• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KESALAHAN FUNGSI SUBJEK, PREDIKAT,

OBJEK, PELENGKAP, DAN KETERANGAN DALAM

KALIMAT KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VIII

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 9

TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

BUDI SANTOSO NIM 100388201089

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

(2)
(3)
(4)

Moto

“Yen ArepWeruhTrahingNgaluhur,

TitikenAlusingTingkah-Laku Budi Basane”

Persembahan

Karya puniko dalem persembahaken kagem kekalih

tiyang sepah dalem,rayi rayi dalem,kaliyan kgem

tiyang engkang sampun kerso ngelampahi sisah

(5)
(6)

ABSTRAK

Santoso, Budi. 2015. Analisis Kesalahan Fungsi Subjek, Predikat, Objek,

Pelengkap, dan Keterangan dalam Kalimat Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I : Drs. Suhardi, M.Pd. Pembimbing II : Hj. Dewi Murni, M.Hum.

Kata Kunci : Fungsi Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap, Keterangan, Kalimat Karangan Deskripsi

Latar belakang penelitian ini adalah siswa masih melakukan banyak kesalahan dalam memahami fungsi kata sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan pada kalimat. Ini berdasarkan hasil evaluasi tes tertulis mengenai soal-soal yang berhubungan dengan struktur gramatikal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan pada karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015.

Sampel penelitian ini berjumlah 20 siswa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes paragraf deskripsi yang berupa lembar kerja siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis kesalahan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang melakukan kesalahan pada fungsi subjek sebanyak 72,5%, fungsi predikat sebanyak 30%, fungsi objek sebanyak 45%, fungsi pelengkap sebanyak 15%, dan fungsi keterangan sebanyak 17,5% dalam kalimat pada paragraf deskripsi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kesalahan penggunaan unsur fungsional kalimat siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015 masih tinggi.

Saran yang ingin disampaikan peneliti antara lain: (1) Guru hendaknya melakukan evaluasi proses pembelajaran; (2) Siswa melatih diri untuk selalu belajar menulis dan memahami unsur fungsional kalimat; (3) bagi orang tua siswa sebaiknya lebih memperhatikan pelajaran siswa dan memberikan motivasi kepada siswa.

(7)

ABSTRACT

Santoso, Budi. 2015. An Analysis of The Error of Subject, Predicate, Object,

Complement, and Adjective Function in Description Essay’s Sentences of The Eight Grade Students of Sekolah Menengah Pertama 9 Tanjungpinang School Year 2014/2015. Essay. Tanjungpinang: Indonesian Literature and Language

Education Department, Teacher Training and Education Faculty, University of Maritim Raja Ali Haji. Advisor : Drs. Suhardi, M.Pd. Co-advisor : Hj. Dewi Murni, M.Hum.

Key Words : Subject, Predicate, Object, Complement, and Adjective Function, Description Essay’s Sentences

The background of this research was the students were still doing many mistakes in understanding word’s function as subject, predicate, object, complement, and adjective in sentences. This based on the written test’s evaluation result of grammatical structure’s questions. The purpose of this research is to analyze the function of subject, predicate, object, complement, and adjective in description essay of the eight grade students of Sekolah Menengah Pertama 9 Tanjungpinang School Year 2014/2015.

The sample of this research was 20 students. This research is a descriptive research. Collecting data technique in this research was test of description paragraph in the form of students’ worksheets. The data analyzed technique in this research was error analyzing technique.

The result of this research showed that the students were doing some errors on subject function as many as 72.5%, predicate function as many as 30%, object function as many as 45%, complement function as many as 15%, and adjective function as many as 17.5% on sentences in description paragraph. So, it could be conclude that the error of using sentence’s functional elements of the eight grade students of Sekolah Menengah Pertama 9 Tanjungpinang School Year 2014/2015 was still high.

The suggestions which researcher wanted to conveyed were: (1) The teacher should evaluate learning process; (2) The students must train themselves and start to write and understanding the sentence’s functional elements; (3) The parents should be care and motivated for the student.

(8)

KATA PENGANTAR

Peneliti mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Fungsi Fungsi Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap, dan keterangan dalam Kalimat Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015” dapat diselesaikan dengan baik. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. H. Abdul Malik, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji yang telah memberi masukan dalam penentuan judul proposal skripsi ini;

2. Harry Andheska, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji yang telah mengesahkan judul skripsi ini;

3. Suhardi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan serta bimbingan;

4. Hj. Dewi Murni, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan serta bimbingan;

(9)

5. Para dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji yang juga telah memberikan pengetahuan dan motivasi;

6. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi baik morel maupun materil; dan

7. Rekan-rekan mahasiswa dan para sopir bus yang turut memberikan dukungan kepada peneliti untuk meneruskan penelitian ini hingga selesai.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Tanjungpinang, Agustus 2015

(10)

DAFTAR ISI halaman ABSTRAK ……….. i KATA PENGANTAR ………. ii DAFTAR ISI ……… iv BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Pembeberan Masalah ……….. 5 1.3 Pembatasan Masalah ……….. 11 1.4 Perumusan Masalah ………... 11 1.5 Tujuan Penelitian ……… 12 1.6 Manfaat Penelitian ………. 13 1.6.1 Manfaat Teoretik ………. 13 1.6.2 Manfaat Praktik ……….. 13 1.7 Definisi Istilah ………. 14

BAB II Landasan Teori 2.1 Kerangka Teoretik ………. 15

2.1.1 Fungsi Kata dalam Kalimat ……… 15

2.1.2 Analisis Fungsi Kata dalam Kalimat……… 16

2.1.2.1 Predikat ……… 18 2.1.2.2 Subjek ……….. 24 2.1.2.3 Objek ……… 24 2.1.2.4 Fungsi Pelengkap ……… 25 2.1.2.5 Fungsi Keterangan ……….. 27 2.1.2.5.1 Keterangan Waktu ……… 28 iv

(11)

2.1.2.5.2 Keterangan Tempat ……….. 29 2.1.2.5.3 Keterangan Tujuan ………... 29 2.1.2.5.4 Keterangan Cara ……….. 30 2.1.2.5.5 Keterangan Penyerta ……… 30 2.1.2.5.6 Keterangan Alat ………... 31 2.1.2.5.7 Keterangan Penyebaban ……….. 31

2.1.3 Pola Kalimat Dasar ………. 31

2.1.4 Paragraf Deskripsi ……….. 32 2.2 Asumsi ……… 35 2.2.1 Filosofis ……….. 35 2.2.2 Subtantif ………. 35 2.2.3 Prosedural ……….. 35 2.3 Penelitian Relevan ………. 36 2.4 Kerangka Konseptual ……… 38

BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Subjek Penelitian ……….. 39

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……….. 39

3.2.1 Tempat Penelitian ……… 39

3.2.2 Waktu Penelitian ………. 39

3.3 Metode Penelitian ……… 40

3.4 Teknik Penelitian ……… 41

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ………. 41

3.5 Teknik Analisis Data ………. 41

3.6 Instrumen Penelitian ……….. 43

BAB IV Hasil-Hasil Penelitian 4.1 Kesalahan-Kesalahan Unsur Fungsional Kalimat ……….. 45

(12)

BAB V Pembahasan Hasil Penelitian

5.1 Deskripsi Data ……….. 57

BAB VI Simpulan dan Saran

6.1 Simpulan ……….. 79

6.2 Saran ………. 80

Daftar Pustaka

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian bahasa itu meliputi dua bidang, yaitu: bunyi yang dihasilkan oleh alat dan arti makna tersirat dalam arus bunyi itu sendiri. Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengar manusia, serta arti atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi terhadap hal yang manusia dengar. Untuk selanjutnya arus bunyi itu disebut sebagai arus ujaran (Ritonga, 2002:1).

Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa apabila tidak terkandung makna di dalamnya. Apakah setiap arus ujaran mengandung makna atau tidak, haruslah ditilik dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian terhimpunlah bermacam-macam susunan bunyi yang satu berbeda dari yang lain, masing-masing mengandung suatu maksud tertentu di dalam suatu masyarakat bahasa. Kesatuan-kesatuan arus ujaran tadi yang mengandung suatu makna tertentu bersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat bahasa.

(14)

Bahasa Indonesia sudah ditetapkan sebagai bahasa negara, seperti tercantum dalam Pasal 36, Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu, semua warga negara Indonesia wajib menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar (Arifin dan Junaiah, 2008:1). Berdasarkan kedudukannya dan fungsinya, Bahasa Indonesia dipakai sebagai alat komunikasi dalam berbagai keperluan, situasi, dan kondisi. Dalam praktik pemakaiannya, Bahasa Indonesia pada dasarnya beranekaragam. Keanekaragaman bahasa atau variasi pemakaian bahasa bisa diperhatikan dari saranya, suasananya, norma pemakaiannya, tempat atau daerahnya, bidang penggunaannya, dan lain-lain.

Berdasarkan bidang penggunaannya, ragam bahasa dapat dibedakan atas ragam bahasa ilmu, sastra, hukum, jurnalistik, dan sebagainya. Ragam bahasa ilmu adalah suatu ragam bahasa yang digunakan untuk mengkomunikasikan ilmu pengetahuan. Ragam bahasa ilmu digunakan oleh cendikiawan dan kaum terpelajar di seluruh Indonesia. Sebagai cendikiawan dan kaum terpelajar, para siswa dan mahasiswa dituntut untuk bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam mengkomunikasikan ilmunya. Bahasa Indonesia yang baik adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai norma kemasyarakatan yang berlaku. Bahasa Indonesia yang benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah Bahasa Indonesia yang berlaku. Jadi, Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan

(15)

yang berlaku dan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang berlaku (Hasan Alwi, 2008:21).

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, masih banyak kesalahan dilakukan oleh siswa dalam berbahasa. Kesalahan berbahasa tidak hanya terdapat pada tuturan tetapi juga pada bahasa tulis. Hal ini ditinjau dari ragam bahasa berdasarkan sarana pemakaiannya, yaitu ragam lisan dan tulis (Hasan Alwi, 2008:7). Bahasa tertulis terikat pada aturan-aturan kebahasaan, seperti ejaan, susunan, sistematika, dan teknik–teknik penulisan. Apabila siswa tidak memenuhi aturan-aturan kebahasaan tertulis, terjadilah kesalahan berbahasa. Salah satu kesalahan kebahasaan tertulis yang masih sering dilakukan siswa adalah kesalahan sintaksis. Istilah sintaksis berkaitan dengan konsep pengaturan hubungan antara kata atau satuan-satuan yang lebih besar dalam bahasa (Suhardi dan Teguh, 1997:23). Ruang lingkup kesalahan sintaksis berkisar pada kesalahan diksi, frasa, klausa dan kalimat, berikut alat-alat sintaksis yang membentuk unsur-unsur tersebut. Selain itu diangkatnya permasalahan ini karena dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pemahaman dan penguasaan struktur bahasa khususnya pemilihan kata (diksi), frasa, klausa, dan kalimat dalam bahasa tulis yang dimiliki siswa rata-rata belum benar. Yang lebih mengkhawatirkan adalah sering kali pemakaiannya itu melanggar kaidah yang berlaku, baik kaidah ejaan, pilihan kata, maupun struktur kalimatnya tidak dipedulikan (Alwi dan Sugono, 2011:1).Jadi, pengaturan yang salah pada kata atau satuan-satuan bahasa dapat menyebabkan kesalahan arti dalam kalimat.

(16)

Kesalahan bahasa pada dasarnya disebabkan pada diri orang yang menggunakan bahasa yang bersangkutan bukan pada bahasa yang digunakannya. Ada tiga kemungkinan penyebab seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain: (a) terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya, (b) kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, (c) pengajaran bahasa yang kurang tepat atau sempurna. Analisis kesalahan dapat berguna sebagai alat pada awal-awal dan selama tingkat-tingkat variasi program pengajaran target dilaksanakan. Tindakan ini pada awalnya sebagai alat yang dapat membuka pikiran guru untuk mengatasi kerumitan bidang sintaksis yang dihadapkab pada siswa. Analisis kesalahan juga dapat mengungkapkan keberhasilan dan kegagalan program pembelajaran yang dirancang oleh guru. Selain itu, analisis kesalahan sintaksis juga dapat digunakan sebagai alat mengukur kemampuan berbahasa siswa pada umumnya. Pada umumnya ketidakmampuan siswa dalam menggunakan Bahasa Indonesia tampak pada pemakaian kalimat dalam karya tulis atau tulisan. Salah satu model analisis dalam sintaksis ialah analisis kalimat. Analisis kalimat ini sudah dikenal dan banyak digunakan di sekolah-sekolah. Model ini adalah menganalisis kalimat menjadi subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K) atau dalam istilah tradisional disebut sebagai jabatan kalimat, dan dalam istilah struktural disebut sebagai fungsi sintaksis (Suhardi dan Teguh, 1997:43). Analisis struktur gramatikal pada kalimat ini menghasilkan deskripsi fungsi subjek, predikat, objek dan fungsi-fungsi lainnya di samping memperhatikan batas fungsi-fungsi itu sendiri juga harus memperhatikan ciri dari masing-masing struktur gramatikal pada kalimat. Dalam

(17)

sebuah karya tulis atau karangan, kalimat yang baik dapat mengatur pembaca pada maksud yang dipaparkan penulis. Oleh karena itu, untuk membuat suatu karangan yang baik siswa harus mengetahui sistem tata bahasa yang baik dan benar pula. Rendahnya penguasaan tata bahasa akan menghambat siswa untuk menyusun karangan dan akibatnya karangan yang dibuat tidak dapat dipahami maksudnya oleh pembaca. Dapat dikatakan bahwa karangan terdiri dari kalimat-kalimat yang disusun menjadi sebuah paragraf.

Peneliti tertarik pada aspek kajian ini karena dari hasil evaluasi tes tertulis mengenai soal-soal yang berhubungan dengan struktur gramatikal atau jabatan kalimat pada siswa Sekolah Menengah Negeri 9 Tanjungpinang, khusus kelas VIII masih melakukan banyak kesalahan dalam memahami fungsi kata sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan pada kalimat.

Berdasarkan kesenjangan tersebut di atas, peneliti merasa perlu mengkaji masalah tersebut dengan memberi judul “Analisis Kesalahan Fungsi Subjek, Predikat, Objek, Pelengkap, dan Keterangan dalam Kalimat Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015”.

1.2 Pembeberan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, persoalan utama yang memungkinkan untuk diteliti atau diselidiki dalam analisis sintaksis adalah sebagai berikut.

(18)

a. Kesalahan bidang frasa

Kesalahan dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa, antara lain sebagai berikut.

(1) Penggunaan kata depan tidak tepat.

Contoh: di masa itu seharusnya pada masa itu

(2) Penyusunan frasa yang salah struktur.

Contoh: belajar sudah seharusnya sudah belajar

(3) Penambahan kata yang dalam frasa benda (B+S)

Contoh: petani yang muda seharusnya petani muda

(4) Penambahan kata dari atau tentang dalam frasa benda (B+B). Contoh: gadis dari Bali seharusnya gadis Bali

(5) Penambahan kata kepunyaan dalam frasa Benda (B+Pr).

Contoh: Golok kepunyaan Ayah seharusnya golok Ayah

(6) Penambahan kata untuk dalam frasa kerja (K pasif + K lain). Contoh: diajar untuk membaca seharusnya diajar membaca (7) Penghilangan kata yang dalam frasa benda ( Benda + yang + K pasif).

Contoh: kursi kududuki seharusnya kursi yang kududuki

(8) Penghilangan kata oleh dalam frasa kerja pasif (K pasif + oleh + Benda). Contoh: diminta ibu seharusnya diminta oleh ibu

(9) Penghilangan kata yang dalam frasa sifat (yang + paling + sifat). Contoh: paling besar seharusnya yang paling besar

(19)

b. Kesalahan Bidang Klausa

Kesalahan bidang sintaksis, khususnya segi klausa, antara lain sebagai berikut.

(1) Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif. Contoh:

- Rakyat mencintai akan pimpinan yang jujur, seharusnya -Rakyat mencintai pimpinan yang jujur.

(2) Penambahan kata kerja bantu dalam klausa ekuasional. Contoh: -Nenekku adalah dukun. Seharusnya

-Nenekku dukun

(3) Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa aktif. Contoh:

- Saya akan membeli rumah itu. Seharusnya - Akan saya membeli rumah itu.

(4) Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif. Contoh:

- Roman Tenggelamnya Kapal Tanpomas dibaca Rina. Seharusnya - Roman Tenggelamnya Kapal Tanpomas dibaca oleh Rina.

(5) Penghilangan kata kerja dalam klausa instranstif. Contoh:

(20)

Semestinya

- Pak Camat pergi ke Maros kemarin.

c. Kesalahan Bidang Kalimat

Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat antara lain sebagai berikut.

(1) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah. Contoh:

- Amin pergi ke rumahnya Rudy. Seharusnya Amin pergi ke rumah Rudy. - Buku itu ditulis oleh saya. Seharusnya Buku itu saya tulis.

(2) Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal. Contoh:

- Dalam pertemuan itu membahas berbagai persoalan. Seharusnya - Pertemuan itu membahas berbagai persoalan. Atau

- Dalam pertemuan itu dibahas berbagai persoalan.

(3) Penggunaan kata penghubung secara ganda pada kalimat majemuk. Contoh:

- Meskipun sedang sakit kepala, namun Alimudin tetap pergi sekolah. Seharusnya

- Meskipun sedang sakit kepala, Alimudin tetap pergi ke sekolah. (4) Penggunaan subjek yang berlebihan.

Contoh:

(21)

Seharusnya

- Ali menulis drama setelah membaca buku Rendra tentang drama.

(5) Penggunaan kalimat yang tidak logis. Contoh:

- Dalam buku itu dibahas tentang peningkatan mutu pendidikan Sekolah

Dasar. Seharusnya

- Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan di

Sekolah Dasar.

(6) Penggunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat. Contoh:

- Mereka tidak menulis melainkan sedang melukis. Seharusnya

- Mereka tidak menulis tetapi sedang melukis. (7) Penyusunan kalimat yang mubazir.

Contoh:

- Dalam konsep pendidikan yang disusunnya banyak terdapat berbagai

kesalahan. Seharusnya

- Dalam konsep pendidikan yang disusunnya terdapat banyak kesalahan. (8) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing.

Contoh:

(22)

- Rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar.

- Orang dengan siapa dia ajak bicara belum datang. seharusnya - Orang yang akan dia ajak bicara belum datang.

(9) Penggunaan kalimat yang tidak padu. Contoh:

- Mereka menyatakan persetujuannya tentang keputusan yang bijaksana itu. seharusnya

- Mereka menyetujui keputusan yang bijaksana itu.

- Yang menjadi sebab rusaknya hutan adalah perladangan liar. Seharusnya Penyebab rusaknya hutan adalah perladangan liar.

Kesalahan yang sedang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran saat ini adalah lebih ke dalam bidang sintaksis, yakni pada struktur kalimat.Tarigan (1984:16) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari tatabahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa. Kridalaksana (1982: 16) mengatakan kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa, misalnya saya makan nasi. Sedang klausa adalah satuan bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Sedangkan frasa adalah satuan tatabahasa yang tidak melampaui batas fungsi subjek atau predikat.

Kaitannya dengan hal tersebut, Tarigan (1984:25) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis meliputi: kesalahan frasa, kesalahan klausa, dan kesalahan kalimat. Kesalahan berbahasa dalam bidang kalimat juga sering

(23)

dijumpai pada bahasa lisan maupun bahasa tulis. Kesalahan dalam bidang kalimat dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu: (a) kalimat yang tidak bersubjek, (b) kalimat yang tidak berpredikat, (c) kalimat yang buntung (tidak bersubjek dan berpredikat), (d) penggandaan subjek, (e) antara predikat dan objek yang tersisipi, (f) kalimat yang tidak logis, (g) kalimat yang ambiguitas, (h) penghilangan konjungsi, (i) konjungsi yang berlebihan, (j) urutan kalimat yang tidak pararel, (k) penggunaan istilah asing (Lamuddin, 2008:163).

1.3 Pembatasan Masalah

Permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi di atas merupakan hal-hal yang sangat penting untuk diteliti karena merupakan masalah-masalah yang sering dihadapi oleh penulis. Namun, permasalahan-permasalahan yang telah dibeberkan tidak semuanya diteliti karena penulis mempertimbangkan kemampuan, waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, penulis hanya membatasi untuk meneliti pada analisis berbahasa dalam bidang kalimat, yakni mengenai fungsi kata sebagai subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap dalam kalimat.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang terdapat pada latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

(24)

1. Bagaimanakah analisis fungsi subjek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Bagaimanakah analisis fungsi predikat pada karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015?

3. Bagaimanakah analisis fungsi objek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015?

4. Bagaimanakah fungsi pelengkap pada karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015?

5. Bagaimanakah fungsi keterangan pada karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menganalisis fungsi subjek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015.

(25)

2. Untuk menganalisis fungsi predikat pada karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Untuk menganalisis fungsi objek pada karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015.

4. Untuk menganalisis fungsi pelengkap pada karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015.

5. Untuk menganalisis fungsi keterangan pada karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoretik

Secara teoretis penelitian ini memiliki manfaat yang bersifat aplikatif, artinya memperbaiki struktur gramatikal pada kalimat siswa tanpa mengabaikan hal yang penting, yaitu penyusunan dan pengembangan teori pembelajaran mengenai performansi siswa.

(26)

1.6.2 Manfaat Praktik

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah, terutama dalam rangka perbaikan pembelajaran mengenai fungsi kata sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dalam bahasa tulis.

b. Bagi peneliti, peneliti secara bertahap dapat mengetahui pembelajaran untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran di kelas sehingga permasalahan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran dapat teratasi. Di samping itu, dengan melaksanakan penelitian tindakan ini, masalah yang dihadapi yang tentunya akan sangat membantu bagi perbaikan pembelajaran serta profesionalisme peneliti yang bersangkutan.

c. Bagi peneliti lain, memberikan pengetahuan kepada peneliti dan menjadi bahan dasar pertimbangan untuk melanjuti penelitian pada kajian bahasa yang lebih dalam.

1.7 Definisi Istilah

a. Subjek adalah unsur kalimat yang berfungsi sebagai inti pembicaraan dalam suatu kalimat atau subjek biasanya berupa unsur yang melakukan pekerjaan. b. Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan apa

subjek atau unsur kalimat yang menjelaskan tindakan atau perbuatan subjek. c. Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat atau unsur kalimat yang

(27)

d. Keterangan adalah unsur kalimat yang menerangkan semua unsur kalimat, biasanya diletakkan di awal atau akhir kalimat.

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teoretik

2.1.1 Fungsi Kata dalam Kalimat

Secara etimologis istilah sintaksis dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani suntassein. Kata tersebut dari kata sun yang berarti dengan atau bersama dan

tassein yang berarti menyusun atau mengatur bersama secara tertib. Secara

keseluruhan kata sutassein berarti menyusun atau mengatur bersama secara tertib. Berdasarkan hal itu, istilah sintaksis dalam bahasa Indonesia berarti pengaturan atau penyusunan kata menjadi kelompok kata (frasa), klausa, atau kalimat secara baik dan benar (Suhardi dan Teguh, 1997:23).

Dalam berbagai buku tata bahasa istilah sintaksis diberi batasan yang bervariasi. Stryker dalam Tarigan (1990:23) mengungkapkan bahwa istilah sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabung-gabungkan kata menjadi kalimat. Batasan lain yang senada dengan hal tersebut adalah batasan sintaksis yang dikemukakan oleh Bloch dan Trager dalam Suhardi dan Teguh (1997:23), bahwa sintaksis merupakan analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan kata (bentuk bebas).

Kridalaksana (1985:154) mengadaptasikan kata syntax ke dalam bahasa Indonesia menjadi sintaksis, sedangkan kata syntactic menjadi sintaktika. Istilah sintaksis berkaitan dengan konsep pengaturan hubungan antara kata atau

(29)

satuan-satuan yang lebih besar dalam bahasa, sedangkan istilah sintaktika merupakan cabang semiotika yang membicarakan hubungan tanda atau lambang bahasa. Atas dasar hal tersebut, kata pertamalah yang lebih cocok untuk diadaptasikan menjadi istilah sintaksis dalam bahasa Indonesia.

Kedua batasan tersebut terkandung sedikit perbedaan. Batasan pertama mengarah pada bentuk konstruksi kata yang berupa kalimat, sedangkan batasan kedua tidak menunjuk bentuk konstruksi yang dihasilkannya, tetapi satuan minimalnya jelas yaitu berupa kata. Bertolak dari hal tersebut, Ramlan dalam Suhardi dan Teguh (1997:23) memberikan batasan sintaksis sebagai ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.

Selain berusaha menerangkan pola-pola yang mendasari satuan-satuan sintaksis dan bagian-bagian yang membentuk satuan-satuan sintaksis itu sendiri, sintaksis juga membicarakan alat-alat sintaksis yang menghubungkan bagian-bagian yang membentuknya dan menunjukkan makna gramatikal di antara unsur pembentuknya. Oleh sebab itu, satuan-satuan sintaksis (konstruksi sintaksis) yang berupa klausa, frasa, atau kalimat bukanlah deretan kata yang dirangkaikan sekehendak hati pemakainya, melainkan merupakan rangkaian kata yang berstruktur.

2.1.2 Analisis Fungsi Kata dalam Kalimat

Salah satu model analisis kalimat yang sudah dikenal dan banyak digunakan di sekolah-sekolah adalah menganalisis kalimat menjadi subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K) atau dalam istilah tradisional disebut

(30)

sebagai jabatan kalimat, dan dalam istilah srtuktural disebut sebagai struktur gramatikal. Analisis struktur gramatikal pada kalimat yang menghasilkan deskripsi fungsi subjek, predikat, objek dan fungsi-fungsi lainnya di samping harus memperhatikan batas fungsi itu sendiri juga harus memperhatikan ciri dari masing-masing struktur gramatikal pada kalimat ( Suhardi dan Teguh, 1997:43).

Menurut Finoza (2008:142) bahwa unsur kalimat adalah struktur gramatikal pada kalimat yang dalam buku-buku tata bahasa lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (pel), dan keterangan (Ket). Kalimat baku sekurang-kurangnya terdiri dari dua unsur, yakni S dan P. unsur lain (O, Pel, dan Ket) dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir dalam suatu kalimat.

Hal penting perlu diketahui untuk dipraktikkan dalam penyusunan kalimat adalah tentang satuan bentuk yang akan mengisi S, P, O, Pel, Ket dalam kalimat bukan hanya kata, melainkan juga frasa. Untuk mengenali sekilas wajah S, P, O, Pel, Ket, dan sebelum membahas kelima struktur gramatikal pada kalimat itu satu per satu, berikut ini ditampilkan lima contoh yang S, P, O, Pel, Ket-nya berbentuk frasa, yaitu pembawa acara yang kocak (itu).

(S) 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐨𝐜𝐚𝐤 𝐢𝐭𝐮 S membeli P bunga. O

(

P)

Indra S (𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡) 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐨𝐜𝐚𝐤. 𝐏 (O)

Madona S

menelepon P

𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐨𝐜𝐚𝐤 𝐢𝐭𝐮. 𝐎

(31)

(Pel)Pesulap itu S menjadi P 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐨𝐜𝐚𝐤. 𝐏𝐞𝐥 (Ket) Si Fulan S pergi P (𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧) 𝐩𝐞𝐦𝐛𝐚𝐰𝐚 𝐚𝐜𝐚𝐫𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐨𝐜𝐚𝐤 𝐢𝐭𝐮. 𝐊𝐞𝐭 2.1.2.1 Predikat

Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan (action) apa subjek, yaitu pelaku atau tokoh atau sosok di dalam suatu kalimat. Selain itu, P juga menyatakan sifat atau keadaan bagaimana subjek. Termasuk juga sebagai predikat dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki subjek. Satuan bentuk pengisi predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numerilia, nomina, atau frasa nominal (Finoza, 2008:142).

Perhatikan contoh berikut ini. (1) Kuda merumput. (2) Ibu sedang tidur siang. (3) Putri Indonesia cantik jelita. (4) Kota Jakarta dalam keadaan aman. (5) Kucingku belang tiga.

(6) Robby mahasiswa baru. (7) Rumah Pak Hartawan lima.

Bagian kalimat yang digaris bawah dalam contoh (1) – (7) adalah predikat. Kata merumput pada kalimat (1) memberi tahu pekerjaan kuda. Frasa sedang tidur siang pada kalimat (2) memberi tahu keadaan ibu; cantik jelita pada kalimat (3)

(32)

memberi tahu keadaan putri Indonesia; dalam keadaan aman pada kalimat (4) memberi tahu situasi kota Jakarta; belang tiga pada kalimat (5) memberi tahu ciri kucingku; mahasiswa baru pada kalimat (6) memberi tahu status Robby; dan lima pada kalimat (7) memberi tahu jumlah rumah Pak Hartawan. Perlu diperhatikan, P dalam kalimat (1) – (7) tidak hanya berupa kata (merumput, lima), tetapi juga berupa frasa (sedang tidur siang, cantik jelita, dalam keadaan aman, belang tiga, dan mahasiswa baru).

Menurut Suhardi dan Teguh (1997:46) bahwa fungsi predikat sebagai unsur pusat dalam arti yang menentukan boleh tidaknya fungsi lainnya hadir mempunyai dua ciri. Pertama, fungsi predikat berada di sebelah kanan fungsi subjek. Kedua, unsur pengisi fungsi predikat pada umumnya bergolongan atau berkatagori verba, namun demikian tidak menutup kemungkinan berkatagori nonverbal, seperti nominal, adjektival, atau numerial.

Untuk dapat menganalisis kalimat berdasarkan struktur gramatikal pada kalimat dengan tepat, di samping memperhatikan batasan dan ciri masing-masing struktur gramatikal pada kalimat, juga harus memperhatikan golongan unsur pengisi predikat. Hal ini dikarenakan kehadiran suatu fungsi tertentu dipengaruhi oleh golongan unsur pengisi predikat. Kalimat yang unsur pengisi predikatnya bergolongan verba aktif akan menghasilkan deskripsi fungsi berbeda dengan predikatnya bergolongan verba pasif. Apabila bergolongan aktif, aktif transitif atau aktif intransitif, sebab kedua bentuk verba tersebut memiliki perbedaan yang prinsip

(33)

sehingga akan menghasilkan deskripsi struktur gramatikal pada kalimat yang berbeda.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini. (1) Pak dokter datang.

(2) Penari sedang berjoget di panggung. (3) Pemuda itu berbuat kebaikan.

(4) Kakak sedang bermain golf di lapangan. (5) Mobil itu menabrak pohon.

(6) Ibu sedang membuat kue di dapur.

(7) Mahasiswa KKN membuatkan penduduk desa sebuah jembatan. (8) Paman membelikan adik sepatu baru di toko.

(9) Jalan itu diperbaiki oleh pemerintah daerah.

(10) Harimau itu ditangkap penduduk di pinggir sungai. (11) Anak itu digambarkan pesawat oleh kakaknya. (12) Pencuri itu diamankan polisi kemarin.

(13) Kertas gambar itu kugunting. (14) Sampul surat itu saya sobek. (15) Rumah itu kita beli.

(16) Halaman itu kamu bersihkan. (17) Meja itu tergores pisau.

(34)

(19) Gambar itu tercetak di halaman empat. (20) Dia kehujanan tadi malam.

(21) Gadis itu karyawan perusahaan. (22) Pemuda itu rajin sekali.

(23) Para dosen di ruang sidang. (24) Anak pengusaha itu empat orang.

Verba pengisi predikat pada kalimat (1) – (4) termasuk verba aktif intransitif dan oleh karenanya kalimat itu disebut kalimat aktif intransitif. Jenis kalimat ini predikatnya tidak memerlukan hadirnya fungsi objek, akan tetapi memungkinkan hadirnya fungsi pelengkap. Dengan kata lain, tidak ada deskripsi fungsi objek dalam kalimat aktif intransitif. Unsur pak dokter, penari itu, pemuda itu, dan unsur kakak pada keempat kalimat itu berfungsi sebagai subjek (S), dan unsur datang, sedang bejoget, berbuat, dan sedang bermain berfungsi sebagai predikat (P), sedang unsur kebaikan, golf, dan unsur di panggung dan di lapangan masing-masing berfungsi sebagai pelengkap (Pel) dan keterangan (K).

Keempat kalimat kedua, yaitu kalimat (5) – (8), verba pengisi predikatnya tergolongkan verba aktif transitif dan oleh karenanya disebut kalimat aktif transitif. Dikatakan mungkin ada pelengkap karena tidak semua predikat berverba transitif menuntut hadirnya fungsi pelengkap. Kalimat (5) – (6) predikatnya hanya menuntut kehadiran fungsi objek, sedangkan kalimat (7) – (8) predikatnya tidak hanya menuntut hadirnya fungsi objek tetapi juga hadirnya fungsi pelengkap. Unsur mobil, ibu, mahasiswa KKN dan unsur paman dalam keempat kalimat itu berfungsi sebagai

(35)

subjek (S), unsur menabrak, sedang membuat, membuatkan dan membelikan berfungsi sebagai predikat. Sementara itu unsur pohon, kue, penduduk dan adik berfungsi sebagai objek (O), sedangkan unsur sebuah jembatan dan buku baru berfungsi sebagai pelengkap (Pel) dan unsur di dapur dan di toko berfungsi sebagai keterangan (K).

Pada kalimat (9) – (12) verba pengisi predikatnya bergolongan verba pasif. Yang verba pengisi predikat diturunkan dari verba aktif transitif. Kalimat yang predikatnya berjenis verba ini selanjutnya disebut kalimat pasif transitif. Kalimat (9) dan (10) tidak mengandung fungsi pelengkap, sedangkan kalimat (11) dan (12) memiliki fungsi pelengkap. Secara rinci keempat kalimat tersebut dapat dianalisis sebagai berikut. Unsur jalan itu, harimau itu, anak, dan pencuri itu berfungsi sebagai subjek, unsur diperbaiki, ditangkap, digambarkan, dan diamankan berfungsi sebagai predikat, sedangkan unsur pemerintah daerah, penduduk, kakaknya, dan polisi berfungsi sebagai keterangan dan unsur kemarin dan di pinggir sungai juga berfungsi sebagai keterangan (Suhardi dan Teguh, 1997:413).

Kalimat (12) – (15) jenisnya sama dengan kalimat (9) – (12), yaitu kalimat pasif. Namun demikian ada suatu perbedaan, yaitu pada kalimat (9) – (12) sebelum menjadi kalimat pasif fungsi subjeknya adalah orang ketiga sehingga pemasifannya dengan di- dan fungsi subjek berubah menjadi keterangan, sedangkan kalimat (12) – (15) selagi masih kalimat aktif subjeknya orang pertama atau orang kedua. Oleh karena itu, bentuk pasifnya tidak dengan di-. Konsekuensinya tidak akan ditemukan fungsi keterangan yang berasal dari fungsi subjek. Unsur ku, saya, kita, dan kami

(36)

dalam keempat kalimat tersebut bergabung dengan fungsi predikat, yang selanjutnya gabungan itu berfungsi predikat. Untuk lebih jelasnya perhatikan deskripsi fungsi keempat kalimat (13) – (16). Unsur kertas itu, sampel surat itu, rumah itu, dan halaman itu berfungsi sebagai subjek, sedangkan unsur kugunting, saya sobek, kita beli, dan kamu bersihkan berfungsi predikat.

Kalimat (17) – (20) memiliki persamaan dengan kalimat (13) – (16), tetapi juga mempunyai perbedaan. Persamaannya adalah sama-sama kalimat pasif, perbedaannya, kalimat (13) – (16) adalah kalimat pasif yang diturunkan dari kalimat aktif transitif, sedangkan kalimat (17) – (20) termasuk kalimat pasif yang tidak berasal dari kalimat aktif. Deskripsi fungsi kalimat (17) – (20) secara lengkap sebagai berikut. Secara berurutan unsur meja itu, kambing itu, gambar itu, dan unsur uangnya berfungsi sebagai subjek; unsur tergores, kejatuhan, tercetak, dan terjatuh berfungsi sebagai predikat; sedangkan unsur pisau dan kelapa berfungsi sebagai pelengkap serta unsur di halaman empat dan di depan rumah berfungsi sebagai keterangan.

Kalimat (21) – (24) berbeda dengan kalimat-kalimat sebelumnya. Kalimat sebelumnya unsur predikatnya bergolong verba, sedangkan kalimat (21) – (24) bergolongan nonverba. Pada kalimat (21) unsur predikatnya bergolongan benda, yaitu frase benda; kalimat (22) bergolongan adjektif atau sifat, yaitu frase sifat; kalimat (23) bergolongan preposisi, yaitu frase preposisi, sedangkan unsur pengisi predikat pada kalimat (24) bergolongan numeral, yaitu frase numeral (bilangan). Namun demikian, frase-frase tersebut menduduki fungsi yang sama, yaitu predikat. Unsur

(37)

lainnya, yaitu gadis itu, pemuda itu, para dosen, dan unsur anak pengusaha itu menduduki fungsi subjek ( Suhardi dan Teguh, 1997:414).

2.1.2.2 Subjek

Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan (Finoza, 2008:14).

Ada tiga ciri fungsi subjek. Pertama, dalam kalimat yang runtut (bukan inversi), fungsi subjek berada di sebelah kiri fungsi predikat. Kedua, unsur pengisi fungsi subjek pada umumnya berkategori nominal. Contoh:

(1) Suaminya S

sudah datang. P (2) Mahasiswa baru S sedang mengikuti P penataran P4. O (3) Paman S

akan membeli P

rumah. O

Ketiga kalimat di atas menunjukkan bahwa posisi fungsi subjek berada di sebelah kiri fungsi predikat, sedangkan unsur pengisi fungsi tersebut semuannya bergolongan nominal. Pada kalimat (1) dan (2) berupa frase benda sedangkan pada kalimat (3) berupa kata benda.

2.1.2.3 Objek

Menurut Finoza (2008:145), objek (O) adalah bagian yang melengkapi predikat. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Fungsi objek sebagai unsur pendamping mempunyai empat ciri.

(38)

a. Fungsi objek ada apabila unsur pengisi predikatnya adalah berkategori verba aktif transitif.

b. Posisi fungsi objek berada di sebelah kanan fungsi predikat. c. Unsur pengisi fungsi objek bergolongan nominal.

d. Fungsi objek dapat berubah fungsi menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perhatikan contoh kalimat berikut ini.

(1)

Pedagang itu S menjual P mainan. O

(2)

Para pemenang S menerima P hadiah. O

(3)

Para guru S sedang mengikuti P seminar O

Unsur pengisi predikat pada kalimat (1) – (3) bergolongan verba transitif. Hal ini dapat dilihat dari adanya fungsi objek. Fungsi objek pada ketiga kalimat di atas menunjukkan bahwa posisi fungsi objek berada tepat di sebelah kiri fungsi predikat. Adapun kategori unsur pengisi fungsi objek pada ketiga kalimat tersebut adalah nominal, yaitu berupa kata benda.

Ciri terakhir fungsi ini adalah dapat berubah fungsi menjadi subjek pada kalimat pasif tersebut tampak bahwa unsur mainan, hadiah, dan seminar yang tadinya berfungsi objek pada kalimat aktif telah berubah fungsi menjadi subjek (Suhardi dan Teguh, 1997:47).

(39)

2.1.2.4 Fungsi Pelengkap

Menurut Finoza (2008:146) ,Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.

Fungsi pelengkap memiliki prilaku yang hampir sama dengan fungsi objek. Hal ini disebabkan beberapa ciri fungsi pelengkap sama dengan sebagian ciri fungsi objek. Secara rinci fungsi pelengkap adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan posisinya, fungsi pelengkap berada di sebelah kanan predikat, tepatnya setelah fungsi objek pada verba transitif.

b. Unsur pengisi fungsi pelengkap adalah golongan nominal.

c. Fungsi ini tidak hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya verba aktif transitif dan verba aktif intransitif, tetapi juga terdapat pada kalimat verba pasif. d. Apabila kalimat dipasifkan, fungsi pelengkap tidak mengalami perubahan fungsi

seperti pada fungsi objek.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh di bawah ini.

(1)

Para mahasiswa S

sedang belajar P

bahasa Indonesia. Pel

(2)

Ibu S membelikan P adik O baju baru. Pel

(3)

Anak itu S dibuatkan P baju baru Pel

oleh Pak Tono. K

(4)

Para pemain S kehabisan P tenaga. Pel

Keempat kalimat tersebut di atas memperlihatkan bahwa letak fungsi pelengkap dipengaruhi oleh verba pengisi predikatnya. Verba pada kalimat

(40)

(1) termasuk verba intransitif. Oleh karena itu, letak pelengkap berada tepat di sebelah kanan predikat. Ini berbeda dengan kalimat (2). Pada kalimat (2) verbanya termasuk verba transitif yang tidak hanya memerlukan fungsi pelengkap, tetapi juga fungsi objek sehingga fungsi pelengkap ada setelah fungsi objek. Kalimat (2) juga berbeda dengan kalimat (3) dan kalimat (4). Kalimat (3) dan (4) memiliki kesamaan, yaitu sama-sama kalimat berverba pasif. Akan tetapi, ada perbedaan yang mendasar. Kalimat (3) berasal dari bentuk aktif transitif, oleh karena fungsi objeknya menjadi fungsi subjek maka fungsi pelengkap berada setelah predikat, sedangkan pada kalimat (4) bukan berasal dari kalimat aktif, tetapi asli kalimat berverba pasif. Untuk jenis verba pasif seperti fungsi pelengkap ada di sebelah kanan fungsi predikat. Keempat kalimat di atas juga memperlihatkan pengisi fungsi pelengkap semuanya nomina. Unsur anak dan mahasiswa bergolongan kata benda, sedangkan unsur baju baru dan bahasa Indonesia bergolongan frase benda.

Ciri terakhir dari fungsi pelengkap adalah fungsi pelengkap dalam kalimat aktif transitif tidak mengalami perubahan fungsi (menjadi subjek seperti yang dialami fungsi objek) jika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif. Ciri ini merupakan dasar pembeda dengan fungsi objek (Suhardi dan Teguh, 1997:49).

2.1.2.5 Fungsi Keterangan

Menurut Arifin dan Junaiyah (2008:10) berdasarkan fungsinya, unsur-unsur kalimat ada yang disebut subjek, predikat (transitif, intransitif), objek, pelengkap (pelengkap subjek, pelengkap objek), serta keterangan (keterangan waktu, keterangan

(41)

tempat, keterangan sebab, keterangan akibat, keterangan cara, dan keterangan modalitas).

Fungsi keterangan (Ket) merupakan fungsi yang tidak bergantung dengan fungsi lain. Artinya tidak ada syarat yang mengikat atas hadir tidaknya fungsi keterangan. Bila dibandingkan dengan fungsi objek dan pelengkap, kehadiran kedua fungsi tersebut cukup dipengaruhi oleh unsur pengisi predikatnya. Oleh karena itu, fungsi keterangan biasa disebut fungsi noninti. Fungsi ini biasanya diisi oleh unsur berkategori benda yang berfungsi sebagai keterangan atau preposisi. Adapun posisi fungsi keterangan dalam suatu kalimat runtut berada di awal atau di akhir konstruksi, dan tidak menutup kemungkinan dalam suatu kalimat terdapat dua fungsi keterangan. Seperti yang dikemukakan di atas, dalam bahasa Indonesia lazim dibedakan beberapa macam keterangan.

2.1.2.5.1 Keterangan Waktu

Keterangan waktu memberikan informasi mengenai saat terjadinya suatu peristiwa. Fungsi keterangan itu diisi oleh berbagai macam bentuk: (a) kata tunggal, (b) frasa nominal, dan (c) frasa preposisional. Pada umumnya keterangan waktu diletakkan pada bagian belakang kalimat, tetapi dapat pula pada bagian tengah atau depan.

Keterangan waktu yang berbentuk kata tunggal mencakupi kata, seperti

kemarin, sekarang , besok, lusa, tadi, dan nanti. Keterangan waktu yang berbentuk

(42)

siang-siang, dan sore-sore atau macam gabungan yang lain seperti sebentar lagi, kemarin dulu, dan tidak lama kemudian.

Keterangan waktu berbentuk frasa preposisional diawali dengan preposisi dan kemudian diikuti oleh nomina tertentu. Preposisi yang dipakai adalah di, dari,

sampai, pada, sesudah, sebelum, ketika, sejak, buat, dan untuk. Frasa nominal yang

mengikutinya bukanlah sebarang frasa nominal, melainkan frasa nominal yang memiliki ciri waktu. Dengan demikian, frasa nominal seperti pukul, tanggal, tahun,

minggu, zaman, hari, bulan, masa, Senin, Kamis, Januari, malam, permulaan, akhir pertunjukkan, subuh, dan Natal dapat digabungkan dengan preposisi di atas untuk

mengisi keterangan waktu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992:297).

2.1.2.5.2 Keterangan Tempat

Keterangan tempat adalah keterangan yang menunjukkan tempat terjadinya peristiwa atau keadaan. Berbeda dengan keterangan waktu, keterangan tempat hanya dapat diisi oleh frasa preposisional. Preposisi yang dipakai adalah di, ke, dari,

sampai, dan pada. Di samping bentuk di atas, preposisi dapat pula bergabung dengan

nomina lain untuk membentuk keterangan tempat asalkan nomina itu memiliki ciri semantik yang mengandung makna tempat. Kata seperti jembatan, rumah, Jakarta,

nomor memiliki ciri semantik tempat. Ada juga sekelompok nomina, seperti atas, bawah, dalam, dan belakang yang dapat membentuk keterangan tempat ( Suhardi dan

(43)

2.1.2.5.3 Keterangan Tujuan

Keterangan tujuan adalah keterangan yang menyatakan tujuan atau maksud perbuatan atau kejadian. Wujud keterangan tujuan selalu dalam bentuk frasa preposisional dan preposisi yang dipakai adalah demi, bagi, guna, untuk, dan buat.

Pada umumnya preposisi yang dapat dipakai dengan verba hanyalah untuk dan guna. Dari segi maknanya, keenam preposisi yang membentuk keterangan tujuan mempunyai makna yang sama atau mirip (Abdul Chaer, 1998:45).

2.1.2.5.4 Keterangan Cara

Keterangan cara adalah keterangan yang menyatakan cara suatu peristiwa terjadi. Seperti halnya dengan keterangan waktu, keterangan cara dapat berupa kata tunggal atau frasa preposisional. Kata tunggal yang menyatakan cara (atau sebagian, yang menyatakan kekerapan) adalah, misalnya, pernah, sering (kali), selalu,

kadang-kadang, biasanya, sepenuhnya.

Keterangan cara dapat juga dibentuk dengan memakai preposisi atau klitika tertentu yang dihubungkan dengan kata tertentu pula. Berikut adalah preposisi dan beberapa contoh kata tersebut.

Preposisi : dengan, secara, tanpa, demi Klitika : se-, -nya

Afiks : -an

Adjektiva : baik, jelas, tegas, pelan

Nomina : jantan, kesatria, kekeluargaan. Kemauan, semangat, perhatian, langkah (Suhardi dan Teguh, 1997:45)

(44)

2.1.2.5.5 Keterangan Penyerta

Keterangan penyerta adalah keterangan yang menyatakan adanya atau tidak adanya orang yang menyertai orang lain dalam melakukan suatu perbuatan. Kecuali untuk kata sendiri yang dapat berdiri sendiri tanpa iringan kata lain, semua keterangan penyerta dibentuk dengan menggabungkan preposisi dengan, tanpa, atau

bersama dengan kata atau frasa tertentu. Kata atau frasa yang berdiri di belakang

preposisi itu harus merupakan benda yang bernyawa atau dianggap bernyawa (Arifin dan Junaiyah, 2008:20).

2.1.2.5.6 Keterangan Alat

Keterangan alat adalah keterangan yang menyatakan ada atau tidak adanya alat yang dipakai untuk melakukan suatu perbuatan. Pengertian alat dalam hal itu tidak selalu dalam bentuk bentuk benda konkret. Keterangan alat selalu berwujud frasa preposisional dengan memakai preposisi dengan atau tanpa (Finoza, 2008:128).

2.1.2.5.7 Keterangan Penyebaban

Keterangan penyebaban adalah keterangan yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya suatu keadaan, kejadian, atau perbuatan. Wujud keterangan ini selalu frasa dengan preposisi karena atau sebab.

Contoh :

(45)

(2) Banyak pemimpin dunia jatuh sebab wanita.

(3) Gaji terasa kurang terus karena inflasi (Departemen Pendidikan dan Kebudyaan, 1992:304).

2.1.3 Pola Kalimat Dasar

Menurut Finoza (2008:149), berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia. Keenam tipe kalimat yang dimaksud tercantum dalam tabel berikut ini.

TABEL 1

TIPE KALIMAT DASAR No Fungsi dan

Tipe

Subjek Predikat Objek Pel Ket

1 S – P Orang itu Saya sedang tidur. mahasiswa baru. - - - - - - 2 S – P – O Ayahnya Rani mengendarai mendapat mobil baru. piagam. - - - - 3 S – P – Pel Beliau Pancasila Menjadi merupakan - - ketua koperasi. dasar negara kita

- 4 S – P – Ket Kami Kecelakaan itu Tinggal terjadi - - - - di Jakarta. tahun 1999. 5 S – P – O – Pel Hasan Diana Mengirimi mengambilkan ibunya adiknya uang. Buku tulis. - - 6 S – P – O – Ket Pak Bejo

Beliau menyimpan memperlakukan uang kami - - di bank. dengan baik. (dikutip dengan perubahan dari Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia 2003:322).

(46)

2.1.4.2 Paragraf Deskripsi

Deskripsi dipungut dari bahasa Inggris ’description’. Kata ini berhubungan dengan verba to describe (melukis dengan bahasa). Dalam bahasa latin, deskripsi dikenal dengan describere yang berarti ’menulis tentang’ membeberkan sesuatu hal, melukis sesuatu hal (Finoza, 2008:197-198). Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sentivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut (Semi, 2003:41).

Deskripsi bertujuan menyampaikan sesuatu hal dalam urutan atau rangka ruang, dengan maksud untuk menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicecap, diraba, atau dicium oleh pengarang. (Widyamartaya, 1992:9-10). Jadi, deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek sebenarnya.

Supaya karangan ini sesuai dengan penulisannya, diperlukan suatu pendekatan. Pendekatan dimaksud adalah pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis. Penulis dituntut memotret hal atau benda seobjektif mungkin sesuai dengan keadaan yang dilihatnya, dinamakan pendekatan realistis. Sebaliknya, pendekatan impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif (Finoza, 2008:197-198).

Menurut Semi (2003:41), deskripsi ini merupakan ekposisi juga sehingga ciri umum yang dimiliki oleh ekposisi pada dasarnya dimiliki pula oleh deskripsi. Lebih

(47)

lanjut, Semi (2003:41) mengatakan bahwa ciri-ciri deskripsi yang sekaligus sebagai pembeda dengan ekposisi adalah sebagai berikut.

1) Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek.

2) Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi

pembaca.

3) Deskripsi disampaikan dengan gaya yang nikmat dengan pilihan kata yang

menggugah; sedangkan ekposisi gayanya lebih lugas.

4) Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar dilihat,

dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan manusia.

5) Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang (spartial

order).

Di antara ciri-ciri tersebut yang tidak dimiliki oleh ekposisi adalah gaya yang indah dan memikat sehingga memancing sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar. Ada pula deskripsi yang disampaikan dengan bahasa lugas dan juga tidak memancing sensitivitas pembaca, tetapi menekankan pada perincian atau detail dengan mengajukan pembuktian atau banyak contoh (mis. deskripsi tentang keadaan ruang praktik atau deskripsi tentang keadaan daerah yang dilanda tsunami). Oleh sebab itu, karangan deskripsi dibagi atas dua, yaitu deskripsi ekpositoris (deskripsi teknis) dan deskripsi artistik (disebut juga deskripsi literer, impresionistik, atau sugestif) (Semi, 2003:43). Lebih lanjut, Semi (2003:43) mengatakan bahwa

(48)

”Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas sebagaimana adanya tanpa manekankan unsur impresif atau sugestif kepada pembaca, dinamakan deskripsi ekpositorik. Selain itu juga menggunakan bahasa-bahasa yang formal dan lugas. Sebaliknya, deskripsi artistik adalah deskripsi yang mengarah kapada pangalaman kepada pembaca bagaikan berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan dengan jalan menciptakan sugesti dan impresi melalui keterampilan penyampaian dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan”.

2.2 Asumsi

Asumsi adalah sebuah titik tolak pemikiran kebenarannya diterima oleh penyelidik itu (Surakhmad, 2006: 65).

Berdasarkan pendapat di atas, penulis mengemukakan anggapan dasar bahwa siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 telah menerima materi struktur gramatikal pada kalimat berupa unsur-unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan dalam kalimat karena analisis kalimat berdasarkan fungsinya diajarkan kepada siswa kelas VIII.

2.2.1 Filosofis

Analisis kesalahan penggunaan unsur fungsional kalimat adalah suatu proses yang menghasilkan deskripsi fungsi subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K) secara struktural atau sesuai dengan jabatannya dalam kalimat.

(49)

2.2.2 Subtantif

Penggunaan unsur fungsional kalimat ditandai oleh unsur-unsur dalam kalimat memiliki batas, yakni antara fungsi subjek dan predikat, predikat dan objek, objek dengan fungsi lainnya pelengkap atau keterangan ada batasnya.

2.2.3 Prosedural

Metode deskriptif adalah metode yang mengambarkan analisis struktur gramtikal pada penggunaan unsur fungsional kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan dalam kalimat siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang.

2.3 Penelitian Relevan

Peneliti mengambil judul Analisis Fungsi Kata dalam Kalimat Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang karena sebelumnya telah ada penelitian yang dilakukan oleh:

1. Zahrulia Arina (2012) dengan judul skripsi “Analisis Struktur Kalimat pada Wacana Iklan Brosur Provider Telekomunikasi”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zahrulia Arina dinyatakan kemampuan penggunaan pola dasar kalimat berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku sudah benar.

Persamaan dari judul penelitian Zahrulia Arina dengan judul yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menganalisi pada kalimat berdasarkan unsur-unsur subjek, predikat, objek dan keterangan, sedangkan perbedaannya adalah

(50)

penelitian Zahrulia Arina meneliti struktur kalimat pada Wacana Iklan Brosur Provider Telekomunikasi atau kajian objeknya.

2. Pari Luat (2013) dengan judul skripsi “Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Sintaksis Siswa Kelas X SMK Negeri Sumbarsari Malang.” Penelitian ini menghasilkan kesalahan berbahasa siswa sangat minim. Persamaan yang diteliti oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Pari Luat adalah analisis pada kajian jabatan kalimat yakni subjek, predikat, objek, dan keterangan pada kalimat. Perbedaannya penelitian Pari Luat meneliti kesalahan berbahasa khusus pada kalimat efektif dan kebakuan, sedangkan penelitian Budi hanya pada fungsi kata dalam kalimat.

3. Nanda (2014) dengan judul skripsi “Analisis Kesalahan Penggunaan Fungsional Kalimat pada Paragraf Deskripsi Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2013/2014”. Hasil penelitian yang dapat dilihat ialah kesalahan penggunaan unsur fungsional kalimat siswa kelas x Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Tanjungpinang masih rendah karena banyak ditemukan kesalahan pada inti kalimat, yakni unsur inti subjek dan predikat. Persamaan kedua penelitian, yakni pada fungsi kata dalam kalimat, sedangkan perbedaannya terletak pada subjek penelitian.

4. Dian Iramayati (2011) dengan judul skripsi “Analisis Kesalahan Kalimat Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Mataram.” Hasil penelitian kesalahan kalimat siswa tergolong minim. Persamaan kedua penelitian, yakni sama-sama pada kalimat

(51)

yang jabatannya tidak jelas, sedangkan perbedaannya terletak pada kalimat tidak logis. 2.4 Kerangka Konseptual Teoretis : Prosedural : Operasional :

Analisis Fungsi Kata

Analisis fungsi kata dalam kalimat pada karangan deskripsi.

Analisis fungsi kata dalam kalimat pada karangan deskripsi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Pulau Penyengat Tahun Pelajaran

(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITAN

4.1 Subjek Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik simpulannya. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108).

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 di Tanjungpinang yang berjumlah 2 kelas yakni, kelas VIII A dan kelas VIII B dengan jumlah siswa 40 orang.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Pulau Penyengat, Tanjungpinang yang beralamat di jalan Datuk Ibrahim, Pulau Penyengat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Perencanaan penelitian ini dilaksanakan mulai Januari 2015, dan masih terus meneliti hingga April 2015, penelitian ini akan dilaksanakan setelah pengumpulan data telah terkumpul, yakni pada Februari. Setelah itu, peneliti melakukan pengolahan data pada Maret 2015 sambil diikuti menulis hasil hingga penulisan akhir skripsi,

(53)

yakni pada April 2015. Adapun perincian kegiatan penelitian atau jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

TABEL 2

JADWAL PENELITIAN n

o

Kegiatan Bulan/Minggu

Januari Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pembuatan prosposal 2. Konsultasi prosposal 3. Seminar proposal 4. Persiapan penelitian 5. Pengumpulan data 6. Pengolahan data

7. Penulisan hasil penelitian

3.3 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian 3.3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah metode yang memecahkan masalah atau menjawab permasalahan yang dihadapi dengan jalan mengumpulkan data, mengklarifikasikannya, menyusun peringkat kesalahannya, menjelaskan kesalahannya, memperkirakan atau memprediksi daerah letak kesalahan, mengoreksi kesalahan, memperbaiki kesalahan, bila mungkin menghilangkan kesalahan melalui

(54)

penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi (Tarigan, 1990:71).

3.3.2 Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan penelitian ini adalah teknik kualitatif.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Kajian penelitian ini diperoleh dengan mendeskripsikan subjek, predikat, objek, dan keterangan pada paragraf deskripsi siswa. Teknik ini mengumpulkan data relevan dengan masalah pokok penelitian. Hal ini dimaksudkan agar bentuk bahan dan data yang berhubungan dengan aspek penelitian diambil dari materi-materi pelajaran mengenai jabatan kalimat.

Hal ini dapat dipelajari dan dicatat sebanyak mungkin hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian. Hal ini berkaitan dengan analisis struktur gramatikal pada kalimat sehingga mendapat pedoman dan informasi jelas dalam mengumpulkan data.

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah mengumpulkan hasil tes paragraf deskripsi siswa mengenai analisis subjek, predikat, objek, dan keterangan yang dijadikan sumber dalam penelitian ini sehingga dapat dijadikan pedoman dan informasi jelas dalam mengumpulkan data.

(55)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik analisis kesalahan. Teknik ini merupakan suatu prosedur kerja yang memiliki langkah-langkah tertentu. Adapun urutan-urutan langkah kerja yang dimaksud sebagai berikut.

1. Mengumpulkan data berbahasa yang dibuat oleh si pembelajar (siswa), berupa karangan;

2. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan karangan dengan cara mengenali dan memilah-milah kalimat berdasarkan kategori kebahasaan;

3. Menyusun peringkat fungsional, seperti mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringannya;

4. Menjelaskan kesalahan: menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar;

5. Memperkirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan: meramalkan tatataran bahasa yang dipelajari yang potensial menyebabkan kesalahan;

6. Mengoreksi kesalahan: memperbaiki kesalahan, bila mungkin menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi (Tarigan, 1990:71).

(56)

3.6 Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif ini yang dijadikan instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri.

TABEL 3

LEMBAR KERJA SISWA

Nama :

NIS :

Kelas : Perintah:

1. Tulislah sebuah paragraf deskripsi yang bertema tentang hewan! 2. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar!

3. Waktu mengerjakan karangan sebanyak 45 menit!

---

(57)

TABEL 4

TABEL ANALISIS DATA

Tabel analisis adalah tabel yang digunakan untuk menuliskan kalimat-kalimat paragraf deskripsi siswa. Kalimat-kalimat tersebut akan dianalisis kesalahan subjek, predikat, objek, dan keterangan pada kalimat siswa.

No Nama Siswa Kalimat

Aspek Kesalahan Perbaikan S P O K 1. 2. 3. 4. 5. 6.

(58)

BAB IV

HASIL-HASIL PENELITIAN

4.1 Kesalahan-Kesalahan Unsur Fungsional Kalimat 4.1.1 Kesalahan Subjek

Karangan yang dituliskan oleh siswa dalam paragraf deskripsi memiliki

kesalahan-kesalahan pada unsur fungsional kalimat, yakni berupa kesalahan subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Hal ini tampak pada kalimat-kalimat berikut ini.

TABEL 5

KESALAHAN SUBJEK

No Nama Siswa Kesalahan

1 Sonia

(K1) Ketika lapar ia mengeong sambil mengelus kakiku. (K2) Setelah makan ia tidur di atas kursi.

(K3) Sebelum tidur ia menjilat badannya terlebih dahulu. (K4) Setelah bangun tidur ia bermain di halaman rumahku 2 Octaviany (K1) Ayam akan berkokok pada saat waktunya ia berkokok.

3 Reza

(K1) Di dalam tubuh babi memiliki jenis cacing yang sangat berbahaya

(K2) Walaupun kita memasaknya dengan api yang sangat panas ia tidak akan mati.

(K3) Apabila kita memotongnya cacing tersebut akan bertambah banyak.

4 Dwi Aidil

(K1) Jenggotnya yang berwarna merah, postur badannya yang menarik.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

1) Buku yang akan dikembalikan diserahkan pada bagian sirkulasi. 2) Petugas meneliti tanggal pengembalian yang tertera pada slip tanggal untuk mengetahui apakah pengembalian buku

Last, an examination of foreign culture through literature may increase their understanding of that culture and perhaps spur their own imaginative writing (p. Therefore,

Laporan yang disusun oleh penulis merupakan tindak lanjut setelah melewati tahap ujian komprehensif yang dilaksanakan selama 2 hari sejak hari Senin sampai Selasa, 22 - 23 April

Melalui E-Government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi yang pada

Menurut Anita (2013:44) kesadaran wajib pajak adalah kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi

Uni Eropa dan pemerintah Yunani seharusnya mematuhi apa yang menjadi kesepakatan dalam Memorandum of Economic and Finance Policies(MEFP) yang terus diperbaharui.

Fotocopy Keputusan Gubernur Bali Nomor 267/03-P/HK/2018 tentang Penerima dan Besaran Honorarium Tenaga Kontrak/Non Pegawai Negeri Sipil sebagai Tenaga Dokter Hewan, Sopir dan

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu menggunakan angket (kuesioner) untuk memperoleh kecenderungan umum religiusitas siswa dan data yang