PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
REALISTIK DI SMP NEGERI 24 MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH:
ATIKA FRANSISKA NIM. 8116172002
PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
i ABSTRAK
Atika Fransika, (2016). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis siswa Melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) di SMP Negeri 24 Medan. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah : (1) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh Pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori (2) terdapat interaksi antara Pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, (3) proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam menyelesaikan soal pada masing-masing pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 24 Medan dengan sampel 56 siswa. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen semu dengan pretest-postest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII yang mengambil dua kelas (kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2) melalui teknik random sampling. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan tes kemampuan komunikasi matematis yang berbentuk uraian. Instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat validitas isi dan koefisien reliabilitas. Data dianalisis dengan uji ANAVA dua jalur. Sebelum digunakan uji ANAVA dua jalur terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil penelitian yaitu : (1) peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh Pendekatan matematika realistik lebih tinggi daripada komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori, (2) tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, (3) proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa pada pendekatan matematika realistik lebih baik daripada pembelajaran ekspositori. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
ii ABSTRACT
Atika Fransiska, (2016). The Improvement of Mathematical Communication Abilities Through Realistic Mathematich education at SMP Negeri 24 Medan. Thesis. Mathematical Education Study Program Postgraduate State University of Medan.
The objectives of this study are to observe whether : (1) the improvement of students’ mathematical communication ability taught by Realistic Mathematich education is higher than those taught by exspository learning model, (2) There is interaction between the learning model with students’ previous mathematical ability ans students mathematical communication ability, (3) the process of problem solving made by students in solving made by students in solving questions in each learning. This study was held at SMP Negeri 24 Medan by having 56 students as sample. This study used quasi-experimental method with pretest-postest control group design. The population of this study was all students of grade VII taking two classes (experimental 1 class and experimental 2 class) through random sampling technique. The instrument used consisted of the essay of mathematical communication ability test. The instrument had required content validity and coefficient reliability. Data were anayzed by two ways ANOVA test. Before it was used two-ways ANOVA test the normality and homogenity tests with significant level 5% had been done. The findings of this study were : (1) the improvement of students’ mathematical communication ability taught by Realistich Mathematich Education is higher than studens’ and mathematical communication ability taught by expository learning, (2) there is no interaction between the learning model with previous mathematical ability and the improvement of students’ logical mathematical communication abilities, (3) the process of problem solving made by students taught by realistic mathematic education is better than those taught by expository learning. Based on the findings of this study, the researcher suggests that realistic mathematic education can be used as an alternative for teachers to improve students’ mathematical communication abilities.
iii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis lantunkan kehadirat Allah SWT atas
rahmat kenikmatan, karunia dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik (PMR) Di SMP Negeri 24 Medan”. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar master
kependidikan di Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana
Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan
Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Penelitiaan ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pelajaran
matematika dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR). Sejak
mulai persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan
semangat, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak
langsung sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan
yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya
peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak
iv
membimbing dan mengarahkan penulisan. Sumbangan pikiran yang amat
berharga sejak awal pemunculan ide dan kritik demi kritik serta pertanyaan
kritis guna mempertajam gagasan telah membuka dan memperluas
cakrawala berpikir penulis dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, Ibu Ida Karnasih M.Sc, Ed, Ph.D dan Bapak
Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Narasumber yang telah banyak
memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.si,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang
setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat
berharga bagi penulis.
4. Kepada Suamiku Suherianto dan Permata Hatiku Hafizha Irba Zhafira
yang telah menghadirkan keindahan dan menjadi penyejuk hati dalam
hidupku.
5. Kepada Ayahanda Sucipto, Ibunda Juraidah, serta Adik-adikku Adhitia
mahatvayodha, Yoga Dhanu Pratama, dan Dicky Batara Sanjaya yang
telah memberikan dorongan, doa, motivasi dan nasehatnya yang
menyejukkan hati serta cinta kasihnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
6. Kepada Ibunda Sugiarti, adinda desi handayani, Muhammad Ichsan
Prayogi, iskandar dan keponakanku Hisyam Prayosi Al-Dzuhri yang telah
memberikan dorongan, doa, motivasi dan nasehatnya yang menyejukkan
v
7. Direktur, Asisten Direktur I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana
UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan tesis ini.
8. Bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga
bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan
penulisan tesis ini, Bapak Dapot Tua Manullang, SE., M.Si sebagai staf
Prodi Pendidikan Matematika yang telah banyak membantu penulis
khususnya dalam administrasi perkuliahan di Unimed
9. Kepala Sekolah SMP Negeri 24 Medan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.
10. Serta rekan-rekan satu angkatan 2011 dari Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam
penyelesaian tesis ini.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan oleh Bapak/Ibu
serta saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran
dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, Februari 2016
Penulis
vi
2.5 Penerapan Materi segi empat dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik………. . 39
4.1.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... . 71
4.1.2 Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen ... 72
4.1.3 Analisis Hasil Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 73
vii
4.1.5 Deskripsi Proses Penyelesaian MasalahKemampuan
Komunikasi Matematis pada masing-masing Pembelajaran... 89
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 100
4.2.1 Kemampuan Komunikasi Matematis ... 101
4.2.2 Interaksi antara Faktor Pembelajarandengan Kemampuan Awal Matematika Siswa terhadapPeningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ... 103
4.2.3 Proses Jawaban Siswa. ... 104
4.2.4 Keterbatasan Penelitian ... 105
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 107
5.1 Kesimpulan ... 107
5.2 Saran... ... 107
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Siswa.. ... 13
Tabel 2.1 Sintaks Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik ... 32
Tabel 2.2 Langkah-langkah dalam Kegiatan Pendekatan Realistik ... 33
Tabel 2.3 Perbedaan Pendekatan Matematika Realistik dan Pembelajaran Biasa ... 38
Tabel3.1 Desain Penelitian ... 55
Tabel3.2 Tabel Winner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Terikat, dan Kontrol ... 56
Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 57
Tabel 3.4 Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 58
Tabel3.5 Klasifikasi Daya Pembeda.. ... 62
Tabel 3.6 Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis, dan Jenis UjiStatistik yang digunakan ... 64
Tabel 3.7 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 66
Tabel 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 72
Tabel 4.2 Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 72
Tabel 4.3 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 73
Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 74
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 75
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Matematika Siswa .. 75
Tabel 4.7 Sebaran Sampel Penelitian ... 76
ix
Tabel 4.9 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Kontrol .. 78 Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis
pada Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol ... 79
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Postes Kemampuan Komunikasi Matematis pada Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol ... 80
Tabel 4.12 Hasil N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Kedua Kelas Sampel ... 81
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 83
Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas N-Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 83
Tabel4.15 Deskripsi Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis
kedua Kelompok Pembelajaran untuk Kategori KAM.. ... 84
Tabel 4.16 Rangkuman Uji ANAVA Dua Jalur N-Gain Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa ... 86
Tabel 4.17 Hasil ANAVA Dua Jalur … ... 87 Tabel4.18 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampuan
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Contoh Jawaban Siswa pada Soal Komunikasi Matematis ... 5 Gambar2.1 Matematisasi Horizontal dan Vertikal ….. ... 30 Gambar 3.1 Tahapan Alur Kerja Penelitian ... 70 Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Kemampuan Awal Matematika
Siswa ... 74
Gambar 4.2 Diagram Batas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Kelas Eksperimen ... 78
Gambar 4.3 Diagram Batang Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Kelas Kontrol ... 79
Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil N- Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kedua Sampel ... 81
Gambar 4.5 Interaksi antara Model Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 88
Gambar 4.6 Jawaban Butir Soal Nomor 1 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Eksperimen ... 91
Gambar 4.7 Jawaban Butir Soal Nomor 1 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Kontrol ... 91
Gambar 4.8 Jawaban Butir Soal Nomor 2 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Eksperimen ... 93
Gambar 4.9 Jawaban Butir Soal Nomor 2 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Kontrol ... 94 Gambar 4.10 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Eksperimen ... 96
Gambar 4.11 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Kontrol ... 97
Gambar 4.12 Jawaban Butir Soal Nomor 4 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Eksperimen ... 98
Gambar 4.13 Jawaban Butir Soal Nomor 4 Kemampuan Komunikasi
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Contoh Jawaban Siswa pada Soal Komunikasi Matematis ... 5 Gambar2.1 Matematisasi Horizontal dan Vertikal ….. ... 30 Gambar 3.1 Tahapan Alur Kerja Penelitian ... 70 Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Kemampuan Awal Matematika
Siswa ... 74
Gambar 4.2 Diagram Batas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Kelas Eksperimen ... 78
Gambar 4.3 Diagram Batang Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Kelas Kontrol ... 79
Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil N- Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kedua Sampel ... 81
Gambar 4.5 Interaksi antara Model Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 88
Gambar 4.6 Jawaban Butir Soal Nomor 1 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Eksperimen ... 91
Gambar 4.7 Jawaban Butir Soal Nomor 1 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Kontrol ... 91
Gambar 4.8 Jawaban Butir Soal Nomor 2 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Eksperimen ... 93
Gambar 4.9 Jawaban Butir Soal Nomor 2 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Kontrol ... 94 Gambar 4.10 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Eksperimen ... 96
Gambar 4.11 Jawaban Butir Soal Nomor 3 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Kontrol ... 97
Gambar 4.12 Jawaban Butir Soal Nomor 4 Kemampuan Komunikasi
Matematis pada Kelas Eksperimen ... 98
Gambar 4.13 Jawaban Butir Soal Nomor 4 Kemampuan Komunikasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan
siswa menjadi manusia yang dapat berfikir secara logis, kritis, rasional, percaya
diri dan kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Undang
– undang pendidikan No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara.
Kurikulum 2004 (Depdiknas, 2003) secara jelas menguraikan tujuan
pembelajaran matematika, yaitu:
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
2
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa pencapaian tujuan pembelajaran
matematika seperti diuraikan di atas masih belum memenuhi harapan. Hal ini
diindikasikan dengan rendahnya mutu hasil belajar siswa. Baik hasil ujian akhir
nasional maupun hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan siswa
terhadap bahan ajar matematika masih relatif rendah. Didalam laporan
penelitiannya TIMSS (Suriadi, 2006) mengemukakan bahwa rata-rata skor
matematika siswa kelas II SLTP berada jauh di bawah rata-rata skor internasional.
Sekalipun hasil ini tidak menunjukkan prestasi siswa Indonesia secara umum
dalam matematika, namun dengan membandingkan prestasi siswa Indonesia
berdasarkan hasil TIMSS, sudah menunjukkan rendahnya kualitas pengetahuan
matematika siswa Indonesia pada level internasional.
Hal tersebut mengindikasikan kesenjangan antara kualitas pendidikan
matematika dengan kualitas pengetahuan matematika siswa. Dengan kata lain
lembaga pendidikan belum mampu menghasilkan siswa yang memiliki
kompetensi yang diharapkan sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dalam
kurikulum KTSP Depdiknas (2006) bahwasannya pembelajaran matematika
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
3
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika di atas, siswa dituntut
memiliki suatu kemampuan matematika. Salah satu kemampuan matematika yang
dituntut dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan komunikasi
matematis. Kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication)
dalam pembelajaran matematika perlu untuk diperhatikan, ini disebabkan
komunikasi matematika dapat mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir
matematis siswa baik secara lisan maupun tulisan (Saragih 2007). Menurut
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) (2000) komunikasi siswa
merupakan (1) kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan,
tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual, (2)
kemampuan memahami, mengiterpretasikan, dan mengavaluasi ide-ide matematis
baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya, (3) kemampuan
dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan
struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan
dengan model-model situasi. Sedangkan menurut Sumarmo (2005) komunikasi
matematis meliputi kemampuan siswa:
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika
2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar
3. Menyatakan peristiwa sehari-haridalam bahasa atau simbol matematika
4
5. Membaca dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan defenisi dan
generalisasi
7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari.
Pernyataan diatas memperjelas bahwa kemampuan komunikasi matematis
siswa memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika.
Menurut Baroody (1993) menjelaskan ada dua alasan yang menjadikan
komunikasi matematis dan pembelajaran matematika menjadi penting. pertama
mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sebagai alat untuk
menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi
matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai
ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity,
artinya matematika sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran, matematika juga
sebagai wahana interaksi antara guru dan siswa. Menurut Collins (dalam Asikin:
2002) dalam buku Mathematic Applications and Conection disebutkan salah satu
tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika adalah memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengembangkan dan
mengintegrasikan keterampilan berkomunikasi melalui lisan maupun melalui
tulisan, modeling speaking, writing, talking, drawing, serta mempresentasikan
apa yang telah dipelajari.
Bu Ainun memiliki sebuah taman bunga berbentuk persegi panjang. Panjang
kebun bunga tersebut 2m lebih panjang dari lebarnya.
a. Apabila lebar kebun dimisalkan dengan x , nyatakan situasi diatas dalam bentuk
gambar yang mudah dipahami.
5
c. Jika keliling kebun bunga 28 cm. Tentukan ukuran lebar, panjang dan luas!
Gambar 1.1. Contoh jawaban siswa pada soal komunikasi matematis
Berdasarkan jawaban siswa tersebut menunjukkan siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal, sulit mengemukakan ide matematikanya
secara tulisan, siswa tidak mengetahui apa yang diketahui dari soal tersebut,
siswa sulit memahami dan merubah soal ke dalam bentuk gambar, ditemukannya
kesalahan siswa dalam menafsirkan soal, menuliskan simbol dan menjawab
dengan bahasa matematika serta jawaban yang disampaikan oleh siswa sering
kurang terstruktur sehingga sulit dipahami oleh guru maupun temannya. Dari 30
siswa yang menjawab soal tersebut hanya 4 siswa (13,3%) yang menjawab benar,
17 siswa (56,6%) menjawab salah dan 9 siswa (30,0%) tidak mampu menjawab
sama sekali. Maka dapat disimpulkan dari jawaban tersebut tampaklah
kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah. Hal ini juga diperkuat
dari hasil laporan TIMSS (dalam Suryadi: 2000) menyebutkan bahwa kemampuan
siswa Indonesia dalam komunikasi matematika sangat jauh di bawah
negara-negara lain. Sebagai contoh permasalahan matematika yang menyangkut
kemampuan komunikasi matematik, siswa Indonesia yang berhasil menjawab
benar hanya 5% dan jauh dibawah negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan
6
matematika selama ini guru belum mampu untuk menciptakan suasana yang dapat
meningkatkan komunikasi matematis siswa yang sangat terbatas dalam menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Guru menjadi lebih dominan dalam
pembelajaran. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Hudojo (2001) bahwa di
dalam kelas guru tidak mampu menciptakan situasi yang memungkinkan
terjadinya komunikasi timbal balik dalam pembelajaran matematika bahkan sering
terjadi secara tidak sadar guru menciptakan situasi yang menghambat terjadinya
komunikasi itu.
Kenyatan ini belum sesuai dengan tujuan yang harus dicapai siswa dalam
pembelajaran matematika sesuai yang tercantum dalam kurikulum (KTSP 2006)
yang menyatakan bahwa siswa harus mempunyai seperangkat kemampuan yang
harus tercapai dalam belajar matematika, diantaranya kemampuan komunikasi.
Faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan komunikasi
matematis siswa salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan oleh
pengajar. Pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru belum mampu untuk
mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk belajar, membimbing
siswa dalam menyelesaikan soal, kurangnya interaksi siswa dengan guru sehingga
siswa enggan bertanya kepada guru jika belum mengerti terhapap materi yang
dijelaskan dalam pembelajaran. Sanjaya (2010) proses pembelajaran di dalam
kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak
dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk
memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini siswa pasif dalam pembelajaran, siswa hanya
7
apa yang telah dicontohkan oleh guru dan kesulitan jika masalah yang diberikan
berbeda dari yang telah diberikan oleh guru.
Dalam pembelajaran matematika salah satu faktor internal yang harus
diperhatikan adalah kemampuan awal. Kemampuan awal siswa adalah
kemampuan yang dimiliki siswa sebelum proses belajar mengajar dilakukan.
Hudojo (1979) menyatakan dalam belajar matematika bila konsep A dan konsep B
mendasari konsep C, maka konsep C tidak mungkin dipelajari sebelum konsep A
dan B dipelajari terlebih dahulu. Kemudian juga konsep D baru dapat dipelajari
bila konsep C yang mendahuluinya sudah dipahami, dan seterusnya. Memahami
konsep matematika pada umumnya perlu memahami konsep sebelumnya dengan
baik. Saragih (2007) menyatakan bahwa dari sekelompok siswa akan selalu
dijumpai siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, rendah, hal ini
disebabkan kemampuan siswa menyebar secara distribusi normal. Namun yang
terjadi selama ini, siswa dengan kemampuan awal tinggi merasa jemu bahkan
cuek dengan pembelajarannya karena merasa penyajian materi matematikanya
terlalu biasa, tetapi siswa dengan kemampuan awal sedang dan rendah merasakan
penyajian materi matematikanya terlalu sulit untuk dimengerti. Hal ini karena
siswa kemampuan awal tinggi lebih cepat memahami konsep, walaupun dengan
menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran. Padahal pembelajaran akan
berhasil dengan baik bila dimulai dari apa yang diketahui siswa, baik pengetahuan
dan tingkah laku dalam arti luas.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis
dan kemampuan awal siswa masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah karena
8
siswa hanya cenderung diajar untuk menghafal konsep atau prinsip matematika,
tanpa disertai pemahaman yang baik. Menyikapi permasalahan yang timbul dalam
pendidikan matematika sekolah tersebut, terutama yang berkaitan dengan
pentingnya kemampuan komunikasi dalam matematika, yang akhirnya
mengakibatkan rendahnya hasil pembelajaran matematika.
Untuk itulah harus diupayakan suatu pendekatan pembelajaran untuk
menumbuhkan atau mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa
yaitu pendekatam matematika realistik (PMR). Karena dengan pendekatan
matematika realistik memungkinkan siswa dapat berkembang secara optimum,
seperti kebebasan siswa untuk menyampaikan pendapatnya, adanya masalah
kontekstual yang dapat mengaitkan konsep matematika dengan kehidupan nyata,
dan pembuatan model yang dapat memudahkan siswa menyelesaikan masalah.
Dalam pembelajaran matematika SMP, masalah yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari hanya digunakan untuk mengaplikasikan konsep dan kurang
digunakan sebagai sumber inspirasi penemuan atau pembentukan konsep.
Akibatnya antara matematika di kelas dengan di luar kelas (dalam kehidupan
sehari-hari) seolah-olah terpisah, sehingga siswa kurang memahami konsep.
Menurut Van de Henvel-Panhuizen (2000), bila anak belajar matematika terpisah
dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat
mengaplikasikan matematika.
Pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai dapat membangkitkan dan
mendorong siswa untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran tertentu. Pendekatan pembelajaran di desain
9
pemikirannya, sehingga siswa mampu belajar aktif dan mandiri serta dapat
menyelesaikan persoalan-persoalan dalam belajar matematika.
Dalam pembelajaran Matematika Realistik (PMR) siswa dituntut lebih aktif
dalam mengembangkan pengetahuannya tentang matematika sehingga akibatnya
memberikan hasil belajar yang lebih bermakna pada diri siswa, sejalan dengan
pendapat Frudental (1991) bahwa matematika adalah kegiatan manusia yang lebih
menekankan aktivitas siswa untuk mencari, menemukan, dan membangun sendiri
pengetahuan yang dia perlukan. Pembelajaran Matematika Realistik
menggabungkan pandangan apa itu matematika, bagaimana siswa belajar
matematika, dan bagaimana matematika diajarkan. Menurutnya pendidikan harus
mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk
menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri.
Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) mendorong siswa
untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna dalam berfikir tentang suatu
persoalan dan berusaha untuk mencari solusi dengan demikian siswa menjadi
lebih terlatih dalam menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga
pengalaman belajar dan pengetahuannya tertanam untuk jangka waktu yang lebih
lama. Sejalan dengan pendapat Turmudi (2004) pembelajaran matematika dengan
pendekatan realistik sekurang-kurangnya telah mengubah minat siswa menjadi
lebih positif dalam belajar matematika.
Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berjudul ” Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
melalui Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik di SMP Negeri 24
10
1.2.Identifikasi Masalah
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran terhadap apa yang akan
diteliti maka peneliti mengajukan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.
2. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
3. Kemampuan awal yang dimiliki sebagian siswa untuk mempelajari
matematika masih tergolong rendah.
4. Pengajaran yang dilakukan masih bersifat rutin dan terfokus pada
keterampilan menggunakan prosedur.
5. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat pada karakteristik materi
pelajaran belum sepenuhnya diterapkan.
1.3.Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Peneliti hanya meneliti
tentang penggunaan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa berupa tulisan serta
interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal terhapat peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
11
1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran Biasa?
2. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan
awal siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa?
3. Bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam
menyelesaikan masalah terkait dengan kemampuan komunikasi matematis
pada Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dan Pembelajaran Biasa ?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan
masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran matematika realistik lebih tinggi
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran Biasa.
2. Untuk mengetahui interaksi antara pendekatan pembelajaran matematika
realistik dengan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa.
3. Untuk mendeskripsikan proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa
dalam menyelesaikan masalah mengenai kemampuan komunikasi
12
1.6. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa, diharapkan dengan adanya pembelajaran matematika
realistik (PMR) dapat mengembangkan kemampuan siswa terhadap
pembelajaran matematika, serta komunikasi matematis siswa.
2. Bagi Guru matematika , (1) untuk memperkaya dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya yang berkaitan dengan Pendekatan pembelajaran
matematika realistik untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa. (2) Memberikan suatu alternatif/sumbangan
bagaimana cara meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa SMP agar semakin baik.
3. Bagi Peneliti, sebagai bekal membangun pengalaman dalam melakukan
penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan tentang
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
1.7. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap beberapa variabel yang
digunakan berikut ini akan dijelaskan pengertian dari variabel-variabel tersebut :
a. Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah suatu pembelajaran
matematika yang memiliki beberapa karakteristik, yaitu (1) menggunakan
masalah-masalah kontekstual (contextual problems) sebagai langkah awal; (2)
menggunakan model matematika yang dikembangkan siswa; (3)
13
dengan siswa, siswa dengan guru dan sarana pendukung lain; dan (5)
mempertimbangkan keterkaitan antar topik pelajaran matematika
b. Pembelajaran Biasa adalah pembelajaran yang menekankan pada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru pada sekelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal
yang dimulai dari (1) menjelaskan materi pelajaran, (2) memberikan
kesempatan bertanya siswa, (3) siswa mengerjakan latihan, (4) guru dan
siswa membahas latihan.
c. Kemampuan komunikasi Matematis yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah : (1) menyatakan masalah sehari-hari kedalam bahasa atau simbol
matematis (2) menginterpretasikan gambar kedalam model matematika (3)
menginterpretasikan situasi matematis dalam bentuk gambar.
d. Kemampuan awal adalah kemampuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya
yang merupakan pengetahuan untuk memungkinkan siswa mengembangkan
pengetahuan matematikanya pada tingkatan yang lebih tinggi yang diukur
menggunakan nilai soal UN Kelas VI tahun 2013/2014. Kemampuan awal
siswa dikategorikan ke dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah.
Tabel 1.1. Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan Awal Siswa
Kriteria
Tinggi Rata-rata Nilai matematika siswa x + s
Sedang x – s Rata-rata Nilai matematika siswa x + s
14
Keterangan : x = nilai rata-rata matematika siswa
98 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, temuan dan pembahasan dalam penelitian ini,
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh
pendekatan pembelajaran matematika realistik lebih tinggi daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa.
2. Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan
awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa. Karena pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal
matematika siswa memberikan pengaruh yang bersamaan terhadap
peningkatan kemampuan komunikasi matematis.
3. Proses penyelesaian jawaban siswa melalui pembelajaran matematika realistik lebih baik dibanding dengan pembelajaran biasa. Hal ini dapat
terlihat dari lembar jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan
komunikasi matematis.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pendekatan
pembelajaran matematika realistik, memberikan beberapa hal untuk
perbaikan kedepannya. Untuk itu peneliti menyarankan kepada pihak-pihak
99
1. Untuk Guru
a. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran
matematika realistik dapat diperluas penggunaannya, tidak hanya pada
materi segi empat tetapi juga pada materi-materi pelajaran matematika
lainnya.
b. Dalam menerapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik,
guru berupaya menciptakan suasana yang menyenangkan dengan
memperhatikan kondisi lingkungan sekitar sebagai bahan
pembelajaran sehingga siswa mampu menyelesaikan serta
mempresentasikan hasil diskusinya di kelas dengan tujuan dapat
membiasakan siswa untuk ikut terlibat aktif dalam kelas serta
dapat menumbuhkan keberanian siswa untuk memberikan
pendapatnya. Oleh karena itu pembelajaran ini dapat melibatkan
siswa dalam proses berpikir dan juga menumbuhkan kepercayaan
diri siswa.
c. Agar pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
matematika realistik dapat lebih berhasil dengan baik di kelas, sebaiknya
mempersiapkan dengan matang rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), lembar aktivitas siswa (LAS), serta soal-soal yang berkenaan
dengan kemampuan matematika yang hendak diteliti.
d. Karena pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran matematika realistik memerlukan waktu yang relatif
100
diskusi sudah ditentukan terlebih dahulu agar waktu dalam
kegiatan pembelajaran lebih efektif.
2. Kepada Lembaga terkait
a. Pembelajaran matematika realistik dengan menekankan kemampuan
komunikasi matematis siswa masih sangat asing bagi guru maupun
siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga
terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa, khususnya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa.
b. Pembelajaran matematika realistik dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa
pada pokok bahasan segi empat sehingga dapat dijadikan masukan bagi
sekolah untuk dikembangkan sebagai pendekatan pembelajaran yang
efektif untuk pokok bahasan matematika yang lain.
3. Kepada peneliti Lanjutan
a. Penelitian ini hanya pada satu pokok bahasan yaitu segi empat SMP/MTs
kelas VII dan terbatas pada kemampuan komunikasi matematis siswa
oleh karena itu disarankan kepada peneliti lain dapat melanjutkan
penelitian pada pokok bahasan dan kemampuan matematis yang lain