• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI IKAN Puntius denisonii UKURAN 1 INCI PADA PADAT TEBAR BERBEDA DENGAN PERGANTIAN AIR 50% FACHREZA RAFIANSYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI IKAN Puntius denisonii UKURAN 1 INCI PADA PADAT TEBAR BERBEDA DENGAN PERGANTIAN AIR 50% FACHREZA RAFIANSYAH"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI IKAN

Puntius denisonii

UKURAN 1 INCI

PADA PADAT TEBAR BERBEDA DENGAN

PERGANTIAN AIR 50%

FACHREZA RAFIANSYAH

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Produksi Ikan Puntius denisonii

Ukuran 1 inci pada Padat Tebar Berbeda dengan Pergantian Air 50%” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2017

Fachreza Rafiansyah

(4)
(5)

ABSTRAK

FACHREZA RAFIANSYAH. Produksi Ikan Puntius denisonii Ukuran 1 inci pada Padat Tebar Berbeda dengan Pergantian Air 50%. Dibimbing oleh DADANG SHAFRUDIN dan TATAG BUDIARDI.

Ikan Puntius denisonii (red-lined torpedo barb) merupakan ikan hias komoditas ekspor yang masih rendah produktivitasnya. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan meningkatkan padat tebar pada budidaya ikan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat tebar terbaik pada pemeliharaan ikan Puntius denisonii berukuran 1 inci pada sistem pendederan dengan pergantian air sebanyak 50% per hari. Ikan dipelihara di dalam akuarium berukuran 25x25x30 cm3 selama 60 hari. Masing-masing akuarium diisi air tawar sebanyak 18 L dan ditebari ikan sesuai dengan perlakuan, yaitu 1 ekor/L, 3 ekor/L, 5 ekor/L dan 7 ekor/L. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan cacing sutera sekenyangnya (at satiation). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pergantian air 50% pada pendederan ikan tersebut dengan padat tebar 1 & 3 ekor/L dapat mempertahankan kualitas air dalam keadaan baik. Perbedaan padat tebar 1 dan 3 ekor ikan tidak mempengaruhi kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, konversi pakan dan koefisien keragaman panjang, namun mempengaruhi pertumbuhan panjang. Berdasarkan analisis usaha, perlakuan 3 ekor/L menunjukkan keuntungan usaha tertinggi. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa produktivitas terbaik ikan

Puntius denisonii terjadi pada padat tebar 3 ekor/L.

Kata kunci: padat tebar, pergantian air, produksi, Puntius denisonii

ABSTRACT

FACHREZA RAFIANSYAH. Production of Puntius denisonii size 1 inch on different stocking density with water exchange 50%. Supervised by DADANG SHAFRUDIN and TATAG BUDIARDI.

Puntius denisonii (Red-lined torpedo barb) is an ornamental export commodities. Their productivity is still low. Increasing the productivity can be done by increase stocking density of the fish rearing. The study aimed to determine the best stocking density of Puntius denisonii fish sized of 1 inch in the reared system in which the water exchanged 50% a day. Fish were reared in 25x25x30 cm3 aquarium for 60 days. Aquarium filled with 18 L fresh water and stocked fish at stocking density of 1 fishes per L, 3 fishes per L, 5 fishes per L and 7 fishes per L respectively. During the rearing, fish fed blood worms at satiation. Results of the research showed that 50% water changes in the fish rearing with a stocking density 1 and 3 fish per L could maintain water quality in good condition. The different stocking density of 1 and 3 fishes per L did not affect spesific growth rate, survival rate, feed conversion, coeffisient of fish length variation except length growth. Based on profit analysis, treatment of 3 fishes per L indicated the highest business profit. Therefore in this research the best stocking density of the Puntius denisonii rearing was establised at 3 fishes/L.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

PRODUKSI IKAN

Puntius denisonii

UKURAN 1 INCI

PADA PADAT TEBAR BERBEDA DENGAN

PERGANTIAN AIR 50%

FACHREZA RAFIANSYAH

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang adalah budidaya ikan hias dengan judul “Produksi Ikan Puntius denisonii Ukuran 1 inci pada Padat Tebar Berbeda dengan Pergantian Air 50%”. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan Juni 2016 di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Ir. Zulfiarman, M.Si. dan Rafida Julia, dan adik tercinta Fachrezky Novalsyah yang tidak pernah berhenti memberikan motivasi dan doa. Kemudian ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing, Ir. Dadang Shafrudin, M.Si. dan Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si. yang telah membimbing selama proses penelitian dan proses penulisan skripsi, serta teman-temanku BDP 49, teman-teman sistekers 49 yang telah banyak membantu selama masa penelitian dan penyusunan skripsi ini serta dorongan dan cintanya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Januari 2017

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 METODE Rancangan Percobaan 2 Prosedur Penelitian 2 Persiapan Wadah 2 Penebaran Benih 2 Pemberian Pakan 2

Pengelolaan Kualitas Air 3

Parameter Penelitian

Kelangsungan Hidup 3

Laju Pertumbuhan Spesifik 3

Laju Pertumbuhan Panjang 3

Rasio Konversi Pakan 4

Koefisien Keragaman Panjang 4

Keuntungan Usaha 4

Kualitas Air 4

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil 5

Pembahasan 8

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

(14)

DAFTAR TABEL

1 Alat pengukur kualitas air 4

2 Kinerja produksi ikan Puntius denisonii selama 60 hari pemeliharaan 6 3 Keuntungan dan rasio R/C dari hasil penjualan ikan Puntius denisonii

pada perlakuan padat tebar 1 (Perlakuan A) dan 3 (Perlakuan B) ekor/L selama 1 tahun.

7

4 Kualitas air pemeliharaan ikan Puntius denisonii 8 DAFTAR GAMBAR

1 Kelangsungan hidup ikan Puntius denisoni terhadap waktu

pemeliharaan waktu selama pemeliharaan

5 2 Bobot ikan Puntius denisonii terhadap waktu selama pemeliharaan 5 3 Panjang ikan Puntius denisonii terhadap waktu selama pemeliharaan 6 4 Hasil pengukuran DO (a), pH (b), dan nitrit (c) selama pemeliharaan 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis statistik parameter uji ikan Puntius denisonii pada akhir

pemeliharaan 14

(15)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ikan hias merupakan komoditas andalan baru yang masih memerlukan upaya pengembangan yang lebih intensif di Indonesia mengingat pasar ekspor yang sangat prospektif. Nilai ekspor ikan hias Indonesia berdasarkan pada data United National Commodity Trade Statistics pada tahun 2009 mencapai 11,7 juta dollar AS atau sebesar 3,12% dati total ekspor ikan hias di dunia yang mencapai 373,8 juta dollar AS. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, volume ekspor ikan hias Indonesia pada periode 2011 mencapai 11,56%, dan pada tahun 2014 meningkatkan menjadi 19,79%. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2014, produksi budidaya ikan hias pada tahun 2012 mencapai 938 juta ekor dan meningkatkan menjadi 1,04 miliar ekor pada tahun 2013 (KKP 2015). Dari data tersebut membuktikan bahwa ekspor ikan hias dari Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Di dunia bisnis ikan hias, Indonesia merupakan eksportir ikan hias di urutan ke-5, setelah Republik Ceko, Thailand, Jepang, dan Singapura (Ditjen PEN 2013). Indonesia sudah bisa memproduksi ikan hias sendiri baik ikan hias luar negeri maupun dalam negeri, misalnya tiger fish,

Corydoras sterba, silver dollar, Synodontis eupterus, dan Puntius denisonii.

Salah satu spesies ikan hias adalah Puntius denisonii atau mempunyai nama latin lain Sahyadria denisonii. Ikan ini merupakan salah satu jenis komoditas budidaya ikan hias yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Harga ikan

P.denisonii dengan ukuran 1,5 inci mencapai Rp 4.000,-/ekor. Selain itu, warna ikan yang menarik menjadikan ikan ini sebagai komoditas ekspor dari bidang perikanan (KKP 2015) dengan tujuan ekspor ke negara Vietnam, Thailand, Amerika, Arab, Iran dan Australia. Pasar P.denisonii di Eropa terutama adalah Spanyol, Perancis. Pembudidaya ikan di PT. Kampung Ikan memakai padat tebar sebesar 1 ekor/L dengan pergantian air 50%. Demikian pula di Bekasi, pembudidaya banyak menerapkan padat tebar 1 ekor/L. Padahal ikan sumatera,

Puntius tetrazona yang memiliki kesamaan dengan ikan P.denisonii yaitu termasuk keluarga Cyprinide dan Barb dapat dipelihara lebih padat. Penelitian Thabrani (2015) menunjukkan bahwa ikan Puntius tetrazona dapat dipelihara dengan pertumbuhan yang baik pada 5 ekor/L, walaupun kemudian pertumbuhan menurun pada kepadatan yang lebih tinggi.

Dengan demikian upaya meningkatkan kepadatan yang melebihi 1 ekor/L perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas budidaya ikan P.denisonii.

Produktivitas tertinggi dicapai pada kepadatan ikan tertentu, karena menurut Hepher dan Pruginin (1981) selama pakan dan lingkungan mencukupi ikan peningkatan kepadatan ikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan tersebut.

Masalah yang biasa dihadapi dalam budidaya intensif adalah meningkatnya limbah metabolisme dengan disertai penurunan kadar oksigen dalam air (Stickney 1979). Pertumbuhan akan menurun seiring dengan peningkatan kepadatan, bila jumlah pakan, kandungan oksigen di air, dan limbah buangan metabolisme tidak dapat disesuaikan. Menurunnya kandungan oksigen dan meningkatnya kandungan amonia di dalam air dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain jumlah dan ukuran ikan yang dipelihara (Hepher dan Pruginin 1981).

(16)

2

Kepadatan optimal dapat dicapai apabila ikan ditebar dalam jumlah tinggi, namun jumlah pakan terpenuhi dan ruang masih dapat ditolerir oleh ikan, hingga dapat menghasilkan tingkat kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan yang tinggi, serta variasi ukuran yang relatif rendah. Apabila kepadatan optimal dapat diketahui, maka dapat mengefisienkan sarana dan sumber daya air tawar sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Dengan demikian efisiensi produksi yang tinggi dapat tercapai (Budiardi et al. 2007). Penelitian ini belum dilakukan sebelumnya, sehingga pergantian air 50% diacu berdasarkan data lapangan dari pembudidaya ikan Puntius denisonii.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan padat tebar optimal ikan Puntius denisonii yang dipelihara dengan pergantian air 50% berdasarkan parameter produksi terutama derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, serta analisis usaha.

METODE Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan menggunakan 3 ulangan. Perlakuan tersebut yaitu :

1) Perlakuan A dengan kepadatan 1 ekor/L. 2) Perlakuan B dengan kepadatan 3 ekor/L. 3) Perlakuan C dengan kepadatan 5 ekor/L. 4) Perlakuan D dengan kepadatan 7 ekor/L.

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Wadah pemeliharaan yang digunakan berupa akuarium ukuran 25x25x30 cm3 sebanyak 12 unit. Sebelumnya dilakukan desinfeksi menggunakan kalium permanganat, setelah dibiarkan selama 24 jam dilakukan pembersihan air dan pengeringan akuarium. Terakhir akuarium dipasang 1 titik aerator pada setiap akuarium dan akuarium diisi air sebanyak 18 L.

Penebaran Benih

Benih yang digunakan yaitu benih ikan Puntius denisonii dengan ukuran 1 inci (panjang: 2,36±0,11 cm, bobot: 0,20±0,01 gram). Sebelum diberikan perlakuan, ikan diadaptasikan dulu di akuarium selama 4-6 hari. Penelitian diawali dengan pengambilan contoh masing-masing 15 ekor ikan setiap akuarium untuk diukur panjang dan bobotnya.

Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan berupa cacing sutera (Tubifex sp). Setiap hari cacing dibersihkan selama 2 kali sehari pagi dan sore dengan air tawar. Pemberian pakan sekenyangnya (at satiation).

(17)

3

Pengelolaan Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air dilakukan melalui penyifonan kotoran di dasar akuarium sebelum dilakukan pemberian pakan, yang diikuti dengan pergantian air sebanyak 50% serta pemberian aerasi yang terus-menerus. Pengecekan parameter suhu, pH, DO (oksigen terlarut), TAN, nitrit, nitrat, kesadahan, alkalinitas dan amonia dilakukan 10 hari sekali.

Parameter Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 60 hari. Jumlah ikan yang mati dihitung setiap hari. Setiap 10 hari dilakukan sampling panjang dan bobot ikan sebanyak 15 ekor dari masing-masing akuarium. Panjang dan bobot masing-masing benih diukur kemudian dicatat untuk pendataan. Data yang diperoleh dari tiap-tiap sampling yaitu data yang digunakan untuk penghitungan parameter aspek produksi yang meliputi derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak, rasio konversi pakan, koefisien keragaman panjang, serta keuntungan usaha dan kualitas air.

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup (survival rate, SR) yaitu persentase jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan yang ditebar. Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat kelangsungan hidup (Zonneveld et al. 1991) adalah:

SR = (Nt/N0) x 100 Keterangan : SR = Kelangsungan hidup benih (%)

Nt = Jumlah benih yang hidup di akhir pemeliharaan (ekor) N0 = Jumlah benih yang hidup di awal pemeliharaan (ekor)

. Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik (SGR), dihitung dengan menggunakan rumus Schrek dan Moyle (1990) :

SGR = [((Ln Wt- Ln Wo)/t) x 100]

Keterangan : SGR = Laju Pertumbuhan Spesifik (%/hari)

Wt = Bobot rata-rata benih pada waktu ke-t pemeliharaan (g) Wo = Bobot rata-rata benih pada awal pemeliharaan (g)

t = Waktu pemeliharaan (hari) Laju Pertumbuhan Panjang

Pertumbuhan panjang mutlak adalah perubahan panjang rata-rata individu pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan, dengan rumus Effendie (1979):

t Lo Lt Pm 

Keterangan : Pm = Pertumbuhan panjang mutlak benih (cm/hari)

Lt = Panjang rata-rata benih pada waktu ke-t pemeliharaan (cm)

L0 = Panjang rata-rata benih pada awal pemeliharaan (cm)

t = waktu (hari)

(18)

4

Rasio Konversi Pakan

Rasio konversi pakan (feed conversion ratio, FCR) menunjukkan pertambahan bobot yang dihasilkan dari setiap kilogram pakan yang diberikan, dengan rumus NRC (1979):          Wd Wo Wt F FCR ) (

Keterangan : FCR = Feed conversion ratio (g)

Wt = Biomassa benih waktu ke-t pemeliharaan (g)

Wd = Biomassa benih mati (g)

Wo = Biomassa benih pada awal pemeliharaan (g)

F = Jumlah pakan yang diberikan pada benih (g) Koefisien Keragaman Panjang

Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan, yang dinyatakan dalam koefisien keragaman dan dihitung menggunakan rumus Steel dan Torrie (1993):

KK = (s/y) x 100 Keterangan : KK = Koefisien keragaman (%)

s = Simpangan baku y = Rata-rata contoh Keuntungan Usaha

Keuntungan usaha pada penelitian ini dihitung berdasarkan selisih antara total penerimaan yang diperoleh dengan total pengeluaran. Total penerimaan bergantung kepada jumlah ikan yang dijual dan harga produk. Penerimaan dapat dihitung dengan rumus Nurmalina et al. (2010):

TR = Q x P

Keterangan: TR = Total penerimaan (Rp)

Q = Jumlah ikan yang dijual (ekor)

P = Harga (Rp) Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diamati beserta alat atau metode pengukurnya tertera pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat pengukur kualitas air

Parameter Satuan Alat Pengukur

Suhu oC Termometer

Oksigen Terlarut mg/L DO-meter

pH - pH-meter

Kesadahan mg/L Titrasi volumetrik

Alkalinitas mg/L Titrasi volumetrik

TAN mg/L Spektrofotometer

Nitrit mg/L Spektrofotometer

(19)

5

Analisis Data

Parameter derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjang mutlak, rasio konversi pakan, dan koefisien keragaman panjang dianalisis menggunakan uji t dengan selang kepercayaan 95%. Data dianalisis menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2010 dan SPSS 20. Beberapa parameter dibahas menggunakan analisis deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Kinerja produksi

Pada padat tebar 1 ekor/L semua ikan Puntius denisonii hidup hingga akhir penelitian. Tetapi pada padat tebar 5 dan 7 ekor/liter terjadi kematian total masing-masing pada hari ke-30 dan hari ke-20 (Gambar 1).

Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan Puntius denisoni terhadap waktu selama pemeliharaan

Bobot ikan Puntius denisonii pada perlakuan 1 ekor/L (Perlakuan A) dan 3 ekor/L (Perlakuan B) mengalami kenaikan dari awal hingga akhir pemeliharaan (Gambar 2). Pada awal pemeliharaan, bobot berkisar 0,20 ± 0,04 gram dan diakhir pemeliharaan, bobot berkisar 2,29 ± 0,04 gram (perlakuan A) dan 2,19 ± 0,04 gram (perlakuan B)

Gambar 2 Bobot ikan Puntius denisonii yang dipelihara dengan padat tebar berbeda

(20)

6

Panjang ikan pada perlakuan 1 ekor/L (Perlakuan A) dan 3 ekor/L (Perlakuan B) juga mengalami kenaikan dari awal hingga akhir pemeliharaan (Gambar 2). Pada awal pemeliharaan, panjang berkisar 2,36 ± 0,11 cm. Pada akhir pemeliharaan, panjang berkisar 6,72 ± 0,22 cm (perlakuan A) dan panjang berkisar 6,21 ± 0,22 cm (perlakuan B).

Gambar 3 Panjang ikan Puntius denisonii yang dipelihara dengan padat tebar berbeda

Kinerja produksi ikan Puntius denisonii selama 60 hari pemeliharaan dicantumkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kinerja produksi ikan Puntius denisonii selama 60 hari pemeliharaan

Parameter Perlakuan (ekor/L)

A (1) B (3)

Kelangsungan hidup (%) 100 ±0,00a 96,30 ± 0,03a Laju pertumbuhan spesifik (%/hari) 4,00 ± 0,00a 4,00 ± 0,00a Laju pertumbuhan panjang (cm/hari) 0,07 ± 0,005a 0,06 ± 0,004b Rasio konversi pakan (g) 2,34 ± 0,03a 2,33 ± 0,03a Koefisien keragaman panjang (%) 3,61 ± 0,03a 3,22 ± 0,03a

Huruf superskrip yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

Berdasarkan hasil pemeliharaan ikan Puntius denisonii selama pemeliharaan 60 hari, didapatkan bahwa kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, rasio konversi pakan dan panjang mutlak ikan Puntius denisonii tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan 1 dan 3 ekor/liter (P>0,05). Laju pertumbuhan panjang menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) antar perlakuan 1 dan 3 ekor/liter.

Keuntungan Usaha

Analisis usaha dilakukan dengan menggunakan parameter keuntungan dan rasio R/C (Tabel 3). Asumsi yang digunakan dalam perhitungan produksi adalah satu siklus produksi dilakukan dalam waktu 60 hari pemeliharaan, sehingga dalam satu tahun terdapat 6 siklus produksi, serta setiap pembelian peralatan dan komponen produksi yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha pendederan ikan

Puntius denisonii disesuaikan dengan harga yang berlaku di daerah Bogor pada bulan Oktober 2016 (Lampiran 4-8). Keuntungan rata-rata yang diperoleh dari padat tebar 3 ekor/L adalah Rp 157.107.562.

(21)

7

Tabel 3 Keuntungan dan rasio R/C dari hasil penjualan ikan Puntius denisonii pada perlakuan padat tebar perlakuan 1 ekor/L (A) dan perlakuan 3 ekor/L(B) selama 1 tahun

Ulangan Keuntungan (Rp) Rasio R/C

Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan A Perlakuan B

1 32.753.766 160.307.766 1,61 2,62

2 32.753.766 160.307.766 1,61 2,62

3 32.753.766 150.707.766 1,61 2,52

Rataan 32.753.766a 157.107.766b 1,61a 2,59b

SD 0,00 5.542.562 0,00 0,05

Huruf superskrip yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%

Hasil Pengukuran Kualitas Air

Parameter pengamatan kualitas air terdiri dari suhu, pH, oksigen terlarut (DO), alkalinitas, kesadahan, TAN, nitrat dan nitrit. Pada parameter DO, nitrit, kesadahan dan alkalinitas mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya masa pemeliharaan, sedangkan parameter suhu, pH, TAN dan nitrat berfluktuatif selama masa pemeliharaan.

Tabel 4 Kualitas air pemeliharaan ikan Puntius denisonii

Parameter Perlakuan padat tebar (ekor/L) Referensi

1 (A) 3 (B) 5 (C) 7 (D) Suhu (oC) 27,4 - 28,3 27,4 - 28,2 27,4 - 28,2 27,6 - 28,2 26 - 28oC (Mercy et al. 2015)* pH 6,58 - 7,19 6,68 - 7,22 6,68 - 7,26 6,63 - 7,03 7,0 - 7,5 (Mercy et al. 2015)* DO (mg/L) 5,5 - 6,1 5,3 - 5,8 5,0 - 5,7 4,5 - 5,8 5,0 - 6,8 (Mercy et al. 2015)* TAN (mg/L) 0,10 - 0,13 0,11 - 0,14 0,10 - 0,32 0,10 - 0,34 < 0,10 (Boyd 1982) Nitrit (mg/L) 0,03 - 0,45 0,04 - 0,55 0,04 - 0,63 0,03 - 0,80 < 0,50 (Boyd 1982) Nitrat (mg/L) 0,01 - 0,05 0,00 - 0,08 0,02 - 0,19 0,00 - 0,25 < 5,00 (Effendi 2004) Alkalinitas (mg/L) 112 - 144 96 - 104 40 - 96 40 - 96 50 (Alderton 2008) Kesadahan (mg/L) 92 - 90 80 - 92 40 - 56 48 - 60 55 (Sajeevan et al. 2016)* Amonia (mg/L) 0,000-0,002 0,000-0,002 0,000 - 0,005 0,000 - 0,003 < 0,01 (Mercy et al. 2015)*

*) Kualitas air khusus ikan Puntius denisonii

Berdasarkan Tabel 4 selama pemeliharaan suhu air mengalami fluktuasi, dengan suhu terendah yang pernah dicapai sebesar 27,4oC dan tertinggi sebesar 28,2oC. Nilai pH pada awal pemeliharaan sebesar 7,03 - 7,26, kemudian mengalami penurunan hingga mencapai nilai pH 6,58 - 6,63. Konsentrasi oksigen terlarut (DO) dalam perairan mengalami penurunan selama pemeliharaan. Pada awal pemeliharan kandungan oksigen terlarut dalam air sebesar 5,7 - 6,1 mg/L, sedangkan pada akhir pemeliharaan kandungan oksigen terlarut sebesar 4,5 - 5,5 mg/L. Nilai alkalinitas (CaCO3) dalam air juga mengalami penurunan. Pada awal pemeliharaan nilai alkalinitas 104 - 112 mg/L, sedangkan pada akhir pemeliharaan nilai alkalinitas turun hingga 48 - 92 mg/L. Kandungan TAN dalam air selama pemeliharaan berfluktuatif, dengan nilai terendah sebesar 0,10 - 0,11 mg/L dan tertinggi 0,13 - 0,34 mg/L, kandungan nitrit juga mengalami fluktuasi selama pemeliharaan dengan

(22)

8

nilai terendah sebesar 0,1 - 0,4 mg/L dan tertinggi 0,45 - 0,8 mg/L. Kandungan amonia dari semua perlakuan masih menunjukkan batas normal.

(a)

(b)

(c)

Gambar 4 Hasil pengukuran DO (a), pH (b) dan nitrit (c) selama pemeliharaan

Pembahasan

Efisiensi pemeliharaan dianalisis dengan padat tebar terbaik selama masa pendederan. Kelangsungan hidup (SR) merupakan parameter utama dalam menilai keberhasilan suatu metode produksi budidaya. Nilai SR mempengaruhi keuntungan yang dapat dicapai, disebabkan ikan hias dijual dalam keadaan hidup. Berdasarkan hasil penelitian, ikan pada perlakuan C dan perlakuan D mengalami kematian total. Penyebab kematian total adalah kadar nitirit yang tinggi, sehingga diduga ikan mengalami stress yang berlanjut pada kematian ikan. Menurut Husen et al. (2014)

(23)

9

stres adalah salah satu kondisi ikan merasa terancam atau terganggu. Stres biasanya disebabkan oleh perubahan lingkungan dan banyaknya interaksi ikan di wadah budidaya. Tanda ikan yang terkena stres adalah kurangnya nafsu makan dan cara berenang yang pasif dan ini terjadi di perlakuan C dan D.

Menurut Radhakrishnan et al. (2014), ikan Puntius denisonii sangat mudah terkena stres. Pada perlakuan C dan perlakuan D didapatkan nilai kesadahan yang rendah dan nitrit yang tinggi (Tabel 4). Kedua parameter tersebut sudah melewati batas toleransi ikan Puntius denisonii. Menurut Sajeevan et al. (2016) ikan Puntius denisonii sangat sensitif terhadap kesadahan yang rendah dan amonia yang tinggi. Kesadahan air optimal pada pemeliharaan Puntius denisonii adalah 55 mg/L dan kandungan nitrit optimal menurut Boyd (1982) adalah <0,50 mg/L (Tabel 4).

Pada padat tebar tinggi, konsentrasi nitrit berpeluang meningkat dengan meningkatnya masa pemeliharaan akibat dari proses nitrifikasi amonia. Peningkatan amonia disebabkan adanya peningkatan penguraian pakan yang tidak termakan dan sisa metabolisme. Menurut Boyd (1991), konsentrasi nitrit yang tinggi dapat mempengaruhi kehidupan ikan. Jika nitrit terabsorpsi secara terus-menerus oleh ikan, maka nitrit akan bereaksi dengan haemoglobin sehingga membentuk methemoglobin (Hb + NO2- = Met-Hb). Methemoglobin akan menurunkan kemampuan haemoglobin dalam mengikat oksigen, sehingga dapat mengakibatkan stres dan kematian pada ikan. Hal yang sama juga dinyatakan Hepher dan Pruginin (1981), bahwa padat tebar ikan yang tinggi dapat mempengaruhi lingkungan budidaya dan interaksi ikan. Penyakit dan kekurangan oksigen akan mengurangi jumlah ikan secara drastis, terutama ikan yang berukuran kecil.

Pertumbuhan merupakan parameter performa yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan suatu metode pemeliharaan pada kegiatan budidaya ikan. Parameter ini biasa digunakan pada pendederan ikan konsumsi. Efisiensi pemeliharaan dievaluasi dengan padat tebar terbaik selama masa pendederan. Hasil penelitian menunjukkan pada laju pertumbuhan spesifik padat tebar 1 ekor/L didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan 3 ekor/L (P>0,05) (Tabel 2). Menurut Hepher dan Pruginin (1981), peningkatan kepadatan ikan tanpa disertai dengan pemberian pakan yang memadai dan kualitas air yang terkontrol akan menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan (critical standing crop) dan jika telah sampai pada batas tertentu pertumbuhan akan berhenti sama sekali (carrying capacity). Nilai ini menunjukkan bahwa sampai pemeliharaan ikan Puntius denisonii dengan padat tebar 3 ekor/L belum menunjukkan penurunan laju pertumbuhan ikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi carrying capacity antara lain adalah kandungan oksigen terlarut dalam air, aliran atau arus air dan ketersedian pakan. Pada lingkungan yang baik dan pakan yang mencukupi, maka peningkatan kepadatan akan disertai dengan peningkatan produksi (Handajani dan Hastuti 2002).

Pada pertumbuhan panjang mutlak, didapatkan pada padat tebar 1 ekor/L berbeda nyata terhadap padat tebar 3 ekor/liter walaupun laju pertumbuhan spesifik tidak berbeda nyata (Tabel 2). Menurut Wedemeyer (1996), dominasi sosial dapat terjadi pada interaksi antar ikan, dan hal ini umumnya terjadi pada budidaya intensif. Ikan yang cenderung lemah memiliki akses yang sangat sedikit untuk mengambil makanan dan cenderung tumbuh lebih lambat, sehingga laju pertumbuhan panjang menurun.

(24)

10

Pakan merupakan parameter utama dalam setiap produksi ikan budidaya. Menurut Effendi (2004) nilai efisiensi pakan bergantung pada spesies (ukuran atau stadia, kebiasaan makan), kualitas air (kandungan oksigen, suhu, pH, dan amonia). dan pakan (kualitas dan kuantitas). Nilai konversi pakan merupakan rasio jumlah pakan yang diberikan dengan pertambahan biomassa ikan. Nilai konversi pakan pada padat tebar 1 ekor/L dan 3 ekor/L menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) (Tabel 2). Hal ini dikarenakan pakan diberikan secara at satiation (sekenyangnya), sehingga pakan yang diberikan sama dengan hasil laju pertumbuhan spesifik pada perlakuan padat tebar 1 ekor/L dan 3 ekor/L.

Koefisien keragaman (KK) menentukan keseragaman ikan yang dihasilkan dalam metode pemeliharaan. Keseragaman diperlukan karena pada umumnya para pembeli yang biasanya berupa pedagang pengumpul lebih menyukai ikan yang berukuran seragam. Nilai KK pada akhir penelitian menunjukkan bahwa padat tebar 1 (Perlakuan A) & 3 (Perlakuan B) ekor/L tidak berbeda nyata (P>0,05) (Tabel 2). Pada analisis usaha, keragaman sangat berpengaruh terhadap total penerimaan. Pada padat tebar 1 & 3 ekor/L mempunyai nilai ukuran panjang yang sama dalam penjualan ikan P.denisonii yaitu 2 inci lebih.

Produk akhir dalam usaha budidaya ikan hias dijual dengan menghitung jumlah individu yang dihasilkan, berbeda dengan jenis ikan konsumsi yang bergantung pada biomassa akhir. Ukuran panjang ikan juga menentukan harga jual, semakin panjang tubuh ikan yang dihasilkan maka akan menambah harga jual. Pada akhir pemeliharaan panjang ikan yang padat tebar 1 dan 3 ekor/L mencapai ukuran 2 inci lebih. Harga setiap ukuran P.denisonii berbeda tergantung ukurannya. Harga 2 inci lebih dihargai Rp. 8,000,-/ekor, sedangkan harga 2 inci dihargai dengan harga Rp. 6,000,-/ekor dan 1,5 inci dihargai dengan harga Rp. 4,000,-/ekor. Pada padat tebar 1 dan 3 ekor/L mempunyai derajat kelangsungan hidup yang tinggi daripada padat tebar 5 dan 7 ekor/L. Perhitungan produksi ikan Puntius denisonii

dengan asumsi 100 unit volume 18 liter yaitu dengan perbedaan padat tebar 1 ekor/L dan 3 ekor/L. Dalam 1 siklus dilakukan selama 60 hari pemeliharaan sehingga produksi 1 tahun dapat dilakukan sebanyak 6 kali siklus. Hasil analisis usaha menunjukkan, bahwa padat tebar 3 ekor/liter paling menguntungkan dari hasil produksi, memberikan keuntungan terbesar sebanyak Rp. 157.107.766, rasio R/C 2,59. Kelangsungan hidup, keseragaman ukuran dan pertumbuhan yang baik menyebabkan keuntungan terbesar pada produksi pendederan ikan Puntius denisonii pada padat tebar 3 ekor/L (Tabel 3).

Pengelolaan kualitas air dengan pergantian air sebanyak 50% dan pemberian aerasi mampu mengatasi dampak toksik buangan metabolisme ikan. hingga padat tebar 3 ekor/L yang dibuktikan dengan hasil pengukuran kualitas air yang baik pada setiap sampling yang diikuti dengan pertumbuhan ikan yang cukup baik pada padat 1 ekor/L dan 3 ekor/L (Tabel 4). Pada pengukuran alkalinitas dan kesadahan pada padat tebar 1 ekor/L dan 3 ekor/L memiliki nilai yang tinggi daripada padat tebar 5 ekor/L dan 7 ekor/L. Alkalinitas dan kesadahan dipengaruhi kadar pH perairan (Alderton 2008). Pada perairan ber-pH 6,5, jika alkalinitas menurun maka ion Ca+ menjadi berkurang sehingga pH cenderung menurun. Nitrogen dalam perairan dibedakan menjadi dua macam yaitu berupa nitrogen anorganik dan nitrogen organik. Nitrogen anorganik terdiri atas amonium (NH4+), amonia (NH

3), nitrit (NO2-), dan nitrat (NO3-). Konsentrasi nitrit pada perlakuan padat tebar tinggi

(25)

11

menyebabkan tingginya kematian pada perlakuan 5 ekor/L dan 7 ekor/L akibat tingginya nitrit. Namun demikian, hal tersebut tidak terjadi pada dua perlakuan lainnya yang berpadat tebar lebih rendah (perlakuan 1 ekor/L dan 3 ekor/L) karena peningkatan nitrit masih dapat diimbangi dengan pergantian air selama pemeliharaan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Padat tebar yang terbaik pada pemeliharaan ikan Puntius denisonii dengan pergantian air sebanyak 50% terjadi pada kepadatan 3 ekor/liter dengan nilai SR 96,3% dan LPS dengan nilai 4%.

Saran

Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji kondisi stress ikan

(26)

12

DAFTAR PUSTAKA

Alderton D. 2008. Encyclopedia of Aquarium & Pond Fish. New York (US): Dorling Kindersley.

Boyd CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Amsterdam (NL): Elsevier Scientific Pub.

Boyd CE. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Alabama (US): Auburn University Agriculture Eksperiment Station.

Boyd CE. 1991. Water Quality Management and Aeration in Shirmp Farming. Fisheries and Allied Aquaculture Departement, Series No. 2. Alabama (US): Auburn University Agriculture Eksperiment Station.

Budiardi T, Germawaty N, Wahjuningrum D. 2007. Produksi ikan neon tetra

Paracheirodon innesi ukuran L pada padat tebar 20, 40, dan 60 ekor/liter dalam sistem resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia 6(2):211-215.

Djamhuriyah S, Lukman S, Mayasari N, Supranoto, Nasution SH, Triyanto. 2008. Antisipasi degradasi habitat ikan pelangi Sulawesi Marosatherina ladigesi

melalui aplikasi habitat Ex-Situ. Prosiding Seminar Nasional Limnologi IV. Jakarta (ID): LIPI

[Ditjen PEN], Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional. 2013. Peluang Ekspor Ikan Hias. [internet].[Diunduh pada 2015 1 Juni ] tersedia pada http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/47513842 33499.pdf

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya. Handajani H, Hastuti SD. 2002. Budidaya Perairan. Malang(ID): Bayu Media. Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial fish farming with special reference to

fish culture in Israel. New York(US): John Willey and Sons.

Huet M. 1971. Texbook of fish culture: Breeding and Cultivation of Fish. London (UK): Fishing News Book Ltd.

Husen MA, Sharma S. 2014. Efficacy of Anesthetics For Reducing Stress in Fish During Aquaculture Pratice - A Review. Journal of Science, Engineering, and Technology 10(1):104-123.

[KKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2015. KKP Mendorong Diversifikasi Ekspor Ikan Hias ke Timur Tengah. [Internet]. [Diunduh pada 2016 30 Juni]. http://www.djpdspkp.kkp.go.id/artikel-802-kkp-mendorong-diversifikasi-eks por-ikan-hias-ke-timur-tengah-.html

Lovel T. 1992. Nutrition and Feeding of Fish. Alabama (US): Auburn University. Mattjik AA, Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS

(27)

13

Mercy ATV, Sajan S, Malika V. 2015. Captive breeding and developmental biology of Sahyadria denisonii (Day 1865) (Cyprinidae), an endangered fish of the Western Ghats, India. Indian Journal Fish 6(2): 19-28.

[NRC] National Research Council. 1979. Nutrition Requitment of Warm Water Fishes. Washington D.C.(US): National Academy of Science.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi kelayakan bisnis. Departeman Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Radhakrishnan KV, Ranjeet K, Sureshkumar S. 2014. Live Handling and Domestication of Selected Indigenus Ornamental Fishes of India.

International Journal of Fisheries and Aquatic Studies 1(5): 08-11

Sajeevan S, Mercy ATV. 2016. Morphological and osteological malformations in hatchery bred redline torpedo fish, Sahyadria denisonii (Day 1866) (Cyprinidae). Anales de Biologia 38:73-80

Schreck CB, Moyle PB. 1990. Methods for Fish Biology. Maryland(US): American Fisheries Society

Steel GD, Torrie JH. 1993. Prinsip-prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Stickney RR. 1979. Principal of Warmwater Aquaculture. New york(US): John Wiley dan Sons Publisher.

Thabrani CN. 2015. Produksi Ikan Sumatra Puntius tetrazona Pada Padat Tebar 5, 10, 15, 20 Ekor/Liter Dalam Sistem Resirkulasi. [Skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Tappin AR. 2010. Rainbowfishes: Their Care and Keeping in Captivity. [Internet]. [diakses pada 16 Agustus 2016]. rainbowfishes@optusnet.com.au.cpyright . Wedemeyer GA. 1996. Growth and Ecology of Fish Populations. London(UK):

Academic Press.

Zonneveld N, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-prinsip budidaya ikan. Jakarta(ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

(28)

14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis statistik parameter uji ikan Puntius denisonii pada akhir pemeliharaan

1. Kelangsungan hidup (SR) pada perlakuan padat tebar 1 ekor/L dan 3 ekor/L

Rataan Std. Deviasi Rataan Std. error Selang kepercayaan 95% t db P Rendah Tinggi 1,2333 2,1362 1,2333 -4,07327 6,53994 1,00 2 0,423*

*) Kelangsungan hidup ikan Puntius denisonii pada perlakuan 1 ekor/L dan 3 ekor/L tidak berbeda nyata (P>0,05)

2. Laju pertumbuhan spesifik pada perlakuan padat tebar 1 ekor/L dan 3 ekor/L

Rataan Std. Deviasi Rataan Std. error Selang kepercayaan 95% t db P Rendah Tinggi 0,10000 0,05568 0,03215 -0,03831 0,23831 3,111 2 0,090*

*) Laju pertumbuhan spesifik ikan Puntius denisonii perlakuan 1 ekor/L dan perlakuan 3 ekor/L tidak berbeda nyata (P>0,05)

3. Laju pertumbuhan panjang pada perlakuan padat tebar 1 ekor/L dan 3 ekor/L

Rataan Std. Deviasi Rataan Std. error Selang kepercayaan 95% t db P Rendah Tinggi 0,49333 0,00577 0,00333 0,47899 0,50768 148,0 2 0,000*

*) Laju pertumbuhan panjang ikan Puntius denisonii perlakuan 1 ekor/L dan perlakuan 3 ekor/L berbeda nyata (P<0,05)

4. Rasio Konversi Pakan pada perlakuan padat tebar 1 ekor/L dan 3 ekor/L

Rataan Std. Deviasi Rataan Std. error Selang kepercayaan 95% t db P Rendah Tinggi 0,49333 0,00577 0,00333 0,47899 0,50768 148, 0 2 0,000* Rataan Std. Deviasi Rataan Std. error Selang kepercayaan 95%. Rendah Tinggi t db P 1 - 3 0,00667 0,02082 0,01202 -0,04504 0,5838 0,555 2 0,635*

*) Rasio konversi pakan ikan Puntius denisonii perlakuan 1 ekor/L dan perlakuan 3 ekor/L tidak berbeda nyata (P>0,05)

5. Koefisien Keragaman Panjang pada perlakuan padat tebar 1 ekor/L dan 3 ekor/L

Rataan Std. Deviasi Rataan Std. error Selang kepercayaan 95% t d b P Rendah Tinggi 0,3900 0,2307 0,1332 -0,18297 0,96297 2,929 2 0,099*

*) Koefisien keragaman panjang ikan Puntius denisonii perlakuan 1 ekor/L dan perlakuan 3 ekor/L tidak berbeda nyata (P>0,05)

(29)

15

6. Keuntungan pada perlakuan padat tebar 1 ekor/L dan 3 ekor/L

*) Keuntungan usaha ikan Puntius denisonii perlakuan 1 ekor/L dan perlakuan 3 ekor/L berbeda nyata (P<0,05)

7. R/C Rasio pada perlakuan padat tebar 1 ekor/L dan 3 ekor/L

Rataan Std. Deviasi Rataan Std. error Selang kepercayaan 95% t db P Rendah Tinggi -0,99000 0,05196 0,03000 -1,11908 -0,86092 -33,000 2 0,001 *

*) Rasio R/C usaha ikan Puntius denisonii perlakuan 1 ekor/L dan perlakuan 3 ekor/L berbeda nyata (P<0,05)

Lampiran 2 Asumsi usaha pada pendederan Puntius denisonii

Analisis usaha pendederan ikan Puntius denisonii dihitung menggunakan asumsi sebagai berikut:

1. Siklus pendederan dilakukan selama 60 hari sehingga dalam 1 tahun dapat memproduksi sebanyak 6 siklus.

2. Kepadatan masing masing unit pendederan 1 ekor/L dan 3 ekor/L. Dengan volume air 18 liter, sehingga setiap perlakuan jumlah ikan sebanyak 18 ekor, dan 54 ekor.

3. Jumlah akuarium sebanyak 100 unit.

4. Panjang rata-rata ikan diawal pemeliharaan adalah 2,36±0,11 cm dan bobot rata-rata 0,20±0,01 gram.

5. Panjang rata-rata ikan diakhir pemeliharaan pada padat tebar 1 ekor/L 6,72±0,22 cm dan 3 ekor/L 6,22±0,18 cm.

6, Bobot rata-rata ikan diakhir pemeliharaan pada padat tebar 1 ekor/L 2,36±0,10 g dan 3 ekor/L 2,18±0,08 g.

7. Konversi pakan pemeliharaan padat tebar 1 ekor/L 2,33, dan 3 ekor/L 2,34. 8. Tingkat kelangsungan hidup pada padat tebar 1 ekor/L 100% dan 3 ekor/L,

96,30%.

9. Jumlah ikan berdasarkan grade pada akhir pemeliharaan Padat tebar

(ekor/L)

Jumlah ikan berdasarkan ukuran kelompok panjang 1,5 inci 2 inci 2 inci up

1.1 0 0 1,800 1.2 0 0 1,800 1.3 0 0 1,800 3.1 0 0 5,400 3.2 0 0 5,400 3.3 0 0 5,200

10. Harga Ukuran 1,5 inci sebesar Rp. 4.000, 2 inci Rp 6.000, 2 inci lebih Rp 8.000.

Rataan Std. Deviasi Rataan Std. error Selang kepercayaan 95% t db P Rendah Tinggi

-1,245E8 5,54256E6 3,20000E6 -1,38302E

8

(30)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 08 Oktober 1994 dengan nama lengkap Fachreza Rafiansyah dari ayah bernama Ir. Zulfiarman, M.Si. dan Rafida Julia. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Jenjang pendidikan formal tahun 2009 masuk Sekolah Menegah Atas Negeri 3 Bekasi dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi Strata 1 melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan diterima pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah mengikuti IPB Art Contest

sebagai wakil TPB pada tahun 2012, menjadi panitia acara dalam acara Fisheries and Marine Art Contest tahun 2013, dan tahun 2014 menjadi ketua acara dalam acara Fisheries and Marine Art Contest dan pada tahun yang sama mengikuti kegiatan IPB Goes to Field yang ditempatkan di desa Dermasandi, Tegal, Pada tahun 2014-2015 menjadi asisten praktikum mata kuliah Engineering Akuakultur (BDP 352).

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis dengan menyusun skripsi yang berjudul “Produksi ikan Puntius denisonii ukuran 1 inci pada padat tebar 1, 3, 5 dan 7 ekor/L dengan pergantian air 50%.”

Gambar

Tabel 1 Alat pengukur kualitas air
Gambar 1 Kelangsungan hidup ikan Puntius denisoni terhadap        waktu selama pemeliharaan
Gambar 3    Panjang ikan Puntius denisonii yang dipelihara dengan padat tebar        berbeda
Tabel 4 Kualitas air pemeliharaan ikan Puntius denisonii

Referensi

Dokumen terkait

3.8 2010: “ Ta s aww u r Pembangunan Dalam al-Qur’an: Satu Pemikiran Awal”, kertas kerja yang dibentangkan dalam The 5 th ISDEV International Graduate Workshop (INGRAW

Oleh karena itu, alumni prodi D3 Humas UNJ sesuai dengan syarat-atau kriteria professional, yakni memiliki kemampuan teknis dan operasional yang ditetapkan dalam

Dalam menyusun pengembangan media pembelajaran dengan Lectora Inspire penulis melakukan langkah-langkah penelitian berdasarkan model pengembangan media yang

KI-4 Menunjukkan yang diketahui, dirasakan, dibutuhkan,dan dipikirkan melalui bahasa, musik, gerakan, dan karya secara produktif dan kreatif, serta mencerminkan perilaku anak

MONITORING KESESUAIAN PELAKSANAAN KEGIATAN DENGAN KERANGKA ACUAN DAN RENCANA YANG DISETUJUI KERANGKA ACUAN RENCANA YANG DISUSUN SASARAN DAN TARGET Penyakit Tidak

Efisiensi makanan yang dikonsumsi (EMK) dan efisiensi makanan yang dicerna (EMC) me- ngalami penurunan pada perlakuan LC 50 meskipun hasil analisis statistika

Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara mencari sensasi dengan school bullying (p&gt;0,05) serta ada hubungan negatif yang signifikan antara empati

Besarnya nilai simpangan bergantung pada besarnya konstanta lateral dan besarnya kecepatan fluida. konstanta lateral dan besarnya