• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN BERBASIS TUGAS PROYEK DI BEBERAPA SMP DALAM WILAYAH BINAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN BERBASIS TUGAS PROYEK DI BEBERAPA SMP DALAM WILAYAH BINAAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

234

BAMBANG HARIANTO

Pengawas SMP Kabupaten Bangkalan

Abstrak: Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya dengan membahasnya dengan orang

lain. Bukan Cuma itu, perlu “ mengerjakannya” yakni penggambarkan sesuatu

dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan. Penelitian ini berdasarkan permasalahan “ Apakah Supervisi Klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapakan pembelajaran kontekstual model pembelajaran berbasis proyek/tugas di SMP dalam Wilayah

Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016?”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual model pembelajaran berbasis proyek/tugas di SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016setelah diterapkan supervisi klinis. Penelitian ini menggunakan tindakan (Action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah guru-guru di SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Data yang diperoleh berupa hasil lembar observasi kegiatan belajar mengajar.

Kesimpulan yang diambil adalah bahwa. dengan Menerapkan Supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran kontekstual Model Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas Pada SMPdalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: PKn, metode, pembelajaran Kontekstual

To learn something well, we need to hear, see, and ask questions about it by discussing it with others. Not only that, it is necessary to "do it" that describes something in their own way, demonstrates the example, tries to practice the skills, and does the task of demanding knowledge that they have or should get. This study is based on the issue of "Does Clinical Supervision improve teachers' ability in applying contextual learning of project-based learning model in junior high school in Bangkalan in academic 2015, This study uses action (Action research) as much as three rounds. Each round consists of four stages: design, activity and observation, reflection and revision. The target of this research is teachers in junior high school in Bangkalan in academic 2015.

Pendahuluan

Pengertian lain ialah sebagai tek-nik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau penyajikan ba-han pelajaran kepada siswa di dalam

(2)

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto

235 atau teknik penyajian yang diguna-kan oleh guru untuk menyampaidiguna-kan informasi atau massage lisan kepada siswa berbeda degnan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, ke-trampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengeta-huannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun un-tuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang di-gunakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam meng-hadapi segala persoalan.

Kita mengenal bermacam-macam teknik penyajian dari yang tradisio-nal, yang diguakan dahulu kala, te-tapi juga yang modern, yang diguna-kan baru akhir-akhir ini.

Perkembangan selanjutnya para ahli masih perlu mengadakan pene-litian dan eksperimen agar dapat me-nemukan teknik penyajian yang di-pandang paling efektif untuk pelaja-ran tertentu, apakah hal itu akan ter-jawab, kita serahkan pada hasil pe-nelitian para ahli tersebut.

Dari bermacam-macam teknik mengajar itu, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pe-laksanakaan penyajian, tetapi ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi modern seperti televise, radio, kasset, video-tape, film, head projector, mesin belajar dan lain-lain, bahkan telah menggunakan bantuan satelit. Ada pula teknik penyajian yang hanya digunakan untuk sejum-lah siswa yang terbatas, tetapi ada

pula yang digunakan untuk sejumlah siswa yang tidak terbatas.

Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus, sebab dalam kegiatan belajar mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah kon-sekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Pen-jelasan dna pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bias membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.

Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tu-gas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (movong about dan thinking alound)

Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan ten-tangnya dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa

(3)

236 yang menuntut pengetahuan yang te-lah atau harus mereka dapatkan.

Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penuliis

me-ngambil judul “Meningkatkan Ke -mampuan Guru dalam Menerapkan Strategi Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Proyek /Tugas melalui Supervisi Klinis di beberapa SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun

Pela-jaran 2015/2016”.

Tinjauan tentang Pembelajaran Kontekstual

Salah satu komponen dari proses pengajaran diperlukan metode yaitu satu cara/ strategi yang digunakan mengajar (guru) dalam kegiatan be-lajar mengajar untuk mencapai pe-ngajaran. Dengan metode pengajaran yang digunakan guru, maka proses belajar mengajar akan berjalan lancar secara efektif dalam arti dan waktu, tenaga, sasaran yang tepat akan tercapai hasil yang optimal. Guru dalam memilih metode pengajaran, mempertimbangkan beberapa faktor seperti karakteristik siswa. Kemam-puan siswa, tujuan pengajaran, ke-mampuan guru dan sebagainya. Me-nurut pendapat Sastrowijoyo (1993

:102) “Metode tergantung pada tuju -an, kemampuan yang belajar dan me-ngajar, pada waktu pada ukuran besar kelompok dan fasilitas yang tersedia.”

Karena sejauh ini pendidikan masih didominasikan oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Untuk

itu diperlukan strategi baru untuk mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri sehingga penulis tertarik untuk mene-liti strategi pembelajaran Konteks-tual/CTL.

Hakikat pembelajaran Konteks-tual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. (Departemen Pendidikan Nasional, 2002:5).

Strategi pembelajaran CTL mem-punyai tujuh komponen yaitu : 1) Kontruktivisme (Contructivism); 2) Menemukan (Inquiry); 3) Bertanya (Questioning); 4) Masya-rakat Belajar (Learning Community); 5) Pemodelan (Modeling); 6) Refleksi (Reflection); 7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas Pengajaran berbasis proyek/tugas terstruktur (project-based learning)

(4)

meng-Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto

237 konstruksikannya dalam produk nyata (Buck institute for Education, 2001)

Siswa diberikan tugas/ proyek yang kompleks, sulit, lengkap, tetapi realistis/autentik dan kemudian dibe-rikan bantuan secukupnya agar mere-ka dapat menyelesaimere-kan tugas meremere-ka (bukan diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas kompleks yang padu suatu diharap-kan adiharap-kan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut). Prinsip ini digunakan untuk menunjang pembe-rian tugas kompleks di kelas seperti proyek, simulasi, penyelidikan mas-yarakat, menulis untukj disajikan kepada forum mendengar yang sesungguhnyam dan tugas-tugas autentik lainnya. Istilah situated learning (Prawat, 1992) digunakan untuk menggambarkan pembelajaran yang terjadi di dalam kehidupan nyatam, tugas-tugas outentik/asli yang sebenarnya.

Tidak memandang apakah suatu tugas harus dikerjakan sebagai peker-jaan kelas atau sebagai pekerpeker-jaan ru-mah, empat prinsip berikut ini mem-bantu siswa dalam perjalanan mereka menjadi pembelajaran mandiri yang efektif.

Supervisi Klinis

Banyak yang mengemukakan tentang pengertian supervisi dengan sudut pandang yang berbeda-beda, namun akan dicoba untuk diuraikaan secaraa berturut-turut.

Sebelum menguraikan tentang supervisi klinis tidak ada salahnya jika dalam kajian pustaka ini

di-uraikan terlebih dahulu tentang Su-pervisi. Supervisi adalah merupakan bentuk bantuan atau pelayanan yang bertujuan untuk memecahkan perma-salahan dalam pendidikan baik masa-lah pembelajaran maupun masamasa-lah manajemen sekolah yang dihadapi guru,kepala sekolah maupun tenaga administrasi sekolah.

Sedangkan supervisi klinis ada-lah superfisi yang berfokus pada per-baikan pembelajaran dan dilakukan melalui siklus yang sistimatis.Siklus tersebut mancakup kegiatan peren-canaan, pengamatan dan analisis terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan olhe guru yang disupervisi.

John J Bolla dari ichard Waller dalam Mukhtar dalam bukunya Orientasi baru Supervisi Pendidikan Menjelaskan bahwa:

Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of ins-truction by means of systemic sycels of planning, observation and intensive intellectual ana-lysis of actual teaching perfor-ment in the interest of rational modification (Sebagai supervise yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan menjalankan siklus yang sistimatis dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk

modifikasi yang rasional)”

(5)

238 memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar yang ideal.

Berdasar pengertian tersebut di-atas dapat dikatakan bahwa supervisi klinis pada dasarnya adalah meru-pakan bantuan yang diberikan kepada guru dalam memecahkan atau me-ningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran supervisi ini dilaksanakan dengan ta-tap muka dan dilakukan dengan taha-pan-tahapan. Tujuan dari pada super-vsisi ini adalah membantu mengem-bangkan profesional guru/ calon guru , khususnya dalam melak-sanakan kegiatan pembelajaran mela-lui taha-pan-tahapan perencanaan, pe-ngama-tan dan analisis.

Unsur-unsur daripada supervisi klinis ini adalah sebagai berikut : a. Adanya hubungan tatap muka

antara supervisor dengan guru yang disupervisi.

b. Fokusnya adalah kegiatan guru dalam melaksanakan pembelaja-ran.

c. Dilakukan observasi secara cermat. d. Hasil observasi didskribsikan

seca-ra cermat.

e. Supervisor dan guru bersama-sama melakukan penilaian penampilan guru.

f. Berfokus pada kebutuhan guru da-lam melaksanakan pembelaja-ran.

Karakteristik Supervisi klinis. Dari pengertian supervisi klinis sebagaimana terurai diatas kiranya dapat diuraikan juga tentang beberapa karakteristik supervisimklinis sebagai berikut :

a. Perbaikan dalam mengajar meng-haruskana guru memperbaiki kete-rampilan intelektual dan berting-kah laku yang spesifik.

b. Fungsi utama supervisor ialah me-ngajarkan berbagai keterampi-lan kepada guru.

c. Fokus supervise klinis adalah pada perbaikan cara mengajar dan bu-kan mengubah kepribadian guru. d. Fokus supervise klinis dalam

pe-rencanaan dan analisis merupakan pegangan dalam pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar yang di dasarkan atas bukti-bukti pe-ngamatan.

e. Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor de-ngan guru.

f. Balikan (feedback) yang diberikan harus secepat mungkin dan sifat-nya obyektif.

g. Dalam percakapan balik seharus-nya datang terlebih dahulu dari guru, bukan dari supervisor.

Prinsip-prinsip Supervisi Klinis Adapun prinsip-prinsip yang ha-rus di perhatikan dalam melakukan supervise klinis, sebagai berikut : a. Supervisi klinis yang dilakukan

harus berdasarkan inisiatif dari pa-ra guru, perilaku supervisor harus demikian teknis sehingga guru-guru terdorong untuk berusaha meminta bantuannn dari super-visor.

b. Ciptakan hubungan yang bersifat manusiawi, yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.

(6)

me-Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto

239 ngemukakan apa yang dialaminya. Supervisor berusaha dapat men-jawab dan menemukan solusinya atas apa yang diharapkan guru. d. Objek kajian adalah kebutuhan

professional guru yang riil, ten-tunya yang mereka alami.

Metode Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan Sekolah, maka penelitian ini meng-gunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus me-liputi planning (rencana), action (tin-dakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tin-dakan pendahuluan yang berupa iden-tifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tuju-an dtuju-an membuat renctuju-ana tindaktuju-an, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembe-lajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meli-puti tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelaja-ran model pembelajapembelaja-ran terbim-bing.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, meli-hat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh penga-mat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Subyek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian dalam hal ini adalah guru dalam pembelajaran Kon-tektual Model Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas di SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016. Jumlah guru yang diamati atau menjadi subyek penelitian adalah sebanyak 10 orang yang terbagi di 5 SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2015/2016 yang semuanya adalah guru dan telah mempunyai masa kerja yang cukup,sehingga para

Reflek si

Tindak an/

Obser

Refleks i

Tindak an/

Obser

Refleks

i

Tindak an/

Obser

Renc ana

Renc ana

Renc ana

Putaran 1

Putaran 2

(7)

240 guru tersebut mempunyai kemampu-an ykemampu-ang rata-rata setara.

Obyek Penelitiannya adalah kegi-atan guru dalam melaksanakan pem-belajaran dengan pempem-belajaran kon-tekstual, Dengan demikian yang men-jadi pengamatan peneliti adalah ba-gaimana guru menerapkan pebelaja-ran dengan pembelajapebelaja-ran kontektual di Kelasnya.

Untuk melaksanakan pengamatan tersebut peneliti menggunakan instru-men pengamatan yang disebut Instru-men Pengamatan Kegiatan Guru atau IPKG. Intstrumen tersebut mencakup bagaimana guru melaksanakan oer-siapan pembelajaran, melaksanakan baik pendahuluan kegiatan inti maupun kegiatan akhir, dan juga bagaimana guru subyek penelitian mengadaan peniliaan hasil belajar.

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pem-belajaran kontektual di SMP dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bang-kalan Tahun Pelajaran 2015/2016.

Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) Bulan yakni pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2016.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian tindakan seko-lah ini dilakukan melalui beberapa siklus, dan masing-masing siklus dilakukan melalui beberapa tahapan yakni tahap perencanaan, tahap pelak-sanaan, tahap observasi dan tahap ref-leksi. Secara rinci rencana kegiatan

tiap tahap dapat diuraikan dibawah ini.

a. Tahap Perencanaan.

Pada tahap perancanaan ini pe-neliti melakukan pertemuan de-ngan para guru kelas dalam wila-yah binaan. Hal-hal yang disam-paikan dalam pertemuan tersebut adalah : 1) Temuan di lapangan tentang pembelajaran yang diamati supervisor/peneliti yakni mayoritas guru dalam kegiatan pembelajaran mendominasi aktifitas, sehingga siswanya pasif menerima penge-tahuan dari guru. 2). Penjelasan tentang pembelajaran yang seha-rusnya dilakukan oleh guru yakni model pembelajaran dengan pem-belajaran kontektual. 3). Berdis-kusi dengan guru tentang kesu-litan-kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran kontektual. 4). Memberikan alternatif solusi terha-dap kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran kontektual. 5). Guru menyusun Rencana Pembe-lajaran dan dikomunikasikan kepa-da pengawas atau supervisor yang sekaligus sebagai peneliti. Untuk ini guru diberi waktu kurang lebih satu minggun untuk menyusun rencana pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran kontektual.

b. Tahap Pelaksanaan.

(8)

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto

241 Hal yang diamati adalah tentang bagaimana guru menerapkan pem-belajaran yang dirancang sehingga siswa dapat mengikuti pembela-jaran dengan baik sesuai dengan kriteria Aktif, dan menyenangkan. c. Tahap Observasi.

Pada tahap observasi ini peneliti yakni pengawas mengamati kegi-atan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Acuan yang digunakan atau isntrumen yang digunakan oleh peneliti dalam mengamati pembelajaran adalah dengan menggunakan Intsrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG). Instrumen ini terdiri dari dua macam yakni : IPKG 1 dan IPKG2. IPKG 1 menilai tentang rencana pembe-lajaran yang disusun guru, sedang-kan IPKG 2 digunasedang-kan untuk mengamati atau menilai tentang pelaksanaan pembelajaran kontek-tual.

d. Tahap Refleksi.

Pada tahap ini peneliti merang-kum hasil pengamatan tentang pembelajaran Inkury, untuk dire-nungkan dan disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan IPKG.

Dalam tahap ini peneliti ber-kumpul lagi dengan subyek pene-litian untuk membahas kekurangan yang dilakukan dalam pembela-jaran siklus pertama. Dalam me-nyampaikan kekurangan tersebut peneliti juga memusyawarahkan dengan guru tentang jalan keluar atau bagaimana cara memperbaiki kegiatan pembelajaran berikutnya.

Kegiatan demikian dilakukan secara berulang sehingga mencapai beberapa siklus sesuai hasil penca-paian maksimal. Masalah banyak-nya siklus tergantung pencapaian ketuntasan atau ketercapaian kri-teria yang telah ditetapkan dalam penelitian, sehingga jumlah siklus bisa 2 siklus atau 3 siklus.

Instrumen Pengumpulan Data dan Tehnik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengupulan data dalam penelitian ini adalah Instrumen Penilaian Kinerja Guru atau yang isebut IPKG. Dalam penelitian ini igunakan dua instrumen yakni IPKG 1 yang digunakan untuk menilai Rencana Pembelajaran yang digunakan oleh Guru dan IPKG 2 yang digunakan untuk menilai kgiatan pembelajaran guru.

IPKG 1 berisi tentang aspek pengamatan yang berkenaan dengan rencana pembelajaran mencakup : 1) Kejelasan perumusan tujuan pembe-lajaran. 2) Pemilihan dan pengemba-ngan materi pembelajaran. 3) Pengor-ganisasian Materi pelajaran. 4) Pemi-lihan sumber / media pembelajaran. 5) Kejelasan skenario pembelajaran. 6) Kesesuaian tehnik evaluasi yang direncanakan. 7) Kelengkapan instru-men evaluasi yang direncanakan.

(9)

242 Menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan runtut sesuai dengan hierarkhi belajar dan karakteristik siswa. 6) Mengaitkan materi pembe-lajaran dengan realitas kehidupan. 7) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengn tujuan. 8) Menguasai kelas. 9) Melaksanakan pembelajaran dengan mengaktifkan siswa. 10) Melaksana-kan pembelajaran yang memungkin-kan tumbuhnya kebiasaan positif bagi siswa. 11) Melaksanakan pembelaja-ran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. 12) Menggunakan me-dia pembelajaran secara efektif dan efisien. 13) Menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran. 14) Me-nunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa. 15) Menubuhkan kece-riaan dan antusiasme siswa dalam belajar. 16) Memantau/melakukan penilaian dalam proses. 17) Mela-kukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan. 18) Penggunaan gaya yang sesuai dan bahasa baik tulis maupun lisan dengan jelas baik dan benar.19) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa. 20) Melakukan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan atau tugas sebagai bagian remidial/ pengayaan.

Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mengupulkan data penulis menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Observasi dilakukan ketika guru melaksanakan pembelaja-ran kontektual.

Dokumentasi digunakan untuk menilai rencana pembelajaran yang digunakan guru.

Kriteria Keberhasilan Penelitian Kriteria keberhasilan ditetapkan bahwa : Masing-masing guru maupun secara keseluruhan dinyatakan tuntas atau berhasil jika mencapai nilai sebagai berikut :

1. Kriteria keberhasilan/ketuntasan dalam menyusun RPP.

a. Guru dinyatakan telah berhasil dalam menyusun rencana pem-belajaran jika nilai rencana pembelajaran minimal 28 arti-nya setiap aspek minimal men-dapat nilai 4 dari tujuh aspek penilaian rencana pembelajaran. b. Penelitian ini dianggap selesai atau berhasil jika 80 % dari guru-guru yang menjadi subyek penelitian telah mendapat nilai minimal 28.

2. Kriteria keberhasilan/ ketuntasan penelitian dalam pelaksanaan pem-belajaran.

Dalam menetapkan apakah pe-nelitian pelaksanaan pembelajaran berhasil atau tidak, maka ditetap-kan kriteria keberhasilan atau kri-teria ketuntasan dalam penelitian tindakan sebagai berikut :

a. Penelitian dalam pelaksanaan pembelajaran dinyatakan tuntas/ berhasil secara individu jika tiap guru mencapai skor mini-mal 80, artinya tiap aspek minimal mendapat nilai 4 dari 20 aspek pengamatan kegiatan pembelajaran.

(10)

pembela-Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto

243 jaran kontekstual telah menda-pat nilai minimal 80.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Siklus I

Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan mengumpulkan para guru untuk mendapatkan penjelasan tentang cara menyusun rencana pembelajaran se-suai dengan pembelajaran dengan pembelajaran kontektual. Bahan penjelasan dan pembahasan tentunya berdasar pengamatan sebelumnya yakni temuan di lapangan dalam pelaksanaan Supervisi, utamaya keku-rangan apa yang ditemukan di lapangan untuk disempurnakan pada kegiatan perencaaan pembelajaran.

Selanjutnya dengan bimbingan Pengawas guru penyusunan rencana pembelajaran yang digunakan pada siklus I. Pada perencanaan ini Ren-cana pembelajaran yang disusun sesuai dengan ketetentuan pada pem-belajaran dengan pempem-belajaran kon-tekstual berbasis tugas/proyek dengan memberi soal kepada siswa sebagai-mana yang diteliti. Tahap perencana-an ini dilaksperencana-anakperencana-an pada tperencana-anggal 6 Maret 2016.

Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan ini dilaksana-kan pada tanggal 10 sampai dengan 20 Maret 2016. Pada tahap ini Guru melakukan kegiatan pembelajaran ngan menerapkan pembelajaran de-ngan pembelajaran kontektual berba-sis tugas/proyek sesuai dengan krite-ria pembelajaran kontektual yang telah dibahas pada tahap perencanaan.

Observasi

Observasi dilakukan secara ber-samaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pembelajaran pa-da siklus I. Fokus observasi apa-dalah bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan guru. Tahap observasi ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan yakni pada tanggal 10 sampai dengan 20 Maret 2016.

Refleksi

Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 22 Maret 2016. Pembelajaran dilak-sanakan masih banyak perlu menda-patkan penyempurnaan. Pada pelak-sanaan pembelajarannya masih ada 6 orang guru yang belum tuntas atau sesuai dengan ketentuan yang dite-tapkan dalam pembelajaran kontek-tual. Hanya 4 orang guru yang telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan ketentuann yang ditetapkan dalam pembelajaran kontektual.

Untuk itu kekurangan yang ter-dapat pada siklus pertama ini akan dijadikan bahan penyempurnaan pada siklus berikutnya. Kekurangan ini disempurnakan pada tahap perencana-an siklus kedua. Sesuai dengperencana-an peren-canaan awal bahwa kekurangan pada suatu siklus akan menjadi bahan perbaikan pada siklus berikutnya.

(11)

244 dalam merencanakan pembelajaran kontektual.

Hasil pengamatan atau observasi pada siklus pertama dapat direkap sebagai berikut.

Tabel 4.1

Rekapitulasi hasil pengamatan siklus pertama.

N O

RENTANG NILAI

JML

GURU KET.

1 2

Remcana Pembelajaran Kurang dari 28 Sama atau lebih dari 28

7 3

Belum berhasil Berhasil

1 2

Pelaksanaan Pembelajaran Kurang dari 80 Sama atau lebih dari 80

6 4

Belum berhasil Berhasil

Siklus II

Perencanaan

Perencanaan pada siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2016, di sekolah lokasi penelitian. Peneliti mempelajari hasil refleksi tindakan pada siklus I dan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini masih tetap sama yaitu dengan penerapan pembelajaran kontektual mengadakan perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Pada siklus 2 ini yang membedakan dengan siklus 1 adalah pada pegamat atau observer yaitu menambah obser-ver, kecuali peneliti observer juga melibatkan kepala sekolah untuk mengamati kegiatan pembelajaran kontektual.

Kekurangan pada penyusunan rencana pembelajaran seperti penyu-sunan tujuan pembelajaran

penyusu-nan alat evaluasi maupun komponen lain disempurnakan pada siklus ke-dua.

Kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran kontektual terletak pada kegiatan bahwa guru terlalu mendo-minasi kegiatan sedangkan siswanya relatif pasif, penggunaan media pem-belajaran juga masih sangat kurang optimal, sedangkan penilaian dalam proses belum dilaksanakan oleh guru. Dengan demikian masih terdapat beberapa kekurangan dalam pelaksa-naan pembelajaran kontektual.

Kekurangan tersebut disampai-kan kepada para guru sebagai subyek penelitian untuk direncanakan dan disempurnakan pada kegiatan siklus kedua. Pada tahap perencanaan siklus kedua inilah guru menyusun rencana pembelajaran dan semua fasilitas yang diperlukan untuk menerapkan pembelajaran kontektual pada siklus kedua. Dengan persiapan dan masu-kan yang diberimasu-kan oleh peneliti atau pengawas diharapkan perancanaan dan pelaksanaan pembelajaran kon-tektual dapat dilakukan lebih sem-purna.

Pelaksanaan Tindakan

(12)

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto

245 maupun mengelurkan pendapat yaitu ada 4 orang bahkan yang menjawab pertanyaan lebih banyak lagi. Di samping itu aktifitas guru sudah mulai terkendali artinya guru tidak terlalu mendominasi kegiatan lagi, guru mulai berperan sebagai moti-vator dan fasilitator meskipun masih sering muncul dominasi sekali-kali. Meskipun demikian masih terdapat beberapa kekuragan jika dibanding-kan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

Observasi

Tahap observasi merupakan taha-pan dalam penelitian dimana peneliti dibantu oleh observer mengamati ke-giatan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran kontektual. Pada siklus kedua ini sengja ditambah seorang observer agar pengamatan menjadi lebih cer-mat dan lebih sempurna dengan demi-kian hasil penelitian akan lebih aku-rat.

Tahap ini dilaksanakan bersama-an dengbersama-an tahap pelaksbersama-anabersama-an, yakni tanggal 1 sampai dengan 9 April 2016. Observasi dilakukan secara ber-samaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2. Fokus observasi adalah bagaimana proses penerapan tindakan yang dilakukan pengajar dan siswa, aktivitas-aktivitas siswa, yang meliputi frekuensi ber-tanya dan menjawab perber-tanyaan serta rekaman situasi kelas yang lain

seperti penggunaan media, penilaian dalam proses selama kegiatan belajar mengajar. Observasi dilakukan oleh peneliti dan kepala sekolah yang bertindak sebagai observer.

Tabel 4.2

Rekapitulasi hasil pengamatan siklus kedua.

N O

RENTANG NILAI

JML

GURU KET.

1 2

Remcana Pembelajaran Kurang dari 28 Sama atau lebih dari 28

5 5

Belum berhasil Berhasil

1 2

Pelaksanaan Pembelajaran Kurang dari 80 Sama atau lebih dari 80

5 5

Belum berhasil Berhasil

Refleksi

Tahap refleksi merupakan tahap untuk merenungkan tentang hasil pe-ngamatan atau obsevasi yang dila-kukan baik oleh observer maupun oleh peneliti. Dari hasil observasi ternyata masih ada beberapa hal yang perlu disempurnakan seperti penggu-naan media pembelajaran artinya penggunaan media pembelajaran ku-rang efektif, penilaian dalam proses belum dilaksanakan oleh guru, serta guru masih kurang maksimal dalam mengaktifkan siswa.

Siklus III

Perencanaan

(13)

246 dilaksanakan pada siklus III ini masih tetap sama yaitu dengan penerapan pembelajaran Inkury mengadakan perbaikan-perbaikan berdasarkan ha-sil refleksi siklus II. Pada siklus ketiga ini sama dengan siklus kedua yaitu pada pegamat atau observer sebanyak dua orang, kecuali peneliti melibatkan kepala sekolah untuk mengamati kegiatan pembelajaran kontektual atau menjadi obsrver. Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih teliti dalam mengamati penerapan pembelajaran kontektual sesuai de-ngan pembelajaran yang telah dise-pakati.

Kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran kontektual terletak pada kegiatan bahwa guru belum melaku-kan penilaian dalam proses, peggu-naan media pembelajaran juga masih sangat kurang optimal pada siklus kedua diinginkan untuk dilaksanakan pada siklus ketiga. Dengan demikian pada siklus ketiga ini diharapkan guru telah melaksanakan pembelaja-ran kontektual dengan baik.

Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan ini dilaksana-kan pada tanggal 24 sampai dengan 28 April 2016 di lokasi penelitian. Guru melaksanakan kegiatan pembe-lajaran dengan mengacu pada persi-apan yang telah disempurnakan dari siklus kedua. Guru menyampaikan informasi tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Dalam pertemuan ini tampak berbeda dengan siklus kedua, siswa mulai banyak yang aktif bertanya maupun mengeluarkan pendapat bahkan yang menjawab

pertanyaan lebih banyak lagi. Di samping itu aktifitas guru sudah mulai terkendali artinya guru tidak terlalu mendominasi kegiatan lagi, guru mulai berperan sebagai moti-vator dan fasilitator meskipun masih sering muncul dominasi sekali-kali. Meskipun demikian masih terdapat beberapa kekurangan jika diban-dingkan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Penilaian dalam proses dilaksanakan oleh guru, peng-gunaan mediapun telah dilakukan dengan baik.

Observasi

Tahap ini dilaksanakan bersama-an dengbersama-an tahap pelaksbersama-anabersama-an, yakni tanggal 24 sampai dengan 28 April 2016. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tin-dakan, dengan tujuan untuk mem-peroleh informasi yang lebih men-dalam dan menyeluruh tentang pelak-sanaan pembelajaran pada siklus ketiga. Fokus observasi adalah bagai-mana proses penerapan tindakan yang dilakukan pengajar dan siswa, akti-vitas-aktivitas siswa, yang meliputi frekuensi bertanya dan menjawab pertanyaan serta rekaman situasi kelas yang lain seperti penggunaan media, penilaian dala proses selama kegiatan belajar mengajar. Observasi dilaku-kan oleh peneliti dan kepala sekolah yang bertindak sebagai observer.

Tabel 4.3

Rekapitulasi hasil pengamatan siklus ketiga.

N O

RENTANG NILAI

JML

(14)

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto Kurang dari 28 Sama atau lebih dari 28 Kurang dari 80 Sama atau lebih dari 80

Tahap refleksi merupakan tahap untuk merenungkan tentang hasil pe-ngamatan atau obsevasi yang dilaku-kan baik oleh observer maupun oleh peneliti. Dari hasil observasi ternyata pada peyusunan rencana pembela-jaran semua guru telah melakukannya dengan baik, hal itu terbukti bahwa tidak ada seorang gurupun yang memperoleh nilai dibawah nilai ketuntasan. Sedangkan para pelak-sanaan pembelajaran masih terdapat seorang guru yang belum mencapai ketuntasan kekurangan guru tersebut adalah pada pelaksanaan penilaian dalam proses dan penggunaan media pembelajaran artinya penggunaan media pembelajaran kurang efektif. Meskipun demikian secara umum berdasar ketentuan ketuntasan pelak-sanaan pembelajaran pada siklus ketiga ini telah tuntas.

Pembahasan

Hasil pengamatan pada rencana pembelajaran pada siklus pertama dan siklus kedua terdapat perubahan yang sangat signifikan. Hasil pengamatan pada siklus pertama masih banyak ditemukan kekurangan sehingga pro-sentase keberhasilan masih dibawah

kiteria keberhasilan atau kriteria ke-tuntasan dalam penelitian. Hasil pe-ngamatan tentang pelaksanaan pem-belajaran pada siklus ketiga dida-patkan bahwa untuk penilaian rencana pembelajaran tidak ada seorang guru-pun yang mendapat nilai di bawah 28 dari 7 aspek yang diamati, artinya nilai minimal tiap aspek 4. Perban-dingan hasil pengamatan tersebut da-pat disajikan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Perbandingan Hasil Pengamatan tentang Rencana Pembelajaran

Masing-masing siklus

(15)

248 Berdasar perbandingan nilai pada tabel tersebut diatas dapatlah disim-pulkan bahwa: Pada siklus pertama masih terdapat 6 orang guru yang belum mencapai nilai minimal keber-hasilan dalam menyusun rencana pembelajaran sedangkan pada siklus kedua 4 guru telah tuntas atau berha-sil dalam menyusun rencana pembe-lajaran. Pada siklus ketiga ada satu gurupun yang hasil/ nilai penyusunan rencana pembelajarannya kurang 28. Semua guru hasil/nilai penyusunan rencana pembelajarannya adalah 28 kelas.

Dengan demikian dapat dikata-kan bahwa supervisi akademik de-ngan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan guru da-lam menyusun rencana pembelajaran. Perbandingan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dalam ben-tuk tabel adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5

Perbandingan Hasil Pengamatan tentang Pelaksanaan Pembelajaran

Masing-masing siklus

N O

RENTANG NILAI

JUMLAH

GURU KET

. S-I S-II

S-III

Rencana

1

2

Pembelajara n

Kurang dari 80

Sama atau lebih dari 80

6

4 5

5 1

9

Belu m berh asil Tunt as

Jika perbandingan hasil penga-matan tentang pelaksanaan pembela-jaran masing-masing siklus tersebut dituangkan dalam bentuk grafik maka akan menjadi sebagai berikut :

Berdasar rekapitulasi dan peban-dingan hasil pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran kontek-stual dapatlah disimpulkan bahwa : 1. Pada siklus pertama masih terdapat

6 guru yang mendapatkan hasil kurang dari 80 sedang yang tuntas sebanyak 4 orang guru artinya tingkat keberhasilannya mencapai 60%.

2. Pada siklus kedua terdapat 5 orang guru yang mendapat nilai dibawah kriteria keberhasilan,artinya ting-kat ketuntasannya mencapai 50%. 3. Pada siklus ketiga didapatkan

kon-disi guru bahwa tinggal seorang guru yang mendapatkan hasil diba-wah 80 dalam pengamatan yang dilakukan peneliti. Artinya prosen-tase keberhasilan pada siklus

ke-0 5 10

siklus 1

Siklus 2

Siklus 3

(16)

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran, Bambang Harianto

249 tiga mencapai 90 %, dengan demi-kian guru telah mencapai kriteria keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual.

Keberhasilan tersebut dipengaru-hi oleh beberapa hal diantaranya : 1. Pelaksanaan supervisi dengan

melibatkan banyak pihak untuk memberikn masukan kepada guru yang disupervisi.

2. dengan yang ditandai dengan ang-gapan dan pembelajaran konteks-tual kepada guru. Karena dengan pembelajaran kontekstual ini guru tidak merasa disalahkan, tetapi diajak berfikir bersama atas per-masalahan yang dihadapi, atas kondisi yang ada dan akhirnya pengawas sebagai nitra guru mem-fasilitasi kebutuhan guru dalam meningkatkan kinerjanya.

3. Guru lebih terbuka jika diajak musyawarah layaknya mitra kerja dalam membahas dan menyempur-nakan kekurangan yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas. 4. Guru tidak lagi merasa takut jika

didatangi pengawas sekolah, bah-kan diharapbah-kan agar pengawas sering-sering datang ke sekolah.

Kesimpulan

Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dapatlah disimpulkan bahwa :

Supervisi Klinis dapat Mening-katkan Kemampuan Guru dalam me-nerapkan pembelajaran kontekstual dengan Model Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas di beberapa SMP dalam

Wilayah Binaan Kabupaten Bang-kalan Tahun Pelajaran 2015/2016.

Saran-saran

Adapun saran-saran atas dasar kesimpulan dan pembahasan tersebut diatas dapatlah dikemukakan sebagai berikut :

1. Terhadap guru dalam pelaksanaan supervisi hendaknya dapat dilaksa-nakan secara demokratis, sehingga lebih memungkinkan adanya keter-bukaan bagi guru untuk mengung-kapkan permasalahan yang dihada-pinya. Guru tidak lagi takut untuk berkomunikasi dengan pengawas sekolah sehingga pengawas benar-benar menjadi mitra kerja para guru.

2. Pembelajaran Kontekstual hendak-nya dapat diterapkan untuk semua kelas dan semua mata pelajaran, karena supervisi dengan pembe-lajaran ini lebih demokratis dan terbuka kepada guru dan kelapa sekolah.

3. Peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran Kontekstual dapat ditingkatkan bukan hanya melalui supervisi klinis saja tetapi juga melalui kegi-atan rutin seperti diklat, MGMP, maupun kegiatan lain yang dila-kukan kepala sekolah terhadap gurunya.

(17)

250 maupun spirituil demi kemajuan sekolah.

5. Pemerintah daerah diharapkan se-lalu meningkatkan anggaran pendi-dikan terutama untuk peningkatan mutu.

Daftar Pustaka

Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Ban-dung. Sinar Baru Algesindo Arikunto, Suharsimi, 1993.

Manaje-men Mengajar Secara Manusi-awi. Jakarta Rineksa Cipta Arikunto, suharsimi. 2001 .

Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan .

Jakarta. Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rikena Cipata Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses

Belajar Mengajar Pendidikan.

Jakarta Usaha Nasional

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Stra-tegi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP Fak. Psikologi UGM

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Ban-dung Sinar Baru Algesindo. Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998

Proses Belajar mengajar . Ban-dung : Remaja Rosdakarya Margono, 1997. Metodologi

Peneliti-an PendidikPeneliti-an. Jakarta Rineksa Cipta

Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes.

Surabaya: Universitas Press Melvin. L. Siberman. 2004. Active

Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif . Bandung Nusa-media dan Nuansa.

Mukhtar,2009,Orientasi baru Super-visi Pendidikan,Jakarta, Gaung Persada.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung PT. Re-maja Rosdakarya.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya Uni-versity Press Universitas Negeri Surabaya.

Nurhadi, dkk.2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL) dan Penerapan Dalam KBK.

Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press)

Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara Sardiman, A.M. 1996 Interaksi dan

Motivasi Belajar mengajar.

Jakarta: Bina Aksara.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Ja-karta: PAU-PPAI, universitas Terbuka.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Pe-nelitian Tindakan Kelas. Sura-baya: Insan Cendikia

Surakhmad, Winarno, 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars

Suryosubroto, B. 1997. Proses Bela-jar MengaBela-jar di Sekolah. Jaka-rta: PT. Rineksa Cipta.

Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan , Suatu Pendekatan Baru. Bandung; Remaja Rosda-karya

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung.

Gambar

Tabel 4.1
tabel tersebut diatas dapatlah disim-Berdasar perbandingan nilai pada pulkan bahwa: Pada siklus pertama masih terdapat 6 orang guru yang belum mencapai nilai minimal keber-hasilan dalam menyusun rencana pembelajaran sedangkan pada siklus kedua 4 guru telah

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat ini tersedia aneka jenis susu bubuk dan susu cari dengan beragam kemasan. Aneka susu tersebut mudah diperoleh di mini market yang berkembang sampai tingkat

memperoleh citra yang dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan/kepentingan pengolahan citra. Proses peningkatan mutu citra ini termasuk memperbaiki citra yang ketika

Hasil belajar biologi siswa di kelas eksperimen yang menggunakan SAVI dalam pembelajaran lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah,

Bilik Sumber Jabatan Sejarah yang merupakan sebuah bilik yang istimewa dan tertua di Fakulti Sastera dan Sains Sosial telah mendapat tempat dalam buku terbitan Universiti

Hasil dari penelitian ini adalah tersedianya perangkat lunak yang bisa dimanfaatkan oleh peternak kambing untuk menentukan jenis kambing yang akan diternakkan

Sejak tahun 1974 penelitian bahasa dan sastra, baik Indonesia, daerah maupun asing ditangani oleh Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan

study. 3) Ada kontribusi pembelajaran matematika kontekstual yang dikembangkan terhadap hasil belajar matematika SD Selo Boyolali. 4) Ada kontribusi faktor-faktor

Di tinjau dari kondisi kantor DPRD kota Binjai dan berdasarkaan hasil survey ke beberapa kantor DPRD yaitu, kantor DPRD kota Medan, kantor DPRD Sumatera Utara