• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ragam Metode Pembelajaran Pada Materi Etika Profesi dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Ragam Metode Pembelajaran Pada Materi Etika Profesi dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Galeri Kajian Akademis Tahun 2011

Hasil Kajian Akademis Tahun 2011

Pengaruh Ragam Metode Pembelajaran Pada Materi Etika Profesi

dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran

Peneliti : Mila Mumpuni, S.E., M. Si. Penguji : Dr. Nurdin Ibrahim, M. Pd.

Drs. Anan Sutisna, M. Pd.

Peranan Ditjen Bea dan Cukai Sebagai Community Protector Dalam Importasi Precursor

Peneliti : Adang Karyana Syahbana , B.Sc., S.S.T. Purjono, Ak., M.Comm.

Penguji : Agung Krisdiyanto, ST. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. Dr. Muhammad Firdaus, SP., M.Si.

Analisis Pengaruh Unconditional Grants, Pendapatan Asli Daerah (PAD),

dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Pemerintahan Daerah:

Studi Empiris Pada Kabupaten/ Kota Di Indonesia

Peneliti : Sampurna Budi Utama, S.S.T., Ak., ME. Syahrul, S. Si

Penguji : Wahyu Widjayanto, SE., MM. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. Dr. Muhammad Firdaus, SP., M.Si.

Kajian Pengembangan Layanan Diklat Keuangan Negara Melalui Pendanaan Alternatif

Dalam Rangka Mencapai Visi dan Misi BPPK

Peneliti : Achmat Subekan, S.E., M.Si. Ita Hartati, Ak., M.B.A. Penguji : Sudarso, MM.

Tinjauan Pengelolaan Aset Hasil Kegiatan Tugas Pembantuan

Studi Kasus: Kota Depok dan Kabupaten Tangerang

Peneliti : Tanda Setiya, S.E., M.Si. Rahmad Guntoro, S.E., MM. Penguji : Dr. Asep Suryadi, S.E.., M.Si.

(3)
(4)

Ini adalah tahun kedua Kajian Akademis diselenggarakan. Dengan

semangat yang sama, Kajian Akademis BPPK Tahun 2011 tetap

diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kegiatan penelitian di bidang pengembangan SDM serta bidang keuangan dan kekayaan Negara sesuai dengan salah satu misi khusus BPPK.

(5)

Sekretariat Badan BPPK menentukan narasumber/penguji untuk masing-masing proposal tersebut berdasarkan tema tiap proposal. Narasumber/ penguji dalam Kajian Akademis kali ini terdiri dari narasumber/ penguji dari kalangan akademisi dan juga praktisi. Seperti di tahun ini, narasumber/ penguji berasal dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Negeri Jakarta dan praktisi pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Pada tanggal 5 Juli 2011 diselenggarakan seminar proposal. Seminar tersebut dihadiri oleh 55 orang dari berbagai kalangan. Dari seminar tersebut akhirnya hanya lima buah proposal yang disetujui untuk melanjutkan ke tahap penelitian, yang keseluruhan biaya dalam penelitian tersebut ditanggung oleh BPPK sesuai dengan standar biaya yang berlaku. Penelitian dan penyusunan hasil penelitian dilakukan selama 3 bulan. Dalam waktu tersebut peneliti melakukan koordinasi dengan Sekretariat Badan terkait kelengkapan administrasi penelitian. Setelah hasil penelitian tersebut selesai, peneliti mengirimkan ke Sekretariat Badan dan selanjutnya dikirimkan ke masing-masing narasumber/ penguji. Tahap terakhir dari proses pelaksanaan kegiatan Kajian Akademis adalah pelaksanaan seminar hasil.

(6)

hari Selasa tanggal 29 November 2011 di Gedung B lantai 5 BPPK dan dihadiri oleh 134 orang. Sebelum hasil kajian akademis tersebut dipublikasikan, peneliti melakukan revisi berdasarkan masukan narasumber/ penguji.

Timeline Kajian Akademis BPPK Tahun 2011

Pengumpulan Proposal Penelaahan Proposal oleh Narasumber / Penguji Seminar Proposal Pelaksanaan Penelitian Pengujian Hasil Penelitian Revisi Feb-Apr 2011 Mei-Jul

2011 5 Jul 2011 Ags-Okt 2011 29 Nov 2011 2012 Feb

Publikasi Des 2011

(7)

ilmiah tersebut dalam Buku Kajian Akademis BPPK dengan rincian:

NO NAMA PENELITI JUDUL

NAMA NARASUMBER/

PENGUJI

1. Mila Mumpuni Pengaruh Ragam Metode Pembelajaran Pada Materi Etika Profesi Dan Pengembangan Pribadi Terhadap Output Pembelajaran

Anan Sutisna, Nurdin Ibrahim, dan Yusman Syaukat 2. Achmat Subekan

dan Ita Hartati

Kajian Pengembangan Layanan Diklat Keuangan Negara Melalui Pendanaan Alternatif Dalam Rangka Mencapai Visi dan Misi BPPK

Sudarso dan Yusman Syaukat

3. Sampurna Budi Utama dan Syahrul

Analisis Pengaruh Unconditional

Grants, Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi Empiris Pada Kabupaten/ Kota Di Indonesia

Wahyu Widjayanto dan Yusman Syaukat

4. Adang Karyana dan Purjono

Peranan Ditjen Bea Cukai Sebagai

Community Protector Dalam Importasi Precursor

Agung Krisdiyanto dan Yusman Syaukat 5. Tanda Setiya dan

Rahmad Guntoro

Tinjauan Pengelolaan Aset Hasil Kegiatan Tugan Pembantuan (Studi Kasus: Kota Depok dan Kabupaten Tangerang)

Asep Suryadi, Sri Wahyuni, dan Yusman Syaukat

(8)
(9)
(10)
(11)

Disusun oleh:

1. Peneliti/pengkaji Utama:

Nama peneliti/pengkaji

: Tanda Setiya

NIP

: 197005161992011001

Pangkat/Golongan

: Penata (III/c)

Jabatan

: Widyaiswara Muda

2. Peneliti/pengkaji Pendamping:

Nama peneliti/pengkaji

: Rahmad Guntoro

NIP

: 197601111996021003

Pangkat/Golongan

: Penata Muda Tk. I (III/b)

(12)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama Peneliti/Pengkaji : Tanda Setiya

NIP : 197005161992011001

Pangkat/Golongan : III/C

Jabatan : Widyaiswara Muda

Nama Peneliti/Pengkaji : Rahmad Guntoro

NIP : 197601111996021003

Pangkat/Golongan : III/B

Jabatan : Widyaiswara Muda

dengan ini menyatakan bahwa kajian akademis yang saya susun dengan judul :

TINJAUAN PENGELOLAAN ASET

HASIL KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN

[STUDI KASUS: KOTA DEPOK DAN KABUPATEN TANGERANG]

adalah benar-benar hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan plagiat dari kajian akademis orang lain. Hasil Kajian Akademis ini diserahkan kepada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) untuk digandakan/diperbanyak dan disebarluaskan . Apabila kemudian hari pernyataan kami tidak benar, maka kami bersedia menerima sanksi yang berlaku.

Demikian pernyataan ini Kami buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan bilamana diperlukan.

Jakarta, Desember 2011 Pembuat Pernyataan,

Tanda Setiya Rahmad Guntoro

(13)

Tujuan utama penelitian tentang tinjauan pengelolaan asset hasil kegiatan Tugas Pembantuan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengelolaan aset hasil kegiatan Tugas Pembantuan dengan mendasarkan pada regulasi terkait pengelolaan BMN yang ada. Fokus tinjauan dititik beratakan pada 3 hal utama yaitu

1. Tinjauan apakah aset yang diadakan dalam rangka kegiatan TP telah sesuai dengan rencana pengadaan asset dalam RKA-KL

2. Apakah aset TP telah memiliki penetapan status penggunaan BMN 3. Apakah aset TP telah dilakukan pemeliharaan dengan baik

Kajian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan survey kelapangan, wawancara serta dengan melakukan Forum Group Discuss dengan SKPD yang terkait objek penelitian yaitu Kota Depok dan Kabupaten Tangerang.

Kajian ini menghasilkan temuan sesuai tujuan penelitian yaitu : Pertama, bahwa pengadaan aset TP telah sesuai dengan rencana dalam RKA-KL. Kedua, asset TP tidak ada yang memiliki status penetapan BMN. Ketiga asset TP ada yang dipelihara dan ada yang tidak dilakukan pemeliharaan. Disamping itu dari kajian ini ditemukaan beberapa hal menarik terkait pengelolaan aset TP yang perlu mendapat perhatian.

Kata-kata Kunci : Tugas Pembantuan, Status Penggunaan, Pemeliharaan, Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL), SKPD, BMN

(14)

TUGAS PEMBANTUAN [Study Kasus : Kota Depok dan Kabupaten Tangerang]. Kajian akademis ini disusun dengan tujuan untuk mengembangan ilmu pengetahuan di bidang Keuangan Negara, khususnya terkait pengelolaan BMN dari hasil kegiatan Tugas Pembantuan.

Selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini penulis menyadari tidak sedikit kendala yang dialami. Namun kendala tersebut akhirnya dapat dilewati berkat adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan 2. Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

3. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan

4. Kepala Bagian Ortala BPPK Kementerian Keuangan 5. Kepala Bidang Renbang Pusdiklat KNPK

6. Kepala SKPD dilingkungan Kota Depok dan Kabupaten Tangerang yang menjadi objek penelitian

7. Kepala KPKNL Tangerang dan KPKNL Bogor 8. Para Narasumber

Selain itu kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung terselesaikannya kajian akademis ini. Tidak luput penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan kajian ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi pernaikan karya-karya dikemudian hari.

(15)

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 9

B. Kerangka Pemikiran ... 15

BAB III METODE KAJIAN AKADEMIS A. Jenis Penelitian ... 17

B. Jenis dan Sumber Data ... 17

C. Teknik Pengumpulan Data ... 18

D. Metode Analisis Data ... 18

E. Waktu dan Lokasi Penelitian... 19

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ... 20 B. Pembahasan ... 27 BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 63 B. Keterbatasan Penelitian ... 64 C. Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN

(16)

Tabel 4.2 Data RKA-KL Kegiatan Tugas Pembantuan

(17)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 16

Gambar 4.1 Aset Kendaraan Operasional Roda 2 Dinas Kesehatan Kota Depok ... 48

Gambar 4.2 Kendaraan Operasional Roda 4 Dinas Kesehatan Depok ... 48

Gambar 4.3 Gedung RSUD Kota Depok... 49

Gambar 4.4 Los Pasar Tradisional Sukatani ... 50

Gambar 4.5 Gedung RSUD Tangerang ... 52

Gambar 4.6 Konstruksi Gedung 4 Lantai RSUD Depok Berhenti Pengerjaannya Pada Tahun 2009 ... 62

(18)

Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan... 68 Lampiran 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.06/2011

Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Berasal Dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Sebelum Tahun Anggaran 2011 ... 83 Lampiran 3 Lembar Kuesioner Penelitian ... 96

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan utama dibentuknya Pemerintahan Negara Repulik Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional.

Berdasarkan RPJM 2010-2014 cita-cita luhur bangsa Indonesia yaitu (i) terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa, yang didukung sepenuhnya oleh kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan danteknologi, (ii) terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia, dan (iii) terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan tujuan luhur dan cita-cita tersebut maka diperlukan adanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance). Penyelenggaraan pemerintahan dapat berjalan dengan baik apabila seluruh

(20)

pemerintahan, harus benar-benar digunakan secara efisien, efektif dan ekonomis oleh semua unsur penyelenggara pemerintahan.

Berdasarkan penjelasan dalam PP Nomor: 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dinyatakan, dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahannya menganut asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Dekonsentrasi dan tugas pembantuan diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan asas desentralisasi. Disamping itu, sebagai konsekuensi negara kesatuan memang tidak dimungkinkan semua wewenang pemerintah didesentralisasikan dan diotonomkan sekalipun kepada daerah.

Terkait dengan asas Tugas Pembantuan (TP), menjadi bahasan utama dalam penelitian ini. Yang dimaksud dengan Tugas Pembantuan menurut UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan TP tersebut, pemerintah mengalokasi kan dana yang cukup besar. (Gambar 1) Alokasi dana setiap tahun yang mencapai rata-rata Rp11.997 triliun tersebut menimbulkan beberapa konsekwensi. Salah konsekwensi adalah adanya penambahan aset hasil kegiatan TP tersebut.

(21)

Gambar 1.1.

Sebaran Alokasi Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2008 - 2011

Sumber : DJPK 2011

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu karakteristik dari pendanaan kegiatan TP dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat fisik. Semua barang yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan dana tugas pembantuan merupakan barang milik negara. Namun selanjutnya pemerintah dapat menghibahkan asset TP tersebut dengan mekanisme hibah BMN.

Penghibahan, penatausahaan, penggunaan dan pemanfaatan barang dalam Pasal 57 ayat (2) PP 7/2008, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan barang milik negara/daerah.

Selanjutnya hal yang perlu diperhatikan adalah, aset hasil kegiatan TP merupakan aset Kementerian/Lembaga (K/L) , namun penguasaanya atau

(22)

permasalahan dalam pengelolaanya. Terbukti berdasarkan hasil temuan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) berdasarkan audit atas LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan) untuk LKPP (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat) mendapatkan opini WDP (Wajar Dengan Pengecualian). Salah satu penyumbang sebab pengecualian tersebut adalah pengelolaan aset hasil kegiatan Dekon dan TP yang belum baik.

Kondisi seperti tersebut melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitan terkait pengelolaan aset hasil kegiatan TP tersebut. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan kedepan permasalahan terkait pengelolaan aset TP dapat diberikan solusi. Yang selanjutnya diharapkan alokasi dana yang besar atas pelaksanaan asas penyelenggaraan pemerintahan khususnya TP dapat benar-benar memberikan manfaat kepada masyarakat.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

Untuk menentukan arah dan tujuan Penelitian ini maka peneliti menentukan Identifikasi Masalah dan Ruang Lingkup Masalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Merujuk pada Latar belakang masalah di atas, dan dalam kenyataan tentu masih banyak hal-hal terkait pengelolaan aset hasil kegiatan TP yang perlu dikaji, maka dapat di identifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan latar belakang diatas :

1. Apakah alokasi dana (belanja modal fisik) kegiatan TP yang tetuang dalam dokumen anggaran telah diadakan sesuai dengan rencana ? 2. Apakah asset BMN hasil kegiatan TP telah dikelola dengan baik sesuai

(23)

2. Ruang Lingkup Masalah

Sebagaimana telah diungkapkan pada bagian latar belakang dan identifikasi masalah, bahwa masalah pengelolaan aset hasil kegiatan TP memang memiliki banyak masalah. Dalam hal pengelolaan aset sebagaimana diatur dalam PP No 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, menyatakan bahwa ruang lingkup dari pengelolaan BMN meliputi sepuluh ruang lingkup. Namun sehubungan keterbatasan dana dan waktu maka dalam riset ini kajian membatasi pada permasalahan tinjauan apakah BMN yang dihasilkan dari kegiatan TP sudah sesuai dengan yang direncanakan (dianggarkan). Disamping itu dilakukan juga tinjauan apakah aset hasil kegiatan TP telah memiliki status penggunaan barang, pemeliharaan asset TP dan mekanisme hibah yang ada sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Disamping itu terkait dengan cakupan lokasi riset, penelitian ini hanya membatasi untuk tinjauan atas BMN hasil kegiatan TP untuk daerah Kota Depok dan Kabupaten Tangerang. Alasan pemilihan kedua lokasi tersebut adalah :

a. Kota Depok diharapkan dapat merepresentasikan bagaimana pengelolaan aset hasil kegiatan TP untuk pemerintahan Kota, sedangkan

Kabupaten Tangerang diharapkan dapat mewakili bagaimana

pengelolaan aset hasil kegiatan TP untuk pemerintah kabupaten.

b. Pemilihan lokasi ini juga didasarkan pada dekatnya lokasi tersebut, dengan peneliti.

c. Masalah pendanaan dan waktu juga menjadi pertimbangn alasan pemilihan lokasi hanya pada 2 lokasi.

(24)

jumlahnya yang tidak sedikit, memerlukan waktu, biaya dan sumber daya manusia untuk benar-benar melakukan survey ke lapangan.

Dengan batasan masalah ini diharapkan dapat lebih menajamkan hasil penelitianyang akan dilakukan.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melakukan tinjauan apakah pengelolaan asset hasil kegiatan TP untuk lokasi objek peneliatian sesuai dengan regulasi/ketentuan pengelolaan BMN yang berlaku. Namun secara spesifik tujuan penelitian ini bertujuan untuk melakukan tinjauan :

1. Apakah aset hasil kegiatan TP sesuai dengan yang direncanakan dalam RKA-KL pada Kab. Tangerang dan Kota Depok

2. Bagaimana penetapan status penggunaan asset TP pada Kab. Tangerang dan Kota Depok.

3. Bagaimana pemeliharaan aset hasil kegiatan hasil kegiatan TP pada Kab. Tangerang dan Kota Depok

4. Bagaimana mekanisme hibah asset kegiatan TP pada Kab. Tangerang dan Kota Depok

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalalam dua (2) bagian yaitu:

1. Manfaat Praktis

a) Memberikan informasi atas pengadaan asset kegiatan TP apakah sesuai dengan perencanaan (RKA-KL)

b) Memberikan informasi apakah asset TP di objek penelitian telah menetapkan status penggunaan BMN (TP

(25)

c) Memberikan informasi apakah pemeliharaan aset hasil kegiatan TP sesuai dengan mekanisme yang berlaku

d) Memberikan informasi apakah hibah asset hasil kegiatan TP sesuai dengan regulasi yang berlaku.

2. Manfaat Kebijakan

Memberikan masukan kepada pihak terkait (DJKN, DJPK dan DJA) terkait dengan pengelolaan BMN hasil kegiatan TP, khususnya terkait realisasi pengadaan asset, penetapan status penggunaan,pemeliharaan aset dan mekanisme hibahnya.

D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematikan penulisan dalam kajian akademis ini dapat disajikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I ini disajikan mulai dari latar belakang masalah, perumusan dan ruang lingkup masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II menyajikan Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran dari penelitian ini

BAB III METODE KAJIAN AKADEMIS

Bab ini menyajikan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, jenis dan sumber data serta metode analisis data.

(26)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada Bab IV ini memuat analisis dan pembahasan dari hasil penelitian yang dilakukan dilapangan maupun dari studi literature

BAB V PENUTUP

Bab V sebagai bab penutup menyajikan kesimpulan, keterbatasan penelitian serta saran-saran terkait dari hasil penelitian yang dilakukan.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah Republik Indonesia terus membenahi berbagai macam regulasi terkait penyelenggaraan pemerintahan. Semua dimaksudkan tentunya untuk terselenggaranya penyelenggaraan pemerintahan yang baik (god governance)

Penyelenggaraan pemerintahan yang mendasarkan pada god

governance menurut United Kingdom Overseas Development Administration

(UK/ODA), 1993 UK/ODA menjelaskan karakteristik good government, yaitu: legitimasi, akuntabilitas, kompetensi, penghormatan terhadap hukum/ hak-hak asasi manusia. Pengertian dari karakteristik-karakteristik yang dimaksud, ialah:

Legitimasi

Menekankan pada kebutuhan terhadap sistem pemerintahan yang mengoperasikan jalannya pemerintahan dengan persetujuan dari yang diperintah (rakyat), dan juga menyediakan cara untuk memberikan atau tidak memberikan persetujuan tersebut.

Akuntabilitas

Mencakup eksistensi dari suatu mekanisme (baik secara konstitusional maupun keabsahan dalam bentuknya) yang meyakinkan politisi dan pejabat pemerintahan terhadap aksi perbuatannya dalam penggunaan sumber-sumber publik dan performan perilakunya. Akuntabilitas membutuhkan keterbukaan dan kejelasan serta keterhubungannya dengan kebebasan

(28)

Kompetensi

Pemerintah harus menunjukkan kapasitasnya untuk membuat kebijakan yang efektif dalam setiap proses pembuatan keputusannya, agar dapat mencapai pelayanan publik yang efisien.

Pemerintah yang baik membutuhkan kapabilitas manajemen publik yang tinggi, dan menghindari penghamburan dan pemborosan, khususnya pada anggaran militer yang tinggi.

Pemerintah harus menunjukkan perhatiannya pada biaya pembangunan sosial seperti: antikemiskinan, kesehatan, dan program-program pendidikan.

Penghormatan terhadap hukum/hak-hak asasi manusia

Pemerintah memiliki tugas (bukan hanya yang terdapat pada konvensi-konvensi internasional) untuk menjamin hak-hak individu atau kelompok dalam mengekspresikan hak-hak sipil dan politik yang berhubungan dengan kemajemukan institusi.

Dalam pandangan UK/ODA, istilah good governance atau good

government tidak dibedakan. Keduanya dianggap sama-sama merujuk

aspek-aspek normatif pemerintahan yang digunakan dalam menyusun berbagai kriteria dari yang bersifat politik hingga ekonomi. Kriteria tersebut digunakan dalam merumuskan kebijaksanaan pemberian bantuan luar negeri, khususnya kepada negara-negara berkembang.

Salah satu upaya pemerintah dalam rangka mewujudkan good governance adalah dengan melakukan penataan atas kewenangan yang menjadi kewenangan pusat, dan daerah.

(29)

Namun seluruh kewenangan tidak memungkinkan untuk dibagi habis antara pemerintah pusat dan daerah, untuk itu terhadap kewenangan seperti ini dijalankan dengan mekanisme Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Terkait dengan penelitian ini lebih memfokuskan kepada Tugas Pembantuan. Tugas Pembantuan berdasarkan UU 33 Tahun 2004 Yang dimaksud dengan Tugas Pembantuan menurut UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

Guna memperkaya pemahaman tentang Tugas Pembantuan, berikut disajikan beberapa pengertian tentang Tugas Pembantuan.

Menurut Koesoema atmadja (Kowara, 1999: 58) medebewind/zelfbestuur sebagai pemberian kemungkinan kepada pemerintah/pemerintah yang tingkatanya lebih atas untuk minta bantuan kepada pemerintah

daerah/pemerintah daerah yang tingkatannya lebih rendah agar

menyelenggaraakan tugas atau urusan rumah tangga (daerah yang tingkatanya lebih atas tersebut)

Joeniarto, (1979:31) tugas ikut melaksanakan urusan-urusan pemerintah pusat atau pemerintah lokal yang berhak mangatur dan mengurus rumah tangga tingkat atasnya.

(30)

Kenapa perlu dilakukan Tugas Pembantuan, menurut Drs. H.Aep Rusjaman Kartiwa,M.Si, karena :

1. Adanya tugas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku 2. Close to the costumer ( asas mendekati konsumen )

3. Value for money( ekonomis, efesien, efektif )

4. Perubahan paradigma( negara yang kuat atau desa yang kuat)

Sebenarnya Tugas Pembantuan bukan hal baru dalam perjalanan penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Apabila ditelusuri bahwa sejak awal kemerdekaan telah dikenal adanya Tugas Pembantuan. Demikian juga seiring lahirnya UU dan Peraturan yang terkait dengan hubungan keuangan antara Pemerintah dan Daerah, maka didalamnya telah memuat tentang Tugas Pembantuan.

Beranjak adanya Tugas Pembantuan yang dalam pelaksanaanya ditugaskan kepada SKPD di daerah, maka konsekwensinya ada dana APBN yang harus dialokasian untuk pendanaan kegiatan TP tersebut. Dana inilah yang disebut dana Tugas Pembantuan.

Berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, member pengertian Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.

Atas alokasi dana TP tersebut apabila menghasilkan asset, maka asset tersebut merupakan asset Pemerintah yang disebut Barang Milik Negara (BMN). Selanjutnya asset tersebut dapat dihibahkan apabila pemerintah memang berkenan untuk menghibahkannya. Selagi belum ada proses

(31)

penghibahan atau jenis lainnya, maka asset TP tersebut harus dikelola dengan mekanisme pengelolaan BMN.

Perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik negara / asset negara yang ditandai dengan keluarkannya PP No. 6 /2006 yang merupakan peraturan turunan UU No. 1 /2004 tentang Perbendaharaan Negara, telah memunculkan optimisme baru best practices dalam penataan dan pengelolaan aset negara yang lebih tertib, akuntabel, dan transparan kedepannya.

Pengelolaan aset negara yang professional dan modern dengan

mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara dari masyarakat /stake-holder.

PP No. 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, memberikan definisi bahwa yang disebut dengan Barang Milik Daerah (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Dalam alokasi dana APBN terdapat alokasi dana untuk mendanai kegiatan Tugas Pembantuan. Karena dana tugas pembantuan bersumber dari APBN, maka asset hasil kegiatan TP menjadi Barang Milik Negara (BMN). Berdasarkan PP No. 7 tahun 2008 yang disebut Tugas Pembantuan (TP) adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

(32)

Selanjutnya berdasarkan PP No. 7 tahun 2008, selagi asset hasil kegiatan TP belum dihibahkan kepada daerah maka asset tersebut harus dikelola dengan mekanisme pengelolaan BMN. Berdasarkan PP No. 6 tahun 2006 dinyatakan bahwa BMN meliputi :

a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran; b. pengadaan;

c. penggunaan; d. pemanfaatan;

e. pengamanan dan pemeliharaan; f. penilaian;

g. penghapusan; h. pemindahtanganan; i. penatausahaan;

j. pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Apabila ditilik lebih detail lagi, pengelolaan BMN hasil kegiatan TP, merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK 248/PMK.07/2010) menyatakan bahwa Barang yang diperoleh dari dana Tugas Pembantuan merupakan BMN. Selanjutnya BMN tersebut harus ditatausahakan dalam Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara oleh SKPD pelaksana Tugas Pembantuan.

Berdasarkan hasil audit BPK untuk tahun 2008 dan 2009, menunjukkan adanya beberapa temuan yang terkait bahwa pengelolaan BMN hasil kegiatan TP masih bermasalah. Kondisi ini tentunya tidak patut dibiarkan berlanjut. Perlu dilakukan upaya-upaya yang sistematis untuk mengatasi permasalah tersebut.

(33)

Terkait dengan kajian pustaka tersebut, maka perlu dilakukan kajian apakah asset yang dihasilkan dari kegiatan TP, telah dikelola dengan baik. Untuk itu perlu dikalukan riset untuk membuktikan apakah asset TP memang telah dikelola dengan baik atau belum. Selanjutnya dari kajian tersebut diharapkan dapat memberikan rekomendasi dari kebijakan-kebijakan yang sepatutnya dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan BMN.

B. Kerangka Pemikiran

Pemerintah dengan berbagai kebijakan terus berupaya untuk menyempurnaan pengelolaan keuangan Negara. Berbagai regulasi telah dihasilkan mulai dari lahirnya UU Keuangan Negara No. 17 tahun 2003 hingga peraturan turunnanya. Dalam pengelolaan keuangan Negara tercakup didalamnya mengenai pengelolaan BMN, yang merupakan hasil dari kegiatan yang didanai dari APBN dan sumber lain yang sah.

Berangkat dari pemikiran makro tersebut maka ditarik lebih spesifik, bahwa dari dana APBN tersebut terdapat alokasi dana untuk kegiatan Tugas Pembantuan (TP). Karena alokasi kegiatan TP berasal dari APBN maka asset tersebut merupaan asset atau BMN.

Karena BMN maka harus dikelola dengan mekanisme pengelolaan BMN sesuai kaidah yang berlaku (PP No. 6 tahun 2006). Selanjutnya lebih teknis mendasarkan peraturan lebih detail lagi yaitu dengan Peraturan Menteri Keuangan. Semua aturan tersebut dimaksudkan agar pengelolaan BMN hasil kegiatan TP dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

(34)

Untuk mengukur sejauhmana pengelolaan BMN hasil kegiatan TP tersebut, maka perlu dilakukan riset. Dengan riset tersebut dapat keketahui secara empiris tentang pengelolaan BMN hasil kegiatan TP. Yang selanjutnya diharapkan dapat diberikan rekomendasi yang seperlunya apabila pengelolaan BMN hasil kegiatan TP belum dilakukan dengan baik dan benar.

Gambar 2.1.

Kerangka Pemikiran Penelitian

REKOMENDASI (N) REKOMENDASI (Y) APBN UU 17/2003 UU APBN PENGELOLAAN BMN PP 6 TAHUN 2006 PP 7 TAHUN 2008 PMK 248 TAHUN 2010 PMK 125/2011 (DEKON-TP) ASET KEGIATAN TP PENGELOLAAN ASET KEGIATAN TP TINJAUAN PENGELOLAAN

(35)

BAB III

METODE KAJIAN AKADEMIS

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam riset ini merupakan penelitian tinjauan dari pelaksanaan atas kebijakan yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan ketentuanyang berlaku.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan fakta yang selanjutnya dibandingkan kriteria-kriteria yang mendasarkan pada regulasi (kebijakan) yang ada, sehingga dapat diketahui apakah kebijakan tersebut telah dilaksanakan dengan baik, atau belum. Kriteria-kriteria disusun dengan menggunakan parameter sederhana sehingga dapat diketahui gradasi dari kualias hasil pelaksnaan kegiatan TP.

Disamping itu untuk memperkuat hasil penelitian dan rekomendasi yang akan diberikan, maka dilakukan diskusi-diskusi kelompok dengan melibatkan stakeholders yang terkait langsung dengan pengelolaan aset hasil kegiatan TP. Dengan mengkombinasikan kedua pendekatan penelitan tersebut diharapkan dapat diberikan kesimpulan dan rekomendasi yang lebih baik kepada pemangku kebijakan yang ada (DJPK, DJKN DJA, K/L dan Pemda)

B. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan untuk mendukung penelitian ini, adalah jenis data data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survey lapangan pada objek penelitian untuk Kab. Tangerang dan Kota Depok.

(36)

Sedangkan dara sekunder diperoleh dari pengumpulan/pencarian data terkait dengan alokasi dana untuk kegiatan TP untuk lokasi penelitian. Untuk data sekunder ini sumbernya dari DJA terkait alokasi dana /anggaran untuk TP periode TA 2006 s/d TA 2010. Serta data laporan BMN atas kegiatan TP dari DJKN untuk periode 2006 s/d 2010.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan objek penelitian maka peneliti akan menggunkan teknik langsung terjun kelapangan yang berupa observasi. Disamping itu untuk memperkaya informasi peneliti melakukan pengambilan data alokasi dana untuk kegiatan TP dari DJA, data asset hasil TP dari DJKN (KPKNL) serta data asset TP pada K/L terkait. Penggalian informasi yang sifatnya tertutup dilakuan dengan menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada SKPD objek penelitian. Disamping itu untuk melengkapi informasi serta masukan-masukan kebijakan dilakukan dengan mengadakan FGD terhadap stakeholders terkait .

D. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui/mengevaluasi apakah realisasi pengadaan asset hasil kegiatan TP sesuai rencana, pemeliharaan aset dan mekanisme hibah asset hasil kegiatan TP pada Kota Depok dan Kab Tangerang, maka digunakan jenis penelitian kualitatif dengan cara melakukan analisis atas informasi dan data yang telagh dikumpulkan, baik yang didapatkan melalui pengumpulan data sekunder maupun primer.

(37)

Terkait dengan realisasi pengadaan aset kegiatan TP dan pemeliharaan aset dilakukan dengan melakukan survey ke objek/lokasi aset secara langsung.

Sedangkan terkait dengan pelaksanaan hibah terhadap aset hasil kegiatan TP, dilakukan dengan melakukan tinjauan/membandingkan apakah mekanisme yang dilakukan telah sesuai dengan ketentuan hibah BMN yang berlaku.

Disamping itu dalam rangka penjaringan masukan guna rekomendasi kebijakan maka dilakukan dengan melaksanakan forum group discus (FGD) dengan pihak terkait baik di tingkat daerah (SKPD terkait ) dan K/L terkait.

Dari data dan informasi yang didapatkan, selanjutnya dilakukan analisis sesuai parameter yang telah dibuat dan kesesuaian dengan regulasi yang telah ditetapkan selama ini terkait dengan pengelolaan BMN.

E. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian direncanakan memerlukan waktu 3-4 bulan. Waktu tersebut meliputi perencanaan penelitian, penyusunan bahan/materi penelitian, pelaksanaan penelitian, pengolahan data hingga penyusunan laporan penelitian.

Sedangkan lakasi penelitian direncakan pada dua lokasi yaitu pada SKPD dilingkungan Kabupaten Tangerang dan SKPD pada Kota Depok. SKPD yang dipilih sebgai objek penelitian adalah SKPD yang mengelola dana TP yang cukup besar dan memiliki variasi atas aset yang dihasilkannya.

(38)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Data

Dalam rangka mendukung penelitian ini, maka dilakukan pengumpulan data yang relevan. Data-data yang dapat dikumpulkan meliputi data perencanaan anggaran dari DJA untuk objek penelitian, data dari DJKN (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) dan dari SKPD yang menjadi objek penelitian.

Data RKA-KL dan Hasil Survey

Pengumpulan data sekunder ini diawali dari pengumpulan data perencanaan Rencana Kerja Anggaran Kementerian-Lembaga yang memiliki alokasi dana TP pada 2 Dati II yang menjadi objek penelitian. Data sekunder ini berasal dari Direktorat Jenderal Anggaran, karena memang instansi inilah yang memiliki data terkait dengan RKA-KL.

Data diolah dari Data RKA-KL dan lebih dikhususkan untuk melihat data yang berasal dari alokasi belanja modal (03.) alasannya alokasi belanja modal pada kegiatan TP inilah yang nantinya akan membentuk BMN hasil kegiatan TP. Walaupun secara akuntansi bawa belanja barang juga memungkinkan untuk menjadi BMN dengan syarat-syarat memenui kapitalisasi.

Data yang dikumpulkan untuk penelitiaan ini adalah data alokasi dana kegiatan TP untuk Tahun Anggaran (TA) 2006 sampai dengan Tahun Anggaran 2010. Untuk data alokasi dana TP TA 2008 sampai dengan TA. 2010 dapat diperoleh data yang lebih lengkap hingga rincian barang yang akan diadakan untuk kegiatan TP. Namun untuk data RKA-KL TA 2006 sampai dengan TA.

(39)

2008 rincian hingga jenis asset yang akan diadakan tidak dapat diperoleh karena terjadinya perubahan kodifikasi dan system aplikasi RKA-KL yang ada di DJA.

Sebagaimana dituangkan dalam ruang lingkup kajian, bahwa fokus kajian dalam penelitian ini adalah untuk tinjauan dua (2) lokasi yaitu Kabupaten Tangerang dan Kota Depok. Berikut disajikan tabel perbandingan asset TP yang medasarkan pada laporan asset SKPD dengan DJA (RKA-KL) mulai tahun 2006 s.d 2010

Tabel 4.1.

Data RKA-KL Kegiatan TP Tahun 2006-2010 Kota Depok

Data Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

RSUD Pembangunan Gedung Gizi Pembanguna n Gedung C 0 Pembangunan Gedung C - Pembangunan Gedung C DJA Pembangunan Poliklinik Sarana Prasarana Kesehatan Rujukan 0 Sarana Prasarana Kesehatan Rujukan - Dinas UKM dan Pasar 0 0 0 0 Pembangun an Pasar Tradisional DJA Pembangun an Pasar Tradisional Dinas Kesehat an 0 0 0 0 Minibus Sepeda Motor Lap Top DJA 0 0 0 0

(40)

Data Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Dinas Pertania n Pembinaan Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasaran hasil Pengembang an Usaha Tani Komoditas bernilai Tinggi/Unggul an Pengembang an Fasilitas Pelayanan Agroindustri Terpadu Penambahan peralatan agrokonsultasi Pengembang an Sarana Prasarana Pertanian Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian dalam Mendukung Ketahanan Pangan (PNPM-P) Pembangunan Grading and Packaging House DJA Pembinaan Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasaran hasil Pengembang an Usaha Tani Komoditas bernilai Tinggi/Unggul an Pengembang an Fasilitas Pelayanan Agroindustri Terpadu Penambahan peralatan agrokonsultasi Pengembang an Sarana Prasarana Pertanian Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian dalam Mendukung Ketahanan Pangan (PNPM-P) Pembangunan Grading and Packaging House

Sedangkan data untuk Kabupaten Tangerang disajikan sebagai berikut :

Tabel 4.2.

Data RKA-KL Kegiatan TP Tahun 2006-2010 Kabupaten Tangerang

Data Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008

Tahun

2009 Tahun 2010

(41)

Data Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Mesin Anesthesi

Tekno Tom 401 Laparascopy

Central Monitor

ICU

Satum Select Patient

Monitor 6 Parameter Bed Site Monitor ICU Bed Electric Paket Ventilator NICU Bed Site Cabinet Instalasi Oksigen Defibrilator Defibrilator Ventilator ICU Infusion Pump & SyringePum p

DJA Pengadaan Alat

Kesehatan (RS) Sarana Prasarana Kesehatan Rujukan - - Pengadaan Bed Side Cabinet Pengadaan Defibrilator Pengadaan ICU Bed Electric Pengadaan Infus Pump. Pengadaan Laparoscop y Pengadaan Mesin Anasthesi with Ventilator (2 vavorize) Pengadaan Transport Monitor Pengadaan Ventilator ICU

(42)

Data Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tangerang Bedah Kelas C RSUD Balaraja Pembangun an Gedung Radiologi Kelas C RSUD Balaraja DJA Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara - - - Pembangun an Gedung Instalasi Bedah Kelas C RSUD Balaraja Pembangun an Gedung Radiologi Kelas C RSUD Balaraja Dinas Pertanian Pengelolaan Lahan air Pengembangan dan Rehab. Infrastruktur Pertanian Perdesaan Pengemba ngan Fasilitas Pelayanan Agroindust ri Terpadu - - Pembinaan Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Pengembangan Usaha Tani Komoditas Bernialai/Unggul an Pembinaan Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Pembangunan Peningkatanan Sarana Prasarana Pengembangan penyediaan Sarana Pertanian

(43)

Data Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 DJA Pengelolaan Lahan air Pengembangan dan Rehab. Infrastruktur Pertanian Perdesaan Pengemba ngan Fasilitas Pelayanan Agroindust ri Terpadu - - Pembinaan Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Pengembangan Usaha Tani Komoditas Bernialai/Unggul an Pembinaan Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Pembangunan Peningkatanan Sarana Prasarana Pengembangan penyediaan Sarana Pertanian

Disamping Data alokasi penganggaran (RKA-KL) dari DJA, penulis berusaha untuk melakukan pengumpulan data sekunder juga melalui KPKNL Bogor dan KNPKL Tangerang. Dari dua unit vertikal DJKN (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara) ini didapatkan data-data terkait daftar asset TP untuk beberapa SKPD.

Data dari KPKNL

Selanjutnya penulis juga melakukan pengumpulan data langsung dengan mendatangi masing-masing KPKNL yang menjadi Pembina SKPD sesuai dengan wilayah kerjanya.

KPKNL Bogor, karena SKPD Kota Depok merupakan SKPD yang berada diwilayah kerja KPKNL Bogor. Sedangkan untuk SKPD Kabupaten Tangerang

(44)

sehubungan domisili beberapa SKPD dilingkungan Kab. Tangerang masih berada di wilayah Kota Tangerang maka untuk SKPD tersebut dalam pengelolaan asetnya menjadi wilayah kerja KPKNL Tangerang. Terkait dengan hal tersebut maka KPKNL Tangerang termasuk tempat untuk melakukan pengambilan data.

Setelah dilakukan pengambilan data pada KPKNL, ternyata laporan dari masing-masing SKPD persis laporan dari KPKNL. Hal ini terjadi karena sejak beberapa tahun yang lalu selalu dilakukan rekonsiliasi antara SKPD dengan KPKNL. Hal ini terjadi karena data yang didapatkan dari SKPD merupakan data hasil rekonsiliasi dengan KNPKL. Sesuai dengan ketentuan bahwa KNPKN dalam periode tertentu melakukan rekonsiliasi data dengan SKPD-SKPD di wilayah kerjanya untuk melakukan pencocokan data terkait BMN yang dikelola oleh SKPD.

Forum Group Discussion

Dalam rangka melengkapi penelitian maka diadakan FGD. FGD dilakukan dengan tujuan untuk mencari informasi-informasi baik permasalahan yang dihadapi oleh SKPD, KPKNL maupun dari DJKN terkait dengan pengelolaan asset TP.

FGD dilakukan pada tanggal 3 November 2011, bertempat di Pusdiklat KNPK dengan dihadiri oleh unit-unit :

1) Ditjen Kekayaan Negara 2) KPKNL Bogor

3) Dinas Kesehatan Kota Depok 4) Dinas UKM dan Pasar Kota Depok 5) RSUD Kota Depok

(45)

6) RSUD Tangerang

7) Dinas Kesehatan Tangerang

8) Dinas Pertanian dan Peternakan Tangerang 9) Pusdiklat KNPK

B. Pembahasan

Berdasarkan analisa data-data diatas selanjutnya dilakukan pembahasan terkait 3 tujuan utama penelitian yaitu kesesuaian antara perencanaan pengadaan BMN alokasi dana TP yang tertuang dalam RKA-KL, Penetapan Status BMN dan yang Hibah dan Pemeliharaan BMN hasil kegiatan TP.

1.

Kesesuaian antara Pengadaan Aset dengan RKA-KL

(46)

penerima SKPD. Perbedaan yang terjadi biasanya terjadi perbedaan alokasi dana karena hasil tender lebih kecil dibanding alokasi dalam DIPA.

Perbedaan yang cukup mencolok terjadi pada SKPD Dinas Kesehatan Kota Depok. Berdasarkan alokasi dana TP pada RKA-KL tidak ditemukan alokasi untuk pengadaan asset TP untuk Dinas Kesehatan Kota Depok. Namun dalam kenyataanya Dinas Kesehatan Kota Depok memiliki asset dari Kementerian Kesehatan (diasumsikan TP) sebanyak 35 Unit Kendaraan bermotor roda 2, 5 unit kendaraan operasional roda dan 1 buah Lap top.

Setelah dilakukan pendalaman, ternyata asset tersebut pengadaanya seluruhnya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, sedangkan daerah (SKPD Dinas Kesehatan Kota Depok) hanya menerima barangnya saja. Seluruh proses pengadaan BMN dilakukan di Kemenkes. Dengan demikian menurut hemat kami, bahwa asset tersebut tidak memenuhi kriteria asset hasil kegiatan TP.

Disamping itu pada tahun 2010/2011 terdapat alokasi dana untuk kegiatan promosi dan sosialisasi sebesar Rp2,00 milyar untuk kegiatan TP. Hal ini tidak sesuai dengan kaidah yang mendasarkan pada PP 7 Tahun 2008 yang menyatakan bawa TP untuk kegiatan utamanya fisik. Sementara kegiatan promosi dan sosialisasi adala kegiatan non fisik. Pihak Dinas Kesehatan juga memberikan informasi bawa kegiatan tersebut merupakan kegiatan pemerintah pusat dan SKPD tidak pernah mengusulkan dan dilibatkan dalam perencanaanya.

Sedangkan asset TP pada Dinas Petanian dan Perikanan Kota Depok dan Dinas Pertanian dan Peternakan Tangerang, pada dasarnya telah diadakan sesuai dengan DIPA, namun keberadaan asset tersebut yang sulit ditemukan terutama asset pengadaan 2008 kebawah. Alasan dari SKPD menyatakan

(47)

bahwa asset-aset tersebut sebagaian besar diserahkan pengelolaanya kepada petani/kelompok tani. Dan asset yang bisa rusak dan aus serta habis, maka sangat memungkinkan asset tersebut saat ini sulit ditemukan.

SKPD Dinas Kesehatan Kab. Tangerang berdasarkan alokasi dalam RKA-KL 2006 terdapat alokasi dana sebesar Rp469,5 juta, namun dalam daftar asset TP Dinas Kesehatan Kab. Tangerang tidak ditemukan. Hal ini disebabkan telah berpisahnya Kabupaten Tangerang dan Kota Depok. Menurut pengelola asset bahwa asset tersebut saat ini menjadi asset Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

2.

Penetapan Status Penggunaan BMN TP

Penetapan status penggunaan BMN, dalam siklus pengelolaan BMN merupakan langkah yang awal. Apabila BMN telah dibeli/diadakan dan akan digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan penetapan satus penggunaan BMN.

Permasalahan penetapan status penggunaan BMN TP menjadi salah satu lingkup dari tinjauan ini karena, asset yang dihasilkan dari kegiatan TP sebelum digunakan maka harus terlebih dahulu dilakukan penetapan status penggunaan BMN. Kenapa demikian ?, karena asset TP merupakan BMN sehingga harus mengikuti kaidah dalam pengelolaan BMN.

Dengan tinjauan ini diharapkan dapat diketahui apakah penggunaan asset TP pada objek penelitian sudah sesuai dengan regulasi terkait penetapan status penggunaan BMN yang berlaku.

Berikut disajikan bagaimana tatacara penetapan status penggunaan BMN mendasarkan pada PMK No. 96/PMK.06/2007 tentang tatacara penggunaan,

(48)

1. Tata cara penetapan status penggunaan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan.

a. Tahap persiapan

1) Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang harus

menyelesaikan dokumen kepemilikan (antara lain sertifikat tanah, IMB, dll.) atas Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang pengadaannya atas beban APBN atau perolehan lainnya yang sah, untuk dijadikan dasar pengajuan permintaan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara kepada Pengelola Barang.

2) Penyelesaian dokumen kepemilikan atas tanah, berupa sertifikat atas nama Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud diatas, diajukan kepada Kantor Pertanahan setempat.

3) Penyelesaian dokumen perizinan atas bangunan sebagaimana dimaksud tersebut pada butir 1), dilakukan sebelum proses pembangunan dimulai.

b. Tahap pengajuan usulan

1) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permintaan penetapan status penggunaan kepada Pengguna Barang disertai dengan asli dokumen kepemilikan dan dokumen pendukung lainnya atas tanah dan/atau bangunan yang bersangkutan paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya dokumen kepemilikan.

2) Pengguna Barang mengajukan permintaan penetapan status penggunaan kepada Pengelola Barang dengan disertai asli dokumen kepemilikan dan dokumen pendukung lainnya paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya usulan dari Kuasa Pengguna Barang.

(49)

c. Tahap penetapan status penggunaan

Pengelola Barang menetapkan status penggunaan tanah dan/atau bangunan dengan keputusan.

d. Tahap pendaftaran, pencatatan, dan penyimpanan dokumen kepemilikan

1) Pengelola Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan atas tanah dan/atau bangunan ke dalam Daftar Barang Milik Negara, dan menyimpan dokumen kepemilikan asli dan dokumen pendukung lainnya menyatu dengan salinan keputusan penetapan status penggunaannya.

2) Pengguna Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan tanah dan/atau bangunan ke dalam Daftar Barang Pengguna dan menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan dan dokumen pendukung lainnya menyatu dengan asli keputusan penetapan status penggunaannya

3) Kuasa Pengguna Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna atas tanah dan/atau bangunan dan menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan dan dokumen pendukung lainnya menyatu dengan salinan keputusan penetapan status penggunaannya

2. Tata cara penetapan status penggunaan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan

(50)

a. Tahap persiapan

Kuasa Pengguna Barang harus menyelesaikan dokumen/bukti kepemilikan atau berita acara serah terima barang dari pihak lain atas perolehan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan. b. Tahap pengajuan usulan

1) Kuasa Pengguna Barang mengajukan usul penetapan status penggunaan kepada Pengguna Barang disertai dengan fotokopi dokumen/bukti kepemilikan atau berita acara serah terima dan dokumen pendukung lainnya paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya dokumen/bukti kepemilikan atau berita acara serah terima.

2) Dalam hal Kuasa Pengguna Barang merupakan instansi vertikal di daerah, Kuasa Pengguna Barang dimaksud dapat mengajukan permintaan penetapan status penggunaan barang kepada instansi vertikal Pengelola Barang di daerah setelah menerima kuasa untuk itu dari Pengguna Barang.

3) Pengguna Barang mengajukan usul penetapan status penggunaan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola Barang dengan disertai fotokopi dokumen kepemilikan atau berita acara serah terima barang, paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya usulan dari Kuasa Pengguna Barang.

c. Tahap penetapan status penggunaan

1) Pengelola Barang menetapkan status penggunaan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan setelah diterimanya

(51)

permintaan beserta dokumen pendukung secara lengkap dari Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang.

2) Status penggunaan barang ditetapkan dengan keputusan Pengelola Barang dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang.

d. Tahap pendaftaran, pencatatan, dan penyimpanan dokumen kepemilikan

1) Pengguna Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan ke dalam Daftar Barang Pengguna dan menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan menyatu dengan asli keputusan penetapan status penggunaan.

2) Kuasa Pengguna Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna dan menyimpan asli dokumen kepemilikan menyatu dengan salinan keputusan penetapan status penggunaan. 3) Pengelola Barang melakukan pencatatan Barang Milik Negara selain

tanah dan/atau bangunan berupa barang yang mempunyai bukti kepemilikan dan barang dengan nilai perolehan di atas Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) per unit/satuan ke dalam Daftar Barang Milik Negara, serta menyimpan salinan keputusan penetapan status penggunaannya.

4) Pengelola Barang menghimpun laporan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan.

(52)

3. Tata cara penetapan status penggunaan Barang Milik Negara yang dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi kementerian/lembaga

a. Tahap persiapan

Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang menyelesaikan dokumen kepemilikan atas perolehan Barang Milik Negara yang pengadaannya atas beban APBN atau perolehan lainnya yang sah, sebagaimana diatur pada angka Romawi II angka 1 dan angka 2 di atas.

b. Tahap pengajuan usulan

Pengguna Barang mengajukan permintaan penetapan status

penggunaan Barang Milik Negara, yang akan dioperasikan oleh pihak lain, kepada Pengelola Barang disertai dengan penjelasan dan pertimbangan, dengan melampirkan asli dokumen kepemilikan /berita acara serah terima barang.

c. Tahap penetapan status penggunaan

1) Pengelola Barang menetapkan status penggunaan Barang Milik Negara yang akan dioperasikan oleh pihak lain dengan keputusan setelah diterimanya usulan secara lengkap dari Pengguna Barang. 2) Pengguna Barang menindaklanjuti keputusan penetapan status

penggunaan Barang Milik Negara dengan membuat: a. keputusan penunjukan pengoperasian; dan

b. berita acara serah terima pengoperasian Barang Milik Negara. 3) Dalam hal Barang Milik Negara yang telah ditetapkan status penggunaannya untuk dioperasikan oleh pihak lain akan

(53)

dialih-operasikan kepada pihak lainnya lagi, maka pelaksanaan pengalih-operasian tersebut harus dilaporkan kepada Pengelola Barang.

4) Dalam hal Barang Milik Negara yang telah ditetapkan status penggunaannya untuk dioperasikan oleh pihak lain, kemudian akan digunakan kembali oleh Pengguna Barang, maka harus dimintakan persetujuan kembali untuk penetapan status penggunaan kepada Pengelola Barang

5) Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada angka 3 dapat dioperasikan kembali oleh pihak lain setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang

d. Tahap pendaftaran, pencatatan, dan penyimpanan dokumen kepemilikan

1) Pengelola Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang dioperasikan oleh pihak lain ke dalam Daftar Barang Milik Negara dan menyimpan asli dokumen kepemilikan dan dokumen pendukung lainnya menyatu dengan salinan keputusan penetapan status penggunaannya.

2) Pengelola Barang menghimpun data Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan yang dioperasikan oleh pihak lain dan menyimpan fotokopi dokumen kepemilikan menyatu dengan salinan keputusan penetapan status penggunaannya.

3) Pengguna Barang melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Negara ke dalam Daftar Barang Pengguna dan menyimpan asli/fotokopi dokumen kepemilikan dan dokumen pendukung lainnya

(54)

4. Tata cara penetapan kembali status penggunaan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang

a. Tahap persiapan

1) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang wajib menyampaikan laporan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya kepada Pengelola Barang, disertai penjelasan mengenai lokasi dan kondisi tanah dan/atau bangunan.

2) Pengelola Barang melakukan penelitian atas laporan yang disampaikan Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang.

3) Dalam hal terdapat permasalahan terkait dengan tanah dan/atau bangunan yang akan diserahkan, maka permasalahan tersebut terlebih dahulu harus diselesaikan oleh Pengguna Barang dan/atau bersama Pengelola Barang sesuai batas kewenangannya dan dapat melibatkan instansi yang terkait.

b. Tahap penetapan penyerahan

1) Berdasarkan laporan Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang, Pengelola Barang menetapkan keputusan mengenai penyerahan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan dari Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang kepada Pengelola Barang.

2) Dalam hal Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf

(55)

a poin 1, Pengelola Barang menetapkan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan, berdasarkan:

i. hasil inventarisasi tanah dan/atau bangunan;

ii. hasil audit atas penggunaan tanah dan/atau bangunan; atau

iii. Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT).

c. Tahap penghapusan

Pelaksanaan penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Kuasa Pengguna berpedoman pada tata cara penghapusan Barang Milik Negara sebagaimana diatur dalam Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini.

d. Tahap penyerahan

1) Setelah dilakukan penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna, Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang menyerahkan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola Barang disertai fotokopi dokumen kepemilikan, keputusan penetapan status penggunaan asli, paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal keputusan penghapusan. 2) Penyerahan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan

dituangkan dalam berita acara serah terima. e. Tahap pencatatan

Berdasarkan berita acara serah terima barang, Pengelola Barang menyesuaikan catatan pada daftar Barang Milik Negara.

(56)

f. Tindak lanjut penyerahan

Atas penyerahan tanah dan/atau bangunan sebagaimana tersebut di atas, Pengelola Barang melakukan tindak lanjut sebagai berikut:

1) menetapkan status penggunaan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah lainnya;

2) memanfaatkan dalam rangka optimalisasi Barang Milik Negara; atau 3) memindahtangankan.

Demikian tatacara penetapan status penggunaan BMN berdasarkan PMK 97/PMK.06/2007.

Namun terkait dengan pengelolaan asset Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang diperoleh dari alokasi dan APBN sebelum TA 211, Menteri Keuangan secara khusus telah mengeluarkan PMK Nomor :125/PMK.06/2011.

Didalam PMK dimaksud juga diatur secara khusus bagaimana penetapan status penggunaan BMN terkait dengan asset Dekon/TP dengan uraian sebagai berikut :

Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang bertanggung jawab atas pelaksanaan Penggunaan, Pemindahtanganan, Penghapusan, Penatausahaan, pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan BMN DK/TP sesuai dengan batasan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang BMN.

Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam menggunakan dan menatausahakan BMN dalam menjalankan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan.

(57)

Selanjutnya terkait Status Penggunaan BMN DK/TP ditetapkan oleh Pengelola Barang atau Pengguna Barang. BMN DK/TP yang ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang, meliputi:

1) Tanah dan/atau bangunan

2) Selain tanah dan/atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan dan nilai perolehan dia tas Rp25.000.00,00 (dua puluh lima juta rupiah) per unit/satuan

Sedangkan BMN DK/TP selain dari ketentuan diatas ditetapkan status penggunaanya oleh Pengguna Barang.

Penetapan status Penggunaan BMN DK/TP sebagaimana dimaksud, dilakukan atas BMN DK/TP yang sedang digunakan atau direncanakan untuk digunakan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga.

Penetapan status penggunaan BMN DK/TP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 tidak perlu dilakukan atas BMN DK/TP yang direncanakan untuk dilakukan Pemindahtanganan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 atau yang telah diserahkan kepada pihak ketiga.

Tata cara penetapan status Penggunaan BMN DK/TP dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN.

Hasil penelitian

Setelah dilakukan penelitian kelapangan melalui wawancara dan dengan kuesioner didapatkan hasil bahwa untuk SKPD yang menjadi objek penelitian belum ada yang mendapatkan/melakukan penetapan status penetapan pengunaan BMN yang dikuasainya.

(58)

Bahkan berdasarkan penggalian informasi secara lisasn (dengan wawancara) responden tidak mengetahui istilah dan tatacara dari penetapan status penggunaan BMN TP yang ada pada SKPD yang bersangkutan.

Berdasarkan ketentuan dalam PMK 125/PMK.06/2011 menyatakan bahwa pengguna barang (K/L) sebagai instansi yang hakikatnya menggelola BMN TP seharusnya segera menggajukan penetapan status penggunaan BMN yang telah diadakan/dibangun. SKPD-SKPD di Kota Depok dan Kabupaten Tangerang yang menjadi objek penelitian, menyatakan bahwa karena asset tersebut merupakan BMN maka yang mengajukan penetapan status penggunaan BMN adalah K/L SKPD tinggal menerima saja.

Berdasarkan tinjauan peneliti, bahwa masalah penetapan status penggunaan BMN ini bisa dibilang belum menjadi prioritas / komitmen baik bagi K/L ataupun Kementerian Keuangan untuk dijadikan prioritas penanganan. Apabila ditinjau lebih luas lagi untuk BMN yang menjadi/statusnya BMN pusat saja hingga saat ini masih banyak yang belum mendapatkan penetapan status penggunaan BMN. Bahkan pada saat dilakukan inventarisasi asset BMN besar-besaran pada tahun 2007, juga belum menyinggung bagaimana upaya menertibkan penetapan status penggunaan BMN.

Dari kenyataan bahwa belum ada satupun BMN hasil kegiatan TP yang belum mendapatkan penetapan status penggunaan BMN, juga mengindikasikan bahwa SKPD belum memiliki pemahaman yang memadai terkait pengelolaan asset BMN. Masing-masing K/L belum semuanya melakukan kegiatan pendidikan dan pelatihan terkait pengelolaan asset TP kepada SKPD-SKPD.

Berdasarkan PMK Nomor 248/PMK.06/2011, menyatakan bahwa bagi asset-aset yang sejak awal memang akan dihibahkan kepada daerah maka

(59)

setala asset diserakan berdasarkan Berita Acara Serah Terima, SKPD penerima wajib mentatausahakan dan melaporkan pada neraca Pemerintahan Daerah. Sejak BAST tersebut maka penatausahaan asset telah 100 % menjadi pengelolaan BMD. Namun PMK 248/PMK.06/2010 belum dipahami dengan baik ole SKPD. Hal ini dimungkinkan belum adanya Diklat yang memadai tentang pengelolaan asset TP.

Hal ini juga diakui oleh wakil-wakil SKPD yang mengikuti FGD di Pusdiklat KNPK bahwa selama ini belum pernah mendapatkan DIklat yang cukup untuk pengelolaan asset secara lengkap terkait bagaimana pengelolaan asset TP periode sebelum tahun 2011 (PMK 125/PMK.06/2011) dan bagaimana pengelolaan asset TP setelah tahun 2011 (PMK 248/PMK.06/2010). Yang pernah diikuti merupakan sosialisasi saja yang hanya berlangsung beberapa jam.

3. Hibah

Hibah atas BMN TP selanjutnya menjadi focus kajian untuk pengelolaan TP di Kabupaten Tangerang dan Kota Depok. Hibah dalam penelitian ini difokuskan pada Hibah BMN TP yang pada awalnya merupakan asset TP yang menjadi BMN untuk selanjutnya dihibahkan kepada daerah.

Sebelum membahas hasil penelitian terlebih dahulu berikut disampaikan tentang mekanisme hibah BMN TP sesuai dengan PMK PMK 125/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan BMN yang berasal dari dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sebelum TA. 2011.

Berdasarkan PMK 125/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan BMN yang berasal dari dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sebelum TA. 2011,

(60)

menyatakan bahwa BMN DK/TP yang tidak digunakan lagi oleh K/L dapat dipindah tangankan, dimusnahkan dan dihapuskan.

Dalam penelitian ini difokuskan pada pemindahtanganan yang dilakukan melalui Hibah. Lebih lanjut dalam PMK dimaksud aturan terkait dengan hibah BMN DK/TP yaitu :

Hibah dilakukan kepada Pemerintah Daerah. Hibah tersebut dapat dilakukan dengan ketentuan bahwa BMN tersebut :

a. tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian negara/Lembaga;

b. telah ditatausahakan oleh Kementerian Negara/Lembaga; c. digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah; d. keberadaan fisiknya jelas; dan

e. dalam kondisi baik/layak untuk digunakan.

Usulan hibah BMN DK/TP berupa tanah dan/atau bangunan dari Pengguna Barang kepada Pengelola Barang, harus disertai dengan data pendukung berupa:

a. rincian barang yang akan dihibahkan, termasuk bukti kepemilikan, tahun perolehan, luas, nilai buku, kondisi dan lokasi;

b. surat pernyataan tanggung jawab penuh mutlak tak bersyarat dari Pengguna Barang atas kebenaran materiil mengenai BMN DK/TP;

c. data calon penerima Hibah;

d. surat pernyataan kesediaan menghibahkan BMN DK/TP dari Pengguna Barang;

(61)

f. dan/atau berita acara serah terima, dalam hal BMN DK/TP sudah diserahoperasikan kepada Pemerintah Daerah

Dalam hal bukti kepemilikan tidak ada, maka dapat digantikan dengan bukti lainnya seperti dokumen kontrak, akte/perjanjian jual beli, dan dokumen setara lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

Sedangkan usulan hibah BMN DK/TP berupa selain tanah dan/atau bangunan dari Pengguna Barang kepada Pengelola Barang, harus disertai dengan data pendukung berupa:

a. rincian barang yang akan dihibahkan termasuk tahun perolehan, identititas/spesifikasi, nilai buku, lokasi, peruntukan barang;

b. surat pernyataan tanggung jawab penuh mutlak tak bersyarat dari Pengguna Barang atas kebenaran materiil mengenai BMN DK/TP

c. data calon penerima hibah;

d. surat pernyataan kesediaan menghibahkan BMN DK/TP dari Pengguna Barang; dan

e. surat pernyataan kesediaan menerima hibah BMN DK/TP dari Pemerintah Daerah dan/atau berita acara serah terima barang, dalam hal BMN DK/TP sudah diserahoperasikan kepada Pemerintah Daerah

Dalam hal usulan Hibah BMN DK/TP disetujui, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan Hibah. Persetujuan Hibah, menjadi dasar bagi Pengguna Barang untuk melakukan serah terima barang dengan penerima Hibah paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat persetujuan Hibah diterbitkan, dan dituangkan dalam berita acara serah terima barang. Dalam hal usulan Hibah BMN DK/TP tidak disetujui, Pengelola Barang menerbitkan surat penolakan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tujuan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah menghasilkan sistem informasi yang dapat membantu pelaku perusahaan dalam mengoperasikan proses bisnis perusahaan dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan kepada koordinator liputan dan juga crew pada program “TVRI Sport”, sikap positif yang dimiliki baik oleh

OLEH ,KARENA ITU, PADA KESEMPATAN YANG BERBAHAGIA INI SAYA INGIN MENYAMPAIKAN HARAPAN SAYA KEPADA SEMUA PESERTA SEMINAR, AGAR NANTINYA DAPAT DIHASILKAN KONSEP-KONSEP YANG DAPAT

Jenis Usaha : Pabrikan Mobil; service mobil; Pendidikan tehnisi

Clustering adalah proses pengelompokan data ke dalam cluster berdasarkan parameter tertentu sehingga obyek-obyek dalam sebuah cluster memiliki tingkat kemiripan

Menjaga eksistensi lahan sawah tidak hanya untuk keberlanjutan sistem produksi yang output langsungnya menyangkut hajat hidup lebih dari 95% penduduk, tetapi usaha tani padi

Untuk meningkatkan status keberlanjutan kawasan di wilayah basis peternakan di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah skenario progesif-optimistik dengan melakukan

Allah memuliakan urusan amanah yang ia merupakan kebebasan dalampilihan dalam menaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larang- larang-Nya, dan antara menjadi