• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS COACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU RUMPUN MATA PELAJARAN IPA DALAM MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DI SMAN UNGGUL ACEH TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS COACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU RUMPUN MATA PELAJARAN IPA DALAM MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DI SMAN UNGGUL ACEH TIMUR."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS COACHING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU

RUMPUN MATA PELAJARAN IPA DALAM MENERAPKAN

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

DI SMAN UNGGUL ACEH TIMUR

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan

Oleh:

JEFRI SONI

NIM : 8126132055

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS COACHING

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU

RUMPUN MATA PELAJARAN IPA DALAM MENERAPKAN

STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI

DI SMAN UNGGUL ACEH TIMUR

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan

Oleh:

JEFRI SONI

NIM : 8126132055

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

i ABSTRACT

JEFRI SONI. Application of academic supervision based coaching to improve the capabilities of sciences group subject teachers in applying inquiry learning strategy in SMAN Unggul Aceh Timur. A Thesis of Educational Administrastion program of study. Post-Graduated Programme State University of Medan (UNIMED). 2014.

(6)

ii ABSTRAK

JEFRI SONI. Penerapan Supervisi Akademik Berbasis Coaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Guru Rumpun Mata Pelajaran IPA Dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Inkuiri di SMAN Unggul Aceh Timur. Tesis. Program Studi Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri medan (UNIMED). 2014.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik

dan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Tesis yang diberi judul “Penerapan Supervisi Akademik Berbasis

Coaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Guru Rumpun Mata

Pelajaran IPA dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Inkuiri di SMAN

Unggul Aceh Timur” disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar Magister Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof.Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Prof.Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M. Pd selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

3. Dr. Ir. Darwin, M.Pd selaku Ketua Prodi Administrasi Pendidikan dan Dr.

Paningkat Siburian, M.Pd selaku Sekretaris Prodi Administrasi Pendidikan.

4. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd dan Prof. Dr. Sahat Siagian, M. Pd selaku

Dosen Pembimbing Tesis yang telah memberikan arahan-arahan dan petunjuk

dalam penyelesaian tesis ini.

5. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M. Pd, Dr. Yasaratodo Wau, M. Pd, dan Dr.

Saut Purba, M. Pd sebagai narasumber yang telah memberikan masukan dan

(8)

iv

6. Dr. Arif Rahman, M.Pd sebagai Asisten Direktur I, dan Prof. Dr. Sahat

Siagian, M. Pd sebagai Asisten Direktur II beserta staf pegawai Program Studi

Administrasi Pendidikan Pascasarjana UNIMED.

7. Para Dosen di Program Pascasarjana UNIMED yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

8. Bapak Drs. Purwadi Sutanto, M.Si, selaku Direktur Pembinaan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan Menengah (P2TK DIKMEN) Direktorat Jendral

Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah

memberikan kesempatan kepada Penulis pada Program Beasiswa Peningkatan

Kualifikasi Pengawas/ Calon Pengawas Sekolah Tahun 2012.

9. Bapak Hasballah Bin M Thaib selaku Bupati Aceh Timur dan Bapak Abdul

Munir, SE, MAP selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur

yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk mengikuti tugas belajar

pada Program Pascasarjana UNIMED.

10. Bapak Drs. M Thaib M Syah, M.Pd sebagai Kepala SMAN Unggul Aceh

Timur, dan Guru-guru dan staf pegawai SMAN Unggul Aceh Timur yang

telah banyak membantu selama penelitian ini dilaksanakan.

11. Orang tua Penulis, Bapak Rahman Silitonga dan Ibu Roslina Br Tambunan,

dan Mertua Penulis Bapak H.Syahruddin AB dan Ibu Hj.Srimiati yang telah

memberikan do’a dan dukungan sehingga Penulis menyelesaikan studi dengan

baik.

12. Istri tercinta Rita Sari, M. Pd dan anak-anak tersayang (Jannatul Assyauqi dan

Shafiyyatul Mauli) yang telah banyak memberikan dukungan baik secara

moril maupun materil serta dorongan dan do’a sehingga Penulis dapat

(9)

v

13. Teman-teman mahasiswa Program Studi Administrasi Pendidikan

Pascasarjana UNIMED Konsentrasi Kepengawasan 2012 yang memberikan

motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan

tesis ini, namun Penulis menyadari banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa, untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini. Kiranya tesis ini akan

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, 7 Juni 2014 Penulis

(10)

Daftar Ist

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BEPIKIR, PENELITIAN RELEVAN, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoritik ... 16

1. Kemampuan Mengajar Guru ... 16

2. Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 21

D. Supervisi Akademik Berbasis Coaching ... 29

(11)

vii

D. Prosedur Penelitian ... 49

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 5D 1. Teknik Pengumpulan Data ... 5D 2. Instrumen Penelitian ... 5D F. Teknik Analisis Data ... 56

G. Indikator Keberhasilan Tindakan ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal ... 57

B. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 1 ... 59

C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 2 ... 66

D. Pembahasan ... 7D BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 77

B. Implikasi ... 77

C. Saran ... 78

Daftar Pustaka ... 79

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Telaah RPP Guru Rumpun Mata Pelajaran IPA Kelas X ... 7

Tabel 1.2 Data Observasi kemampuan guru rumpun mata pelajaran IPA di Kelas X menggunakan strategi pembelajaran inkuiri ... 8

Tabel 2.1 Kegiatan Supervisi Akademik ... 35

Tabel 3.1 Data Subjek Penelitian ... 48

Tabel 3.2 Kisi-kisi pengembangan instrumen penilaian RPP/ APKG I ... 53

Tabel 3.3 Kisi-kisi pengembangan instrumen penilaian kegiatan pembelajaran guru ... 55

Tabel 4.1 Hasil rata-rata kemampuan guru menyusun RPP ... 57

Tabel 4.2 Hasil Rata-rata kemampuan guru melaksanakan pembelajaran inkuiri ... 58

Tabel 4.3 Pelaksanaan pertemuan coaching per individu siklus 1 ... 60

Tabel 4.4 Rekapitulasi kemampuan guru menyusun RPP siklus 1 ... 62

Tabel 4.5 Rekapitulasi kemampuan guru melaksanakan pembelajaran siklus 1 ... 63

Tabel 4.6 Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri siklus 1 ... 64

Tabel 4.7 Rekapitulasi rata-rata kemampuan guru menerapkan SPI siklus 1 ... 64

Tabel 4.8 Pelaksanaan pertemuan coaching per individu siklus 2 ... 68

Tabel 4.9 Rekapitulasi kemampuan guru menyusun RPP siklus 2 ... 70

Tabel 4.10 Rekapitulasi kemampuan guru melaksanakan pembelajaran siklus 2 ... 70

Tabel 4.11 Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri siklus 2 ... 71

Tabel 4.12 Rekapitulasi rata-rata kemampuan guru menerapkan SPI siklus 2 ... 71

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir ... 47

Gambar 3.1 Modee Peneeitian Tindakan Kemmis dan Mc Taggart ... 50

Gambar 4.1 Diagram kemampuan guru menerapkan SPI sikeus 1 ... 65

Gambar 4.2 Diagram kemampuan guru menerapkan SPI sikeus 2 ... 72

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Coaching Plan siklus 1 ... 83

Lampiran 2 Coaching Plan siklus 2 ... 84

Lampiran 3 Tabel Hasil Pelaksanaan Penelitian Setiap Siklus ... 85

Lampiran 4 Jadwal/ Tanggal Penelitian setiap siklus ... 86

Lampiran 5 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Kemampuan Guru Menyusun RPP Inkuiri ... 87

Lampiran 6 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Inkuiri ... 88

Lampiran 7 Rekapitulasi Nilai Mata Pelajaran Per Kelas ... 89

Lampiran 8 Instrumen Penilaian Kemampuan Guru Merencanakan Pembelajaran (RPP) ... 90

Lampiran 9 Instrumen Observasi Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran SPI ... 91

Lampiran 10 Lembar Hasil Penilaian RPP Guru Setiap Siklus ... 92

Lampiran 11 Lembar Hasil Observasi Kemampuan Guru Melaksanakan SPI Setiap Siklus ... 110

Lampiran 12 Rekapitulasi Nilai Mata Pelajaran Per Kelas ... 123

Lampiran 13 Rangkuman Pelaksanaan Coaching Individu Per Subjek Penelitian ... 128

Lampiran 14 Lembar Observasi Pelaksanaan Supervisi Akademik Berbasis Coaching Setiap Siklus ... 158

Lampiran 15 Biodata dan Pengalaman Kerja Subjek Penelitian ... 160

Lampiran 16 Surat Pernyataan Kesediaan Subjek Penelitian Untuk Mengikuti Coaching ... 161

Lampiran 17 Kumpulan RPP Subjek Penelitian Setiap Siklus ... 166

Lampiran 18 Dokumentasi penelitian ... 226

Lampiran 19 Surat Keputusan Pembimbing Tesis ... 231

(15)

vii

Lampiran 21 Surat Izin Melakukan Penelitian Lapangan dari Pascasarjana

UNIMED ... 233 Lampiran 22 Surat Izin Melakukan Penelitian dari Dinas Pendidikan

Kabupaten Aceh Timur ... 234 Lampiran 23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMAN

(16)

1

BABBI

PENDAHULUAN

B

B

A. LatarBBelakangBMasalahB

Komponen sistem pendidikan terdiri dari person (guru dan siswa), media

(alat dan bahan), metode atau pendekatan, pesan (materi), dan setting/ lingkungan.

Salah satu unsur terpenting di antara komponen tersebut adalah guru. Sebab guru

merupakan tenaga kerja yang tersedia dalam masyarakat yang merupakan tenaga

penggerak utama sistem pendidikan. Keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah

tidak terlepas dari kompetensi guru dalam dimensi kompetensi guru yang meliputi

kompetensi profesional, kompetensi paedagogi, kompetensi kepribadian dan

kompetensi sosial. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Sanjaya (2011:13)

yang menyatakan bahwa bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum

pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa

diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka

semuanya akan kurang bermakna.

Tiga pilar utama yang menunjukkan bahwa guru telah mampu bekerja

secara profesional dalam melaksanakan tugas kependidikan adalah (a) menguasai

materi pembelajaran, (b) profesional dalam menyampaikan materi pembelajaran

kepada siswa, dan (c) berkepribadian matang (Aqib dan Rohmanto, 2007:47).

Tiga pilar tersebut saling terkait dan mendukung satu sama lain untuk

meningkatkan kinerja pembelajaran. Kinerja pembelajaran menentukan tingkat

keberhasilan dan kesesuaian hasil belajar siswa dengan tujuan yang telah

ditentukan. Sedangkan tingkat keberhasilan dan kesesuaian hasil belajar siswa

dengan tujuan sangat dipengaruhi oleh kinerja guru. Seiring dengan berjalannya

(17)

2

waktu, kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran, penyampaian

materi pembelajaran, dan kepribadiannya diharapkan semakin meningkat,

sehingga mampu membangun suasana pembelajaran yang produktif, kreatif, dan

inovatif, yakni suatu pembelajaran yang mampu meningkatkan mutu lulusan.

Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan wajib diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. Sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah

sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan

pendidikan. Untuk itu setiap satuan pendidikan harus melakukan perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses

pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian

kompetensi lulusan.

Namun kenyataan dilapangan seperti yang diungkapkan oleh Rektor

Universitas Syiah Kuala, Prof. Syamsul Rizal, M. Eng, Kamis (30 Mei 2013)

dalam seminar yang bertema “Kepedulian Bersama Mendukung Kemajuan

Pembangunan Aceh” bahwa sekitar 50 persen guru yang ada di Aceh dalam

kondisi tidak layak berdiri didepan kelas. Kemampuan mereka tidak lebih baik

dari anak SMP. (Juli, M dalam theglobejurnal.com, 2013)

Zulfikar (2010) mengungkapkan ada 3 faktor penyebab tidak efektifnya

metode pendidikan Barat di Aceh bahkan di Indonesia. Pertama, guru di Indonesia

terkungkung oleh peraturan pemerintah tentang pendidikan, dimana target

(18)

3

tidak memiliki kesempatan untuk mengoptimalkan kemampuan siswa karena

disibukkan mengejar target kurikulum. Kedua, sekolah di Aceh cendrung besar,

artinya satu ruangan kelas dipenuhi oleh lebih kurang 35 sampai dengan 40 siswa.

Kenyataan ini menyebabkan metode-metode yang sudah terbukti efektif menjadi

bumerang, dan tentu sulit untuk diimplimentasikan. Ketiga, siswa di Aceh belum

mampu mengikuti pelajaran yang menggunakan LC (learner centered) dan DT

(demncratic teaching). Di dalam LC, guru diharapkan mampu menggerakkan

anak didik untuk berekspresi.

Sejak Juli 2013, implementasi kurikulum 2013 telah dilaksanakan secara

terbatas dan bertahap pada beberapa jenjang satuan pendidikan. Kurikulum 2013

lebih menekankan pada pembentukan karakter siswa dan berbasis kompetensi.

Pada kurikulum 2013, pelibatan siswa dalam proses pembelajaran harus

menggunakan pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata

pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan

pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discnvery/inquiry learning).

Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya

kontekstual. baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan

menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis

pemecahan masalah (prnject based learning).

Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak

semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan

semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri (Sanjaya, 2011:131).

(19)

4

siswa, pertimbangan lainnya dalam memilih strategi yang danggap cocok untuk

diterapkan.

Ditinjau dari konteks mata pelajaran, pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan.

Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah.

Sejalan dengan hal itu, Natinnal Research Cnuncil (1996) dalam Witarsa

(2011:38) menyebutkan enam standar guru dalam melaksanakan pembelajaran

sains sebagai berikut: (1) Dapat merencanakan pembelajaran sains yang berbasis

inkuiri; (2) Melaksanakan pembelajaran sains yang mengarahkan dan

memfasilitasi siswa dalam belajar; (3) Melaksanakan penilaian yang disesuaikan

dengan kegiatan guru mengajar dan sesuai dengan pembelajaran siswa; (4)

Mengembangkan pembelajaran dari lingkungan dimana siswa belajar; (5)

Menciptakan masyarakat pembelajar sains; dan (6) Merencanakan dan

mengembangkan pembelajaran dari program sains sekolah.

Proses pembelajaran IPA di Indonesia masih terlalu berorientasi terhadap

penguasaan teori dan hafalan yang menyebabkan kemampuan belajar peserta

(20)

5

guru (teacher centered) cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta

pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran yang

menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan kurang optimal (Puskur

Balitbang Depdiknas, 2007:21)

Salah satu strategi pembelajaran yang sesuai adalah strategi pembelajaran

inkuiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2011:153) yang menyatakan

pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu

siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu rancangan kegiatan pembelajaran yang

digunakan dalam pembelajaran dan mengacu pada suatu cara untuk

mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu

gejala (Koes, 2003:12). Joyce, dkk (2011:202) menyatakan tujuan umum inkuiri

adalah membantu siswa mengembangkan displin intelektual dan keterampilan

yang mumpuni untuk meningkatkan pertanyaan-pertanyaan dan pencarian

jawaban yang terpendam dari rasa keingintahuan mereka.

Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dalam proses pembelajaran perlu

diawasi dan diperbaiki bahkan dikembangkan. Pelaksanaan pengawasan proses

pembelajaran dilakukan melalui supervisi, baik oleh kepala sekolah ataupun

pengawas sekolah. Supervisi pengajaran merupakan kegiatan dalam administrasi

pendidikan yang mengkonsentrasikan kawasannya pada berbagai usaha untuk

membantu guru dalam proses perbaikan pengajaran (Soetjipto, 1999:235).

Supervisi terhadap pembelajaran harus dilakukan secara rutin dan

berkesinambungan. Supervisi yang dilaksanakan di sekolah memberikan peluang

(21)

6

mereka. Kemampuan profesional ini tercermin pada kemampuan guru

memberikan bantuan belajar kepada siswanya. Sehingga terjadi perubahan

perilaku. Supervisi harus dilaksanakan oleh supervisor secara konstruktif dan

kreatif dengan cara mendorong inisiatif guru untuk ikut aktif menciptakan suasana

kondusif yang dapat membangkitkan suasana kreativitas siswa dalam belajar

(Sagala, 2010:95).

SMA Negeri Unggul Aceh Timur merupakan salah satu satuan pendidikan

yang menerapkan sistem bnarding schnnl (sekolah berasrama). SMA Negeri

Unggul Aceh Timur juga telah melaksanakan kurikulum 2013 secara bertahap

pada tingkatan kelas X. Proses pembelajaran di sekolah ini menggunakan media

berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yaitu pembelajaran yang

dilengkapi dengan media komputer, internet, dan LCD prnjectnr. Struktur

kurikulum di sekolah ini juga memiliki jumlah jam pelajaran yang telah ditambah

dari struktur kurikulum standar nasional, sehingga rata-rata beban kerja guru

melebihi beban kerja minimal 24 jam pelajaran atau relatif tinggi.

Hasil wawancara dengan guru-guru di SMA Negeri Unggul Aceh Timur

pada studi pendahuluan tanggal 8 Oktober 2013 sampai dengan 19 Oktober 2013,

dari 30 orang guru diperoleh data bahwa hanya 40 % (12 orang) guru yang

menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap kali pembelajaran

di kelas. Proses pembelajaran yang dilaksanakan hanya berdasarkan keinginan

guru dan juga kondisi siswa di kelas. RPP hanya berupa snftcnpy di dalam laptop

dan tidak dicetak untuk dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar, sehingga

(22)

7

Salah satu kewajiban guru sebelum melaksanakan pembelajaran adalah

menyusun perangkat pembelajaran. RPP merupakan pedoman dan arahan tentang

kegiatan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran oleh guru dari awal

sampai dengan berakhirnya pembelajaran. Dalam arti bahwa agar apa yang

diinginkan setelah proses pembelajaran berlangsung para peserta didik dapat

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu sebagaimana yang ditentukan. Jika

proses pembelajaran yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang telah

direncanakan dalam RPP sebelumnya, tentu sudah bisa dipastikan bahwa proses

pembelajaran akan berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas (Suhatman, 2013:1).

Hasil telaah RPP yang telah disusun oleh 5 orang guru rumpun mata

pelajaran IPA di kelas X diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1.1 Hasil Telaah RPP Guru Rumpun Mata Pelajaran IPA Kelas X

NoB AspekBYangBDinilaiB G1B G2B GuruBG3B G4B G5B SkorBRata-rataB%B

1 Kemampuan merumuskan tujuan

pembelajaran 3 4 4 2 3 3.20 80.00 2 Kemampuan mengorganisasikan

bahan pembelajaran 2 1 3 1 1 1.60 40.00 3 Kemampuan menentukan strategi

mengajar 4 4 4 4 4 4.00 100.00 4 Kemampuan menentukan

langkah-langkah mengajar 2 2 1 2 1 1.60 40.00 5 Kemampuan menentukan alokasi

waktu 1 1 4 3 1 2.00 50.00 6 Kemampuan menentukan

sumber, media, dan alat 4 4 4 1 0 2.60 65.00 7 Kemampuan menentukan bentuk,

prosedur, dan alat penilaian 4 0 1 2 3 2.00 50.00 Skor maksimal ideal = 28 20 16 21 15 13 17.00 60.71

% 71.43 57.14 75.00 53.57 46.43 60.71

Dari data di atas diketahui bahwa terdapat kelemahan guru dalam

mengorganisasikan bahan pembelajaran (40%), menentukan langkah-langkah

(23)

8

media, dan alat (65%), dan kemampuan guru menentukan bentuk, prosedur dan

alat penilaian (50%).

Hasil wawancara terhadap guru tentang metode pembelajaran yang

diterapkan guru rumpun mata pelajaran IPA juga diketahui bahwa guru telah

mengetahui tentang pemilihan strategi atau metode pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik mata pelajaran maupun kondisi siswa, namun guru lebih

sering menerapkan metode ekspositori, metode diskusi, tanya jawab, dan model

kooperatif daripada melaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran

inkuiri atau discnvery dikarenakan menyita waktu yang terlalu banyak baik pada

persiapan maupun pelaksanaannya. Seyogyanya menurut Trianto (2011:137)

hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala atas dasar

sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah. Sehingga, IPA

diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk

memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran guru rumpun mata pelajaran

IPA di kelas X dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri pada tanggal

16-19 Oktober 2013 diperoleh data sebagai berikut;

Tabel 1.2 Data Observasi kemampuan guru rumpun mata pelajaran IPA di kelas X menggunakan strategi pembelajaran inkuiri

NoB TahapanB G1B G2B GuruBG3B G4B G5B SkorBRata-rataB%B

(24)

9

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa dalam melaksanakan

pembelajaran inkuiri hanya mencapai 34,17% kesesuaian pada seluruh aspek

tahapan penilaian. Aspek yang paling rendah adalah pada aspek merumuskan

hipotesa (15%) dan merumuskan kesimpulan (25%).

Nilai rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA

hanya berkisar 65 sampai dengan 70 dengan tingkat rata-rata ketuntasan klasikal

hanya mencapai 70 % setiap kali diadakan ulangan harian siswa. Guru juga

mengungkapkan rata-rata siswa kelas X tahun pelajaran 2013/2014 masih kurang

memahami langkah-langkah dalam metode ilmiah, sehingga guru banyak

menghabiskan waktu dalam menjelaskan prosedur praktikum jika melakukan

suatu percobaan.

Masalah lainnya adalah frekuensi kunjungan pengawas sekolah periode

2010-2012 di SMA Negeri Unggul Aceh Timur sangat jarang. Tahun Pelajaran

2012/2013 pengawas sekolah hanya datang berkunjung dan bertemu dengan guru

untuk melakukan pertemuan secara umum tanpa adanya observasi ke kelas

apalagi memberikan umpan balik terhadap kinerja guru. Metode supervisi yang

dilakukan pengawas sekolah hanya terbatas pada supervisi umum dan

penyampaian informasi melalui rapat guru. Dari data angket diketahui bahwa guru

mengharapkan adanya pendampingan dan pembinaan yang rutin dari pengawas

sekolah mengenai informasi terkini seputar kebijakan pendidikan oleh pemerintah,

terutama seputar pelaksanaan kurikulum 2013.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka perlu

dilakukan pelaksanaan pendampingan dan pembinaan berupa supervisi pengajaran

(25)

10

pembelajarannya yang lebih bersifat kolaboratif, reflektif, dan dilaksanakan secara

berkesinambungan. Dalam hal ini terutama dalam membina guru tentang praktik

mengajar guru dengan strategi pembelajaran inkuiri.

Peningkatan kemampuan mengajar guru dalam melaksanakan

pembelajaran dengan metode tertentu biasanya dilakukan dengan cara supervisi

atau bimbingan teknis melalui pelatihan, wnrkshnp, kegiatan MGMP secara rutin,

maupun guru belajar melalui teman ataupun studi literasi dari buku maupun

internet. Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan Widodo, dkk (2006)

dalam Widodo, dkk (2011:58) terungkap salah satu kendala penerapan yang

terkait dengan isi pelatihan/penataran adalah kurang sesuainya materi pelatihan

dengan kebutuhan lapangan. Dari sisi dukungan pasca pelatihan/penataran,

kegiatan yang ada selama ini sebagian besar belum diikuti dengan mnnitnring dan

evaluasi yang memadai. Selain itu, tidak ada evaluasi, dukungan nyata dari

sekolah (waktu, sarana, dan dana) juga kurang memadai.

Lebih lanjut Widodo, dkk (2011:59) menyatakan untuk mengubah praktek

mengajar, seorang guru memerlukan lebih dari sekedar penjelasan bagaimana cara

mengajar yang baik. Supaya setelah mengikuti suatu program peningkatan

kemampuan mengajar guru bisa mempraktekkan apa yang diperoleh, program

tersebut harus bisa membuat guru reflektif, memperhatikan prinsip perubahan

konsepsi guru tentang belajar mengajar, memperhatikan aspek emosi guru, dan

memberikan dukungan di lapangan. Salah satu alternatif program peningkatan

profesioalisme guru yang memperhatikan motivasi dan kebutuhan individual guru

adalah cnaching.

(26)

11

Clinical supervisinn and cnaching as ways tn help teachers research their practice. Clinical supervisinn and cnaching are gnnd examples nf a balanced apprnach tn supervisinn-infnrmal tn be respnnsive tn teacher’s need and interests and fnrmal ennugh tn ensure that agreed-upnn standards nf gnnd teaching are alsn given attentinn. Cnaching takes a number nf different fnrms but at its rnnt share the pnsture nf clinical supervisinns.

Supervisi klinis dan cnaching sebagai arah untuk membantu guru-guru

meneliti pembelajaran mereka. Supervisi klinis dan cnaching merupakan contoh

pendekatan yang baik dalam supervisi, secara informal memahami kebutuhan dan

ketertarikan guru dan cukup formal untuk menjamin standar kesepakatan

pembelajaran yang baik untuk diperhatikan. Cnaching memiliki format yang

berbeda namun mirip dengan susunan pada supervisi klinis.

Menurut Fischler (2004) dalam Riandi, dkk (2008:2) program cnaching

merupakan suatu program yang dirancang untuk membantu guru menemukan

kelebihan dan kekurangannya serta memberikan saran untuk meningkatkan

kemampuan profesional guru. Cnaching bertujuan untuk mendorong mereka agar

dapat mengembangkan diri dan memperbaiki kinerjanya melalui refleksi

bagaimana mereka menerapkan suatu keterampilan dan pengetahuan tertentu

dalam menangani sasaran kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

Duit, Widodo, dan Mueller (2007) dalam Riandi dkk (2008:4) selanjutnya

menyatakan bahwa Cnaching bisa membantu cnachee yakni guru untuk

menyadari kelemahan dalam dirinya yang perlu diperbaiki, mendapatkan ide

untuk memperbaiki kelemahan yang dimilikinya, dan memotivasi mereka untuk

meningkatkan kemampuan diri.

Pelaksanaan cnaching di sekolah oleh pengawas, kepala sekolah dan guru

sangat penting dilakukan dalam mendukung implementasi kurikulum 2013. Agar

(27)

12

menggunakan prinsip kerjasama, berbagi, menjembatani gap, formal dan

informal, kemitraan, motivasi, fokus, saling percaya, dan rasa hormat

(Kemdikbud, 2013:19).

Berdasarkan paparan di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian

tindakan sekolah berupa penerapan supervisi akademik berbasis cnaching untuk

meningkatkan kemampuan mengajar guru rumpun mata pelajaran IPA dalam

menerapkan strategi pembelajaran inkuiri di SMA Negeri Unggul Aceh Timur.

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi demi peningkatan kualitas

pembelajaran di sekolah unggulan Kabupaten Aceh Timur tersebut khususnya.

B. IdentifikasiBMasalahB

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan mengajar guru

menerapkan strategi pembelajaran inkuiri antara lain: (a) rendahnya motivasi diri

guru untuk menerapkan strategi pembelajaran yang membutuhkan waktu yang

relatif cukup lama, (b) beban kerja guru yang relatif tinggi, (c) minimnya program

pelatihan/penataran yang diikuti guru, (d) kurangnya wawasan guru tentang

strategi pembelajaran efektif, (e) iklim yang kurang kondusif di sekolah, dan (f)

rendahnya intensitas kepala/pengawas sekolah dalam melakukan supervisi

akademik.

Untuk membantu guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran inkuiri

dapat dilakukan pembimbingan/ pelatihan berupa kegiatan bimbingan teknis

melalui wnrkshnp, MGMP ataupun supervisi akademik baik yang bersifat

kelompok maupun individual seperti percapakapan individu, kunjungan kelas,

(28)

13

pembimbingan harus disesuaikan dengan kondisi guru dan merupakan kegiatan

yang mampu meningkatkan potensi guru dan merefleksi kegiatan guru. Supervisi

akademik berbasis cnaching merupakan salah satu kegiatan pembimbingan

informal secara individual untuk memperbaiki kinerja guru melalui refleksi

bagaimana mereka menerapkan suatu keterampilan dan pengetahuan tertentu

dalam menangani sasaran kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

B

C. PembatasanBMasalahB

Penelitian tindakan ini dibatasi hanya pada kemampuan mengajar guru

dalam menerapkan strategi pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran inkuiri

merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam

melaksanakan pembelajaran IPA pada kurikulum 2013. Penerapan strategi

pembelajaran inkuiri dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran.

Secara teoritis terdapat beberapa metode/teknik pembimbingan untuk

meningkatkan kemampuan mengajar guru dalam menerapkan strategi

pembelajaran. Kegiatan pembimbingan dapat dilakukan melalui supervisi

akademik metode kelompok maupun metode individual. Pada penelitian ini hanya

difokuskan pada supervisi akademik berbasis cnaching. Pemilihan cnaching

didasarkan pada pertimbangan, yaitu: Cnaching dapat dilaksanakan secara

informal dan individual sehingga tidak mengganggu tugas guru, dan melalui

cnaching dapat mendorong guru agar dapat mengembangkan diri dan

memperbaiki kinerjanya melalui refleksi.B

(29)

14

D. RumusanBMasalahB

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah melalui penerapan supervisi akademik berbasis cnaching dapat

meningkatkan kemampuan mengajar guru rumpun mata pelajaran IPA dalam

menerapkan strategi pembelajaran inkuiri di SMAN Unggul Aceh Timur?

B

E. TujuanBPenelitianB

Tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengajar guru rumpun mata

pelajaran IPA dalam menerapkan strategi pembelajaran inkuiri melalui penerapan

supervisi akademik berbasis cnaching di SMAN Unggul Aceh Timur.B

B

F. ManfaatBPenelitianB

Manfaat penelitian adalah:

1. Manfaat teoritis: Bagi dapat memperkaya khasanah pengetahuan

konseptual dan penelitian terutama dalam supervisi pendidikan dalam

pengembangan kemampuan profesional guru.

2. Manfaat praktis:

a. Bagi supervisor pendidikan, konsep supervisi akademik berbasis

cnaching dapat dijadikan sebagai alternatif untuk pelaksanaan

supervisi pendidikan khususnya peningkatan kemampuan mengajar

guru dalam hal penerapan strategi pembelajaran.

b. Bagi guru, mampu meningkatkan kompetensi paedagogik dan

(30)

15

c. Bagi sekolah, dengan adanya supervisi akademik berbasis cnaching

dapat membantu meningkatkan kinerja sekolah dalam menerapkan

kurikulum 2013

d. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian berikutnya yang berkaitan

dengan teknik dan metode supervisi pendidikan.

(31)

77

BABBVB

SIMPULAN,BIMPLIKASI,BDANBSARAN

B

B

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian maka dapat ditarik simpulan

bahwa ;

1. Penerapan supervisi akademik berbasis coaching dapat meningkatkan

kemampuan guru rumpun mata pelajaran IPA dalam menerapkan strategi

pembelajaran inkuiri di SMAN Unggul Aceh Timur.

2. Peningkatan kemampuan guru terbaca dari peningkatan persentase skor

siklus 1 dan siklus 2 dalam hal:

a. Menyusun RPP dari skor rata-rata 75,71% meningkat menjadi 97,14%

b. Melaksanakan strategi pembelajaran inkuiri dari skor rata-rata 67,50%

meningkat menjadi 87,22%

3. Penerapan strategi pembelajaran inkuiri memiliki pengaruh terhadap

pencapaian hasil belajar siswa. Hal ini terbaca dari peningkatan rata-rata

persentase ketuntasan klasikal siswa dari 89,52% pada siklus 1 meningkat

menjadi 95,24% pada siklus 2.

B. Implikasi

Telah teruji melalui penelitian bahwa kemampuan mengajar guru dalam

menerapkan strategi pembelajaran inkuiri dapat ditingkatkan melalui penerapan

supervisi akademik berbasis coaching. Artinya salah upaya efektif yang dapat

digunakan untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya menerapkan

strategi pembelajaran adalah dengan melaksanakan supervisi akademik berbasis

(32)

78

coaching. Supervisi akademik berbasis coaching dapat dilakukan melalui situasi

formal maupun informal secara perorangan untuk mengarahkan guru

merefleksikan pembelajaran yang telah ia lakukan di kelas dengan cara

pendekatan kolaboratif dengan 6 langkah efektif. Supervisi akademik berbasis

coaching dapat digunakan oleh supervisor baik kepala sekolah maupun pengawa

sekolah untuk mendampingi guru meningkatkan kemampuannya meskipun dalam

kondisi beban kerja yang tinggi.

C. Saran

1. Dinas Pendidikan sebagai lembaga yang berwenang dalam hal kebijakan

pendidikan diharapkan dapat menyusun program pelatihan bagi supervisor

pendidikan tentang penerapan program coaching di sekolah.

2. Supervisor Pendidikan, baik Kepala Sekolah maupun Pengawas Sekolah

agar melakukan program coaching sebagai alternatif untuk meningkatkan

kemampuan mengajar guru di kelas.

3. Guru, dapat mengikuti program coaching baik dengan kepala sekolah,

pengawas sekolah, maupun teman sejawat untuk memperbaiki kelemahan

dalam kinerjanya.

4. Diharapkan bagi penelitian berikutnya untuk menfokuskan coaching tidak

(33)

79

Daftar Pustaka

Ali, M. 2006. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Sinar Baru. Bandung.

Arninditha, N. 2012. Pemberian Coaching Dan Konseling Untuk Meningkatkan

Perilaku Proaktif Dan Menurunkan Intensi Untuk Keluar Pada Excecutive Trainee Batch 4 Di PT.XYZ. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta.

Aqib, Z & Rohmanto, E.2007. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas

Sekolah. Yrama widya. Bandung.

Arifin, M dkk. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Colburn, A. 2000. An Inquiry Primer. Science Scope Journal. Tersedia :

http://www.nsta.org/main/news/pdf. Diakses tanggal 17 Oktober 2013.

Depdiknas. 2008. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya. Ditjen PMPTK

Depdiknas. Jakarta

Glickman, C. 2002. Leadership For Learning : How To Help Teachers Succeed.

Association for Supervision and Curriculum Development. Alexandria, Virginia USA.

Harahap, B. 1983. Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala

Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Damai Jaya. Jakarta.

Holliday, M. 2001. Coaching, Mentoring & Managing. Career Press Inc. Iranklin

Lakes New Jersey.

Joyce, dkk. 2011. Models Of Teaching. Edisi Kedelapan. Penerjemah : Achmad

Iawaid. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Juli, M. 2013. 50 Persen Guru di Aceh Tidak Layak Mengajar. Tersedia:

http://theglobejournal.com/pendidikan/50-persen-guru-di-aceh-tidak layak-mengajar/index.php.

Kemdikbud. 2013. Bahan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013: Supervisi

Pembelajaran Pada Kurikulum 2013 Terhadap Guru dan Kepala Sekolah.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Koes, S. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Universitas Negeri Malang.

Malang.

Lovel, J dan Wiles, K. 1983. Supervision For Better School. Fifth Edition.

(34)

80

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung.

_________. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Muslim, SB. 2010. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme

Guru. Alfabeta. Bandung.

Nugroho, dkk. 2011. Pengaruh Coaching Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja

Individual (Studi Kasus pada Karyawan Bagian Support Services Departemen Production Services PT. International Nikel Indonesia, Tbk).

Jurnal. Tersedia : http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/ diakses tanggal 1 September 2013.

Paulus, M. 2013. Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Mengelola

Pembelajaran Perbaikan (Remedial Teaching) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Peer Coaching. Laporan Penelitian. Tersedia : http://lpmp.wordpress.com diakses tanggal 19 September 2013. LPMP Jawa Tengah.

Prasojo, L D & Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Gava Media. Yogyakarta.

Puskur Balitbang Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Mata Pelajaran IPA.

Depdiknas. Jakarta

Rae, L. 2005. The Art Of Training and Development : Effective Planning. Alih

bahasa : Osman Iiyanti. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

______. 2005. The Art Of Training and Development : Using People Skills in

Training and Development. Alih bahasa : Osman Iiyanti. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

Rahmawan, A. 2013. Prinsip dan Teknik Melakukan Coaching. Tersedia Online: http://arryrahmawan.net/prinsip-dan-teknik-melakukan-coaching/. Diakses tanggal 2 Nopember 2013.

Riandi, dkk. 2008. Developing Of Video-Based Coaching Package: Results Of

The Second Year Research Project. Paper to be presented at “The 2nd International Seminar on Science Education”. Bandung 18 October 2008. Department of Biology Education IPMIPA UPI. Bandung.

Sagala, S. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Alfabeta.

Bandung.

________. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.

(35)

81

________. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Sahertian, P. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam

Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta. Jakarta.

Sahertian, P dan Mahateru, I. 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan.

Usaha Nasional. Surabaya.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Cetakan ke-8. Kencana Prenada Media. Jakarta.

Seger. 2012. Artikel : Membudayakan Coaching Di Tempat Kerja. Pusdiklat

PSDM Departemen Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.

Sergiovani, T dan Starratt, R. 2007. Supervision : A Redefinition. McGraw-Hill.

New York.

Soetjipto dan Kosasi. 1999. Profesi Keguruan. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan kerjasama dengan Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana, N. 2010. Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui

Supervisi Klinis. Binamitra Publishing. Jakarta.

_________. 2010. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas

Sekolah. Binamitra Publishing. Jakarta.

Sudrajat, A. 2011. Pembelajaran Inkuiri. Tersedia Online : http://akhmadsudrajat.

wordpress.com/2011/09/12/pembelajaran-inkuiri. Diakses tanggal 21 Oktober 2013.

Suhatman. 2013. Implementasi Pembelajaran Salah Kaprah Di Madrasah

Wilayah Kerja Balai Diklat Keagamaan Jakarta. Online. Tersedia :

http://bdkjakarta.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=847. Diakses

tanggal 9 Nopember 2013

Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya.

Bumi Aksara. Jakarta.

Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Hikayat. Yogyakarta.

Suwondo dan Wulandari. 2013. Inquiry-Based Active Learning: The

Enhancement of Attitude and Understanding of the Concept of Experimental Design in Biostatics Course. Asian Social Science; Vol. 9,

No. 12 Tahun 2013.Canadian Center of Science and Education.

Starr, J. 2003. The Coaching Manual: The definitive guide to the process,

(36)

82

Thorne, K. 2005. Coaching For Change : Peran Pelatih dalam Proses Perubahan

Manusia dan Organisasi. Alih bahasa : Osman Iiyanti. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.

Thorpe, S dan Clifford, J. 2003. The Coaching Handbok: An Action Kit for

Trainers & Managers. Kogan Page. London.

Trianto. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik

Konsep, Landasan Teoritis Praktis dan Implikasinya. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Uno, HB. 2009. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarta.

Widodo, dkk. 2011. Pengembangan Paket Program Coaching Berbasis Video.

Cakrawala Pendidikan, Iebruari 2011, Th. XXX, No. 1.

Whitmore, J. 2002. Coaching For Performance : Growing People, Performance,

and Purpose. Nicholas Brealey Publishing. London

Witarsa, R. 2011. Analisis Kemampuan Inkuiri Guru Yang Sudah Tersertifikasi

Dan Belum Tersertifikasi Dalam Pembelajaran Sains SD. Jurnal Edisi

khusus No. 2 Agustus 2011. ISSN 1412-565X.

Yusuf. 2003. Efektifitas Kemampuan Guru Dalam Pembelajaran. Jurnal

Penelitian PPs UPI Bandung. Bandung.

Yutmini, S. 1992. Strategi Belajar Mengajar. IKIP UNS. Surakarta.

Zulfikar, T. 2010. Benang Kusut Pendidikan Kita: Sebuah Refleksi. Tersedia :

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir .............................................................
Tabel Hasil Pelaksanaan Penelitian Setiap Siklus .............................. 85
Tabel 1.1 Hasil Telaah RPP Guru Rumpun Mata Pelajaran IPA Kelas X
Tabel 1.2 Data Observasi kemampuan guru rumpun mata pelajaran IPA di kelas X

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi kontribusi dan manfaat bagi kosmetika halal khususnya untuk kosmetik Wardah, agar dapat merumuskan strategi Relationship

Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas (Broad Based Education).. Jakarta:

[r]

APLIKASI MULTIMEDIA METODE PECS ( PICTURE EXCHANGE COMMUNICATION SYSTEM ) UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN KOMUNIKASI ANAK.. ASD ( AUTISME SPECTRUM

Mata Pelajaran Nilai

Dreamweaver adalah program desain web yang memberi banyak kemudahan dalam pembuatan aplikasi, salah satunya dapat mengkoneksi desain web dengan koneksi database dan memasukkan

B Olah Sampah Kering Menjadi Kerajinan Lerak, Jodohnya Batik Untuk Tetap Awet

A Pelantikan Pejabat Di Lingkungan Pemkot Yogya Pengembangan Wawasan Dan Manajemen Pondok