan kepalanya dengan artian ia juga jatuh cinta pada Salam. Dikala ada

waktu yang luang (karena pada masa itu tak sebebas sekarang kalau bertemu

seorang pemuda dengan seorang perempuan). Salam dengan Rukiah memadu

kasih sayang tanpa diketahui kedua orang tua masing-masing. Mereka menjalin

hubungan secara diam-diam.

Salam mempunyai seorang abang bernama Amran. Amran adalah pemuda

yang sudah “berumur”. Karena umur abangnya sudah memungkinkan unuk

berumah tangga maka ayah Salam ingin menikahkan Amran dengan seorang

gadis. Pada suatu hari, ayah Salam bertanya pada Amran, “Apakah dia ingin

menikah?”. Amran pun menjawab, “ Kalau ayah hendak menikahkan aku, terserah

pada ayah saja”.

Konon pada zaman dahulu, pasangan hidup diatur oleh orang tua. Ayah

Salam kembali bertanya, “Siapa yang kau suka untuk menjadi istrimu?”. Amran

(2)

Pilihan satu-satunya gadis yang baik dan cantik di daerah Serawak ialah

Rukiah.Singkat cerita, dinikahkanlah Amran dengan Rukiah. Saat pernikahan

mereka, Salam menjadi putus asa. Beberapa waktu kemudian Salam menjumpai

Rukiah, dan berkata, “Kalau memang abangku yang menjadi jodohmu, ya sudah,

apa yang bisa kita perbuat. Itu sudah kemauan orang tua. Daripada nantinya aku

melihat kau bersenang-senang dengan abangku, lebih baik aku pergi dari sini,”.

Konon Salam melemparkan batu sebanyak tiga buah di sungai Serawak. Ia

berkata, “Kalau timbul tiga buah batu yang kulempar di sungai Serawak ini,

barulah aku akan pulang, dan kalau batu ini tenggelam matilah saya di negeri

orang”.

Berangkatlah Salam ke pantai dengan meninggalkan kekasih yang ia

cintai, keluarga dan kampung halamannya. Lama sudah Salam di lautan, akhirnya

Salam terdampar di Medan Labuhan. Tidak berapa lama Salam di Medan

Labuhan berjumpa dengan H. Kasim yang merupakan tukang kayu yang jaya.

Dengan rendah hati, Salam menyerahkan diri pada H. Kasim, dan diterimalah

Salam oleh H. Kasim sebagai pekerja kerani yang menerima kayu dari anak

buahnya karena H. Kasim melihat Salam memiliki budi pekerti yang baik dan

jago bersilat.

H. Kasim ini tinggal di Medan Labuhan. H. Kasim mempunyai seorang

istri dan seorang anak perempuan bernama Salmah. Sedangkan tempat bekerja H.

Kasim berada di Medan Belawan. Karena Salam ikut bekerja di tempat balok

kayu dengan H. Kasim, maka setiap hari Salam pergi dari Medan Labuhan ke

Medan Belawan. Salmah pun ikut disibukkan setiap hari mengantarkan makanan

(3)

hari, maka diam-diam diantara mereka telah tumbuh rasa cinta. Akan tetapi

melihat Salam yang tinggal di rumah H.Kasim, Salam tak berani menyampaikan

isi hatinya. Salam hanya memendam di dalam hati. Begitu juga halnya dengan

Salmah, Salmah malu mengatakan rasa cintanya pada Salam mengingat Salmah

seorang perempuan. Waktu itu amat janggal rasanya seorang perempuan lebih

dulu menyampaikan rasa cintanya terhadap laki-laki.

Setelah sekian lama Salam tinggal di Medan Labuhan bersama H. Kasim

dan Salmah. Salam menciptakan lagu yang berjudul “Kau adalah Mas Merahku”

untuk dipersembahkan kepada Salmah. Sewaktu Salmah mengantar nasi pada

Salam, Salam menyanyikan lagu ciptaannya dihadapan Salmah. Salam berkata

bahwa dalam lagunya, Mas Merah itu adalah Salmah. Mas Merah merupakan

gelaran untuk Salmah agar orang lain tak mengetahui Mas Merah dalam lagu itu

adalah Salmah.

Ibu Salmah selalu berlangganan kain pada seorang pemuda kaya yang

berasal dari India. Pemuda tersebut bernama Tambi. Ibu Salmah selalu hidup

bermewah-mewahan.

Pada suatu hari, usaha H. Kasim bangkrut dan istrinya berhutang pada

Tambi. Ibu Salmah tak mampu membayar hutangnya. Lalu Tambi berkata, “Kalau

memang hutang anda tidak bisa terbayar, ya sudah”. Melihat hutangnya tak

terbayar, orang tua Salmah kembali berkata kepada Tambi, “Untuk mengikat erat

persaudaraan bagaimana kalau Salmah saya kimpoikan dengan Anda,”. Tambi

(4)

Mendengar hal ini menangis Salmah sejadi-jadinya karena Salmah

dijodohkan. Salmah teringat pada Salam bahwa Salam kelak akan menjadi

suaminya. Tapi apalah daya Salmah, walau bagaimanapun Salmah menyampaikan

isi hatinya kepada orang tuanya, tetap saja orang tuanya berkeras agar Salmah

menurut saja.

Di suatu hari, H. Kasim memanggil Salam, lalu bapaknya berkata, “Salam,

adikmu sudah dijodohkan pada orang lain, jadi kamu saya anggap sebagai anak

yang paling sulung di rumah ini dan bertanggung jawab pada keluarga. H. Kasim

menganggap Salam sebagai anak sendiri karena Salam telah bekerja dan tinggal di

rumah H. Kasim pada waktu yang cukup lama. Mendengar ucapan H. Kasim,

jantung Salam gemetar. Gunung serasa runtuh dan Salam Pucat. Akan tetapi,

dengan berbesar hati Salam pun menganggukkan kepalanya tanpa ada komentar.

Maka tiba dihari pesta perkawinan, segala sesuatu yang berhubungan

dengan pesta sudah disiapkan. Panitia famili dari keluarga mengundang baik yang

dikampung maupun di luar kampung. Maka pesta tersebut meriah, kedua

pengantin yakni Salmah dan Tambi bersanding di pelaminan. Salam pun diminta

supaya dapat menyumbangkan lagu. Salam pergi kemana saja dengan membawa

biola. Maka Salam pun memainkan biola sambil menyanyikan sebuah lagu yang

berjudul “Kau adalah Mas Merahku”. Isi bait dari lagunya seperti ini:

Sayang Mas Merah jangan merajuk Mari kemari abang nak bujuk Kalau ada penawar yang sejuk Racun kuminum haram tak mabuk

Sayang selasih dibawa pulang Mekar satu di atas peti

(5)

Biar Bang Salam membawa diri

Mendengar bait ini, Salmah langsung jatuh pingsan. Masyarakat sekitar

tidak mengetahui bahwa Salmah adalah Mas Merah yang disebut Salam dalam

lagunya. Salam kembali berputus asa dan kemudian pergi ke laut untuk menjadi

nelayan di daerah Brandan. Hal ini terjadi karena H.Kasim sudah bangkrut dan

Salam tak dapat bekerja lagi padanya. Alasan lain juga karena Salam ingin

melupakan Salmah yang sudah menikah dengan Tambi.

Setelah melaut selama berbulan-bulan, Salam dapat melupakan Salmah.

Namun Salmah tidak menyukai Tambi dan akhirnya mereka akhirnya bercerai.

Pulau Kampai awalnya adalah hutan yang lebat. Dan tidak seorang pun

dari masyarakat Belawan yang berani membuka lahan hutan Pulau Kampai

tersebut. Orang yang dituakan di daerah ini adalah H. Makminias. H. Makminias

berkata bahwa ia tidak berani membuka hutan ini. “Yang berani adalah abangku

yaitu H. Kasim,” tambahnya.

H. Kasim adalah ayah Salmah yang tinggal di Medan Labuhan. Maka H.

Makminias menjemput H. Kasim beserta istri dan anaknya Salmah. Sewaktu

mereka berangkat menuju Pulau Kampai, di tengah perjalanan tepat di Pulau

Karang, mereka dirampok penyamun yang dikenal dengan Pendekar Nayan

(Pendekar Senayan). Daerah ini terkenal dengan tempat berdomisili perampok.

Mereka diikat di tiang layar. Salmah dibawa ke tempat para penyamun. Salmah

yang memiliki kecantikan dan masih muda, terbesit dalam hati pendekar nayan

(6)

Saat itu Salam bersama temannya Husein sedang melaut di kawasan itu.

Mendengar teriakan seorang wanita, Salam hendak menolong namun dihalangi

oleh Husein. Salam berkata, “Wahai Husein, aku mendengar orang menjerit di

dalam hutan. Husein menjawab, “Aku tidak berani kesana. Daerahnya sangat

angker. Biasanya orang yang pergi kesana pasti tidak bisa kembali pulang,”.

Salam berkata, “Aku tetap akan menolong”. Husein berkata lagi, “ Ah kau ini

gila, kau nak lawan itu perampok besar, badan kau segini”. Salam menjawab lagi,

“Wahai husein sebelum ajal, aku berpantang mati, aku darah Melayu”.

Namun keinginan Salam untuk menolong wanita tersebut tidak bisa

terhalangi oleh temannya Husein. Salam bergegas berlari diatas lumpur menuju

jeritan, dan Salam terkejut, di lihatnya pendekar Nayan hendak memperkosa

seorang perempuan. Akhirnya, terjadilah perkelahian antara pendekar Nayan

dengan Salam. Perkelahian dimenangkan oleh Salam. Alangkah terkejutnya

Salam, bahwa perempuan yang hendak diperkosa tadi adalah Salmah

yangmerupakan gadis yang Salam cintai. Salam bertanya pada Salmah, Salam

berkata, “Bersama siapa kau ke sini?”. Salmah lalu menunjuk ke suatu arah. Maka

dilihatnya kedua orang tua Salmah dan uaknya diikat di tiang layar. Salam lalu

bergegas ke sampan dan membuka ikatan tali mereka.

Setelah mereka membuka ikatan tali, bertangis-tangisan mereka, karena

mereka telah terhindar dari bahaya dengan bantuan Salam. Maka ditanya Salam

kepada mereka hendak kemana tujuan mereka, hingga terdampar di Pulau Karang

tersebut. Setelah mendengar penjelasan, mereka berangkat bersama-sama menuju

Pulau Kampai. Tiada berapa lama diperjalanan, mereka sampai di Pulau Kampai.

(7)

kini di Pulau Kampai. Salam pergi ke mana saja dengan membawa biola. Dan ia

selalu menyanyikan lagu “Kau adalah Mas Merahku”. Di daerah itu ada seorang

tauke ikan yang merantau dari Malaysia ke Pulau Kampai bernama Tu Awang

Muhammadin. Ia membeli ikan-ikan dari para nelayan dan dikenal dengan

sifatnya yang baik hati.

Salam yang dulunya menjual ikan di Pulau Sembilan dan Brandan, kini

hanya menjual ikannya di Pulau Kampai. Tanpa diketahui Salam, Tu Awang

Muhammadin selalu memperhatikan gelagat Salam yang selalu termenung. Ia

juga melihat hubungan Salam dengan Salmah yang sudah serius.

Tu Awang Muhammadin menanyakan kepada Salam, “Lam, apakah kau

mau menikah? Jangan hanya pergi ke laut saja. Kalau memang engkau mau, akan

kunikahkan kalian,”.Salam menjawab, “Terserah Tu Awang saja,”. Kemudian Tu

Awang kembali menanyakan kepada Salam, “Siapa yang jadi pilihanmu?”.

Pilihan jatuh pada Salmah. Dengan kesepakatan kedua orang tua Salmah dan

Salmah, maka dikawinkanlah Salmah dengan Salam.

Kemudian mereka menikah karena perjodohan yang dilakukan oleh Tu

Awang Muhammadin atas kesepakatan mereka tanpa ada paksaan. Setahun sudah

usia perkawinan mereka, tiba-tiba penduduk kampung diserang penyakit cacar

termasuk Salam dan Salmah. Mereka telah berobat, namun hasilnya tidak kunjung

sembuh. Penyakit mereka semakin parah.

Pada tahun 1920, tepatnya pada hari Jumat pukul 05.00 pagi Salmah

meninggal, dan disusul oleh Salam pada pukul 06.00 pagi. Sebelum meninggal

(8)

kuburkan aku berdekatan dengan kuburan istriku, dan tanamkan bunga tanjung di

atas nisan kuburan kami berdua,”.

Bunga tanjung yang ditanam adalah kisah perjalanan cinta Salam sebagai

tanda antara Semenanjung Malaysia, Medan Labuhan dan Pulau Kampai.

Kuburan Mas merah ini sampai sekarang terdapat di Desa Pulau Kampai,

Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Namun bunga tanjung yang

(9)

Lampiran 2

Daftar nama-nama informan :

1. Nama : Khairul Azmi (Pak Ngah Balek)

Umur : 45 Tahun

Jenis kelamin : Pria

Pendidikan : SMP

2. Nama : Khairul Amri

Umur : 52 Tahun

Jenis kelamin : Pria

Pendidikan : SD

3. Nama : Chairudin

Umur : 36 Tahun

Jenis kelamin : Pria

(10)

Lampiran 3

Daftar Pernyataan

1. Sejak kapan ada Legenda Mas Merah di Desa Pulau Kampai?

2. Bagaimana cerita atau sejarah adanya Legenda Mas Merah di Desa Pulau

Kampai ?

3. Apa sajakah yang diceritakan dalam Legenda Mas Merah?

4. Siapakah yang diceritakan dalam legenda tersebut?

5. Apakah makam Mas Merah dianggap sakral oleh masyarakat Desa Pulau

Kampai ?

6. Bagaimana cara masyarakat mempertahankan dan menjaga kelestarian

Legenda Mas Merah ?

(11)

Lampiran 4

(12)

Lampiran 5

(13)

Lampiran 6

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan di dalam penelitian ini adalah bagaimana pengklasifikasian pantang larang masyarakat Melayu di kecamatan Siantan dan makna apa saja yang disampaikan melalui

Namun bukan berarti keduanya sinonim mutlak, disebut demikian karena arti adalah kata yang telah mencakup makna dan pengertian (Kridalaksana dalam Tedy, 2003: 17) Dari

Permasalahan di dalam penelitian ini adalah bagaimana pengklasifikasian pantang larang masyarakat Melayu di kecamatan Siantan dan makna apa saja yang disampaikan melalui

Hasil analisis data menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan dalam mantra pengobatan terdiri atas bahasa Melayu Sambas, Indonesia, dan Arab, kata konkret ditemukan diseluruh

Objek penelitian ini adalah cerita sastra lisan berupa legenda-legenda yang terdapat di Kecamatan Arosbaya Kabupaten Bangkalan.. Kecamatan Arosbaya ini memiliki

Sebagaian besar generasi muda di ranah Tojo Una- Una apalagi yang dirantau, tidak lagi mengetahui atau memahami makna yang terkandung dalam folklor kayori bahkan cenderung

Makna dalam mitos masyarakat Melayu Sambas dapat dilihat melalui fenomena yang dialami dari aktivitas yang telah dilakukan dan berhubungan dengan lingkungan alam

Kasim memanggil Salam, lalu bapaknya berkata, “Salam, adikmu sudah dijodohkan pada orang lain, jadi kamu saya anggap sebagai anak yang paling sulung di rumah ini dan bertanggung