• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE KAJIAN KERENTANAN DAN RENCANA ADAPTASI PENYEDIAAN AIR MINUM PDAM KABUPATEN LEBAK LAPORAN RANGKUMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE KAJIAN KERENTANAN DAN RENCANA ADAPTASI PENYEDIAAN AIR MINUM PDAM KABUPATEN LEBAK LAPORAN RANGKUMAN"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN KERENTANAN DAN RENCANA

ADAPTASI PENYEDIAAN AIR MINUM

PDAM KABUPATEN LEBAK

LAPORAN RANGKUMAN

(2)

Sungai Cihinis dengan arus deras dan air jernih merupakan sumber air baku alternatif PDAM

yang akan dikembangkan, dan menjadi salah satu sumber air utama masyarakat di Desa

Ciladaheun dengan mengandalkan pipa-pipa saluran air untuk kebutuhan rumah tangga dan

irigasi.

(3)

USAID INDONESIA URBAN WATER SANITATION AND HYGIENE

KAJIAN KERENTANAN DAN RENCANA

ADAPTASI PENYEDIAAN AIR MINUM

PDAM KABUPATEN LEBAK

LAPORAN RANGKUMAN

Project: Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene

(IUWASH) DAI Project Number:

Assistance Objective (AO): AO Improved Management of Natural Resources, under

(IR) 3 – Increased Access to Water and Sanitation.

Sponsoring USAID Office and USAID/Indonesia

Contract Number:

Contractor’s Name: Development Alternatives Inc.

Date of publication:

This document was produced for review for USAID/Indonesia by the Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene (IUWASH) project, implemented by DAI, in accordance with ADS Chapter

(4)

RINGKASAN EKSEKUTIF ... VII

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 TUJUANDANSTRUKTURLAPORAN ... 1

1.2 KERANGKAKAJIANKERENTANANDANPERENCANAANADAPTASIPENYEDIAANAIR MINUM ... 2

2 KAJIAN KERENTANAN PENYEDIAAN AIR MINUM ... 5

2.1 PENYEDIAANAIRMINUM ... 5

2.1.1 Gambaran Umum PDAM Kabupaten Lebak ...5

2.1.2 Aset-aset Alami PDAM ...6

2.1.3 Aset-aset Fisik/Terbangun PDAM ...8

2.1.4 Sistem Pemantauan Aset ...9

2.2 KAJIANKERENTANANPENYEDIAANAIRMINUM:SKENARIODASAR(BASELINESCENARIO) . 10 2.2.1 Skenario Dasar: Aset Alami ... 10

2.2.2 Skenario Dasar: Aset Fisik... 11

2.2.3 Skenario Dasar: Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air (Supply and Demand) ... 12

2.3 KAJIANKERENTANANPENYEDIAANAIRMINUM:SKENARIOPERUBAHANIKLIM(CLIMATE CHANGEDRIVEN) ... 18

2.3.1 Perubahan Iklim di Lebak, Banten ... 19

2.3.2 Skenario Perubahan Iklim: Aset Alami ... 20

2.3.3 Skenario Perubahan Iklim: Aset Fisik ... 20

2.3.4 Skenario Perubahan Iklim: Analisis Ketersediaan danKebutuhan Air (Supply and Demand) ... 22

3 PERENCANAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM ... 24

3.1 PENDEKATANDALAMPERENCANAANADAPTASI ... 24

3.2 TITIK-TITIKKERENTANAN ... 25

3.3 DAFTARPANJANGPILIHANADAPTASI ... 26

3.4 DAFTARPENDEKPILIHANADAPTASIDANTITIK-TITIKKERENTANAN ... 27

4 RENCANA AKSI ... 29

4.1 LANGKAHKEDEPANUNTUKIMPLEMENTASIRENCANAADAPTASI ... 29

4.2 INTEGRASIKEDALAMPERENCANAANJANGKAMENENGAHDANJANGKAPANJANG ... 30

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 32

LAMPIRAN1:KRONOLOGIPROSESVA&AP ... 32

LAMPIRAN2:PETADASSEBAGAIDAERAHTANGKAPANAIRDIKABUPATENLEBAK ... 33

LAMPIRAN3:PETATUTUPANLAHANKABUPATENLEBAK... 34

LAMPIRAN4:PETALOKASIRAWANBENCANAKABUPATENLEBAK ... 35

LAMPIRAN5:PETARISIKOBENCANAKEKERINGANKABUPATENLEBAK ... 36

LAMPIRAN6:DATACURAHHUJANKABUPATENLEBAK... 37

LAMPIRAN7:MATRIKSRISIKOASETPERSUBSISTEM ... 38

(5)

GAMBAR 1:PETA LOKASI PDAMKABUPATEN LEBAK,BANTEN. ... 5

GAMBAR 2:SUNGAI CIUJUNG MENJADI SALAH SATU SUMBER AIR BAKU PDAMKABUPATEN LEBAK DAN TERDAPAT INTAKE PABUARAN DI PINGGIR SUNGAI. ... 6

GAMBAR 3:SUNGAI CILANGKAHAN MENJADI INTAKE MALINGPING DAN DIJADIKAN BENDUNGAN UNTUK IRIGASI. ... 7

GAMBAR 4:INTAKE KALANGANYAR YANG BERADA DI PINGGIR SUNGAI CIUJUNG DAN DIKELILINGI VEGETASI PEPOHONAN DAN SEMAK BELUKAR. ... 8

GAMBAR 5:KANTOR PDAMPUSAT KABUPATEN LEBAK.SUMBER: HTTP://WWW.PERPAMSIBANTEN.ORG/PDAMLEBAK.HTM ... 8

GAMBAR 6:KAPASITAS YANG TERPASANG PADA INSTALASI INTAKE... 8

GAMBAR 7:INSTALASI IPAPABUARAN. ... 8

GAMBAR 8:JEJAK LONGSOR DI TEPI SUNGAI CIDIKIT YANG BERPOTENSI MENGGANGGU SUPLAI AIR KE DALAM INTAKE BAYAH... 10

GAMBAR 9:BANJIR DARI LUAPAN SUNGAI CIUJUNG MENYEBABKAN IPAKALANGANYAR TERENDAM AIR SAMPAI KETINGGIAN 2 M. ... 11

GAMBAR 10:TERPUTUSNYA SAMBUNGAN PIPA PDAM DI PINGGIR SUNGAI CIBERANG (CIPANAS) KARENA RENTANNYA DAERAH INI TERHADAP BENCANA LONGSOR. ... 11

GAMBAR 11:SUPPLY DAN DEMAND AIR BERSIH WILAYAH PELAYANAN SPAMIKKKALANGANYAR. ... 13

GAMBAR 12:SUPPLY DAN DEMAND AIR BERSIH WILAYAH PELAYANAN PDAMRANGKASBITUNG. ... 14

GAMBAR 13:SUPPLY DAN DEMAND AIR BERSIH WILAYAH PELAYANAN PDAM CABANG SAJIRA. ... 14

GAMBAR 14:SUPPLY DAN DEMAND AIR BERSIH WILAYAH PELAYANAN PDAM CABANG CIPANAS. ... 15

GAMBAR 15:SUPPLY DAN DEMAND AIR BERSIH WILAYAH PELAYANAN PDAMSPAMIKKLEUWIDAMAR... 16

GAMBAR 16:SUPPLY DAN DEMAND AIR BERSIH WILAYAH PELAYANAN PDAM CABANG MALINGPING. ... 17

GAMBAR 17:SUPPLY DAN DEMAND AIR BERSIH WILAYAH PELAYANAN PDAM CABANG BAYAH. ... 18

GAMBAR 18:PERUBAHAN TEMPERATUR RATA-RATA BULANAN KABUPATEN LEBAK AKIBAT PERUBAHAN IKLIM... 19

GAMBAR 19:PERUBAHAN RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN KABUPATEN LEBAK AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. ... 20

GAMBAR 20:GRAFIK SUPPLY-DEMAND DENGAN PENGARUH PERUBAHAN IKLIM DASCIUJUNG... 22

GAMBAR 21:GRAFIK SUPPLY-DEMAND DENGAN PENGARUH PERUBAHAN IKLIM DASCIMADUR. ... 23

GAMBAR 22:GRAFIK SUPPLY-DEMAND DENGAN PENGARUH PERUBAHAN IKLIM DASCILANGKAHAN. ... 24

GAMBAR 23:LOKASI TITIK-TITIK KERENTANAN ASET PDAMLEBAK... 26

GAMBAR 24:PENINGGIAN DAN PENINGKATAN KUALITAS BANGUNAN RUMAH POMPA DAN RUMAH GENSET DAN FASILITAS PANEL-PANEL LISTRIK PDAMKALANGANYAR ... 30

(6)

TABEL1:PROFIL PDAMTIRTA MULTATULI KABUPATEN LEBAK TAHUN 2010 ... 6

TABEL 2:ASET-ASET TERBANGUN PDAMKABUPATEN LEBAK ... 9

TABEL 3:SISTEM PEMANTAUAN ASET ALAMI ... 9

TABEL 4:SKOR RISIKO PADA SKENARIO DASAR (BASELINE) TERHADAP ASET ALAMI DAN TERBANGUN (FISIK) ... 12

TABEL 5:SKOR RISIKO PADA SKENARIO PERUBAHAN IKLIM TERHADAP ASET ALAMI DAN TERBANGUN ... 21

TABEL 6:DAFTAR PANJANG PILIHAN ADAPTASI ... 26

(7)

Dengan mempertimbangkan akibat yang mungkin timbul karena adanya perubahan iklim, maka menjadi penting bagi PDAM dan pemerintah daerah mengkaji bagaimana fluktuasi temperatur dan pergeseran pola hujan akan mempengaruhi sistem penyediaan air minum, dan selanjutnya mengintegrasikan upaya-upaya adaptasi ke dalam mekanisme dan dokumen perencanaan untuk mengantisipasi risiko-risiko perubahan iklim di masa mendatang. Untuk itu, Program Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene (IUWASH) yang disponsori USAID mendukung PDAM dan Pemerintah Kabupaten Lebak mengembangkan proses Kajian Kerentanan dan

Perencanaan Adaptasi Penyediaan Air Minum. Hasil-hasil dari proses ini terangkum dalam laporan

berikut yang menguraikan: gambaran utama mengenai risiko-risiko yang dihadapi infrastruktur PDAM, baik yang alami maupun terbangun, bagaimana risiko-risiko tersebut dapat berubah terkait perubahan iklim, usulan aksi-aksi adaptasi untuk mengurangi risiko-risiko saat ini dan masa mendatang, dan identifikasi langkah-langkah selanjutnya untuk implementasi aksi-aksi tersebut.

Beberapa titik kerentanan utama pada PDAM Tirta Maltatuli Kabupaten Lebak yang perlu menjadi perhatian khusus diantaranyaSungai Ciujung, Intake Pabuaran, Intake Kalanganyar, IPA Kalanganyar dan

Reservoir Kalanganyar.Sungai Ciujungmemperlihatkan kerentanan akan berkurangnya debit pada musim

kemarau danrawan akan bencana banjir. Kondisi tersebut diperkirakan akan menjadi lebih buruk dengan adanya pengaruh perubahan iklim. Perubahan iklim juga akan berdampak pada meningkatnya risiko terhadap kerusakan akibat banjir dan longsor pada aset terbangun PDAM seperti intake, IPA, reservoir maupun jaringan distribusi. Berdasarkan hasil-hasil tersebut, para pemangku kepentingan telah mengidentifikasi pilihan-pilihan aksi adaptasi untuk mengurangi risiko-risiko saat ini dan yang akan datang karena adanya perubahan iklim dalam jangka panjang. Diantara pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan oleh PDAM dan pemangku kepentingan lainnya adalah: pemantauan kuliatas sumber daya air, pembuatan DAM penahan/DAM pengendali, pemeliharaan dan pembersihan sedimentasi di lokasi intake dan fasilitas produksi, pemetaan dan delineasi daerah tangkapan air, pembangunan bronjong penguat dinding intake, perlindungan bangunan IPA dan alat produksi, optimalisasi alat produksi dan penurunan kebocoran air, kampanye dan sosialisasi penggunaan airbersih (PDAM), dan kampanye kerentanan sumber daya air. Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi berikut: PDAM harus melakukan monitoring terhadap kuantitas,kualitas, kontinyuitas terhadap aset alami, meningkatkan kapasitas produksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat termasuk upaya intensif untuk mencari lokasi baru pengambilan air baku, meningkatkan kualitas sistem pengolahan air bersih agar menghasilkan kualitas air sesuai standar, menjaga daerah tangkapan hujan dengan konservasi kawasan lindung/revegetasi/kawasan tangkapan air, kemudian pengaturan dan peruntukan tata ruang daerah tangkapan air tersebut, mengadakan penyuluhan pemanfaatan SDA dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kebutuhan air (efisiensi), dan adanya dukungan pemerintah Kabupaten Lebak dengan pembuatan perencanaan konservasi dalam Rencana Program Investasi Jangka Panjang dan peraturan dan penggunaan air bersih.

Dalam kaitan implementasi aksi-aksi adaptasi mendesak dan jangka pendek, adalah penting untuk mengintegrasikan hasil-hasil kajian kerentanan dan rencana adaptasi ini ke dalam mekanisme perencanaan pengembangan PDAM dan rencana pembangunan pemerintah Kabupaten Lebak.

(8)

1 PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN DAN STRUKTUR LAPORAN

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Indonesia menghadapi berbagai jenis risiko saat PDAM menyediakan air bersih kepada pelanggannya.Risiko-risiko ini meliputi berbagaiakibat perubahan tata guna lahan, urbanisasi yang cepat dan tidak terencana, kompetisi untuk memperoleh sumber daya air yang terbatas, bencana alam, dan banyak lagi yang lainnya.Yang penting diperhatikan bahwa banyak risiko-risiko ini akandiperparah dengan dampak negatif perubahan iklim yang mengubahpola, durasi, dan intensitas hujan di seluruh kepulauan Indonesia.

Perubahan pola hujan tersebut akan berpotensi menimbulkan permasalahan yang serius, maka penting bagi PDAM, pemerintah kabupaten selaku pemilik, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengkaji sejauh mana perubahan iklim akan memberikan dampak pada penyediaan air bersih, termasuk dalam memilih dan menentukan jenis kegiatan adaptasi yang sesuai ke dalam mekanisme perencanaan daerah untuk mengurangi risiko-risiko di masa depan. Kajian Kerentanan dan Rencana Adaptasi Penyediaan Air Minum PDAM Kabupaten Lebak menguraikan langkah-langkah penting untuk tujuan tersebut. Tujuan khusus dokumen ini untuk:

1. Merangkum risiko-risiko yang dihadapi aset alami PDAM (misalnya: sumber air dan daerah tangkapan air di sekitarnya) dan aset fisik (seperti: instalasi penyediaan air bersih dan tendon air) saat ini (Bab 2);

2. Melihat sejauh mana risiko-risiko ini dapat meningkat terkait dengan perubahan iklim pada “pertengahan abad (midcentury)” (Bab 2);

3. Mengajukan bauran aksi-aksi adaptasi praktis yang dapat diambil PDAM untuk mengurangi risiko baik dalam kondisi iklim saat ini maupun kondisi perubahan iklim (Bab 3); dan

4. Merumuskan langkah-langkah untuk implementasi aksi-aksi adaptasi dan mengintegrasikannya ke dalam mekanisme dan dokumen perencanaan (Bab 4).

Kajian Kerentanan dan Rencana Adaptasi (KKRA) Penyediaan Air Minum ini disusun dalam waktu 18 bulan dengan dukungan USAID melalui Indonesia Projek Urban Water, Sanitation, and

Hygiene(IUWASH). Langkah-langkah penting mencakup penyusunan Kajian Kerentanan Penyediaan

Air Bersih melalui kerja sama dengan PT Primadona Permai, serangkaian lokakarya dan diskusi dengan PDAM Kabupaten Lebak dan pemangku kepentingan lainnya, serta paparan/audiensi dengan Bupati Serang. Hasil-hasil dari langkah-langkah ini merupakan bahasan dalam dokumen ini termasuk dalam lampiran-lampirannya.

Penting untuk diperhatikan sejak awal bahwa dengan selesainya dokumen laporan ini tidak berarti bahwa proses identifikasi kerentanan terhadap perubahan iklim dan aksi-aksi adaptasi terkaitnya sudah selesai. Dengan keterbatasan waktu dan sumber daya lainnya, laporan ini (dan masukan-masukan terkait) menyajikan pandangan umum kerentanan atas perubahan iklim dan potensi aksi-aksi adaptasi. Dengan kata lain, dokumen ini merupakan langkah awal untuk peningkatan daya tahan sistem penyediaan air minum di Kabupaten Lebak. Pada akhirnya, daya tahan hanya dapat dicapai melalui proses iteratif/berulang dari kegiatan kajian, perencanaan, aksi, dan pemantauan yang memadai atas dampak untuk memahami dengan lebih baik apa yang bermanfaat dan mana yang tidak.

(9)

1.2 KERANGKA KAJIAN KERENTANAN DAN PERENCANAAN

ADAPTASI PENYEDIAAN AIR MINUM

Metodologi yang mendasari penyusunan Kajian Kerentanan dan Rencana Adaptasi Penyediaan Air Minum PDAM Kabupaten Lebak adalah dokumen IUWASH yang berjudul Laporan Pendahuluan: Kajian Kerentanan Perubahan Iklim dan Perencanaan Adaptasi Penyediaan Air Bersih atau “Climate Change Vulnerability Assessment and Adaptation Planning for Water Supply: Inception

Report” (dapat diunduh melalui http://iuwash.or.id/category/download-publication/technical-report/).

Berdasarkanpraktek-praktek terbaik (best practices) yang berkembang dalam adaptasi perubahan iklim bidang penyediaan air bersih, dokumen ini menyajikan kerangka kajian kerentanan dan perencanaan adaptasi dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Perubahan iklim bukan merupakan masalah dan bidang terpisah atau tersendiri, tetapi merupakan sumber risiko yang lekat terkait dengan bagaimana penyedia layanan (PDAM) dan pelanggannya menggunakan dan mengelola sumber daya air dan lahan. Oleh karenanya, sangat baik dilakukan secara terpadu, mengacu dan berkontribusi pada mekanisme dan upaya perencanaan yang lebih menyeluruh pada penyedia layanan (PDAM) dan pemerintah daerah; b. Model-model perubahan iklim “top-down” sering kali memerlukan biaya yang tinggi dan data

yang banyak. Oleh karenanya, pendekatan “bawah-atas”(bottom-up) yang berfokus pada apa yang diketahui tentang lingkungan saat ini dan sejauh mana penyediaan air bersih terkait dengan perubahan iklim dipandang cocok bagi bidang penyediaan air minum di Indonesia;

c. Untuk mengarah pada kajian kerentanan dan proses perencanaan adaptasi, kerangka KKPA Penyediaan Air Minum IUWASH membedakan aset ke dalam aset alami (dalam bentuk sumber daya air seperti sungai, mata air, dan sumur dalam) dan aset terbangun (seperti bangunan sadap/intake, jaringan pipa transmisi, IPAM, dan tandon air). Kerangka ini juga melihat sejauh mana sistem penyediaan air bersih/minum (SPAM) bisa memenuhi kebutuhan pelanggannya baik pada kondisi saat ini, tanpa perubahan iklim, dan dalam kondisi perubahan iklim. Pemahaman tentang keseimbangan pasokan dan kebutuhan air (supply and demand) penting dikembangkan untuk menjamin ketersediaan air di masa yang akan datang;

d. Kajian kerentanan dan proses perencanaan adaptasi merupakan upaya pembelajaran, kolaborasi, dan peningkatan kapasitas. Jadi, bukan hanya “membuat dokumen rencana”, tetapi merupakan pemikiran dan pembelajaran secara kolaboratif antara PDAM, pemerintah kabupaten, dan pemangku kepentingan lainnya untuk merencanakan lebih baik dalam menghadapi masa depan yang berubah secara signifikan; dan

e. Kajian kerentanan dan proses perencanaan adaptasi dilakukan secara berulang/iteratif. Dengan melihat bahwa pengetahuan dan penilitian tentang perubahan iklim terus berkembang, PDAM harus melihat kajian kerentanan dan proses adaptasinya terkait dengan rencana lima tahunannya (business/corporate plan), untuk memastikan bahwa perencanaannya mempertimbangkan pedoman/temuan ilmiah dan kondisi lokal terkini.

Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, Tabel 1 di bawah merangkum empat fase dan langkah-langkahnya yang merupakan kerangka yang digunakan dalam KKPA Kabupaten Lebak.

(10)

Tabel 1: Kerangka Kajian Kerentanan dan Perencanaan Adaptasi IUWASH

Fase Langkah Alat/Metodologi 1. Evaluasi situasi

saat ini:

Skenario Dasar (Baseline

Scenario)

a. Pelibatan Pemangku Kepentingan: Menggali tujuan dan pandangan PDAM dan pemerintah daerah; b. Pengumpulan dan Analisis Data: Uraian tentang

sistem, jenis sumber daya air (baku), data historis hidro-meteorologi, data pelanggan, dan proyeksi pasokan/kebutuhan (supply/demand);

c. Kajian Kerentanan Skenario Dasar: identifikasi bahaya yang ada dan evaluasi risiko-risikonya.

 Rapat pendahuluan dengan pemangku kepentingan

 Wawancara dengan nara sumber utama

 Analisis Geospasial

 Matriks Risiko Aset PDAM 2. Kajian Kerentanan Perubahan Iklim: Skenario Perubahan Iklim (Climate Change-driven Scenario)

a. Analisis dan sintesis data perubahan iklim setempat melalui hasil penelitan, wawancara, dan model-model yang ada;

b. Pengembangan skenario perubahan iklim: menggunakan informasi kuantitatif dan kualitatif untuk melihat dampak di masa mendatang;

c. Kajian kerentanan dengan skenario perubahan iklim: mempertimbangkan sejauh mana bahaya-bahaya dapat berubah, sehingga potensi risiko yang dihadapi PDAM pun berubah.

 Analisis Geospasial

 General Circulation Models (GCM)

 Matriks Risiko Aset PDAM  Lokakarya pemangku kepentingan 3. Perencanaan Adaptasi:Bauran prioritas aksi-aksi adaptasi

a. Menyusun daftar panjang (long list) opsi-opsi adaptasi untuk aset alami dan aset terbangun;

b. Menyusun daftar pendek (short-list) opsi-opsi adaptasi;

c. Prioritas bauran aksi-aksi adaptasi

 Analisis Multi-kriteria  Analisis biaya-manfaat (cost-benefit)  Lokakarya pengambil kebijakan 4. Implementasi, Integrasi, dan pembelajaran

a. Implementasi yang seimbang di antara aksi-aksi adaptasi

b. Integrasi aksi adaptasi prioritas ke dalam mekanisme dan dokumen perencanaan PDAM dan SKPD terkait;

c. Implementasi aksi adaptasi, termasuk

pemantauannya, secara berulang (iterative) untuk membangun pengetahuan dan pengalaman (pembelajaran).  Business/Corporate Plan PDAM  Studi kelayakan  Sistem M&E (monitoring & evaluasi)

Dalam Fase 1 dan 2, aspek penting dalam kajian kerentanan dan proses perencanaan adaptasi (KKPA) adalah identifikasi jenis-jenis bahaya yang dihadapi aset alami dan aset terbangun PDAM. Untuk melihat hal ini, bahaya-bahaya ini digolongkan ke dalam empat kategori:

Kekeringan (Kelangkaan Air): Sebagian besar penyedia air bersih menghadapi berbagai

tingkat risiko terkait dengan kelangkaan air baku, baik itu karena periode musim hujan dan banyaknya hari hujan yang singkat atau menurunnya imbuhan (recharge) karena perubahan tata guna lahan di daerah tangkapan air. Perubahan iklim diperkirakan dapat memperberat risiko dari bahaya ini, terutama karena musim kemarau diperkirakan akan lebih panjang dan lebih kering di masa mendatang. Di sisi lain, musim hujan yang lebih pendek dengan intensitas tinggi akan menyebabkan kesempatan air permukaan/air hujan untuk meresap ke dalam tanah sebagai imbuhan menjadi semakin kecil.

Kekeringan (musim kemarau panjang) memang tidak akan menimbulkan kerusakan fisik pada aset fisik/terbangun secara langsung. Walaupun instalasi tidak dapat beroperasi dengan penuh karena berkurangnya pasokan air baku, instalasi tidak akan rusak dan dapat kembali beroperasi penuh

(11)

ketika pasok air baku normal kembali. Namun demikian, jaringan pipa transmisi dapat mengalami kerusakan pada saat kekeringan yang berkepanjangan yang disebabkan oleh penduduk sekitar jaringan pipa yang berusaha memperoleh air dengan menyambung ke pipa PDAM.

Banjir: Meningkatnya intensitas dan durasi hujan dengan adanya perubahan iklim diperkirakan

dapat menyebabkan makin seringnya kejadian banjir dan juga akan diperparah oleh menurunnya daya simpan lahan terhadap air hujan akan semakin mengakibatkan banjir besar dan meluas. Kejadian ini menimbulkan risiko bagi aset fisik PDAM, khususnya pada bangunan sadap/intake, IPAM, dan tandon air, karena sering kali lokasinya berdekatan sungai atau sumber air lainnya. Banjir juga mempengaruhi kualitas air pada aset alami (sumber air baku), dengan meningkatnya kekeruhan, sehingga pengolahan air baku menjadi lebih sulit dan biaya yang diperlukannya meningkat.

Longsor: Juga terkait dengan peningkatan intensitas dan durasi/lamanya hujan akan semakin

meningkatkan potensi bahaya longsor pada infrastruktur, terutama di mata air dan bangunan sadap air permukaan serta jaringan pipa, mengingat lokasi infratsruktur tersebut yang umumnya terletak di lokasi yang curam. Namun demikian, ancaman longsor relatif rendah terhadap kualitas dan kuantitas aset alami, terkecuali pada kejadian ekstrim, misalnya longsor yang bisa mengubah arah aliran sungai.

Kenaikan Muka Air Laut: Bahaya lainnya yang biasanya terkait dengan perubahan iklim adalah

kenaikan muka air laut dan kenaikan temperatur air laut. Kenaikan muka air laut umumnya menimbulkan risiko besar bagi aset alami PDAM dengan adanya intrusi air payau yang umum terjadi di daerah-daerah pesisir Indonesia. Pemompaan air tanah yang tidak terkendali akan makin memperparah masalah intrusi air laut tersebut. Kenaikan muka air laut memperberat masalah dan dapat menjadi ancaman bagi aset terbangun yang berlokasi di pesisir, yaitu dengan adanya penggenangan air laut yang dapat mengakibatkan aset terbangun menjadi rentan korosi dan abrasi yang dapat mengakibatkan rusaknya jaringan pipa di daerah pesisir pantai. Kondisi terebut dapat berakibat juga pada kemungkinan rusaknya jaringan pipa akibat abrasi, banjir rob, ancaman terhadap kualitas airtanah, aset terbangun akibat tergenang (korosi).

Implementasi kerangka ini dilengkapi dengan alat dan metodologi (lihat kolom paling kanan pada Tabel 1), termasuk Matriks Risiko Aset PDAM, analisis geospasial, general circulation models, dan analisis multi-kriteria. Masing-masing alat ini memiliki kegunaan penting dalam kajian kerentanan dan proses perencanaan adaptasi penyediaan air bersih Kabupaten Lebak, dimana hasil-hasilnya ditampilkan dalam bab-bab selanjutnya.

(12)

2 KAJIAN KERENTANAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Bab 2 Dokumen KKPA Kabupaten Lebak menyajikan kondisi saat ini mengenai penyediaan air bersih perpipaan di Kabupaten Lebak (Sub-bab 2.1) dan identifikasi kerentanan spesifik dari sistem tersebut baik dalam kondisi iklim saat ini (Sub-bab 2.2) maupun dalam skenario perubahan iklim tengah abad (mid-century) 2040-2050 (Sub-bab 2.3).

2.1 PENYEDIAAN AIR MINUM

Sub-bab ini berisi penjelasan mengenai kondisi penyediaan air minum Kabupaten Lebak, termasuk gambaran umum tentang PDAM, aset alami yang diandalkan PDAM untuk air bakunya, dan aset terbangun berupa semua fasilitas dan peralatan pengolahan, penyimpanan dan jaringan distribusi kepada pelanggannya. Bahasan sub-bab ini mengacu pada “Kajian Kerentanan Penyediaan Air Minum Kabupaten Lebak” yang disusun PT Ganeca Environmental Services dengan dukungan IUWASH dan juga mengakomodasi hasil-hasil konsultasi pemangku kepentingan serta sumber-sumber data sekunder.

2.1.1 Gambaran Umum PDAM Kabupaten Lebak

Kabupaten Lebak memiliki luas 304.472 hektar dengan letak geografis berada pada 105o25’ – 106o30’BT dan 6o18’ –

7o00’LS (Gambar 1). Secara

administratif Kabupaten Lebak

berbatasan dengan Kabupaten Serang di sebelah utara, Kabupaten Pandeglang di sebelah barat, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Sukabumi di sebelah timur, serta Samudra Hindia di sebelah selatan. Berdasarkan data BPS tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Lebak adalah 1.247.906 jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,67%. Lapangan pekerjaan utama pada Kabupaten Lebak adalah Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan.

PDAM Tirta Multatuli, sebagai penyedia air bersih perpipaan Kabupaten Lebak, memanfaatkan sumber air baku yang berasal dari 5 sungai utama yaitu Sungai Ciujung, Sungai Ciberang, Sungai Cisimeut, Sungai Cilangkahan, dan Sungai Cidikit dengan jumlah instalasi intake sebanyak 7 unit dengan total kapasitas yang terpasang adalah sebesar 360 Liter/detik. PDAM ini memiliki karakter yang berbeda dari daerah lainnya, yaitu memiliki cabang pelayanan yang tersebar di beberapa daerah yang diantaranya adalah: PDAM Rangkasbitung, PDAM Cabang Malingping, PDAM Cabang Sajira, PDAM Cabang Cipanas, dan PDAM Cabang Bayah, ditambah dengan SPAM IKK Kalanganyar dan SPAM IKK Leuwidamar. Distribusi transmisi PDAM Kabupaten Lebak terkonsentrasi melayani area distribusi di wilayah PDAM Rangkasbitung yang tergabung dengan IKK Cibadak dan IKK Warunggunung, IKK Kalanganyar, SPAM IKK Leuwidamar-Cimarga, PDAM cabang Malingping, IKK

(13)

Bayah, PDAM Cipanas, PDAM Sajira, SPAM Maja. Dalam perkembangannya, IKK Cilograng direncanakan akan dimanfaatkan oleh PDAM.

Pada praktiknya, sistem distribusi transmisi PDAM ini mengalami tingkat kebocoran air atau

nonrevenue water (NRW) yang masih sangat tinggi. Berdasarkan laporan Hasil Evaluasi Kinerja

(UN-Audit) Tahun 2014, menyebutkan bahwa NRW produksi sebesar 913.590 m3 atau 13,01%, sedangkan

NRW distribusi sebesar 2.437.488 m3 atau 39,91%. Total NRW PDAM Kabupaten Lebak adalah

sebanyak 3.351.140 m3 atau 47,73% yang berarti masih jauh melebihi standar yang ditetapkan dalam

Keputusan Menteri Dalam Negeri No.47 Tahun 1999 sebesar 20%.

Hingga saat ini pelayanan air bersih di Kabupaten Lebak baru mencapai 10,11% atau 126.348 dari 1.249.541 jiwa total penduduk Kabupaten Lebak. PDAM Kabupaten Lebak memiliki sekitar 17.000 pelanggan aktif yang berkonsentrasi pada wilayah perkotaan Rangkasbitung. Rendahnya jumlah pelanggan diperburuk dengan kondisi banyaknya sambungan non aktif akibat pasokan air yang belum merata sehingga sisa tekan air yang tidak maksimal tidak dapat menjangkau daerah dataran tinggi.

Tabel1: Profil PDAM Tirta Multatuli Kabupaten Lebak tahun 2010

Kondisi Eksisting

1 Jumlah penduduk wilayah administratif 1.308.152 2 Jumlah penduduk (perkotaan/wilayah pelayanan) 276494

3 Jumlah penduduk terlayani 100594

4 Cakupan pelayanan 36,38%

5 Kapasitas terpasang 260 Liter/detik

6 Kapasitas produksi 226 Liter/detik

7 Kapasitas belum termanfaatkan 34 Liter/detik

8 Tingkat kehilangan air 37.00%

9 Jumlah SR 16094 Unit

10 Tarif Air Rata-rata Rp 2080,-

11 Biaya produksi (per m3) Rp 3.484,-

12 Kondisi PDAM Kurang Sehat

2.1.2 Aset-aset Alami PDAM

Aset alami PDAMadalah mencakup semua sumber air baku, yaitu air permukaan seperti sungai, danau, akuifer, dan sistem air tanah yang menjadi sumber mata air dan sumur bor. Secara garis besar, semua daerah tangkapan air tempat semua sumber daya air berada dapat juga dilihat sebagai aset alami PDAM, mengingat bahwa kondisi daerah tangkapan air sangat mempengaruhi kondisi sumber air-sumber air tersebut.

Sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Kabupaten Lebak saat ini seluruhnya berasal dari air permukaan yaitu:

Sungai Ciujung: Sungai initerpasang dua

Gambar 2: Sungai Ciujung menjadi salah satu sumber air baku PDAM Kabupaten Lebak dan terdapat Intake Pabuaran di pinggir sungai.

(14)

(bagian hulu) dan intake Pabuaran (bagian hilir). Lebar rata-rata 10 m dengan kedalaman rata-rata 1,6 m, yang semakin ke hilir semakin lebar dan dalam (Gambar 2). Berdasarkan hasil pengukuran pada bulan Maret 2015, sungai ini memiliki debit aliran sebesar 18.990 Liter/detik di bagian hulu dan 145.724 Liter/detik pada bagian hilir. Air sungai terlihat keruh apalagi saat musim hujan.

Sungai Ciberang: Sungai ini merupakan salah satu sungai besar yang dimanfaatkan oleh PDAM

Kabupaten Lebak dengan dipasangnya intake Sajira dan intake Cipanas (bagian hulu). Lebar sungai sekitar 42 m dan kedalaman rata-rata 0,38 m. Dari hasil pengukuran Maret 2015, sungai memiliki debit sebesar 14.762 Liter/detik dan secara fisik airnya memiliki pH 7,5 dan TDS 54,8 mg/L. Tepi sungai sudah banyak mengalami erosi karena pengikisan oleh arus air terutama saat musim penghujan sehingga air sungai pun cenderung keruh.

Sungai Cisimeut: Pada sungai ini sudah dipasang intake PDAM yaitu intake Leuwidamar. Lebar

sungai ini sekitar 57 m dengan kedalaman rata-rata 3 m. Sungai ini memiliki debit sekitar 32.554 Liter/detik dan airnya memiliki pH 7,85, TDS 40,5 mg/L,dan terlihat keruh. Sungai ini terlihat telah mengalami pendangkalan karena banyak ditemukan batu-batu di tengah aliran sungai.

Sungai Cilangkahan: Pada sungai ini telah dipasang intake Malingping yang terletak dekat

bendungan Cilangkahan. Sungai ini memiliki lebar sekitar 23,7 m dan kedalaman rata-rata 1,6 m dengan debit aliran sekitar 5.523 Liter/detik, dengan airnya memiliki pH 6,5 dan nilai TDS 23,2mg/L. Intake ini terlihat kotor dan tidak terawat dan di tepi sungai telah mengalami pengikisan.

Sungai Cidikit: Sungai inidimanfaatkan

PDAM dengandipasangnya intake Bayah. Sungai ini memiliki lebar sekitar 25,6 m dan kedalaman rata-rata 1,5 m dengan debit aliran sebesar 65.670 Liter/detik. Air sungai cenderung keruh dan secara fisik memiliki pH 6,71dan nilai TDS 91,4 mg/L. Sisi-sisi sungai ini rentan akan terkena longsor. Tepian sungai pun telah banyak tergerus air yang disebabkan banjir setiap musim hujan.

Sungai Cihinis: Sungai ini telah

dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Ciladaheun dengan membangun pipa-pipa saluran air secara swadaya. PDAM Lebak berencana membangun intake di sisi sungai ini. Sungai ini memiliki lebar 4 m dan kedalaman rata-rata 0,5 m dengan debit aliran sebesar 455 Liter/detik. Secara fisik air sungai memiliki pH 7,72, TDS 86,5 mg/L dan terlihat jernih.

Daerah tangkapan di sekitar sumber air. Kabupaten Lebak berada pada sebuah DAS utama, yaitu DAS Ciujung dan 7 DAS yang tidak begitu besar diantaranya yaitu DAS Cisawarna, DAS Cimadur, DAS Cisiih, DAS Cihara, DAS Cipager, DAS Cilangkahan, dan DAS Cibarengkok. Dari DAS tersebut, hanya 3 DAS yang terkait dengan keberadaan intake PDAM, yaitu DAS Ciujung di bagian utara dan DAS Cimadur serta DAS Cilangkahan di bagian selatan.

Adapun penggunaan lahan di Kabupaten Lebak meliputi lahan sawah 430,97 km2 (14,15%),

darat/kering 603,30 km2 (19,81%), perkebunan 665,48 km2 (21,86%), hutan negara 838,67 km2

(27,54%), hutan rakyat 252,40 km2 (8,28%), permukiman 404,18 km2 (13,27%) dan lahan industri 2,64

km2 (0,08%). Prosentase tutupan lahan jenis hutan dan perkebunan hampir mendominasi DAS

Ciujung (sekitar 732,4 km2 atau hampir 60% dari luas DAS sebesar 1253 km2). Lahan yang sudah

terbuka di DAS Cimadur sebesar 61% (200.300.000 m2) dan 39% (126.000.000 m2) lainnya adalah

hutan. Sementara untuk DAS Cilangkahan mempunyai perbandingan lahan perkebunan (49% atau

68.480.000 m2) dan lahan terbuka (51% atau 71.120.000 m2) yang hampir seimbang. Penggunaan lahan

perlu menjadi perhatian dalam kaitannya dengan daerah tangkapan air karena setiap jenis penggunaan Gambar 3: Sungai Cilangkahan menjadi Intake

(15)

lahan akan memberikan kondisi berbeda sebagai daerah tangkapan air. Hal ini juga berarti perubahan penggunaan lahan akan memberikan dampak terhadap kemampuan daerah menjadi daerah tangkapan air dan secara bersamaan berpengaruh terhadap air larian.

2.1.3 Aset-aset Fisik/Terbangun PDAM

Aset-aset fisik atau terbangun PDAM mencakup bangunan sadap (intake), jaringan pipa transmisi, bak penampung/reservoir, dan jaringan pipa distribusi. Aset-aset terbangun ini berfungsi untuk memperoleh air baku dari aset-aset alami, kemudian mengolahnya dan menyalurkannya ke pelanggan PDAM.

PDAM Kabupaten Lebak memiliki 7 unit intake yang telah terpasang (existing) dengan kapasitas terbesar terdapat pada intake Pabuaran yaitu 220 Liter/detik (Gambar 6). Dari hasil observasi terhadap fasilitas PDAM, diketahuibahwabeberapa kondisi yang perlu mendapatkan perhatian, terutama yang berkaitan dengan ancaman bencana banjir, seperti yang terjadi di intake Kalanganyar, yaitu banjir mengakibatkan instalasi terendam setinggi 2 meter berlangsung selama 24 jam dan mengakibatkan peralatan pompa harus dievakuasi. Dibeberapa lokasi IPA, unit filter yang menggunakan plat settler disinyalir tidak lagi berfungsi dengan baik, seperti yang terjadi pada unit IPA Pabuaran (Gambar 7), IPA Leuwidamar, dan IPA Malingping,

yang dikarenakan perawatan yang kurang baik. Sementara itu, kondisi pengolahan air di PDAM cabang Bayah cukup baik hal ini didukung oleh plate setter yang bersih dengan hasil output yang juga bersih.

PDAM Lebak memiliki jaringan transmisi sepanjang 22.355 m dan sebagian besarnya telah berumur teknis 20 tahun dan sepanjang 620 m di antaranya rawan bocor. Selain itu, jaringan distribusi sepanjang 46.839 m dari total panjang 253.854 m rawan bocor.

Gambar 7: Kapasitas yang terpasang pada instalasi intake.

Gambar 5: Kantor PDAM Pusat Kabupaten Lebak. Sumber:

http://www.perpamsibanten.org/pdamlebak.htm

Gambar 4: Intake Kalanganyar yang berada di pinggir Sungai Ciujung dan dikelilingi vegetasi pepohonan dan semak belukar.

(16)

Tabel 2: Aset-aset Terbangun PDAM Kabupaten Lebak

No Kategori Aset Lokasi

1 Tanah Kantor dan lokasi intake

2 Intake Sungai

Kecamatan Rangkasbitung, Kecamatan Kalanganyar, Kecamatan Sajira, Kecamatan Leuwidamar, Kecamatan Cipanas, Kecamatan Malingping, dan Kecamatan Bayah

3 Pompa&rumah pompa Di seluruh daerah pelayanan PDAM

4 IPA

Cabang Rangkasbitung (Kp & Desa Pabuaran), Cabang Malingping (Kp. Curuglame, Desa Kadujajar), Cabang Sajira (Kp. Genteng, Desa Pajagan), Cabang Cipanas (Kp. Pahingeun, Desa Banjar Irigasi), Cabang Bayah (Kp. Bungkeureuk, Desa Bayah Timur), dan Unit Pelayanan Kalanganyar (Kp. Ojan, Desa Cilangkap)

5 Transmisi dan distribusi Di seluruh daerah pelayanan PDAM

6 Sambungan Rumah Di seluruh daerah pelayanan PDAM

7 Aset-aset umum n.a

2.1.4 Sistem Pemantauan Aset

Salah satu aspek penting dalam penyediaan air bersih adalah pemantuan berkala atas aset-aset alami dan aset terbangun PDAM. Untuk aset-aset alami, sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi sumber air baku dan karakteristik hidrologis wilayah daerah tangkapan sekitarnya. Untuk itu, PDAM perlu memiliki akses terhadap data-data hidrogeologis seperti data presipitasi (hujan), muka air tanah, debit mata air, debit air permukaan, dan data tentang pengguna air lainnya yang dapat mempengaruhi ketersediaan air (baku) bagi PDAM. Idealnya, data hidro-meteorologis (hidro-met) untuk lokasi-lokasi utama yang berkaitan dengan PDAM dicatat harian, sehingga akan membantu PDAM untuk memahami bagaimana daerah tangkapan air merespon kejadian/perubahan cuaca. Tabel 3 berikut merangkum data pemantauan aset alami utama, termasuk stasiun dan sistem yang ada di lapangan untuk mendapatkan data-data tersebut.

Tabel 3: Sistem Pemantauan Aset Alami

No Topik Asal Data Periode Data

1 Curah Hujan

Stasiun Meteorologi Pertanian Bojongleles Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak

data curah hujan harian selama 22 tahun (periode tahun 1993-2014) 2 Temperatur

data temperatur untuk periode tahun 2008 hingga tahun 2014.

3 Inventarisasi Sungai

Pusat Sumber Daya Air Kabupaten Lebak

data tahun 2010

4 Debit Sungai data harian untuk periode

tahun 2010-2014 5 Tinggi Muka Air Sungai

(17)

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, data hidrologi dan meteorologi yang ada di Kabupaten Lebak masih harus ditingkatkan terutama untuk pemantauan kualitas air permukaan secara berkala. Selain itu perlu peningkatan resolusi pemantauan yang lebih tinggi, misalkan dengan penambahan stasiun pemantauan dan memperpendek jangka waktu pemantauan menjadi setengah harian. Hal ini dapat membantu dalam mengembangkan model prediktif yang akurat tentang bagaimana debit air permukaan dan tingkat imbuhan dapat berubah di masa mendatang berdasarkan perubahan tata guna lahan dan juga berguna untuk peringatan dini untuk bencana banjir dan longsor.

Demikian pula halnya dengan aset-aset terbangun; penting untuk mengetahui kondisi aset-aset tersebut, sisa umur teknisnya, dan perkiraan biaya penggantiannya. Tidak adanya data-data ini dapat menjadi masalah dalam pengelolaannya dan PDAM akan kesulitan untuk merencanakan pembiayaan penggantian/peremajaan aset-aset tersebut.

Mengenai sistem pencatatan aset-aset terbangun, PDAM Kabupaten Lebak perlu lebih mengoptimalkan penggunaan sistem informasi geografis (SIG) untuk menggambarkan dan mencatat lokasi aset-asetnya termasuk karakteristik-karakteristik utama aset-aset tersebut (seperti data pemeliharaan, kerusakan, tahun dibangun, dan data lainnya). Terkait SIG, IUWASH telah memberikan pelatihan dan pendampingan terhadap PDAM untuk menyusun basis data spasial di PDAM Kabupaten Lebak.

2.2 KAJIAN KERENTANAN PENYEDIAAN AIR MINUM: SKENARIO

DASAR (BASELINE SCENARIO)

Dengan menggunakan data bahaya historis dan saat ini yang diperoleh selama pengumpulan data, tahapan akhir dalam kerangka KKRA adalah pengembangan kajian kerentanan untuk skenario dasar yang memperkirakan tingkat risiko atas aset-aset alami dan terbangun PDAM pada iklim saat ini.Aset-aset PDAM menghadapi ancaman dari bahaya yang ada saat ini, termasuk banjir, kekeringan, longsor, dan kenaikan muka air laut.Bahaya-bahaya ini merupakan rujukan penting untuk memahami bagaimana perubahan pada iklim dapat mengubah tingkat bahaya-bahaya tersebut di tahun-tahun mendatang. Rujukan penting dalam pengembangan skenario dasar meliputi: (1) Kajian Kerentanan Penyediaan Air Minum Kabupaten Labak (juga disebut Kajian Dasar), (2) analisis Matriks Risiko Aset (MRA) yang dikembangkan bersama oleh para pihak dalam lokakarya di bulan Maret 2015, dan (3) diskusi-diskusi dengan PDAM dan SKPD terkait. Dalam menyusun MRA, selama dua hari peserta lokakarya mengkaji kerentanan 3 subsistem PDAM, yaitu: Bayah, Kalanganyar, dan Pabuaran.

2.2.1 Skenario Dasar: Aset Alami

Berdasarkan kajian kerentanan penyediaan air minum Kabupaten Lebak, terdapat beberapa risiko yang dapat berdampak pada sumberdaya air baku yaitu kekeringan (kelangkaan air), banjir, longsor dan intrusi air laut.

Kekeringan/Kelangkaan Air. Secara

keseluruhan, daerah Kabupaten Lebak memiliki nilai risiko bencana kekeringan rendah hingga sedang sehingga sumber air baku yang dimanfaatkan PDAM seperti Sungai Ciujung memiliki nilai risiko kekeringan yang rendah. Hal ini terjadi karena secara klimatologi Kabupaten Lebak jarang mengalami kekeringan. Namun, jika terjadi musim kemarau yang berkepanjangan,

Gambar 8: Jejak longsor di tepi Sungai Cidikit yang berpotensi mengganggu suplai air ke dalam Intake Bayah.

(18)

bahaya kekeringan dapat mengancam aset alami PDAM, seperti menurunnya pasokan air ke intake sehingga mengurangi produksi.

Banjir. Secara umum, sumber air baku PDAM memiliki nilai risiko yang sedang terkena bencana

banjir. Pada musim hujan, beberapa daerah aliran sungai Ciujung seperti Kecamatan Kalanganyar Cibadak, dan Rangkasbitung sering terjadi luapan air sungai yang menyebabkan banjir di sepanjang bantaran sungai.

Longsor. Terdapat 2 zona wilayah rawan bencana longsor di Kabupaten Lebak yaitu zona

pergerakan tanah tinggi dan zona gerakan tanah menengah dimana kedua zona tersebut berada di lokasi perbukitan atau pegunungan curam dengan curah hujan yang cukup tinggi. Namun, bahaya gerakan tanahtersebut memiliki risiko rendah pada sumber air baku di Sungai Ciujung dan Sungai Cidikit.

Kenaikan Muka Air Laut. Letak aset alami maupun aset fisik PDAM Lebak yang jauh dari

pesisir, menjadikan aset-aset ini tidak memiliki potensi terjadinya intrusi air laut sehingga bahasan mengenai potensi intrusi air laut Kabupaten Lebak tidak akan dibahas lebih lanjut dalam laporan ini.

2.2.2 Skenario Dasar: Aset Fisik

Risiko terhadap aset terbangun PDAM adalah kerusakan atau bahaya yang terjadi pada infrastruktur PDAM. Kerentanan yang teridentifikasi berdasarkan konteks saat ini atas aset terbangun PDAM diantaranya:

Kekeringan/Kelangkaan air: Musim kemarau

yang berkepanjangan dapat mempengaruhi pasokan air baku untuk PDAM. Namun bagaimanapun, kondisi kekeringan ini tidak

sampai memberikan ancaman terhadap

aset/infrastruktur PDAM.

Banjir: Secara umum bencana banjir memiliki

risiko yang sedang hingga tinggi terhadap aset terbangun PDAM Kabupaten Lebak. Intake Kalanganyar dan Pabuaran rawan terkena banjir dimana hampir tiap tahun terendam banjir. IPA yang umumnya berada tidak jauh dari intake juga rentan akan banjir dari luapan sungai, sebagai contoh IPA Kalanganyar yang pernah terendam air setinggi 2 m sehingga PDAM tidak dapat beroperasi selama 2-3 hari (Gambar 9).

Longsor: Secara umum, aset terbangun

khususnya intake PDAM memiliki nilai risiko rendah hingga sedang terhadap bencana longsor. Untuk aset terbangun seperti intake Pabuaran memiliki risiko sedang akan bencana longsor. Namun di beberapa daerah yang rawan bencana longsor, seperti daerah Cipanas,berpotensi

longsorsehingga mengancam infrastruktur.

PDAM cabang Cipanas, pernah mengalami terputusnya sambungan jaringan pipa akibat gerakan tanah di pinggir Sungai Ciberang (Gambar 10).

Gambar 9: Banjir dari luapan Sungai Ciujung menyebabkan IPA Kalanganyar terendam air sampai ketinggian 2 m.

Gambar 10: Terputusnya sambungan pipa PDAM di pinggir Sungai Ciberang (Cipanas) karena rentannya daerah ini terhadap bencana longsor.

(19)

Tabel 4: Skor Risiko pada Skenario Dasar (Baseline) terhadap Aset Alami dan Terbangun (Fisik)

Jenis Nama KEKERINGAN BANJIR LONGSOR KENAIKAN MUKA AIR LAUT Risiko rata-2

Aset Aset Nilai Risiko Nilai Risiko Nilai Risiko Nilai Risiko tiap aset

Sungai Ciujung (hulu) 1.80 2.40 1.80 na 2.00

Sungai Ciujung (hilir) 2.40 3.20 2.40 na 2.67

Sungai Cidikit 1.20 2.40 1.80 na 1.80

Risiko rata-2 berdasarkan jenis bahaya: 1.80 2.67 2.00 na 2.16

ASET ALAMI SK ENA R IO DA SA R

Jenis Nama KEKERINGAN BANJIR LONGSOR KENAIKAN MUKA AIR LAUT Risiko rata-2

Aset Aset Nilai Risiko Nilai Risiko Nilai Risiko Nilai Risiko tiap aset

Intake Kalanganyar na 2.40 1.80 na 2.10 Intake Pabuaran na 3.20 2.40 na 2.80 Intake Bayah na 2.40 1.80 na 2.10 Transmisi Kalanganyar na 1.20 na na 1.20 Transmisi Pabuaran na na na na na Transmisi Bayah na na 1.80 na 1.80 IPA Kalanganyar na 2.40 na na 2.40 IPA Pabuaran na na na na na IPA Bayah na na 2.40 na 2.40 Reservoir Kalanganyar na 2.40 na na 2.40 Reservoir Pabuaran na na na na na

Reservoir Bayah (utama) na na 2.40 na 2.40

Reservoir Bayah (tambahan) na na 1.60 na 1.60

Risiko rata-2 berdasarkan jenis bahaya: na 2.67 2.00 na 2.33

ASET TERBANGUN SK ENA R IO DA SA R

2.2.3 Skenario Dasar: Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air (Supply and

Demand)

Proyeksi kebutuhan air bersih rumah tangga (domestik) dihitung berdasarkan proyeksi jumlah penduduk yang mengacu pada data penduduk per kecamatan Kabupaten Lebak tahun 2009 hingga 2014. Proyeksi penduduk dilakukan selama kurun waktu 50 tahun terhitung sejak tahun 2015. Basis perhitungan proyeksi penduduk adalah penduduk yang saat ini dilayani oleh cabang PDAM atau SPAM IKK, terdiri dari SPAM IKK Kanganganyar, PDAM Cabang Rangkasbitung, PDAM Cabang Malingping, PDAM Cabang Sajira, PDAM Cabang Cipanas, PDAM Cabang Bayah, dan SPAM IKK Leuwidamar. Pendorong utama atas meningkatnya kebutuhan air adalah (1) pertumbuhan penduduk dan (2) akses yang lebih luas terhadap air perpipaan. Berdasarkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat, penting juga untuk mempertimbangkan kebutuhan air dari sektor lainnya yang dimungkinkan juga tumbuh, seperti industri-industri yang membutuhkan pasokan air bersih.

Tantangan-tantangan lain yang perlu dihadapi adalah terkait dengan pemantauan kuantitas dan kualitas aset-aset sumber air baku. Kondisi pemantauan aset saat ini menyulitkan menghitung pasokan keseluruhan potensi sumber air baku yang ada di wilayah KabupatenLebak. Kondisi ini juga menjadikan sulitnya membedakan jenis penggunaan potensi sumber air baku berdasarkan jenis kebutuhan baik itu kebutuhan domestik, industri, atau pertanian.

a) SPAM IKK Kalanganyar

Wilayah pelayanan SPAM IKK Kalanganyar mencakup Kecamatan Kalanganyar dengan kapasitas produksi saat ini 20 Liter/detik. Dari data PDAM menyebutkan bahwa pelayanan saat ini (2015) telah mencapai 57% dengan asumsi proyeksi terjadi penambahan gradual 2% per tahun, sehingga pelayanan

(20)

bahwa kebutuhan air bersih wilayah pelayanan saat ini telah melampaui kapasitas suplai air yang disediakan oleh SPAM IKK Kalanganyar, sehingga dalam waktu dekat perlu menambah kapasitas produksinya. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pada akhir tahun perencanaan, SPAM IKK Kalanganyar perlu menambah kapasitasnya hingga 180 Liter/detik. Dengan debit Sungai Ciujung dinilai masih sangat memungkinkan untuk menjadi sumber air baku utama, karena kapasitas maksimal pengambilan air sungai pada tahun 2059 sebesar 180 Liter/detik masih jauh dibawah debit sungai berdasarkan pengukuran langsung lapangan, yaitu sebesar 18.990 Liter/detik.

Dalam kurun waktu tersebut (50 tahun) penambahan kapasitas dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan. Rata-rata penambahan kapasitas produksi air bersih di Kecamatan Kalanganyar adalah sebesar 32 Liter/detik setiap 10 tahun.

b) PDAM Rangkasbitung

PDAM wilayah pelayanan Rangkasbitung merupakan PDAM dengan jumlah pelayanan terbesar di Kabupaten Lebak. Pelayanan saat ini telah mencapai 56% dengan kapasitas suplai saat ini sebesar 220 Liter/detik. Berdasarkan data pelanggan PDAM Kabupaten Lebak, konsumsi rata-rata air bersih sebesar 100 Liter/orang/hari. Nilai tersebut meningkat secara gradual 20 liter/orang/hari tiap 10 tahun. Pada 10 tahun awal perencanaan tidak dilakukan peningkatan asumsi konsumsi. Namun, peningkatan dilakukan pada 10 tahun ke-2 dan seterusnya hingga mencapai 160 Liter/orang/hari pada akhir tahun perencanaan. Dari grafik supply dan demand (Gambar 12) menunjukkan bahwa hingga tahun 2024 mendatang kapasitas suplai air bersih pada PDAM Rangkasbitung masih memenuhi kebutuhan penduduknya, yaitu sebesar 220 Liter/detik sehingga tidak perlu melakukan peningkatan kapasitas dalam kurun waktu 8 tahun ke depan.

Debit Sungai Ciujung pada lokasi intake Pabuaran dinilai masih sangat memungkinkan untuk menjadi sumber air baku utama, mengingat kapasitas maksimal pengambilan air sungai yang terjadi pada tahun 2059 sebesar 1000 Liter/detik masih jauh dibawah debit sungai berdasarkan pengukuran langsung lapangan, yaitu sebesar 145.724 Liter/detik. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pada akhir tahun perencanaan, PDAM Rangkasbitung perlu menambah kapasitasnya hingga 780 Liter/detik. Dalam kurun waktu tersebut (50 tahun), penambahan kapasitas dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan. Rata-rata penambahan kapasitas produksi air bersih di PDAM Rangkasbitung adalah sebesar 156 Liter/detik setiap 10 tahun.

(21)

c) PDAM cabang Sajira

Wilayah pelayanan PDAM Cabang Sajira mencakup Kecamatan Sajira dengan kapasitas produksi saat ini 10 Liter/detik. Data sekunder menyebutkan bahwa pelayanan saat ini (2015) baru mencapai 18% dengan asumsi proyeksi terjadi penambahan gradual 1-4% per tahun, sehingga pelayanan 100% akan tercapai pada tahun 2052. Hasil grafik supplay dan demand (Gambar 13) menggambarkan kebutuhan air bersih wilayah pelayanan saat ini telah melampaui kemampuan produksi PDAM Cabang Sajira sehingga waktu dekat perlu menambah kapasitas produksinya. Kapasitas saat ini merupakan kapasitas maksimal terpasang, sehingga pengembangan fasilitas baru perlu diupayakan untuk memenuhi peningkatan kapasitas ±10 Liter/detik pada tahun 2016.

Debit pengukuran langsung Sungai Ciberang sebesar 14.762 Liter/detik dinilai masih mampu memenuhi kapasitas permintaan yang puncaknya terjadi pada 2064 sebesar 280 Liter/detik. Dalam kurun waktu tersebut (50 tahun), penambahan kapasitas dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan. Rata-rata penambahan kapasitas produksi air bersih di wilayah pelayanan PDAM Cabang Sajira adalah sebesar 54 Liter/detik setiap 10 tahun.

(22)

d) PDAM Cipanas

Air bersih dari PDAM Cabang Cipanas bersumber dari Sungai Ciberang dengan kapasitas produksi saat ini 20 Liter/detik. Data sekunder menyebutkan bahwa pelayanan saat ini (2015) mencapai 40% dengan asumsi proyeksi terjadi penambahan gradual 2% per tahun, maka pelayanan 100% akan tercapai pada tahun 2046. Berdasarkan grafik supply dan demand (Gambar 14), kebutuhan air bersih wilayah pelayanan saat ini telah melampaui kapasitas suplai air yang disediakan oleh PDAM Cabang Cipanas. Oleh karena itu, dalam waktu dekat PDAM Cabang Cipanas perlu menambah kapasitas produksinya.Kapasitas saat ini merupakan kapasitas maksimal terpasang, sehingga pengembangan fasilitas baru perlu diupayakan untuk memenuhi peningkatan kapasitas ±20 Liter/detik pada tahun 2016.Penambahan kapasitas ini berimplikasi pula pada penambahan kapasitas intake yang saat ini baru memiliki pompa submersibel dengan kapasitas 20 Liter/detik.

Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pada akhir tahun perencanaan, PDAM Cabang Cipanas perlu menambah kapasitasnya hingga 400 Liter/detik. Debit Sungai Ciberang dinilai masih sangat memungkinkan untuk menjadi sumber air baku utama, mengingat kapasitas maksimal pengambilan air sungai pada tahun 2059 sebesar 400 Liter/detik, masih dapat dipenuhi oleh debit sungai berdasarkan pengukuran langsung lapangan, yaitu sebesar 15.952 Liter/detik.

Dalam kurun waktu perencanaan (50 tahun) penambahan kapasitas dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan hingga mencapai 400 Liter/detik. Rata-rata penambahan kapasitas produksi air bersih di wilayah pelayanan PDAM Cabang Cipanas adalah sebesar 78 Liter/detik setiap 10 tahun.

e) IKK Leuwidamar

Wilayah pelayanan SPAM IKK Leuwidamar meliputi Kecamatan Leuwidamar, Kecamatan Cimarga, dan Kecamatan Muncang. Air bersih yang berasal dari IPA Leuwidamar memiliki kapasitas produksi saat ini 50 Liter/detik. Data sekunder menyebutkan bahwa pelayanan saat ini (2015) telah mencapai 50% dengan asumsi proyeksi terjadi penambahan gradual % per tahun, maka pelayanan 100% akan tercapai pada tahun 2042. Pada grafik supply dan demand (Gambar 15) menggambarkan bahwa kebutuhan air bersih wilayah pelayanan saat ini telah melampaui kapasitas suplai air yang disediakan oleh SPAM IKK Leuwidamar. Wilayah pelayanan yang mencakup 3 kecamatan menyebabkan kebutuhan air bersiholeh SPAM IKK Leuwidamar mutlak dijadikan prioritas. Dalam waktu dekat perlu

(23)

menambah kapasitas produksinya menjadi 100 Liter/detik. Nilai ini relatif tinggi dibandingkan dengan penambahan kapasitas pada wilayah pelayanan lainnya, yaitu sebesar 50 Liter/detik.

Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pada akhir tahun perencanaan, SPAM IKK Leuwidamar perlu menambah kapasitasnya hingga 620 Liter/detik. Debit Sungai Cisimeut dinilai masih sangat memungkinkan untuk menjadi sumber air baku utama, mengingat kapasitas maksimal pengambilan air sungai yang terjadi pada tahun 2059 sebesar 620 Liter/detik tersebut masih dapat tercukupi dengan debit sungai berdasarkan pengukuran langsung di lapangan, yaitu sebesar 32.554 Liter/detik.

Dalam kurun waktu tersebut (50 tahun) penambahan kapasitas dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan. Rata-rata penambahan kapasitas produksi air bersih di Kecamatan Kalanganyar adalah sebesar 95 Liter/detik setiap 10 tahun. Nilai yang cukup besar, namun perlu dilakukan dalam rangka menyesuaikan kebutuhan yang terus berkembang di 3 kecamatan layanannya.

f) PDAM Cabang Malingping

Air bersih yang berasal dari IPA Malingping memiliki kapasitas produksi saat ini sebesar 20 Liter/detik. Data sekunder menyebutkan bahwa pelayanan saat ini (2015) baru mencapai 25% dengan asumsi proyeksi terjadi penambahan gradual 2% per tahun, maka pelayanan 100% akan tercapai pada tahun 2053. Seperti yang terlihat pada grafik supply dan demand (Gambar 16), hingga tahun 2018 mendatang kapasitas suplai air bersih pada PDAM Cabang Malingping masih memenuhi kebutuhan penduduknya, yaitu sebesar 20 Liter/detik sehingga tidak perlu malakukan peningkatan kapasitas dalam kurun waktu 3 tahun ke depan sehingga tidak perlu langsung dilakukan peningkatan kapasitas produksinya.

Debit Sungai Cilangkahan pada lokasi intake Malingping dinilai masih sangat memungkinkan untuk menjadi sumber air baku utama, mengingat kapasitas maksimal pengambilan air sungai yang terjadi pada tahun 2061 sebesar 260 Liter/detik tersebut dapat dipenuhi oleh debit Sungai Cilangkahan berdasarkan pengukuran langsung di lapangan, yaitu sebesar 5.523 Liter/detik. Dalam kurun waktu tersebut (50 tahun) penambahan kapasitas dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan. Rata-rata penambahan kapasitas produksi air bersih di Kecamatan Kalanganyar adalah sebesar 48 Liter/detik setiap 10 tahun.

(24)

g) PDAM Bayah

Kecamatan Bayah adalah salah satu kecamatan yang diproyeksikan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) bersama dengan Kecamata Maja berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Lebak 2014-2034. Karakter perkotaan yang kurang lebih akan mengikuti perkembangan Rangkasbitung sebagai Ibukota kabupaten menyebabkan pola konsumsi air bersik Kecamatan Bayah diprediksikan sama dengan konsumsi air bersih per orang perhari sebesar 100 Liter/orang/hari yang meningkat secara gradual 20 Liter/orang/hari tiap 10 tahun hingga mencapai 160 Liter/orang/hari pada akhir tahun perencanaan. Berdasarkan data sekunder, sejauh ini pelayanan PDAM Cabang Bayah telah mencapai 75% dengan kapasitas suplai sebesar 20 Liter/detik (Gambar 17). Namun, nilai tersebut sebenarnya terlalu jauh dari kapasitas kebutuhan terhadap air besih.Oleh karena itu, prosentase pelayanan PDAM Bayah perlu ditinjau ulang keakuratannya.

Dalam tahun pertama perencanaan (2016), PDAM Cabang Bayah sudah dihadapkan dengan peningkatan kapasitas sebanyak 4 kali kapasitas saat ini, yaitu 80 Liter/detik. Debit Sungai Cidikit pada lokasi intake Bayah dinilai masih sangat memungkinkan untuk menjadi sumber air baku utama, mengingat kapasitas maksimal pengambilan air sungai yang terjadi pada tahun 2056 sebesar 240 Liter/detik tersebut masih jauh dibawah debit sungai berdasarkan pengukuran langsung lapangan, yaitu sebesar 65.670 Liter/detik.

(25)

Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih pada akhir tahun perencanaan, PDAM Cabang Bayah perlu menambah kapasitasnya hingga 240 Liter/detik. Dalam kurun waktu tersebut (50 tahun) penambahan kapasitas dilakukan menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan. Rata-rata penambahan kapasitas produksi air bersih di PDAM Rangkasbitung adalah sebesar 44 Liter/detik setiap 10 tahun.

2.3 KAJIAN KERENTANAN PENYEDIAAN AIR MINUM: SKENARIO

PERUBAHAN IKLIM (CLIMATE CHANGE DRIVEN)

Dengan menggunakan hasil-hasil skenario dasar (baseline), bagian ini akan menguraikan bagaimana risiko-risiko eksisting yang teridentifikasi berdasarkan skenario dasar dapat berubah yang berkaitan dengan risiko-risiko (baru) yang muncul karena perubahan iklim. Bagian pertama menjelaskan perubahan yang mungkin terjadi terkait dengan iklim Banten dan Kabupaten Lebak, dengan memfokuskan pada kerangka waktu jangka menengah (tahun 2030 sampai 2050).

Proyeksi perubahan iklim menggunakan model iklim global (Atmosphere-Ocean Global Climate Models, AOGCMs) dan disimulasikan dengan salah satu perangkat generator skenario iklim yaitu MAGICC/SCENGEN. Perangkat lunak dan algoritmadalam MAGICC (Model for the Assessment of

Green house gas-Induced Climate Change) digunakan untuk mengetahui parameter gas rumah kaca

secara global sedangkan SCENGEN (Spatial Climate-Change Scenario Generator) untuk menghasilkan skenario perubahan iklimregional. Parameter keluaran dari model yaitu temperatur dan curah hujan. Skenario yang digunakan adalah skenario A2 dan B2 dari IPCC yang mana kedua skenario tersebut menggambarkan kondisi wilayah secara regional. Skenario A2 menggunakan asumsi bahwa pada masa mendatang pertumbuhan populasi sangat tinggi, sedangkan kondisi perkembangan ekonomi rendah sedangkanskenario B2 menunjukkan kondisi dasar dimana pertumbuhan populasi dan perkembangan ekonomi pada tingkat sedang.

Bagian dua dan tiga skenario perubahan iklim mempertimbangkan bagaimana risiko-risiko yang teridentifikasi berdasarkan skenario dasar dapat juga berubah terkait dengan risiko-risiko baru (akibat perubahan iklim). Hal-hal penting sebagai rujukan untuk diskusi termasuk: (1) Kajian Kerentanan Penyediaan Air Minum PDAM Kabupaten Lebak, Banten yang disusun PT Ganeca Environmental Services, (2) lokakarya pemangku kepentingan, dan (3) wawancara informasi penting serta diskusi-diskusi kelompok dengan perwakilan PDAM Kabupaten Lebak dan Pemerintah Kabupaten Lebak.

(26)

2.3.1 Perubahan Iklim di Lebak, Banten

Kondisi Saat Ini. Kabupaten Lebak sebagian besar dipengaruhi oleh pola curah hujan monsunal yaitu periode musim hujan memiliki perbedaan yang jelas dengan periode musim kemarau. Sebagian kecil daerah di bagian tenggara Kabupaten Lebak terletak di kawasan pegunungan Halimun sehingga memiliki pola curah hujan yang bersifat lokal. Berdasarkan data curah hujan Kabupaten Lebak tahun 1993-2014, rata-rata curah hujan tahunan adalah sebesar 2.170 mm/tahun dengan rata-rata temperatur 29 oC. Puncak musim hujan terjadi di bulan Januari dan terendah di bulan Juli. Jumlah hari

hujan tertinggi terjadi di bulan Februari sebanyak 18 hari hujan dan terendah bulan Juli, dan sepanjang tahun jarang terdapat bulan kering di Kabupaten Lebak. Rata-rata temperatur di Kabupaten Lebak adalah 29 oC.

Perubahan Temperatur. Dari hasil proyeksi model perubahan iklim di Kabupaten Lebak, menunjukkan pola tahunan dari temperatur rata-rata meningkat dibandingkan rata-rata temperatur pada kondisi saat ini.Kenaikan temperatur lebih besar terjadi pada scenario A2 yang merepresentasikan konsentrasi gas-gas rumah kaca yang lebih tinggi dibanding skenario B2. Kenaikan temperatur pada periode tahun 2050 berkisar1oC pada skenario B2, sedangkan pada skenario A2

mengalami kenaikan mencapai 1,2oC (Gambar 18). Peningkatan temperatur udara akibat perubahan

iklim di Kabupaten Lebak menunjukkan hasil yang cukup signifikan, dimana kenaikan temperatur akan menyebabkan peningkatan proses evapotranspirasi. Selain itu, peningkatan temperatur juga dapat merubah kualitas air dimana bakteri-bakteri akan mudah berkembang dalam air sehingga akan rentan terhadap penyakit.

Perubahan Presipitasi. Keluaran model perubahan iklim menunjukkan adanya penurunan jumlah curah hujan tahunan rata-rata mencapai 2,4% untuk skenario B2 dan 2,7% untuk skenario A2. Perubahan curah hujan musiman juga terjadi di daerah ini, yaitu pada musim hujan Desember-Januari-Februari meningkat sedangkan pada musim kemarau Juni-Juli-Agustus mengalami penurunan (Gambar 19). Kondisi ini menunjukkan pada kurun waktu 2050an, musim hujan akan semakin basah sementara musim kemarau akan semakin kering. Hasil proyeksi curah hujan menunjukkan peningkatan curah hujan Desember-Januari-Februari sebesar 30-40 mm/bulan dan penurunan curah hujan Juni-Juli-Agustus sebesar 6-9 mm/bulan.

Gambar 18: Perubahan temperatur rata-rata bulanan Kabupaten Lebak akibat perubahan iklim.

(27)

Meskipun bulan Desember-Januari-Februari curah hujan mengalami peningkatan, namun pada bulan-bulan lainnya terjadi penurunan seperti bulan-bulanSeptember-Oktober-November penurunan terlihat ekstrim. Dapat disimpulkan bahwa pada masa tahun 2050an, masa kekeringan akan lebih panjang sedangkan jumlah hujan akan lebih banyak namun pada rentang yang lebih pendek.

2.3.2 Skenario Perubahan Iklim: Aset Alami

Dengan menggunakan proyeksi perubahan iklimdan diskusi pemangku kepentingan dalam lokakarya MRA, aset alami PDAM Lebak yang bersumber dari air permukaan berpotensi terkena dampak perubahan iklim. Berikut ini adalah risiko-risiko dalam skenario perubahan iklim pertengahan abad terhadap aset alami PDAM Kabupaten Lebak:

Kekeringan/Kelangkaan Air: Proyeksi perubahan iklim menunjukkan musim kemarau akan

semakin kering menyebabkan probabilitas kejadian bahaya dan dampak bencana kekeringan bergeser dari tingkat rendah pada skenario dasar menjadi sedang hingga tinggi pada skenario perubahan iklim. Hasil analisis MRA menunjukkan bahwa aset alami PDAM yang berasal dari Sungai Ciujung memiliki nilai risiko kekeringan tinggi hingga ekstrim.

Banjir: Proyeksi perubahan iklim menunjukkan bahwa intensitas curah hujan akan meningkat

pada musim hujan di Kabupaten Lebak, sehingga umumnya memberikan nilai risiko tinggi hingga sangat tinggi terhadap aset alami PDAM dan risiko tersebut memberikan gangguan pelayanan PDAM yang ekstrim.

Longsor: Adanya peningkatan curah hujan memberikan nilai resiko longsor yang bervariasi

tergantung sistem yang ada. Sungai Ciujung baik yang berada di Pabuaran maupun Kalanganyar memiliki nilai risiko longsor tinggi hingga sangat tinggi dan memberikan dampak gangguan pelayanan PDAM yang ekstrim.

2.3.3 Skenario Perubahan Iklim: Aset Fisik

Berdasarkan kajian kerentanan dan lokakarya pengembangan MRA, teridentifikasi tingkat-tingkat kerentanan berdasarkan skenario perubahan iklim atas aset-aset fisik/terbangun PDAM Kabupaten Lebak:

Kekeringan/Kelangkaan Air: Risiko kekeringan atas aset terbangun PDAM, yaitu kerusakan

fisik infrastruktur SPAM tidak teridentifikasi dalam MRA, hal ini berarti aset fisik PDAM diprediksi tidak akan mengalami kerusakan akibat bencana kekeringan pada skenario perubahan iklim.

Gambar 19: Perubahan rata-rata curah hujan bulanan Kabupaten Lebak akibat perubahan iklim.

(28)

Banjir: Risiko banjir yang terjadi saat ini sudah sangat jelas, sehingga penambahan curah hujan sebagai dampak dari perubahan iklim dapat meningkatkan nilai risiko tersebut. Secara umum, kondisi aset terbangun intake PDAM Kabupaten Lebak memiliki risiko sedang hingga sangat tinggi terkena banjir. Intake Pabuaran adalah aset yang paling tinggi berisiko terkena bencana banjir.

Longsor: Berdasarkan analisis MRA Secara umum seluruh intake PDAM memiliki nilai risiko

longsor sedang hingga tinggi pada skenario perubahan iklim. Aset yang mempunyai nilai risiko longsor yang tinggi adalah Intake Pabuaran, sedangkan beberapa tempat lainnya yang berisiko sedangkan aset dengan nilai risiko sedang terdapat pada seluruh aset terbangun PDAM sistem Bayah.

Tabel5: Skor Risiko pada Skenario Perubahan Iklim terhadap Aset Alami dan Terbangun

Jenis Nama KEKERINGAN BANJIR LONGSOR KENAIKAN MUKA AIR LAUT Risiko rata-2

Aset Aset Nilai Risiko Nilai Risiko Nilai Risiko Nilai Risiko tiap aset

Sungai Ciujung (hulu) 3.20 4.00 3.20 na 3.47

Sungai Ciujung (hilir) 4.00 5.00 4.00 na 4.33

Sungai Cidikit 1.80 3.00 2.40 na 2.40

Risiko rata-2 berdasarkan jenis bahaya: 3.00 4.00 3.20 na 3.40

ASET ALAMI SK ENA R IO P ER U B A HA N IK LI M

Jenis Nama KEKERINGAN BANJIR LONGSOR KENAIKAN MUKA AIR LAUT Risiko rata-2

Aset Aset Nilai Risiko Nilai Risiko Nilai Risiko Nilai Risiko tiap aset

Intake Kalanganyar na 4.00 3.20 na 3.60 Intake Pabuaran na 5.00 4.00 na 4.50 Intake Bayah na 3.00 2.40 na 2.70 Transmisi Kalanganyar na 4.00 na na 4.00 Transmisi Pabuaran na na na na na Transmisi Bayah na 2.40 na 2.40 IPA Kalanganyar na 4.00 na na 4.00 IPA Pabuaran na na na na na IPA Bayah na na 3.00 na 3.00 Reservoir Kalanganyar na 4.00 na na 4.00 Reservoir Pabuaran na na na na na

Reservoir Bayah (utama) na na 3.00 na 3.00

Reservoir Bayah (tambahan) na na 2.00 na 2.00

Risiko rata-2 berdasarkan jenis bahaya: na 4.00 3.00 na 3.50

ASET TERBANGUN SK ENA R IO P ER U B A HA N IK LI M

(29)

2.3.4 Skenario Perubahan Iklim:Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air

(Supply and Demand)

Berdasarkan kajian iklim dan hidrologi, maka diproyeksikan dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air. Proyeksi yang dilakukan menggunakan 2 skenario seperti halnya kajian iklim, yaitu skenario A2 dan B2 dari IPCC.

Digunakan beberapa asumsi dalam proyeksi suplai air merupakan hasil kajian perubahan iklim dan hidrologi, yang antara lain:

1. Curah hujan tahunan mengalami penurunan rata-rata mencapai 2,5% untuk skenario B2 dan 2% pada skenario A2;

2. Curah hujan puncak musim kering mengalami penurunan rata-rata berkisar 8% untuk skenario B2 dan 7% untuk skenario A2.

3. Basis perhitungan proyeksi sesuai dengan lokasi DAS dimana sumber air baku berada. a) Supply-demand dengan pengaruh perubahan iklim DAS Ciujung

Nilai surface RO yang diperoleh dari hasil perhitungan neraca air pada DAS Ciujung adalah 217.912.058 m3/tahun atau 6909.95 liter/detik. Nilai tersebut merupakan debit rata-rata tahunan yang

digunakan sebagai dasar proyeksi debit dengan pengaruh iklim. Berdasarkan proyeksi yang dilakukan, diketahui bahwa defisit suplai air DAS Ciujung terjadi di tahun 2038 dengan skenario B2 dan tahun 2040 dengan skenario A, dimana kondisi seluruh air permukaan yang melimpas dimanfaatkan seluruhnya untuk pemenuhan kebutuhan air baku. Pada kenyataannya, air permukaan dimanfaatkan pula untuk kebutuhan lainnya yang tidak kalah penting, misalnya pengairan untuk pertanian dan industri. Dengan asumsi maksimal alokasi untuk kebutuhan air baku sebanyak 30%, maka defisit suplai air baku DAS Ciujung terjadi lebih dini, yaitu terjadi di tahun 2029 dengan skenario B2 dan 2030 dengan skenario A2.

Gambar

Tabel 1: Kerangka Kajian Kerentanan dan Perencanaan Adaptasi IUWASH
Gambar 1: Peta lokasi PDAM Kabupaten Lebak, Banten.
Gambar 2: Sungai Ciujung menjadi salah satu  sumber air baku PDAM Kabupaten Lebak dan  terdapat Intake Pabuaran di pinggir sungai
Gambar 3: Sungai Cilangkahan menjadi Intake  Malingping dan dijadikan bendungan untuk irigasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keseluruhan kesalahan-kesalahan siswa yang ada, diklasifikasikan menurut kategori jenis kesalahan yang dilakukan siswa berdasarkan pendapat Ardiawan (2015) yakni: (1)

Proses pemecahan kesulitan belajar pada siswa yaitu dimulai dengan memperkirakan kemungkinan bantuan apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi

Berdasarkan selisih hasil rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta hasil analisis denga teknik uji t-tes, maka dapat disimpulkan

Karya ilmiah ini akan membahas penyelesaian masalah getaran bebas dengan ketaklinearan berupa fungsi kuadrat menggunakan metode homotopi dimana faktor taklinear

Pelaksanaan meliputi: laporan pencapaian kegiatan yang dilaksanakan di laboratorium dan di lapangan. Laporan kejadian eksplosi harus dibuat berita acara

Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan karena di dalam membangun motivasi kerja karyawan dengan cara pemenuhan kebutuhannya, sangat

Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fisik, sosial dan finansial mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kepuasan kerja pegawai Kantor Pusat

Komposit dapat didefinisikan sebagai dua atau lebih elemen yang dipersatukan dengan suatu matriks (Berglund dan Rowell dalam Rowell 2005). Pengembangan produk komposit