PEMERIKSAAN PENUNJANG LOW BACK PAIN PEMERIKSAAN PENUNJANG LOW BACK PAIN
Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik : 1.
1. Observasi Observasi : amati : amati cara berjalan cara berjalan penderita pada penderita pada waktu masuk waktu masuk ruang periksa, ruang periksa, juga carajuga cara duduk yang disukainya.
duduk yang disukainya. Bila pincang, disBila pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi eret, kaku (merupakan indikasi untukuntuk pemeriksaan
pemeriksaan neurologis). neurologis). Amati Amati juga juga apakah apakah perilaku perilaku penderita penderita konsisten konsisten dengandengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik).
keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik). 2.
2. Inspeksi Inspeksi : untuk : untuk kolumna vertebralis kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) lumbopsakral) berikutberikut deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri. 3.
3. Nyeri yNyeri yang timbul ang timbul hampir pada hampir pada semua pergerakan semua pergerakan daerah lumbal daerah lumbal sehingga sehingga penderitapenderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur)
berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur) 4.
4. Palpasi : Palpasi : apakah terdapat apakah terdapat nyeri tekan nyeri tekan pada tulang pada tulang belakang atau pada belakang atau pada otot-otototot-otot disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus spinosus disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling sign)
menimbulkan rasa nyeri (spurling sign) 5.
5. Perkusi Perkusi : : perhatikan perhatikan apakah apakah timbul timbul nyeri nyeri jika jika processus processus spinosus spinosus diketok.diketok.
Pemeriksaan neurologi pada tungkai : Pemeriksaan neurologi pada tungkai : 1.
1. Sensibilitas (dermatSensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), ome), motorik (kekuatan), tonus otot, reftonus otot, reflek, tropik.lek, tropik. 2.
2. Test Test provokasi provokasi (sensorik).(sensorik). 1) Laseque
1) Laseque 2) Kernig 2) Kernig
3) Bragard dan sicard 3) Bragard dan sicard 4) Patrick (lesi coxae) 4) Patrick (lesi coxae)
5) Kontra Patrik (Lesi Sakroiliakal) 5) Kontra Patrik (Lesi Sakroiliakal) 3. Adakah gangguan miksi dan defekasi. 3. Adakah gangguan miksi dan defekasi.
4. Adakah tanda-tanda lesi upper motor neuron (UMN) dan lower motor 4. Adakah tanda-tanda lesi upper motor neuron (UMN) dan lower motor (LMN).
(LMN). 1.
1. Sinar Sinar X X vertebra vertebra ; ; mungkin mungkin memperlihatkan memperlihatkan adanyaadanya fraktur,dislokasi,infeksi,osteoart
fraktur,dislokasi,infeksi,osteoartritis atau ritis atau scoliosis.scoliosis.
2.
2. Computed Computed tomografhy tomografhy ( ( CT CT ) ) : : berguna berguna untuk untuk mengetahui mengetahui penyakitpenyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
3.
3. Ultrasonography Ultrasonography : : dapat dapat membantu membantu mendiagnosa mendiagnosa penyempitan penyempitan kanalis kanalis spinalis.spinalis.
4.
4. Magneting Magneting resonance resonance imaging imaging ( ( MRI MRI ) ) : : memungkinkan memungkinkan visualisasi visualisasi sifat sifat dandan lokasi patologi tulang belakang.
lokasi patologi tulang belakang.
5.
5. Meilogram Meilogram dan dan discogram discogram : : untuk untuk mengetahui mengetahui diskus diskus yang yang mengalamimengalami degenerasi atau protrusi diskus.
degenerasi atau protrusi diskus.
6.
6. Venogram Venogram efidural efidural : : Digunakan Digunakan untuk untuk mengkaji mengkaji penyakit penyakit diskus diskus lumbalislumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
7.
7. Elektromiogram Elektromiogram (EMG) (EMG) : : digunakan digunakan untuk untuk mengevaluasi mengevaluasi penyakit penyakit serabutserabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).
Sumber: Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang(back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan
artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan(forward flexion) secara khas akan menyebabkan n yeri pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang
terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan
tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.
Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
Palpasi tulang belakang untuk mengetahui adanya kekakuan otot
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
Pemeriksaan Neurologis
1.Tes Valsava : tes ini mengakibatkan naiknya tekanan intratekal sehingga muncul nyeri radikuler. Pasien diminta mengejan dan menahan napas kemudian dinilai apakah ada nyeri atau tidak?
2. Tes Lasaque positif menunjukkan adanya iritasi pada n.ischiadikus, HNP, arthritis sacroiliaka. Saat pemeriksaan jika < 60 derajat sudah terasa nyeri maka hasilnya positif
3. Tes Patrick positif jika pada saat lutut tungk ai difleksikan pasien merasakan nyeri di sendi panggul
4. Tes Kontra-Patrick
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membangkitkan nyeri di sendi sacroiliaka. Tes ini bertujuan menentukan lokasi patologi dengan memfleksikan tungkai yang sakit ke sisi luar, kemudian dilakukan endorotasi serta aduksi. Jika nyeri di garis sendi sacroiliaka maka hasilnya positif.
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos: Anteroposterior, lateral dan coned d own lateral view.
2. MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta herniasi.
3. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi sumbatan serta jepitan pada radiks
1. ANAMNESA
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam menganamnesa pasien dengan kemungkinan diagnosa Low Back Pain.
1. Apakah terasa nyeri ?
2. Dimana terasa nyeri ?
3. Sudah berapa lama merasakan nyeri ?
4. Bagaimana kuantitas nyerinya? (berat atau ringan)
5. Apa yang membuat nyeri terasa lebih berat atau terasa lebih ringan?
6. Adakah keluhan lain?
7. apakah dulu anda ada menderita penyakit tertentu?
8. bagaimana keadaan kehidupan pribadi anda?
9. bagaimana keadaan kehidupan sosial anda?
2. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
a. Berjalan dengan menggunakan tumit.
b. Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
c. Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
2. Sensorik.
a. Nyeri dalam otot.
b. Rasa gerak.
3.Refleks.
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di da erah Achilles dan Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.
4. Test-Test
a. Test Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0° ) didorong ke
b. Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.
Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di sakroiliaka.
PENUNJANG
FOTO
1.Plain
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga efek radiasi dapat dikurangi.X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray
merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT scan.
Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.
2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke
kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar
fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.
3. Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )
CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk
pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang
dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya pada punggung.
4. Electro Miography ( EMG ) / Nreve Conduction Study ( NCS )
EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.
EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :
1. Adanya kerusakan pada saraf
2. Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )
3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )
4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
5. Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf
Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pambedahan.
Sumber:
Lumbantobing SM, Tjokronegoro A, Junada A. Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta. Fakultas . Kedokteran Universitas Indonesia. 1983
Nursamsu, Handono Kalim. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang . Malang. Lab./SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Brawijaya. 2004 Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC. 2002
D. Pemeriksaan Khusus
1. Pemeriksaan Derajat Nyeri
Pada garis di bawah ini, tolong gambarkan “keadaan nyeri” saudara hari ini
Tak ada nyeri Nyeri amat sangat
2. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi Vertebrae Lumbalis
a. ISOM
Tabel 3. Pengukuran LGS Vertebrae Lumbalis
Bidang Gerak LGS Posisi Pasien NZSP Goniometer T Statis T Dinamis S 20/35-0-40/60 Berdiri Posisi anatomis Paralel thd axis longt. Trunk (skt 3 jari di Paralel garis tengah axilla
bawah crista iliaca F 15/20-0-15/20 Berdiri Posisi anatomis Paralel thd axis longt. Trunk (L5-S1) Garis L5-C7 R 45-0-45 duduk Posisis anatomis Garis frontal melewati SIAS Paralel garis bahu ka-ki
Sumber: Russe, A.O. and Gerhardt, J.J., 1975, ISOM International SFTR Method of Measuring and Recording Joint Motion, Hans Huber Publisher, Stuttgart.
b. LGS Fungsional
Alat ukur mid-line (meteran kain)
Cara pengkuran fungsional membungkuk:
Posisi awal berdiri tegak, ukur jarak antara procc. spinosus S1 – T12, kemudian pasien diminta membungkukkan badan sejauh mungkin dan ukur kembali jarak
antara procc. spinosus S1 – T12 . dalam keadaan normal jaraknya sekitar 7 – 8 cm.
3. Pemeriksaan Ketahanan Otot
Tes ini digunakan untuk mengetahui ketahanan otot abdominal.
Posisi pasien: Telentang hip 450 , knee 900 kedua lengan di samping badan, dibuat garis di sebelah distal jari tengah sejauh 8 cm (untuk pasien > 40 th.) atau 12 cm (untuk pasien < 40 th.).
Gerakan: Angkat kepala dan punggung atas kemudian raih garis yang dibuat tadi dengan ujung jari.
Pengulangan: 25 x / menit
Intepretasi : bila pasien mampu (tanpa kelelahan) berarti normal
b. Dynamic E xtensor Endurance Test
Tes ini digunakan untuk mengetahui ketahanan otot iliocostalis lumborum (erector spine dan multifidus).
Posisi pasien: Tengkurap hip dan knee lurus serta distabilkan dengan sabuk. Kedua lengan menyilang dada.
Gerakan: Angkat kepala dan punggung atas Pengulangan: 25 x / menit
4. Pemeriksaan Kekuatan Otot
a. I sometric Abdominal Test
Tes ini digunakan untuk mengetahui kekuatan otot abdominal. Posisi pasien: Telentang hip 450 , knee 900
Gerakan: Angkat kepala dan punggung atas , tahan selama mungkin.
Intepretasi: Normal (5), bila mampu mengangkat dengan kedua tangan di belakang leher, scapula terangkat penuh dan menahan posisi tersebut selama 20 – 30 detik.
Good (4), bila mampu mengangkat dengan kedua tangan menyilang dada, scapula terangkat penuh dan menahan posisi tersebut selama 15 – 20 detik.
Fair (3), bila mampu mengangkat dengan kedua tangan lurus di samping badan, scapula terangkat penuh dan menahan posisi tersebut selama 10 – 15 detik.
Poor (2), bila mampu mengangkat dengan kedua tangan lurus di samping badan, bagian atas scapula terangkat dan menahan posisi tersebut selama 1 – 10 detik.
Trace (1), bila hanya mampu mengangkat kepala saja.
b. I sometri c E xtensor Test
Tes ini digunakan untuk mengetahui kekuatan otot iliocostalis lumborum (erector spine dan multifidus).
Gerakan: Angkat kepala dan punggung atas , tahan selama mungkin.
Intepretasi: Normal (5), bila mampu mengangkat kepala, dada dan costa serta ekstensi lumbar dengan kedua tangan di belakang leher, dan menahan posisi tersebut selama 20 – 30 detik.
Good (4), bila mampu mengangkat kepala, dada dan costa serta ekstensi lumbar dengan kedua tangan di samping badan, penuh dan menahan posisi tersebut selama 15 – 20 detik.
Fair (3), bila mampu mengangkat kepala dan sternum, ekstensi lumbar dengan kedua tangan lurus di samping badan, serta menahan posisi tersebut selama 10 – 15 detik.
Poor (2), bila mampu mengangkat kepala dengan kedua tangan lurus di samping badan, serta menahan posisi tersebut selama 1 – 10 detik.
Trace (1), bila hanya mampu mengkontraksikan ototnya tanpa diserta gerakan.
c. Double Straight Leg lowering
Tes ini digunakan untuk mengetes otot abdominal, dan hanya dilakukan
bila Dynamic Abdominal Endurance Testatau Isometric Abdominal Test hasilnya normal.
Posisi pasien: Telentang kedua hip fleksi 900 dan kemudian luruskan lutut. Gerakan: Turunkan kedua tungkai secara perlahan tanpa menahan nafas.
Intepretasi: Normal (5), bila mampu menahan pelvic pada posisi netral dan menurunkan kedua tungkai hingga 00 – 150 dari bed.
Good (4), bila mampu menahan pelvic pada posisi netral dan menahan pelvic pada posisi netral dan menurunkan kedua tungkai hingga 160 – 450 dari bed.
Fair (3), bila mampu menahan pelvic pada posisi netral dan menurunkan kedua tungkai hingga 460 – 750 dari bed.
Poor (2), bila mampu menahan pelvic pada posisi netral dan menurunkan kedua tungkai hingga 750 – 900 dari bed.
Trace (4), bila tidak mampu menahan pelvis pada posisi netral
d. I nternal-external Abdominal Obliques Test
Tes ini digunakan untuk mengetes otot abdominal internus satu sisi dan otot abdominal externus sisi yang lain secara bersamaan.
Posisi pasien: Telentang kedua tungkai lurus, lengan di samping badan.
Gerakan: Angkat kepala dan bahu (fleksi vertebrae lumbalis) serta putar (rotasi vertebrae lumbalis) ke satu sisi, kedua tangan di be lakang kepala / menyilang dada / tangan heterolateral meraih tangan homo lateral. Tahan posisi akhir tersebut
semampu mungkin.
Intepretasi: Normal (5), bila mampu fleksi dan rotasi vertebrae lumbalis dengan tangan di belakang kepala dan menahannya selama 20 – 30 detik.
Good (4), bila mampu fleksi dan rotasi vertebrae lumbalis dengan kedua tangan menyilang dada dan menahan posisi tersebut selama 15 – 20 detik.
Fair (3), bila mampu fleksi dan rotasi vertebrae lumbalis dengan tangan heterolateral meraih tangan homo lateral dan menahan posisi tersebut selama 10 – 15 detik.
Poor (2), bila tidak mampu fleksi dan rotasi vertebrae lumbalis
Trace (1), bila hanya mampu kontraksi tanpa terjadi gerak fleksi dan rotasi vertebrae lumbalis
Zero (0), bila tidak ada kontraksi otot.
e. Dynamic H orizontal Side Support Test
Tes ini digunakan untuk mengetes otot quadratus lumborum
Posisi pasien: Berbaring miring pada sisi heterolateral dengan badan bagian atas disangga siku.
Gerakan: Angkat pelvis dan luruskan vertebrae. Tahan posisi akhir tersebut semampu mungkin.
Intepretasi: Normal (5), bila mampu mengangkat pelvis dan meluruskan vertebrae serta menahannya selama 10 – 20 detik.
Good (4), bila mampu mengangkat pelvis namun kesulitan meluruskan vertebrae, mampu menahan posisi tersebut selama 5 – 10 detik.
Fair (3), bila mampu mengangkat pelvis namun tidak mampu meluruskan vertebrae, mampu menahan posisi tersebut selama < 5 detik.
Poor (2), bila tidak mampu mengangkat pelvis.
f. Dynamic Hori zontal Side Support Test
Tes ini digunakan untuk mengetes otot rotator lumbar dan multifidus untuk menstabilkan vertebrae selama ekstremitas bergerak dinamis.
Posisi pasien: Merangkak dengan vertebrae – pelvis lurus..
Gerakan: a. Angkat satu lengan lurus dan tahan. b. Angkat satu tungkai lurus dan tahan.
c. Angkat satu lengan dan tungkai heterolateral lurus serta tahan.
Intepretasi: Normal (5), bila mampu mengangkat satu lengan dan tungkai heterolateral lurus serta menahannya selama 20 – 30 detik.
Good (4), bila mampu mempertahankan posisi pelvis saat mengangkat satu tungkai lurus serta mampu menahan posisi tersebut selama 20 detik.
Fair (3), bila mampu mempertahankan posisi pelvis saat mengangkat satu lengan lurus serta mampu menahan posisi tersebut selama 20 detik
Jika hasil test isokenetik menunjukkan bahwa otot ekstensor lebih kuat dibanding fleksor, berarti:
Pada saat fleksi lelaki menghasilkan gaya sekitar 65 % BB, sedangkan
pada wanita sekitar 65 % – 70 % BB
Pada saat ekstensi lelaki menghasilkan gaya sekitar 90 %
–95
% BB, sedangkan pada wanita sekitar 80 %
–95 % BB
Pada saat rotasi lelaki menghasilkan gaya sekitar 55 % –
65 % BB,
sedangkan pada wanita sekitar 40 %
–55 % BB
Poor (2), tidak mampu mempertahankan pelvis saat mengangkat satu lengan lurus.
Tes ini digunakan untuk mengetahui apakah ada bloking pada sendi sacroiliaca Posisi pasien: Berdiri tegak, terapis mempalpasi SIPS kanan kiri dengan ibu jari. Gerakan: Fleksikan hip secara penuh, terapis merasakan apakah SIPS sisi yang sama drops (berarti normal) atau elevasi (yang be rarti sendi sacroiliaca terkunci. Ulangi prosedur tersebut untuk SIPS sisi satunya.
6. Lumbar Root Syndromes
Tabel 4. Lumbar Root Syndromes
Akar Syaraf
Dermatome Muscle Weakness
Reflek / Tes Khusus Paraesthesia
L1 Punggung bawah, regio
trochantor, pangkal paha
Tak ada Tak ada Pangkal paha,
setelah membungkuk terasa nyeri L2 Punggung bawah, paha depan s/d lutut Psoas, adduktor hip
L3 Punggung bawah, pantat
atas, paha depan s/d lutut, tungkai bawah medial
Psoas, Quadriceps.
Tendo patella & Prone Knee Bending +.
Full SLR nyeri
Sisi medial betis & ankle
L4 Pantat dalam, paha sisi luar,
tungkai sisi dalam, dorsal kaki, ibu jari.
Tibialis ant., Ekst. hallucis
SLR terbatas, fleksi leher nyeri, Tendo patella lemah,
Sisi medial tungkai, Medial
ari ke 3
L5 Pantat, paha sisi samping & belakang, lateral
tungkai, ½ bag dalam tumit, jari ke 2 & 3 Ekst.hallucis, Peroneal, gluteus med., dorsal fleksor, calf muscle, hamstring SLR terbatas, fleksi leher nyeri, Tendo patella lemah, Cross
LR nyeri Lateral jari ke 2, lateral kaki, lateral tungkai – lutut, plantar kaki. S1 Pantat, paha belakang, tungkai bawah Calf muscle, hamstring, gluteal, peroneal, plantar fleksor
SLR terbatas Lateral tungkai, lutut, tumit
S2 Idem S1 Idem S1 kecuali peroneal
SLR terbatas Tak ada
S3 Pangkal paha, paha medial s/d
lutu
Tak ada Tak ada Peroneal,
genitalis, anus, impotensi
S4 Perineum, genitalis, lower sacrum
Bladder, rectum Tak ada
Sumber: Magge, D.J., 2000,Orthopedic Physical Assessment,Edisi 4, W.B. Saunders Co., Philadelphia.
7. Tes untuk Gangguan Neurologis ( Neurodynamic Test )
a. Slump Test
Posisi awal : Duduk tegak
Gerakan: (1). Terapis mempertahankan kepala pasien pada posisi netral, pasien diminta mengendorkan punggungnya (fleksi lumbal), (2) kemudian beri tekanan (kompresi) pada bahu kanan kiri untuk mempertahankan posisi fleksi lumbal, (3) selanjutnya pasien diminta menggerakkan fleksi leher dan k epala sejauh mungkin, (4) kemudian terapis mempertahankan posisi maksimal fleksi vertebrae tersebut dengan memberi tekanan pada kepala bagian belakang, (5) terapis menahan kaki pasien pada
maksimal dorsi fleksi, pasien diminta meluruskan lututnya dan pasien diminta meluruskan (ekstensi) lututnya, (6) jika pasien tidak mampu meluruskan lututnya (karena nyeri), tekanan pada kepala dipindah ke bahu kanan kiri.
Intepretasi: Bila saat tekanan pada kepala dipindah ke bahu pasien, mampu menambah gerakan ekstensi lutut atau nyeri berkurang, berarti tes positif.
b. Sitting Root Test
Tes ini merupakan modifikasi dari slump test
Posisi awal : Pasien duduk dengan hip fleksi 900, leher fleksi
Gerakan: Aktif ekstensi lutut
Intepretasi: Bila nyeri terasa di pantat, paha belakang dan betis berarti terdapat penekanan syaraf ischiadicus
c. Straight Leg Rissing Test (Laseigue’s Test)
Posisi awal : Telentang, hip adduksi dan endorotasi, knee lurus
Gerakan: (1) Terapis mengangkat tungkai pasien (350 – 700), bila pasien
mengeluh nyeri pada pantat / paha belakang, (2) untuk lebih meyakinkan bahwa yang terprovokasi adalah syaraf ischiadicus, sedikit turunkan tungkai kemudian lakukan
gerakan dorsi fleksi ankle kemudian lepaskan dan (3) pasien diminta mengangkat kepalanya (fleksi leher).
Intepretasi: Bila nyeri pertama terasa di pantat berarti terdapat penekanan syaraf yang sifatnya central atau karena herniasi discus
Bila nyeri pertama terasa di posterior tungkai berarti terdapat penekanan syaraf yang lebih lateral (akar syaraf/perifer)
Catatan: SLR disertai fleksi leher disebut pula sebagaihyndman’s sign, Lidner’s sign atau
Soto-H ill test
SLR disertai dorsi fleksi ankle disebit pula sebagai Bragard’s
test
. yeri saat fleksi leher atau dorsi fleksi ankledikarenakan penguluranduramater medulla spinalis atau lesi medulla spinalis, misalnya karena HNP, tumor, meningitis.
d. Naffziger’s Test
Posisi awal : Telentang
Gerakan: Terapis menekan vena jugularis kanan-kiri sekitar 10 detik, kemudian pasien diminta untuk batuk-batuk.
Intepretasi: Bila saat batuk terasa nyeri pada punggung bawah berarti tes positif
e. Brudzinski
– Kernig TestPosisi awal : Telentang dengan kedua tangan di belakang kepala
Gerakan: Aktif fleksi leher diikuti dengan fleksi hip (dengan knee lurus) kemudian memfleksikan lututnya.
Intepretasi: Bila saat hip di fleksikan (dengan lutut lurus) nyeri terasa kemudian saat lutut difleksikan nyeri hilang berarti tes positif
f. Prone K nee Bending (PKB/ Nachlas) Test
Posisi awal : Tengkurap
Gerakan: Terapis memfleksikan lutut pasien sejauh mungkin (hati-hati jangan sampai terjadi gerak rotasi hip) dan menahannya pada posisi maksimal fleksi sekitar 45 – 60 detik
Intepretasi: Bila nyeri pada punggung bawah, pantat atau paha belakang berarti terjadi penekanan akar syaraf L2 atau L3
8. Pemeriksaan Fungsional
Oswestry Disability I ndex
(diterjemahkan dari Fairbank, J.C., J. Couper, J.B. Davies, and J.P. O’Brien.,The Owestry Low Back Pain Disability Questionnaire. Physiotherapy Journal 66:271 –