• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KREATIVITAS IPA MELALUI EXAMPLE NON EXAMPLE DENGAN MEDIA PUZZLE PADA KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KREATIVITAS IPA MELALUI EXAMPLE NON EXAMPLE DENGAN MEDIA PUZZLE PADA KELAS IV"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KREATIVITAS IPA MELALUI

EXAMPLE NON

EXAMPLE

DENGAN MEDIA

PUZZLE

PADA KELAS IV

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

RIYA DWI PUSPITASARI

A510120115

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

(2)
(3)
(4)
(5)

5

PENINGKATAN KREATIVITAS IPA MELALUI

EXAMPLE NON

EXAMPLE

DENGAN MEDIA

PUZZLE

PADA KELAS IV

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kreativitas pembelajaran IPA dengan menggunakan Strategi pembelajaran Example Non Example dengan media Puzzle pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Surakarta. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Surakarta. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kreativitas pembelajaran IPA sebagai berikut: pada pra siklus memiliki rasa ingin tahu sebanyak 21% atau 8 siswa, mempunyai daya imajinasi yang kuat sebanyak 44% atau 17 siswa, mempunyai dan menghargai keindahan sebanyak 41% atau 16 siswa, dan dapat bekerja sendiri sebanyak 38% atau 15 siswa. Pada siklus I memiliki rasa ingin tahu sebanyak 51% atau 20 siswa, mempunyai daya imajinasi yang kuat sebanyak 72% atau 28 siswa, mempunyai dan menghargai keindahan sebanyak 59% atau 23 siswa, dan dapat bekerja sendiri sebanyak 56% atau 22 siswa. Sedangkan pada siklus II memiliki rasa ingin tahu sebanyak 82% atau 32 siswa, mempunyai daya imajinasi yang kuat sebanyak 95% atau 37 siswa, mempunyai dan menghargai keindahan sebanyak 92% atau 36 siswa, dan dapat bekerja sendiri sebanyak 87% atau 34 siswa. Dari penelitian ini dapat disimpulkan melalui penerapan strategi Example Non Example dengan media Puzzle dapat meningkatkan kreativitas pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan tahun 2015/2016.

Kata kunci: example non example, kreativitas, pembelajaran IPA, puzzle. Abstracts

This research aims to determine the increase of learning creativity of science using the learning strategies example non example with puzzle media on fourth grade Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Surakarta. This research is a classroom action research. The subject of this research are fourth grade students Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Surakarta. The collecting of data through observation, interviews, documentation, and testing. The result showed an increase in learning creativity of science as follows: at pre cycle have a curiously level of 21% or 8 students, have a strong imagination level of 44% or 17 students, have and appreciate beauty of 42% or 16 students, and can work independently 38% or 15 students. At the first cycle have a curiously level of 51% or 20 students, have a strong imagination level of 72% or 28 students, have and appreciate beauty of 59% or 23 students, and can work independently 56% or 22 students. While at second cycle have a curiously level of 82% or 32 students, have a strong imagination level of 95% or 37 students, have and appreciate beauty of 92% or 36 students, and can work independently 87% or 34 students. From the research can be summed up through the application of learning strategies example non example with puzzle media can improve student learning creativity of fourth grade Mangkuyudan Surakarta muhammadiyah 11 2015/2016.

Keywords: creativity, example non example , learning of science, puzzle.

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan pengamatan awal yang telah dilakukan di kelas IV SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Surakarta, salah satu masalah yang terjadi di kelas IV ini adalah sempitnya ruang kelas untuk jumlah siswa yang mencapai 39 siswa. Kondisi tersebut membuat siswa tidak nyaman ketika berada di dalam kelas karena merasa panas, sehingga rata-rata siswa memilih untuk duduk di kursi paling belakang dengan alasan lebih dekat dengan pintu ataupun pendingin ruangan. Masalah yang lain adalah siswa yang terlalu aktif sehingga menyebabkan situasi pembelajaran menjadi gaduh apabila guru tidak dapat

(6)

6

mengemas pembelajaran dengan kegiatan-kegiatan yang dapat mengkondisikan siswa untuk tenang. Siswa lebih tertarik untuk bermain-main dengan teman atau memilih keluar kelas apabila guru hanya menjelaskan materi dengan metode ceramah. Hal ini juga terjadi saat pembelajaran IPA, jika guru hanya menjelaskan materi dengan metode ceramah maka yang terjadi siswa akan ramai bahkan beberapa siswa terlihat melakukan kegiatan sendiri. Meskipun demikian terdapat pula beberapa siswa yang tampak memperhatikan penjelasan guru, hal ini ditunjukkan dari pertanyaan-pertanyaan yang meraka ajukan kepada guru mengenai materi yang disampaikan. Beberapa siswa juga terlihat kompak menjawab pertanyaan yang diberikan secara lisan oleh guru.

Dari jumlah siswa kelas IV yaitu 39 siswa, sebanyak 14 siswa atau 35,89% siswa sudah memliliki kreativitas yang ditunjukkan dengan keaktifan mereka dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 25 siswa atau 64,10% siswa belum terlihat memiliki kreativitas, hal ini ditunjukkan dengan siswa lebih senang bermain-main dibandingkan memperhatikan penjelasan guru. Rendahnya kreativitas siswa disebabkan oleh minat belajar yang kurang, mereka menganggap bahwa IPA adalah mata pelajaran yang membosankan, tidak menarik, dan sulit karena bersifat hafalan. Metode ceramah sebagai metode yang digunakan guru juga kurang sesuai untuk pembelajaran IPA karena tidak dapat merangsang kreativitas siswa karena siswa hanya pasif mendengarkan penjelasan dari guru. Selain itu, tidak adanya kegiatan yang melibatkan siswa untuk bergerak dan melakukan sesuatu juga menjadi penyebab rendahnya kreativitas siswa. Menurut peneliti sebagai salah satu solusi untuk mengatasi rendahnya kreativitas siswa, guru dapat menerapkan strategi example non example dalam pembelajaran IPA.

Strategi example non example merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran. Strategi ini bertujuan mendorong siswa untuk berpikir kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang ditampilkan dalam gambar. Melalui penerapan strategi example non example diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran akan berpusat kepada siswa atau student centered. Pembelajaran yang berpusat kepada siswa akan menumbuhkan keaktifan dan kreativitas siswa yang nantinya akan meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.

Meskipun demikian, strategi example non example juga memiliki kekurangan, tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dalam bentuk gambar, selain karena persiapannya yang terkadang membutuhkan waktu yang lama. Meskipun dengan strategi example non example pembelajaran akan berpusat pada siswa, namun hal tersebut belum tentu meninggalkan kesan bagi siswa untuk dapat mengingat materi pelajaran yang disampaikan. Hal ini dikarenakan siswa hanya berfokus pada melihat dan menganalisa gambar yang disajikan tanpa melakukan tindakan. Dikarenakan strategi example non example masih terdapat kekuarangan, maka perlu suatu media untuk mengatasi kekurangan tersebut. Media puzzle merupakan media yang dirasa sesuai untuk diterapkan dalam strategi example non example. Dengan media puzzle, selain siswa dapat dengan mudah menerima materi dari gambar, siswa juga mendapatkan kesan dalam pembelajaran karena siswa turut aktif menyusun potongan gambar yang disajikan. Siswa akan dengan mudah mengingat materi yang telah disampaikan dan secara tidak langsung kreativitas siswa akan meningkat.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka akan diadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kreativitas Pembelajaran IPA Melalui Strategi Example Non Example dengan Media

Puzzle pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Tahun 2015/2016.

2. METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Surakarta sebagai upanya untuk menngkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran IPA melalui strategi example non example menggunakan media puzzle. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Surakarta. Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan bulan Februari 2016. Sumber data penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas IV SD SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Surakarta.

(7)

7

Jenis Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai tindakan yang tepat untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui strategi dan media yang sesuai dengan materi pembelajaran.

Menurut Mulyatiningsih (2012: 59). Penelitian tindakan (Action Research) termasuk dalam ruang lingkup penelitian terapan yang menggabungkan antara pengetahuan, penelitian dan tindakan. Action Research mempunyai kesamaan dengan penelitian : participatory research, collaborative inquiry, emancipatory research, action learning, dan contextual action reseach. Secara sederhana, action research merupakan “learning by doing” yang di terapkan dalam konteks pekerjaan seseorang. Pada saat seseorang bekerja, dia selalu menghasilkan ide-ide baru yang diwujudkan dalam tindakan untuk memperbaiki proses maupun hasil pekerjaanya.

Prosedur penelitian meliputi perencanaan( planning), tindakan (action), pengamatan (observing) dan refleksi(reflecting. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Wina Sanjaya (2011: 106) menjelaskan bahwa data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan guru. Data kualitatif dalam penelitian ini meliputi kreativitas dan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui (1) Observasi, menurut Suharsimi Arikunto (2007: 127), observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. (2) Wawancara, menurut Wina Sanjaya (2011: 96) wawancara adalah teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu. (3) Tes, menurut Wina Sanjaya (2011: 99) tes merupakan instrumen pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. (4) Dokumentasi, menurut Iskandar (2009: 73) teknik dokumentasi merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan fokus permasalahan dalam penelitian. Dokumen yang dimaksud adalah dokumen pribadi siswa, dokumen resmi, referensi-referensi, foto, rekaman kaset.

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (Validitas). Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Data hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan apabila data hasil penelitian tersebut telah diperiksa validitasnya. Untuk membuktikan penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian ilmiah, maka validitas data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data.

Menurut Sugiyono (2012: 327), triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik triangulasi merupakan teknik yang sangat penting untuk dipahami oleh setiap peneliti. Sebab, melalui triangulasi peneliti dapat terhindar dari kesalahan mendapatkan informasi dan terhindar dari kesalahan mengambil keputusan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum melakukan tindakan peneliti melakukan pengamatan awal. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat kreativitas siswa masih sangat rendah. Lebih dari 50% siswa terlihat pasif dan terlihat tidak tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Dari total jumah siswa yaitu 39 siswa, diperoleh prosentase rata-rata kreativitas siswa dalam satu kelas hanya sebesar 36%. Kemudian peneliti merencanakan untuk menerapkan stretegi example non example dengan media puzzle dalam pembelajaran IPA.

Pelaksanaan siklus I yang dilaksanan dengan dua kali pertemuan telah dapat meningkatkan kreativitas siswa meskipun belum memenuhi indikator kreativitas yang telah ditentukan. Hasilnya pada siklus I pertemuan II yaitu pada indikator memiliki rasa ingin tahu meningkat menjadi 51%, mempunyai daya imajinasi yang kuat meningkat menjadi 72%, mempunyai dan menghargai keindahan meningkat menjadi 59%, dan dapat bekerja sendiri meningkat menjadi 56%.

Berdasarkan hasil dari pelaksananan siklus I, kreativitas siswa meningkat namun peningkatan tersebut belum memenuhi indikator pencapaian yang telah ditentukan sebelumnya. Usaha dalam

(8)

8

memenuhi indikator pencapaian maka dilanjutkan ke siklus II, melalui penerapan strategi pembelajaran example non example dengan media puzzle diharapkan kreativitas siswa dapat meningkat sehingga mencapai indikator yang ditetapkan. Hasil dari siklus II menunjukkan adanya peningkatan kreativitas siswa yang terlihat dari indikator memiliki rasa ingin tahu dengan prosentase menjadi 82%, mempunyai daya imajinasi yang kuat dengan prosentase menjadi 95%, mempunyai dan menghargai keindahan dengan prosentase menjadi 92%, dan dapat bekerja sendiri dengan prosentase menjadi 87%. Dengan demikian hasil tindakan siklus II telah berhasil memenuhi indikator yang telah ditetapkan.

Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki persamaan dan perbedaan dengan peneliti terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yeny Surya Dewi dalam tulisannya yang berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Example Non Example untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 2 Logede Karangnongko Klaten tahun 2012/2013”, menunjukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA melalui strategi example non example.

Penilitian berikutnya yaitu penelitian tentang media puzzle seperti yang dilakukan oleh Rendra Ari Prabowo (2012) dalam tulisannya yang berjudul “Penggunaan Media Puzzle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN I Jatipurwo Tahun 2011/2012”, menyimpulkan bahwa penggunaan media puzzle dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA siswa kelas V di SDN I Jatipuro.

Hasil penelitian terdahulu mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bahwa penerapan strategi example non example dengan media puzzle dapat meningkatkan kreativitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan. Kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA mengalami peningkatan dari pra siklus sampai akhir siklus II pertemuan II. Peningkatan kreativitas siswa terlihat pada tebel 4.1.

Tabel 4.1

Peningkatan kreativitas siswa No Indikator

Jumlah Siswa dan Prosentase

Keterangan Siklus I Siklus II

Pra

Siklus Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 1. Memiliki rasa

ingin tahu 21% 8 31% 12 51% 20 74% 29 82% 32 Peningkatan Terjadi 2. Mempunyai daya imajinasi yang kuat 44% 17 56% 22 72% 28 87% 34 95% 37 Peningkatan Terjadi 3. Mempunyai dan menghargai keindahan 41% 16 46% 18 59% 23 79% 31 92% 36 Peningkatan Terjadi 4. Dapat bekerja

sendiri 38% 15 44% 17 56% 22 72% 27 87% 34 Peningkatan Terjadi Berdasarkan tabel 4.1, maka diagram peningkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA dapat dilihat pada gambar 4.1

(9)

9

Gambar 4.1

Diagram Peningkatan Partisipasi Siswa Antar Siklus

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan strategi example non example dengan media puzzle dapat meningkatkan kreativitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Tahun 2015/2016.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% memiliki rasa

ingin tahu mempunyai daya imajinasi kuat mempunyai dan menghargai keindahan bekerja sendiri Pra Siklus Siklus I (1) Siklus I (II) Siklus II (I) Siklus II (II)

Referensi

Dokumen terkait

2. Tidak stabil.Fraktur mempengaruhi kemampuan untuk bergeser lebih jauh.Hal ini disebabkan oleh adanya elemen rotasi terhadap cedera fleksi atau ekstensi yang cukup untuk

Berdasarkan atas ketentuan perundang-undangan, bahwa seorang notaris diwajibkan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pembuatan akta notaris,

Dari data keberhasilan pemberian ASI eksklusif diketahui responden paling banyak pada kategori tidak berhasil dalam pemberian ASI ekslusif, sehingga dapat disimpulkan

→ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi Memasuki garis finis yang akan selesai dipelajari

Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani pengguna pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2016 untuk mengetahui hubungan antara

Penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya mengalami tingkat stres akademik sedang dengan kualitas tidur

Martono dan Harjito (2013) mengatakan Franco Modigliani dan MH Miller menentang pendekatan tradisional dengan menawarkan pembenaran perilaku tingkat kapitalisasi

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL ELEKTRONIK INTERAKTIF TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA PELATIHAN DI BLTKLN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu