• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Technology Acce ptance Model

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Technology Acce ptance Model"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi

Technology Acceptance Model

dalam Mengukur Penerimaan Operator

PTKIS terhadap

Educational Management

Information System

Ayu Puji Rahayu

1 1

Pendidikan Agama Islam, STAI Darul Falah Cihampelas Bandung Barat

1

ayupujirahayu14@gmail.com

Abstrak- Tulisan ini menjelaskan implementasi

Technology Acceptance Modeldalam Mengukur Penerimaan Operator PTKIS terhadap Educational Management Information System. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah studi literatur, observasi, dan wawancara dengan menerapkan model yang akan digunakan dengan objek penelitian adalah PTKIS di wilayah KOPERTAIS II Jawa Barat Banten. Pengolahan data ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu : (1) persiapan data mentah, (2) pembuatan model persamaan, (3) validasi model pengukuran, dan (4) pengujian hipotesis. Berdasarkan hasil pengujian terhadap penelitian yang dilakukan di PTKIS Jawa Barat dan Banten tentang tingkat penerimaan operator PTKIS terhadap aplikasi EMIS menggunakan pendekatan model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model) dengan AMOS versi 22.0, kesimpulan yang dapat diambil adalah: Terdapat delapan (8) konstruk/variabel pada penelitian ini yang dianggap dapat menganalisis tingkat penerimaan operator PTKIS terhadap EMIS di Jawa Barat dan Banten. Konstruk/variabel tersebut adalah Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, Behavioral Intention to Use, Attitude Toward Using, Perceived Usage, Experience, Complexity,danself Efficacydengan 12 hipotesis yang dibuat untuk menganalisa tingkat penerimaan operator PTKIS di Jawa Barat dan Banten.

Kata Kunci: TAM, Tingkat Penerimaan, OperatorEmis I. PENDAHULUAN

Penggunaan EMIS dalam sistem informasi manajemen pendidikan di lingkungan Kementerian Agama memiliki tujuan sebagai berikut: (1) Memperkuat kemampuan untuk mengatur, merencanakan, dan mengawasi alur informasi antarinstansi yang saling berhubungan; (2) Memadukan seluruh informasi yang berhubungan dengan manajemen kegiatan pendidikan dan menyajikannya secara ringkas dan menyeluruh…(Aziz: 2013). Sebagai pusat pendataan Pendidikan Islam satu pintu, EMIS memiliki peran strategis dalam proses perencanaan dan pengambilan kebijakan program Pendis. Namun demikian implementasi EMIS di lapangan masih menemui berbagai kendala. Padahal Kastolan (2016) berpendapat bahwa “….EMISbisa menjadi sumber utama referensi data di lingkup Ditjen Pendidikan Islam, baik di pusat maupun daerah, sehingga dataEMISharus terupdate secara periodik, dataEMIS terjamin kelengkapan, keakuratan, dan ketepatan waktunya, dataEMISdapat dimanfaatkan dan digunakan oleh seluruh pemangku kepentingan

untuk berbagai keperluan, terutama untuk mendukung perencanaan dan pengambilan kebijakan.” Realitas di lapangan banyak institusi pendidikan khususnya Pendidikan Tinggi menempatkan EMIS bukan sebagai sebuah prioritas, bahkan ada kecenderungan diabaikan.

(2)

(berbasis ICT). Beberapa kasus, inovasi berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Faktor budaya menjadi faktor penghambat terbesar penerapan sebuah inovasi. Mulgan dan Albury (2003, hlm. 31-33), menjelaskan “terdapat delapan faktor penghambat dalam sebuah inovasi, salah satunya budaya risk aversion yakni budaya yang tidak menyukai risiko. Sifat inovasi yang memiliki segala risiko termasuk risiko gagal. Pegawai cenderung enggan berhubungan dengan risiko dan memilih untuk melaksanakan pekerjaan secara prosedural-administratif dengan risiko minimal.” Dibutuhkan usaha untuk menanggani budaya risk aversion,agar implementasi TIK berjalan dengan baik. Pendapat senada dikemukakan oleh Jogiyanto (2008, hlm.1-2), bahwa “Penyebab kegagalan teknologi informasi, lebih pada aspek keperilakuannya (behavioral), karena perilaku pengguna dari suatu teknologi informasi menjadi salah satu faktor utama dari keberhasilan penerapan suatu sistem informasi/teknologi informasi.” Padahal TIK bisa menjadi salah satu kunci sukses dalam pendidikan. Mengenai implementasi TIK dalam Pendidikan Tok dan Sora. (2013, hlm. 282-285) berpendapat bahwa dengan TIK, kita mampu memenuhi ”kebutuhan beradaptasi, memperbaharui pengetahuan, membangun jejaring untuk menemukan pengetahuan, dan menerapkannya dalam situasi yang baru. Melalui TIK kita mampu membuat, menyebarkan, menyimpan, mengevaluasi, mencari, dan mengelola informasi.” Implementasi EMIS dalam proses pendidikan, secara teknis menuntut kesiapan para operator PTKIS. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi tingkat kesiapan operator dalam menggunakan EMIS. Penelitian yang dilakukan oleh Badri dkk (2014, hlm. 257-275) menemukan bahawa “faktor optimisme memiliki korelasi yang sangat kuat dengan inovasi itu sendiri.”

Adapun rumusan penelitian ini adalah untuk “Bagaimana penerimaan operator PTKIS terhadap EMIS”ditinjau dari:

1) Bagaimana pengaruhBehavioral Intention to Use terhadapPerceived Usage pada penerapan EMIS dalam pendataan oleh operator PTKIS di Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten? 2) Bagaimana pengaruh Perceived Usefulness

terhadapPerceived Usage pada penerapan EMIS dalam pendataan oleh operator PTKIS di Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten? 3) Bagaimana pengaruh Perceived Usefulness

terhadap Behavioral Intention to Use pada penerapanEMIS dalam pendataan oleh operator

PTKIS di Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten?

4) Bagaimana pengaruh Perceived Usefulness terhadap Attitude Toward Using pada penerapan EMIS dalam pendataan oleh operator PTKIS di Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten? 5) Bagaimana pengaruh Perceived Ease of Use

terhadap Perceived Usefulness pada penerapan EMIS dalam pendataan oleh operator PTKIS di Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten? 6) Bagaimana pengaruh Attitude Toward Using

terhadap Behavior Intention to Use pada penerapan EMIS dalam pendataan oleh operator PTKIS di Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten?

7) Bagaimana pengaruh Perceived Ease of Use terhadap Attitude Toward Using pada penerapan EMIS dalam pendataan oleh operator PTKIS di Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten? 8) Bagaimana pengaruh Experience terhadap

Perceived Usefulness pada penerapan EMIS dalam pendataan oleh operator PTKIS di Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten? 9) Bagaimana pengaruh Complexity terhadap

Perceived Usefulness pada penerapan EMIS dalam pendataan oleh operator PTKIS di Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten? 10)Bagaimana pengaruh Complexity terhadap

Perceived Usage pada penerapan EMIS dalam pendataan oleh operator PTKIS di Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten?

11)Bagaimana pengaruh Self-Efficacy terhadap Perceived Usefulness pada penerapan EMIS dalam pendataan oleh operator PTKIS di Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten? 12)Bagaimana pengaruh Self-Efficacy terhadap

Perceived Ease of Use pada penerapan EMIS dalam pendataan oleh operator PTKIS di Kopertais Wilayah II Jawa Barat dan Banten?

II. TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL

(TAM)

(3)

Berikut ini adalah gambar tentang TAM.

Sumber : Davis (1986) dalam Warshawet al(1989)

Gambar 2.4 Hubungan antarkomponen dalam TAM

Davis (1989) menyebutkan bahwa tingkat penerimaan pengguna teknologi informasi ditentukan oleh enam pembangun, yaitu variabel dari luar (external variable), persepsi pengguna terhadap kemudahan (perceived ease of use), persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness), sikap dalam menggunakan (attitude toward using), perilaku untuk menggunakan (behavioral intention to use), dan pemakaian nyata (actual system usage). Terdapat 5 konstruk utama yang menyusun sebuah TAM, yaitu:

1. Perceived Usefulness(Persepsi Kemanfaatan) Davis (1989) menyatakan bahwa Perceived Usefulness diartikan sebagai tingkat di mana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan kinerjanya. Davis (1985) memberikan beberapa indikator dari konstrukusefulnessyaitu:

a. Bekerja lebih cepat (work more quickly) b. Berguna (useful)

c. Meningkatkan produktivitas (increase productivity)

d. Meningkatkan efektivitas (enhance effectiveness)

e. Meningkatkan performansi kerja (improve job performance)

Banyak penelitian sebelumnya menemukan pengaruh persepsi kemanfaatan terhadap penerimaan teknologi secara umum menyatakan bahwa persepsi kemanfaatan meningkatkan tingkat penerimaan teknologi (Chau & Hu, 2002; Gefen, Karahanna & Straub, 2003). Penelitian-penelitian sebelumnya banyak menyatakan bahwa Perceived Usefulness lebih penting daripada ease of use (Davis, 1989; Henderson & Divett, 2003; Igbaira, Schiffman & Wieckowski, 1994), terutama untuk post-adoption attitude(Karahanna & Straub, 1999).

2. Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan Pengguna)

Davis (1989) mengatakan bahwaperceived ease of use mengacu pada tingkatan sejauh mana individu percaya bahwa teknologi yang akan diadopsi mudah untuk digunakan (less effort). Terdapat beberapa indikator dari konstruk perceived ease of use,yaitu:

a. Mudah untuk dipelajari (ease to learn) b. Dapat dikendalikan (controllable)

c. Jelas dan dapat dimengerti (clear and understandable)

d. Fleksibel (flexible)

e. Mudah menjadi mahir (easy to become skillfull)

f. Mudah digunakan (ease to use)

Penelitian-penelitian sebelumnya mengungkap bahwa tingkat penerimaan teknologi meningkat seiring meningkatnya tingkat persepsi kemudahan penggunaan (Davis, 1989; Davis dan Venkatesh, 1996; Gefenm Karahama, Straub, 2003; Kaasinen, 2005). Secara umum, persepsi kemanfaatan (usefulness) lebih penting dari pada persepsi kemudahan (ease of use) (Davis, 1993), tapi persepsi kemudahan (ease of use) kadang ditemukan lebih penting daripada persepsi kemanfaatan (usefulness) (Van der Heidjen, 2004).

Perbandingan lainnya dari efek ease of usedan perceived usefulnessdilaporkan oleh Karahanna dan Straub (1999). Mereka menemukan bahwa efek ease of use lebih penting untuk pre-adoption attitudes, sedangkan perceived usefulness lebih penting untuk post-adoption attitudes. Secara umum, perceived ease of use dapat memperkuat perceived usefulness(Davis, 1989; Adams, 1992; Igbaria, 1997; Karahanna, 1999; Lin, 2000).

3. Attitude Toward Behaviour (Sikap terhadap Perilaku)

Davis (1989) mendefinisikan attitude toward behavior sebagai perasaan positif atau negatif seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan. Beberapa penelitian menunjukkan sikap (attitude) berpengaruh secara positif terhadap minat perilaku (behavioral intention), akan tetapi beberapa penelitian juga menunjukkan attitude tidak berpengaruh signifikan terhadap minat perilaku, sehingga sebagian penelitian tidak memasukkan konstruk sikap ke dalam model.

(4)

Jogiyanto (2007) mengatakan bahwa minat perilaku adalah suatu keinginan (minat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku jika mempunyai keinginan atau minat untuk melakukannya. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa minat perilaku merupakan prediksi terbaik dari penggunaan teknologi oleh pengguna sistem. Davis (1989) menyatakan bahwa behavioral intention to use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan teknologi pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut. Tang dan Chiang (2009) menyatakan bahwa perceived usefulness mempunyai pengaruh signifikan terhadap behavioral intention.

5. Actual Usage (Penggunaan Sebenarnya Perilaku)

Perilaku (behavior) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam konteks penggunaan sistem informasi, Jogiyanto (2007) mengatakan bahwa perilaku (behavior) adalah penggunaan sesungguhnya (actual usage) dari teknologi.

Penelitian-penelitian sebelumnya menyatakan bahwa konstruk perceived usefulness dan perceived ease of use adalah dua faktor utama yang menjabarkan penerimaan dan penggunaan individu terhadap teknologi, perceived usefulness dan perceived ease of use dipengaruhi oleh variabel-variabel eksternal seperti dorongan atau tekanan pihak lain, perubahan lingkungan serta tren di tengah pengguna teknologi, pengalaman, dan banyak faktor eksternal lainnya. Perceived ease of use juga berpengaruh pada perceived usefulness yang dapat diartikan bahwa jika seseorang merasa sistem tersebut mudah digunakan maka sistem tersebut berguna bagi mereka. Kedua konstruk model TAM yaitu kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use) dapat menjelaskan aspek keperilakuan pemakai.

Model TAM yang dikembangkan oleh Davis (1989) mendapat perluasan dari para peneliti, antara lain Chin & Todd (1995) dan Iqbaria (1997), Chin dan Todd membagi dua faktor pada konstruk kemanfaatan (usefulness) yaitu (1) kemanfaatan dan, (2) efektivitas dengan masing-masing dimensinya sendiri.

Persepsi pengguna terhadap manfaat teknologi dapat diukur dari beberapa faktor berikut: a. Penggunaan teknologi dapat meningkatkan

produktivitas pengguna

b. Penggunaan teknologi dapat dapat meningkatkan kinerja pengguna

c. Penggunaan teknologi dapat meningkatkan efisiensi proses yang dilakukan pengguna Faktor-faktor di atas akan memengaruhi persepsi pengguna terhadap pemanfaatan teknologi. Pada umumnya pengguna akan memiliki persepsi positif terhadap teknologi yang disediakan. Persepsi negatif akan muncul sebagai dampak dari penggunaan teknologi tersebut, artinya persepsi negatif berkembang setelah pengguna pernah mencoba teknologi tersebut atau mempunyai pengalaman buruk terhadap penggunaan teknologi tersebut. Faktor persepsi negatif sebenarnya berkaitan dengan faktor kedua dari TAM yaitu persepsi pengguna terhadap kemudahan penggunaan teknologi.

Faktor persepsi pengguna terhadap kemudahan penggunaan teknologi dipengaruhi beberapa faktor (Davis, 1989):

1. Faktor pertama berfokus pada teknologi itu sendiri, misalnya pengalaman pengguna terhadap penggunaan teknologi sejenis. Pengalaman baik pengguna akan teknologi sejenis akan memengaruhi persepsinya terhadap pemanfaatan teknologi baru yang disediakan, begitu juga sebaliknya.

2. Reputasi teknologi yang diterapkan. Reputasi teknologi yang baik yang didengar oleh pengguna akan mendorong keyakinan pengguna akan kemudahan penggunaan teknologi tersebut, begitu juga sebaliknya.

3. Tersedianya mekanisme support yang handal. Mekanisme support yang handal akan memengaruhi kepercayaan pengguna akan kemudahan teknologi yang diterapkan.

(5)

variabel-variabel dalam TAM menjadi 3 kelompok yaitu perceived usefulness dan perceived ease of use sebagai variabel independent, penggunaan sistem secara nyata sebagai variabeldependentdan variabel-variabel mediasinya adalah attitude toward use dan behavioral intention to use.

Sun (2003) dalam Gardner dan Amoroso (2004) melakukan studi analisa untuk hasil-hasil penelitian model TAM. Dari hasil studi analisa diperoleh hasil bahwaperceived ease of usemenunjukkan hubungan yang signifikan denganperceived usefulnesspada 15 hasil penelitian, tapi ada 2 hasil penelitian yang menunjukkan tidak signifikan. Faktor gender dan pengalaman merupakan faktor eksternal yang berdampak pada perceived usefulness. Sun, Heshan dan Zhang, Ping., (2006) juga melakukan studi analisa lagi pada 54 artikel jurnal diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Construct berbeda-beda, sebagai contoh beberapa studi menggunakanattitudesedangkan yang lain menggunakan behavioral intention dan actual usage sebagai indikator penerimaan pemakai.

b. Untuk beberapa hubungan utama hasilnya tidak konsisten, sebagai contoh pada beberapa penelitian perceived ease of use mempunyai hubungan yang signifikan dengan behavioral intention sedangkan pada beberapa penelitian yang lain tidak.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah studi literatur, observasi, dan wawancara dengan menerapkan model yang akan digunakan. Tahapan dari metodologi yang dilakukan untuk melakukan penelitian dengan pendekatan:

Studi literatur, dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan yang akan digunakan dalam penelitian. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah mengeksplorasi hasil penelitian-penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pembangunan model, pada tahap ini akan dilakukan analisis dimensi sampai dengan variabel untuk penerimaan teknologi yang memengaruhi terhadap penerimaan aplikasi Emis.

Model validation, aktivitas yang dilakukan adalah menyebarkan angket di tempat yang menjadi objek penelitian, kemudian data angket tersebut dihitung dengan metode analisis jalur.

IV. HASIL PENELITIAN

Hasil Pengolahan Data dan Uji Hipotesis

Pengolahan data dilakukan setelah data mentah hasil kuesioner telah terkumpul. Pengolahan data ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu : (1) persiapan data mentah, (2) pembuatan model persamaan, (3) validasi model pengukuran, dan (4) pengujian hipotesis. Proses pengujian hipotesis dibantu dengan bantuan aplikasi IBM SPSS dan SPSS AMOS 22.0.0.

1. Pengujian Keseluruhan Model Penelitian Tahapan ini melakukan pengujian model persamaan struktural yang telah dibuat dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Pengolahan data model tersebut menggunakan model analisis faktor konfirmasi (Confirmatory factor analysis) yang dibantu dengan aplikasi SPSS AMOS versi 22. Model yang dibuat adalah seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 4.1 Keterkaitan konstruk dan indikator disesuaikan dengan hipotesis penelitian

Gambar 4.1 model penelitian secara keseluruhan seperti terlihat pada gambar di atas memperlihatkan bahwa model terdiri atas 8 konstruk, yaitu PU (Perceived Usefulness), PEU (Perceived Ease of Use), BIU (Behavioral Intention to Use), ATU (Attitude Toward Using), PUs (Perceived Usage), E (Experience), C (Complexity), dan CSE (Computer Self Efficacy). Pada model ini, keterkaitan antarkonstruk dan keterkaitan antarindikator disesuaikan dengan hipotesis penelitian dan hasil pengujian model tiap konstruk. Konstruk E, C, dan CSE merupakan konstruk eksogen yang merupakan konstruk yang memengaruhi konstruk PU, PEU, BIU, ATU dan PUs. PU, PEU, ATU, dan BIU merupakan konstruk yang bersifat eksogen dan endogen, artinya konstruk tersebut dipengaruhi dan memengaruhi konstruk lain. Variabel error perlu ditambahkan didalam setiap indikator dan konstruk yang bersifat endogen.

2. Pengujian Hipotesis dengan SEM

(6)

dikembangkan. Pengujian dilakukan untuk melihat hubungan di antara konstruk yang ada pada model. Dasar pengambilan keputusan diambil dengan melihat bobot regresi untuk konstruk terkait pada hasil pengujian model dari SPSS AMOS versi 22. Jika P > 0,10 maka H0diterima dan jika P < 0,10 dan

dilambangkan dengan *** maka H0ditolak.

Tabel 4.7 Nilai Regression Weight Model Penelitian

Estim ate

S.E. C.R. P Signifi kansi

PEU <--- CSE 1.327 .474 2.801 .005 Signifi kan

.184 .132 1.390 .164

Tidak

.011 .027 .393 .694

Tidak Signifi kan

PU <--- PEU 1.187 .334 3.553 *** Signifi kan

BIU <--- PU .953 .298 3.199 .001 Signifi kan

PUs <--- PU 1.655 .778 2.128 .033 Signifi kan

PUs

<---COM PLE XITY

-.004 .028 -.152 .879

Tidak Signifi kan

V. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian terhadap penelitian yang dilakukan di PTKIS Jawa Barat dan Banten tentang tingkat penerimaan operator PTKIS terhadap aplikasi EMIS menggunakan pendekatan model penerimaan teknologi (Technology Acceptance

Model) dengan menggunakan aplikasi AMOS versi 22.0, kesimpulan yang dapat diambil adalah:

Terdapat delapan (8) konstruk/variabel pada penelitian ini yang dianggap dapat menganalisis tingkat penerimaan operator PTKIS terhadap EMIS di Jawa Barat dan Banten. Konstruk/variabel tersebut adalahPerceived Usefulness, Perceived Ease of Use, Behavioral Intention to Use, Attitude Toward Using, Perceived Usage, Experience, Complexity, dan self Efficacy dengan 12 hipotesis yang dibuat untuk menganalisa tingkat penerimaan operator PTKIS di Jawa Barat dan Banten.

Setelah dilakukan uji kuesioner yangvaliddan reliabel, kemudian penyebaran kuesioner kepada responden yang merupakan operator PKTIS di Jawa Barat dan Banten, data yang diperoleh dari kuesioner tersebut memberikan hipotesa dari model konseptual penelitian. Hasil dari hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Behavioral intention to use berpengaruh signifikan terhadapPerceived usage

2. Perceived usefulness berpengaruh signifikan terhadapPerceived usage

3. Perceived usefulness berpengaruh signifikan terhadapBehavioral intention to use

4. Perceived usefulness berpengaruh signifikan terhadapAttitude toward using

5. Perceived ease of use berpengaruh signifikan terhadapPerceived Usefulness

6. Attitude toward using tidak berpengaruh signifikan terhadapBehavioral intention to use 7. Perceived ease of use tidak berpengaruh

signifikan terhadapAttitude toward using 8. Experience tidak berpengaruh signifikan

terhadapPerceived usefulness

9. Complexity tidak berpengaruh signifikan terhadapPerceived usefulness

10. Complexity tidak berpengaruh signifikan terhadapPerceived usage

11. Self Efficacy tidak berpengaruh signifikan terhadapPerceived usefulness

12. Self Efficacy berpengaruh signifikan terhadap Perceived ease of use

VI. REFERENSI

Abdillah, Leon, Andretti. 2004. Sistem Informasi Inventaris Barang, Jurnal Ilmiah MATRIK, 6(3):133-152.

(7)

Ajzen, I. dan Fishbein, M. 1980. Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik,Jakarta: Rineka Cipta. Budi Sutejo Dharma Oetomo. Perencanaan dan

Pembangunan Sistem Informasi (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hlm. 11. Compeau D.R. & Higgins, C.A. 1995. Computer

Self-Efficacy: Development of Measure and Initial Test,MIS Quarterly, 19(2), 189-211. Dalimunthe Nurmaini, dkk 2014. Analisis Pengaruh

Faktor Kemudahan dan Manfaat terhadap Penerimaan Pengguna Sistem Informasi Data Pokok Pendidikan DasarJurnal Sains, Teknologi dan Industri Vol.12

Dharmmesta, Basu Swasta dan Irawan, 2005, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Keduabelas, Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Davis, F.D. 1986. A Technology Acceptance Model for Empirically Testing new End-User Information Systems: Theory and Results. Doctoral dissertation. Sloan School of Management, Massacusetts Institute of Technology.

Davis, F.D., Bagozzi R.P., dan Warshaw, P.R. 1989. User Acceptance of Computer Technology: A Comparison of Two Theoretical Models. Management Science, 35(8), 982-1003. Devi Sherina Nyoman, dkk, 2014. Analisis

Technology Acceptance Model (TAM) terhadap Penggunaan Sistem Informasi di Nusa Dua Beach Hotel dan Spa. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana

Fishbein, M. dan Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research, Reading, MA: Addison-Wesley.

Furchan, A., 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan,Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fred D.F., Bagozzi R.P., dan Warshaw P.R. 1992.

Extrinsic and Intrinsic Motivation to Use Computers in the Workplace. Journal of Applied Social Psychology, 22(14), 1111-1132.

Gunawan Andrew, 2014. Aplikasi Technology Acceptance Model pada Minat Nasabah untuk Menggunakan internet banking.Jurnal Nominal, Vol. III

Gordon B Davis. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen: Bagian I Pengantar. (Jakarta:

PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1988), hlm. 28

Hamrul, H et.al.(2013). Analisis Perbandingan Metode TAM dan UTAUT dalam Mengukur Kesuksesan Penerapan Sistem Informasi Akademik (Studi Kasus Penerapan Sistem Informasi). Makalah Seminar Nasional Informatika, Yogyakarta.

Haryono Siswoyo dan Wardoyo Parwoto, 2013. Structural Equation Modeling (SEM) untuk Penelitian Manajemen dengan AMOS 18.00. PT Intermedia Personalia Utama Jakarta. Igbaria, M. (1994). An Examination of The Factors

Contributing to Micro Computer Technology Acceptance. Journal of Information System.

Jannah Nurul Ghina, dkk. 2015.Analisis Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan UNEJ Digital Repository dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). E-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2(1)

Jogiyanto. 2005. Sistem Teknologi informasi. Yogyakarta : PT Andi.

Kartika, Shita Eka. 2009. Analisis Proses Penerimaan Sistem Informasi iCons dengan menggunakan Technology Acceptance Model pada Karyawan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.Tesis

Kroenke, D.M. 2010.Experiencing MIS. New Jersey: Prentice Hall.

Longley, D., dan Shain, M. 2012. Dictionary of Information Technology, Macmillan Press.

Margono, 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Mubiyantoro, A dan Syaefullah.(2013). “Pengaruh Persepsi Kegunaan, Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Kesesuaian, dan Persepsi Resiko Terhadap Sikap Penggunaan Mobile Banking”. Jurnal Universitas Brawijaya. 1, 1-19. Moore, G.C. dan Benbazat, I 1991. Development of

an Instrument to Measure the Perceptions of Adopting Information Technology Innovation, Information System Research, 2(3), 192-222.

Nazir, 2005. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia.

O’Brien, James. 2005. Pengantar Sistem Informasi. Jakarta: Salemba Empat.

(8)

Oswari Teddy, dkk 2008. Model Perilaku Penerimaan teknologi Informasi: Pengaruh Variabel Prediktor, Moderating Effect, Dampak Penggunaan Teknologi Informasi terhadap Produktivitas dan Kinerja Usaha Kecil Seminar Ilmiah Nasional Komputasi dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008), Universitas Gunadarma, Depok

Rahadi Rianto Dedi, 2007. Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Pelayanan di Sektor Publik.Seminar Nasional Teknologi Ramadania, 2010. SEM dan LISREL untuk Analisis

Multivariate. Jurnal Sistem Informasi (JSI), Vol. 2, No. 1

Ratnaningrum. 2013. Aplikasi Model TAM Terhadap Pengguna Layanan Internet Banking di Kota Denpasar.Tesis

Richardus Eko Indrajit. Pengantar Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2000), hlm. 2.

Rizal. A, 2014. Analisis Penerapan Project Management Information System (PMIS) Menggunakan Metode Technology Acceptance Model (TAM)Studi Kasus PT. INDOSAT, Tbk, Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, Vol. 5

Rogers,E.M. 1995. Diffusion of Innovations. New York Free Press, 4 edition.

Siregar, K R.(2011). Kajian Mengenai Penerimaan Teknologi dan Informasi Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Jurnal Rekayasa Telkom Institute of Management. 4 (1), 27-32.

Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

_______, 2001.Statistika untuk Penelitian,Bandung: Alfabeta.

_______, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B,Bandung: Alfabeta Sensuse Indra Dana dan Widiatmika, 2008.

Pengembangan Model Penerimaan Teknologi Internet oleh Pelajar dengan

Menggunakan Konsep Technology Acceptance Model (TAM). Jurnal Sistem Informasi MTI-UI, Vol. 4.

Shumacker, R.E., Lomax, R.G.(2010). A Beginner’s

Guide to Structural Equation Modeling (3rd Ed). New York: Taylor & Francis Group. Taylor, S., dan Todd, P.A., 1995. Understanding

Information Technology Usage: A Test of Competing Models. Information Systems Research 6 (4), 144-176.

Thompson, R.L., Higginis, C.A., dan Howell, J.M. 1991. Personal Computing: Toward A Conceptual Model of Utilization, MIS Quarterly, 15(1), 124-143.

Triandis, H.C. 1980. Values, Attitudes, and Interpersonal Behavior. Nebraska Symposium on Motivation, 1979: Belefs, Attitudes and Values, University of Nebraska Press, Lincoln, NE, 195-259. Venkantesh, V., Morris, M.G., Davis, G.B., dan

Davis, F.D. 2003. User Acceptance of Information Technology: Toward a Unified View, MIS Quarterly, 27(3), 425-478. Vladimir Zwass. Foundations of Information

Systems. (Boston: Irwin McGraw-Hill, 1997), hlm. 679.

Wahyudi Kumorotomo dan Subando Agus Margono. Sistem Informasi Manajemen dalam Organisasi-organisasi Publik. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994), hlm 8.

Widhiarso, W.(2009).Pelatihan Analsis SEM melalui AMOS.Fakultas Psikologi UGM.

Winarko Bambang dan Mahadewi Lufina, Tinjauan Beberapa Model Teori Dasar Adopsi Teknologi, Sampoerna School of Business Zahro Shoffiyatuz, 2014. Pengaruh Faktor

Keperilakuan Organisasi dalam Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan DaerahJurnal Ilmiah

http://emispendis.kemenag.go.id/emis2016v1/

(9)

Gambar

Gambar 2.4 Hubungan antarkomponen dalam TAM
Gambar 4.1   Keterkaitan konstruk dan indikatordisesuaikan dengan hipotesis penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Desain Kalman Filter untuk sistem navigasi GPS/INS dan kompas digital yang diajukan pada skripsi ini belum dapat memberikan data navigasi posisi yang baik bila sistem navigasi

Begitupun sebaliknya menyadari bahwa lembaga pendidikan sangat membantu mereka untuk menyiapkan SDM yang berkualitas tentu sesuai dengan keinginan mereka sendiri dengan

Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan

Mencari saran Mailing list, e Mailing list, e--mail, chatting, video/audio conference, on video/audio conference, on--line / / mail, chatting, , , line mentoring..

kesulitan dalam menjawab pertanyaan dibanding siswa perempuan. Sering kali guru memberikan waktu yang lebih lama kepada siswa laki-laki untuk menjawab.. pertanyaan,

Rencana Aksi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Provinsi yang selanjutnya disebut RAD-PPDT Provinsi, adalah dokumen perencanaan pembangunan

Menurut Maryunani (2010) 7 faktor resiko yang meningkatkan insiden pneumonia adalah: umur &lt; 2 bulan, jenis kelamin (laki- laki), gizi kurang, berat badan lahir