• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intelektual) Konsep Dasar Kekayaan Intelektual Untuk Penumbuhan Inovasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2008) hlm.25. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Intelektual) Konsep Dasar Kekayaan Intelektual Untuk Penumbuhan Inovasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2008) hlm.25. 1"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 HAKI/2015)

Oleh : INKA DWI PERMATASARI NIM : 13100006

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hak Atas Kekayaan Intelektual adalah hak-hak hukum yang diperoleh dari aktivitas intelektual di bidang industri, ilmu pengetahuan dan seni. Untuk menciptakan produk industri memerlukan rancangan model yang disebut Desain Industri. Desain Industri adalah suatu kreasi bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditi industri, atau kerajinan tangan.1 Di Indonesia Desain Industri tersebut dilindungi oleh UU Nomor. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri yang mulai berlaku sejak tanggal 20 Desember 2000.2 Merujuk pada definisi diatas maka, karakteristik Desain Industri itu dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna atau garis dan warna atau gabungan keduanya.

2. Bentuk konfigurasi atau komposisi tersebut harus berbentuk dua atau tiga dimensi.

3. Bentuk tersebut harus pula memberi kesan estetis.

Kesemuanya itu harus dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, berupa barang, komoditas industri atau kerajinan tangan. Peranan perlindungan Desain Industri sering diabaikan jika dibandingkan dengan perlindungan terhadap paten, merek atau hak cipta. Padahal peranan suatu Desain Industri dilihat dari aspek promosi dan pemasaran suatu produk adalah sangat dominan

1

Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri. 2

Muhammad Ahkam Subroto dan Suprapedi, Pengenalan HKI (Hak Kekayaan Intelektual) Konsep Dasar Kekayaan Intelektual Untuk Penumbuhan Inovasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2008) hlm.25.

(2)

dalam menentukan pilihannya terhadap suatu produk dan yang utama adalah hasil penemuan/karya-karya yang dapat dieksploitasi dalam industri, penggunaan dibidang industri inilah yang merupakan aspek terpenting dari Hak Kekayaan Industri. Selama ini banyak terjadi sengketa tentang Desain Indutri, sebagai contoh pada sengketa antara PT.Batik Keris melawan Wenny Sulistiowaty Hartono untuk membatalkan pendaftaran Desain Industri Tas seperti termuat pada putusan MA Nomor 301 K/Pdt.Sus-HAKI/2015 tanggal 22 September 2015.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah yang melatar belakangi timbulnya sengketa seperti yang termuat pada putusan MA Nomor 301 K/Pdt.Sus-HAKI/2015 tanggal 22 September 2015?

2. Apakah pertimbangan hakim dalam memutus perkara kasasi permohonan pembatalan Desain Industri pada putusan MA Nomor 301 K/Pdt.Sus-HAKI/2015 tanggal 22 September 2015?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis apa yang melatar belakangi timbulnya sengketa seperti yang termuat pada putusan MA Nomor 301 K/Pdt.Sus-HAKI/2015 tanggal 22 September 2015?

2. Mengkaji dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara kasasi permohonan pembatalan Desain Industri pada putusan MA Nomor 301 K/Pdt.Sus-HAKI/2015 tanggal 22 September 2015.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis.

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan , wawasan dan memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum pada umumnya dan khususnya dalam bidang hukum Hak atas Kekayaan Intelektual mengenai tinjauan pembatalan Desain Industri dan upaya perlindungan hukumnya.

b. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis dan untuk memberikan pembelajaran tentang perkembangan

(3)

ilmu pengetahuan dalam hukum bisnis dibidang HKI, utamanya mengetahui segala aspek yang menyangkut asas kebaharuan yang dikaitkan dengan sistem pendaftaran pertama.

2. Manfaat Praktis.

a. Dapat mengidentifikasi dan menganalisis masalah–masalah yang berkaitan dengan Desain Industri.

b. Untuk memberikan informasi yang jelas kepada para pembaca skripsi ini dan masyarakat pada umumnya tentang perlindungan Desain Industri di Indonesia dan penyelasaian permasalahan yang timbul. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)

Hak eklusif yang diberikan negara kepada individu pelaku HaKI (inventor, pencipta, pendesain dan sebagainya) sebagai penghargaan atas kreativitasnya. HaKI dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Hak Cipta (Copyrights) dan Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights).

1. Hak Cipta (Copyrights), adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan yang berlaku sesuai UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

2. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights) dibagi menjadi, Paten (Patent), Merek (Trademark), Desain Industri (Industrial Design), Rahasia Dagang (Trade Secret, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Layout Design of Integrated Circuit) dan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT)/ Hak Pemulia Tanaman.

3. Dasar Hukum HaKI. Secara factual HKI merupakan satu system pemberian perlindungan bagi karya-karya intelektual yang mencakup jangkauan yang luas dari pengetahuan tradisional sampai program

(4)

komputer dan internet di era ekonomi digital ini.3 Dasar Hukumnya UUD 1945 Pasal 28D ayat (1), Pasal 28H ayat (4). Dasar hukum yang lain yaitu UU No 7/1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the WTO, UU No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, UU No 14 Tahun 2001 tentang Hak Paten, UU No 15 Tahun 2001 tentang Merek, UU No 13 Tahun 2000 tentang Desain Industri, UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, UU No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, Keputusan Presiden RI No. 15/1997 tentang Pengesahan Paris Convention for the Protection of Industrial Property dan Convention Establishing the World Intellectual Property Organization, Keputusan Presiden RI No. 17/1997 tentang Pengesahan Trademark Law Treaty, Keputusan Presiden RI No. 18/1997 tentang Pengesahan Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works dan Keputusan Presiden RI No. 19/1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty.

4. Prinsip HaKI sebagai berikut:

a. Prinsip Keadilan (The Principle of Natural Justice) yaitu hukum memberikan perlindungan kepada pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingan yang disebut hak.

b. Prinsip Ekonomi (The Economic Argument), yaitu HaKI memiliki manfaat dan nilai ekonomi serta berguna bagi kehidupan manusia. c. Prinsip Kebudayaan (The Cultural Argument) yaitu pengakuan atas

kreasi karya sastra dari hasil ciptaan manusia diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat untuk mendorong melahirkan ciptaan baru.

d. Prinsip Sosial (The Social Argument) yaitu sistem HaKI memberikan perlindungan kepada pencipta tidak hanya untuk memenuhi

3

A.Zen Umar Purba, S.H., LL.M Jurnal Hukum Bisnis Volume 13, Pemasalahan Diseputar Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta:Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis), hlm.4.

(5)

kepentingan individu, persekutuan atau kesatuan itu saja melainkan berdasarkan keseimbangan individu dan masyarakat.

B. Desain Industri

David I. Brainbridge mengemukakan pendapatnya mengenai desain, bahwa desain merupakan aspek-aspek dari atau fitur-fitur yang terdapat pada suatu barang.4 Jeremy Philips dan Alison Firth berpendapat bahwa desain mencakup segala aspek tentang bentuk atau konfigurasi/susunan baik internal maupun eksternal baik yang merupakan bagian maupun keseluruhan dari sebua benda. Dekorasi pemukaan dikesampingkan dan suatu desain harus spesifik. 5

1. Hak Desain Industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara RI kepada Pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hal tersebut. Pecantuntuman nama pedesain merupakan suatu keharusan dalam bidang HKI dan di kenal dalam istilah Hak Moral (Moral Right). 6

2. Pendaftaran Hak Desain Industri permohonan diajukan ke DJHKI secara tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan cara mengisi formulir permohonan yang ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya, dalam hal permohonan diajukan secara bersama-sama ditandatangani oleh satu pemohon dengan dilampiri surat persetujuan secara tertulis dari pemohon lainnya, dalam hal permohonan diajukan oleh bukan pendesain, permohonan harus dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa pemohon berhk atas desain industri yang bersangkutan dan membayar biaya permohonan.

4

Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam Perdagangan Bebas, Cetakan I, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), hlm. 49.

5

Ranti Fauza Mayana, Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam Perdagangan Bebas, Cetakan I, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), hlm. 50.

6

Tomi Suryo Utomo,Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Di Era Global:Sebuah Kajian Kontemporer,Cetakan Pertama, (Yogyakarta:Graha Ilmu,2010),Hlm.233.

(6)

3. Proses/Tahap Mendapatkan Hak Desain Industri

4. Asas-asas Hak Desain Industri yang mendasari hak ini adalah :7

a. Asas Publisitas bermakna bahwa adanya hak tersebut didasari pada pengumuman publikasi dimana masyarakat umum dapat mengetahui keberadaan tersebut.

b. Asas Kemanunggalan (kesatuan) bermakna bahwa Hak Atas Desain Industri tidak boleh dipisah-pisahkan dalam satu kesatuanyang utuh untuk satu komponen desain.

c. Asas Kebaruan bahwa hanya desain yang benar-benar baru yang diberikan hak.

5. Pembatalan Hak Desain Industri sesuai dengan ketentuan UU Desain Industri Pasal 37 bahwa Desain Industri terdaftar dapat dibatalkan oleh Dirjen HaKI atas permintaan tertulis yang diajukan oleh pemegang Hak Desain Industri.

6. Penyelesaian Sengketa Desain Indutri berada pada kewenangan Pengadilan Niaga berada dalam kewenangan MA sesuai UU no 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.8 Pada UU no 31 Tahun 2000

7

Ok. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Cetakan ke empat (Intellectual Property Rights), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013. Hlm. 477.

8

Direktorat Hukum dan Hak Asasi Manusia, Eksitensi Pengadilan Niaga dan Perkembangan Dalam Era Globalisasi, online http://www.bappenas.go.id.

(7)

tentang Desain Industri ini Pengadilan Niaga diberikan kewenangan untuk menyelesaikan gugatan mengenai Hak Desain Industri. 9

C. Tinjauan Perlindungan Hukum HKI

Sistem hukum meletakkan kekayaan dalam tiga kategori, yaitu pertama sebagian besar masyarakat mengakui hak kepemilikan pribadi dalam kekayaan pribadi, yang dikenal dengan intangible things, kedua kekayaan dalam pengertian riil seperti tanah dan bangunan, ketiga kekayaan yang diketahui sebagai kekayaan intelektual.10Konsep inilah yang dicoba dipergunakan sebagai dasar pemikiran dalam perlindungan hak kekayaan intelektual. Sehingga, menjadi wajar jika kepada sang kreator diberikan perlindungan terhadap setiap hak yang melekat pada invensinya.11

1. Fungsi HaKI adalah sebagai berikut Antisipasi kemungkinan melanggar HaKI milik pihak lain, Meningkatkan daya kompetisi dan pangsa pasar dalam komersialisasi kekayaan intelektual, Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan strategi penelitian, usaha dan industri di Indonesia, Alat perlindungan menjamin hak komersialisasi, Peringatan kepada pihak yang berniat melanggar, Advertensi untuk meningkatkan value produk, Alat monopoli perdagangan, Informasi paten sebagai referensi pengembangan lebih lanjut dan Informasi paten merupakan informasi strategi riset suatu perusahaan.

2. Tujuan HaKI antara lain Meningkatkan pengetahuan dan wawasan hukum yang berlaku, sanksi-sanksi, prosedur penerapan HaKI dan masalah- masalah yang dihadapi dan mermotivasi untuk menciptakan hal-hal baru di bidang produk industri yang menyangkut desain, proses produksi serta pemakaian merek sendiri.

9

UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Bab VIII Pasal 46 ayat (2) 10

Khaerul Hidayat Tanjung, 2007, Filosofi Hak Kekayaan Intelektual. 11

Arthur R. Miller dan Michael H. Davis, 1983, Intellectual Property Patents, Trademarks, and Copyright in A Nutshell, St. Paul, Minnesota : West Publishing Co.

(8)

3. Tujuan Perlindungan dan Penegakan Hukum HaKI antara lain mendorong timbulnya inovasi dan untuk penyebaran teknologi yang diperoleh manfaat bersama antara penghasil dan pengguna pengetahuan teknologi, dengan cara menciptakan kesejahteraan sosial ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Manfaat Perlindungan HaKI dalam bidang ekonomi yaitu Memberikan perlindungan hukum bagi pencipta, inventor dan desainer, Menciptakan iklim yang kondusif bagi investor, Mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan, Mempercepat pertumbuhan indrustri, mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup, Memberikan perlindungan HaKI yang lahir dari keanekaragaman dan pendorong kreatifitas bagi masyarakat, Mengangkat harkat dan martabat manusia Indonesia dan Meningkatkan produktivitas, mutu dan daya saing produk ekonomi Indonesia.

D. Penyelesaian Sengketa HKI

1. Penyelesaian Di Luar Pengadilan (Alternative Dispute Resolution) yaitu melalui:

a. Negosiasi adalah suatu perundingan/ musyawarah yang dilakukan oleh para pihak yang bersengketa atau yang mewakili dengan menjalankan suatu proses tawar menawar dalam upaya mencapai kesepakatan penyelesaian.

b. Mediasi adalah dengan melibatkan pihak ketiga atau Mediator sebagai pihak luar yang tidak terkait dengan para pihak yang bersengketa, tidak memihak, netral serta dapat bekerja sama.

c. Konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan menyerahkannya kepada suatu komisi orang yang bertugas untuk menguraikan fakta, membuat usulan untuk penyelesaian, namun keputusan yang diambil tidak mengikat.

d. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa dengan cara

(9)

menunjuk seorang atau beberapa orang wasit (arbiter) yang ditunjuk oleh para pihak yang bersengketa.

2. Penyelesaian Melalui Pengadilan (Court Settlement). Para pihak harus memperhatikan prosedur yang mengacu kepada Hukum Perdata Formil maupun Hukum Perdata Materil antara lain :

a. Hukum Acara Perdata adalah serangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan serta bagaimana cara pengadilan harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya Hukum Perdata Materil. b. Hukum Melalui Pengadilan Niaga merupakan bagian dari peradilan

umum yang muara sengketanya berada pada MA. Pengadilan Niaga diberi kewenangan esklusif untuk menangani seluruh perkara yang berhubungan dengan sengketa HaKI termasuk sengketa Desain Industri.

c. Sumber Hukum sengketa perdata HaKI khususnya tentang Desain Industri diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

d. Asas Hukum dalam melaksanakan proses beracara di pengadilan adalah Hakim bersifat pasif dan menunggu artinya inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak diserahkan sepenuhnya kepada yang bersengketa, tidak memihak, putusan harus disertai alasan, beracara dikenakan biaya dan tidak ada keharusan menunjuk kuasa.

3. Tahapan Persiapan memuat Pihak yang bersengketa, Pembuatan atau penyusunan surat gugatan, Penandatanganan Surat Gugatan dan Biaya Perkara.

4. Tahapan Pengajuan dan Pendaftaran Surat Gugatan. Surat gugatan yang telah ditandatangani oleh Penggugat atau Kuasa Hukumnya dimasukkan untuk didaftarkan di Kepaniteraan Perdata Pengadilan Negeri kemudian menerima kembali 1 (satu) bendel surat gugatan yang telah dibubuhi Nomor Register Perkara yang telah diparaf oleh Panitera Kepala atau pejabat lain yang ditunjuk untuk itu.

(10)

5. Tahapan Persidangan memuat beberapa hal yang merupakan urutan kegiatan perangkat pengadilan yaitu sebagai berikut Ketua Pengadilan Negeri menunjuk dan menetapkan Majelis Hakim kemudian menetapkan hari sidang pertama dan memerintahkan Panitera Kepala untuk memanggil pihak-pihak dalam perkara tersebut. Panitera Kepala memerintahkan Juru sita Pengganti melakukan pemanggilan terhadap para pihak pada hari, tanggal dan waktu yang ditentukan, sidang lanjutan dalam hal perdamaian tidak tercapai maka akan dilakukan persidangan baik tanpa kehadiran Tergugat maupun dengan dihadiri oleh para pihak. 6. Upaya Hukum Penyelesaian Sengketa HaKI terdiri dari Upaya hukum

biasa (Perlawanan/Verzet,Banding, Kasasi) dan Upaya hukum luar biasa (Peninjauan Kembali, Perlawanan Pihak Ketiga (Derden Verzet))

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian yuridis normatif. Yuridis normatif digunakan sebagai pendekatan yang utama dalam menggali hukum yang didasarkan pada peraturan perUUan yaitu dengan mengkaji dan mempelajari serta menelaah teori-teori, konsep-konsep dan asas-asas norma hukum.12

B. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Hal ini disebabkan keilmuan tersebut bersifat deskriptif yaitu mengemukakan apa yang ada berdasarkan fakta empiric dan dalam kerangka menjelaskan hubungan sebab akibat antara dua hal.13 C. Sumber dan Jenis Data

1. Bahan Hukum Primer meliputi UU Dasar 194, UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Kitab UU Hukum Perdata dan Putusan MA Nomor 301 K/Pdt.Sus-HAKI/2015 tanggal 22 September 2015. 2. Bahan Hukum Sekunder. Bahan yang diperoleh dengan melakukan

penetian kepustakaan (library research) yang diperoleh dari berbagai

12

Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Hal. 33.

13

Prof.Dr. Peter Mahmud Marzuki, S.H., M.S.,L.L.M., Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana,2005) hlm. 28.

(11)

literature yang terdiri dari dokumen-dokumen resmi yang mempunyai hubungan dengan HKI dan Desain Industri.

3. Bahan Hukum Tersier. Bahan yang diperoleh dari internet dan digunakan penulis sebagai bahan yang mendukung, memberikan penjelasan bagi bahan hukum sekunder seperti Kamus Besar Indonesia, Kamus Bahasa Inggris dan Kamus Hukum.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka. Studi pustaka dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yang dilakukan dengan cara, mencari, mengiventarisasi dan mempelajari peraturan perUUan, doktrin-doktrin dan data-data sekunder yang lain, yang terkait dengan objek yang dikaji. diperoleh selama kajian dilakukan.

E. Metode Analisis Data Kualitatif

Tehnik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yaitu dengan cara menyelaraskan dan menggambarkan keadaan yang nyata mengenai dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara kasasi pembatalan Desain Industri dan akibat hukum

HASIL PENELITIAN A. Posisi Kasus

1. Sengketa Antara PT. Batik Keris dengan Wenny Sulistiowaty Hartono. Putusan MA Nomor 301 K/Pdt.Sus-HKI/2015 merupakan kasus sengketa tentang Desain Industri antara PT. Batik Keris melawan Wenny Sulistiowaty Hartono. PT. Batik Keris selaku Penggugat dan sebagai Pemohon Kasasi mengajukan gugatan terhadap Wenny Sulistiowaty Hartono ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang berupa gugatan pembatalan pendaftaran Desain Industri. Nomor ID D0000035061, ID D0000035000, ID D0000035060 yang permohonannya diajukan pada tanggal 4 September 2012.

2. Isi Gugatan. Gugatan berisi mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya dan menyatakan Desain Industri milik Wenny Sulistiowaty

(12)

Hartono tidak mengandung unsur kebaruan dan dibatalkan. Adapun alasan diajukan permohonan gugatan sebagai berikut :

a. Penggugat adalah sebagai pihak yang berkepentingan untuk mengajukan gugatan pembatalan pendaftaran ketiga Desain Industri atas nama Tergugat tersebut berdasarkan fakta-fakta:

b. Jika tidak ada pembatalan pendaftaran ketiga Desain Industri tersebut maka telah terjadi ketidakadilan terhadap Penggugat selaku pihak yang telah lebih dulu memasarkan dan memperjualbelikan tas tersebut.

c. Seharusnya Tergugat tidak dapat mengakui Tergugatlah sebagai pendesain dari desain "tas" dengan klaim "konfigurasi" dengan maksud memonopoli desain yang sebenarnya desain dengan konfigurasi seperti tersebut sudah ada sebelum Tergugat mendaftarkannya.

d. Desain Industri tersebut bertentangan dengan ketertiban umum e. Adanya itikat untuk memonopoli suatu hak yang seharusnya tidak

bisa diakui sebagai miliknya.

f. Jurisprudensi pada putusan kasasi Nomor 024 K/N/HaKI/2006 tanggal 6 September 2006 jo. Nomor 12 /Desain Industri/2006/PN Niaga. JKT. Pst tanggal 21 Juni 2006 antara Sumarko Liman melawan Megusdyan Susanto.

3. Jawaban Atas Gugatan. Wenny Sulistiowaty Hartono selaku Tergugat memberikan Eksepsi error in persona/keliru sebagai berikut:

a. Penggugat telah keliru menempatkan Pemegang Hak Desain Industri sebagai Tergugat seharusnya yang dijadikan Tergugat dalam Permohonan ini adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan alasan hukum sebagai berikut:

b. Gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk) karena seharusnya yang dijadikan Tergugat adalah Direktorat Jenderal HKI.

(13)

4. Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Semarang. Hakim dalam Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang menyatakan bahwa pemberian sertifikat hak milik Desain Industri kepada Wenny Sulistiowaty Hartono adalah sudah benar karena selama belum ada yang mendaftarkan Desain Industri tersebut maka dianggap sebagai desain baru. dan selama dalam proses pengumuman tidak ada tidak ada pihak yang keberatan sejak tanggal dimulainya pengumuman.

5. Putusan Pengadilan Niaga Pada Pengadilan Negeri Semarang. Terhadap gugatan tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang telah memberi putusan Nomor 01/Pdt.Sus-HAKI/2014/PN Niaga.Smg., tanggal 7 Oktober 2014 yaitu tidak menerima gugatan yang diajukan oleh Penggugat

B. Pertimbangan Hakim Dalam Perkara Kasasi

1. Memori Kasasi. Pemohon Kasasi/Penggugat didalam memori kasasinya pada pokoknya sebagai berikut:

a. Menyatakan petitum Penggugat yang meminta putusan Desain Industri milik Tergugat/Termohon Kasasi harus dinyatakan tidak baru, menurut Judex Facti adalah tidak benar karena Desain Industri yang telah terdaftar pada Direktorat HaKI adalah sah yang harus dilindungi oleh UU, dimana sesuai dengan keterangan saksi ahli yang menyatakan bahwa siapa yang terdaftar terlebih dahulu dianggap sebagai Pendesain.

b. Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang Nomor 01/Pdt.Sus-HKI/2014/PN Niaga Semarang tanggal 7 Oktober 2014 khususnya bagian Pokok Perkara harus diperbaiki karena kurang cukup pertimbangannya serta kurang teliti memeriksa perkara. c. Judex Facti telah memihak salah satu pihak dan tidak bersifat adil

(14)

2. Pertimbangan Hakim MA sebagai berikut :

a. Bahwa disebabkan judex facti telah mempertimbangkan pokok perkara dan Penggugat tidak berhasil membuktikan gugatannya maka amar putusan judex facti bukan “gugatan tidak diterima” melainkan gugatan harus ditolak.

b. Bahwa Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri semarang dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan atau UU, sehingga permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi : PT. Batik Keris tersebut harus ditolak dengan perbaikan amar putusan.

c. Bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi ditolak sekalipun dengan perbaikan, Pemohon Kasasi harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini.

3. Putusan Hakim MA menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi, memperbaiki amar putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang

PENUTUP A. Kesimpulan

1. Putusan MA Nomor 301 K/Pdt.Sus-HKI/2015 merupakan kasus sengketa tentang Desain Industri antara PT. Batik Keris melawan Wenny Sulistiowaty Hartono. PT. Batik Keris selaku Penggugat/Pemohon Kasasi mengajukan gugatan pembatalan 3 (tiga) pendaftaran Desain Industri yang terdaftar atas nama Wenny Sulistiowaty Hartono berupa Industri Tas ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang yang permohonannya diajukan pada tanggal 4 September 2012. Isi gugatan diantaranya agar Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang membatalkan pendaftaran Desain Industri tersebut dengan alasan bahwa konfigurasi tas yang didaftarkan oleh Tergugat/Termohon Kasasi bertentangan dengan ketertiban umum dan tidak baru (not novelty). Atas gugatan tersebut Wenny Sulistiowaty Hartono memberikan jawaban bahwa seharusnya yang dijadikan Tergugat adalah

(15)

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Selanjutnya Penggugat/ Pemohon Kasasi mengajukan Kasasi dengan alasan Judex Facti telah salah menerapkan dan menafsirkan hukum dan telah melanggar, Judex Facti tidak boleh memihak dan harus bersifat adil. Atas permohonan kasasi tersebut Hakim MA berpendapat bahwa alasan-alasan dari Penggugat/Pemohon Kasasi tidak dapat dibenarkan selanjutnya menjatuhkan putusan menolak permohonan kasasi.

2. Putusan MA Nomor 301 K/Pdt.Sus-HKI/2015 tanggal 22 September 2015, bahwa putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang tidak salah menerapkan hukum, memandang perlu untuk melakukan perbaikan amar putusan judex facti yaitu bukan “gugatan tidak diterima” melainkan gugatan harus ditolak.

B. Saran

1. Seharusnya Penggugat/Pemohon Kasasi yang mengajukan gugatan/ permohonan kasasi mengenai suatu produk Desain Industri harus mampu membuktikan dengan data dan fakta jika dalam pemberian sertifikat telah terjadi kesalahan.

2. Sebaiknya yang di gugat adalah Direktorat Jenderal HKI karena Tergugat tidak memiliki hak dan kewenangan dalam menerbitkan maupun membatalkan suatu Hak Desain Industri.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

A.Zen Umar Purba, S.H., LL.M, Pemasalahan Diseputar Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta:Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis.

Arthur R. Miller dan Michael H. Davis, 1983, Intellectual Property Patents, Trademarks, and Copyright in A Nutshell, St. Paul, Minnesota : West Publishing Co.

Direktorat Hukum dan Hak Asasi Manusia, Eksitensi Pengadilan Niaga dan Perkembangan Dalam Era Globalisasi, online http://www.bappenas.go.id. Khaerul Hidayat Tanjung, 2007, Filosofi Hak Kekayaan Intelektual.

Muhammad Ahkam Subroto dan Suprapedi, 2008, Pengenalan HKI (Hak

Kekayaan Intelektual) Konsep Dasar Kekayaan Intelektual Untuk

Penumbuhan Inovasi, Jakarta: PT. Indeks.

Ok. Saidin, 2013, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Cetakan ke empat (Intellectual Property Rights), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Prof.Dr. Peter Mahmud Marzuki, S.H., M.S.,L.L.M., 2005, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.

Ranti Fauza Mayana, 2004, Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam Perdagangan Bebas, Cetakan I,Jakarta: PT Grasindo.

Ranti Fauza Mayana, 2004, Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam Perdagangan Bebas, Cetakan I, Jakarta: PT Grasindo.

Tomi Suryo Utomo, 2010, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Di Era Global:Sebuah Kajian Kontemporer, Cetakan Pertama, Yogyakarta:Graha Ilmu.

Undang-undang Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri. UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

(17)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Putusan MA Nomor 301 K/Pdt.Sus-HAKI/2015 tanggal 22 September 2015. B. Gambar Obyek Sengketa (Tas)

Referensi

Dokumen terkait

Sertifikasi guru dalam jabatan guru adalah suatu upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

Berpijak pada pembahasan tersebut diatas dapat ditarik simpulan bahwa politik hukum yang melandasi berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah tentang

Subtitusi tepung ikan dengan tepung cangkang kepiting pada larva udang windu tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik (SGR),

selaku ketua Program Studi Magister Sains Psikologi Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menulis tesis

Selain itu juga memberikan bantuan kepada warga negara Jerman termasuk badan hukum Jerman di wilayah konsulernya.Namun pemberian kewenangan untuk melakukan

Dalam rumusan masalah skripsi ini, penulis mengajukan tiga rumusan masalah: Apa yang dimaksud dengan warga negara oleh Aristoteles.. Apa yang dimaksud dengan

Davis (1989) menyebutkan bahwa tingkat penerimaan pengguna teknologi informasi ditentukan oleh enam pembangun, yaitu variabel dari luar ( external variable ), persepsi

“Aku akan berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan memberikan kita kekuatan dan kemenangan menghadapi musuh yang sangat jahat itu.”.. Lalu Yosua bersama orang Israel