PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS COACHING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU
RUMPUN MATA PELAJARAN IPA DALAM MENERAPKAN
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI
DI SMAN UNGGUL ACEH TIMUR
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan
Oleh:
JEFRI SONI
NIM : 8126132055
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS COACHING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU
RUMPUN MATA PELAJARAN IPA DALAM MENERAPKAN
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI
DI SMAN UNGGUL ACEH TIMUR
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan
Oleh:
JEFRI SONI
NIM : 8126132055
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRACT
JEFRI SONI. Application of academic supervision based coaching to improve the capabilities of sciences group subject teachers in applying inquiry learning strategy in SMAN Unggul Aceh Timur. A Thesis of Educational Administrastion program of study. Post-Graduated Programme State University of Medan (UNIMED). 2014.
ii ABSTRAK
JEFRI SONI. Penerapan Supervisi Akademik Berbasis Coaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Guru Rumpun Mata Pelajaran IPA Dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Inkuiri di SMAN Unggul Aceh Timur. Tesis. Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri medan (UNIMED). 2014.
iii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik
dan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Tesis yang diberi judul “Penerapan Supervisi Akademik Berbasis
Coaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Guru Rumpun Mata
Pelajaran IPA dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Inkuiri di SMAN
Unggul Aceh Timur” disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Magister Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof.Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Prof.Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M. Pd selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
3. Dr. Ir. Darwin, M.Pd selaku Ketua Prodi Administrasi Pendidikan dan Dr.
Paningkat Siburian, M.Pd selaku Sekretaris Prodi Administrasi Pendidikan.
4. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd dan Prof. Dr. Sahat Siagian, M. Pd selaku
Dosen Pembimbing Tesis yang telah memberikan arahan-arahan dan petunjuk
dalam penyelesaian tesis ini.
5. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M. Pd, Dr. Yasaratodo Wau, M. Pd, dan Dr.
Saut Purba, M. Pd sebagai narasumber yang telah memberikan masukan dan
iv
6. Dr. Arif Rahman, M.Pd sebagai Asisten Direktur I, dan Prof. Dr. Sahat
Siagian, M. Pd sebagai Asisten Direktur II beserta staf pegawai Program Studi
Administrasi Pendidikan Pascasarjana UNIMED.
7. Para Dosen di Program Pascasarjana UNIMED yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.
8. Bapak Drs. Purwadi Sutanto, M.Si, selaku Direktur Pembinaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Menengah (P2TK DIKMEN) Direktorat Jendral
Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah
memberikan kesempatan kepada Penulis pada Program Beasiswa Peningkatan
Kualifikasi Pengawas/ Calon Pengawas Sekolah Tahun 2012.
9. Bapak Hasballah Bin M Thaib selaku Bupati Aceh Timur dan Bapak Abdul
Munir, SE, MAP selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur
yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk mengikuti tugas belajar
pada Program Pascasarjana UNIMED.
10. Bapak Drs. M Thaib M Syah, M.Pd sebagai Kepala SMAN Unggul Aceh
Timur, dan Guru-guru dan staf pegawai SMAN Unggul Aceh Timur yang
telah banyak membantu selama penelitian ini dilaksanakan.
11. Orang tua Penulis, Bapak Rahman Silitonga dan Ibu Roslina Br Tambunan,
dan Mertua Penulis Bapak H.Syahruddin AB dan Ibu Hj.Srimiati yang telah
memberikan do’a dan dukungan sehingga Penulis menyelesaikan studi dengan
baik.
12. Istri tercinta Rita Sari, M. Pd dan anak-anak tersayang (Jannatul Assyauqi dan
Shafiyyatul Mauli) yang telah banyak memberikan dukungan baik secara
moril maupun materil serta dorongan dan do’a sehingga Penulis dapat
v
13. Teman-teman mahasiswa Program Studi Administrasi Pendidikan
Pascasarjana UNIMED Konsentrasi Kepengawasan 2012 yang memberikan
motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan tesis ini.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
tesis ini, namun Penulis menyadari banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa, untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini. Kiranya tesis ini akan
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Medan, 7 Juni 2014 Penulis
Daftar Ist
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BEPIKIR, PENELITIAN RELEVAN, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoritik ... 16
1. Kemampuan Mengajar Guru ... 16
2. Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 21
D. Supervisi Akademik Berbasis Coaching ... 29
vii
D. Prosedur Penelitian ... 49
E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 5D 1. Teknik Pengumpulan Data ... 5D 2. Instrumen Penelitian ... 5D F. Teknik Analisis Data ... 56
G. Indikator Keberhasilan Tindakan ... 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal ... 57
B. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 1 ... 59
C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 2 ... 66
D. Pembahasan ... 7D BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 77
B. Implikasi ... 77
C. Saran ... 78
Daftar Pustaka ... 79
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Telaah RPP Guru Rumpun Mata Pelajaran IPA Kelas X ... 7
Tabel 1.2 Data Observasi kemampuan guru rumpun mata pelajaran IPA di Kelas X menggunakan strategi pembelajaran inkuiri ... 8
Tabel 2.1 Kegiatan Supervisi Akademik ... 35
Tabel 3.1 Data Subjek Penelitian ... 48
Tabel 3.2 Kisi-kisi pengembangan instrumen penilaian RPP/ APKG I ... 53
Tabel 3.3 Kisi-kisi pengembangan instrumen penilaian kegiatan pembelajaran guru ... 55
Tabel 4.1 Hasil rata-rata kemampuan guru menyusun RPP ... 57
Tabel 4.2 Hasil Rata-rata kemampuan guru melaksanakan pembelajaran inkuiri ... 58
Tabel 4.3 Pelaksanaan pertemuan coaching per individu siklus 1 ... 60
Tabel 4.4 Rekapitulasi kemampuan guru menyusun RPP siklus 1 ... 62
Tabel 4.5 Rekapitulasi kemampuan guru melaksanakan pembelajaran siklus 1 ... 63
Tabel 4.6 Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri siklus 1 ... 64
Tabel 4.7 Rekapitulasi rata-rata kemampuan guru menerapkan SPI siklus 1 ... 64
Tabel 4.8 Pelaksanaan pertemuan coaching per individu siklus 2 ... 68
Tabel 4.9 Rekapitulasi kemampuan guru menyusun RPP siklus 2 ... 70
Tabel 4.10 Rekapitulasi kemampuan guru melaksanakan pembelajaran siklus 2 ... 70
Tabel 4.11 Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri siklus 2 ... 71
Tabel 4.12 Rekapitulasi rata-rata kemampuan guru menerapkan SPI siklus 2 ... 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir ... 47
Gambar 3.1 Modee Peneeitian Tindakan Kemmis dan Mc Taggart ... 50
Gambar 4.1 Diagram kemampuan guru menerapkan SPI sikeus 1 ... 65
Gambar 4.2 Diagram kemampuan guru menerapkan SPI sikeus 2 ... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Coaching Plan siklus 1 ... 83
Lampiran 2 Coaching Plan siklus 2 ... 84
Lampiran 3 Tabel Hasil Pelaksanaan Penelitian Setiap Siklus ... 85
Lampiran 4 Jadwal/ Tanggal Penelitian setiap siklus ... 86
Lampiran 5 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Kemampuan Guru Menyusun RPP Inkuiri ... 87
Lampiran 6 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Inkuiri ... 88
Lampiran 7 Rekapitulasi Nilai Mata Pelajaran Per Kelas ... 89
Lampiran 8 Instrumen Penilaian Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran (RPP) ... 90
Lampiran 9 Instrumen Observasi Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran SPI ... 91
Lampiran 10 Lembar Hasil Penilaian RPP Guru Setiap Siklus ... 92
Lampiran 11 Lembar Hasil Observasi Kemampuan Guru Melaksanakan SPI Setiap Siklus ... 110
Lampiran 12 Rekapitulasi Nilai Mata Pelajaran Per Kelas ... 123
Lampiran 13 Rangkuman Pelaksanaan Coaching Individu Per Subjek Penelitian ... 128
Lampiran 14 Lembar Observasi Pelaksanaan Supervisi Akademik Berbasis Coaching Setiap Siklus ... 158
Lampiran 15 Biodata dan Pengalaman Kerja Subjek Penelitian ... 160
Lampiran 16 Surat Pernyataan Kesediaan Subjek Penelitian Untuk Mengikuti Coaching ... 161
Lampiran 17 Kumpulan RPP Subjek Penelitian Setiap Siklus ... 166
Lampiran 18 Dokumentasi penelitian ... 226
Lampiran 19 Surat Keputusan Pembimbing Tesis ... 231
vii
Lampiran 21 Surat Izin Melakukan Penelitian Lapangan dari Pascasarjana
UNIMED ... 233 Lampiran 22 Surat Izin Melakukan Penelitian dari Dinas Pendidikan
Kabupaten Aceh Timur ... 234 Lampiran 23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMAN
1
BABBI
PENDAHULUAN
BB
A. LatarBBelakangBMasalahB
Komponen sistem pendidikan terdiri dari person (guru dan siswa), media
(alat dan bahan), metode atau pendekatan, pesan (materi), dan setting/ lingkungan.
Salah satu unsur terpenting di antara komponen tersebut adalah guru. Sebab guru
merupakan tenaga kerja yang tersedia dalam masyarakat yang merupakan tenaga
penggerak utama sistem pendidikan. Keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah
tidak terlepas dari kompetensi guru dalam dimensi kompetensi guru yang meliputi
kompetensi profesional, kompetensi paedagogi, kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Sanjaya (2011:13)
yang menyatakan bahwa bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum
pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa
diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka
semuanya akan kurang bermakna.
Tiga pilar utama yang menunjukkan bahwa guru telah mampu bekerja
secara profesional dalam melaksanakan tugas kependidikan adalah (a) menguasai
materi pembelajaran, (b) profesional dalam menyampaikan materi pembelajaran
kepada siswa, dan (c) berkepribadian matang (Aqib dan Rohmanto, 2007:47).
Tiga pilar tersebut saling terkait dan mendukung satu sama lain untuk
meningkatkan kinerja pembelajaran. Kinerja pembelajaran menentukan tingkat
keberhasilan dan kesesuaian hasil belajar siswa dengan tujuan yang telah
ditentukan. Sedangkan tingkat keberhasilan dan kesesuaian hasil belajar siswa
dengan tujuan sangat dipengaruhi oleh kinerja guru. Seiring dengan berjalannya
2
waktu, kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran, penyampaian
materi pembelajaran, dan kepribadiannya diharapkan semakin meningkat,
sehingga mampu membangun suasana pembelajaran yang produktif, kreatif, dan
inovatif, yakni suatu pembelajaran yang mampu meningkatkan mutu lulusan.
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan wajib diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan
pendidikan. Untuk itu setiap satuan pendidikan harus melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian
kompetensi lulusan.
Namun kenyataan dilapangan seperti yang diungkapkan oleh Rektor
Universitas Syiah Kuala, Prof. Syamsul Rizal, M. Eng, Kamis (30 Mei 2013)
dalam seminar yang bertema “Kepedulian Bersama Mendukung Kemajuan
Pembangunan Aceh” bahwa sekitar 50 persen guru yang ada di Aceh dalam
kondisi tidak layak berdiri didepan kelas. Kemampuan mereka tidak lebih baik
dari anak SMP. (Juli, M dalam theglobejurnal.com, 2013)
Zulfikar (2010) mengungkapkan ada 3 faktor penyebab tidak efektifnya
metode pendidikan Barat di Aceh bahkan di Indonesia. Pertama, guru di Indonesia
terkungkung oleh peraturan pemerintah tentang pendidikan, dimana target
3
tidak memiliki kesempatan untuk mengoptimalkan kemampuan siswa karena
disibukkan mengejar target kurikulum. Kedua, sekolah di Aceh cendrung besar,
artinya satu ruangan kelas dipenuhi oleh lebih kurang 35 sampai dengan 40 siswa.
Kenyataan ini menyebabkan metode-metode yang sudah terbukti efektif menjadi
bumerang, dan tentu sulit untuk diimplimentasikan. Ketiga, siswa di Aceh belum
mampu mengikuti pelajaran yang menggunakan LC (learner centered) dan DT
(demncratic teaching). Di dalam LC, guru diharapkan mampu menggerakkan
anak didik untuk berekspresi.
Sejak Juli 2013, implementasi kurikulum 2013 telah dilaksanakan secara
terbatas dan bertahap pada beberapa jenjang satuan pendidikan. Kurikulum 2013
lebih menekankan pada pembentukan karakter siswa dan berbasis kompetensi.
Pada kurikulum 2013, pelibatan siswa dalam proses pembelajaran harus
menggunakan pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata
pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan
pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discnvery/inquiry learning).
Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya
kontekstual. baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (prnject based learning).
Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak
semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan
semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri (Sanjaya, 2011:131).
4
siswa, pertimbangan lainnya dalam memilih strategi yang danggap cocok untuk
diterapkan.
Ditinjau dari konteks mata pelajaran, pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan.
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.
Sejalan dengan hal itu, Natinnal Research Cnuncil (1996) dalam Witarsa
(2011:38) menyebutkan enam standar guru dalam melaksanakan pembelajaran
sains sebagai berikut: (1) Dapat merencanakan pembelajaran sains yang berbasis
inkuiri; (2) Melaksanakan pembelajaran sains yang mengarahkan dan
memfasilitasi siswa dalam belajar; (3) Melaksanakan penilaian yang disesuaikan
dengan kegiatan guru mengajar dan sesuai dengan pembelajaran siswa; (4)
Mengembangkan pembelajaran dari lingkungan dimana siswa belajar; (5)
Menciptakan masyarakat pembelajar sains; dan (6) Merencanakan dan
mengembangkan pembelajaran dari program sains sekolah.
Proses pembelajaran IPA di Indonesia masih terlalu berorientasi terhadap
penguasaan teori dan hafalan yang menyebabkan kemampuan belajar peserta
5
guru (teacher centered) cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta
pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran yang
menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan kurang optimal (Puskur
Balitbang Depdiknas, 2007:21)
Salah satu strategi pembelajaran yang sesuai adalah strategi pembelajaran
inkuiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2011:153) yang menyatakan
pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu
siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu rancangan kegiatan pembelajaran yang
digunakan dalam pembelajaran dan mengacu pada suatu cara untuk
mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu
gejala (Koes, 2003:12). Joyce, dkk (2011:202) menyatakan tujuan umum inkuiri
adalah membantu siswa mengembangkan displin intelektual dan keterampilan
yang mumpuni untuk meningkatkan pertanyaan-pertanyaan dan pencarian
jawaban yang terpendam dari rasa keingintahuan mereka.
Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dalam proses pembelajaran perlu
diawasi dan diperbaiki bahkan dikembangkan. Pelaksanaan pengawasan proses
pembelajaran dilakukan melalui supervisi, baik oleh kepala sekolah ataupun
pengawas sekolah. Supervisi pengajaran merupakan kegiatan dalam administrasi
pendidikan yang mengkonsentrasikan kawasannya pada berbagai usaha untuk
membantu guru dalam proses perbaikan pengajaran (Soetjipto, 1999:235).
Supervisi terhadap pembelajaran harus dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan. Supervisi yang dilaksanakan di sekolah memberikan peluang
6
mereka. Kemampuan profesional ini tercermin pada kemampuan guru
memberikan bantuan belajar kepada siswanya. Sehingga terjadi perubahan
perilaku. Supervisi harus dilaksanakan oleh supervisor secara konstruktif dan
kreatif dengan cara mendorong inisiatif guru untuk ikut aktif menciptakan suasana
kondusif yang dapat membangkitkan suasana kreativitas siswa dalam belajar
(Sagala, 2010:95).
SMA Negeri Unggul Aceh Timur merupakan salah satu satuan pendidikan
yang menerapkan sistem bnarding schnnl (sekolah berasrama). SMA Negeri
Unggul Aceh Timur juga telah melaksanakan kurikulum 2013 secara bertahap
pada tingkatan kelas X. Proses pembelajaran di sekolah ini menggunakan media
berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yaitu pembelajaran yang
dilengkapi dengan media komputer, internet, dan LCD prnjectnr. Struktur
kurikulum di sekolah ini juga memiliki jumlah jam pelajaran yang telah ditambah
dari struktur kurikulum standar nasional, sehingga rata-rata beban kerja guru
melebihi beban kerja minimal 24 jam pelajaran atau relatif tinggi.
Hasil wawancara dengan guru-guru di SMA Negeri Unggul Aceh Timur
pada studi pendahuluan tanggal 8 Oktober 2013 sampai dengan 19 Oktober 2013,
dari 30 orang guru diperoleh data bahwa hanya 40 % (12 orang) guru yang
menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap kali pembelajaran
di kelas. Proses pembelajaran yang dilaksanakan hanya berdasarkan keinginan
guru dan juga kondisi siswa di kelas. RPP hanya berupa snftcnpy di dalam laptop
dan tidak dicetak untuk dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar, sehingga
7
Salah satu kewajiban guru sebelum melaksanakan pembelajaran adalah
menyusun perangkat pembelajaran. RPP merupakan pedoman dan arahan tentang
kegiatan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran oleh guru dari awal
sampai dengan berakhirnya pembelajaran. Dalam arti bahwa agar apa yang
diinginkan setelah proses pembelajaran berlangsung para peserta didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu sebagaimana yang ditentukan. Jika
proses pembelajaran yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang telah
direncanakan dalam RPP sebelumnya, tentu sudah bisa dipastikan bahwa proses
pembelajaran akan berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas (Suhatman, 2013:1).
Hasil telaah RPP yang telah disusun oleh 5 orang guru rumpun mata
pelajaran IPA di kelas X diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil Telaah RPP Guru Rumpun Mata Pelajaran IPA Kelas X
NoB AspekBYangBDinilaiB G1B G2B GuruBG3B G4B G5B SkorBRata-rataB%B
1 Kemampuan merumuskan tujuan
pembelajaran 3 4 4 2 3 3.20 80.00 2 Kemampuan mengorganisasikan
bahan pembelajaran 2 1 3 1 1 1.60 40.00 3 Kemampuan menentukan strategi
mengajar 4 4 4 4 4 4.00 100.00 4 Kemampuan menentukan
langkah-langkah mengajar 2 2 1 2 1 1.60 40.00 5 Kemampuan menentukan alokasi
waktu 1 1 4 3 1 2.00 50.00 6 Kemampuan menentukan
sumber, media, dan alat 4 4 4 1 0 2.60 65.00 7 Kemampuan menentukan bentuk,
prosedur, dan alat penilaian 4 0 1 2 3 2.00 50.00 Skor maksimal ideal = 28 20 16 21 15 13 17.00 60.71
% 71.43 57.14 75.00 53.57 46.43 60.71
Dari data di atas diketahui bahwa terdapat kelemahan guru dalam
mengorganisasikan bahan pembelajaran (40%), menentukan langkah-langkah
8
media, dan alat (65%), dan kemampuan guru menentukan bentuk, prosedur dan
alat penilaian (50%).
Hasil wawancara terhadap guru tentang metode pembelajaran yang
diterapkan guru rumpun mata pelajaran IPA juga diketahui bahwa guru telah
mengetahui tentang pemilihan strategi atau metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran maupun kondisi siswa, namun guru lebih
sering menerapkan metode ekspositori, metode diskusi, tanya jawab, dan model
kooperatif daripada melaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran
inkuiri atau discnvery dikarenakan menyita waktu yang terlalu banyak baik pada
persiapan maupun pelaksanaannya. Seyogyanya menurut Trianto (2011:137)
hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala atas dasar
sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah. Sehingga, IPA
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran guru rumpun mata pelajaran
IPA di kelas X dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri pada tanggal
16-19 Oktober 2013 diperoleh data sebagai berikut;
Tabel 1.2 Data Observasi kemampuan guru rumpun mata pelajaran IPA di kelas X menggunakan strategi pembelajaran inkuiri
NoB TahapanB G1B G2B GuruBG3B G4B G5B SkorBRata-rataB%B
9
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa dalam melaksanakan
pembelajaran inkuiri hanya mencapai 34,17% kesesuaian pada seluruh aspek
tahapan penilaian. Aspek yang paling rendah adalah pada aspek merumuskan
hipotesa (15%) dan merumuskan kesimpulan (25%).
Nilai rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA
hanya berkisar 65 sampai dengan 70 dengan tingkat rata-rata ketuntasan klasikal
hanya mencapai 70 % setiap kali diadakan ulangan harian siswa. Guru juga
mengungkapkan rata-rata siswa kelas X tahun pelajaran 2013/2014 masih kurang
memahami langkah-langkah dalam metode ilmiah, sehingga guru banyak
menghabiskan waktu dalam menjelaskan prosedur praktikum jika melakukan
suatu percobaan.
Masalah lainnya adalah frekuensi kunjungan pengawas sekolah periode
2010-2012 di SMA Negeri Unggul Aceh Timur sangat jarang. Tahun Pelajaran
2012/2013 pengawas sekolah hanya datang berkunjung dan bertemu dengan guru
untuk melakukan pertemuan secara umum tanpa adanya observasi ke kelas
apalagi memberikan umpan balik terhadap kinerja guru. Metode supervisi yang
dilakukan pengawas sekolah hanya terbatas pada supervisi umum dan
penyampaian informasi melalui rapat guru. Dari data angket diketahui bahwa guru
mengharapkan adanya pendampingan dan pembinaan yang rutin dari pengawas
sekolah mengenai informasi terkini seputar kebijakan pendidikan oleh pemerintah,
terutama seputar pelaksanaan kurikulum 2013.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka perlu
dilakukan pelaksanaan pendampingan dan pembinaan berupa supervisi pengajaran
10
pembelajarannya yang lebih bersifat kolaboratif, reflektif, dan dilaksanakan secara
berkesinambungan. Dalam hal ini terutama dalam membina guru tentang praktik
mengajar guru dengan strategi pembelajaran inkuiri.
Peningkatan kemampuan mengajar guru dalam melaksanakan
pembelajaran dengan metode tertentu biasanya dilakukan dengan cara supervisi
atau bimbingan teknis melalui pelatihan, wnrkshnp, kegiatan MGMP secara rutin,
maupun guru belajar melalui teman ataupun studi literasi dari buku maupun
internet. Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan Widodo, dkk (2006)
dalam Widodo, dkk (2011:58) terungkap salah satu kendala penerapan yang
terkait dengan isi pelatihan/penataran adalah kurang sesuainya materi pelatihan
dengan kebutuhan lapangan. Dari sisi dukungan pasca pelatihan/penataran,
kegiatan yang ada selama ini sebagian besar belum diikuti dengan mnnitnring dan
evaluasi yang memadai. Selain itu, tidak ada evaluasi, dukungan nyata dari
sekolah (waktu, sarana, dan dana) juga kurang memadai.
Lebih lanjut Widodo, dkk (2011:59) menyatakan untuk mengubah praktek
mengajar, seorang guru memerlukan lebih dari sekedar penjelasan bagaimana cara
mengajar yang baik. Supaya setelah mengikuti suatu program peningkatan
kemampuan mengajar guru bisa mempraktekkan apa yang diperoleh, program
tersebut harus bisa membuat guru reflektif, memperhatikan prinsip perubahan
konsepsi guru tentang belajar mengajar, memperhatikan aspek emosi guru, dan
memberikan dukungan di lapangan. Salah satu alternatif program peningkatan
profesioalisme guru yang memperhatikan motivasi dan kebutuhan individual guru
adalah cnaching.
11
Clinical supervisinn and cnaching as ways tn help teachers research their practice. Clinical supervisinn and cnaching are gnnd examples nf a balanced apprnach tn supervisinn-infnrmal tn be respnnsive tn teacher’s need and interests and fnrmal ennugh tn ensure that agreed-upnn standards nf gnnd teaching are alsn given attentinn. Cnaching takes a number nf different fnrms but at its rnnt share the pnsture nf clinical supervisinns.
Supervisi klinis dan cnaching sebagai arah untuk membantu guru-guru
meneliti pembelajaran mereka. Supervisi klinis dan cnaching merupakan contoh
pendekatan yang baik dalam supervisi, secara informal memahami kebutuhan dan
ketertarikan guru dan cukup formal untuk menjamin standar kesepakatan
pembelajaran yang baik untuk diperhatikan. Cnaching memiliki format yang
berbeda namun mirip dengan susunan pada supervisi klinis.
Menurut Fischler (2004) dalam Riandi, dkk (2008:2) program cnaching
merupakan suatu program yang dirancang untuk membantu guru menemukan
kelebihan dan kekurangannya serta memberikan saran untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru. Cnaching bertujuan untuk mendorong mereka agar
dapat mengembangkan diri dan memperbaiki kinerjanya melalui refleksi
bagaimana mereka menerapkan suatu keterampilan dan pengetahuan tertentu
dalam menangani sasaran kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
Duit, Widodo, dan Mueller (2007) dalam Riandi dkk (2008:4) selanjutnya
menyatakan bahwa Cnaching bisa membantu cnachee yakni guru untuk
menyadari kelemahan dalam dirinya yang perlu diperbaiki, mendapatkan ide
untuk memperbaiki kelemahan yang dimilikinya, dan memotivasi mereka untuk
meningkatkan kemampuan diri.
Pelaksanaan cnaching di sekolah oleh pengawas, kepala sekolah dan guru
sangat penting dilakukan dalam mendukung implementasi kurikulum 2013. Agar
12
menggunakan prinsip kerjasama, berbagi, menjembatani gap, formal dan
informal, kemitraan, motivasi, fokus, saling percaya, dan rasa hormat
(Kemdikbud, 2013:19).
Berdasarkan paparan di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian
tindakan sekolah berupa penerapan supervisi akademik berbasis cnaching untuk
meningkatkan kemampuan mengajar guru rumpun mata pelajaran IPA dalam
menerapkan strategi pembelajaran inkuiri di SMA Negeri Unggul Aceh Timur.
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi demi peningkatan kualitas
pembelajaran di sekolah unggulan Kabupaten Aceh Timur tersebut khususnya.
B. IdentifikasiBMasalahB
Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan mengajar guru
menerapkan strategi pembelajaran inkuiri antara lain: (a) rendahnya motivasi diri
guru untuk menerapkan strategi pembelajaran yang membutuhkan waktu yang
relatif cukup lama, (b) beban kerja guru yang relatif tinggi, (c) minimnya program
pelatihan/penataran yang diikuti guru, (d) kurangnya wawasan guru tentang
strategi pembelajaran efektif, (e) iklim yang kurang kondusif di sekolah, dan (f)
rendahnya intensitas kepala/pengawas sekolah dalam melakukan supervisi
akademik.
Untuk membantu guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran inkuiri
dapat dilakukan pembimbingan/ pelatihan berupa kegiatan bimbingan teknis
melalui wnrkshnp, MGMP ataupun supervisi akademik baik yang bersifat
kelompok maupun individual seperti percapakapan individu, kunjungan kelas,
13
pembimbingan harus disesuaikan dengan kondisi guru dan merupakan kegiatan
yang mampu meningkatkan potensi guru dan merefleksi kegiatan guru. Supervisi
akademik berbasis cnaching merupakan salah satu kegiatan pembimbingan
informal secara individual untuk memperbaiki kinerja guru melalui refleksi
bagaimana mereka menerapkan suatu keterampilan dan pengetahuan tertentu
dalam menangani sasaran kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
B
C. PembatasanBMasalahB
Penelitian tindakan ini dibatasi hanya pada kemampuan mengajar guru
dalam menerapkan strategi pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran inkuiri
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam
melaksanakan pembelajaran IPA pada kurikulum 2013. Penerapan strategi
pembelajaran inkuiri dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran.
Secara teoritis terdapat beberapa metode/teknik pembimbingan untuk
meningkatkan kemampuan mengajar guru dalam menerapkan strategi
pembelajaran. Kegiatan pembimbingan dapat dilakukan melalui supervisi
akademik metode kelompok maupun metode individual. Pada penelitian ini hanya
difokuskan pada supervisi akademik berbasis cnaching. Pemilihan cnaching
didasarkan pada pertimbangan, yaitu: Cnaching dapat dilaksanakan secara
informal dan individual sehingga tidak mengganggu tugas guru, dan melalui
cnaching dapat mendorong guru agar dapat mengembangkan diri dan
memperbaiki kinerjanya melalui refleksi.B
14
D. RumusanBMasalahB
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah melalui penerapan supervisi akademik berbasis cnaching dapat
meningkatkan kemampuan mengajar guru rumpun mata pelajaran IPA dalam
menerapkan strategi pembelajaran inkuiri di SMAN Unggul Aceh Timur?
B
E. TujuanBPenelitianB
Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengajar guru rumpun mata
pelajaran IPA dalam menerapkan strategi pembelajaran inkuiri melalui penerapan
supervisi akademik berbasis cnaching di SMAN Unggul Aceh Timur.B
B
F. ManfaatBPenelitianB
Manfaat penelitian adalah:
1. Manfaat teoritis: Bagi dapat memperkaya khasanah pengetahuan
konseptual dan penelitian terutama dalam supervisi pendidikan dalam
pengembangan kemampuan profesional guru.
2. Manfaat praktis:
a. Bagi supervisor pendidikan, konsep supervisi akademik berbasis
cnaching dapat dijadikan sebagai alternatif untuk pelaksanaan
supervisi pendidikan khususnya peningkatan kemampuan mengajar
guru dalam hal penerapan strategi pembelajaran.
b. Bagi guru, mampu meningkatkan kompetensi paedagogik dan
15
c. Bagi sekolah, dengan adanya supervisi akademik berbasis cnaching
dapat membantu meningkatkan kinerja sekolah dalam menerapkan
kurikulum 2013
d. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian berikutnya yang berkaitan
dengan teknik dan metode supervisi pendidikan.
77
BABBVB
SIMPULAN,BIMPLIKASI,BDANBSARAN
BB
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian maka dapat ditarik simpulan
bahwa ;
1. Penerapan supervisi akademik berbasis coaching dapat meningkatkan
kemampuan guru rumpun mata pelajaran IPA dalam menerapkan strategi
pembelajaran inkuiri di SMAN Unggul Aceh Timur.
2. Peningkatan kemampuan guru terbaca dari peningkatan persentase skor
siklus 1 dan siklus 2 dalam hal:
a. Menyusun RPP dari skor rata-rata 75,71% meningkat menjadi 97,14%
b. Melaksanakan strategi pembelajaran inkuiri dari skor rata-rata 67,50%
meningkat menjadi 87,22%
3. Penerapan strategi pembelajaran inkuiri memiliki pengaruh terhadap
pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini terbaca dari peningkatan rata-rata
persentase ketuntasan klasikal siswa dari 89,52% pada siklus 1 meningkat
menjadi 95,24% pada siklus 2.
B. Implikasi
Telah teruji melalui penelitian bahwa kemampuan mengajar guru dalam
menerapkan strategi pembelajaran inkuiri dapat ditingkatkan melalui penerapan
supervisi akademik berbasis coaching. Artinya salah upaya efektif yang dapat
digunakan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya menerapkan
strategi pembelajaran adalah dengan melaksanakan supervisi akademik berbasis
78
coaching. Supervisi akademik berbasis coaching dapat dilakukan melalui situasi
formal maupun informal secara perorangan untuk mengarahkan guru
merefleksikan pembelajaran yang telah ia lakukan di kelas dengan cara
pendekatan kolaboratif dengan 6 langkah efektif. Supervisi akademik berbasis
coaching dapat digunakan oleh supervisor baik kepala sekolah maupun pengawa
sekolah untuk mendampingi guru meningkatkan kemampuannya meskipun dalam
kondisi beban kerja yang tinggi.
C. Saran
1. Dinas Pendidikan sebagai lembaga yang berwenang dalam hal kebijakan
pendidikan diharapkan dapat menyusun program pelatihan bagi supervisor
pendidikan tentang penerapan program coaching di sekolah.
2. Supervisor Pendidikan, baik Kepala Sekolah maupun Pengawas Sekolah
agar melakukan program coaching sebagai alternatif untuk meningkatkan
kemampuan mengajar guru di kelas.
3. Guru, dapat mengikuti program coaching baik dengan kepala sekolah,
pengawas sekolah, maupun teman sejawat untuk memperbaiki kelemahan
dalam kinerjanya.
4. Diharapkan bagi penelitian berikutnya untuk menfokuskan coaching tidak
79
Daftar Pustaka
Ali, M. 2006. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Sinar Baru. Bandung.
Arninditha, N. 2012. Pemberian Coaching Dan Konseling Untuk Meningkatkan
Perilaku Proaktif Dan Menurunkan Intensi Untuk Keluar Pada Excecutive Trainee Batch 4 Di PT.XYZ. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta.
Aqib, Z & Rohmanto, E.2007. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas
Sekolah. Yrama widya. Bandung.
Arifin, M dkk. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Colburn, A. 2000. An Inquiry Primer. Science Scope Journal. Tersedia :
http://www.nsta.org/main/news/pdf. Diakses tanggal 17 Oktober 2013.
Depdiknas. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Ditjen PMPTK
Depdiknas. Jakarta
Glickman, C. 2002. Leadership For Learning : How To Help Teachers Succeed.
Association for Supervision and Curriculum Development. Alexandria, Virginia USA.
Harahap, B. 1983. Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala
Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Damai Jaya. Jakarta.
Holliday, M. 2001. Coaching, Mentoring & Managing. Career Press Inc. Iranklin
Lakes New Jersey.
Joyce, dkk. 2011. Models Of Teaching. Edisi Kedelapan. Penerjemah : Achmad
Iawaid. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Juli, M. 2013. 50 Persen Guru di Aceh Tidak Layak Mengajar. Tersedia:
http://theglobejournal.com/pendidikan/50-persen-guru-di-aceh-tidak layak-mengajar/index.php.
Kemdikbud. 2013. Bahan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013: Supervisi
Pembelajaran Pada Kurikulum 2013 Terhadap Guru dan Kepala Sekolah.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Koes, S. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Universitas Negeri Malang.
Malang.
Lovel, J dan Wiles, K. 1983. Supervision For Better School. Fifth Edition.
80
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung.
_________. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Muslim, SB. 2010. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme
Guru. Alfabeta. Bandung.
Nugroho, dkk. 2011. Pengaruh Coaching Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja
Individual (Studi Kasus pada Karyawan Bagian Support Services Departemen Production Services PT. International Nikel Indonesia, Tbk).
Jurnal. Tersedia : http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/ diakses tanggal 1 September 2013.
Paulus, M. 2013. Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Mengelola
Pembelajaran Perbaikan (Remedial Teaching) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Peer Coaching. Laporan Penelitian. Tersedia : http://lpmp.wordpress.com diakses tanggal 19 September 2013. LPMP Jawa Tengah.
Prasojo, L D & Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Gava Media. Yogyakarta.
Puskur Balitbang Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Mata Pelajaran IPA.
Depdiknas. Jakarta
Rae, L. 2005. The Art Of Training and Development : Effective Planning. Alih
bahasa : Osman Iiyanti. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
______. 2005. The Art Of Training and Development : Using People Skills in
Training and Development. Alih bahasa : Osman Iiyanti. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
Rahmawan, A. 2013. Prinsip dan Teknik Melakukan Coaching. Tersedia Online: http://arryrahmawan.net/prinsip-dan-teknik-melakukan-coaching/. Diakses tanggal 2 Nopember 2013.
Riandi, dkk. 2008. Developing Of Video-Based Coaching Package: Results Of
The Second Year Research Project. Paper to be presented at “The 2nd International Seminar on Science Education”. Bandung 18 October 2008. Department of Biology Education IPMIPA UPI. Bandung.
Sagala, S. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Alfabeta.
Bandung.
________. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
81
________. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Sahertian, P. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta.
Sahertian, P dan Mahateru, I. 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan.
Usaha Nasional. Surabaya.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Cetakan ke-8. Kencana Prenada Media. Jakarta.
Seger. 2012. Artikel : Membudayakan Coaching Di Tempat Kerja. Pusdiklat
PSDM Departemen Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Sergiovani, T dan Starratt, R. 2007. Supervision : A Redefinition. McGraw-Hill.
New York.
Soetjipto dan Kosasi. 1999. Profesi Keguruan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan kerjasama dengan Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana, N. 2010. Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui
Supervisi Klinis. Binamitra Publishing. Jakarta.
_________. 2010. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas
Sekolah. Binamitra Publishing. Jakarta.
Sudrajat, A. 2011. Pembelajaran Inkuiri. Tersedia Online : http://akhmadsudrajat.
wordpress.com/2011/09/12/pembelajaran-inkuiri. Diakses tanggal 21 Oktober 2013.
Suhatman. 2013. Implementasi Pembelajaran Salah Kaprah Di Madrasah
Wilayah Kerja Balai Diklat Keagamaan Jakarta. Online. Tersedia :
http://bdkjakarta.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=847. Diakses
tanggal 9 Nopember 2013
Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya.
Bumi Aksara. Jakarta.
Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Hikayat. Yogyakarta.
Suwondo dan Wulandari. 2013. Inquiry-Based Active Learning: The
Enhancement of Attitude and Understanding of the Concept of Experimental Design in Biostatics Course. Asian Social Science; Vol. 9,
No. 12 Tahun 2013.Canadian Center of Science and Education.
Starr, J. 2003. The Coaching Manual: The definitive guide to the process,
82
Thorne, K. 2005. Coaching For Change : Peran Pelatih dalam Proses Perubahan
Manusia dan Organisasi. Alih bahasa : Osman Iiyanti. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
Thorpe, S dan Clifford, J. 2003. The Coaching Handbok: An Action Kit for
Trainers & Managers. Kogan Page. London.
Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik
Konsep, Landasan Teoritis Praktis dan Implikasinya. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
Uno, HB. 2009. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarta.
Widodo, dkk. 2011. Pengembangan Paket Program Coaching Berbasis Video.
Cakrawala Pendidikan, Iebruari 2011, Th. XXX, No. 1.
Whitmore, J. 2002. Coaching For Performance : Growing People, Performance,
and Purpose. Nicholas Brealey Publishing. London
Witarsa, R. 2011. Analisis Kemampuan Inkuiri Guru Yang Sudah Tersertifikasi
Dan Belum Tersertifikasi Dalam Pembelajaran Sains SD. Jurnal Edisi
khusus No. 2 Agustus 2011. ISSN 1412-565X.
Yusuf. 2003. Efektifitas Kemampuan Guru Dalam Pembelajaran. Jurnal
Penelitian PPs UPI Bandung. Bandung.
Yutmini, S. 1992. Strategi Belajar Mengajar. IKIP UNS. Surakarta.
Zulfikar, T. 2010. Benang Kusut Pendidikan Kita: Sebuah Refleksi. Tersedia :