1 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA: SEPERTI APA WUJUDNYA?
Abdur Rahman As’ari
Abstrak Abstrak Abstrak
Abstrak: Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam mata pelajaran Matematika seringkali mengundang pertanyaan. Buku, Skripsi, Tesis, atau bahkan usulan Disertasi yang menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah terkesan kurang sesuai dengan prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah itu sendiri. Untuk itu, di dalam Artikel ini penulis mencoba menyajikan sejarah pembelajaran berbasis masalah, karakteristiknya, jenis masalah yang layak untuk pembelajaran berbasis masalah, contoh masalah yang mungkin, dan kesimpulan penulis terkait dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah dalam matematika.
Kata Kata Kata
Kata----Kata KunciKata KunciKata Kunci: Masalah, Matematika, Pembelajaran Berbasis MasalahKata Kunci
Di samping Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek) dan Discovery Learning (Metode Penemuan), Problem Based Learning atau Pembelajaran
Berbasis Masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang disarankan penggunaannya dalam Kurikulum 2013. Bahkan buku siswa mata pelajaran Matematika kelas 7 dan kelas 10 pun, menurut kata penulis utamanya, dikatakan sebagai penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah. Judul tesis dan skripsi pun juga banyak memuat kata Pembelajaran Berbasis Masalah. Tapi, apakah betul klaim tersebut?
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Pembelajaran Berbasis Masalah awal mulanya diterapkan dalam pendidikan kedokteran/medical education sekitar tahun 1950-an. Pada tahun 1960-an, Barrows dan kawan-kawan di McMaster University, mengembangkan Pembelajaran Berbasis Masalah ini lebih jauh (Zieber, 2006). Kemudian, pada tahun 1980-an dan 1990-an,
2 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
Pembelajaran Berbasis Masalah ini mulai diterapkan di dunia kedokteran di Amerika dan Eropa (Savery, 2006), dan saat ini sudah menjamur tidak hanya pada
pendidikan kedokteran, tetapi juga merasuk ke semua disiplin. Para dosen dan guru tertarik untuk menerapkan Pembelajaran Berbasis Masalah ini.
Terkait dengan ide awal penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah ini, Barrows (1996) mengemukakan bahwa pengajaran konten secara tradisional yang terpisah-pisah (anatomy, neurology, pharmacology, psychology, etc.) kurang menyediakan konteks dan penerapan klinis bagi seorang dokter. Pekerjaan dokter yang sangat bergantung kepada kombinasi proses penalaran hypothetical-deductive reasoning process dan penguasan pengetahuan dalam berbagai bidang, menuntut lebih dari sekedar penguasaan pengetahuan dan keterampilan secara terpisah-pisah. Karena itu, learning by doing (belajar melalui melakukan), dalam hal ini,
melakukan usaha untuk menyelematkan pasien adalah cara yang paling tepat. Itulah yang melatarbelakangi tumbuh dan berkembangnya Pembelajaran Berbasis
Masalah.
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Mengingat asal muasal pengembangan Pembelajaran Berbasis Masalah di atas, ketika seorang guru/dosen ingin menerapkan model pembelajaran ini,
karakteristik dari Pembelajaran Berbasis Masalah ini perlu dikenali dengan baik. Graaff & Kolmos (2003) mengemukakan bahwa:
3 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
1. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran dimana masalah dijadikan sebagai titik pangkal dari proses belajar (Problem
Problem
Problem----Driven Learning
Problem
Driven Learning
Driven Learning). Artinya,
Driven Learning
belajar dikembangkan dari mengkaji dan memecahkan masalah. Bukan sebaliknya. Bukan pembelajaran untuk memecahkan masalah.2. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang bersifat participant
participant
participant----
participant
directed learning processes
directed learning processes
directed learning processes
directed learning processes atau self
self
self----directed learning
self
directed learning
directed learning. Artinya, inisiatif belajar
directed learning
adalah pada siswa (apa yang akan dipelajari, dan bagaimana mempelajarinya ditentukan oleh siswa).3. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang bersifat eksperiential (Experience learning
Experience learning
Experience learning
Experience learning
). Artinya, belajar dari pengalaman melakukan sesuatu. 4. Pembelajaran Berbasis Masalah dilakukan dalam bentuk aktivitas (ActivityActivity
Activity----based
Activity
based
based
based
learning
learning
learning
learning). Artinya, belajarnya dilakukan sambil melaksanakan kegiatan (tidak
dengan mendengarkan ceramah guru).5. Pembelajaran Berbasis Masalah biasanya bersifat lintas disiplin ilmu (Inter
Inter
Inter----
Inter
disciplinary learning
disciplinary learning
disciplinary learning
disciplinary learning). Artinya, pembelajarannya menuntut adanya integrasi antar
berbagai disiplin ilmu.6. Pembelajaran Berbasis Masalah dilakukan dengan prinsip Exemplary practice
Exemplary practice
Exemplary practice. . . .
Exemplary practice
Artinya, pembelajaran harus memberikan manfaat yang nyata dalam dunia praktis.7. Pembelajaran Berbasis Masalah dilakukan dengan prinsip belajar berkelompok (Group Based Learning
Group Based Learning
Group Based Learning
Group Based Learning).
4 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
Center for Teaching and Learning (2001), dari Stanford University dalam Stanford University Newsletter on Teaching, mengemukakan beberapa karakteristik dari Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
1. Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan atas dasar bahwa belajar itu adalah suatu proses aktif, terpadu, dan konstruktif, dan semua ini dipengaruhi oleh faktor sosial dan kontekstual (constructivist paradigm
constructivist paradigm
constructivist paradigm).
constructivist paradigm
2. Pembelajaran juga berpusat pada siswa (student centered
student centered
student centered), dimana guru lebih
student centered
bertindak sebagai fasilitator alih-alih sebagai disseminator.3. Pembelajaran dimulai dengan penyajian masalah yang bersifat open
open
open----ended
open
ended
ended
ended
(atau illillillill----structuredstructured
structured
structured problem
problem
problem) dan masalah ini berperan sebagai stimulus awal
problem
serta sebagai kerangka acuan dalam belajar siswa.4. Di dalam pembelajaran ini, para siswa diberikan kebebasan untuk mengkaji topik yang paling menarik perhatian mereka, dan diberikan pula kebebasan untuk menentukan cara mengkajinya (self directed learning
self directed learning
self directed learning
self directed learning).
5. Di dalam pembelajaran ini, para siswa dituntut untuk senantiasa menggunakan dan mengembangkan metakognisi
metakognisi
metakognisi
metakognisinya. Mereka harus menyadari apa yang telah
diketahui dari masalah itu, informasi apa lagi yang diperlukan untuk memecahkan masalah itu, dan strategi-strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah. 6. Di dalam pembelajaran ini, guru harus menjadi tutortutor
tutor
tutor atau “cognitive coach
cognitive coach
cognitive coach” yang
cognitive coach
memodelkan strategi pencarian, membimbing penggalian informasi, dan membantu siswa mengklarifikasi serta menjawab pertanyaan penelitiannya.
5 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
7. Di dalam pembelajaran ini, salah satu aspek intinya adalah kerja kelompok (group work
group work
group work
group work).
Dari uraian di atas, tampak ada beberapa prinsip yang perlu mendapatkan perhatian bersama, yaitu:
1. Masalah dijadikan titik pangkal
titik pangkal
titik pangkal
titik pangkal untuk belajar. Konten dan keterampilan yang
akan dipelajari harus dikemas ke dalam masalah.2. Karakteristik masalah yang dijadikan pijakan untuk belajar harus bersifat
illillillill----structured atau open
structured atau open
structured atau open
structured atau open----ended
ended
ended, dan menuntut kajian lintas disiplin ilmu
ended
lintas disiplin ilmu
lintas disiplin ilmu
lintas disiplin ilmu, serta harus
memiliki terapan praktisterapan praktis
terapan praktis
terapan praktis yang bermanfaat.
3. Guru tidak bisa mendiktekan apa yang harus dipelajari bagaimana
mempelajarinya, melainkan memberikan otoritas yang setinggi-tingginya kepada siswa untuk melakukannya. Siswa harus aktif, self directed, dan self reflective
aktif, self directed, dan self reflective
aktif, self directed, dan self reflective
aktif, self directed, dan self reflective.
Guru hanya bertindak sebagai cognitive coach saja, bukan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Guru hanya membantu siswa mempertajam analisisnya, dan menginspirasi hal yang mungkin bisa digali lebih jauh.JENIS MASALAH JENIS MASALAH JENIS MASALAH JENIS MASALAH
Jonassen (2011) menyatakan bahwa fokus utama dari Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah MASALAH yang harus diselesaikan oleh siswa. Masalah yang harus diselesaikan ini harus menarik, menantang, meskipun masih harus terkait dengan kurikulum.
6 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
Hal khusus yang terkait dengan tingkat keterstrukturan dari masalah, Jonassen & Hung (2008) mengemukakan adanya beberapa hal yang
mempengaruhi. Pertama tingkat intransparency dari masalah. Semakin tinggi tingkat intransparency dari suatu masalah, artinya, semakin tidak tahu kita akan masalah itu, semakin ill structured masalah tersebut. Kedua, banyaknya penafsiran yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Semakin terbukanya penafsiran terhadap suatu masalah, semakin ill structured masalah tersebut. Terkait dengan itu, mereka menyediakan hirarki tingkat kestrukturan masalah sebagai berikut:
Tampak bahwa masalah-masalah yang bersifat algoritmis, bahkan juga soal cerita termasuk masalah yang well-structured (sudah tertata dengan baik). Masalah yang bersifat dilemmatis tampak merupakan masalah yang paling ill-structured.
Ketiga, tingkat lintas disiplinnya masalah. Semakin banyak disiplin ilmu yang harus
dilibatkan untuk memecahkan masalah, semakin ill-structured masalah tersebut. KRITERIA MASALAH UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAHKRITERIA MASALAH UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH KRITERIA MASALAH UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH KRITERIA MASALAH UNTUK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
7 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
Jonassen & Hung (2008) mengemukakan bahwa tujuan utama dari PBL adalah untuk meningkatkan penerapan pengetahuan siswa, pemecahan masalah, dan keterampilan mengarahkan diri (self-directed learning). Di dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, materi ajar dan keterampilan dikemas dalam masalah sehingga ada hubungan timbal balik antara masalah dan pengetahuan itu. Belajar menjadi terdorong karena adanya masalah, dan hasilnya digunakan lagi pada masalah tersebut. Pembelajaran Berbasis Masalah juga berpusat pada siswa, menuntut siswa mengarahkan sendiri belajarnya (self-directed learning).
Karena itu, untuk bisa menjalankan Pembelajaran Berbasis Masalah ini, Jonassen & Hung memberikan kriteria tentang masalah yang harus diberikan sebagai berikut:
1. Masalahnya harus bersifat open ended, ill structured, namun tingkat kestrukturannya dalam kategori moderat (cukup).
2. Masalahnya harus kompleks, namun tingkat kompleksitasnya hendaknya tetap: menarik, menantang dan memberikan peluang kepasa siswa untuk mengkaji masalah itu dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan
3. Masalahnya harus otentik, artinya harus dibuat kontekstual dan sesuai dengan dunia kerja mereka di masa depan
MASALAH DALAM BUKU KURIKULUM 2013 MASALAH DALAM BUKU KURIKULUM 2013 MASALAH DALAM BUKU KURIKULUM 2013 MASALAH DALAM BUKU KURIKULUM 2013
8 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
Masalah-masalah di dalam Buku Matematika Kelas 7 dan 10 Kurikulum 2013 yang disediakan oleh pemerintah, menurut penulisnya, dirancang untuk keperluan Pembelajaran Berbasis Masalah. Berikut disajikan beberapa contoh.
Contoh 1.
Sebenarnya, “rencana meningkatkan penjualan dalam bulan ini
rencana meningkatkan penjualan dalam bulan ini
rencana meningkatkan penjualan dalam bulan ini” yang ada di
rencana meningkatkan penjualan dalam bulan ini
dalam cerita di atas bisa menjadi masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah. Akan tetapi, ada satu hal penting yang kurang diindahkan, yaitu: Self Directed Learning. Seharusnya si anaklah yang menentukan apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Dengan disajikan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas, esensi dari self directed learning itu menjadi hilang.Masalah ini sebenarnya bisa diselesaikan dengan menggunakan pemaduan beberapa disiplin ilmu. Akan tetapi, dengan diarahkan hanya kepada materi
Himpunan, maka kajian dari berbagai disiplin ilmu juga terabaikan. Contoh 2.
9 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
Untuk contoh ini, apa yang diklaim sebagai masalah tampaknya bukan benar-benar masalah. Kalau suatu masalah itu biasanya menunjukkan adanya gap antara
harapan dengan kenyataan, maka apa yang diklaim sebagai masalah (masalah 1.12) sama sekali tidak menunjukkan adanya gap tersebut. Di dalamnya hanya disampaikan fakta adanya dua orang bersahabat berikut kesenangan masing-masing.
10 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
Contoh 3.
Contoh ini adalah contoh yang lazim dalam pelajaran matematika. Akan tetapi, kalau diperhatikan dengan seksama, masalah ini adalah masalah “word problems” yang kata Jonassen & Hung (2008) di atas termasuk kategori “well structured”. Dengan kata lain, ia kurang layak untuk digolongkan sebagai masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.
PENERAPAN DALAM MATEMATIKA PENERAPAN DALAM MATEMATIKA PENERAPAN DALAM MATEMATIKA PENERAPAN DALAM MATEMATIKA????
Dari uraian tentang karakteristik masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah di atas, penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Matematika bukanlah hal yang mudah. Contoh-contoh masalah yang cocok
diberikan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah tidak hanya menuntut penguasaan matematika saja. Diperlukan penguasaan disiplin ilmu lain untuk mengatasi masalah tersebut.
11 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
Oleh karena itu, Pembelajaran Berbasis Masalah ini sebaiknya jangan menjadi “mimpi” dari guru matematika saja. Beberapa guru mata pelajaran berbeda
sebaiknya bekerja sama, merancang masalah yang konten dan keterampilannya bisa dipahami dan dikuasai siswa melalui pemecahan masalah tersebut.
Konsekuensinya, Pembelajaran Berbasis Masalah tidak harus dilaksanakan setiap saat. Pembelajaran Berbasis Masalah tidak harus dilakukan dalam setiap pertemuan. Pembelajaran Berbasis Masalah sebaiknya dirancang selama satu semester penuh dan dilakukan dengan bekerja sama dengan pengampu mata-mata pelajaran lainnya.
Andaikata dilakukan juga secara mandiri di dalam mata pelajaran Matematika, guru pengampu perlu menyadari pentingnya membantu anak
menemukan “resources” (buku, nara sumber, dll), terutama untuk hal-hal yang di luar cakupan mata pelajaran matematika, dan guru juga harus mampu mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis kreatifnya sehingga mereka mampu memahami masalah dengan baik dan merumuskan masalah matematikanya dengan baik.
CONTOH MASALAH DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH Masalah yang perlu disajikan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, menurut Jonassen & Hung (2008) hendaknya berupa masalah kontekstual yang termasuk dalam kategori: (a) decision making problems (masalah pengambilan keputusan), (b) troubleshooting problems (masalah perbaikan produk yang
12 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
gagal/rusak), (c) diagnosis solution problems (masalah diagnosis penyelesaian), dan (d) strategic performance problems (masalah kinerja strategis).
13 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
Decision Making Problem
Decision Making Problem
Decision Making Problem
Decision Making Problem
Masalah jenis Decision Making ini adalah masalah yang menuntut orang untuk mengambil keputusan. Dengan memanfaatkan apa yang dimiliki, tantangan, dan peluang ke depan, seseorang mengolah informasi yang dimiliki untuk
mengambil keputusan. Tentunya, keputusan tersebut tidak selalu beriring dengan keuntungan. Suatu keputusan bisa saja keliru dan bisa juga benar. Tapi, yang paling penting, keputusan itu harus mempertimbangkan semua aspek.
Contoh dalam Pembelajaran:
Asari punya uang US$2,000. Asari punya rencana untuk membuka usaha Laundry.
Sebaiknya kapan Asari berbelanja perabot untuk membuka usaha Laundry tersebut?
Contoh lain:Durahman ingin membuat tempat beras yang mudah dipindah-pindah tetapi
sekaligus bisa digunakan sebagai alas untuk tempat barang lain yang sudah ada di
rumahnya. Rumah Durahman sebenarnya sudah cukup sempit. Menurut Anda, jika
harus memiliki bentuk balok, bola, atau tabung, serta pilihan bahan dari kayu, atau
plastik, maka tempat beras berbentuk apa, dari apa, dan ukuran berapa yang perlu
dibuat oleh Durahman?
14 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
Troubleshoo
Troubleshoo
Troubleshoo
Troubleshooting Problem
ting Problem
ting Problem
ting Problem
Masalah jenis troubleshooting adalah masalah yang pada dasarnya digunakan untuk mengatasi kegagalan suatu produk.
Contoh dalam Pembelajaran
Perusahaan Laundry Asari telah berjalan dengan lancar. Banyak pelanggan yang
datang setiap hari ke perusahaan Asari. Dengan kondisi itu, setiap bulan
Perusahaan Laundry Asari mampu menggaji dua orang karyawan, masing-masing
Rp1.500.000. Sudah 10 hari terakhir ini, tak satupun pelanggan yang datang ke
perusahaan laundry ini. Coba perbaiki perusahaan Laundry Asari tersebut sehingga
perusahaan tersebut berjalan lancar kembali dan memberikan keuntungan yang
besar.
Diagnosis Solution Problem
Diagnosis Solution Problem
Diagnosis Solution Problem
Diagnosis Solution Problem
Masalah Diagnosis Solution yang menuntut seseorang untuk melakukan diagnosis dan menemukan solusi dari penyebab masalah tersebut.
Contoh dalam Pembelajaran:
Koperasi Q memiliki model matematika tentang sistem pengadaan, dan penjualan
barang yang dimilikinya. Dengan mengikuti model matematika tersebut, selama ini
pengurus koperasi memperoleh keuntungan yang lumayan. Suatu bulan, meskipun
tetap mengikuti model matematika tersebut, koperasi Q ternyata mengalami
15 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
Strategic Performance Problem
Strategic Performance Problem
Strategic Performance Problem
Strategic Performance Problem
Masalah Strategic Performance umumnya merupakan masalah manajemen. Ia mencakup antara lain strategi pengembangan, penentuan target atau penentuan anggaran, ramalan, pengukuran kinerja, reviu kinerja, dan kompensasi insentif. Contoh dalam Pembelajaran
Seorang pengusaha memiliki dua perusahaan A dan B. Perusahaan A berjalan
dengan baik, dan menghasilkan keuntungan yang besar, tapi perusahaan B kurang
lancar. Bagaimana cara memperbaiki kinerja Perusahaan B sehingga ia tidak
menjadi beban bagi pengusaha tersebut?
KALAM AKHIR
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa selama ini praktik Pembelajaran Berbasis Masalah yang diklaim telah dilaksanakan dalam pembelajaran matematika masih perlu ditingkatkan kualitasnya. Beberapa aspek yang selama ini masih kurang mendapatkan perhatian antara lain: (1) masalah yang disajikan kurang bersifat open-ended ill structured, (2) apa yang hendak dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya masih diatur oleh guru. Guru harus berani menyajikan masalah yang lintas disipliner, dan “tega” menyerahkan kendali belajar kepada para siswa.
Terkait dengan hal tersebut, Pembelajaran Berbasis Masalah sebaiknya dirancang dan dilaksanakan secara terintegrasi oleh beberapa guru dari mata pelajaran berbeda. Pembelajaran Berbasis Masalah juga hendaknya dilakukan dalam kurun waktu yang agak lama, sepanjang satu bulan atau bahkan sepanjang
16 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3
17 | D i s a j i k a n d a l a m S e m i n a r N a s i o n a l H i m p u n a n M a h a s i s w a J u r u s a n M a t e m a t i k a “ V e k t o r ” F M I P A U M , O k t o b e r 2 0 1 3 KEPUSTAKAAN KEPUSTAKAAN KEPUSTAKAAN KEPUSTAKAAN
Barrows, H. S. (1996). Problem-based learning in medicine and beyond: A brief overview. In L. Wilkerson & W. Gijselaers (Eds.), Bringing problem-based learning to higher education: Theory and practice. New Directions For Teaching and Learning Series, No. 68 (pp. 3-11). San Francisco: Jossey-Bass
Center for Teaching and Learning, 2001. Problem Based Learning. Speaking of
Speaking of
Speaking of
Speaking of
Teaching:
Teaching:
Teaching:
Teaching: Volume 11, No. 1
Graaff, E.D. & Kolmos, A. 2003. Characteristics of Problem-Based Learning.
International Journal of Engineering Education
International Journal of Engineering Education
International Journal of Engineering Education
International Journal of Engineering Education. Volume 19, No. 5, pp. 657 -
662Jonassen, D. 2011. Supporting Problem Solving in PBL. Interdisciplinary Journal of
Interdisciplinary Journal of
Interdisciplinary Journal of
Interdisciplinary Journal of
Problem
Problem
Problem
Problem----Based Learning
Based Learning
Based Learning
Based Learning. Volume 5, No. 2. pp. 94 - 112
Jonassen, D. & Hung, W. 2008. All Problems are Not Equal: Implications for
Problem-Based Learning. Interdisciplinary Journal of Problem
Interdisciplinary Journal of Problem
Interdisciplinary Journal of Problem
Interdisciplinary Journal of Problem----Based Learning
Based Learning
Based Learning
Based Learning.
Volume 2, No. 2 pp. 6 - 28Savery, J.R. 2006. Overview of Problem-based Learning: Definitions and
Distinctions.
The Interdisciplinary Journal of Problem
The Interdisciplinary Journal of Problem
The Interdisciplinary Journal of Problem
The Interdisciplinary Journal of Problem----based Learning
based Learning
based Learning
based Learning
. Volume 1, no. 1Zieber, Em. M. Pijl. 2006. History, Philosophy and Criticisms of Problem Based Learning in Adult Education. University of Calgary. Diunduh dari http:// fds.oup.com/www.oup.com/pdf/13/9780199583447.pdf tanggal 10 Oktober 2013 pukul 09.15 WIB