367
AKADEMIK PADA SEKOLAH DALAM WILAYAH BINAAN
Jumino
Jumino_ino@yahoo.com
Pengawas SMP Dinas Pendidikan Bangkalan
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Mengetahui peningkatan kemampuan guru IPA, (b) Mengetahui pengaruh model pengajaran berbasis inkuiri. Penelitian ini menggunakan tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah SMP Negeri Dalam Wilayah Binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Simpulan yang diambil adalah bahwa dengan pembelajaran inkuiry dapat meningkatkan kemampuan guru IPA pada SMP dalam Wilayah Binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016.
Abstract: The purpose of this study are: (a) Knowing the science teacher capacity building, (b) Determine the influence of inquiry-based teaching model. This study uses the action (action research) three rounds. Each round consists of four phases: design, activities and observations, reflections, and refisi. Goal of this research is a public Yunior high school in Territory Bangkalan in academic year 2015/2016. he data obtained as the result of formative tests, observation sheet teaching and learning activities. The inference drawn is that by learning inkuiry can improve the ability of science teachers in yunior high schools in Regional Bangkalan Bangkalan in academic year 2015/2016.
Kata Kunci: kemamuan guru, pengajaran, inkuiri
Pendahuluan
Begitu banyak permasalahan yang menjadi PR bagi instansi terkait yang hampir melanda setiap segi kehidupan. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas, antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan / penulisan
materi ajar, serta pengembangan para-digma baru dengan metodologi pe-ngajaran. Pengajaran berbasis inkuiri ha-rus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, ber-gerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud).
368
kurang lebih tiga bulan yakni bulan Sep-tember sampai dengan bulan November 2015. Hasil identifikasi masalah diketa-hui adanya kelemahan dalam kegiatan pembelajaran diantaranya adalah :1) Ma-sih banyak Guru yang belum mampu me-nerapkan pembelajaran berbasis inkuiri, 2) Masih banyak Guru kurang mampu menerapkan variasi metode dalam pem-belajaran, 3). Masih banyak Guru yang belum menerapkan penilaian dalam pro-ses, 4) Masih terlalu banyak Guru yang selalu mendominasi kegiatan pembelaja-ran, 5) Kegiatan supervisi akademik be-lum optimal dilakukan oleh pengawas kolah, karena kebanyakan pengawas se-kolah melakukan supervisi manajerial, 6) Masih banyak Guru lebih bersifat ins-truktif dan memberi informasi daripada membangkitkan motivasi dan mengak-tifkan siswa, 7) Akibat dari kegiatan pembelajaran yang demikian siswa men-jadi pasif, kurang inisiatif, kurang mam-pu bertanya, kurang mammam-pu memberikan jawaban yang bersifat uraian. Dan masih banyak lagi hal lain sebagai akibat model pembelajaran konvensional.
Berdasar hasil identifikasi masalah tersebut penulis menetapkan untuk
memprioritaskan pemecahan ma-salah dengan menggunakan pembelajaran Inkuiry. Karena dengan model ini penulis yakin bahwa guru akan dapat diting-katkan kemampuannya dalam menerap-kan pembelajaran modern, pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan undang-undang maupun kebutuhan masyarakat di abad 21, yakni Pembelajaran yang Aktif, atau Cara Belajar Siswa Aktif. Tujuan Peneliatan: Untuk mengetahui peningka-tan Kemampuan Guru dalam Menerap-kan Pengajaran Berbasis Inkuiry Pada SMP Wilayah Binaan Kabupaten Bang-kalan Tahun Pelajaran 2015/2016.
Manfaat Penelitian: a) Manfaat ba-gi Guru ,untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran in-kuiry, b) Manfaat bagi Sekolah : untuk meningkatkan kinerja guru utamanya da-lam pelaksanaan pembelajaran dengan pengajaran inkuiry, sehingga di sekolah tersebut dapat menumbuhkan output atau lulusan yang bermutu, kreatif dan ino-vatif.
A. Tinjauan Tentang Prestasi
Be-lajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah
ba-nyak dikemukakan dalam
ke-pustakaan. Yang dimaksud
be-lajar yaitu perbuatan murid
da-lam bidang material, formal
ser-ta fungsional pada umumnya
dan bidang intelektual pada
khususnya. Jadi belajar
meru-pakan hal yang pokok.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang
te-lah dicapai. Dengan demikian
bahwa prestasi merupakan hasil
yang telah dicapai oleh
seseora-ng setelah melakukan sesuatu
pekerjaan / aktivitas tertentu.
Oleh karena itu setiap individu
harus belajar dengan
sebaik-baiknya supaya prestasinya
ber-hasil dengan baik. Sedang
pe-ngertian prestasi juga ada yang
mengatakan prestasi adalah
ke-mampuan.
369
Setiap orang mempunyai
ca-ra atau pedoman sendiri-sendiri
dalam belajar. Pedoman/cara
yang satu cocok digunakan oleh
seorang siswa, tetapi mungkin
kurang sesuai untuk anak/siswa
yang lain. Hal ini disebabkan
karena mempunyai perbedaan
individu dalam hal kemampuan,
kecepatan dan kepekaan dalam
menerima
materi
pelajaran.
Faktor yang paling menentukan
keberhasilan belajar adalah para
siswa itu sendiri. Untuk dapat
mencapai hasil belajar yang
sebaik-baiknya harus
mempu-nyai kebiasaan belajar yang
baik.
B. Faktor-Faktor Yang
Mempenga-ruhi Prestasi Belajar
Dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu: a) Faktor yang
a-da paa-da diri sis-wa itu sendiri yang
kita sebut faktor individu. Faktor
individu antara lain faktor
kema-tangan atau pertumbuhan,
kecer-dasan, latihan, motivasi, dan faktor
pribadi. b) Faktor yang ada pada
luar individu yang kita sebut
de-ngan faktor sosial. Sedangkan
ya-ng faktor sosial antara lain faktor
keluarga, keadaan rumah tangga,
guru, dan cara dalam mengajarnya,
lingkungan dan kesempatan yang
ada atau tersedia dan motivasi
so-sial.
Berdasarkan faktor yang
mem-pengaruhi kegiatan belajar di atas
menunjukkan bahwa belajar itu
merupaka proses yang cukup
kom-pleks. Artinya pelaksanaan dan
ha-silnya sangat ditentukan oleh
fak-tor-faktor di atas. Bagi siswa yang
berada dalam faktor yang
men-dukung kegiatan belajar akan dapat
dilalui dengan lancar dan pada
gi-lirannya akan memperoleh prestasi
atau hasil belajar yang baik.
C. Pengajaran Berbasis Inkuiri
370
Belajar dengan penemuan mem-punyai berbagai keuntungan. Pembe-lajaran dengan inkuiri memacu kei-nginan siswa untuk mengetahui, me-motivasi mereka untuk melanjutan pekerjaannya hingga mereka mene-mukan prinsip-prinsip utama yang menentukan kecepatan silinder ter-sebut. Siswa juga belajar memecah-kan masalah secara mandiri dan me-miliki keterampilan berpikir kritis ka-rena mereka harus selalu menganalisa dan menangani informasi.
Inkuiri adalah seni dan ilmu berta-nya dan menjawab. Inkuiri melibatkan observasi dan pengukuran, pembutan hipotesis dan interpretasi, pembentu-kan model dan pengujian model. Inkuiri menuntut adanya eksperimen-tasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan dan kelamahan metode-metodenya sendiri. Selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru da-pat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sen-diri. Pertanyaannya bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki sendiri dan mereka mencari jawaban sendiri (teta-pi tidak hanya satu jawaban yang be-nar). Siklus inkuiri adalah: (1) Obser-vasi (Observation); (2) Bertanya ( Qu-estioning); (3) Mengajukan dugaan (Hipothesis); (4) Pengumpulan data (Data Gathering); dan Penyimpulan (Conclusion).
Inkuiri adalah satu proses yang bergerak dari langkah observasi sam-pai langkah pemahaman. Inkuiri di-mulai dengan observasi yang menjadi dasar pemunculan berbagai perta-nyaan yang diajukan siswa. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
terse-but dikejar dan diperoleh melalui sua-tu siklus pembuatan prediksi, perumu-san hipotesis, pengembangan cara-ca-ra pengujian hipotesis, pembuatan ob-servasi lanjutan, penciptaan teori dan model-model konsep yang didasarkan pada data dan pengetahuan. Inkuiri menciptakan berbagai kesempatan bagi guru untuk mempelajari bagai-mana otak siswa bekerja. Guru dapat memanfaatkannya untuk menentukan situasi-situasi belajar yang tepat dan memfasilitasi siswa dalam proses pencarian ilmu.
Dalam proses inkuiri, siswa belajar dan dilatih bagaimana mereka harus berpikir kritis. Berpikir kritis me-rupakan slah satu tujuan pendidikan. Ketika siswa belajar berpikir kritis, mereka kan memperlihatkan pikiran-pikiran dan proses-proses sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanya seperti “Ba -gaimana itu kita tahu?” atau “Apa buktinya?”
b. Mengetahui perbedaan antara ob-servasi dan kesimpulan.
c. Mengetahui bahwa semua gagasan ilmiah itu dapat berubah dan bah-wa teori yang ada adalah teori-teo-ri yang terbaik berdasarkan bukti yang kita miliki sejuh nini.
d. Mengetahui bahwa diperlukan bukti yang cukup untuk menarik suatu kesimpulan yang kuat. e. Memberi penjelasan atau
inter-pretasi, memalkukan observasi dan/atau prediksi.
371
digunakan siswa untuk mempertim-bangkan validitas (keabsahan) tuntu-tan atau argument, memahami perik-lanan, dan sebagainya.
(1) Membedakan fakta-fakta yang dapat diverifikasi dan tuntutan nilai-nilai yang sulit diverifikasi (diuji kebenarannya).
(2) Membedakan antara informasi, tuntutan, atau alasan yang rele-van dengan yang tidak relerele-van. (3) Menentukan kecermatan factual
(kebenaran) dari suatu penyata-an.
(4) Menentukan kredibilitas (dapat dipercaya) dari suaut sumber. (5) Mengidentifikasi tuntutan atau
argument yang mendua.
(6) Mengidentifikasi asumsi yang ti-dak dinyatakn.
(7) Mendeteksi bias (menemukan pe-nyimpangan).
(8) Mengidentifikasi kekeliruan-ke-keliruan logika.
(9) Mengenali ketidak- konsistenan logika dalam suatu alur penala-ran.
(10)Menentukan kekuatan suatu
argument atau tuntutan.
Beyer mengingatkan bahwa 10 ke-terampilan berpikir kritis di atas bu-kan merupabu-kan suatu urutan langkah-langkah tetapi lebih merupakan daftar cara yang dapat dilakukan. Dengan cara-cara itu, siswa dapat menangani informasi untuk mengevaluasi apakah informasi itu benar atau masuk akal. Tugas utama dalam mengajarkan ber-pikir kritis kepada siswa adalah mem-bantu mereka belajar tidak hanya ba-gaimana menggunakan tiap-tiap stra-tegi berpikir kritis itu, tetapi juga me-nyampaikan kapan tiap-tiap strategi berpikir kritis itu cocok untuk dipakai.
Proses inkuiri tidak dapat dipisah-kan dari konsep berpikir kritis. Kon-sep berpikir kritis tidak dapat pula di-pisahkan dari konsep inteligensi. Inte-ligensi bukan sesuatu yang hanya dpat diukur dengan tes, buan pula sesuatu yang semata-mata pembawaan genetis secara lahiriah. Howard Gardaner (19-83) menunjukan bahwa intelgensi dapat diubah. “Intelligence is the abi-lity to solve problems or to create products that are valued between one or more cultural settings” (Johnson, 2002:141). Intelligensi tidak dapat di-pisahkan dari konteks di mana manu-sia itu hidup dan berkembang.
372
saleperson, atau guru; (7)
intraper-sonal: biarawan/rohaniawan,
pujangga, atau ahli ilmu jiwa /psikolog; dan (8) naturalist: ahli botani, ahli kebun binatang, atau ahli pertamanan.
Kedelapan jenis inteligensi ini te-lah mengilhami para pendidik untuk mengajar dengan dengan mengac pa-da salah satu pa-dari delapan jenis inteli-gensi tersebut. “Hundred, perhaps thousands, of classrooms around the world rely today on Gardaner’s theory of multiple intelligences to help students realize their latent potential” (Johnson, 2002:141). Apakah kelas berfokus pada siswa yang kurang mampu atau kelas yang siswa-siswanya berbakat, para pendidik me-lihat manfaat mengajar yang sesuai dengan cara-cara untuk mencapai ber-bagai jenis inteligensi yang dikemuka-kan Gardaner.
Setiap siswa mampu mengem-bangkan setiap jenis inteligensidi atas dengan asumsi bahwa siswa belajar dalam suatu lingkungan belajar yang kaya yang memungkikan mereka me-nghubungkan makna dengan konteks. “CTL’s component work together to provide this rich environment, offe-ring students many opportunities to ignite the eight multiple intelligences” (Amstrong, 1994:35). Guru CTL me-nyadari dan menghargai bahwa setiap anak memiliki derajat yang berbeda dalam hal inteligensinya dan bahwa CTL sebagai suatu system holistic berhubungan dengan delapan inte-ligensi yang dibawa setiap anak pada lingkungan belajar.
Delapan inteligensi (Howard Gar-daner, 1983)
Multiple Intelligences
Logika-matematika Peka terhadap pola, keteram-pilan dan sistematika.
Linguistic/ilmu bahasa
Peka terhadap bunyi, ritme, dan makna kata
Musik
Kemapuan menghasilkan dan menghargai ritme, tinggi ren-dah suara, dan warna suara
Spatial/jarak
Kemampuan untuk melaku-kan transformasi mengenai persepsi awal seseorang dan kemampuan mengkreasi kembali aspek-aspek pe-ngalaman visual seseorang.
Bodily-
kinesthetic/fisik-kinestetik
Kemampuan mengontrol ge-rak tubuh seseorangdan kemampuan menangani ob-jek secara terampil.
Inter personal/antar-pribadi
Kemampuan untuk menja-wab atu memberikan reaksi secara tepat berbagai suasana batin, temperamen, motivasi dan keinginanorang lain.
Intapersonal/antar-pribadi
Bagaimana menjiwai pera-saan sendiri, kemampuan mendiskriminasikan berbagi perasaan seseorang, dan kemampuan menarik kesim-pulan untuk menuntun tingkah laku seseorang
Naturalist/alamiah
Mengamati, mengalami dan mengorganisasikan berbagai pola dalam lingkungan ala-miah
373
Kemmis dan Taggart (dalam
Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk
spiral dari sklus yang satu ke siklus
yang berikutnya. Setiap siklus
me-liputi
planning
(rencana),
action
(tindakan),
observation
(pengama-tan), dan
reflection
(refleksi).
Se-belum masuk pada siklus 1
dilakukan tindakan pendahuluan
yang berupa identifikasi
permasa-lahan. Siklus spiral dari
tahap-tahap penelitian tindakan kelas
dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1
Alur Penelitian Tindakan
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum
mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
ter-masuk di dalamnya instrumen
penelitian dan perangkat pembe-lajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pema-haman konsep siswa serta mengamati
hasil atau dampak dari diterapkannya
metode pembelajaran model
pembelajaran terbimbing.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
B. Subyek dan Obyek Penelitian.
Subyek penelitian dalam hal ini adalah guru IPA dalam pembelajaran Inkuiri pada SMP Wilayah Binaan di
Kabupaten Bangkalan Tahun
Pelajaran 2014/2015. Jumlah guru yang diamati atau menjadi subyek penelitian adalah sebanyak 5 orang yang terbagi di 5 SMP di Kabupaten
Bangkalan Tahun Pelajaran
2015/2016 yang semuanya adalah guru IPA.
C. Instrumen Pengumpulan Data dan Tehnik Pengumpulan Data
a. Instrumen Pengumpulan Data.
Instrumen yang digunakan
untuk pengupulan data dalam penelitian ini adalah Instrumen Penilaian Kinerja Guru atau yang isebut IPKG. Dalam penelitian ini digunakan dua instrumen yakni IPKG 1 yang digunakan untuk me-nilai Rencana Pembelajaran yang digunakan oleh Guru dan IPKG 2 yang digunakan untuk menilai kgiatan pembelajaran guru.
IPKG 1 berisi tentang aspek
pengamatan yang berkenaan
Refleksi
Tindakan /
Refleksi
Tindakan /
Refleksi
Tindakan /
Rencana awal/ran
Rencana yang
Rencana yang
Putaran 1
Putaran 2
374
dengan rencana pembelajaran mencakup :
1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran.
2. Pemilihan dan pengembangan materi pembelajaran.
3. Pengorganisasian Materi pela-jaran.
4. Pemilihan sumber / media pembelajaran.
5. Kejelasan skenario pembelaja-ran.
6. Kesesuaian tehnik evaluasi ya-ng direncanakan.
7. Kelengkapan instrumen evalua-si yang direncanakan.
IPKG 2 berisi aspek pegamatan tentang kegiatan pembeajaran kontekstal yang meliputi :
1. Mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Melakukan kegiatan apersep-si.
3. Penguasaan materi pembela-jaran.
4. Mengaitkan materi pembela-jaran dengan pengetahuan lain yang relevan.
5. Menyampaikan materi
pem-belajaran dengan jelas dan runtut sesuai dengan hierarkhi belajar dan karakteristik sis-wa.
6. Mengaitkan materi pembela-jaran dengan realitas kehi-dupan.
7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengn tujuan.
8. Menguasai kelas.
9. Melaksanakan pembelajaran dengan mengaktifkan siswa. 10. Melaksanakan pembelajaran
yang memungkinkan
tum-buhnya kebiasaan positif bagi siswa.
11. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan.
12. Menggunakan media pembe-lajaran secara efektif dan efisien.
13. Menumbuhkan partisipasi ak-tif dalam pembelajaran. 14. Menunjukkan sikap terbuka
terhadap respon siswa.
15. Menubuhkan keceriaan dan
antusiasme siswa dalam
belajar.
16. Memantau/melakukan
penilaian dalam proses. 17. Melakukan penilaian akhir
se-suai dengan tujuan.
18. Penggunaan gaya yang sesuai dan bahasa baik tulis maupun lisan dengan jelas baik dan benar.
19. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.
20. Melakukan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan atau tugas sebagai bagian remidial/ pengayaan.
b. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mengupulkan data pe-nulis menggunakan metode ob-servasi dan dokumentasi. Obser-vasi dilakukan ketika guru melak-sanakan pembelajaran Inkury.
Dokumentasi digunakan untuk menilai rencana pembelajaran yang digunakan guru.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Siklus I
375
Pada tahap ini peneliti melakukan mengumpulkan para guru untuk men-dapatkan penjelasan tentang cara menyusun rencana pembelajaran se-suai dengan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif. Bahan pen-jelasan dan pembahasan tentunya berdasar pengamatan sebelumnya yakni temuan di lapangan dalam pelaksanaan Supervisi, utamaya kekurangan apa yang ditemukan di lapangan untuk disempurnakan pada kegiatan perencaaan pembelajaran.
Selanjutnya dengan bimbingan Pe-ngawas guru penyusunan rencana pembelajaran yang digunakan pada siklus I. Pada perencanaan ini Renca-na pembelajaran yang disusun sesuai dengan ketetentuan pada pembela-jaran dengan model berbasis inkuiri sebagaimana yang diteliti. Tahap perencanaan ini dilaksanakan pada tanggal 25 September 2015.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksana-kan pada tanggal 26 sampai dengan 28 September 2015. Pada tahap ini Guru melakukan kegiatan jaran dengan menerapkan pembela-jaran dengan pembelapembela-jaran koopera-tif sesuai dengan kriteria model ber-basis inkuiri yang telah dibahas pada tahap perencanaan.
c. Observasi
Observasi dilakukan secara bersa-maan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pembelajaran pada siklus I. Fokus observasi adalah bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan guru.
d. Refleksi
Siklus I dilaksanakan sebanyak ti-ga kali pertemuan yaitu pada tangti-gal 2 Oktober 2015. Pembelajaran di-laksanakan masih banyak perlu men-dapatkan penyempurnaan. Seperti pa-da rencana pembelajarannya masih ada 6 orang guru yang belum tuntas atau sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam pembelajaran In-kury. Dalam kegiatan pembelajaran-nya juga masih terdapat 2 orang guru yang belum melaksanakan pem-belajaran sesuai dengan ketentuann yang ditetapkan dalam pembelajaran Inkury.
Untuk itu kekurangan yang ter-dapat pada siklus pertama ini akan dijadikan bahan penyempurnaan pa-da siklus berikutnya. Kekurangan ini disempurnakan pada tahap peren-canaan siklus kedua. Sesuai dengan perencanaan awal bahwa kekurangan pada suatu siklus akan menjadi bahan perbaikan pada siklus berikutnya.
Pada siklus pertama ternyata masih terdapat 6 orang guru yang belum tuntas dalam menyusun rencana pem-belajaran dan terdapat 2 guru yang belum tuntas dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif.
Hasil pengamatan atau observasi pada siklus pertama dapat direkap sebagai berikut.
Tabel 1
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus pertama.
N
O RENTANG NILAI
JML
GURU KET
I RENCANA
PEMBELAJARAN
376 1
2
II
1
2
Sama atau lebih dari 28
PELAKSANAAN.PE MBELAJARAN
Kurang dari 80
Sama atau kebih dari 80
6
2
6
2
Belum berhasil
Berhasil
Belum berhasil
Berhasil
Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2015, di sekolah lokasi penelitian. Peneliti mempelajari hasil refleksi tindakan pada siklus I dan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini masih tetap sama yaitu dengan pe-nerapan pembelajaran Pakem me-ngadakan perbaikan-perbaikan ber-dasarkan hasil refleksi siklus I. Pada siklus 2 ini yang membedakan dengan siklus 1 adalah pada pegamat atau observer yaitu menambah observer, kecuali peneliti observer juga melibat-kan kepala sekolah untuk mengamati kegiatan pembelajaran Inkury.
Kekurangan pada penyusunan ren-cana pembelajaran seperti penyusunan tujuan pembelajaran penyusunan alat evaluasi maupun komponen lain di-sempurnakan pada siklus kedua.
Kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran Inkury terletak pada ke-giatan bahwa guru terlalu mendo-minasi kegiatan sedangkan siswanya relatif pasif, penggunaan media pem-belajaran juga masih sangat kurang optimal, sedangkan penilaian dalam proses belum dilaksanakan oleh guru.
Dengan demikian masih terdapat be-berapa kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran Inkuri.
Kekurangan tersebut disampaikan kepada para guru sebagai subyek pe-nelitian untuk direncanakan dan disempurnakan pada kegiatan siklus kedua. Pada tahap perencanaan siklus kedua inilah guru menyusun rencana pembelajaran dan semua fasilitas yang diperlukan untuk menerapkan pem-belajaran Inkury pada siklus kedua. Dengan persiapan dan masukan yang diberikan oleh peneliti atau pengawas diharapkan perancanaan dan pelak-sanaan pembelajaran Inkury dapat di-lakukan lebih sempurna.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksa-nakan pada tanggal 15 sampai de-ngan 17 Oktober 2015 di lokasi pene-litian. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan yang telah disempurnakan dari siklus pertama. Guru menyampai-kan informasi tujuan pembelajaran ya-ng akan disampaikan. Dalam per-temuan ini tampak berbeda dengan siklus 1, siswa mulai banyak yang ak-tif bertanya maupun mengelurkan pendapat yaitu ada 5 orang bahkan ya-ng menjawab pertanyaan lebih banyak lagi. Di samping itu aktifitas guru sudah mulai terkendali artinya guru tidak terlalu mendominasi kegiatan lagi, guru mulai berperan sebagai motivator dan fasilitator meskipun masih sering muncul dominasi sekali-kali. Meskipun demikian masih ter-dapat beberapa kekuragan jika di-bandingkan dengan rencana pembe-lajaran yang telah disusun.
377
Tahap observasi merupakan taha-pan dalam penelitian dimana peneliti dibantu oleh observer mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran inkury. Pada siklus kedua ini sengja ditambah seorang observer agar pe-ngamatan menjadi lebih cermat dan lebih sempurna dengan demikian hasil penelitian akan lebih akurat.
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, yakni ta-nggal 15 sampai dengan 17 Oktober 2015. Observasi dilakukan secara ber-samaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh in-formasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan pem-belajaran pada siklus 2. Fokus obser-vasi adalah bagaimana proses penera-pan tindakan yang dilakukan pengajar dan siswa, aktivitas-aktivitas siswa, yang meliputi frekuensi bertanya dan menjawab pertanyaan serta rekaman situasi kelas yang lain seperti pe-nggunaan media, penilaian dalam pro-ses selama kegiatan belajar mengajar. Observasi dilakukan oleh peneliti dan kepala sekolah yang bertindak sebagai observer.
Tabel 2
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus kedua.
N
O RENTANG NILAI
JML
GURU KET
I
1
2
I
RENCANA PEMBELAJARAN
Kurang dari 28
Sama atau lebih dari 28
PELAKSANAAN.PEM BELAJARAN
Kurang dari 80
4
4
Belum berhasil
Berhasil
I
1
2
Sama atau kebih dari 80
3
5 Belum berhasil
Berhasil
d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap untuk merenungkan tentang hasil pe-ngamatan atau obsevasi yang di-lakukan baik oleh observer maupun oleh peneliti. Dari hasil observasi ter-nyata masih ada beberapa hal yang perlu disempurnakan seperti penggu-naan media pembelajaran artinya pe-nggunaan media pembelajaran kurang efektif, penilaian dalam proses belum dilaksanakan oleh guru, serta guru masih kurang maksimal dalam me-ngaktifkan siswa.
B. Pembahasan
Hasil pengamatan pada rencana pembelajaran pada siklus pertama dan siklus kedua terdapat perubahan yang sangat signifikan. Hasil pengamatan pada siklus pertama masih banyak di-temukan kekurangan sehingga pro-sentase keberhasilan masih dibawah kiteria keberhasilan atau kriteria ke-tuntasan dalam penelitian. Hasil
pe-ngamatan tentang pelaksanaan
378
Tabel 3
Perbandingan Hasil Pengamatan Tentang Rencana Pembelajaran Masing masing
siklus
Kurang dari 28
Sama atau Lebih
Berdasar perbandingan nilai pada tabel tersebut diatas dapatlah disim-pulkan bahwa: Pada siklus pertama masih terdapat 6 orang guru yang be-lum mencapai nilai minimal ke-berhasilan dalam menyusun rencana pembelajaran sedangkan pada siklus kedua 4 guru telah tuntas atau berhasil dalam menyusun rencana pembela-jaran. Pada siklus ketiga tidak ada seorang gurupun yang hasil/ nilai penyusunan rencana pembelajarannya kurang 28. Semua guru hasil/ nilai penyusunan rencana pembelajarannya adalah 28 kelas.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi akademik dengan pembelajaran Inkuiry dapat mening-katkan kemampuan guru dalam me-nyusun rencana pembelajaran.
Perbandingan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dalam ben-tuk tabel adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Perbandingan Hasil Pengamatan Tentang
Pelaksanaan Pembelajaran Masing masing siklus
Kurang dari 80
Sama atau
Berdasar rekapitulasi dan pebandi-ngan hasil pengamatan tentang pe-laksanaan pembelajaran kontekstual dapatlah disimpulkan bahwa :
1. Pada siklus pertama masih terdapat 6 guru yang mendapatkan hasil kurang dari 80 sedang yang tuntas sebanyak 2 orang guru artinya tingkat keberhasilannya mencapai 60%.
2. Pada siklus kedua terdapat 4 orang guru yang mendapat nilai dibawah kriteria keberhasilan,artinya ting-kat ketuntasannya mencapai 80%. 3. Pada siklus ketiga didapatkan
kon-disi guru bahwa tidak ada satupun orang guru yang mendapatkan ha-sil dibawah 80 dalam pengamatan yang dilakukan peneliti. Artinya prosentase keberhasilan pada sik-lus ketiga mencapai 100 %, dengan demikian guru telah mencapai kri-teria keberhasilan dalam melak-sanakan model pembelajaran in-kuiry.
Keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
379
b. dengan yang ditandai dengan ang-gapan dan pembelajaran Inkuiry kepada guru. Karena dengan pem-belajaran Inkuiry ini guru tidak merasa disalahkan, tetapi diajak berfikir bersama atas permasalahan yang dihadapi, atas kondisi yang ada dan akhirnya pengawas se-bagai nitra guru memfasilitasi ke-butuhan guru dalam meningkatkan kinerjanya.
c. Guru lebih terbuka jika diajak mu-syawarah layaknya mitra kerja dalam membahas dan menyempur-nakan kekurangan yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas. d. Guru tidak lagi merasa takut jika
didatangi pengawas sekolah, bah-kan diharapbah-kan agar pengawas se-ring-sering datang ke sekolah. Hal tersebut disebabkan karena keha-diran pengawas ke sekolah sangat membantu guru dalam melaksana-kan tugas.
Simpulan
Berdasar hasil penelitian dan pem-bahasan dapatlah disimpulkan bahwa : “Supervisi Akademik dapat Meningkat -kan Kemampuan Guru dalam Menerap-kan Pembelajaran Berbasis Inkuiri baik dalam Menyusun RPP maupun Penera-pan Pembalajaran di SMP dalam wilayah binaan di Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu. Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Melvin, L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhadi, dkk. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).
Riduwan. 2004. Belajar Mudah
Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.