LAMPIRAN Lampiran 1
Legenda Mas Merah
Pada zaman dahulu, ada seorang pria bernama Salam. Salam tinggal di
Serawak, Malaysia. Salam adalah seorang pemuda yang berbudi pekerti, taat
beragama, berparas tampan dan jago bersilat. Di tempat ia tinggal, ada seorang
gadis yang baik dan berparas cantik. Gadis tersebut bernama rukiah. Rukiah
membuat Salam jatuh hati padanya. Salam memberanikan diri menyampaikan isi
hatinya kepada gadis pujaannya rukiah, sedangkan rukiah dengan malu-malu
menundukkan kepalanya dengan artian ia juga jatuh cinta pada Salam. Dikala ada
waktu yang luang (karena pada masa itu tak sebebas sekarang kalau bertemu
seorang pemuda dengan seorang perempuan). Salam dengan Rukiah memadu
kasih sayang tanpa diketahui kedua orang tua masing-masing. Mereka menjalin
hubungan secara diam-diam.
Salam mempunyai seorang abang bernama Amran. Amran adalah pemuda
yang sudah “berumur”. Karena umur abangnya sudah memungkinkan unuk
berumah tangga maka ayah Salam ingin menikahkan Amran dengan seorang
gadis. Pada suatu hari, ayah Salam bertanya pada Amran, “Apakah dia ingin
menikah?”. Amran pun menjawab, “ Kalau ayah hendak menikahkan aku, terserah
pada ayah saja”.
Konon pada zaman dahulu, pasangan hidup diatur oleh orang tua. Ayah
Salam kembali bertanya, “Siapa yang kau suka untuk menjadi istrimu?”. Amran
Pilihan satu-satunya gadis yang baik dan cantik di daerah Serawak ialah
Rukiah.Singkat cerita, dinikahkanlah Amran dengan Rukiah. Saat pernikahan
mereka, Salam menjadi putus asa. Beberapa waktu kemudian Salam menjumpai
Rukiah, dan berkata, “Kalau memang abangku yang menjadi jodohmu, ya sudah,
apa yang bisa kita perbuat. Itu sudah kemauan orang tua. Daripada nantinya aku
melihat kau bersenang-senang dengan abangku, lebih baik aku pergi dari sini,”.
Konon Salam melemparkan batu sebanyak tiga buah di sungai Serawak. Ia
berkata, “Kalau timbul tiga buah batu yang kulempar di sungai Serawak ini,
barulah aku akan pulang, dan kalau batu ini tenggelam matilah saya di negeri
orang”.
Berangkatlah Salam ke pantai dengan meninggalkan kekasih yang ia
cintai, keluarga dan kampung halamannya. Lama sudah Salam di lautan, akhirnya
Salam terdampar di Medan Labuhan. Tidak berapa lama Salam di Medan
Labuhan berjumpa dengan H. Kasim yang merupakan tukang kayu yang jaya.
Dengan rendah hati, Salam menyerahkan diri pada H. Kasim, dan diterimalah
Salam oleh H. Kasim sebagai pekerja kerani yang menerima kayu dari anak
buahnya karena H. Kasim melihat Salam memiliki budi pekerti yang baik dan
jago bersilat.
H. Kasim ini tinggal di Medan Labuhan. H. Kasim mempunyai seorang
istri dan seorang anak perempuan bernama Salmah. Sedangkan tempat bekerja H.
Kasim berada di Medan Belawan. Karena Salam ikut bekerja di tempat balok
kayu dengan H. Kasim, maka setiap hari Salam pergi dari Medan Labuhan ke
Medan Belawan. Salmah pun ikut disibukkan setiap hari mengantarkan makanan
hari, maka diam-diam diantara mereka telah tumbuh rasa cinta. Akan tetapi
melihat Salam yang tinggal di rumah H.Kasim, Salam tak berani menyampaikan
isi hatinya. Salam hanya memendam di dalam hati. Begitu juga halnya dengan
Salmah, Salmah malu mengatakan rasa cintanya pada Salam mengingat Salmah
seorang perempuan. Waktu itu amat janggal rasanya seorang perempuan lebih
dulu menyampaikan rasa cintanya terhadap laki-laki.
Setelah sekian lama Salam tinggal di Medan Labuhan bersama H. Kasim
dan Salmah. Salam menciptakan lagu yang berjudul “Kau adalah Mas Merahku”
untuk dipersembahkan kepada Salmah. Sewaktu Salmah mengantar nasi pada
Salam, Salam menyanyikan lagu ciptaannya dihadapan Salmah. Salam berkata
bahwa dalam lagunya, Mas Merah itu adalah Salmah. Mas Merah merupakan
gelaran untuk Salmah agar orang lain tak mengetahui Mas Merah dalam lagu itu
adalah Salmah.
Ibu Salmah selalu berlangganan kain pada seorang pemuda kaya yang
berasal dari India. Pemuda tersebut bernama Tambi. Ibu Salmah selalu hidup
bermewah-mewahan.
Pada suatu hari, usaha H. Kasim bangkrut dan istrinya berhutang pada
Tambi. Ibu Salmah tak mampu membayar hutangnya. Lalu Tambi berkata, “Kalau
memang hutang anda tidak bisa terbayar, ya sudah”. Melihat hutangnya tak
terbayar, orang tua Salmah kembali berkata kepada Tambi, “Untuk mengikat erat
persaudaraan bagaimana kalau Salmah saya kimpoikan dengan Anda,”. Tambi
Mendengar hal ini menangis Salmah sejadi-jadinya karena Salmah
dijodohkan. Salmah teringat pada Salam bahwa Salam kelak akan menjadi
suaminya. Tapi apalah daya Salmah, walau bagaimanapun Salmah menyampaikan
isi hatinya kepada orang tuanya, tetap saja orang tuanya berkeras agar Salmah
menurut saja.
Di suatu hari, H. Kasim memanggil Salam, lalu bapaknya berkata, “Salam,
adikmu sudah dijodohkan pada orang lain, jadi kamu saya anggap sebagai anak
yang paling sulung di rumah ini dan bertanggung jawab pada keluarga. H. Kasim
menganggap Salam sebagai anak sendiri karena Salam telah bekerja dan tinggal di
rumah H. Kasim pada waktu yang cukup lama. Mendengar ucapan H. Kasim,
jantung Salam gemetar. Gunung serasa runtuh dan Salam Pucat. Akan tetapi,
dengan berbesar hati Salam pun menganggukkan kepalanya tanpa ada komentar.
Maka tiba dihari pesta perkawinan, segala sesuatu yang berhubungan
dengan pesta sudah disiapkan. Panitia famili dari keluarga mengundang baik yang
dikampung maupun di luar kampung. Maka pesta tersebut meriah, kedua
pengantin yakni Salmah dan Tambi bersanding di pelaminan. Salam pun diminta
supaya dapat menyumbangkan lagu. Salam pergi kemana saja dengan membawa
biola. Maka Salam pun memainkan biola sambil menyanyikan sebuah lagu yang
berjudul “Kau adalah Mas Merahku”. Isi bait dari lagunya seperti ini:
Sayang Mas Merah jangan merajuk Mari kemari abang nak bujuk Kalau ada penawar yang sejuk Racun kuminum haram tak mabuk
Sayang selasih dibawa pulang Mekar satu di atas peti
Biar Bang Salam membawa diri
Mendengar bait ini, Salmah langsung jatuh pingsan. Masyarakat sekitar
tidak mengetahui bahwa Salmah adalah Mas Merah yang disebut Salam dalam
lagunya. Salam kembali berputus asa dan kemudian pergi ke laut untuk menjadi
nelayan di daerah Brandan. Hal ini terjadi karena H.Kasim sudah bangkrut dan
Salam tak dapat bekerja lagi padanya. Alasan lain juga karena Salam ingin
melupakan Salmah yang sudah menikah dengan Tambi.
Setelah melaut selama berbulan-bulan, Salam dapat melupakan Salmah.
Namun Salmah tidak menyukai Tambi dan akhirnya mereka akhirnya bercerai.
Pulau Kampai awalnya adalah hutan yang lebat. Dan tidak seorang pun
dari masyarakat Belawan yang berani membuka lahan hutan Pulau Kampai
tersebut. Orang yang dituakan di daerah ini adalah H. Makminias. H. Makminias
berkata bahwa ia tidak berani membuka hutan ini. “Yang berani adalah abangku
yaitu H. Kasim,” tambahnya.
H. Kasim adalah ayah Salmah yang tinggal di Medan Labuhan. Maka H.
Makminias menjemput H. Kasim beserta istri dan anaknya Salmah. Sewaktu
mereka berangkat menuju Pulau Kampai, di tengah perjalanan tepat di Pulau
Karang, mereka dirampok penyamun yang dikenal dengan Pendekar Nayan
(Pendekar Senayan). Daerah ini terkenal dengan tempat berdomisili perampok.
Mereka diikat di tiang layar. Salmah dibawa ke tempat para penyamun. Salmah
yang memiliki kecantikan dan masih muda, terbesit dalam hati pendekar nayan
Saat itu Salam bersama temannya Husein sedang melaut di kawasan itu.
Mendengar teriakan seorang wanita, Salam hendak menolong namun dihalangi
oleh Husein. Salam berkata, “Wahai Husein, aku mendengar orang menjerit di
dalam hutan. Husein menjawab, “Aku tidak berani kesana. Daerahnya sangat
angker. Biasanya orang yang pergi kesana pasti tidak bisa kembali pulang,”.
Salam berkata, “Aku tetap akan menolong”. Husein berkata lagi, “ Ah kau ini
gila, kau nak lawan itu perampok besar, badan kau segini”. Salam menjawab lagi,
“Wahai husein sebelum ajal, aku berpantang mati, aku darah Melayu”.
Namun keinginan Salam untuk menolong wanita tersebut tidak bisa
terhalangi oleh temannya Husein. Salam bergegas berlari diatas lumpur menuju
jeritan, dan Salam terkejut, di lihatnya pendekar Nayan hendak memperkosa
seorang perempuan. Akhirnya, terjadilah perkelahian antara pendekar Nayan
dengan Salam. Perkelahian dimenangkan oleh Salam. Alangkah terkejutnya
Salam, bahwa perempuan yang hendak diperkosa tadi adalah Salmah
yangmerupakan gadis yang Salam cintai. Salam bertanya pada Salmah, Salam
berkata, “Bersama siapa kau ke sini?”. Salmah lalu menunjuk ke suatu arah. Maka
dilihatnya kedua orang tua Salmah dan uaknya diikat di tiang layar. Salam lalu
bergegas ke sampan dan membuka ikatan tali mereka.
Setelah mereka membuka ikatan tali, bertangis-tangisan mereka, karena
mereka telah terhindar dari bahaya dengan bantuan Salam. Maka ditanya Salam
kepada mereka hendak kemana tujuan mereka, hingga terdampar di Pulau Karang
tersebut. Setelah mendengar penjelasan, mereka berangkat bersama-sama menuju
Pulau Kampai. Tiada berapa lama diperjalanan, mereka sampai di Pulau Kampai.
kini di Pulau Kampai. Salam pergi ke mana saja dengan membawa biola. Dan ia
selalu menyanyikan lagu “Kau adalah Mas Merahku”. Di daerah itu ada seorang
tauke ikan yang merantau dari Malaysia ke Pulau Kampai bernama Tu Awang
Muhammadin. Ia membeli ikan-ikan dari para nelayan dan dikenal dengan
sifatnya yang baik hati.
Salam yang dulunya menjual ikan di Pulau Sembilan dan Brandan, kini
hanya menjual ikannya di Pulau Kampai. Tanpa diketahui Salam, Tu Awang
Muhammadin selalu memperhatikan gelagat Salam yang selalu termenung. Ia
juga melihat hubungan Salam dengan Salmah yang sudah serius.
Tu Awang Muhammadin menanyakan kepada Salam, “Lam, apakah kau
mau menikah? Jangan hanya pergi ke laut saja. Kalau memang engkau mau, akan
kunikahkan kalian,”.Salam menjawab, “Terserah Tu Awang saja,”. Kemudian Tu
Awang kembali menanyakan kepada Salam, “Siapa yang jadi pilihanmu?”.
Pilihan jatuh pada Salmah. Dengan kesepakatan kedua orang tua Salmah dan
Salmah, maka dikawinkanlah Salmah dengan Salam.
Kemudian mereka menikah karena perjodohan yang dilakukan oleh Tu
Awang Muhammadin atas kesepakatan mereka tanpa ada paksaan. Setahun sudah
usia perkawinan mereka, tiba-tiba penduduk kampung diserang penyakit cacar
termasuk Salam dan Salmah. Mereka telah berobat, namun hasilnya tidak kunjung
sembuh. Penyakit mereka semakin parah.
Pada tahun 1920, tepatnya pada hari Jumat pukul 05.00 pagi Salmah
meninggal, dan disusul oleh Salam pada pukul 06.00 pagi. Sebelum meninggal
kuburkan aku berdekatan dengan kuburan istriku, dan tanamkan bunga tanjung di
atas nisan kuburan kami berdua,”.
Bunga tanjung yang ditanam adalah kisah perjalanan cinta Salam sebagai
tanda antara Semenanjung Malaysia, Medan Labuhan dan Pulau Kampai.
Kuburan Mas merah ini sampai sekarang terdapat di Desa Pulau Kampai,
Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Namun bunga tanjung yang
Lampiran 2
Daftar nama-nama informan :
1. Nama : Khairul Azmi (Pak Ngah Balek)
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Pria
Pendidikan : SMP
2. Nama : Khairul Amri
Umur : 52 Tahun
Jenis kelamin : Pria
Pendidikan : SD
3. Nama : Chairudin
Umur : 36 Tahun
Jenis kelamin : Pria
Lampiran 3
Daftar Pernyataan
1. Sejak kapan ada Legenda Mas Merah di Desa Pulau Kampai?
2. Bagaimana cerita atau sejarah adanya Legenda Mas Merah di Desa Pulau
Kampai ?
3. Apa sajakah yang diceritakan dalam Legenda Mas Merah?
4. Siapakah yang diceritakan dalam legenda tersebut?
5. Apakah makam Mas Merah dianggap sakral oleh masyarakat Desa Pulau
Kampai ?
6. Bagaimana cara masyarakat mempertahankan dan menjaga kelestarian
Legenda Mas Merah ?
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Djanandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan
lain-lain. Jakarta: Grafiti Pers.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,
Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
. 2009. Metodologi Penelitian Folklor Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta:
Media Pressindo.
. 2013. Metodologi Penelitian Sastra (Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi).
Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Esten, Mursal. 1978. Kesusatraan, Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung:
Penerbit Angkasa.
Ginting, Dameria Br.2014. “Struktur, Fungsi, Nilai Budaya dalam Legenda di
Kabupaten Karo serta Penerapan Hasilnya dalam Menyusun Bahan
Pembelajaran Sastra di SMP”. (Tesis). Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan
Skripsi dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.
Jayawati, Maini Trisna, dkk. 1997. Analisis Struktur dan Nilai Budaya dalam
Cerita Rakyat Sumatera Utara: Sastra Melayu. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Pradotokusumo, Partini Sardjono. 2005. Pengkajian Sastra. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Pradopo, Rachmad Djoko, dkk. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Hanindita Graha Widya.
Ratna, N.K. 2008. Penelitian Sastra: Teori, Metode, dan Teknik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Semi, Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Setia, Eddy, dkk. 1990. Fungsi dan Kedudukan Sastra Lisan Melayu Serdang.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Siregar, Ahmad Samin. 1994. Apresiasi Puisi. Medan: USU Press.
Sugiyono.2008. Metode penelitian kualitataif, kualitatif dan r & d. Bandung: CV.
Alfabeta.
Surakhmad, W. 1980. Metodologi pengajaran nasional. Bandung: Jemmars.
Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Syarial, Fuad. 2009. “Nilai-nilai Sosiologis terhadap Cerita Si Buyung Besar
Masyarakat Melayu Serdang”. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Teeuw, A. 1989. Sastra dan Ilmu Sastra, Penghantar Teori Sastra. Jakarta:
Gramedia.
Wellek, R. dan Austin Warren. 1989. Teori kesusastraan. Terjemahan Melani
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Dasar
Metode yang dipergunakan dalam penganalisisan ini adalah metode
analisis deskriptif dengan teknik penelitian lapangan. Metode ini dilakukan agar
dapat menyajikan dan menganalisis data secara sistematik, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerahnya.
Tujuan metode deskriptif ialah membuat pembahasan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu.
Dengan demikian, dalam penelitian ini penulis memaparkan data-data
fakta yang terdapat di dalam cerita sehingga dapat diketahui unsur-unsur
pembentuk ceritanya dan fungsinya bagi masyarakat.
3.2 Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Kampai Kecamatan
Pangkalan Susu Kabupaten Langkat.
3.3 Instrumen Data
Instrumen atau alat penelitian yang penulis gunakan adalah berupa daftar
pertanyaan yang diajukan dalam melakukan wawancara dengan informan,
peralatan tulis seperti pulpen, buku tulis untuk mencatat informasi, perekam suara
3.4 Sumber Data Penelitian
Menurut Lofland (dalam Moleong, 2000:157), sumber data utama dalam
penelitian alamiah adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yaitu orang atau warga
yang memberikan informasi mengenai segala permasalahan atau segala sesuatu
yang berkaitan dengan penelitian yang dapat menuturkanLegenda Mas Merah.
Selain itu sumber data yang diperoleh juga diambil dari buku-buku yang menjadi
relevansi penulis dalam skripsi.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ialah sebuah cara penelitian dalam penyajian
data baik dari tinjauan pustaka maupun penelitian lapangannya. Adapun metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a. Metode Observasi
Metode ini dilakukan untuk mengamati secara langsung daerah tempat
penelitian untuk mendapatkan informasi data yang dibutuhkan, teknik yang
dipergunakan penulis adalah teknik catat.
b. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan untuk memperoleh keterangan lebih lengkap tentang
cerita rakyat sebagai objek yang diteliti, sehingga didapatkan cerita yang
c. Metode Kepustakaan
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan sumber acuan penelitian, agar data
yang didapatkan dari lapangan dapat diolah semaksimal mungkin sesuai
dengan tujuan yang digariskan.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah metode atau cara peneliti dalam mengolah
data yang mentah sehingga menjadi data yang cermat atau akurat dan ilmiah,
dimana data didapat dengan menggunakan alat pencatat seperti buku, pulpen,
catatan dan kamera. Pada dasarnya dalam menganalisis data diperlukan imajinasi
dan kreativitas sehingga diuji kemampuan peneliti dalam menalar sesuatu. Untuk
menganalisis data penelitian ini, penulis menggunakan teori struktural dan teori
fungsi.
Dalam metode analisis deskriptif dengan menggunakan teori struktural dan
teori fungsi, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasikan data dari lapangan. Mengidentifikasikan data dari
lapangan maksudnya setelah data terkumpul dari lapangan maka
diklasifikasi dan dipilah-pilah sesuai dengan kebutuhan akan data. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah penulis dalam menganalisis data-data yang
didapat.
2. Data yang diperoleh akan disusun menjadi tulisan yang baik. Setelah data
diklasifikasi sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Kemudian data-data
naratif. Hal ini dikarenakan ini adalah penelitian sastra, maka bentuknya
haruslah berbentuk deskripsi atau narasi.
3. Mengklasifikasikanlegenda Mas Merahtersebut berdasarkan struktur intrinsiknya seperti tema, alur/plot, latar, tokoh dan penokohan.
4. Mengklasifikasikanlegenda Mas Merahtersebut berdasarkan fungsi yang dikemukakan oleh Basom.
5. Menguraikan legenda Mas Merahtersebut sesuai dengan struktur intrinsiknya seperti tema, alur/plot, latar, tokoh dan penokohan.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis Struktur Intrinsik
4.1.1 Tema
Tema dapat diketahui setelah pembaca membaca seluruh cerita. Shipley
(dalam Nurgiyantoro, 1995:80−82) membagi tema ke dalam lima tingkatan.
Tingkatan-tingkatan ini berdasarkan tingkatan pengalaman jiwa yang
disusun dari tingkatan yang paling sederhana, tingkat tumbuhan mahluk hidup
sampai tingkat yang paling tinggi yang hanya dapat dicapai oleh manusia.
Tingkatan tersebut yaitu tingkat fisik, tingkat organik, tingkat sosial, tingkat egoik
dan tingkat divine.
a. Tingkat fisik artinya manusia sebagai (atau dalam tingkat kejiwaan) molekul
(man as molecul). Pada tema tingkat ini ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas
fisik daripada kejiwaan. Hal yang ditekankan yaitu mobilitas fisik daripada
konflik kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan. Selain itu, unsur latar yang
lebih mendapatkan penekanan atau perhatian.
b. Tingkat organik. Pada tingkat ini manusia sebagai (atau dalam tingkat
kejiwaan) protoplasma (man as protoplasma). Tingkat organik lebih banyak
menyangkut masalah seksualitas. Persoalan seksual manusia yang mendapat
penekanan, khususnya kehidupan seksual yang menyimpang, misalnya
penyelewengan, pengkhianatan suami-istri atau skandal seksual yang lain.
c. Tingkat sosial yaitu manusia sebagai makhluk sosial (man as socious).
Kehidupan bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi-interaksinya manusia
permasalahan, konflik dan lain sebagainya. Konflik atau masalah tersebut
menjadi inspirasi munculnya tema. Masalah-masalah sosial tersebut misalnya
masalah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih,
propaganda, hubungan atasan-bawahan dan sebagainya.
d. Tingkat egoik yaitu manusia sebagai mahluk individu (man as individualism).
Manusia sebagai mahluk individu menuntut pengakuan atas hak
individualitasnya. Masalah individualitas antara lain egoisitas, martabat,
harga diri, dan sifat manusia lainnya yang lebih bersifat batin dan dirasakan
oleh orang yang bersangkutan. Masalah-masalah tersebut biasanya
menunjukkan jati diri, citra diri, atau sosok kepribadian seseorang.
e. Tingkat yang terakhir yaitu tingkat divine. Tingkat divine yaitu manusia
sebagai mahluk tinggi, yang belum tentu setiap orang mengalami atau
mencapainya. Masalah yang menonjol pada tema tingkat ini adalah hubungan
manusia dengan Tuhan, religiusitas, atau masalah yang bersifat filosofis
(pandangan hidup, visi dan keyakinan).
Setelah membaca dan memahami Legenda Mas Merah, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa Legenda Mas Merah termasuk cerita yang tergolong
ke dalam jenis tema tingkat sosialyaitu manusia sebagai makhluk sosial (man as
socious). Kehidupan bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi-interaksinya
manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung banyak
permasalahan, konflik dan lain sebagainya. Masalah-masalah sosial tersebut
misalnya masalah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta
menceritakan tentang kehidupan sosial seorang pemuda. Masalah dalam cerita ini
adalah sebagai berikut:
a. Masalah hubungan manusia dengan manusia. Atau hubungan cinta kasih
antara seorang pemuda dengan seorang anak perempuan. Hal ini dapat dilihat
dari petikan cerita yaitu:
Pada zaman dahulu, ada seorang pria bernama Salam. Salam tinggal di Serawak, Malaysia. Salam adalah seorang pemuda yang berbudi pekerti, taat beragama, berparas tampan dan jago bersilat. Di tempat ia tinggal, ada seorang gadis yang baik dan berparas cantik. Gadis tersebut bernama rukiah. Rukiah membuat Salam jatuh hati padanya. Salam memberanikan diri menyampaikan isi hatinya kepada gadis pujaannya rukiah, sedangkan rukiah dengan malu-malu menundukkan kepalanya dengan artian ia juga jatuh cinta pada Salam. Dikala ada waktu yang luang (karena pada masa itu tak sebebas sekarang kalau bertemu seorang pemuda dengan seorang perempuan). Salam dengan Rukiah memadu kasih sayang tanpa diketahui kedua orang tua masing-masing. Mereka menjalin hubungan secara diam-diam. ( LMM, alinea 1).
b. Seorang anak yang selalu mematuhi perkataan orang tuanya sehingga muncul
keegoisan dari orang tua.
Konon pada zaman dahulu, pasangan hidup diatur oleh orang tua. Ayah Salam kembali bertanya, “Siapa yang kau suka untuk menjadi istrimu?”. Amran menjawab, “Terserah siapa yang Ayah suka untuk menjadi istriku, aku ikut saja,”.Pilihan satu-satunya gadis yang baik dan cantik di daerah Serawak ialah Rukiah.Singkat cerita, dinikahkanlah Amran dengan Rukiah. Saat pernikahan mereka, Salam menjadi putus asa. Beberapa waktu kemudian Salam menjumpai Rukiah, dan berkata, “Kalau memang abangku yang menjadi jodohmu, ya sudah, apa yang bisa kita perbuat. Itu sudah kemauan orang tua. Daripada nantinya aku melihat kau bersenang-senang dengan abangku, lebih baik aku pergi dari sini,”. (LMM, alinea 3).
Mendengar hal ini menangis Salmah sejadi-jadinya karena Salmah dijodohkan. Salmah teringat pada Salam bahwa Salam kelak akan menjadi suaminya. Tapi apalah daya Salmah, walau bagaimanapun Salmah menyampaikan isi hatinya kepada orang tuanya, tetap saja orang tuanya berkeras agar Salmah menurut saja. (LMM, alinea 11).
4.1.2 Alur/Plot
Setelah penulis membaca, menghayati, dan memahami Legenda Mas
Merahmaka dapat digambarkan alur yang terdapat dalam cerita tersebut adalah
plot lurus atau plot progresif. Artinya, bahwa dalam cerita rakyat Legenda Mas
Merah perlukisan alur cerita diawali dengan awal situasi samapai dengan akhir
situasi dan tidak terdapat alur sorot balik (flasback) pada setiap bagian dari alur
cerita tersebut.
Adapun pentahapan alur dalam Legenda Mas Merah adalah sebagai
berikut:
a. Tahap Penyituasian (situation), pengarang mulai menceritakan maupun
melukiskan situasi latar dan tokoh cerita, dan pembukaan cerita. Hal ini dapat
dilihat dari petikan cerita pada awal cerita ini, yaitu:
Pada zaman dahulu, ada seorang pria bernama Salam. Salam tinggal di Serawak, Malaysia. Salam adalah seorang pemuda yang berbudi pekerti, taat beragama, berparas tampan dan jago bersilat. Di tempat ia tinggal, ada seorang gadis yang baik dan berparas cantik. Gadis tersebut bernama rukiah. Rukiah membuat Salam jatuh hati padanya. Salam memberanikan diri menyampaikan isi hatinya kepada gadis pujaannya rukiah, sedangkan rukiah dengan malu-malu menundukkan kepalanya dengan artian ia juga jatuh cinta pada Salam. Dikala ada waktu yang luang (karena pada masa itu tak sebebas sekarang kalau bertemu seorang pemuda dengan seorang perempuan). Salam dengan Rukiah memadu kasih sayang tanpa diketahui kedua orang tua masing-masing. Mereka menjalin hubungan secara diam-diam. (LMM, alinea 1).
memungkinkan unuk berumah tangga maka ayah Salam ingin menikahkan Amran dengan seorang gadis. Pada suatu hari, ayah Salam bertanya pada Amran, “Apakah dia ingin menikah?”. Amran pun menjawab, “ Kalau ayah hendak menikahkan aku, terserah pada ayah saja”. (LMM, alinea 2).
Pada awal cerita ini, pengarang sudah memainkan atau memulai cerita dari
lingkungan dahulu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di atas “Pada zaman dahulu,
ada seorang pria bernama Salam. Salam tinggal di Serawak, Malaysia.... ”. Pada
penggalan ini pengarang mencoba memulai awal ceritanya. Lalu pengarang
mengaitkannya dengan tokoh yang akan dimasukkan dalam cerita yang dapat
dilihat ada penggalan berikut ini,
“...Di tempat ia tinggal, ada seorang gadis yang baik dan berparas cantik. Gadis tersebut bernama rukiah. Rukiah membuat Salam jatuh hati padanya. Salam memberanikan diri menyampaikan isi hatinya kepada gadis pujaannya rukiah, sedangkan rukiah dengan malu-malu menundukkan kepalanya dengan artian ia juga jatuh cinta pada Salam. Dikala ada waktu yang luang (karena pada masa itu tak sebebas sekarang kalau bertemu seorang pemuda dengan seorang perempuan). Salam dengan Rukiah memadu kasih sayang tanpa diketahui kedua orang tua masing-masing. Mereka menjalin hubungan secara diam-diam.(LMM, alinea 1).
Lalu terjadinya satu kesatuan yang utuh pada awal cerita ini. Sedikit demi
sedikit pengarang mulai memasukkan tokoh kedalam isi cerita sehingga
tampaklah cerita akan segera dimulai oleh pengarang. Dari penggalan cerita di
atas pengarang sudah memasukkan unsur-unsur yang selalu ada dalam sebuah
karya sastra yaitu waktu, tempat dan lingkungan kejadian cerita. Adanya
faktor-faktor di atas yang membentuk sebuah cerita yang saling berkaitan merupakan
b. Tahap pemunculan konflik (generating circumstances). Tahap ini dimulai
dengan masalah dan peristiwa-peristiwa yang akan mencuatkan konflik
seperti, ketika Rukiah kekasih hati Salam yang akan dijodohkan dengan
abangnya Amran oleh ayah Salman. Sehingga membuat Salam putus asa dan
meninggalkan keluarga, kekasihnya Rukiah dan kampung halamannya. Hal
ini dapat dilihat dari petikan cerita pada awal cerita ini, yaitu:
Salam mempunyai seorang abang bernama Amran. Amran adalah pemuda yang sudah “berumur”. Karena umur abangnya sudah memungkinkan unuk berumah tangga maka ayah Salam ingin menikahkan Amran dengan seorang gadis. Pada suatu hari, ayah Salam bertanya pada Amran, “Apakah dia ingin menikah?”. Amran pun menjawab, “ Kalau ayah hendak menikahkan aku, terserah pada ayah saja”.
Konon pada zaman dahulu, pasangan hidup diatur oleh orang tua. Ayah Salam kembali bertanya, “Siapa yang kau suka untuk menjadi istrimu?”. Amran menjawab, “Terserah siapa yang Ayah suka untuk menjadi istriku, aku ikut saja,”.
Pilihan satu-satunya gadis yang baik dan cantik di daerah Serawak ialah Rukiah.Singkat cerita, dinikahkanlah Amran dengan Rukiah. Saat pernikahan mereka, Salam menjadi putus asa. Beberapa waktu kemudian Salam menjumpai Rukiah, dan berkata, “Kalau memang abangku yang menjadi jodohmu, ya sudah, apa yang bisa kita perbuat. Itu sudah kemauan orang tua. Daripada nantinya aku melihat kau bersenang-senang dengan abangku, lebih baik aku pergi dari sini,”.
Konon Salam melemparkan batu sebanyak tiga buah di sungai Serawak. Ia berkata, “Kalau timbul tiga buah batu yang kulempar di sungai Serawak ini, barulah aku akan pulang, dan kalau batu ini tenggelam matilah saya di negeri orang”.
Berangkatlah Salam ke pantai dengan meninggalkan kekasih yang ia cintai, keluarga dan kampung halamannya.(LMM, alinea 2-6).
Dari penggalan cerita di atas sudah terlihatlah permasalahan dan peristiwa
yang menyebabkan konflik mencuat dari sifat Salam yang putus asa sehingga
Salam meninggalkan keluarga, kekasih dan kampung halamannya. Dari gambaran
pembaca atau penikmat karya sastra ini ingin lebih mengetahui jalannya ataupun
isi cerita selanjutnya.
c. Tahap peningkatan konflik (rising action). Pada tahap ini, penulis sudah ingin
menampakkan maksud dan tujuan penulis terhadap Legenda Mas Merah ini.
Berangkatlah Salam ke pantai dengan meninggalkan kekasih yang ia cintai, keluarga dan kampung halamannya. Lama sudah Salam di lautan, akhirnya Salam terdampar di Medan Labuhan. Tidak berapa lama Salam di Medan Labuhan berjumpa dengan H. Kasim yang merupakan tukang kayu yang jaya. Dengan rendah hati, Salam menyerahkan diri pada H. Kasim, dan diterimalah Salam oleh H. Kasim sebagai pekerja kerani yang menerima kayu dari anak buahnya karena H. Kasim melihat Salam memiliki budi pekerti yang baik dan jago bersilat.
H. Kasim ini tinggal di Medan Labuhan. H. Kasim mempunyai seorang istri dan seorang anak perempuan bernama Salmah. Sedangkan tempat bekerja H. Kasim berada di Medan Belawan. Karena Salam ikut bekerja di tempat balok kayu dengan H. Kasim, maka setiap hari Salam pergi dari Medan Labuhan ke Medan Belawan. Salmah pun ikut disibukkan setiap hari mengantarkan makanan Salam ke tempat Salam bekerja. Disebabkan Salam dan Salmah berjumpa setiap hari, maka diam-diam diantara mereka telah tumbuh rasa cinta. Akan tetapi melihat Salam yang tinggal di rumah H.Kasim, Salam tak berani menyampaikan isi hatinya. Salam hanya memendam di dalam hati. Begitu juga halnya dengan Salmah, Salmah malu mengatakan rasa cintanya pada Salam mengingat Salmah seorang perempuan. Waktu itu amat janggal rasanya seorang perempuan lebih dulu menyampaikan rasa cintanya terhadap laki-laki.
Setelah sekian lama Salam tinggal di Medan Labuhan bersama H. Kasim dan Salmah. Salam menciptakan lagu yang berjudul “Kau adalah Mas Merahku” untuk dipersembahkan kepada Salmah. Sewaktu Salmah mengantar nasi pada Salam, Salam menyanyikan lagu ciptaannya dihadapan Salmah. Salam berkata bahwa dalam lagunya, Mas Merah itu adalah Salmah. Mas Merah merupakan gelaran untuk Salmah agar orang lain tak mengetahui Mas Merah dalam lagu itu adalah Salmah.
Ibu Salmah selalu berlangganan kain pada seorang pemuda kaya yang berasal dari India. Pemuda tersebut bernama Tambi. Ibu Salmah selalu hidup bermewah-mewahan.
berkata kepada Tambi, “Untuk mengikat erat persaudaraan bagaimana kalau Salmah saya kimpoikan dengan Anda,”. Tambi pun menjawab, “Ya, saya setuju”. (LMM, alinea 6-10).
Penggalan cerita ini memperlihatkan bahwa penulis sudah ingin mencapai
klimaks cerita sehingga memunculkan alur yang semakin memuncak dan
mendekati klimaks, terlihat dari adanya Salmah yang akan dijodohkan oleh
orangtuanya kepada Tambi saudagar kain dari India disebabkan hutang orang tua
Salmah yang tidak bisa terbayarkan.
d. Tahap klimaks (climax), puncak cerita ini yaitu ketika Salmah kekasih Salam
dijodohkan dengan Tambi saudagar kain dari India disebabkan hutang orang
tua Salmah yang tidak bisa terbayarkan. Mendengar hal ini, Salmah
menangis sejadi-jadinya karena Salmah dijodohkan. Salmah teringat pada
Salam bahwa Salam kelak akan menjadi suaminya. Tapi apalah daya
Salmah, walau bagaimanapun Salmah menyampaikan isi hatinya kepada
orang tuanya, tetap saja orang tuanya berkeras agar Salmah menurut saja.
Mendengar Salmah dijodohkan, Salam pun putus asa dan meninggalkan
Salmah kekasih pujaannya. Kemudian, Salam pergi merantau ke daerah
Brandan. Salam bekerja sebagai nelayan. Pada saat Salam melaut, ia
mendengar seorang teriakan perempuan yang minta tolong. Salam ingin
menolong perempuan tersebut, tetapi dihalangi oleh temannya Husein.
Tetapi niat salam untuk menolong sangat besar. Ketika akan menolong
perempuan tersebut, terjadilah perkelahian dengan para penyamun. Hal ini
dapat kita lihat pada penggalan cerita berikut:
Tambi berkata, “Kalau memang hutang anda tidak bisa terbayar, ya sudah”. Melihat hutangnya tak terbayar, orang tua Salmah kembali berkata kepada Tambi, “Untuk mengikat erat persaudaraan bagaimana kalau Salmah saya kimpoikan dengan Anda,”. Tambi pun menjawab, “Ya, saya setuju”.
Mendengar hal ini menangis Salmah sejadi-jadinya karena Salmah dijodohkan. Salmah teringat pada Salam bahwa Salam kelak akan menjadi suaminya. Tapi apalah daya Salmah, walau bagaimanapun Salmah menyampaikan isi hatinya kepada orang tuanya, tetap saja orang tuanya berkeras agar Salmah menurut saja.
Di suatu hari, H. Kasim memanggil Salam, lalu bapaknya berkata, “Salam, adikmu sudah dijodohkan pada orang lain, jadi kamu saya anggap sebagai anak yang paling sulung di rumah ini dan bertanggung jawab pada keluarga. H. Kasim menganggap Salam sebagai anak sendiri karena Salam telah bekerja dan tinggal di rumah H. Kasim pada waktu yang cukup lama. Mendengar ucapan H. Kasim, jantung Salam gemetar. Gunung serasa runtuh dan Salam Pucat. Akan tetapi, dengan berbesar hati Salam pun menganggukkan kepalanya tanpa ada komentar.
Maka tiba dihari pesta perkawinan, segala sesuatu yang berhubungan dengan pesta sudah disiapkan. Panitia famili dari keluarga mengundang baik yang dikampung maupun di luar kampung. Maka pesta tersebut meriah, kedua pengantin yakni Salmah dan Tambi bersanding di pelaminan. Salam pun diminta supaya dapat menyumbangkan lagu. Salam pergi kemana saja dengan membawa biola. Maka Salam pun memainkan biola sambil menyanyikan sebuah lagu yang berjudul “Kau adalah Mas Merahku”.
Mendengar bait ini, Salmah langsung jatuh pingsan. Masyarakat sekitar tidak mengetahui bahwa Salmah adalah Mas Merah yang disebut Salam dalam lagunya. Salam kembali berputus asa dan kemudian pergi ke laut untuk menjadi nelayan di daerah Brandan. Hal ini terjadi karena H.Kasim sudah bangkrut dan Salam tak dapat bekerja lagi padanya. Alasan lain juga karena Salam ingin melupakan Salmah yang sudah menikah dengan Tambi.
Setelah melaut selama berbulan-bulan, Salam dapat melupakan Salmah. Namun Salmah tidak menyukai Tambi dan akhirnya mereka akhirnya bercerai.
Pulau Kampai awalnya adalah hutan yang lebat. Dan tidak seorang pun dari masyarakat Belawan yang berani membuka lahan hutan Pulau Kampai tersebut. Orang yang dituakan di daerah ini adalah H. Makminias. H. Makminias berkata bahwa ia tidak berani membuka hutan ini.“Yang berani adalah abangku yaitu H. Kasim,” tambahnya.
terkenal dengan tempat berdomisili perampok. Mereka diikat di tiang layar. Salmah dibawa ke tempat para penyamun. Salmah yang memiliki kecantikan dan masih muda, terbesit dalam hati pendekar nayan untuk memperkosanya. Seketika itu juga, Salmah berteriak meminta pertolongan.
Saat itu Salam bersama temannya Husein sedang melaut di kawasan itu. Mendengar teriakan seorang wanita, Salam hendak menolong namun dihalangi oleh Husein. Salam berkata, “Wahai Husein, aku mendengar orang menjerit di dalam hutan. Husein menjawab, “Aku tidak berani kesana. Daerahnya sangat angker. Biasanya orang yang pergi kesana pasti tidak bisa kembali pulang,”. Salam berkata, “Aku tetap akan menolong”. Husein berkata lagi, “ Ah kau ini gila, kau nak lawan itu perampok besar, badan kau segini”. Salam menjawab lagi, “Wahai husein sebelum ajal, aku berpantang mati, aku darah Melayu”.
Namun keinginan Salam untuk menolong wanita tersebut tidak bisa terhalangi oleh temannya Husein. Salam bergegas berlari diatas lumpur menuju jeritan, dan Salam terkejut, di lihatnya pendekar Nayan hendak memperkosa seorang perempuan. Akhirnya, terjadilah perkelahian antara pendekar Nayan dengan Salam. Perkelahian dimenangkan oleh Salam. Alangkah terkejutnya Salam, bahwa perempuan yang hendak diperkosa tadi adalah Salmah yangmerupakan gadis yang Salam cintai. Salam bertanya pada Salmah, Salam berkata, “Bersama siapa kau ke sini?”. Salmah lalu menunjuk ke suatu arah. Maka dilihatnya kedua orang tua Salmah dan uaknya diikat di tiang layar. Salam lalu bergegas ke sampan dan membuka ikatan tali mereka.(LMM, alinea 10-19).
Dari penggalan di atas sudah terlihat puncak (climax) dari Legenda Mas
Merah.
e. Tahap penyelesaian (tahap denouement) ini adalah ketika Salam berhasil
menolong orang tua Salmah dan uaknya dari para Penyamun. Kemudian
mereka pergi bersama-sama menuju Pulau Kampai dan sesampai di Pulau
Kampai, H. Kasim membuka lahan di Pulau Kampai. Kemudian, mereka
tinggal di Pulau Kampai. Salam dan Salmah dijodohkan oleh Tu Awang
Muhammadin. Kemudian mereka menikah karena perjodohan yang
paksaan. Setahun sudah usia perkawinan mereka, tiba-tiba penduduk
kampung diserang penyakit cacar termasuk Salam dan Salmah. Pada tahun
1920, tepatnya pada hari Jumat pukul 05.00 pagi Salmah meninggal, dan
disusul oleh Salam pada pukul 06.00 pagi. Sebelum meninggal Salam
berpesan kepada Husein, temannya, Kalau nanti Salam meninggal, salam
minta kuburannya berdekatan dengan kuburan istrinya Salmah, dan meminta
ditanamkan bunga tanjung di atas nisan kuburan mereka berdua. Bunga
tanjung yang ditanam adalah kisah perjalanan cinta Salam sebagai tanda
antara Semenanjung Malaysia, Medan Labuhan dan Pulau Kampai. Hal ini
terlihat pada penggalan cerita berikut:
Setelah mereka membuka ikatan tali, bertangis-tangisan mereka, karena mereka telah terhindar dari bahaya dengan bantuan Salam. Maka ditanya Salam kepada mereka hendak kemana tujuan mereka, hingga terdampar di Pulau Karang tersebut. Setelah mendengar penjelasan, mereka berangkat bersama-sama menuju Pulau Kampai. Tiada berapa lama diperjalanan, mereka sampai di Pulau Kampai. H.Kasim kemudian membuka lahan di Pulau Kampai. Salam pergi ke mana saja dengan membawa biola. Dan ia selalu menyanyikan lagu “Kau adalah Mas Merahku”. Di daerah itu ada seorang tauke ikan yang merantau dari Malaysia ke Pulau Kampai bernama Tu Awang Muhammadin. Ia membeli ikan-ikan dari para nelayan dan dikenal dengan sifatnya yang baik hati.
Salam yang dulunya menjual ikan di Pulau Sembilan dan Brandan, kini hanya menjual ikannya di Pulau Kampai. Tanpa diketahui Salam, Tu Awang Muhammadin selalu memperhatikan gelagat Salam yang selalu termenung. Ia juga melihat hubungan Salam dengan Salmah yang sudah serius.
Tu Awang Muhammadin menanyakan kepada Salam, “Lam, apakah kau mau menikah? Jangan hanya pergi ke laut saja. Kalau memang engkau mau, akan kunikahkan kalian,”. Salam menjawab, “Terserah Tu Awang saja,”. Kemudian Tu Awang kembali menanyakan kepada Salam, “Siapa yang jadi pilihanmu?”. Pilihan jatuh pada Salmah. Dengan kesepakatan kedua orang tua Salmah dan Salmah, maka dikawinkanlah Salmah dengan Salam.
Mereka telah berobat, namun hasilnya tidak kunjung sembuh. Penyakit mereka semakin parah.
Pada tahun 1920, tepatnya pada hari Jumat pukul 05.00 pagi Salmah meninggal, dan disusul oleh Salam pada pukul 06.00 pagi. Sebelum meninggal Salam berpesan kepada Husein, temannya, “Kalau nanti aku meninggal tolong kuburkan aku berdekatan dengan kuburan istriku, dan tanamkan bunga tanjung di atas nisan kuburan kami berdua,”.
Bunga tanjung yang ditanam adalah kisah perjalanan cinta Salam sebagai tanda antara Semenanjung Malaysia, Medan Labuhan dan Pulau Kampai.
Kuburan Mas merah ini sampai sekarang terdapat di Desa Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Namun bunga tanjung yang ditanam sudah tumbang dan kini sudah tidak ada lagi.(LMM, alinea 20-26).
Setelah penulis membaca dan memahami Legenda Mas Merah, maka latar
yang terdapat dalam cerita tersebut adalah sebagai berikut:
1. Latar tempat.
Latar tempat yang ada pada Legenda Mas Merah yaitu:
a. Serawak.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
Pada zaman dahulu, ada seorang pria bernama Salam. Salam tinggal di Serawak, Malaysia. Salam adalah seorang pemuda yang berbudi pekerti, taat beragama, berparas tampan dan jago bersilat. (LMM, alinea 1).
b. Sungai Serawak.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
Konon Salam melemparkan batu sebanyak tiga buah di sungai Serawak. Ia berkata, “Kalau timbul tiga buah batu yang kulempar di sungai Serawak ini, barulah aku akan pulang, dan kalau batu ini tenggelam matilah saya di negeri orang”.(LMM, alinea 3).
Kutipan yang menegaskannya adalah :
Berangkatlah Salam ke pantai dengan meninggalkan kekasih yang ia cintai. Lama sudah Salam di lautan, akhirnya Salam terdampar di Medan Labuhan.(LMM, alinea 6).
d. Di Lautan.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
Berangkatlah Salam ke pantai dengan meninggalkan kekasih yang ia cintai. Lama sudah Salam di lautan, akhirnya Salam terdampar di Medan Labuhan.(LMM, alinea 6).
e. Medan Labuhan.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
“...Lama sudah Salam di lautan, akhirnya Salam terdampar di Medan Labuhan. Tidak berapa lama Salam di Medan Labuhan berjumpa dengan H. Kasim yang merupakan tukang kayu yang jaya.(LMM, alinea 6).
f. Medan Belawan.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
“...Lama sudah Salam di lautan, akhirnya Salam terdampar di Medan Labuhan. Tidak berapa lama Salam di Medan Labuhan berjumpa dengan H. Kasim yang merupakan tukang kayu yang jaya.(LMM, alinea 6).
g. Di Rumah.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
h. Di Pelaminan.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
“...Maka pesta tersebut meriah, kedua pengantin yakni Salmah dan Tambi bersanding di pelaminan. Salam pun diminta supaya dapat menyumbangkan lagu.(LMM, alinea 13).
i. Laut.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
“...Salam kembali berputus asa dan kemudian pergi ke laut untuk menjadi nelayan di daerah Brandan. Hal ini terjadi karena H.Kasim sudah bangkrut dan Salam tak dapat bekerja lagi padanya. Alasan lain juga karena Salam ingin melupakan Salmah yang sudah menikah dengan Tambi.(LMM, alinea 14).
j. Di Daerah Brandan.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
“...Salam kembali berputus asa dan kemudian pergi ke laut untuk menjadi nelayan di daerah Brandan.(LMM, alinea 14).
k. Pulau Kampai.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
Pulau Kampai awalnya adalah hutan yang lebat. Dan tidak seorang pun dari masyarakat Belawan yang berani membuka lahan hutan Pulau Kampai tersebut. Orang yang dituakan di daerah ini adalah H. Makminias. H. Makminias berkata bahwa ia tidak berani membuka hutan ini. (LMM, alinea 16).
l. Pulau Karang.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
m. Kawasan.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
Saat itu Salam bersama temannya Husein sedang melaut di kawasan itu. Mendengar teriakan seorang wanita, Salam hendak menolong namun dihalangi oleh Husein.(LMM, alinea 18).
n. Hutan.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
“...Mendengar teriakan seorang wanita, Salam hendak menolong namun dihalangi oleh Husein. Salam berkata, “Wahai Husein, aku mendengar orang menjerit di dalam hutan. Husein menjawab, “Aku tidak berani kesana. Daerahnya sangat angker. Biasanya orang yang pergi kesana pasti tidak bisa kembali pulang,”.(LMM, alinea 18).
o. Pulau Sembilan dan Brandan.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
Salam yang dulunya menjual ikan di Pulau Sembilan dan Brandan, kini hanya menjual ikannya di Pulau Kampai.(LMM, alinea 21).
p. Pulau Kampai.
Kutipan yang menegaskannya adalah :
“...Tiada berapa lama diperjalanan, mereka sampai di Pulau Kampai. H.Kasim kemudian membuka lahan di Pulau Kampai. Mereka bertempat tinggal kini di Pulau Kampai.
“...Di daerah itu ada seorang tauke ikan yang merantau dari Malaysia ke Pulau Kampai bernama Tu Awang Muhammadin.(LMM, alinea 20).
2. Latar waktu
Dalam Legenda Mas Merah ini seperti yang biasa pada sebuah karya
sastra lama klasik lainnya. Dalam Legenda Mas Merah ini waktu yang diceritakan
zaman dahulu, di kala waktu luang, pada suatu hari, dan sebagainya. Dan tidak
jarang juga disebutkan jangka waktunya, seperti setahun, pada tahun 1920, hari
jumat, pukul 05.00, pukul 06.00, dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan cerita berikut:
a. Pada zaman dahulu.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
Pada zaman dahulu, ada seorang pria bernama Salam. Salam tinggal di Serawak, Malaysia. Salam adalah seorang pemuda yang berbudi pekerti, taat beragama, berparas tampan dan jago bersilat.(LMM, alinea 1).
b. Pada suatu hari.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
“...Pada suatu hari, ayah Salam bertanya pada Amran, “Apakah dia ingin menikah?”. Amran pun menjawab, “ Kalau ayah hendak menikahkan aku, terserah pada ayah saja”. (LMM, alinea 2).
c. Setiap hari.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
“...Karena Salam ikut bekerja di tempat balok kayu dengan H. Kasim, maka setiap hari Salam pergi dari Medan Labuhan ke Medan Belawan. Salmah pun ikut disibukkan setiap hari mengantarkan makanan Salam ke tempat Salam bekerja. Disebabkan Salam dan Salmah berjumpa setiap hari, maka diam-diam diantara mereka telah tumbuh rasa cinta. Akan tetapi melihat Salam yang tinggal di rumah H.Kasim, Salam tak berani menyampaikan isi hatinya.(LMM, alinea 7).
d. Setelah sekian lama.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
adalah Mas Merahku” untuk dipersembahkan kepada Salmah.(LMM, alinea 8).
e. Sewaktu.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
“...Sewaktu Salmah mengantar nasi pada Salam, Salam menyanyikan lagu ciptaannya dihadapan Salmah.(LMM, alinea 8).
f. Pada suatu hari.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
Pada suatu hari, usaha H. Kasim bangkrut dan istrinya berhutang pada Tambi. Ibu Salmah tak mampu membayar hutangnya. (LMM, alinea 10).
g. Di suatu hari.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
Di suatu hari, H. Kasim memanggil Salam, lalu bapaknya berkata, “Salam, adikmu sudah dijodohkan pada orang lain, jadi kamu saya anggap sebagai anak yang paling sulung di rumah ini dan bertanggung jawab pada keluarga”.(LMM, alinea 12).
h. Di hari pesta perkawinan.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
Maka tiba dihari pesta perkawinan, segala sesuatu yang berhubungan dengan pesta sudah disiapkan.(LMM, alinea 13).
i. Selama berbulan-bulan.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
j. Saat itu.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
Saat itu Salam bersama temannya Husein sedang melaut di kawasan itu. Mendengar teriakan seorang wanita, Salam hendak menolong namun dihalangi oleh Husein.(LMM, alinea 18).
k. Tiada berapa lama.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
Tiada berapa lama diperjalanan, mereka sampai di Pulau Kampai. H.Kasim kemudian membuka lahan di Pulau Kampai.(LMM, alinea 20).
l. Setahun.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
Setahun sudah usia perkawinan mereka, tiba-tiba penduduk kampung diserang penyakit cacar termasuk Salam dan Salmah.(LMM, alinea 23).
m. Pada tahun 1920, hari jumat, pukul 05.00, pukul 06.00.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
Pada tahun 1920, tepatnya pada hari Jumat pukul 05.00 pagi Salmah meninggal, dan disusul oleh Salam pada pukul 06.00 pagi.(LMM, alinea 24).
n. Sekarang.
Kutipan yang menegaskannya adalah:
Kuburan Mas merah ini sampai sekarang terdapat di Desa Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Namun bunga tanjung yang ditanam sudah tumbang dan kini sudah tidak ada lagi.(LMM, alinea 26).
Dalam Legenda Mas Merah mengarah kepada hal – hal yang berkaitan
dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat. Tata cara kehidupan sosial
masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks
yaitu berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, dan lain sebagainya. Hal ini
terlihat pada:
a. Tradisi perjodohan yang dilakukan orang tua kepada anaknya.Hal ini dapat
dilihat pada kutipan cerita berikut:
Konon pada zaman dahulu, pasangan hidup diatur oleh orang tua. Ayah Salam kembali bertanya, “Siapa yang kau suka untuk menjadi istrimu?”. Amran menjawab, “Terserah siapa yang Ayah suka untuk menjadi istriku, aku ikut saja,”.Pilihan satu-satunya gadis yang baik dan cantik di daerah Serawak ialah Rukiah.Singkat cerita, dinikahkanlah Amran dengan Rukiah. (LMM, Alinea 3).
b. Masyarakatnya yang ramah. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut:
Lama sudah Salam di lautan, akhirnya Salam terdampar di Medan Labuhan. Tidak berapa lama Salam di Medan Labuhan berjumpa dengan H. Kasim yang merupakan tukang kayu yang jaya. Dengan rendah hati, Salam menyerahkan diri pada H. Kasim, dan diterimalah Salam oleh H. Kasim sebagai pekerja kerani yang menerima kayu dari anak buahnya karena H. Kasim melihat Salam memiliki budi pekerti yang baik dan jago bersilat. (LMM, Alinea 6).
Maka tiba dihari pesta perkawinan, segala sesuatu yang berhubungan dengan pesta sudah disiapkan. Panitia famili dari keluarga mengundang baik yang dikampung maupun di luar kampung. (LMM, Alinea 13).
c. Pemuda dan pemudi yang menghormati keputusan orang tua. Hal ini dapat
dilihat pada kutipan cerita berikut:
Dengan demikian diketahui bahwa latar sosial dalam cerita Legenda Mas
Merah ini adalah latar budaya Melayu.
Suasana umum tokoh cerita yang termasuk dalam latar ini dimaksudkan
untuk memudahkan tanggapan terhadap masalah yang akan timbul kemudian.
Dalam kesempatan ini, latar yang membawa semua tokoh akan dibahas
pada penokohan.
4.1.4 Tokoh Dan Penokohan
Setelah membaca dan memahami Legenda Mas Merah dapat diketahui
tokoh dan penokohannya sebagai berikut :
1. Tokoh cerita
Tokoh utama dalam Legenda Mas Merah adalah:
a. Salam
Karena tokoh ini adalah tokoh yang paling banyak diceritakan dalam
legenda tersebut. Mulai dari awal cerita sampai akhir cerita, fokus cerita lebih
banyak ditujukan kepada Salam.
Sedangkan tokoh tambahan dalam Legenda Mas Merah adalah:
b. Rukiah,
c. Amran,
d. Ayah Salman,
e. Salmah,
f. H. Kasim (ayah Salmah),
g. Ibu Salmah,
h. Tambi,
j. Masyarakat kampung,
k. H. Makminias,
l. Pendekar Nayan,
m. Husein,
n. Tu Awang Muhammadin.
Tokoh ini hanya melengkapi cerita saja, walaupun tokoh ini juga memiliki
kapasitas yang hampir sama dengan tokoh Salam, namun porsinya lebih sedikit
dibandingkan tokoh Salam.
2. Penokohan
Tokoh cerita dalam Legenda Mas Merah ada 12 tokoh yaitu Salam,
Rukiah, Amran, Ayah Salman, Salmah, H. Kasim (ayah Salmah), Ibu Salmah,
Tambi, famili dari keluarga Salmah, masyarakat kampung, H. Makminias,
Pendekar Nayan, Husein, Tu Awang Muhammadin. Adapun penokohan dari
tokoh-tok ini adalah sebagai berikut:
a. Salam adalah tokoh yang memiliki sifat putus asa.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“...Singkat cerita, dinikahkanlah Amran dengan Rukiah. Saat pernikahan mereka, Salam menjadi putus asa. (LMM, Alinea 4).
Maka pesta tersebut meriah, kedua pengantin yakni Salmah dan Tambi bersanding di pelaminan.(LMM, Alinea 13).
Salam kembali berputus asa dan kemudian pergi ke laut untuk menjadi nelayan di daerah Brandan. (LMM, Alinea 14).
Ia juga memiliki sifat pemberani.
Saat itu Salam bersama temannya Husein sedang melaut di kawasan itu. Mendengar teriakan seorang wanita, Salam hendak menolong namun dihalangi oleh Husein. Salam berkata, “Wahai Husein, aku mendengar orang menjerit di dalam hutan. Husein menjawab, “Aku tidak berani kesana. Daerahnya sangat angker. Biasanya orang yang pergi kesana pasti tidak bisa kembali pulang,”. Salam berkata, “Aku tetap akan menolong”. Husein berkata lagi, “ Ah kau ini gila, kau nak lawan itu perampok besar, badan kau segini”. Salam menjawab lagi, “Wahai husein sebelum ajal, aku berpantang mati, aku darah Melayu”. (LMM, Alinea 18).
Namun keinginan Salam untuk menolong wanita tersebut tidak bisa terhalangi oleh temannya Husein. (LMM, Alinea 19).
Ia juga memiliki sifat penolong.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
Setelah mereka membuka ikatan tali, bertangis-tangisan mereka, karena mereka telah terhindar dari bahaya dengan bantuan Salam. Maka ditanya Salam kepada mereka hendak kemana tujuan mereka, hingga terdampar di Pulau Karang tersebut. Setelah mendengar penjelasan, mereka berangkat bersama-sama menuju Pulau Kampai. Tiada berapa lama diperjalanan, mereka sampai di Pulau Kampai. H.Kasim kemudian membuka lahan di Pulau Kampai. (LMM, Alinea 20).
Ia juga memiliki sifat rendah hati.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“...Dengan rendah hati, Salam menyerahkan diri pada H. Kasim, dan diterimalah Salam oleh H. Kasim sebagai pekerja kerani yang menerima kayu dari anak buahnya karena H. Kasim melihat Salam memiliki budi pekerti yang baik dan jago bersilat. (LMM, Alinea 6).
b. Rukiah adalah tokoh yang memiliki sifat yang baik.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
c. Amran adalah tokoh yang memiliki sifat penurut.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“...Pada suatu hari, ayah Salam bertanya pada Amran, “Apakah kau ingin menikah?”. Amran pun menjawab, “Kalau ayah hendak menikahkan aku, terserah pada ayah saja”. (LMM, Alinea 2).
Konon pada zaman dahulu, pasangan hidup diatur oleh orang tua. Ayah Salam kembali bertanya, “Siapa yang kau suka untuk menjadi istrimu?”. Amran menjawab, “Terserah siapa yang ayah suka untuk menjadi istriku, aku ikut saja,”. (LMM, Alinea 3).
d. Ayah Salam adalah tokoh yang memiliki sifat perhatian untuk masa depan
anaknya .
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“...Karena umur abangnya sudah memungkinkan untuk berumah tangga maka ayah Salam ingin menikahkan Amran dengan seorang gadis. Pada suatu hari, ayah Salam bertanya pada Amran, “Apakah kau ingin menikah?”. Amran pun menjawab, “ Kalau ayah hendak menikahkan aku, terserah pada ayah saja”. (LMM, Alinea 2).
Konon pada zaman dahulu, pasangan hidup diatur oleh orang tua. Ayah Salam kembali bertanya, “Siapa yang kau suka untuk menjadi istrimu?”. (LMM, Alinea 3).
e. Salmah adalah tokoh yang memiliki sifat yang baik dan penurut.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“...Salmah pun ikut disibukkan setiap hari mengantarkan makanan Salam ke tempat Salam bekerja. (LMM, Alinea 7).
Mendengar hal ini menangis Salmah sejadi-jadinya karena Salmah dijodohkan. Salmah teringat pada Salam bahwa Salam kelak akan menjadi suaminya. Tapi apalah daya Salmah, walau bagaimanapun Salmah menyampaikan isi hatinya kepada orang tuanya, tetap saja orang tuanya berkeras agar Salmah menurut saja. (LMM, Alinea 11).
f. H. Kasim (ayah Salmah)adalah tokoh yang memiliki sifat yang baik.
“...Tidak berapa lama Salam di Medan Labuhan berjumpa dengan H. Kasim yang merupakan tukang kayu yang jaya. Dengan rendah hati, Salam menyerahkan diri pada H. Kasim, dan diterimalah Salam oleh H. Kasim sebagai pekerja kerani yang menerima kayu dari anak buahnya karena H. Kasim melihat Salam memiliki budi pekerti yang baik dan jago bersilat. (LMM, Alinea 6).
g. Ibu Salmah adalah tokoh yang memiliki sifat yang boros.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
Ibu Salmah selalu berlangganan kain pada seorang pemuda kaya yang berasal dari India. Pemuda tersebut bernama Tambi. Ibu Salmah selalu hidup bermewah-mewahan. (LMM, Alinea 9).
Pada suatu hari, usaha H. Kasim bangkrut dan istrinya berhutang pada Tambi. (LMM, Alinea 10).
h. Tambi adalah tokoh yang tidak memiliki sifat pendirian yang tetap.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
Pada suatu hari, usaha H. Kasim bangkrut dan istrinya berhutang pada Tambi. Ibu Salmah tak mampu membayar hutangnya. Lalu Tambi berkata, “Kalau memang hutang anda tidak bisa terbayar, ya sudah”. Melihat hutangnya tak terbayar, orang tua Salmah kembali berkata kepada Tambi, “Untuk mengikat erat persaudaraan bagaimana kalau Salmah saya kimpoikan dengan Anda,”. Tambi pun menjawab, “Ya, saya setuju”. (LMM, Alinea 10).
i. Famili dari keluarga Salmah adalah tokoh yang tidak dijelaskan sifatnya
dalam cerita.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“...Panitia famili dari keluarga mengundang baik yang dikampung maupun di luar kampung. (LMM, Alinea 13).
j. Masyarakat sekitar adalah tokoh yang tidak dijelaskan sifatnya dalam cerita.
“...Masyarakat sekitar tidak mengetahui bahwa Salmah adalah Mas Merah yang disebut Salam dalam lagunya. (LMM, Alinea 14).
k. H. Makminias adalah tokoh yang memiliki sifat penakut.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“...Orang yang dituakan di daerah ini adalah H. Makminias. H. Makminias berkata bahwa ia tidak berani membuka hutan ini. “Yang berani adalah abangku yaitu H. Kasim,” tambahnya. (LMM, Alinea 16).
l. Pendekar Nayan adalah tokoh yang memiliki sifat yang jahat.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“...Salmah yang memiliki kecantikan dan masih muda, terbesit dalam hati pendekar nayan untuk memperkosanya. (LMM, Alinea 17).
“...Salam bergegas berlari diatas lumpur menuju jeritan, dan Salam terkejut, di lihatnya pendekar Nayan hendak memperkosa seorang perempuan. (LMM, Alinea 19).
m. Husein adalah tokoh yang memiliki sifat penakut.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“...Husein menjawab, “Aku tidak berani kesana. Daerahnya sangat angker. Biasanya orang yang pergi kesana pasti tidak bisa kembali pulang,”. (LMM, Alinea 18).
n. Tu Awang Muhammadin adalah tokoh yang memiliki sifat yang baik hati.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
4.2 Analisis Fungsi
Selanjutnya analisis fungsi yang disampaikan oleh William R. Bascom ini
pada dasarnya hal yang sangat umum yang dapat ditemukan dalam cerita rakyat
berupa legenda. Mengenai fungsi dalam Legenda Mas Merah yang dilakukan oleh
peneliti berdasarkan atas apa yang dalam cerita rakyat dan atas apa yang tersirat
dalam masyarakat dan tentu saja atas apa yang tampak dalam kehidupan sehari
hari dalam bermasyarakat. Adapun penjabaran dari teori fungsi atas dasar apa
yang ada dalam cerita rakyat terdapat dalam penjelasan berikut.
4.2.1 Sebagai Sistem Proyeksi (project system), yakni Sebagai Alat PencerminAngan-AnganSuatu Kolektif
Legenda Mas Merah di masyarakat Melayu Pulau Kampai yang dijadikan
oleh peneliti sebagai objek kajian memiliki fungsi proyeksi dari sistem yang ada
dalam masyarakat. Sebagaimana diketahui sistem proyeksi (project system), yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif. Proyeksijuga merupakan suatu cara untuk membangun atas apa yang ada dalam masyarakat dan merupakan hal
yang sangat fundamental baik berupa sistem maupun pranata karena mampu
menunjukkan dan menjaga kelangsungan hidup berbudaya dari suatu masyarakat
yang tetap hidup seiring perkembangan zaman. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
berikut:
Dikala ada waktu yang luang (karena pada masa itu tak sebebas sekarang kalau bertemu seorang pemuda dengan seorang perempuan). Salam dengan Rukiah memadu kasih sayang tanpa diketahui kedua orang tua masing-masing. Mereka menjalin hubungan secara diam-diam. (LMM, alinea 1).
menjadi istrimu?”. Amran menjawab, “Terserah siapa yang Ayah suka untuk menjadi istriku, aku ikut saja,”.(LMM, alinea 3).
Mendengar hal ini menangis Salmah sejadi-jadinya karena Salmah dijodohkan. Salmah teringat pada Salam bahwa Salam kelak akan menjadi suaminya. Tapi apalah daya Salmah, walau bagaimanapun Salmah menyampaikan isi hatinya kepada orang tuanya, tetap saja orang tuanya berkeras agar Salmah menurut saja. (LMM, alinea 11).
Kemudian mereka menikah karena perjodohan yang dilakukan oleh Tu Awang Muhammadin atas kesepakatan mereka tanpa ada paksaan.(LMM, alinea 23).
4.2.2 Sebagai Alat Pengesahan Pranata-pranata dan Lembaga-lembaga Kebudayaan,
Pranata yang berlaku dalam masyarakat dan lembaga yang hadir di tengah
masyarakat dalam Legenda Mas Merah dapat dikatakan tidak terlihat pada
masyarakat Melayu Pulau Kampai. Konsep pranata yang hadir pada masyarakat
Melayu Pulau Kampai memiliki batasan yang keras dalam kehidupannya nyata
namun meskipun demikian pranata-pranata yang hadir dalam masyarakat sangat
dihormati. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
Dikala ada waktu yang luang (karena pada masa itu tak sebebas sekarang kalau bertemu seorang pemuda dengan seorang perempuan). Salam dengan Rukiah memadu kasih sayang tanpa diketahui kedua orang tua masing-masing. Mereka menjalin hubungan secara diam-diam. (LMM, alinea 1).
Konon pada zaman dahulu, pasangan hidup diatur oleh orang tua. (LMM, alinea 3).
4.2.3 Sebagai Alat Pendidikan Anak (Pedagogical Device)
Cerita rakyat berupa legenda sebagai alat pendidikan anak adalah suatu
yang sangat umum dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Legenda Mas
a. Suka menolong.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
Saat itu Salam bersama temannya Husein sedang melaut di kawasan itu. Mendengar teriakan seorang wanita, Salam hendak menolong namun dihalangi oleh Husein. Salam berkata, “Wahai Husein, aku mendengar orang menjerit di dalam hutan. Husein menjawab, “Aku tidak berani kesana. Daerahnya sangat angker. Biasanya orang yang pergi kesana pasti tidak bisa kembali pulang,”. Salam berkata, “Aku tetap akan menolong”. Husein berkata lagi, “ Ah kau ini gila, kau nak lawan itu perampok besar, badan kau segini”. Salam menjawab lagi, “Wahai husein sebelum ajal, aku berpantang mati, aku darah Melayu”.(LMM, alinea 18).
b. Sifat rendah hati.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
Dengan rendah hati, Salam menyerahkan diri pada H. Kasim, dan diterimalah Salam oleh H. Kasim sebagai pekerja kerani yang menerima kayu dari anak buahnya karena H. Kasim melihat Salam memiliki budi pekerti yang baik dan jago bersilat. (LMM, alinea 6).
c. Rajin bekerja.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
Saat itu Salam bersama temannya Husein sedang melaut di kawasan itu. (LMM, alinea 18).
Salam yang dulunya menjual ikan di Pulau Sembilan dan Brandan, kini hanya menjual ikannya di Pulau Kampai.(LMM, alinea 21).
d. Pemberani
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
perkelahian antara pendekar Nayan dengan Salam. Perkelahian dimenangkan oleh Salam.(LMM, alinea 19).
4.2.4 Sebagai Alat Pemaksa dan Pengawas agar Norma-Norma Masyarakat Akan Selalu Dipatuhi Anggota Kolektifnya.
Legenda Mas Merahmenghadirkan sebuah konsep pemaksaan dalam
masyarakat. Sosok Salam mengajarkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari
supaya mampu bergaul dengan manusia serta masyarakat sekelilingnya
dimanapun ia berada. Adapun yang disampaikan dalam cerita tersebut
memberikan indikasi bahwa orang-orang yang hidup dalam masyarakat Melayu
Pulau Kampai kiranya menjaga kelangsungan hidup bermasyarakat. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan berikut:
Tidak berapa lama Salam di Medan Labuhan berjumpa dengan H. Kasim yang merupakan tukang kayu yang jaya. Dengan rendah hati, Salam menyerahkan diri pada H. Kasim, dan diterimalah Salam oleh H. Kasim sebagai pekerja kerani yang menerima kayu dari anak buahnya karena H. Kasim melihat Salam memiliki budi pekerti yang baik dan jago bersilat.(LMM, alinea 6).
Perkembangan zaman yang pesat dan segala pemenuhan kebutuhan hidup
manusia tidak lagi sebatas kebutuhan, tentu membuat posisi cerita rakyat di
kalangan manusia dewasa ini terlupakan. Keakraban manusia atas hal-hal yang
bersifat pribadi dari orang lain, pola hidup yang mengutamakan kemewahan
membuat kemerosotan moral makin berkembang seiring dengan hilangnya fungsi
cerita rakyat secara mendalam bagi masyarakat modern. Dewasa ini sangat jarang
religius, dan juga mengatur kehidupan masyarakat. Cerita rakyat pada saat ini
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian judul skripsi di atas maka kita dapat mengambil suatu
kesimpulan yaitu:
1. Legenda Mas Merah Melayu Pulau Kampai adalah salah satu unsur
budaya yang hadir di tengah-tengah keberagaman kebudayaan di
masyarakat Indonesia dan masih dipelihara dengan baik sekalipun
hanya sebatas hiburan saja.Struktur intrinsik cerita rakyat
2. Legenda Mas Merah ditarik suatu simpulan yang bersifat umum, bahwa
cerita rakyat yang dianalisis strukturnya tersebut memiliki tema, alur/
plot, latar, tokoh dan penokohan.
3. Adapun Tema dalam Legenda Mas Merah tergolong dalam tema
tingkat sosial yaitu manusia sebagai makhluk sosial (man as socious).
Kehidupan bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi-interaksinya
manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung
banyak permasalahan, konflik dan lain sebagainya. Dalam legenda ini
menceritakan tentang kehidupan sosial seorang pemuda.
Masalah-masalah sosial tersebut seperti Masalah-masalah hubungan manusia dengan
manusia. Atau hubungan cinta kasih antara seorang pemuda dengan
seorang anak perempuan. Seorang anak yang selalu mematuhi
4. Alur yang terdapat dalam cerita Legenda Mas Merah adalah alur/plot
lurus atau plot progresif. Artinya, bahwa dalam cerita rakyat Legenda
Mas Merah perlukisan alur cerita diawali dengan awal situasi samapai
dengan akhir situasi dan tidak terdapat alur sorot balik (flasback) pada
setiap bagian dari alur cerita tersebut.
5. Latar dalam Legenda Mas Merah memiliki latar tempat, waktu dan
sosial. Adapun latar tempatnya yaitu Serawak, Sungai Serawak, Pantai,
Di Lautan, Medan Labuhan, Medan Belawan, Di Rumah, Di
Pelaminan, Laut, Di Daerah Brandan, Pulau Kampai, Pulau Karang,
Kawasan, Hutan, Pulau Sembilan dan Brandan, serta Pulau Kampai.
6. Adapun latar waktunya dalam Legenda Mas Merah ini seperti yang
biasa pada sebuah karya sastra lama klasik lainnya. Dalam Legenda
Mas Merah ini waktu yang diceritakan sebagian besar tidak dinyatakan
dengan tepat dan jelas. Seperti pada zaman dahulu, di kala waktu
luang, pada suatu hari, dan sebagainya. Dan tidak jarang juga
disebutkan jangka waktunya, seperti setahun, pada tahun 1920, hari
jumat, pukul 05.00, pukul 06.00, dan lain sebagainya.
7. Latar sosial dalam Legenda Mas Merah mengarah kepada hal – hal
yang berkaitan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat. Tata cara
kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
lingkup yang cukup kompleks yaitu berupa kebiasaan hidup, adat
istiadat, tradisi, dan lain sebagainya. Hal ini terlihat pada tradisi
perjodohan yang dilakukan orang tua kepada anaknya, masyarakatnya