• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN NILAI TUKAR DAN DAYA SAING KOMODITAS NELAYAN BAGAN RAMBO DI DESA MUARA TINOBU KECAMATAN LASOLO KABUPATEN KONAWE UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN NILAI TUKAR DAN DAYA SAING KOMODITAS NELAYAN BAGAN RAMBO DI DESA MUARA TINOBU KECAMATAN LASOLO KABUPATEN KONAWE UTARA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Exchange Rate and Competitiveness of Boat Lift Nets Fisherman Commodities In The Muara Tinobu Village, North Konawe

Hermawan1, La Onu La Ola2, dan Hasnia Arami3

1

Mahasiswa Juruan Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UHO 2,3

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UHO. 3

email: arami79_unhalu@yahoo.com ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh para pelaku usaha bagan rambo, mengetahui tingkat daya saing hasil produksi nelayan di pasar lokal, dan mengetahui nilai tukar hasil produksi nelayan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di Desa Muara Tinobu Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survey, dan untuk pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah responden dalam penelitian ini yaitu 9 orang nelayan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keuntungan nelayan bagan rambo pada modal usaha skala kecil sebesar Rp34.445.007, skala sedang Rp44.252.056 dan untuk skala besar Rp98.982.998. Hasil produksi nelayan bagan rambo di Desa Muara Tinobu memiliki daya saing yang tinggi searah dengan besarnya modal usaha yang dikeluarkan. Nilai tukar nelayan bagan rambo pada skala usaha kecil dan sedang sudah dapat memenuhi kebutuhan subsistennya, sedangkan pada nelayan bagan rambo dengan skala modal besar selain dapat memenuhi kebutuhan subsistennya, juga mempunyai potensi untuk mengkonsumsi kebutuhan sekunder atau tersiernya, atau untuk berinvenstasi.

Kata Kunci : Nilai Tukar, Daya Saing, Nelayan, Bagan Rambo, Konawe Utara

ABSTRACT

This study aims to determine the profit of boat lift nets fisherman, to determine the competitiveness level of the fishing production, and to determinate the exchange rate of boat lift nets fishing product in the local market. This study was conducted in September to Oktober 2013 in the Muara Tinobu Village, North Konawe. The method this study was used survey method, and sampling method was purposive sampling, which the number of respondents of this study were 9 fisherman. Based on this research, it is known that the profits of fishermen boat lift nets on a small scale of Rp34.445.007, median scale was Rp44.252.056 and the higher by Rp98.982.998. Based on the analysis of the competitiveness of the fishing production of boat lift nets in the Muara Tinobu Village have high competitiveness. The exchange rate of the fisherman product of boat lift nets on a small and median scale is already able to subsistence needs, while the fishermen of boat lift nets with a higher scale high being able to meet the needs of subsistence, it also has the potential to consume the needs of secondary or tertiary, or to investation.

(2)

PENDAHULUAN

Potensi perikanan laut Indonesia termasuk Sulawesi Tenggara yang terdiri atas ikan pelagis dan demersal tersebar merata hampir semua perairan laut teri-torial, perairan laut nusantara dan per-airan laut Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia. Potensi tersebut harus diman-faatkan sebaik mungkin secara bertang-gung jawab untuk kesejahteraan rakyat. Potensi sumber daya perikanan yang melimpah merupakan peluang sekaligus tantangan untuk mewujudkan pengem-bangan perikanan tangkap yang bertang-gung jawab. Pemanfaatan sumber daya perikanan laut secara optimal dan lestari merupakan hal yang penting diperhati-kan oleh semua pihak terkait, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan nela-yan, pemenuhan kebutuhan gizi masya-rakat, perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja, serta meningkatkan pendapatan daerah dan devisa negara.

Perairan Kabupaten Konawe Utara merupakan salah satu wilayah perairan di Sulawesi Tenggara yang memiliki sumber daya perikanan yang potensial. Sebagian besar penduduknya bermukim di wilayah pesisir dan kehidupannya tergantung dari sumber daya prikanan. Sumberdaya perikanan yang berada di wilayah perairan Konawe Utara sebagian berasal dari perikanan laut khususnya perikanan tangkap. Salah satu alat tangkap yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Konawe Utara ialah bagan rambo. Kehadiran bagan rambo, khususnya di Desa Muara Tinobu telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap tingkat produksi perikanan tangkap di Konawe Utara.

Produksi perikanan yang diha-silkan dari alat tangkap bagan rambo memerlukan suatu kajian lebih lanjut, terkait bagaimana produksi tersebut memiliki nilai ekonomi dan bagaimana pula produksi tersebut dapat berkembang meskipun adanya perbedaan hasil tang-kapan dikalangan nelayan itu sendiri. Dengan demikian, kedepannya nilai-nilai ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mempertahankan ataupun meningkatkan hasil produksinya, baik untuk pemerin-tah maupun untuk masyarakat nelayan serta memiliki daya saing positif. Sehu-bungan dengan hal tersebut, upaya yang dapat dilakukan untuk mengetahui nilai-nilai ekonomi perikanan dengan meng-gunakan alat tangkap bagan rambo ialah melalui sebuah kajian nilai tukar dan daya saing komoditi nelayan bagan rambo di Desa Muara Tinobu Kabupaten Konawe Utara.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : 1) Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh para pelaku usaha bagan rambo; 2) Untuk mengeta-hui tingkat daya saing hasil produksi nelayan di pasar lokal; serta 3) Untuk mengetahui nilai tukar hasil produksi nelayan di pasar lokal.

METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2013, di Desa Muara Tinobu Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara.

Penelitian ini menggunakan Metode Survei. Metode survei adalah suatu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi

(3)

data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel, sosiologis maupun psikologis (Rianse dan Abdi, 2010). Dalam penelitian ini dilakukan survei langsung ke lapangan atau lokasi bagan perahu di Desa Muara Tinobu.

Metode pengambilan sampel atau responden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel tidak secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu atau sengaja. Pertimbangannya adalah bahwa sampel/responden tesebut bersifat spesifik, sehingga penentuannya harus dilakukan secara sengaja (purposive). Jenis data yang digunakan yakni data primer. Data primer diperoleh dari survey langsung ke lapangan dan mengambil data dari hasil wawancara nelayan bagan rambo.

Obyek penelitian adalah nelayan bagan rambo di Desa Muara Tinobu Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara. Dari survei pendahuluan ditemu-kan 9 buah bagan rambo, dimana dalam pengoperasiannya dilakukan secara berkelompok yang terdiri 5–9 orang nelayan, dengan pendapatan 0–90 juta/bulan/kelompok.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut :

1) Analisis Pengeluaran

Total biaya atau total cost (TC) merupakan keseluruhan pengeluaran yang diperlukan dalam pengelolaan usaha nelayan bagan rambo. Total biaya diperoleh dari hasil penjumlahan dari keseluruhan biaya tetap atau total fixed

cost (TFC) dengan keseluruhan biaya tidak tetap atau total variabel cost (TVC). (La Ola, 2011).

TC = TFC + TVC ...(1) Dimana:

TC = Total cost (Rp) TFC = Total fixed cost (Rp) TVC = Total variabel cost (Rp)

Biaya penyusutan sebagai salah satu elemen biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan karena suatu barang atau variabel biaya tetap mengalami penyusutan (La Ola, 2011).

Pt = Pt0 (1+i)t ...(2) Dimana :

Pt = Penyusutan (Rp) Pt0 = Nilai barang pada saat

pembelian (Rp)

i = Tingkat suku bunga bebas inflasi (0,12)

t = Umur ekonomis (tahun) 2) Analisis Penerimaan

Total revenue (TR) atau peneri-maan total merupakan hasil perkalian antara harga suatu komoditi dengan jumlah produksi komoditi yang dihasilkan (La Ola, 2011)

TR = P x Q ...3) Dimana : TR = Total revenue (Rp) P = Price (Rp) Q = Quantity (unit) 2) Analisis Keuntungan

Menurut Siang (2010) keuntungan atau laba adalah selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran.

π = TR – TC ...4) Dimana :

π = Laba atau keuntungan (Rp) TR= Total revenue (Rp)

(4)

4) Analisis Efisiensi

Efisiensi atau harga pokok penju-alan (HPP) merupakan hasil pembagian antara biaya total pengeluaran dengan jumlah barang yang dihasilkan atau quantity suatu komoditi (La Ola, 2011).

HPP =TC/Q ...5) Dimana :

HPP = Efisiensi atau harga pokok penjulan (Rp)

TC = Total cost (Rp) Q = Quantity (unit) 5) Analisis Daya Saing

Menurut La Ola (2011), daya saing adalah selisih antara harga penjualan di pasar lokal dengan harga pokok penjualan (HPP).

K = HP – HPP ...6) Dimana :

K = Daya saing pasar (Rp) HP = Harga pasar (Rp)

HPP = Harga pokok penjualan atau efisiensi (Rp/kg)

6) Nilai Tukar

Nilai tukar menurut La Ola (2011) merupakan hasil pembagian antara total revenue dengan total cost

NT = TR/TC Dimana : NT = Nilai Tukar TR = Total revenue (Rp) TC = Total cost (Rp)

Untuk menyatukan dan menya-makan pandangan, maka dikemukakan definisi operasional dari beberapa istilah dalam penulisan ini sebagai berikut :

1.Daya saing produksi adalah kekuatan untuk berusaha unggul dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang, kelompok atau institusi tertentu.

2.Nilai tukar adalah perbandingan antara harga barang-barang dan jasa yang diperdagangkan antara dua atau lebih negara, sektor, atau kelompok sosial ekonomi.

3.Biaya produksi adalah semua pengeluaran ekonomis yang harus dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang (dalam satuan rupiah). 4.Nelayan adalah semua orang yang

melakukan proses produksi komoditi perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.

5.Harga (price) adalah nilai jual hasil produksi nelayan bagan rambo (dalam satuan rupiah).

6.Efisiensi adalah merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.

7.Total revenue adalah total kuantitas yang dijual dikalikan dengan jumlah harga jual komoditi yang dihasilkan bagan rambo yang dinyatakan dalam satuan rupiah atau yang biasa disebut penerimaan.

8.FC (Fixed Cost) adalah jumlah biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi (dalam satuan rupiah). 9.VC (Variabel Cost) adalah jumlah

biaya yang berubah-ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan (dalam satuan rupiah). 10.Pendapatan bersih adalah

keun-tungan yang diperoleh dari hasil penjualan nelayan setelah dikurangi biaya-biaya dalam pengelolaan nelayan bagan rambo (dalam satuan rupiah).

(5)

HASIL

Berdasarkan hasil survei terhadap aktivitas produksi nelayan bagan rambo di Desa Muara Tinobu, ditemukan tiga kelompok nelayan berdasarkan besarnya skala modal usaha yaitu skala modal usaha kecil, sedang dan tinggi. Masing-masing kelompok nelayan tersebut memiliki biaya, penerimaan dan keun-tungan yang berbeda-beda. Besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, daya saing serta nilai tukar masing-masing kelompok nelayan dijabarkan sebagai berikut :

Biaya Produksi

Dalam pengelolaan usaha nelayan bagan rambo, tidak lepas dari penggu-naan biaya operasional baik secara langsung maupun tidak langsung yang dimulai dari saat proses produksi hingga pemasaran hasil produksi.

a. Biaya tetap

Bagan rambo dikenal sebagai salah satu jenis alat tangkap bagan yang banyak dioperasikan oleh nelayan saat ini. Bagan rambo lebih diminati karena jenis bagan ini memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan jenis-jenis bagan lain baik bagan tancap maupun bagan perahu lainnya. Bagan ini ditandai dengan penggunaan lampu yang sangat banyak dan lebih besar. Dengan demikian maka lampu merupa-kan salah satu perlengkapan yang banyak digunakan. Beberapa jenis alat-alat lain yang dikeluarkan dan menjadi biaya tetap dalam bentuk biaya penyusutan alat antara lain, mesin, kapal, mesin, kabel, box ikan dan lain-lain.

Pengeluaran biaya tetap nelayan bagan rambo pada skala modal usaha kecil, sedang dan tinggi di Desa Muara Tinobu masing-masing adalah seperti diuraikan pada Tabel 1, 2 dan 3 berikut. Tabel 1. Data pengeluaran biaya tetap yang digunakan nelayan bagan rambo pada skala

usaha kecil di Desa Muara Tinobu. No Biaya tetap

(TFC)

Jumlah Satuan Harga beli (Pro)

U.ekonomis (thn)

(i+1) Penyusutan Jumlah

1 Bagan rambo 1 Unit 80.000000 7 1,12 12.632.465 12.632.46 5 2 Keranjang 2 Buah 21.000 1 1,12 11.760 11.760 3 Peti Es 120 Buah 6.400.000 1 1,12 3.584.000 3.584.000 4 Senter 1 Buah 50.000 1 1,12 28.000 28.000 5 Mesin 3 Unit 18.000.000 9 1,12 2.773.079 2.773.079 6 Tali 5 Roll 3.500.000 6 1,12 575.698 575.698 7 Lampu 25 Buah 2.000.000 3 1,12 468.309 468.309 8 Kabel 5 Ball 500.000 4 1,12 98.345 98.345 9 Dinamo 1 Unit 8.000.000 6 1,12 1.315.882 1.315.882 10 Jaring 800 Meter 4.800.000 3 1,12 1.123.942 1.123.942 11 Kapal 1 Unit 15.000.000 5 1,12 2.643.513 2.643.513

Total Biaya Investasi 138.271.000 Total Biaya Tetap (TFC) 25.254.993

(6)

Tabel 2. Data pengeluaran biaya tetap yang digunakan nelayan bagan rambo pada skala modal usaha sedang di Desa Muara Tinobu.

No Biaya tetap (TFC) Jumlah Satuan Harga beli (Pro) Umur ekonomis (t)

(i+1) Penyusutan Jumlah

1 Bagan rambo 1 Unit 100.000.000 6 1,12 16.448.522 16.448.522

2 Keranjang 4 Buah 21.000 1 1,12 11.760 11.760 3 Peti Es 50 Buah 5.600.000 1 1,12 3.136.000 3.136.000 4 Senter 1 Buah 50.000 1 1,12 28.000 28.000 5 Mesin 3 Unit 18.000.000 10 1,12 2.795.263 2.795.263 6 Tali 5 Roll 3.500.000 5 1,12 616.820 616.820 7 Lampu 35 Buah 2.000.000 2 1,12 627.200 627.200 8 Kabel 4 Ball 400.000 3 1,12 93.662 93.662 9 Dinamo 1 Unit 8.000.000 5 1,12 1.409.873 1.409.873 10 Jaring 1500 Meter 5.600.000 2 1,12 1.756.160 1.756.160 11 Kapal 1 Unit 20.000.000 5 1,12 3.524.683 3.524.683

Total Biaya Investasi 163.171.000 Total Biaya Tetap (TFC) 30.447.944

Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 3. Data pengeluaran biaya tetap yang digunakan nelayan bagan rambo pada skala modal usaha tinggi di Desa Muara Tinobu.

No Biaya tetap (TFC) Jumlah Satuan Harga beli (Pro) Umur ekonomis (t)

(i+1) Penyusutan Jumlah

1 Bagan rambo 1 Unit 140.000.000 5 1,12 24.672.784 24.672.784 2 Keranjang 2 Buah 60.000 1 1,12 33.600 33.600 3 Peti Es 120 Buah 9.600.000 1 1,12 5.376.000 5.376.000 4 Senter 1 Buah 100.000 1 1,12 56.000 56.000 5 Mesin 3 Unit 45.000.000 10 1,12 6.988.158 6.988.158 6 Tali 7 Roll 4.900.000 5 1,12 863.547 863.547 7 Lampu 100 Buah 15.000.000 2 1,12 4.704.000 4.704.000 8 Kabel 6 Ball 600.000 3 1,12 140.493 140.493 9 Dinamo 1 Unit 8.000.000 5 1,12 1.409.873 1.409.873 10 Jaring 1000 Meter 8.000.000 2 1,12 2.508.800 2.508.800 11 Kapal 1 Unit 16.000.000 5 1,12 2.819.747 2.819.747

Total Biaya Investasi 247.260.000 Total Biaya Tetap (TFC) 49.573.002

Sumber : Data diolah, 2013

b) Aliran pengeluaran biaya tidak tetap

Berbeda dengan fixed cost, bahan-bahan atau biaya yang dikeluarkan untuk variabel cost tidak sebanyak fixed cost. Total biaya tidak tetap nelayan bagan rambo pada masing-masing skala modal usaha ditampilkan pada Tabel 4, 5 dan 6.

Besarnya biaya tidak tetap ditampilkan dalam ukuran turo. Istilah turo pada perikanan bagan rambo ditujukan untuk lama masa pengope-rasian alat tangkap dalam satu bulan, umumnya berkisar 20 hingga 25 hari per buln atau selama periode bulan gelap dalam satu bulan penuh.

(7)

Tabel 4. Data analisis total biaya tidak tetap yang digunakan nelayan bagan rambo pada skala modal usaha kecil di Desa Muara Tinobu.

No Biaya Variabel

(TVC) Jumlah Satuan Harga

Jumlah Turo Biaya Investasi 1 Akomodasi 1 Paket 4.000.000 1 4.000.000 2 Solar 1400 liter 8.000 1 11.200.000

3 Minyak tanah 20 liter 5.000 1 100.000

4 Oli 200 liter 15.000 1 3.000.000

Total variabel cost 18.300.00

Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 5. Data analisis total biaya tidak tetap yang digunakan nelayan bagan rambo pada skala modal usaha sedang di Desa Muara Tinobu.

No Biaya Variabel

(TVC) Jumlah Satuan Harga

Jumlah Turo Biaya Investasi 1 Akomodasi 1 Paket 3.000.000 1 3.000.000 2 Solar 1400 liter 8.000 1 11.200.000

3 Minyak tanah 20 liter 5.000 1 100.000

4 Oli 200 liter 15.000 1 3.000.000

Total variabel cost 17.300.00

Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 6. Data analisis total biaya tidak tetap yang digunakan nelayan bagan rambo pada skala modal usaha tinggi di Desa Muara Tinobu.

No Biaya Variabel

(TVC) Jumlah Satuan Harga

Jumlah Turo Biaya Investasi 1 Akomodasi 1 Paket 6.000.000 1 6.000.000 2 Solar 2100 liter 7.000 1 14.700.000

3 Minyak tanah 20 liter 5.000 1 100.000

4 Oli 200 liter 15.000 1 3.000.000

Total variabel cost 24.100.00

Sumber : Data diolah, 2013 Aliran Penerimaan

Penerimaan usaha nelayan bagan rambo diperoleh dari perkalian harga jual produk dan jumlah produksi. Tiga jenis ikan yang menjadi produk hasil tangkapan nelayan bagan rambo adalah ikan teri, ikan layang dan ikan kembung.

Tiga jenis ikan tersebut dikenal sebagai ikan yang bersifat fototaksis positif sesuai dengan target tangkapan alat tangkap bagan rambo. Hasil analisis terhadap jumlah penerimaan nelayan bagan rambo pada masing-masing skala modal usaha disajikan pada Tabel 7, 8 dan 9.

(8)

Tabel 7. Aliran penerimaan yang diperoleh nelayan bagan rambo pada skala modal usaha kecil di Desa Muara Tinobu.

Jenis Ikan Jumlah Box stirofoam (unit) Harga (Rp) Pendapatan Pendapatan/Turo Total Revenue (TR) Teri 7 200.000 1.400.000 28.000.000 78.000.000 Layang 5 300.000 1.500.000 30.000.000 Kembung 2 500.000 1.000.000 20.000.000

Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 8. Aliran penerimaan yang diperoleh nelayan bagan rambo pada skala usaha sedang di Desa Muara Tinobu

Jenis Ikan Jumlah Box stirofoam (unit) Harga (Rp) Pendapatan Pendapatan/Turo Total Revenue (TR) Teri 8 200.000 1.600.000 32.000.000 92.000.000 Layang 5 300.000 1.500.000 30.000.000 Kembung 3 500.000 1.500.000 30.000.000

Sumber : Data diolah, 2013

Tabel 9. Aliran penerimaan yang diperoleh nelayan bagan rambo pada skala usaha tinggi di Desa Muara Tinobu

Jenis Ikan Jumlah Box stirofoam (unit) Harga (Rp) Pendapatan Pendapatan/Turo Total Revenue (TR) Teri 15 200.000 3.000.000 60.000.000 174.000.000 Layang 9 300.000 2.700.000 54.000.000 Kembung 6 500.000 3.000.000 60.000.000

Sumber : Data diolah, 2013 Analisis Keuntungan (Laba)

Laba/keuntungan didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Laba atau keuntungan

merupakan peningkatan kekayaan nelayan sebagai hasil penanam modalnya. Hasil analisis keuntungan terhadap nelayan bagan perahu di Desa Muara Tinobu disajikan pada tabel 10. Tabel 10. Laba atau Keuntungan nelayan bagan rambo di Desa Muara Tinobu

No Skala modal usaha Total revenue (TR) Total Cost (TC) Laba (TR – TC)

1 Kecil 78.000.000 45.554.993 34.445.007

2 Sedang 92.000.000 47.747.994 44.252.056

3 Tinggi 174.000.000 75.017.002 98.982.998

(9)

Analisis Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan merupakan perbandingan antara input yang berupa total biaya yang digunakan dalam proses produksi dengan output yakni berupa hasil produksi. Perhitungan harga pokok penjualan sangatlah penting dalam aktivitas

usaha seperti usaha nelayan bagan rambo. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui sejauh mana efisiensi penggunaan biaya produksi yang digunakan. Hasil analisis terhadap harga pokok penjualan nelayan bagan rmbo di Desa Muara Tinobu seperti disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Harga pokok penjualan nelayan bagan rambo di Desa Muara Tinobu

No Skala Modal Usaha Total cost (TC) Total produksi (kg) HPP (TC/Q)

1 Kecil 45.554.993 630 69.134

2 Sedang 47.747.994 720 66.136

3 Tinggi 75.017.002 1350 55.568

Sumber : Data diolah, 2013 Analisis Daya Saing

Analisis terhadap daya saing nelayan bagan rambo amat penting karena pengerahuan tenang daya saing suatu aktivias usaha dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan hasil

produksi (komoditas) bagan rambo dalam memasuki pasar dan bertahan di pasar tersebut. Hasil analisis daya saing produksi nelayan bagan rambo di Desa Muara Timobu ditampilkan dalam Tabel 12.

Tabel 12. Daya saing harga produksi nelayan bagan rambo di Desa Muara Tinobu

Skala Modal Usaha Hp (Rp) Hpp (Rp) Daya Saing (HP – HPP)

Kecil 10.000.000 69.134 930.865

Sedang 10.000.000 66.316 933.683

Tinggi 10.000.000 55.568 944.431

Sumber : Data diolah, 2013 Nilai Tukar

Nilai tukar merupakan hasil pembagian antara total revenue (penerimaan) dengan total cost

(pengeluaran). Tabel 13 menampilkan hasil analisis nilai tukar nelayan bagan rambo di Desa Muara Tinobu Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.

Tabel 13. Nilai tukar nelayan bagan rambo di Desa Muara Tinobu

Skala modal usaha Total revenue (TR) Total cost (TC) Nilai Tukar (TR/TC)

Kecil 78.000.000 43.554.993 1,79

Sedang 92.000.000 47.747.994 1,92

Tinggi 174.000.000 75.017.002 2,31

(10)

PEMBAHASAN

Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Nelayan Bagan Rambo

Dengan potensi sumberdaya laut yang besar, sektor perikanan merupakan sektor yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia secara luas dan masyarakat Konawe Utara khususnya hal ini didukung oleh potensi wilayah dan sumberdaya manusia yang besar. Berkembangnya berbagai kegiatan usaha penangkapan ikan harusnya menjadikan sektor perikanan sebagai penggerak utama dalam perekonomian nasional. Namun demikian, usaha-usaha yang bergerak di sektor penangkapan ikan diharapkan dapat berkembang secara berkelanjutan baik kelanjutan sumber-daya maupun kelanjutan usaha secara ekonomi. Secara ekonomi suatu aktivitas usaha dikatakan berkelanjutan jika usaha tersebut memberikan keuntungan bagi nelayan yang bersangkutan dengan daya saing yang tinggi. Dengan demikian usaha dapat dilaksanakan secara terus menerus.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas penangkapan nelayan bagan ikan menggunakan bagan rambo di Desa Muara Tinobu, ditemukan tiga skala modal usaha yang dijalankan oleh nelayan. Pertama adalah nelayan bagan rambo dengan skala modal yang kecil, sedang dan tinggi. Pada setiap skala usaha tersebut membutuhkan biaya-biaya yang berbeda pula.

Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh setiap nelayan berbeda-beda sesuai dimiliki. Biaya merupakan sejumlah pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh atau menghasilkan sesuatu.

Biaya produksi juga dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilaku-kan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang akan digunakan untuk men-ciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan (Sukirno, 2002). Hal ini pun terjadi dalam usaha nelayan bagan rambo. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan bagan rambo dalam upaya menghasilkan produk adalah biaya tetap dan biaya tidak tetap

Biaya tetap yang dikeluarkan besarnya mengikuti jumlah besarnya skala modal usaha dari setiap nelayan. Hal ini seperti terlihat pada Tabel 1, 2, dan 3 dimana semakin besar skala modal usaha maka semakin besar pula besarnya biaya tetap yang dikeluar-kan. Biaya tetap tersebut umumnya selalu konstan atau tidak mengalami perubahan, bahkan di masa sulit. Hal yang sama pula terlihat pada besarnya biaya tidak tetap yang dikeluarkan seperti tertera dari Tabel 4,5, dan 6, dimana semakin besar skala modal usaha nelayan, maka semakin besar pula biaya variabel yang dikeluarkan oleh nelayan.

Berdasarkan besarnya penerimaan nelayan bagan rambo juga terlihat bahwa nelayan yang berada pada skala modal besar mendapatkan penerimaan yang lebih besar pula (Tabel 7, 8 dan 9). Penerimaan menurut Beuchelt dan Zeller (2011) bahwa pendapatan atau revenue adalah arus masuk atau penambahan lain atas aktivitas suatu entitas atau penye-lesaian kewajiban-kewajiban (atau kom-binasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pem-berian jasa atau aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau

(11)

operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas.

Tiga jenis sumberdaya ikan yang menjadi produk nelayan bagan rambo adalah ikan teri, layang dan kembung. Namun jenis ikan kembung memberikan penerimaan yang lebih tinggi pada semua skala usaha, walaupun jumlah (unit) produknya lebih sedikit diban-dingkan dengan ikan teri maupun ikan layang. Hal ini karena ikan kembung merupakan salah satu ikan dengan nilai jual yang lebih besar selanjutnya ikan layang dan ikan teri.

Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh nelayan bagan rambo di Desa Muara Tinobu, maka dilakukan analisis keuntungan dengan mengurangkan nilai total pene-rimaan yang dihasilkan dengan total biaya yang dikeluarkan. Mengacu pada hasil analisis aliran pengeluaran dan penerimaan maka besarnya keuntungan nelayan bagan rambo dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan pada Tabel 10 terlihat bahwa keuntungan tertinggi diperoleh pada skala modal usaha tinggi sebesar Rp98.982.998.Hal tersebut dise-babkan karena besarnya produksi yang dihasilkan yaitu sebesar 30 unit (gabus) dalam satu turo atau setara dengan 1350kg, sehingga penerimaan juga tinggi. Sedangkan responden dengan skala modal kecil memiliki keuntungan Rp34.445.007 dan skala usaha sedang

memiliki keuntungan sebesar

Rp44.252.056.

Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa usaha penangkapan ikan menggunakan bagan rambo di Desa Muara Tinobu mengalami keuntungan atau layak karena penerimaan lebih besar

daripada biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Reksohadiprojo dan Pradono (1998) bahwa perusahan dikatakan memperoleh keuntungan (laba) jika nilai π positif (π > 0) dimana TR>TC.

Daya Saing Nelayan Bagan Rambo Daya saing berhubungan dengan bagaimana efektivitas suatu organisasi atau usaha di pasar persaingan diban-dingkan dengan organisasi atau usaha lain yang menawarkan produk atau jasa yang sama atau sejenis. Daya saing produksi merupakan kemampuan produsen dalam bersaing di bidang pemasaran baik dari segi harga maupun kualitas produk. Porter (2001), menya-takan bahwa istilah daya saing sama dengan competitiveness atau competitive. Sedangkan istilah keunggulan bersaing sama dengan competitive advantage.

Dari hasil analisis daya saing seperti yang ditunjukkan pada Tabel 12, diketahui bahwa aktifitas penangkapan ikan menggunakan bagan rambo memi-liki daya saing besar. Walaupun demi-kian, daya saing harga produksi nelayan tertinggi di Desa Muara Tinobu berada pada nelayan bagan rambo dengan skala modal usaha tinggi yaitu sebesar Rp944.431 yang dapat dilihat pula pada nilai harga jual yang jauh lebih tinggi dari pada harga pokok penjualan (Tabel 11). Sementara yang terendah adalah nelayan bagan rambo dengan skala usaha kecil.

Kehinde dan Awoyemi (2009) menyatakan bahwa keunggulan suatu industri dalam persaingan global selain ditentukan oleh keunggulann kompetitif yang dimilikinya yang diperkuat proteksi

(12)

atau bantuan dari pemerintah, juga sangat ditentukan oleh keunggulan kompetitifnya. Adapun faktor-faktor keunggulan kompetitif yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan untuk bersaing di pasar dunia adalah: penguasaan teknologi dan peningkatan inovasi; sumberdaya manusia dengan kualitas tinggi; dan memiliki etos kerja, kreativitas dan motivasi yang tinggi, tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi dalam proses produksi.

Proses penjualan hasil tangkapan nelayan bagan rambo di Desa Muara Tinobu berlangsung dengan baik yang didukung dengan kemudahan proses penjualan karena memiliki akses trans-portasi yang baik sehingga memudahkan para pembeli (eksportir atau pengumpul) menjemput hasil tangkapan nelayan. Setelah transaksi dinyatakan mencapai kesepakatan harga antara penjual dan pembeli, maka pembeli berkewajiban menyiapkan sarana angkutan, sedangkan penjual berkewajiban mengawasi ikan yang akan dijual. Dari penjelasan ter-sebut terlihat pula adanya bentuk pela-yanan yang baik yang diberikan oleh produsen kepada konsumennya.

Beberapa faktor yang mem-pengaruhi nilai daya saing adalah lokasi, harga, pelayanan, mutu dan kualitas, promosi. Muhardi (2007) menjelaskan beberapa dimensi daya saing lengkap dengan indikatornya yaitu : 1) dimensi biaya dengan indikator biaya produksi, produktifias tenaga kerja, penggunaan kapasitas produksi dan persediaan; 2) dimensi kualitas dengan indikator antara lain tampilan produk dan jangka waktu penerimaan produk, dan kecepatan penyelesaian keluhan konsumen; 3)

dimensi waktu meliputi antara lain ketepatan waktu produksi, pengurangan waktu tunggu produksi dan ketepatan waktu penyampaian produk; serta 4) dimensi fleksibilitas meliputi macam produk yang dihasilkan dan kecepatan menyesuaikan dengan kepentingan lingkungan.

Nilai Tukar

Nilai tukar merupakan perban-dingan harga yang diperdagangkan antar kelompok sosial ekonomi. Nilai tukar juga merupakan hasil pembagian antara total revenue (penerimaan) dengan total cost (pengeluaran). Yampu dan Mardjudo (2015) menjelaskan bahwa nilai tukar nelayan digunakan untuk mempertimbangkan seluruh penerimaan (revenue) dan seluruh pengeluaran (expenditure). Selain itu, nilai tukar nelayan nuga digunakan untuk mengu-kur tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif dan merupakan ukuran kemampuan keluarga nelayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil analisis terhadap nilai tukar nelayan berdasarkan skala modal usaha kecil, sedang dan tinggi masing-masing sebesar 1,79, 1,92, dan 2,31. Dari nilai tersebut terlihat bahwa melalui usaha penangkapan ikan menggunakan bagan rambo, baik nelayan dengan skala modal usaha kecil maupun sedang sudah dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Namun pendapatan yang didapatkan hanya mampu memenuhi kebutuhan subsisten-nya saja. Berbeda dengan bagan rambo pada skala modal usaha tinggi, memiliki nilai tukar nelayan yang paling tinggi sebesar 2,31. Dengan nilai tukar nelayan tersebut terlihat bahwa nelayan bagan

(13)

rambo pada skala modal usaha tinggi, telah memiliki tingkat kesejahteraan yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan subsistennya dan mempunyai potensi untuk mengkonsumsi kebutuhan sekunder atau tersiernya, atau menabung dalam bentuk invenstasi barang.

Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Ustriana (2005) bahwa NTN atau nilai tukar nelayan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan dalam memenuhi kebutuhan subsistennya atau rumah tangganya. Kriteria besaran NTN yang diperoleh dapat lebih rendah, sama atau lebih tinggi dari satu. Jika NTN lebih kecil dari 1 berarti nelayan mem-punyai daya beli rendah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan berpotensi untuk mengalami penurunan anggaran rumah tangganya. Jika NTN berada di sekitar angka satu, berarti keluarga nelayan hanya mampu memenuhi kebutuhan subsistennya. Sebaliknya jika NTN berada di atas angka satu, berarti keluarga nelayan mempunyai tingkat kesejahteraan cukup baik untuk memenuhi kebutuhan subsistennya dan mempunyai potensi untuk menkonsumsi kebutuhan sekunder atau tersiernya, atau menabung dalam bentuk investasi barang.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Keuntungan nelayan bagan rambo pada skala modal usaha kecil sebesar Rp34.445.007, sedang Rp44.252.056 dan untuk skala modal usaha tinggi sebesar Rp98.982.998

2. Berdasarkan analisis daya saing hasil produksi nelayan bagan rambo di Desa Muara Tinobu memiliki daya saing yang tinggi seiring dengan besarnya modal usaha yang dikeluarkan

3. Berdasarkan nilai tukar nelayan bagan rambo pada skala usaha kecil dan sedang sudah dapat memenuhi kebutuhan subsistennya, sedangkan pada nelayan bagan rambo dengan skala modal tinggi selain dapat memenuhi kebutuhan subsistennya, juga mempunyai potensi untuk mengkonsumsi kebutuhan sekunder atau tersiernya, atau berinvestasi. DAFTAR PUSTAKA

Beuchelt, T.D., Zeller M., 2011. Profits and Poverty Certifivtion’s Troubled link for Nicaragua’s Organic anf Fair-Trade Coffe Producers. Journal Ecologycal Economics. 70. 1316-1324

Kehinda, A.L., and Awoyemi, T.T. 2009. Analysis of Economic

Efficiency in Sawnwood

Production in Southwest Nigeria. Journal Economic 26 (3) : 175 – 183.

La Ola, O. 2011. Buku Pegangan Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Perikanan. Universitas Halu Oleo. Kendari.

Muhardi. 2007. Strategi Operasi : untuk Keunggulan Bersaing.Graha Ilmu. Yogyakarta

Porter. M.E. 2011. The Competitive Advantage of Nations. Journal Economics (1) : 15 – 26.

Reksohadiprojo dan Pradono. 1998. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Energi, Cetakan ke Empat. BPFE. Yogyakarta.

(14)

Rianse, U dan Abdi, S.P. 2010. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Alfa Beta. Bandung. Siang, R.D. dan Nurdiana A. 2010.

Pengantar Ekonomi Perikanan. Unhalu Press. Kendari. 124 hal. Sukirno, S. 2002. Pengantar Teori

Mikroekonomi, Edisi Ketiga. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 59 hal. Ustriana, N.G. 2005. Model dan Pengukuran Nilai Tukar Nelayan. Universitas Udhayana. Bali. Yampu, R dan Ahsan Mardjudo (2015).

Analisis Nilai Tukar Nelayan Perikanan Pancing di Kelurahan Boneoge, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala. Jurnal Kiat Universitas Alkhaerat 7(1) : 46-56

Gambar

Tabel 1. Data pengeluaran biaya tetap yang digunakan nelayan bagan rambo pada skala  usaha kecil di Desa Muara Tinobu
Tabel 2. Data pengeluaran biaya tetap yang digunakan nelayan bagan rambo pada skala  modal usaha sedang di Desa Muara Tinobu
Tabel  4.   Data  analisis  total  biaya  tidak  tetap  yang  digunakan  nelayan  bagan  rambo  pada skala modal usaha kecil di Desa Muara Tinobu
Tabel 7. Aliran penerimaan yang diperoleh nelayan bagan rambo pada skala modal  usaha kecil di Desa Muara Tinobu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kandou Manado tersebut diperoleh data bahwa perawat memiliki motivasi yang tinggi pada pekerjaan yang mereka laksanakan, sehingga dengan pemimpin yang baik lebih

Berdasarkan penelitian seorang ahli bernama Pennebaker (dalam Hernowo, 2003, hlm.30) mengemukakan bahwa “menulis dapat membuat seseorang menjadi lebih sehat, karena dengan

Deviation Minimum Maximum Range Interquartile Range Skewness Kurtosis Mean Lower Bound Upper Bound 95% Confidence.. Interval

Penelitian ini menggunakan metode SIG ( Sistem Informasi Geografis ) Penggunaan metode GIS dilakukan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui identifikasi luas

Dalam konsepsi lain, Abin Syamsuddin (seperti dikutif Syamsu Yusuf) menggungkapkan kesadaran beragama pada anak usia 2-6 tahun yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai

Pembagian kekuatan yang merata pada permukaan, jadi tidak hanya pada tempat yang sempit seperti pada paku keling. Pengelasan menimbulkan panas dan selalu menghasilkan

Berdasarkan hasil pengujian SmartPLS pada Tabel 4.di atas, ditemukan pengaruh positif dan signifikanrelationship marketing terhadap kepuasan pelanggan melalui citra merek

Pemberian bahan organik Eceng Gondok tidak berpengaruh nyata terhadap laju infiltrasi, Pori drainase cepat dan pori air tersedia serta produksi jagung tetapi berpengaruh