• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KOTA PONTIANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL KOTA PONTIANAK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KOTA PONTIANAK

Sumber : Dokumentasi Best Practice Kota-Kota, Jilid 4, 2008

Kota Pontianak merupakan salah satu kota di Indonesia yang dilintasi garis khatulistiwa. Karena posisinya tersebut, kota yang merupakan ibukota Provinsi Kalimantan Barat ini dikenal sebagai ”Bumi Khatulistiwa”. Letaknya yang dilintasi garis khatulistiwa menjadikan kota Pontianak sebagai tempat tujuan wisata, baik domestik maupun manca negara.

Kota Pontianak dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil, Sungai landak dengan lebar 400 meter, Kedalaman air antara 12 s/d 16 meter sedangkan cabangnya mempunyai lebar 250 meter.

GAMBARAN UMUM

Letak Geografis : 00 02’ 24” – 00 01’ 37” LU dan

1090 16’ 25” – 1090 23’ 04” BT

Luas wilayah : 107,82 km2

Batas Wilayah :

> Sebelah Utara : Kec. Sungai Ambawang

> Sebelah Timur : Kec. Sungai Raya dan Kec. Sungai Ambawang > Sebelah Selatan : Kec. Sungai Raya dan Kec. Sungai Kakap > Sebelah Barat : Kec. Sungai Kakap

Jumlah Kecamatan : 5 kecamatan Jumlah Kelurahan : 24 kelurahan KEPENDUDUKAN

Jumlah Penduduk tetap Kota Pontianak : 510.687 Jiwa (data tahun 2006) > Penduduk laki-laki : 256.750 Jiwa

> Penduduk perempuan : 253.937 Jiwa

Penyebaran Penduduk di Tiap Kecamatan

Kota Pontianak

No Nama Kecamatan Jumlah Penduduk

(Jiwa) Persentase (%) 1 Pontianak Selatan 122,446 23,98 2 Pontianak Timur 69,188 13.55 3 Pontianak Barat 110,230 21.58 4 Pontianak Kota 102,366 20.04 5 Pontianak Utara 106,457 20.85 JUMLAH 510,687 100

(2)

POLA KEMITRAAN PENGELOLAAN TPA BATU LAYANG

KOTA PONTIANAK (PROGRAM CDM)

Selama ini TPA Batulayang menerapkan sistem lahan urug terkendali atau control landfill manajemen dan open dumping dan sejak tahun 1996 telah menampung 300.000 ton sampah yang menumpuk hampir setinggi lima meter, ditambah masuknya sampah baru rata 250-300 ton/hari. Pengelolaan sampah dengan sistem ini memerlukan dana cukup besar , yaitu Rp. 9 milyar / tahun dengan rincian untuk penyapuan Rp. 2 milyar, pewadahan Rp. 1 milyar, pengangkutan Rp. 4 milyar dan pengelolaan TPA Rp. 2 milyar.

Pengelolaan TPA dengan sistem ini kurang efektif selain memerlukan dana yang besar, dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi lingkungan sekitar karena sampah yang menumpuk lama-kelamaan kana menimbulkan gas karbondioksida (CO2) dan metana (CH4) sebagai proses dekomposisi sampah secara anaerobik. Gas dengan kandungan metana tinggi berpotensi meledak (bersifat explosive) dan dapat menyebabkan kebakaran di TPA. Potensi pemanasan global oleh CH4 juga 21 kali lebih berat bila dibandingkan gas CO2.

Tumpukan sampah akan mengeluarkan air lindi yang menimbulkan bau tak sedap. Pengumpulan air lindi dilakukan menggunakan saluran atau parit disekeliling sel sampah. Apabila sistem drainase ini kurang dikelola dan dikontrol dengan baik, maka beberapa bagian drainase akan tersumbat / terhalang oleh sampah terutama pada musim hujan. Air lindi akan tumpah dan masuk ke dalam parit buatan yang ada didekat Tpa dan pada akhirnya masuk dan mencemari sungai. Masalah lain akibat kurang baiknya pengelolaan TPA adalah muncul berbagai penyakit menular karena bersarangnya vektor penyebar penyakit seperti lalat, kecoa, nyamuk, tikus dan sebagainya.

Inisiatif

Melihat berbagai permasalahan di TPA Batulayang akibat sistem dan pengelolaan sampah yang kurang efektif serta menelan dana cukup besar, maka Pemko Pontianak merasa perlu melakukan perubahan metode pengelolaan TPA Batulayang. Kemudian Pemko Pontianak berinsiatif untuk merubah paradigma bahwa sampah yang semula menimbulkan masalah terhadap lingkungan harus menjadi sampah yang dapat menghasilkan uang. Kota Pontianak kemudian menjajaki bermacam kemungkinan model pengelolaan sampah, dan akhirnya memutuskan untuk memanfaatkan tumpukan sampah lama dan baru melalui program Clean Development Mechanism (CDM) atau Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB).

CDM merupakan mekanisme dibawah Protokol Kyoto, yang menawarkan kerjasama antara negara maju dengan negara berkembang dalam rangka pengurangan emisi gas rumah kaca dan membantu negara untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Negara maju menanamkan modalnya di negara berkembang dalam proyek-proyek yang menghasilkan pengurangan emisi gas rumah kaca.

(3)

Latar belakang mekanisme ini adalah komitmen negara-negara maju / negara industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang telah menyebabkan pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim. Berdasarkan Protokol Kyoto, negara maju / negara industri berkewajiban mengurangi emisi gas rumah kaca, yang dapat dillakukan di negaranya sendiri atau negara lain melalui mekanisme CDM. Prosesnya adalah melalui pembakaran gas metan yang akan disertifikasi dan dapat dijual dengan harga bervariasi tergantung pada reduksi metana. Sertifikasi hasil pembakaran metan disebut Certified Emisions Reductions (CER).

Strategi yang Diterapkan

Pemko Pontianak dan jajarannya (dinas kebersihan, dinas pekerjaan umum, lingkungan hidup, dll) berkomitmen untuk menjalankan program ni dengan menggandeng pihak swasta. Setelah melalui proses pencarian dan penawaran Pemko Pontianak menjalin hubungan kerjasama dengan PT Gikoko Kogyo Indonesia, perusahaan yang telah diberi kepercayaan dan quota (Letter of Intent) oleh Bank Dunia untuk mencari mitra dalam mengembangkan proyek-proyek CDM khususnya TPA-TPA di Indonesia. PT Gikoko Kogyo merupakan perusahaan yang siap melakukan investasi, sebagai Project Developer dan memberikan konsultansi kepada Pemko Pontianak untuk menerapkan Sistem Landfill Gas Flaring tanpa membebani anggaran daerah.

Sistem Landfill Gas Flaring merupakan sistem pembakaran gas dari tumpukan sampah melalui mesin pembakar gas yang didesain oleh PT Gikoko Kogyo. Mesin ini dapat beroperasi membakar gas sampai pada suhu 1.4000 C, temperatur gas ini

tergantung pada komposisi asupan gas, jumlah gas dan efisiensi pembakaran mesin. Nantinya setelah 7 tahun (1 periode) penutup plastik akan dibuka, sampah organik akan menjadi pupuk kompos dan sampah anorganik akan diolah kembali. Proses pengomposan terjadi secara alamiah didalam cel yang tertutup plastik.

Penandatanganan MoU kerjasama antara Pemko Pontianak dan PT Gikoko Kogyo pada tahun 2006 dengan pola kerjasama Built Own Oparate (BOO) sesuai dengan Keppres RI No. 7 Tahun 1998 tentang kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam pembangunan dan atau pengelolaan infrastruktur dengan ketentuan:

1. Pemda memiliki aset berupa tanah atau fasilitas / kewenangan untuk membangun dan mengelola infrastruktur;

2. Pemda memberikan kewenangan tersebut kepada pihak ketiga;

3. Pihak ketiga secara keseluruhan bertanggung jawab atas pembiayaan pembangunan, pengoperasian dan memiliki bangunan untuk selamanya;

4. Pemda memberikan persetujuan atas nilai jual bangunan;

5. Pihak ketiga memberikan kompensasi kepada pemda berupa uang tunai yang diperhitungkan prosentasenya sesuai kesepakatan, yaitu dari mulai jual bangunan lain;

6. Resiko kerjasama ditanggung pihak ketiga.

Kesepakatan kedua belah pihak bila masa kerjasama berakhir sesuai dengan kontrak dan tidak melanjutkan kerjasama lagi, maka infrastruktur yang dibangun akan diangkat dan dicabut menjadi milik perusahaan. Pola kerjasama ini tidak menerapkan

(4)

sistem transfer uang semua dalam bentuk reinvestasi, dukungan teknologi dan management system waste, dimana peran Pemko Pontianak hanya memfasilitasi, menyediakan lahan, pemeliharaan TPA (infrastruktur), ketersediaan tumpukan sampah lama, sampah baru dan kondisi TPA masih aktif. Pemko Pontianak tidak mengeluarkan dana dan pinjaman, operasionalisasi TPA semua tanggung jawab PT Gikoko Kogyo.

Potensi di TPA Batulayang dapat diasumsikan dengan memusnahkan CO2 pada volume 1.621.741 ton di lahan 13 Ha, volume tersebut harus diturunkan selama 21 tahun (2006 s/d 2027). Asumsi penjualan CER atau hasil pembakaran metan di TPA Batulayang mengacu pada harga pasar internasional $6,44 /ton CO2, maka nilai jual selama 10 tahun pertama $4.109.647 untuk 632.144 ton CO2. Berdasarkan perjanjian kerja sama Pemko Pontianak akan memperoleh 17% dari nilai penjualan CER tersebut. Uang tersebut akan dimanfaatkan 10% untuk reinvestasi manajemen persampahan dan 7% untuk program CD (Community Development) masyarakat sekitar TPA termasuk pemulung seperti pendidikan anak, keselamatan kerja dan peningkatan kesehatan.

Hubungan kerjasama Pemko Pontianak – PT Gikoko Kogyo diawali dengan penawaran, survey tim PT Gikoko Kogyo, rapat tim dnegan Pemko Pontianak, penandatanganan MoU kemudian sosialisasi kepada masyarakat di sekitar TPA mengenai maksud dan tujuan program. Untuk meningkatkan pengelolaan sampah di TPA Batulayang berbagai dinas terkait termasuk Dinas Kebersihan, Dinas PU, Lingkungan Hidup, Camat , Lurah, RT, RW dan dukungan legislatif (Komisi B DPRD Kota Pontianak) hadir untuk melakukan sosialisasi bersama pihak swasta, menggelar pertemuan dengan para pemulung, masyarakat setempat, pemuka agama, pemuka Suku Madura, Melayu dan Bugis di Aula Kelurahan Siantan Hilir.

Pertemuan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan secara transparan mengenai program pengelolaan TPA. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan satu atau dua kali saja melainkan setiap ada pembaharuan dan perubahan yang berkaitan dengan rencana pembangunan di TPA.

Tahapan Pelaksanaan Fisik Pembakaran Gas:

1. Penataan cel tumpukan sampah; tumpukan sampah dibagi dalam beberapa cel (cel A, cel B dan seterusnya tergantung banyaknya tumpukan sampah).

2. Penataan drainase dan saluran air limbah sampah / lindi

3. Penggalian untuk perpipaan yang ditanam ke dalam tumpukan sampah 4. Pemasangan instalasi perpipaan pengumpul gas

5. Penutupan dan pemadatan tanah penutup, penutupan plastik agar gas tidak menguap ke udara.

6. Pelapisan tutup ijuk / serat enau dan jala plastik untuk menahan penguapan hujan dan terik matahari.

7. Pengumpulan dan pembakaran gas disertai monitoring di TPA Hasil yang Dicapai

Pemko Pontianak berharap TPA menjadi tempat yang nyaman dan hijau. Saat ini kondisi TPA Batulayang mulai tertata, tidak berbau, tidak berbahaya (mengandung gas) dan volumenya mulai berkurang karena saat tumpukan sampah mencapai 2 meter harus

(5)

ditutup dan dipadatkan lagi. Tumpukan sampah dibagi dalam beberapa cel (cel A dan cel B) untuk diteruskan pada tahap selanjutnya, yaitu pembakaran gas. Pengumpulan gas yang diperoleh dapat digunakan sebagai tenaga listrik dan bahan bakar untuk menggerakkan generator mesin sehingga tidak perlu menggunakan solar.

Nantinya, setelah tujuh tahun, program ini dapat memberi dampak positif bagi lingkungan, kesehatan dan perlindungan keamanan. Sampah yang ada di TPA juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, tanah urug atau keperluan lainnya. Kompos dimanfaatkan bagi tanaman aloevera / lidah buaya yang menjadi budidaya unggulan Kota Pontianak. Hal positif lain Pemerintah Belanda sudah membeli 350 ribu sertifikat bebas emisi (CER) dari pembakaran gas metan Pontianak untuk memenuhi target penurunan emisi gas rumah kaca sesuai kesepakatan dalam Protokol Kyoto.

Program ini juga berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar TPA khususnya pemulung , tenaga mereka dibutuhkan sebagai pekreja harian apabila ada perkerjaan di TPA, seperti menutup dan memadatkan tanah, menutup tanah dengan ijuk serta pekerjaan lain yang ada di TPA dengan upah per hari Rp. 10.000 – Rp. 20000. Namun, apabila sedang tidak ada pekerjaan dari PT Gikoko Kogyo mereka kembali diizinkan untuk mengumpulkan sampah anorganik (besi, kaleng, plastik, dll) untuk dijual.

Keberlanjutan

Pemko Pontianak menjalin hubungan kerjasama untuk mengelola TPA Batulayang dengan PT Gikoko Kogyo Indonesia selama 21 tahun (3 periode; 1 periode 7 tahun) antara tahun 2006 – 2007. Komitmen Pemko Pontianak adalah keterbukaan, memelihara dan menjaga hubungan kerjasama, kemudahan birokrasi dan visi yang sama untuk mewujudkan program ini dapat berjalan dengan baik. Program CDM pengelolaan TPA Batulayang diperkuat melalui Perda Ketertiban Umum No. 3 Tahun 2004.

Pelajaran yang Dapat Diambil

Pemko Pontianak memberikan kiat dalam melakukan hubugnan kerjasama dengan pola Build Own Operate (BOO) sebagai berikut:

1. Memberikan kemudahan, baik syarat perijinan, kapan diperoleh dan berapa biayanya.

2. Adanya potensi persampahan yang layak dikelola dalam program CDM

3. Kebijakan kepala daerah / walikota, yang mengarah pada perbaikan manajemen persampahan maupun perubahan paradigma pengelolaan persampahan

4. Dukungan adanya program persampahan jangka pendek, menengah dan panjang. 5. Dukungan data persampahan yang terbaru, maupun rekaman data lama yang akurat

secara terbuka.

6. Dukungan team work yang solid segenap jajaran Pemko Pontianak

7. Kondisi fisik lapangan yang memungkinkan untuk aktifitas selama kontrak kerjasama.

8. Dukungan legislatif terhadap program persampahan, dana maupun kebijakan dalam melakukan kerja sama.

(6)

9. Peran serta masyarakat dan kepatuhan pada perda kebersihan dan retribusi kebersihan.

Kemampuan Tular

Hampir semua kota di Indonesia mempunyai permasalahan yang sama terhadap sampah. Mulai dari pengumpulan samapah, ketersediaan alat pengumpul sampah, alat angkutan, lahan yang terbatas , bau yang mengganggu lingkungan dan kesehatan, pencemaran air lindi ke tanah dan sungai, metode pengumpulan sampah di TPA sampai pada upaya mengumpulkan dana. Masalah tersebut dapat berkurang dan teratasi melalui program CDM. Pemerintah daerah tidak perlu mengeluarkan dana dan pinjaman. Pemerintah daerah dan pihak swasta dapat menjalin hubungan kerjasama dengan pola BOO (Build Own Operate). Kemudahan kerjasama dengan pola BOO dapat dilakukan oleh kota / kabupaten lain dengan adanya ketersediaan lahan, timbunan sampah lama dan baru kondisi TPA yang aktif sesuai dengan kriteria CDM serta komitmen pemerintah daerah. Kota lain yang sudah mulai menjajaki pengelolaan sampah dengan program CDM: Kota Padang, Palembang, Makassar, Denpasar, Bandar Lampung dan Semarang.

(7)

KONTAK PENGHUBUNG

PEMKO PONTIANAK

1. Nama : DRS H. SUGIMIN

Jabatan : Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Alamat : Jl. Komodor Yos Sudarso

No. Telp : 0561 – 772807 HP: 0813 52189501 Email : kebersihan@pontianak.go.id

2. Nama : DRS SUGENG HARJO SUBANDI Jabatan : Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan Alamat : Jl. Johar 01A - Pontianak 78115

No. Telp : 0561 – 772807 HP: 0812 5725660

Email : sugeng.hrj@yahoo.com, sugeng@pontianak.go.id

3. Nama : Indah Wardani

Jabatan : Marketing and Project Management PT GIKOKO KOGYO Alamat : Pulogadung Industrial Estate

Jl. Pulokambing kav II 1/9 Jakarta 13930

No. Telp. : 021-460 1970 HP: 0816 1665653, 0812 1009146 APEKSI

Nama : HEFFY OCTAVIANI

Jabatan : Staf Komunikasi dan Informasi Alamat : Rasuna Office Park III WO. 06-09 Komplek Rasuna Epicentrum Jl. H. R. Rasuna Said – Kuningan Jakarta 12960

No. Telp : 021 – 8370 4703, 9393 890 Fax : 021 – 8370 4733

HP : 0813 17582145 Email : heffy@apeksi.or.id

Referensi

Dokumen terkait

5) Benih yang terinfeksi suatu penyakit dapat diobati dengan bahan kimia dan obat-obatan yang direkomendasikan dan atau terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan,

Dari hasil praktikum kita kali ini dapat kita ketahui ukuran butir yang dihasilkan oleh alat hardgrove grindibility index ini tidaklah seragam akan tetapi tingkat atau

Tampen pumpi leh hagau kigawmtuoh David leh Jonathan bang ahi hi. Tambanga pumpi leh hagau kigawm a kizopna ih neihkhopna ding pen Yahweh leh A Tapa Yahshua ii

Koperasi produsen adalah koperasi yang para anggotanya tidak memiliki badan usaha sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan

Selain itu, dilakukan juga analisa sifat fisika dan kimia minyak intaran dari proses ekstraksi pada berbagai variasi suhu.. Kualitas minyak biji intaran juga akan menurun

Target Values. Berdasarkan hasil penelitian. tahun 2006 peers and target values dari daerah SUBOSUKAWONOSRATEN adalah sebagai berikut: 1) Kota Surakarta. Kota Surakarta

Secara hakikat sifat kikir ini berbeda dengan sifat boros dan hidup mewah, akan tetapi ia termasuk sifat yang tercela dalam Islam, karena seseorang tidak menggunakan

Hasil analisa data menunjukkan bahwa dengan penambahan konsentrasi enzim papain yang berbeda mempunyai pengaruh yang berbeda nyata (P<5%) terhadap semua parameter